• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tugas Akhir Kultur Jaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Tugas Akhir Kultur Jaringan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pengantar Bioteknologi

Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014

KULTUR JARINGAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Pengantar Bioteknologi

Oleh :

KELOMPOK III

AGUS SARA 11081040100

DESY AFRIANI L. 1108104010030

HANNY HERZEGOVINA 11081040100 HILMINA ITAWARNEMI 11081040100

IRMA SURYANI 0908104010002

LIZA FADHILLAH 1108104010044

MAISARATY 1108104010008

OVI JULIANA 1108104010043

SANTI MAILIA A. 1108104010025

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

▸ Baca selengkapnya: contoh soal kultur jaringan

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Bioteknologi yang berjudul “Kultur Jaringan”. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah merubah paradigma berpikir umat manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Rosnizar, M.Si atas bimbingan sehingga penulis dapat melaksanakan makalah ini dengan baik dan benar. Semoga segala bantuan dan doa yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak dijumpai kekurangan dan kesilapan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritikan yang bersifat membangun, sehingga kekurangan tersebut tidak terulang lagi pada hari-hari yang akan datang. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas.

Banda Aceh, Oktober 2013

(Penulis)

(3)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan Makalah... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Kultur Jaringan... 3

2.2. Tipe-Tipe Kultur Jaringan... 4

2.3. Keterkaitan antara Totipotensi dan Kultur Jaringan, serta ... Perbedaan Perbanyakaan Alami dalam Kultur Jaringan... 4

2.4. Peralatan dan Fasilitas dalam Kultur Jaringan... 7

2.5. Metode-Metode Pelaksanaan dan Tahapan dalam Kultur Jaringan... 8

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi pada Kultur Jaringan dan Kendala serta Masalah yang Terjadi dalam Kultur Jaringan... 9

2.7. Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan BAB III KESIMPULAN... 15

3.1. Kesimpulan... 15

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 16

BAB I

(4)

1.1. Latar Belakang

Perbanyakan tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat dan tempat terbatas sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan kualitas pertanian. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dengan metode kultur jaringan dapat dihasilkan tanaman baru secara in vitro dengan jumlah yang tidak terbatas, yang menjadi dasar dari teknik kultur jaringan ini adalah kemampuan sel suatu tanaman yang dapat tumbuh menjadi tanaman sempurna apabila ditempatkan di lingkungan yang tepat. Kemampuan sel tanaman yang seperti ini disebut dengan totipotensi sel, yaitu kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

Bagian dari tanaman yang dapat dikulturkan (diperbanyak) adalah daun muda, mata tunas, ujung akar, keping biji dan bagian lainnya yang bersifat meristematik, yaitu mudah tumbuh dan berkembang. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut dikulturkan dan ditumbuhkan kembali dalam kondisi aseptik (steril) yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Beberapa jenis tanaman yang belakangan ini dilakukan perbanyakan secara kultur jaringan adalah anggrek, daun dewa, krisan dan manggis.

Perkembangan teknologi yang semakin maju, maka dengan demikian melalui teknik kultur jaringan dapat dilakukan perbanyakan tanaman. Metode pembuatan kultur jaringan ada faktor penentunya yaitu media. Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.

(5)

sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit. Kultur jaringan adalah metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ atau bagian tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali.

Oleh karena itu, penulisan makalah ini sangatlah diperlukan guna untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang aspek-aspek mengenai kultur jaringan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Bagaimana pengertian dan prinsip dasar dalam kultur jaringan ? 2. Bagaimana tipe-tipe dari kultur jaringan?

3. Bagaimana keterkaitan antara totipotensi dan kultur jaringan, serta perbedaan perbanyakaan alami dalam kultur jaringan?

4. Apa saja peralatan dan fasilitas dalam kultur jaringan?

5. Bagaimana metode-metode pelaksanaan dan tahapan dalam kultur jaringan?

6. Apa saja yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan,, serta apa saja kendala dan masalah yang terjadi didalam kultur jaringan?

7. Apa saja kelebihan dan kekurangan didalam kultur jaringan?

1.3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian dan prinsip dasar dalam kultur jaringan ? 2. Mengetahui tipe-tipe dari kultur jaringan?

3. Mengetahui keterkaitan antara totipotensi dan kultur jaringan, serta perbedaan perbanyakaan alami dalam kultur jaringan?

4. Mengetahui peralatan dan fasilitas dalam kultur jaringan?

5. Mengetahui metode-metode pelaksanaan dan tahapan dalam kultur jaringan?

6. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan dan apa saja kendala dan masalah yang terjadi didalam kultur jaringan?

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Prinsip Kultur Jaringan

(7)

Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (di dalam gelas). Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.

Perbanyakan tanaman dengan kultur in vitro telah banyak diusahakan secara komersial di negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa. Pemanfaatan teknologi tersebut untuk pengadaan bibit pada awalnya berdasarkan hasil percobaan Morel tahun 1960 pada anggrek Cymbidium. Dalam waktu yang singkat dari bahan tanaman yang sangat terbatas dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang banyak. Keberhasilan tersebut mendorong dimanfaatkannya in vitro sebagai teknologi perbanyakan yang banyak memberikan keunggulan daripada teknologi konvensional.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Menurut George dan Sherrington (1984) dan Yusnita (2003), kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Meskipun pada prinsipnya semua sel dapat ditumbuhkan, sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh seperti anakan atau mata tunas.

(8)

penyimpangan (Chaleff, 1984).

Pada prinsipnya kultur jaringan merupakan dua kegiatan utama: yang pertama yaitu mengisolasi atau memisahkan bagian tanaman dari tanaman induk dan yang ke dua yaitu menumbuhkan dan mengembangkan bagian tanaman tersebut di dalam media yang kondisinya steril dan mampu mendorong pertumbuhan bagian tanaman menjadi tanaman yang sempurna. Dasar dari metode tersebut adalah teori Schwan dan Schleiden yang mempunyai konsep “totipotency” (total genetic potential), yang artinya: setiap sel mempunyai potensi genetik yang menurunkan tanaman baru yang sama seperti induknya, atau setiap sel tanaman akan menjadi tanaman lengkap jika ditumbuhkan pada media yang sesuai. Perbanyakan tanaman melalui metode atau teknik kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman yang serupa dengan induknya atau tanaman yang mempunyai sifat baru dari tanman induknya. Hal ini tergantung dari tujuan dan teknik yang dilakukan. Bagian yang diisolasi dan ditumbuhkan jika berasal dari bagian vegetatif maka akan menghasilkan tanaman yang serupa dengan induknya, sedangkan jika berasal dari bagian generatif maka akan menghasilkan tanaman yang mempunyai sifat berbeda dengan tanaman induknya.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

(9)

2.2. Tipe-Tipe Kultur Jaringan seperti: ujung akar, pucuk aksilar, pucuk daun, helaian daun, buah muda, buku batang, akar, dan lain-lain.

C. Kultur Kalus (callus culture)

Kultur kalus merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel), biasanya beberapa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya. Dalam perbanyakan mikro, produksi kalus biasanya dihindari karena dapat menimbulkan variasi dan, terutama pada zona perakaran, mengakibatkan diskontinyuitas dengan sitem berkas pengangkut utama. Kadang – kadang eksplan menghasilkan kalus, bukan tunas baru, khususnya jika diberikan hormon dengan konsentrasi tinggi pada media. Dalam hal lain, kalus sengaja diinduksi karena potensinya untuk produksi massal plantlet baru. Faktor pembatasnya adalah sulitnya menginduksi inisiasi tunas baru, terutama pada tanaman berkayu dan tingginya kejadian mutasi somatik.

Potensi terbesar penggunaan kultur kalus adalah dimana sel-sel kalus dapat dipisahkan dan diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi embrio somatic. Secara morphologi, embryo ini mirip dengan yang ada pada biji, tapi tidak seperti embrio biji, mereka secara genetik bersifat identik dengan tanaman tetua, jadi, segregasi seksual materi genetik tidak terjadi. Karena 1 milimeter kalus berisi ribuan sel, masing-masing memiliki kemampuan untuk membentuk embrio, sehingga kecepatan multiplikasi sangat tinggi. Kultur kalus dapat dilakukan pada media cair dan embrio berkembang sebagai individu terpisah, sehingga penanganan kultur relatif mudah.

Berikut secara umum aplikasi kultur kalus :

 Dalam beberapa hal, perlu fase pertumbuhan kalus sebelum regenerasi via somatic embryogenesis atau organogenesis

(10)

 Sebagai bahan awal kultur protoplast dan kultur suspensi and suspension cultures  Untuk produksi metabolit sekunder

 Digunakan untuk seleksi in vitro

D. Kultur Suspensi Sel (suspension culture)

Kultur suspense sel merupakan kultur yang menggu-nakan media cair dengan pengocokan yang terus menerusmenggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.

E. Kultur protoplasma (protoplasm culture)

Kultur protoplasma menggunakan eksplan sel yang telah dilepas bagian dinding selnya mengguanakan batuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baikintraspesifik maupun interspesifik).

F. Kultur haploid

Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni kepala sari/anther (kultur anther/kultur mikospora), tepung sari/pollen (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

G. Kultur Meristem

Istilah meristem seringkali digunakan untuk menyebutkan ujung tunas dari tunas apikal atau lateral. Meristem sebenarnya adalah apikal dome dengan primordia daun terkecil, biasanya berdiameter kurang dari 2 mm. Keuntungan penggunaan meristem adalah kemungkinan besar bebas dari pathogen internal (misalnya untuk eradikasi virus) dan meminimalisasi terjadinya variasi kimera pada kultur. Kerugian utamana adalah sangat rentan terhadap kerusakan dan memerlukan pengerjaan yang sangat detil/teliti di bawah mikroskop. Prasyarat kultur sama dengan eksplan yang lebih besar, hanya ketidakberhasilan kultur awal mungkin cukup tinggi.

Berikut aplikasi kultur meristem secara umum:  Produksi tanaman bebas virus

 Produksi massal genotype dengan karakteristik yang diinginkan

(11)

 Cryopreservation (penyimpanan pada suhu -198oC) atau konservasi plasma nutfah secara in vitro.

2.3. Keterkaitan antara Totipotensi dan Kultur Jaringan, Serta Perbedaan Perbanyakaan Alami dalam Kultur Jaringan

Kultur jaringan sebenarnya memanfaatkan sifat totipotensi yang dimiliki oleh sel tumbuhan. Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang sempurna.

Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:

A. Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan sesuai. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.

B. Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ baru.

C. Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu. Cantohnya embrioagenikali kompeten cel adalah kemampuan untuk berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.

(12)

mampu membelah diri. Misalnya ujung batang, ujung daun, dan ujung akar. Kultur jaringan adalah suatu cara memperbanyak tanaman dari sel atau jaringan tanaman dewasa sehingga diperoleh individu baru yang sempurna. Dasar dari kultur jaringan adalah suatu sifat yang dimiliki tumbuhan yang disebut totipotensi.

Sifat totipotensi adalah kemampuan sel yang apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Untuk itu diperlukan medium yang tepat untuk pertumbuhan sel, yaitu medium yang mengandung nutrisi dan hormon tumbuh. Selain kondisi steril, kedua hal tersebut adalah kunci pokok bagi keberhasilan kultur jaringan. Totipotensi pertama kali dikemukakan oleh G. Haberlandt, seorang ahli fisiologi Jerman, kemudian oleh F.C. Steward berhasil dibuktikan totipotensi dari satu sel wortel yang dikultur pada medium tertentu dan menghasilkan tanaman wortel yang utuh dan lengkap.

Perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan Alami :

Perbanyakan alami :

 Nutrisi diperoleh secara alami dari dalam tanah

 Tanaman dapat membuat makanannya sendiri (autotrof)  Sumber tanaman harus cukup umur

 Fotosintesis dengan bantuan matahari

 Ada musim hujan dan kemarau yang tidak terkendali  Kultur Jaringan:

2.4. Peralatan dan Fasilitas dalam Kultur Jaringan

(13)

kaporit, kemudian kertas saring, petridish, botol-botol kosong, jarum, pipet, dan sebagainya.

Peralatan kultur jaringan juga terdiri atas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), alat ini letaknya di ruang penabur, yaitu ruang yang selalu harus dalam keadaan steril, alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman. Entkas, merupakan bentuk lama dari alat penabur (LAFC), maka fungsinya pun sama seperti (LAFC) Shaker (pengaduk), merupakan alat pengaduk yang putarannya dapat diatur menurut kemauan. Pengaduk ini dapat digunakan untuk keperluan menumbuhkan kalus pada eksplan suatu tanaman atau untuk membentuk protokormusatau sering disebut plb (protocorm like bodies) dari kalus bermacam jaringan tanaman.

- Autoklaf, merupakan alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jaringan tanaman. -Timbangan Analitik, jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbangan yang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat kecil. Alat ini berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan.

-Stirer, alat ini berfungsi untuk mengaduk dengan pemanas, dengan menggunakan listrik, alat ini berfungsi sebagai kompor disamping sebagai pengaduk.

-Erlenmeyer, alat ini digunakan dalama kultur jaringan tanaman sebagai sarana menuangkan air suling maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan.

-Gelas Ukur, digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan digunakan. -Gelas Piala, digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan air suling dalam pembuatan medium.

-Petridish, merupakan semacam jenis gelas piala yang mutlak dibutuhkan dalam kultur jaringan.

-Pinset, digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan

-Lampu Spiritus, digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan pinset) di dalam laminar air flow cabinet atau di dalam enkas pada kita mengerjakan penanaman atau sub-culture.

-Tabung Reaksi, digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi khloroplas.

(14)

Laboratorium kultur jaringan harus dirancang secara khusus, karena ada bagian-bagian atau ruangan-ruangan yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba. Ruang-ruang dalam kultur jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada di dalamnya, yaitu

sebagai berikut:

A. Ruang Tidak Steril Ruang Tamu

Dalam laborsatorium kultur jaringan sebaiknya di lengkapi dengan ruang tamu, karena biasanya laboratorium kultur jaringan selalu di datangi tamu baik tamu yang ingin melihat sarana dan suasana laboratorium maupun tamu ingin membeli hasil biakan kultur jaringan.

Ruang Administrasi

Segala surat-menyurat tentang pembelian alat-alat laboratorium, pembelian media kultur jringan, penjualan bibit-bibit hasil biakan kultur jaringan, dan transaksi-transaksi ataupun perjanjian-perjanjian kerja sama tentang penelitian dilaksanakan di dalam ruangan administrasi.

Ruang Staf

Laboratorium kultur jaringan membutuhkan staf peneliti dalam jumlah banyak, tujuannya adalah agar dapat di adakan pembagian kerja sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Di dalam ruang staf ini dapat pula di lakasanakan diskusi antar staf pada waktu berkumpul bersama.

Kamar Mandi dan WC

Ruang kultur jaringan harus dalam suasana bersih untuk menghindari kontaminasi oleh mikroba. Bila pekerja akan memasuki ruangan penabur atau ruang inkubator, tubuh dan pakaiannya harus bersih, tidak berkeringat dan tidak berdebu. Ruang Ganti Pakaian untuk menghindari timbulnya kontaminasi oleh mikroba, maka para karyawan di dalam laboratorium kultur jaringan perlu memakai pakaian yang bersih, dalam arti baru di cuci. Oleh karena itu dalam ruangan kultur jaringan perlu di adakan ruang ganti pakaian.

(15)

penyimpanannya memerlukan pengaturn yang khusus supaya mudah mecarinya. Penyimpanan yang tidak teratur akan mempelambat dalam pekerjaan, misalnya dalam mencari salah sau komponen media saja membutuhkan waktu yang lama. Bahan kimia yang mahal harganya seperti hormon tumbuh dan enzim untuk isolasi protoplas harus disimpan dala ruangan yang sejuk. Alat-alat dari gelas seperti erlenmeyer, gelas ukur dan alat gelas lainnya perlu disimpan dalam almari tersendiri.

Ruang Preparasi

Di dalam ruangan ini disediakan peralatan dan tempat untuk mencuci alat-alat laboratorium yang akan digunakan. Peralatan yang ada antara lain keranjang-keranjang plastik untuk tempat peralatan yang baru dicuci.

Ruang Penimbangan dan Sterilisasi

Bermacam-macam media kultur jaringan dijual dalam bentuk kemasan dengan harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, staf labolatorium lebih senang meramu sendiri medum tanam yang dibutuhkannya.dengan demikian dibutuhkan lat untuk menimbang semua komponen bahan kimia tersebut. Misalnya menimbang bahan kimia makro dan mikro. Rumah Kaca (Green House) Rumah kaca adalah suatu bangunan yang atap dan sekeliling dinding bagian atasnya terbuat dari kaca. Tujuan penyediaan rumah kaca adalah untuk tempat meletakkan pot-pot bibit tanaman.

B. Ruang Tidak Mutlak Steril Ruang Planlet

Ruangan ini menggunakan alat pendingi (AC), maka temperatur ruangan dapat mencapai sekitar 25OC sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet. Botol-botol yang berisi planlet jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh sebab itu, dalam ruangan ini perlu disediakan rak-rak alumuniaum yang dasrnya berlobang-lobang untuk meletakkan botol-botol tersebut secara teratur dan rapi.

Ruang Inkubator

(16)

ditumbuhkan dalam ruangan inkubasi membutuhkan temperatru dan cahaya yang dapat diatur dan disesuaikan dengan jenis eksplannya.

Ruang Shaker dan Enkas.

Eksplan yang baru ditanam dan diinkubasikan dalam ruang inkubator akan menghasilkan kalus. Bila kalus ini cukup umur, maka dapat diperlukan suspensi sel, yaitu menumbuhkan suatu eksplan atau kalus dengan menggunakan media cair (media yang tidak menggunakan zat pemadat atau agar), kemudian digojok di atas shaker. Hasil pertumbuhan kalus ini adalah berupa protokormus atau dalam istilah asing disebut plb (protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat padat dan berwarna hijau. Bila keadaan protocormus sudah keadaan demikian maka sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di tumbuhkan menjadi planlet. Enkas juga sering di letakkan dalam satu ruang dengan shaker, kegunaan enkas ini sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu untuk menabur eksplan.

C. Ruang Mutlak Steril Ruang Penabur

Ruang penabur biasanya di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu 2×3 m2. tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi ruangannya tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mengalami kesulitan. Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi mudah dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 96% dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang penabur akan digunakan. Bila saat calon penabur akan memasuki ruangan, lampu ultra violet harus dimatkan terlebih dahulu kemudian menyalakan lampu neon biasa dan calon penabur diperbolehkan memasuki ruangan tersebut. Sebaiknya, pada saat akan keluar lampu neon di matikan dan setelah keluar menutup daun pintu kembali lampu ultra violet dinyalakan. Dengan demikian steril ruangan dapat dijamin.

2.5. Metode-Metode Pelaksanaan dan Tahapan dalam Kultur Jaringan

A. Metode Pelaksanaan Kultur Jaringan

(17)

Teknik kultur jaringan dapat dilaksanakan dengan dua metode yaitu: a. Metode Padat (solid method)

Metode ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan medium diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan tunas, sehingga kalus dapat tumbuh menjadi planlet. Media yang mengandung semua komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat merupakan media padat. Biasanya menggunakan zat pemadat yang berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng yang khusus digunakan untuk media padat dalam kultur jaringan.

Akar sukar tumbuh jika media terlalau padat, hakar l ini terjadi karena akar akan sulit menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan ini dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi kalus, karena area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang luka) akan tertutup oleh medium.

Metode kloning dapat menggunakan metode padat. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan protoplas yang telah diisolasi untuk menumbuhkan planlet dari protokormus. Penumbuhan ini dilakukan setelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari prtoplas yang sudah difusikan (digabungkan).

b. Metode Cair(Liquid Metho)

Metode cair jika dibandingkan dengan metode padat dapat dikatakan tidak praktis, karena sulit untuk menumbuhkan kalus secara langsung dari ekspaln sehingga sangat kecil tingkat keberhasilannya, pada metode ini hanya tanaman-tanaman tertentu yang dapat tumbuh. Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi sel, yaitu untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies).

(18)

2. Dilihat dari Bahan atau Eksplan yang Dipakai

Bila dilihat dari macam bahan yang digunakan, maka metode kultur jaringan yang

maka metode kultur jaringan yang telah dikenal sekarang antara lain adalah:

1) Kultur Meristem

2) Kultur antera

3) Kultur endosperma

4) Kultur suspensi sel

5) Kultur protoplas

6) Kultur embrio

7) Kultur spora

8) Dan lain-lain

3. Dilihat dari Cara Pemeliharaan

Agar dapat tumbuh, eksplan yang telah ditanam menjadi kalus dan kemudian menjadi planlet, maka dibutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan atau kalus yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat mengalami brownig atau terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.

Tahapan Kultur Jaringan

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat pendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.

(19)

tergantung kebutuhan. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

Tahapan tersebut, yaitu:

a. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). Hal ini untuk mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan mampu mematikan jaringan eksplan.

b. Sterilisasi

(20)

Tanaman induk – sterilisasi bahan tanam/eksplan menggunakan detergen, alcohol, kloroks 0,5 % dll – direndam dalam bahan sterilant – sterilisasi dalam laminar – tanaman dipro-kondisi

c. Pembuatan media kultur

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan cara kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.

Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoclave. Pembuatan media kultur :

o Persiapan bahan

o Formulasi

o Pengukuran pH (5,7-5,8)

o Pemberian agara-agar dan pemanasan media

o penuangan dan penutupan media  sterilisasi

Kandungan nutrisi dalam agar-agar : 1. Mineral

(21)

2. karbohidrat (gula) 3. vitamin (B dan C) 4. protein

5. Hormon

Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) Bahan Kimia Konsentrasi Kimia (mg/l) 1. NH4NO3 1650

2. KNO3 1900 3. CaCL2+2H20 440 4. MgSO4+7H20 370 5. KH2PO4 170 6. FeSO4+7H20 27 7. Na 37,3

8. MnSO4+4H20 22,3 9. ZnSO4.7H2O 8,6 10. H3BO3 6,2 11. KI 0,83

12. Na2MoO4+2H20 0,25 13. CuSO4+5H20 0,025 14. CoCl2+6H20 0.025 15. Myoinositol 100 16. Niasin 0,5

17. Piridoksin-HCL 0,5 18. Tiamin-HCL 0,1 19. Glisin 2

20. Sukrosa 3000

(22)

Melalui sub kultur atau transfer, tanaman ditanam pada media tanam di laminar air flow menggunakan alat-alat yang steril.

Syarat eksplan yang baik :

 Berasal dari induk yang sehat dan subur

 Berasal dari induk yang diketahui jenisnya

 Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik

 Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya

 Tunas langsung diproses sesegera mungkin

Tahapan sub kultur

Induksi tunas

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

Multiplikasi tunas

(23)

Pengakaran

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Untuk pengakaran digunakan media MS + NAA. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Proses perakaran pada umumnya berlangsung selama 1 bulan. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

Inkubasi

Pada tahap inkubasi, eksplan ditempatkan di ruang/lingkungan yang terkendali (untuk duji keberhasilannya). Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC. Untuk mengkondisikan ruang inkubasi pada suhu yang diinginkan, maka di dalam ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC).

Aklitimasi

Aklitimasi merupakan proses adaptasi/ pemindahan tanaman dari lingkungan dalam ke lingkungan luar (dari lingkungan yang terkendali ke lingkungan yang tidak terkendali). Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.

(24)

ditumbuhkan di nursery sampai mencapai tinggi 50 – 60 cm kemudian dipindahkan ke lapangan.

2.6. Regenerasi pada Kultur Jaringan, Serta Kendala dan Masalah yang Terjadi dalam Kultur Jaringan

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi

1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro : pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll

2. Eksplan ,adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.

3. Media Tumbuh, Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.

(25)

5. Lingkungan tumbuhyang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.

B. Kendala dan Masalah yang Terjadi dalam Kultur Jaringan

Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik.

(26)

Enzim-enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri seperti Jepang. Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama untuk pengembangan bioteknologi.

Masalah-masalah Dalam Kultur Jaringan:

Dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya.

Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.

Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu: 1. Kontaminasi

Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya.Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus).

Upaya mencegah terjadinya kontaminsi:

 Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur jaringan.

(27)

 Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari waktu yang longgar.

2. Pencoklatan/browning

Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa sering terjadi. Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.

3. Vitrifikasi

Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:

 Munculnya pertumbuhan yang tidak normal

 Tanaman yang dihasilkan kerdil

 Pertumbuhan batang cenderung ke arah penambhan diameter

 Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent

 Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade.

4. Variabilitas Genetik

(28)

multifikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang yang tidak terkontrol. Penggunaan teknik yang tidak sesuai. Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur suspensi sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin akibat teknis kultur, media atau hormon.

Cara mengatasi masalah variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan aspek yang dikulturkan.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan

Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh.

Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali. Media juga dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari kondisi medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan pembesaran dirinya.

Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict embriogenesis, tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik dapat secara endogen atau eksogen.

(29)

Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan. Hambatan apat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.

7. Lingkungan Mikro

Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.

Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda, namun demikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan inkubator suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.

2.7. Kelebihan dan Kekurangan didalam Kultur Jaringan

Dalam pelaksanaannya, teknik kultur jaringan memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. Berikut ini merupakan beberapa kelemahan dan kelebihan teknik kultur jaringan:

1. Kelebihan kultur jaringan:

a) Mendapatkan tumbuhan baru dalam jumlah banyak dalam waktu relatif singkat dengan sifat sama dengan induknya.

(30)

c) Efisien tempat dan waktu.

d) Tidak tergantung musim, dapat diperbanyak secara kontinu. e) Biaya lebih murah untuk skala besar.

f) Cocok untuk tanaman yang sulit bergenerasi. g) Merupakan sarana meningkatkan kualitas tanaman.

h) Dalam proses pembibitan akan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya.

i) Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam. j) Melestarikan tumbuh-tumbuhan yang hampir punah.

k) Mendapatkan metabolit sekunder yang terdapat pada sel tumbuhan secara tepat, yang digunakan untuk pembuatan obat-obatan.

l) Memberikan masukan atau informasi yang sangat bermanfaat dalam bidang fisiologi tumbuhan.

m) Meningkatkan perekonomian sehingga berpengaruh terhadap devisa negara.

2. Kelemahan kultur jaringan:

Selain beberapa manfaat yang dimiliki dalam teknik kultur jaringan. Teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

a) Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi untuk melakukan tehnik kultur jaringan. b) Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium

khusus), peralatan dan perlengkapan.

c) Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan.

(31)

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas, kurang pengetahuan, dan resiko defisit

Hasil kajiannya menunjukkan bahwa terdapat nilai korelasi positif yang tinggi dari hubungan nilai CBR terhadap nilai kecepatan gelombang geser dan modulus elastik bahan

Pada Tabel 1, enam topik yang dijadikan bahan penelitian mempunyai skor rerata lebih rendah daripada skor ideal yang artinya mahasiswa mengalami kesulitan tentang

[r]

Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86 dengan perolehan

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaiamana merancang sistem pengendali posisi ketinggian pada towercopter dengan kendali PID dan hasil respon sistem dinamik

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa zona hambat pada proporsi lidah buaya 6% dengan tepung sukun 3% (L3T1) dan proporsi lidah buaya 6% dan tepung umbi ganyong

Hal tersebut dapat melindungi pembuluh darah dari kerusakan aterosklerosis.pada penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek penelitiannya, dengan demikian perlu