• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL- UTSMANI WINONG GEJLIG KAJEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL- UTSMANI WINONG GEJLIG KAJEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

40

BAB III

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN

AL- UTSMANI WINONG GEJLIG KAJEN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

1. Identitas Pondok Pesantren

Bermula sekitar tahun 1952 salah seorang bernama H. Oesman di dukuh Winong Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan membaca situasi dan kondisi masyarakat yang minus secara ekonomi dan jiwa keagamaannya, karena merasa terpanggil hatinya, ditahun yang sama maka beliau berupaya membangun sebuah lingkungan yang bisa dikatakan layak dan bernuansa religius, padahal secara ekonomi H. Oesman belum mampu untuk merealisasikan hal tersebut, namun dengan jiwa perjuangan dan bekal sebidang tanah yang dimilikinya yang pada akhirnya diwakafkan untuk dibangun sebuah masjid dan majlis ta’lim untuk mendalami ilmu agama.

Perjalanan panjang H. Oesman akhirnya berlabuh pada sekian banyak keturunan keluarganya dalam rangka mengembangkan dan meneruskan keinginannya tersebut, sehingga pada tahun 1970 perjalanan berikutnya dilanjutkan oleh putra ke-13nya yaitu H. Arifin Oesman. H. Arifin Oesman berusaha melihat dari dekat situasi yang bisa dikatakan sangat memprihatinkan tersebut. Keadaan yang semula

(2)

jauh sekali dengan nuansa religius dirubah beliau sedikit demi sedikit menjadi tempat yang bernuansa religius dengan kegiatan-kegiatan ala pesantren walaupun dengan sarana yang kurang memadai dan bertahan hingga tahun 1980.

Pada tahun 1986, sosok pahlawan H. Oesman tutup usia dan bersamaan dengan itu masjid dan majlis ta’lim yang dibangunnya rusak dan roboh. Sebagai pewaris dan pemangku amanat, H. Arifin Oesaman berusaha dengan segala perjuangannya dan atas restu Habib Ali bin Ahmad Al Attas, para ulama, para kyai dan tokoh masyarakat berdirilah kembali masjid tersebut. Hingga pada tahun 1990 H. Arifin Oesman mengkader para santri kurang lebih 100 santri. Dengan santri-santri tersebut maka tahun 1993 berdirilah sebuah pesantren bernama Pondok Pesantren Al- Utsmani diatas tanah seluas 12 x 25 m² yang kemudian diserahkan kepada menantu beliau yang bernama KH. Shohibul Ulum sebagai pengasuh pondok pesantren sekaligus meneruskan perjuangan H. Arifin Oesman sampai sekarang. Kemudian pada tahun 1998 didirikan pondok pesantren putri dengan nama Al-Mardliyah (sekarang menjadi nama blok kamar pondok putri) diatas tanah seluas 70 x 26 m², dan sampai sekarang menjadi sebuah pesantren yang memiliki banyak santri putra dan putri dengan sarana dan prasana yang layak dan mendukung.1

(3)

Profil Pondok Pesantren Al- Utsmani: Nama Pondok Pesantren : Al- Utsmani

Alamat : Dk. Winong Ds. Gejlig Kecamatan/ Kabupaten : Kajen/ Pekalongan

No. Telp : (0285) 381283/ 0815-4200-1001 Tahun Berdiri : 1993

Pimpinan : KH. Shohibul Ulum

Nomor NSP : 512332608002

Nomor SK Terdaftar : Kd. 11. 26/5/PP.00.7/851/2006 Tanggal SK : 3 Juni 2006

Dewan Asatidz dan Karyawan Pondok Pesantren Al- Utsmani Karyawan TU : 2 orang

Dewan Asatidz : 22 orang ( 7 perempuan dan 15 laki-laki) Petugas Keamanan : 2 orang

Sampai saat ini, jumlah santri Pondok Pesantren Al- Utsmani mencapai 109 santri putra (Banin) dan 97 santri puti (Banat).2

2. Visi dan Misi Visi:

Menjadikan Pondok Pesantren Al- Utsmani sebagai lembaga pendidikan agama yang terpadu, berkualitas dan berakhlakul karimah.

Misi:

(4)

a. Menyelenggarakan pendidikan salafiyah yang berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan agama.

b. Menyelenggarakan pendidikan agama dari tingkat ibtidaiyyah sampai aliyah sebagai upaya penyiapan Sumber Daya Manusia. c. Menyiapkan tenaga ahli sesuai dengan bidangnya yang taat pada

syariat.

d. Mencetak santri yang beriman dan berakhlakul karimah.3

3. Kegiatan

Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen berorientasi pada materi pembelajaran yang bersumber dari kitab-kitab kuning. Beberapa kitab diajarkan kepada santri setiap harinya dengan jadwal kegiatan yang disusun tertib mempermudah santri untuk memanaj waktu mereka.

Jadwal kegiatan tersebut dapat dilihat dari rincian berikut:

Waktu Kegiatan

04.00 (Bangun tidur) – 06.00 Jama’ah Shubuh, ngaji Al-Qur’an (santri yang belum lancer membaca Al- qur’an), ngaji kitab kuning.

06.00 – 07.00 Persiapan sekolah. 07.00 – selesai Sekolah

12.00 – 12 30 Jama’ah Dzuhur.

(5)

12. 45 – 13.30 Sebagian santri ngaji al- qur’an dan sebagian sima’an kitab tafsir. 13.30 – 15.00 Istirahat

15.00 – 15.45 Jama’ah ashar, membaca surat waqiah.

16.00 – 17.30 Ngaji kitab-kitab kuning. 18.00 – 18.30 Jama’ah maghrib.

18.30 – 20.00 Madin (sebagian santri) dan ngaji tafsir (kitab kuning).

20.00 – 20.30 Jama’ah isya’.

20.30 – 22.30 Syawer (Musyawarah atau belajar bersama yang dibagi perkelas).

22.30 – 23.00 Sholat malam (mujahadah). 23.00 – Shubuh Tidur (istirahat)

Khusus untuk malam jum’at sekolah dan musyawarah libur, diganti dengan kegiatan pembacaan manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, Dziba’, Berzanji atau kegiatan khitobiyah yang digilir tiap-tiap minggunya. Dan untuk hari jum’at adalah hari untuk bersih-bersih bersama (ro’an).4

(6)

Daftar Dewan Asatidz dan Pelajaran Pondok Pesantren Al-Utsmani Putra5

No. Kelas Pelajaran Ustadz

1. I Ibtida’ Tajwid Ust. Abdul Aziz Fiqh Ust. Abdul Aziz Akhlak Ust. M. Afif Tarikh Ust. M. Afif Tauhid Ust. M. Afif 2. II Ibtida’ Tajwid Ust. Khotibul Haq

Fiqh Uts. Zainal Arifin Tarikh Ust. Zainal Arifin Akhlak Ust. Zainal Arifin Tauhid Ust. Khotibul Haq 3. III Ibtida’ Fiqh Ust. Khotibul Haq

Tajwid Ust. M. Sholehuddin Nahwu dan Shorof Ust. M. Sholehuddin Akhlak dan Tauhid Ust. M. Sholehuddin Tarikh Ust. M. Sholehuddin 4. I Tsaniwiyah Nahwu Ust. M. Luqman

Fiqh Ust. Zubair Q. Lughowi dan Q.

Shorfi

Ust. M. Luqman Tauhid Ust. Zubair I’rob dan Q. I’lal Ust. M. Luqman 5. II Tsanawiyah Nahwu Ust. M. Yasin

Fiqh dan Risalah Mahidl

Ust. M. Yasin Tauhid Ust. Zubair Shorfi Ust. M. Yasin 6. III Tsanawiyah Nahwu Ust. A.Faqih

Fiqh dan Hadits KH. Shohibul Ulum Q. I’rob dan Faroid Ust. Abdurrohman

Daftar Dewan Asatidz dan Pelajaran Pondok Pesantren Al-Utsmani Putri

No. Kelas Pelajaran Ustadz

1. I Ibtida’ Tajwid Ustd. Fatihah Fiqh Ustd. Mutmainnah Akhlak Ustd. Fatihah Tarikh Ustd. Fatihah

(7)

Tauhid Ustd. Fatihah

2. II Ibtida’ Tajwid Ustd. Zumro’ah

Fiqh Ustd. Zumro’ah Tarikh Ustd. Mutmainnah Akhlak Ustd. Mutmainnah Tauhid Ustd. Zumro’ah

3. III Ibtida’ Fiqh Ustd. Muro’ah

Tajwid Ustd. Muro’ah Nahwu Ustd. Muro’ah Akhlak Ummi Kholisna Tarikh Ummi Kholisna 4. I Tsaniwiyah Nahwu Ustd. Khafidloh

Fiqh Ust. Hilmi

Q. Lughowi dan Q. Shorfi

Ustd. Khafidloh Tauhid Ust. Hilmi I’rob dan Q. I’lal Ustd. Khafidloh 5. II Tsanawiyah Nahwu Ust. Asy’ari Sc.

Fiqh dan Risalah Mahidl

KH. Shohibul Ulum Tauhid Ust. Asy’ari Sc. Shorfi Ust. Asy’ari Sc. 6. III Tsanawiyah Nahwu Ust. Ulil Azmi

Fiqh dan Hadits Ust. Abdurrohman Q. I’rob dan Faroid Ust. Ulil Azmi

4. Struktur Organisasi

Susunan kepungurusan Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen adalah sebagai berikut:

a. Penasehat : 1. Hb. Abdurrohman Bagir 2. KH. Zainuddin Djazuli 3. KH. Nurul Huda Djazuli 4. KH. Musthofa Bakri b. Pengasuh : KH. Shohibul Ulum

(8)

Ketua II : Abdurrohman d. Sekretaris I : M. Afif Ahmad

Sekretaris II : M. Sholehuddin e. Bendahara I : M. Abdul Aziz

Bendahara II : Khafidloh f. Seksi-seksi

a) Pendidikan : 1. Asy’ari Sachur 2. Muhammad Faqih b) Keamanan : 1. Bahrul Ulum

2. Ulil Azmi c) Kebersihan dan Kesehatan : 1. M. Lukman

2. Ahmad Zainuri d) Pembantu Umum : 1. M. Rifqi

2. Amin Slamet 3. Zumro’ah

5. Sarana dan Prasaran Pondok Pesantren Al- Utsmani

Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen memiliki sarana dan prasarana dimiliki pada umumnya oleh pondok pesantren-pondok pesantren lain. Sarana dan prasarana tersebut adalah:

a. Asrama putra yang terdiri dari 9 kamar, dan asrama putri yang terdiri dari 5 kamar,

b. Kantor putra 1 ruang dan kantor putri 1 ruang, yang terletak di area asrama masing-masing,

(9)

c. Aula,

d. Mushola yang terletak di area asrama putri, e. Masjid yang terletak di area asrama putra,

f. Kamar mandi, yang ada di area asrama putra berjumlah 10 kamar mandi dan 13 kamar mandi di area asrama putri,

g. Ruang kelas untuk santri putri berjumlah 6 kelas dan 8 kelas untuk santri putra,

h. Ruang koperasi,

i. Gudang, yang digunakan untuk meletakkan alat-alat kebersihan dan alat-alat lain,

j. Dapur umum yang masing-masing asrama, baik putra ataupun putrid memiliki 1 dapur,

k. Jemuran (tempat menjemur pakaian), asrama putra dan putri ada, l. Halaman.6

B. Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

Kecerdasan interpersonal sangatlah pernting dimiliki setiap orang, karena kecerdasan tersebut dapat membantu mempermudah seseorang dalam bekerja serta membangun relasi dengan baik.

Di Pondok Pesantren Al-Utsmani sendiri kondisi kecerdasan interpersonal santri di Pondok Pesantren Al- Utsmani secara keseluruhan

(10)

belum begitu sempurna, namun tergolong baik. Karean ada beberapa indikator dari dimensi kecerdasan interpersonal tidak dimiliki oleh santri. Sebanarnya santri memilikinya, hanya saja santri hal-hal tersebut tidak dibiasakan dan dikembangkan dalam diri santri. Seperti halnya sikap empati yang dimiliki oleh santri, antara santri putra dan putri sangatlah berbeda. Keduanya dikatakan bagus, namun kurang. Sikap empati yang dimiliki oleh santri putri lebih bagus dari pada santri putra. Hal ini seperti yang dituturkan oleh salah seorang ustadz di sana:

“Sebenarnya sikap empati mereka bagus, hanya saja kurang. Namun ya walaupun kurang, untuk santri putri termasuk sudah jauh lebih bagus. Mungkin karena mereka perempuan”.7

Dituturkan lebih lanjut oleh seorang dewan asatidz di sana bahwa:

“Mereka sering berinisiatif mengumpulkan dana untuk menjenguk teman mereka yang sakit yang sampai dibawa pulang. Selain itu juga mereka mau ikut ta’ziyah jika penduduk di sekitar pondok pesantren. Kalo untuk putri hanya sekedar ta’ziyah saja, namun kalo putra kadang ikut mengantar ke maqbaroh”.8

Salah seorang ustadz menambahkan lagi bahwa:

“Sikap empati itu sebenarnya dimiliki oleh para santri, hanya saja kurang begitu terlihat. Ya semua itu dikarenakan usia, dan tingkat kedewasaan santri belum cukup. Adalah beberapa santri yang sudah bisa memahami hal-hal tersebut, tingkat kedewasaannya sudah bisa dikatakan cukup, ya dengan sendirinya mereka juga memiliki sikap empati”.9

Untuk sikap prososial yang dimiliki santri di sini bisa dikatakan baik, karena mereka bisa bekerja sama, membantu orang lain baik dengan

7 Transkip Wawancara VI, No. 3. 8 Transkip Wawancara III, No. 5. 9 Transkip Wawancara IV, No. 1.

(11)

sesama santri atau dengan masyarakat sekitar. Seperti yang dipaparkan oleh seorang ustadz di Pondok Pesantren ini:

“Untuk kerjasama dan membantu orang lain santri di sini bisa dikatakan baik, mereka mau bekerjasama dan membantu yang lain, baik dengan masyarakat pondok maupun masyarakat luar pondok. Wujud kerjasama mereka dimulai dari mau menyelesaikan tugas kelas yang mungkin butuh dikerjakan bersama-sama, urusan kamar masing-masing atau tugas yang lain. Untuk membantu orang lain, mereka juga memiliki inisiatif untuk membantu teman atau orang lain, baik berupa finansial, tenaga atau fikiran. Mereka para santri mau menyisihkan sebagian uang jajan mereka yang dikumpulkan kemudian untuk diberikan saat santunan anak yatim saat tanggal 10 Muharom, atau untuk membantu teman yang terkena musibah, entah sakit atau yang lain. Walaupn jumlahnya tidak seberapa namun itu sedikit banyak bisa meringankan beban yang lain”.10

Ditambahkan lagi oleh salah seorang ustadz bahwa:

“Sebenarnya untuk bekerjasama dengan masyarakat sekitar pondok, santri mau dan malah dianjurkan jika ada acara-acara besar, semisal ada acara-acara dihari besar Islam terus diadakan pengajian, hanya saja mereka para santri tidak memiliki waktu yang cukup untuk bekerjasama, kecuali jika hari libur, mereka dapat membantu gotong royong bersama”.11

Ustadzah menambahkan:

“Untuk kerjasama dan membantu orang lain sebenarnya sama, hanya saja mungkin untuk santri putri tidak terlalu bebas untuk berbaur dengan masyarakat luar pondok, mengingat santri putri lebih ketat peraturannya dari pada santri putra. Namun untuk acara-acara tertentu jika melibatkan santri putri, mereka mampu berbaur dengan masyarakat luar pondok seperti halnya santri putra. Misalnya dalam acara khoul sesepuh pondok pesantren, yang diadakan untuk masyarakat pondok dan masyarakat umum”.12

10 Transkip Wawancara II, No. 7. 11 Transkip Wawancara V, No. 2. 12 Transkip Wawancara III, No. 5.

(12)

C. Strategi Pengembangan Kecerdasan Interpersonal (Sosial) Santri Di Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

Kecerdasan interpersonal sangat penting dimiliki oleh seseorang, karena kecerdasan interpersonal bisa membantu seseorang dalam pekerjaannya, dan juga mempermudah hubungan seseorang dengan relasinya. Pondok Pesantren Al- Utsmani sendiri merupakan sebuah pondok pesantren yang mendukung perkembangan kecerdasan interpersonal santrinya.

Berdasarkan jawaban wawancara yang dipaparkan oleh dewan asatidz, terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al- Utsmani dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal, diantaranya: 1. Musyawarah (antar santri)

Musyawarah ini dilakukan dengan memulai membaca satu pembahasan dalam sebuah kitab, kemudian mereka mendiskusikannya dengan penguatan-penguatan dari beberapa refrensi. Seperti yang dituturkan oleh Ustadz UZ:

“Musyawarah biasanya dilakukan oleh santri-santri yang sudah besar dan tingkatan kelasnya yang sudah tinggi. Ustadz dan ustadzahnya juga ikut serta. Mulanya salah seorang santri membaca, menerjemahkan dan mengkaji apa yang ada kitab tersebut. Kemudian dari situ mereka mekaitkan pembahasan dengan kenyataan dalam kehidupan. Jika ada permasalahan yang muncul mereka saling melontarkan pendapat dengan penguatan mereka masing, ya tentunya dengan refrensi-refrensi kitab yang lain. Mereka akan mendiskusikannya sampai ditemukan titik terang. Kegiatan ini dilakukan setiap malam, kecuali malam jum’at sekitar jam setengah sembilan malam”.13

(13)

Berdasarkan hasil observasi peneliti, kerjasama, ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan berkomunikasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan ini. Santri bekerjasama, berdiskusi dan memecahkan masalah yang timbul secara bersama-sama. Ketrampilan komunikasi juga dikembangkan dalam kegiatan ini, hal ini terlihat ketika salah santri memaparkan pendapatnya, berbicara dengan santun dan mau mendengarkan pendapat dan usulan dari yang lain. Juga saat memberikan tanggapan serta umpan balik.14

2. Penerjunan di masyarakat

Penerjunan ini dilakukan agar santri bisa melihat langsung bagaimana keadaan masyarakat yang sesungguhnya. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang ustadz:

“Biasanya para santri didelegasikan keluar pondok (masayarakat) untuk sekedar menjadi qori’ atau mengisi pengajian. Ya tentunya santri-santri yang sudah besar (mumpuni)”.15

Salah seorang ustadz menambahkan bahwa:

“Tidak hanya untuk mengisi pengajian, atau menjadi qori’, para santri juga diberikan kesempatan untuk menjadi wakil dari pondok untuk mengahadiri undangan baik untuk acara tingkatan pondok, atau undangan dari instansi-instansi tertentu. Misalnya ada undangan dari kabupaten untuk menghadiri seminar atau sosialisasi yang berhubungan dengan pondok pesantren, salah seorang santri yang sudah besar diutus untuk mewakili pondoknya, atau acara-acara seperti musyawarah antar pondok pesantren”.16

14 Catatan Observasi III, No. I. O. KM. 7-03-15. 15 Transkip Wawancara II, No. 5.

(14)

3. Kegiatan Khitobah

Kegiatan khitobah ini dilakukan dengan memberikan tugas kepada beberapan santri untuk seolah-olah melaksanakan serangkaian acara khutbah dengan susunan acara dan tema tertentu. Seperti yang dipaparkan oleh salah seorang pengurus di Pondok Pesantren Al-Utsmani bahwa:

“Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap malam jum’at, sebulan sekali dengan petugas yang berbeda-beda tiap minggunya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh penanggung jawabnya. Jadi setiap santri pernah merasakan menjadi penceramah, jadi qori’ jadi pembaca doa. Ya macam-macam”.17

4. Kerja bakti

Menurut Ustadz MY, salah seorang pengurus di Pondok Pesantren Al-Utsmani menyatakan:

“Kerja bakti dilakukan oleh para santri setiap jum’at pagi, yang dilakukan adalah bebersih lingkungan, baik area pondok maupun di luar area pondok. Hanya saja dalam hal ini santri putra yang bisa berkenaan langsung dengan masyarakat, karena melihat kondisi santri putra sendiri yang sedikit bebas”.18

Berdasarkan observasi peneliti, kerjasama, kekompakan serta tolong-menolong telah dimiliki oleh santri. Mereka tidak lagi berfikir hanya mau bekerjasama, menolong dengan yang mereka sukai, yang mereka anggap baik, namun mereka bekerjasama dengan siapapun untuk mancapai hasil yang baik pula.19

17 Transkip Wawancara III, No. 6. 18 Transkip Wawancara IV, No. 3.

(15)

5. Penanaman akhlak dan pencontohan

Penanaman akhlak dan pemberian contoh yang diberikan oleh pengurus (Dewan Asatidz) akan membangkitkan motivasi santri agar mereka memiliki akhlak yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Dipaparkan dari Bapak Ustdaz, yang merupakan salah satu pengurus pondok ini bahwa:

“Biasanya anak-anak itu cenderung memiliki sifat yang suka meniru, jadi mungkin diawali dengan menanamkan akhlak yang baik, kemudian memberikan contoh kepada mereka adalah jalan yang sesuai untuk mengarahkan perkembangan kecerdasan sosialnya. Misal ketika ustadz atau ustadzah menyuruh santri untuk hemat, maka dengan serta merta kita dewan asatidz juga hemat”.20 6. Praktik mengajar

Salah saeorang menuturkan bahwa:

“Praktik mengajar ini diterapkan bagi mereka para santri bisa dikatakan sudah senior, atau mereka yang sudah mumpuni. Praktik mengajar ini dilakukan di TPQ, Madin (Madrasah Diniyah) yang juga milik pondok sendiri. Anak yang diterjunkan sekitar 3 sampai 5 anak saja”.21

Berdasarkan observasi peneliti, santri terlihat menikmati peran mereka menjadi seorang pengajar, walaupun ada kesulitan didalamnya. Para santri mengembangkan ketrampilan komunikasinya disini, agar terjalin sebuah komunikasi yang baik dan menyenangkan. Ada tantangan tersendiri bagi para santri, ketika mereka harus mampu memecahkan masalah yang terjadi ditengah-tengah kegiatan belajar.22

20 Transkip Wawancara I, No. 6. 21 Transkip Wawancara II, No. 8.

(16)

D. Peran Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal (Sosial) Santri Di Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa kecerdasan interpersonal sangat membantu seseorang dalam berhubungan dengan sesama, maka pondok pesantren juga memiliki peran untuk mengembangkan kecerdasan sosial santri-santrinya, sehingga mereka para santri memiliki kecerdasan interpersonal yang bagus, yang nantinya bisa membantu santri-santrinya menyesuaikan diri dengan lingkungan, berguna bagi masyarakat dan membantu mempermudah mengamalkan ilmu-ilmunya.

a) Sebagai Wadah Mengembangkan Kecerdasan Santri

Kecerdasan interpersonal meruapakan sebuah kecerdasan yang sangat penting dimiliki dan dikembangkan pada manusia. Berbagai cara dan upaya dalam mengembangkan kecerdasan tersebut, seperti halnya pondok pesantren yang berupaya mengembangkan kecerdasan interpersonal santrinya dengan berbagai macam program dan kegiatannya.

Selain berperan sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, pondok pesantren juga berperan sebagai wadah mengembangkan kecerdasan santri. Pesantren sebagai wadah dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal. Santri akan bertemu banyak orang yang berbeda-beda baik dari latar belakang, pola pikir, gaya hidup dan sebagainya, seperti yang kita ketahui bahwa pondok pesantren miniatur masyarakat.

(17)

“Pesantren merupakan miniature masayarakat, jadi kecerdasan interpersonal sangat perlu dimiliki oleh santri yang mana mereka akan beradaptasi dengan orang-orang baru saat masuk di pesantren juga nanti saat mereka lulus dari sini”.23

b) Sebagai Tempat Pelatihan

Pelatihan awal yang dijalani santri dalam pesantren adalah bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan baru mereka yang lambat laun mereka akan terbiasa. Setelah kebiasaan tersebut santri akan dihadapkan dengan rutinitas yang ada dalam pesantren yang mana salah satu kegiatannya merupakan cara pesantren dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal santri.

Disitu santri akan berlatih bermusyawarah, baik pelajaran maupun sekedar musyawarah urusan kamar. Selain itu mereka dilatih menyampaikan khitobah dan masih banyak lagi. Latihan-latihan ini yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan yang akan dibawa santri sebagai bekal saat berada ditengah-tengah masyarakat selain ilmu-ilmu agama yang mereka pelajari. Sehingga akan lengkap rasanya ketika santri memiliki ilmu agama serta dapat berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat.

c) Sebagai Fasilitator

Selain itu pesantren merupakan fasilitator bagi santrinya dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal santrinya yang telah mereka

(18)

miliki, dengan kegiatan-kegiatan yang ada seperti musayawarah, khitobah, kerjabakti dan praktik mengajar. Dimana kegiatan-kegiatan tersebut yang nanti dapat membantu dalam pengembangan dimensi-dimensi kecerdasan interpersonal. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang ustadz bahwa:

“.. kami (pondok pesantren) hanya membantu saja, sebenarnya mereka sudah memiliki kecerdasan interpersonal namun perlu dikembangkan lagi agar lebih baik. Dengan kegiatan-kegiatan yang ada disini, kami membantu santri mengembangkan kecerdasan interpersonal tersebut”.24

Seperti pengembangan ketrampilan komunikasi yang baik dengan aspek berbicara, mendengarkan, menulis, memberikan umpan balik dan memberikan tanggapan secara efektif, pondok pesantren membatu dengan adanya kegiatan musyawarah yang diprogramkan setiap malam (kecuali malam jum’at) oleh pondok.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yaitu Peran Pemimpin Pondok Pesantren Al-Hidayat sebagai; modelling (keteladanan), regulasi (mengatur), pengambil keputusan, kontrol sosial, penyelesai

PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN

Berdasarkan pengertian peran kajian pendidikan agama Islam, sikap keberagamaan dan pondok pesantren Fatimatuzzhra tersebut diatas, maka yang dimaksud peran kajian

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kematangan sosial terhadap culture shock pada santri di pondok pesantren

Pengurus dan Santri Putri Pondok Pesantren Asy-Syuhada Khususnya teh Siti Riyalin Ghoifi yang telah membantu dalam proses penelitian, senantiasa memberikan arahan dan

Implementasi program tahfidz di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dalam upaya menumbuhkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional santri Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an melalui

Penelitian tentang peran pondok pesantren dalam membentuk karakter santri dan pengaruhnya terhadap kepribadian generasi muda di