• Tidak ada hasil yang ditemukan

Widya Laksana PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Widya Laksana PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Widya

Laksana

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MENUJU PENINGKATAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2014

(2)

i Penanggung Jawab : Rektor Universitas Pendidikan Ganesha

Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd

Pengarah : Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Prof. Dr. Ketut Suma, M.S

Redaktur : 1. Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd 2. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S 3. Dr. Wayan Mudana, M.Si 4. Drs. I. B. Putu Mardana, M.Si 5. Drs. I Nyoman Gita, M.Si

6. Prof. Dr. Naswan Suharsono, M.Pd

Penyunting : 1. Prof. Dr. A.A. Istri Marhaeni, M.A 2. Drs. Gede Gunatama, M.Hum

3. Nyoman Dini Andini, S.St.Par., M.Par 4. Drs. I Putu Panca Adi, M.Pd

5. Drs. Gede Nurjaya, M.Pd

Desain Grafis : 1. Nyoman Mudana, S.Sos 2. Ketut Bratha Semadi 3. I Gede Juliantara

Sekretariat : 1. Made Diah Pradnya Paramita, SE

2. Ida Bagus Ngurah Sidharta Manuaba, SE 3. Ni Ketut Sri Artini

4. Ketut Nata

PENERBIT

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat

Undiksha Singaraja

Jln. Udayana 14C Singaraja-Bali Telepon (0362) 26327 Fax. (0362) 25735

(3)

kemudahan yang diberikan-Nya, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat “ Widya Laksana” Edisi Januari 2014 dapat diterbitkan sebagaimana mestinya.

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana menyajikan tulisan tentang pelaksanaan dan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat sivitas akademik Undiksha Tahun 2013/2014 dalam memberdayakan masyarakat menuju peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan karya tulis hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru.

Kami berharap agar jurnal ini dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi para pembaca dan bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di lingkungan Undiksha pada umumnya. Selain itu, jurnal ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk melahirkan inovasi dan kreativitas baru.

Mengingat Widya Laksana masih mencari bentuk dan jati dirinya, maka baik isi dan kemasannya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Karena itu, kami mengharapkan sumbang saran dan kritik para pembaca untuk meningkatkan kualitas Widya Laksana pada masa yang akan datang. Salam

(4)

Daftar Isi………iii PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE DI KAWASAN PURA PULAKI

Oleh Putu Eka Dambayana Suputra………....………...1 PELATIHAN PENYUSUNAN FINANCIAL REPORT BERDASARKAN

STANDAR AKUNTANSI ETAP PADA KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

Oleh Ni Luh Gede Erni Sulindawati...14 PELATIHAN PERWASITAN BOLA BASKET

I Ketut Iwan Swadesi...………...21 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENULISAN ARTIKEL HASIL

PENELITIAN BAGI GURU-GURU DI KABUPATEN KLUNGKUNG DAN KARANGASEM

Oleh I Made Kirna.………….…………...………..……...……….…...29

PELATIHAN TEKNIK PENGGUNAAN BAHAN KIMIA UNTUK

PENINGKATKAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA Oleh I Ketut Lasia, I Made Gunamantha, I Ketut Budiada...44 PELATIHAN PENYUSUNAN RPP BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU-GURU DI SEKOLAH DASAR NOMOR 1

KAPAL

Oleh I Gede Nurjaya...………..…..….…...57 .

PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BERBASIS KARAKTER BAGI GURU PENJASORKES DI KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG Oleh Made Agus Dharmadi...………..….…..…67

(5)

Oleh Dini Andiani...……….……...…...76

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH MELALUI IMPLEMENTASI REFLECTIVE MODEL PADA PENGAWAS DAN KEPALA SEKOLAH SD DI KECAMATAN BULELENG

Oleh Putu Kerti Nitiasih...……….…….………87

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RPP BERMUATAN KEBUDAYAAN LOKAL DAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA UNTUK GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS II

KECAMATAN TEJAKULA

Oleh Putu Nanci Riastini………..………...………….………98 DESA BINAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA

DI DESA PEMUTERAN KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG

Oleh I Wayan Mudana...104 PELATIHAN PERMAINAN TONNIS BAGI GURU PENJASORKES SD

DAN SMP SE-KABUPATEN JEMBRANA

Oleh Made Agus Wijaya...111

(6)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE DI KAWASAN PURA PULAKI

oleh,

Putu Eka Dambayana Suputra Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Keberadaan masyarakat lokal di sekitar kawasan wisata merupakan potensi yang penting diberdayakan guna perbaikan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan dan meningkatkan kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya menjaga kawasan wisata di daerah mereka. Pergeseran tujuan wisata dari wisata hiburan ke wisata spiritual membuka peluang besar bagi masyarakat lokal di Bali pada khususnya untuk menekuni usaha jasa pramuwisata spiritual atau Spiritual Tour Guide. Oleh karena hal tersebut, program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di kawasan Pura Pulaki dijalankan. Mitra adalah pemuda desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak, kabupaten Buleleng, Bali. Metode yang digunakan adalah melalui simulasi (training and simulation = TS). Secara umum program berlangsung dengan baik, namun pengetahuan dan keterampilan mitra masih tergolong cukup.

Kata-kata kunci: pramuwisata, spiritual tour guide ABSTRACT

The existence of the local human resource in line with tourism in some tourist destinations is an important thing to be improved for a betterment of their economic life and improvement of awareness towards an attempt to preserve the destination itself. In addition, the change of tourist interest from tourism for entertainment to tourism for spiritual experience has opened a great opportunity for local people to be involved in a work of so called Spiritual Tour Guide. Because of these two concerns, a program of empowering local people through a workshop on Spiritual Tour Guide in Pulaki temple area (Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di kawasan Pura Pulaki) was held. The participants were young people of Banyupoh village of Gerokgak district, Buleleng regency, Bali. Within the workshop, simulation was used as the method. Generally, the program was held successfully, although the participants’ knowledge and skills still need to be improved.

(7)

1. Pendahuluan

Usaha wisata di kabupaten Buleleng berkembang dengan cukup baik. Terbukti dengan adanya kunjungan wisatawan lokal dan manca negara ke beberapa objek wisata, restauran, dan hotel-hotel yang ada di beberapa kawasan wisata di Buleleng setiap bulan Juli sampai Desember tiap tahunnya. Mereka datang dalam jumlah besar, baik individu maupun kelompok, terutama pada hari-hari besar atau libur dan perayaan-perayaan tertentu dengan motivasi berwisata yang beragam.

Terkait dengan motivasi berwisata, telah terjadi pergeseran dari wisata refreshing atau hiburan menjadi wisata budaya dan bahkan wisata spiritual. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena semakin banyak wisatawan yang mulai bosan dengan paket-paket wisata yang hanya menawarkan hingar-bingar, kemewahan, dan keindahan. Mereka, dewasa ini, cenderung mulai menikmati tawaran wisata yang menawarkan jenis-jenis terapi, meditasi, kunjungan ke situs-situs sejarah/purbakala, kunjungan ke daerah-daerah tempat penduduk asli bermukim, menyaksikan upacara-upacara keagamaan, kunjungan ke tempat-tempat suci guna memperoleh informasi yang akurat dan tepat, mempelajari sejarah dan budaya, memperoleh ketenangan, kenyamanan, dan keharmonisan pikiran, jiwa, dan raga. Wisata semacam ini dikenal dengan istilah Wisata Spiritual atau Spiritual Tour Guide yang bisa juga dilakukan di Buleleng.

Namun sangat disayangkan, masyarakat lokal asli yang tahu seluk beluk tentang tempat tujuan wisata tertentu terkendala dalam memberikan informasi yang benar, lengkap, dan tepat kepada wisatawan. Di samping itu pula, mereka mengalami kendala berbahasa asing, utamanya Bahasa Inggris, ketika memandu wisman (wisatawan manca negara). Sering terjadi kesalahpahaman antara mereka dan wisman. Keterbatasan informasi yang mereka miliki karena terbatasnya pengetahuan mereka. Hal ini sangat terlihat ketika wisman mulai bertanya tentang mengapa dan bagaimana (asal-usul, fungsi, dan kegunaan) tempat itu di daerah mereka. Mereka lebih sering menggunakan common sense mereka dalam memberikan keterangan terkait pertanyaan tersebut. Hal ini berdampak pada ketidakpuasan yang dirasakan oleh para wisatawan. Sebagai akibatnya, uang jasa yang mereka terima dalam bentuk tip dirasa tidak sebanding dengan jerih payah mereka dalam melayani wisatawan.

(8)

Merujuk pada pentingnya pengembangan jasa pariwisata di wilayah kabupaten Buleleng, khususnya di desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak; pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal pada situs-situs pura yang menjadi objek wisata spiritual di masa kini dan pada masa mendatang; dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, keterampilan pemanduan wisata, serta keterbatasan keterampilan berbahasa asing masyarakat lokal di sekitar lokasi objek wisata spiritual, program Pengabdian Pada Masyarakat bertajuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki dilaksanakan. Program serupa juga telah dilaksanakan pada tahun 2010 dan 2011 dengan tujuan yang sama.

Pada periode pertama di tahun 2010, pelatihan diberikan terkait dengan Spiritual Tour Guiding (Pemanduan Wisata Spiritual) tentang pura-pura umum. Pada saat itu, mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Agama Hindu Singaraja di Kabupaten Buleleng memperoleh pelatihan guiding dan keterampilan berbahasa Inggris dalam menjelaskan pura-pura umum. Mereka juga mendiskusikan landasan filosofis dan emperis yang terkandung dalam memberikan penjelasan terkait keberadaan masing-masing pura bersama-sama narasumber terkait. Selanjutnya mereka menterjemahkan penjelasan dimaksud, mengemasnya secara singkat dan padat, serta melatihkannnya dalam bentuk simulasi (Nitiasih dkk, 2010).

Merespon permintaan mahasiswa dan pihak pengelola STKIP Singaraja, pada periode ke dua tahun 2011, mahasiswa kembali memperoleh pelatihan spiritual tour guide dengan tema Upakara/ banten. Pada saat pelatihan, mahasiswa disertai narasumber terkait berdiskusi secara aktif dalam mengupas makna, fungsi, dan tata cara upakara/ banten sebagai sarana upacara. Mereka juga membuat berbagai jenis banten yang menjadi dasar upakara yang lebih besar. Setelah itu, mereka menterjemahkan segala penjelasan tentang upakara dimaksud ke dalam Bahasa Inggris serta mencoba menjelaskan makna, fungsi, dan tata cara pembuatan upakara/banten dimaksud pada tahap simulasi (Suputra dkk., 2011).

Tiga bulan setelah pelaksanaan program P2M di STKIP Agama Hindu Singaraja, mahasiswa asal desa Banyupoh menghubungi salah satu tim kami secara personal dan mengajukan permintaan untuk mengadakan pelatihan serupa di desa mereka. Terkait kebermanfaatan yang mereka rasakan setelah pelaksanaan program P2M dimaksud dan

(9)

keinginan mahasiswa untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan serupa pada generasi muda yang tergabung di dalam Sekaha Teruna Teruni desa Banyupoh, maka kami bersama-sama mahasiswa dan anggota sekeha merancang sebuah program pelatihan dan pendampingan yang kemudian menjadi program Pengabdian Kepada Masyarakat. Program ini juga melibatkan keikutsertaan para pemandu wisata lokal di kawasan Pura Pulaki, khususnya mereka yang telah menjadi pemandu wisata secara otodidak di beberapa kawasan Pura Pulaki guna memantapkan pengetahuan dan keterampilan mereka sekaligus berbagi pengalaman pemanduan wisata kepada rekan-rekan yang berkeinginan menekuni jasa pemanduan wisata spiritual atau Spiritual Tour Guide.

Secara umum terdapat beberapa permasalahan yang muncul di lapangan meliputi: (1) Mitra memiliki keterbatasan jenis usaha yang bisa dikembangkan di wilayah tersebut. Perdagangan, nelayan atau perburuhan merupakan jenis usaha yang bisa dilakukan oleh masyarakat setempat dengan rata-rata pendapatan yang sangat minim, (2) Mitra memerlukan alternatif usaha guna memperbaiki taraf hidup mereka, (3) Mitra tidak memiliki pengetahuan dan pedoman informasi memadai dan praktis tentang kawasan yang berpotensi pariwisata di wilayah mereka, (4) Mitra memiliki keterbatasan keterampilan pemandu wisata (guiding), (5) Mitra memiliki keterbatasan keterampilan berbahasa asing aktif dan komunikatif dalam memberikan informasi kepada para wisman, (6) Pemandu wisata spiritual yang memadai dari segi bobot pengetahuan atau informasi yang benar dan tepat masih sangat kurang.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan dengan simulasi (training and simulation = TS). Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan informasi melalui simulasi (rehearsal), dan pembelajaran informasi (learning). Strategi ini dilakukan agar mitra langsung melatihkan dan merasakan pengalaman pemanduan secara optimal. Pemberian penjelasan dasar-dasar pemanduan dan teori terkait serta keterampilan Bahasa Inggris diberikan sebesar 30%. Sisanya (70%) digunakan untuk latihan dan simulasi.

(10)

Rancangan metode pelaksanaan kegiatan ini disusun berdasarkan pemetaan permasalahan yang ada di lapangan dan alternatif solusi yang dirancang bersama-sama pihak sekaha teruna- teruni dan kepala desa beserta jajarannya. Pemetaan permasalahan dan alternatif solusi sebagai berikut

Tabel 1. Peta Masalah dan Pemecahan

Permasalahan Akar Masalah Pendekatan Pemecahan

Masalah (Solusi)

Tidak mengetahui informasi dan keberadaan Pura Pulaki secara benar dan tepat

Keterbatasan pengetahuan (tatwa) tentang seluk beluk pura

Diberikan informasi memadai tentang Pura Pulaki

Kurang keterampilan berbahasa asing (Bahasa Inggris)

komunikatif dan fungsional

a. Jarang menggunakan b. Pernah belajar tetapi

tidak komunikatif dan fungsional

Pemantapan keterampilan berbahasa asing (Bahasa Inggris) komunikatif dan fungsional

Kurang keterampilan Guiding yang baik dan benar

a. Otodidak

b. Tidak pernah belajar guiding secara khusus

Pembekalan dan

pendampingan keterampilan guiding yang baik dan benar

3. Hasil dan Pembahasan

Secara Geografis, kawasan Pura Pulaki, desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak terletak di bagian barat Kabupaten Buleleng, sekitar 36 km dari pusat kota Singaraja. Kawasan Pura Pulaki meliputi Pura Pulaki, Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, dan Pura Pucak. Pura-pura dimaksud tidak hanya menyimpan misteri sejarah pemerintahan jaman kerajaan masa lampau di wilayah Kabupaten Buleleng pada umumnya, tetapi juga mengandung misteri tentang keberadaan unsur-unsur magis yang dikaitkan dengan mitos dan legenda yang tentu saja mengundang keingintahuan para umat dan wisatawan untuk mengunjungi kawasan ini. Diyakini pula bahwa kawasan pura yang Nyegara Gunung (memiliki letak geografis yang mempertemukan wilayah pegunungan dan laut) ini kaya akan benda-benda suci nan sakral yang sewaktu-waktu bisa diperoleh oleh siapa saja, biasanya berupa batu permata dengan segala bentuk dan kegunaannya. Keberadaan kawasan pura Pulaki dengan segala keunikan fisik dan spiritual di atas merupakan potensi wisata alam dan spiritual yang cukup menjanjikan.

Daerah sebelah selatan wilayah ini ditandai dengan bukit-bukit cadas dengan kawasan hutan vegetasi iklim tropis sedang yang masih asli. Kawasan hutan dihuni oleh

(11)

ratusan kera yang diyakini sebagai penjaga kawasan Pura Pulaki. Wilayah laut membatasi sepanjang garis sisi utara wilayah ini.

Masyarakat di kawasan Pura Pulaki, desa Banyupoh tergolong heterogen, mereka terdiri dari masyarakat lokal dan pendatang. Rasio perbandingan masyarakat lokal dan pendatang rata-rata sebesar 3:1. Budaya masyarakat setempat juga dipengaruhi oleh kebudayaan yang dibawa oleh pendatang yang berasal dari luar kecamatan, kabupaten, bahkan luar Bali yang tinggal dan menetap di sekitar kawasan ini. Beberapa etnis budaya yang ada di sekitar masyarakat lokal meliputi Bali, Jawa, Madura, dan Cina. Hal ini terjadi karena posisi desa Banyupoh di kecamatan Gerokgak sangat dekat dengan Pelabuhan Gilmanuk, yang merupakan pelabuhan penyeberangan Jawa-Bali serta akses jalur laut yang begitu terbuka sepanjang bibir pantai. Pendatang dari luar kabupaten berasal dari beberapa kabupaten meliputi kabupaten Jembrana, Tabanan, Karangasem dan Kodya Denpasar.

Sekitar 81,5% masyarakat sekitar Pura Pulaki di desa Banyupoh yang beragama Hindu mengandalkan mata pencaharian mereka sebagai petani anggur, peternak, wiraswasta, pedagang di warung atau pasar tradisional, nelayan dan buruh serabutan karena terkendala tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai. Rata-rata pendapatan yang mereka peroleh tidak lebih dari Rp 17.500- Rp 20.000 setiap harinya. Hanya kurang dari 21% masyarakat berprofesi sebagai pegawai, baik di negeri maupun swasta. Rasio tingkat pendidikan mereka yang meliputi tingkat SD: SMP: SMA/SMK: Perguruan Tinggi sebanyak 52%: 30%: 12%: 6%. Bahkan ada yang sama sekali tidak pernah sekolah atau putus sekolah di tingkat SD. Secara sosial ekonomi, mereka tergolong masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rata-rata menengah ke bawah.

Kelompok sasaran program adalah pemuda Hindu anggota Sekaha Teruna Teruni Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak di kawasan Pura Pulaki yang sedang dan atau telah mengenyam pendidikan di tingkat SMP dan SMA/SMK yang masih produktif, berumur 12 s/d 21 tahun. Mereka menjadi kelompok sasaran karena mereka memiliki dasar kemampuan rata-rata cukup untuk menerima materi program pelatihan dan pendampingan yang berupa pengayaan informasi Kawasan Pura Pulaki, keterampilan bahasa Inggris tingkat dasar/madya, dan keterampilan pemandu wisata. Disamping itu,

(12)

mereka juga masih memilki peluang cukup besar untuk mengembangkan karir pada jasa pariwisata dan pemasaran, dalam hal ini produk wisata spiritual.

Jumlah mitra yang diberdayakan sebanyak 40 orang dengan melibatkan 3 orang rekan mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII Undiksha yang telah memiliki keterampilan Bahasa Inggris dan pemanduan wisata yang cukup sebagai mitra pendamping. Tempat pelatihan adalah di aula desa Banyupoh yang tepat berada di sebelah kantor desa setempat. Kapasitas aula mencapai kurang lebih 500 orang. Namun pada saat kegiatan pengabdian, peserta berjumlah 40 orang. Tahap awal kegiatan dilaksanakan oleh tim melalui penjajagan awal ke lokasi mitra. Konsultasi dan koordinasi juga dilakukan dengan pihak desa Banyupoh, khususnya dengan bapak perbekel, sekretaris desa, koordinator bidang kesra dan rekan-rekan anggota Sekeha teruna teruni. Rapat-rapat persiapan administrasi dan perencanaan program kegiatan juga dilakukan oleh tim bersama-sama mitra.

Setelah melakukan penjajagan dan koordinasi kepada pihak mitra, tim merencanakan dan menyusun materi kegiatan. Materi kegiatan meliputi pengetahuan umum dan praktis tentang aturan dan tata cara pemanduan wisata, beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan di dalam pemanduan wisata, dan informasi tentang Pura Pulaki. Informasi-informasi yang terdapat di dalam materi di peroleh dari internet dan referensi-referensi terkait. Informasi tentang pura juga dimintakan klarifikasi kepada staf desa, pemangku, serta penegemong pura setempat sehingga diperoleh informasi dan data yang sahih atau akurat. Selain penyusunan materi, tim juga melaksanakan pembagian tugas untuk dapat memberikan pelatihan secara sistematis dan efektif sesuai dengan metode pelaksanaaan kegiatan yang telah dirancang. Tiga orang dosen memberikan materi masing-masing tata cara pemanduan wisata, fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris, dan Wawasan tentang Pura Pulaki secara bergantian. Selanjutnya tim bersama-sama 3 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII memberikan pendampingan kepada peserta pelatihan selama masa pelatihan berlangsung.

Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), yakni tahap pemantapan pengetahuan konsep tentang keberadaan pura secara filosofis, empiris, dan geografis. Informasi tentang pura diperoleh dari beberapa situs di internet

(13)

dan didiskusikan kebenarannya lebih lanjut dengan pihak aparat desa, pemangku, dan pengempon pura setempat sehingga diperoleh informasi dan data yang akurat mengenai keberadaan pura. Informasi ini selanjutnya dijadikan bahan di dalam pelatihan dimaksud.

Informasi akurat tentang Pura Pulaki juga diberikan kepada peserta pelatihan guna memberikan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang keberadaan pura terkait lokasi, fungsi, struktur, dan sejarah pura dimaksud. Hal ini sangat berguna untuk mereka dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan yang ingin mengetahui seluk beluk pura secara detail, benar, dan tepat. Pada awal kegiatan, para peserta memberikan informasi yang bervariasi tentang Pura Pulaki kepada tim panitia. Hal ini mebuktikan bahwa mereka belum memiliki wawasan dan pengetahuan yang sama tentang keberadaan Pura Pulaki. Prosentase pengetahuan peserta tentang Pura Pulaki pada awal kegiatan adalah 56%. Ini menunjukkan prosentase yang cukup, namun beberapa informasi tentang Pura Pulaki yang sebelumnya salah perlu diluruskan guna memantapkan pengetahuan peserta tentang Pura Pulaki. Materi terkait keberadaan pura, yang sebelumnya telah mengalami penyesuaian dan pendalaman berdasarkan informasi pihak desa; pemangku; dan pangemong pura, kemudian dibagikan kepada setiap peserta.

Selain itu, keterampilan pemanduan dengan bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris dilatihkan dengan memberikan beberapa informasi praktis tentang jasa pemanduan guna memberikan wawasan tentang aturan dan tata cara pemanduan yang baik. Pemberian materi terkait disampaikan oleh ketua tim. Pembekalan diawali dengan menayangkan 3 buah video berisikan pemanduan wisata di Bali yang dilakukan oleh 2 orang asing, penutur asli Bahasa Inggris, dan 1 orang lokal Bali yang masing-masing berdurasi 7-8 menit. Kemudian peserta diminta untuk mendengarkan intisari informasi yang ada di dalam video, termasuk komponen-komponen penting yang perlu disampaikan ketika memberikan pemanduan wisata tentang tempat, acara, budaya tertentu. Kesempatan diskusi kemudian dibuka untuk menampung beberapa pertanyaan peserta pelatihan. Secara umum mereka mampu memahami inti informasi yang disampaikan di dalam 3 video yang ditayangkan.. setelah sesi diskusi, para pemandu lokal kawasan Pura Pulaki pada kesempatan itu juga diberikan waktu untuk

(14)

menyampaikan pengalaman mereka dalam guiding yang dapat memberikan gambaran nyata tentang pemanduan wisata khususnya wisata spiritual atau Spiritual Tour Guide di kawasan Pura Pulaki kepada rekan-rekan mereka. Dari penjelasan mereka, ada tiga hal yang disampaikan yakni pramuwisata harus memilki informasi lengkap tentang objek wisata, memiliki keterampilan bahasa yang memadai dan fungsional (dimengerti oleh kedua belah pihak walaupun terkadang struktur kalimat tidak sesuai dengan kaidah bahasa target), dan mampu mengetahui karakteristik wisman yang dipandu secara tepat yang nantinya berpengaruh pada teknis dan jenis pelayanan yang diberikan kepada mereka.

Informasi tata cara pemanduan wisata ini penting diberikan kepada mitra karena sebelum menjadi seorang pemandu wisata, mereka seharusnya mengetahui beberapa tata cara yang baik dan benar untuk menjadi seorang pemandu wisata, khususnya pengetahuan tentang etika memandu wisatawan. Pembekalan tentang materi pemandu wisata juga menimbulkan kesadaran peserta pelatihan tentang peran penting jasa pemandu wisata dalam memberikan informasi yang tepat dan benar tentang suatu kawasan wisata, memasarkan potensi-potensi wisata yang ada di daerah mereka selain wisata spiritual, dan menjaga kelestarian dan kesakralan kawasan wisata terkait karena mereka memperoleh manfaat, khususnya manfaat ekonomi, dengan menjaga kelestarian situs pura, budaya, maupun potensi-potensi lainnya. Informasi pemandu wisata juga menggugah sebagian besar peserta untuk mencoba menekuni bisnis jasa pemandu wisata di kawasan wisata spiritual Pura Pulaki. Hal ini berarti bahwa, pembekalan pengetahuan dan informasi terkait telah dapat memberikan potensi alternatif usaha kepada peserta yang pada saat pelaksanaaan program berprofesi sebagai buruh, petani, nelayan, pedagang batu bertuah, dan distributor pangan. Rekan-rekan yang telah menekuni jasa pemanduan wisata juga memperoleh wawasan tentang tata cara yang benar dan etika terkait sehingga nantinya mereka mampu memberikan pelayanan terbaik kepada wisman yang memerlukan informasi dan arahan dari mereka.

Informasi praktis tentang beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan dalam berkomunikasi dengan wisman oleh para pemandu wisata juga diberikan kepada peserta pelatihan. Fungsi dan ekspresi bahasa yang dilatihkan meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menawarkan bantuan, dan

(15)

menjelaskan. Fungsi dan ekspresi bahasa Inggris perlu diberikan karena bahasa adalah media utama yang digunakan dalam berkomunikasi (bertanya dan memberikan penjelasan) dengan wisatawan manca negara selama pemanduan wisata berlangsung. Pada saat awal pelatihan, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris hanya 35%. Pengetahuan ini hanya dimiliki oleh 60% peserta; rekan-rekan guide lokal memiliki pengetahuan 80% dan keterampilan menggunakan 75% karena mereka sudah terbiasa menggunakannya di lapangan, dan sisa 40% menguasai Bahasa Inggris dalam kosakata terkait pariwisata yang masih terbatas. Pada awal kegiatan secara umum, kelemahan peserta terletak pada penguasaan kosakata terkait pariwisata 35%, ketepatan struktur bahasa 30%; pengucapan kata dan intonasi 40%, dan kelancaran berbahasa 40%.

Kegiatan selanjutnya adalah pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), yakni penggabungan pengetahuan dasar, pengetahuan tambahan mereka tentang Pura Pulaki, dan keterampilan penyampaian informasi kepada wisatawan dalam Bahasa Inggris. Pada tahap ini mereka diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan sesama peserta pelatihan termasuk dengan para instruktur. Peserta pelatihan diberikan waktu masing-masing 7-8 menit untuk berdiskusi tentang 3 kelompok materi yang telah mereka peroleh. Setiap 7-8 menit kelompok mereka diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dan atau memperagakan/ melatihkan beberapa instruksi langsung tentang materi-materi terkait. Dengan cara ini, tim mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta tentang materi yang telah disampaikan. Pada tahap ini, 67% pertanyaan terkait informasi tentang guiding dan Pura Pulaki dapat dijawab oleh peserta, dan 60% instruksi tentang guiding dan penggunaan fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris bisa diperagakan dengan baik dan tepat.

Tahap dilanjutkan dengan perekaman informasi (storing), yakni pemberian kesempatan kepada mitra untuk merekam informasi yang telah diintegrasikan selama beberapa waktu tertentu (dalam waktu sekitar 20-30 menit) sesuai dengan kemampuan mereka dan melatihkan keterampilan guiding dan Bahasa Inggris. Pada tahap ini mereka di dalam kelompok, didampingi oleh 1 orang instruktur, secara bergantian bertanya dan menjawab/ menjelaskan informasi sederhana tentang Pura Pulaki. Kegiatan ini juga memberikan penguatan atau drilling informasi dan keterampilan berbahasa kepada para

(16)

peserta. Semakin sering dan lama mereka melatihkan ini di dalam kelompok mereka, semakin intensif pembelajaran yang mereka lakukan sehingga semakin kuat ekspos informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dari kegiatan dimaksud. Pada gilirannya, penguatan informasi dan pengalaman ke dalam memori mereka semakin kuat. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding tergolong cukup (61%). Kemampuan pemberian informasi tentang Pura Pulaki cukup (69,5%). Permasalahan yang masih ada meliputi ketidakmampuan peserta dalam menyampaikan sejarah Pura Pulaki terutama terkait peran kawasan Pulaki di masa lalu, tahun peristiwa-peristiwa penting terkait, dan masa pemerintahan sejalan perubahan lokasi dan struktur pura. Sedangkan keterampilan penggunaan Bahasa Inggris juga tergolong cukup (60,5%). Permasalahan masih cukup banyak muncul pada penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan pengucapan kata, termasuk kelancaran penggunaan Bahasa Inggris.

Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan simulasi (rehearsal), yakni pelatihan dan pendampingan terhadap mitra dalam menguji cobakan apa yang telah mereka terima dan pahami sebelumnya. Mereka diminta untuk bertanya dan memberikan informasi terkait Pura Pulaki dalam Bahasa Inggris melalui permainan peran (Role play), sebagian berperan sebagai wisman dan sisanya berperan sebagai pemandu wisata. Kemudian mereka bertukar peran. Prosedur pelaksanaanya sama dengan tahap sebelumnya namun mereka diminta secara berkelompok memperagakan keterampilan guiding di depan lokasi pelatihan dan ditonton oleh kelompok peserta lainnya. Dengan cara ini, antar individu dan kelompok dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar dan berlatih. Disamping itu, mereka juga dapat melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing individu dan kelompok untuk dijadikan refleksi demi perbaikan. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding masih tergolong cukup (64,6%) dan kemampuan menjelaskan keberadaan Pura Pulaki cukup (71,3%). Sejarah dan seluk-beluk pura masih cukup sulit untuk dipahami oleh peserta sedangkan fungsi kawasan Pulaki di masa lalu dan sekarang sudah bisa dijelaskan dengan baik. Sementara itu, keterampilan berbahasa Inggris peserta tergolong cukup (67,5%). Mereka masih bermasalah pada penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan pengucapan kata yang sebagian besar sangat berbeda dengan tulisannya. Tingkat kelancaran berbahasa Inggris juga masih perlu dilatih dan ditingkatkan.

(17)

Tahap akhir adalah pembelajaran informasi (learning), yakni pemberian penguatan-penguatan dan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka terima dan uji cobakan. Pada tahap ini mereka diberi masukkan atau umpan balik terkait dengan beberapa hal yang sudah mereka lakukan dengan baik dan hal-hal yang masih dianggap perlu diperbaiki di masa yang akan datang. Tahap ini dilakukan secara informal guna menjaga kedekatan tim dengan mitra secara personal dan emosional. Tahap ini juga merupakan tahap pendampingan yang diberikan guna memantapkan pengetahuan dan pelatihan mereka.

Secara umum, pengetahuan dan keterampilan Spiritual Tour Guide mitra tentang Pura Pulaki cukup dengan nilai rata-rata 67,8%. Kesan yang diberikan sangat baik. Hal ini terbukti dengan tingginya antusiasme warga desa, pemuda Desa Banyupoh, dalam mengikuti kegiatan pelatihan dilaksanakan. Bantuan dalam penyediaan sarana upacara terkait pelaksanaan pelatihan, dan berbagai jenis pertanyaan oleh mitra terkait materi dan keterampilan yang diberikan menunjukkan perhatian mereka yang cukup baik dan antusiame terhadap program yang dijalankan. Disamping itu pula, kepala desa dan peserta secara langsung memohon kepada Tim LPM Undiksha untuk memberikan pelatihan selanjutnya jika melaksanakan program P2M terkait. Secara khusus juga Bapak Kepala Desa memohon kesediaan tim untuk membantu menyusun konsep proposal kegiatan untuk diajukan kepada pemerintah daerah guna menunjang pelaksanaan kegiatan yang sama di desa Banyupoh untuk periode selanjutnya. Tim telah membantu penyiapan proposal dimaksud dan telah menyampaikannya langsung kepada Bapak Kepala Desa sehari setelah kegiatan pembukaan P2M berlangsung untuk segera ditindaklanjuti atau diajukan kepada pihak terkait di bawah Pemerintah Tingkat II Kabupaten Buleleng.

4. Penutup

Berdasarkan paparan di atas, program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki telah memberikan pengalaman peserta pelatihan dalam memandu wisata spiritual, menggunakan Bahasa Inggris aktif dan fungsional dalam memandu wisata spiritual, dan memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang keberadaan Pura Pulaki. Program juga telah

(18)

memberikan keterampilan pemanduan wisata spiritual peserta pelatihan dengan rata-rata kemampuan cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Nitiasih, Putu Kerti, Putu Eka Dambayana Suputra, I Nyoman Adijaya Putra, dan Ni Nyoman Padmadewi. 2010. Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M Undiksha. Tidak dipublikasikan.

Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Nyoman Adijaya Putra, dan Ni Nyoman Padmadewi. 2011. IbM Spiritual Tour Guide: Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M Undiksha

(19)

PELATIHAN PENYUSUNAN FINANCIAL REPORT

BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI ETAP PADA KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

oleh,

Ni Luh Gede Erni Sulindawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengurus atau pegawai koperasi dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP di Kabupaten Buleleng. Laporan keuangan meliputi Neraca, laporan sisa hasil usaha dan laporan arus kas. Untuk mencapai tujuan digunakan metode dalam bentuk pelatihan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP bagi pengurus atau pegawai koperasi Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari tahapan persiapan, tahap implementasi dan tahap monitoring. Dari hasil evaluasi terhadap 23 orang peserta yang mengikuti pelatihan, 83% sudah mampu menyusun laporan keuangan (financial report) berdasarkan SAK ETAP, dengan melihat kemampuan menghitung akun-akun laporan keuangan, kemampuan membuat format laporan keuangan, kemampuan mengkalsifikasikan akun-akun dalam laporan keuangan, kemampuan melakukan langkah-langkah dalam menyusun laporan keuangan, dan kemampuan menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam laporan arus kas.

Kata-kata kunci : koperasi, laporan keuangan, SAK ETAP ABSTRACT

Activities of community devotion is intended to improve the ability of the manager or officer of the koperasi in compiling financial reports based on the SAK ETAP in Buleleng regency. Financial report covering Balance, report the result of waste and statement of cash flows. To achieve the purpose of the method used in the form of training organization based SAK ETAP financial reports for managers or officers of cooperative activities undertaken as for stage consists of the stages of preparation, the level of implementation and monitoring stage. From the evaluation of 23 participants following the training, 83 % had managed to compile financial reports based on the SAK ETAP, to see accounts of calculating affordability financial reporting , the ability to make financial reporting formats, the ability mengkalsifikasikan these accounts in financial reporting, the ability to perform the steps of compiling financial reports, and the ability to analyze the activities of which is in the statement of cash flows.

(20)

1. Pendahuluan

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada para anggotanya yang berbeda dengan badan usaha lainnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan untuk penguatan dan perluasan basis usaha, serta peningkatan mutu sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut koperasi harus dikelola dengan baik agar dapat bertahan, berkembang, dan usahanya dapat berkelanjutan (going concern). Agar usaha koperasi dapat berkembang dan berkelanjutan maka perlu diperhatikan usaha dalam mempertinggi tingkat efisien yaitu koperasi harus dapat menangani bidang-bidang usahanya dengan biaya atau pengeluaran yang seminimal mungkin, koperasi harus dapat mencegah terjadinya pemborosan-pemborosan. Informasi akuntansi mengenai biaya atau pengeluaran, modal, kewajiban, suatu koperasi dapat dilihat dalam laporan keuangan (Financial Report). Informasi akuntansi dapat dipergunakan untuk menilai aktivitas manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya serta dipergunakan juga sebagai alat pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang bekepentingan terhadap laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Pihak-pihak yang menggunakan informasi akuntansi untuk dasar pengambilan keputusan mempunyai berbagai kepentingan yang berbeda-beda. Kepentingan ini harus dapat dipenuhi melalui pelaporan keuangan yang bersifat umum yang disusun melalui suatu standar yang baku.

Financial report atau laporan keuangan pada koperasi berdasarkan undang-undang koperasi No. 17 tahun 2012 pasal 37 disebutkan bahwa laporan keuangan koperasi yang sekurang-kurangnya terdiri dari neraca akhir dan perhitungan hasil usaha tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut, lebih lanjut dalam

(21)

undang-uandang tersebut disebutkan bahwa laporan keuangan sebagaimana dimaksudkan tersebut dibuat berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku saat ini adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas public, yang telah ditetapkan pada tanggal 19 Mei 2009 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang: (a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (b) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement) bagi pengguna eksternal.

Berdasarkan SAK ETAP laporan keuangan yang diwajibkan antara lain: Neraca, Laporan Laba Rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas; dan catatan atas laporan keuangan. Koperasi merupakan bagian dari entitas tanpa akuntanbilitas public sehingga sudah semestinya menerapkan SAK ETAP. Namun sampai saat ini penerapan SAK ETAP dalam penyusunan laporan keuangan di lapangan terutama pada koperasi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, hal ini disebabkan salah satunya karena kurang mengertinya sumber daya manusia pengelola koperasi akan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Untuk itu pelatihan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP sangat diperlukan sehingga laporan keuangan yang dibuat memenuhi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini adalah apakah melalui pelatihan akan dapat meningkatkan kemampuan pengurus atau pegawai koperasi dalam menyusun laporan keuangan yang berdasarkan SAK ETAP. Tujuan yang ingin dicapai melalui pelatihan penyusunan financial report ini adalah untuk meningkatkan kemampuan para pengurus atau pegawai koperasi dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Metode kegiatan P2M ini dalam bentuk pelatihan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP bagi pengurus atau pegawai koperasi.

(22)

Untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik dan terarah maka metode kegiatan yang dilakukan adalah dirancang dengan sistematis dalam beberapa tahapan. yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap monitoring Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan meliputi (1) penyiapan berbagai adiministrasi yang mungkin diperlukan; (2) koordinasi dengan Dinas Koperasi; (3) penyiapan materi pelatihan tentang penyusunan laporan keuangan; (4) penyiapan Nara Sumber yang kompeten dan relevan dengan materi yang disiapkan; (5) Penyiapan Jadwal pelatihan. Tahap Implementasi (pelaksanaan) meliputi pelatihan penyusunan laporan keuangan. Tahap Monitoring kegiatan yang dilakukan adalah pengawasan/ monitoring terhadap implementasi laporan keuangan yang telah disusun.

3. Hasil dan Pembahasan

Sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan penyiapan berbagai adiministrasi diperlukan antara lain permohonan ijin melaksanakan pengabdian masyarakat, undangan peserta pelatihan, undangan kepada kepala dinas koperasi kebupaten buleleng, koordinasi dengan Dinas Koperasi untuk waktu dan tempat pelatihan, penyiapan materi pelatihan tentang penyusunan laporan keuangan serta penyiapan Jadwal pelatihan. Peserta yang hadir dalam pelatihan ini adalah sejumlah 23 orang peserta pegawai dan pengurus koperasi yang meliputi 20 unit usaha kopeasi atau sebesar 92% dari target peserta yang diharapkan, yang tersebar di seluruh kabupaten Buleleng. Kegiatan ini diawali dengan sambutan ketua LPM undiksha yang pada saat pelatihan dihadiri oleh Sekretaris LPM, dilanjutkan dengan penyampaian materi laporan keuangan atau financial report berdasarkan SAK ETAP dan dilanjutkan dengan pelatihan penyusunan financial report.

Materi yang disiapkan pada pelatihan ini meliputi proses penyusunan laporan keuangan yaitu pembuatan jurnal, buku besar, laporan neraca, laporan Sisa Hasil Usaha, dan laporan arus kas. Materi tersebut disiapkan dalam bentuk Powerpoint, dan dalam bentuk soal-soal kasus pada koperasi. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan tgl 3 September 2013 bertempat di Ranggon Sunset Jalan Pura Penimbangan Barat Pemaron, Singaraja Bali. Kegiatan pelatihan ini terdiri dari tiga tahapan yang meliputi pemberian materi, diskusi, dan praktik penyusunan laporan keuangan (Financial Report).

(23)

Pemberian materi pelatihan ini berlangsung selama dua jam. Materi yang disampaikan antara lain penyusunan jurnal, posting jurnal ke Buku Besar, Laporan Sisa Hasil Usaha, Neraca dan Laporan arus kas. Setelah penyampain materi diakhiri kemudian dilanjutkan dengan diskusi, diskusi ini berlangsung dengan tertib dan terarah. Pada saat diskusi peserta berperan aktif bertanya terkait dengan permasalahan yang mereka hadapi di usaha mereka masing-masing. Mengakhiri tahap diskusi perserta diberikan praktik penyusunan laporana keuangan dengan mengerjakan soal-soal kasus pada koperasi yang berlangsung sekitar dua jam. Peserta dengan tekun mengerjakan latihan yang diberikan dan langsung menanyakan apabila ada yang hal-hal yang belum mereka pahami. Kegiatan praktik penyusunan Financial report ini berlangsung dengan tertib dan peserta dengan serius mengerjakan latihan yang diberikan.

Setelah dilakukan praktik pelatihan penyusunan laporan keuangan atau financial report dilanjutkan dengan pengawasan/ monitoring terhadap implementasi laporan keuangan yang telah disusun oleh koperasi yang hadir pada saat pelatihan, selanjutnya dievaluasi kemampuan pengurus atau pegawai koperasi dalam menyusun laporan keuangan dan kebermanfaatan kegiatan. Kemampuan ini diukur dengan skor penilaian atas produk laporan keuangan yang telah disusun yaitu neraca, laporan Hasil Usaha dan Laporan Arus Kas. Sedangkan kebermanfaatan kegiatan dinilai dari sikap pengurus atau pegawai koperasi terhadap kegiatan yang dilakukan.

Rubrik penilaian kemampuan peserta dalam menyusun laporan keuangan terdiri dari Kemampuan menghitung akun-akun laporan keuangan dengan tepat (K1), kemampuan membuat format laporan keuangan dengan benar (k2), kemampuan mengkalsifikasikan akun-akun dalam laporan keuangan dengan tepat sesuai SAK ETAP (K3), kemampuan melakukan langkah-langkah dalam menyusun laporan keuangan dengan tepat (K4), dan kemampuan menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam laporan arus kas dengan benar (K5). Skor penilaian dihitung berdasarkan perbandingan skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Apabila skor penilaian yang dicapai lebih dari 80 dapat diartikan bahwa pengurus atau pegawai koperasi sudah dapat menyusun laporan keuangan dengan baik. Skor penilaian kemampuan peserta dalam hal ini pegawai dan pengurus koperasi dari 23 peserta, 19 peserta yang mendapatkan skor lebih dari 80%, 4 orang peserta memperoleh skor 73-80%.

(24)

sehingga secara keseluruhan dapat dihitung bahwa 83% peserta sudah mampu dalam menyusun laporan keuangan (financial Report). Dari skor penilaian yang dicapai peserta dapat diartikan bahwa pengurus atau pegawai koperasi sudah mampu dan dapat tmenyusun laporan keuangan dengan baik.

Di samping dinilai dari kemampuan peserta dalam menyusun laporan keuangan, keberhasilan pelatihan dilihat juga dari kebermanfaatan kegiatan. Evaluasi kebermanfaatan kegiatan dilihat dari sikap pengurus atau pegawai koperasi dalam proses pelatihan. Ada empat aspek yang diukur yaitu aspek partisipasi (A1), aspek motivasi (A2), aspek kerjasama (A3), dan aspek inisiatif (A4). Nilai sikap dalam pelatihan ini yang dihitung melalui perbandingan antara jumlah skor yang diperoleh dengan jumlah skor maksimal dikalikan 100%, Skor nilai sikap berada di atas 80 yang berarti pelatihan penyusunan laporan keuangan bagi pengurus atau pegawai koperasi dapat diterima dengan baik. Skor penilaian proses kegiatan pelatihan dari 23 peserta, 3 orang peserta yang memperoleh nilai dibawah 80%, dan 20 Orang peserta memperoleh skor di atas 80%, sehingga secara keseluruhan dapat dihitung bahwa 87% peserta sudah berpartisipasi aktif, mempunyai motivasi, dapat bekerjsama dan berinisiatif dalam proses kegiatan pelatihan.

4. Penutup

Dari hasil dan pembahasan kegiatan pelatihan penyusunan financial report berdasarkan SAK ETAP pada koperasi di kabipaten Buleleng maka dapat disimpulkan bahwa dari 23 orang peserta yang mengikuti pelatihan, 83% sudah mampu menyusun laporan keuangan (financial report) berdasarkan SAK ETAP, dengan melihat kemampuan menghitung akun-akun laporan keuangan, kemampuan membuat format laporan keuangan, kemampuan mengkalsifikasikan akun-akun dalam laporan keuangan, kemampuan melakukan langkah-langkah dalam menyusun laporan keuangan, dan kemampuan menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam laporan arus kas.

Berdasarkan hasil kegiatan dapat disarankan hendaknya koperasi menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP dan diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, sehingga laporan keuangan tersebut dapat dijadikan dasar yang tepat dalam menilai kinerja koperasi.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Darminto, DP dan Aji Suryo. (2000) Analisis Laporan Keuangan Hotel, Yogyakarta: Andi

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :Salemba Empat

Baridwan, Z. (2000). Akuntansi Intermediate. Yogyakarta: Penerbit BPFE

Kieso, DE dan JJ Weygant. ( 2002). Akuntansi intermediate. Edisi Kesepuluh Jilid I ( Emil Salim Penerjemah ) Jakarta : Erlangga

Kieso, DE dan JJ Weygant . (2002). Akuntansi intermediate. Edisi Kesepuluh Jilid 3 (Herman Wibowo Penerjemah ) Jakarta : Erlangga

Undang-undang No. 25 Tahun 1992. Tentang Koperasi Undang-undang No. 17 Tahun 2012. Tentang Koperasi

(26)

PELATIHAN PERWASITAN BOLA BASKET oleh,

I Ketut Iwan Swadesi Fakultas Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

Kegiatan Pelatihan Perwasitan Bolabasket Se-Kabupaten Buleleng dilakukan dalam upaya menyatukan persepsi dan interpretasi dari peraturan perwasitan yang terbaru yaitu tahun 2012. Pelaksanaan P2M ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dengan menggunakan metode; 1) penyajian konsep, 2) diskusi dan 3) praktek lapangan. Hasil kegiatan pelatihan perwasitan bolabasket ini adalah terciptanya kesamaan pemahaman tentang peraturan perwasitan bolabasket tahun 2012, selain peningkatan kwalitas pertandingan bolabasket. Hal penting lainnya adalah karena IPTEK Keolahragaan bolabasket berkembang secara periodik, penyampaian tentang peraturan tersebut semestinya disampaikan kepada para wasit olahraga bolabasket secara periodik pula. Kata-kata kunci: pelatihan, perwasitan, bolabasket,

ABSTRACT

The basketball- refereeing training throughout Buleleng regency was conducted in order to uniformise the perception and interpretation towards the most recent 2012 coaching regulation. This social activity was in the form of training in which three methods were applied; 1) conceptual presentations, 2) discussions, 3) field work. At the end of the training, the same understanding about the 2012 basketball coaching regulation was created, apart from the improving quality of basketball matches. The other highlight was that since the sport technology and science of basketball develops periodically, the information regarding basketball-coaching regulation should be given to referees in the same way.

Key worlds: training, refereeing, basketball.

1. Pendahuluan

Kabupaten Buleleng adalah bagian terbesar dari segi wilayah daerah yaitu 1/3 dari pulau Bali. Ini membuktikan bahwasannya banyak potensi yang dapat dikembangkan baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA) atau Sumber Daya Munusianya (SDM). Kabupaten buleleng memiliki luas 136. 568 hektar atau 24,25 % dari luas pulau Bali. Letak dan kondisi Kab Buleleng yaitu paling utara pulau Bali dengan daerah perbukitan

(27)

yang cukup jauh dari keramaian kalau dibandingkan dengan Kab Badung dan Kota Madya Denpasar, Pemerintah Kab Buleleng menjadikan Buleleng sebagai Kota Pendidikan (pelajar). Untuk mendukung program ini harus didukung oleh semua komponen masyarakat seperti; organisasi kemasyarakatan, akademisi, sekolah. UKM Bolabasket Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) sebagai salah satu masyarakat akdemik, sudah melaksanakan kiprahnya dengan mambangun Singaraja sebagai kota pendidikan dengan cara melaksanakan kejuaraan Bolabasket Rektor Cup dari tahun 1997 s/d sekarang. Dalam peneyelenggaraan kejuaraan yang sudah 16 tahun berjalan, ada cukup permasalahan yang perlu dicarikan solusi, seperti; pelatih, pemain, dan wasit, untuk mengangkat prestasi Bolabasket Kab Buleleng. Berdasarkan jumlah peserta kejuaraan Bolabasket Rektor Cup yang terakhir pada tahun 2011 yaitu;

No SEKOLAH/CLUB Sertifikat

Pelatih Wasit

1 SMA/K Putri

1. SMA Negeri 1 Seririt -

2. SMA Negeri 1 Singaraja √ √

3. SMA Kesehatan Karya Usadha Seririt

- -

4. SMK Negeri 1 Singaraja - -

5. SMK Negeri 2 Seririt - -

6. SMA Lab Singaraja -

2 SMA/K Putra √ √

1. SMA Negeri 4 Singaraja - -

2. SMA Negeri 1 Tejakula - -

3. SMA Negeri 1 Gerokgak - -

4. SMA Negeri 1 Busungbiu √ √

5. SMA Negeri 3 Singaraja - -

6. SMA Lab Singaraja -

7. SMA Negeri 1 Seririt - -

8. SMK Negeri 1 Singaraja - -

9. SMA PGRI Seririt -

10. SMA Negeri 2 Singaraja - -

11. SMK Negeri 3 Singaraja - -

(28)

13. SMKP Triatmajaya Singaraja - - 3 Club 1. UNDIKSHA √ √ 2. Rajawali - √ 3. Happy Four - - 4. JUNIOR - - 5. IKIP PGRI - - 6. Seririt - - 7. VEGASUS - -

Data panitia Rektor Cup 2011

Kondisi pelatih dan wasit ini dapat dijadikan cerminan dalam kaitannya dengan prestasi Kab Buleleng. Kondisi dan permasalah ini harus cepat diatasi guna memperbaiki prestasi yang dicapai selama ini. Dengan minimnya wasit yang memiliki kewenangan untuk mewasiti akan berdapak kepada kualitas pertandingan yang dilasanakan dan legalitas formal pertandingan itu, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Kabupaten Buleleng hanya memiliki 1 orang wasit yang memiliki kewenangan mewasiti untuk tingkat Nasional dan tingkat Daerah. Kondisi ini sangatlah perlu mendapatkan perhatian. Kegiatan keolahragaan di Kabupaten khususnya kejuaraan cabang olahraga Bolabasket setiap tahunnya selalu ada seperti; Rektor Cup, PORSENIJAR, HUT Kota Singaraja dan PORPROV. Kualitas pelaksanaan kejuaraan/pertandingan Bolabasket perlu mendapat dukungan dari sumber daya manusia seperti; pemain, pelatih, offecial, panitia, dan wasit. Pertandingan tanpa dibantu oleh seorang wasit yang memiliki kewenangan yang baik, akan dapat menimbulkan efek yang negatif seperti; keputusan yang kurang/tidak tepat sehingga dapat memicu timbulnya keributan, pemain dengan pemain, pemain dengan offecial, offecial dengan official, serta dengan penonton/sporter/massa.

Universitas Pendidikan Ganesha sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki tugas Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu; 1) pendidikan dan pengajaran, 2) penelitian, dan 3) pengabdian pada masyarakat, mempunyai kewajiban untuk membantu memecahkan beberapa permasalahan dimasyarakat melalui Tri Darma Perguruan Tinggi. Melalui program pengabdian pada masyarakat tahun 2012 ini, kami menyelenggarakan “Pelatihan Perwasitan Bola Basket Se-Kab Buleleng”.

(29)

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu. Dalam kegiatan perwasitan karena bentunya adalah pelatihan, maka metode yang digunakan adalah; a) penyajian konsep tentang interpretasi peraturan, b) diskusi (kominukasi dua/ multi arah), dan c) praktek di lapangan.

3. Hasil dan Pembahasan

Peserta adalah seluruh pembina/pelatih olahraga bolabasket di SMU/SMK yang ada di Kabupaten Buleleng, dan perwakilan dari atlet untuk masing-masing sekolah sejumlah 2 orang. Narasumber dalam pelatihan perwasitan ini adalah Gede Eka Budidarmawan, S.Pd., M.Or (yang memiliki lisensi wasit level Nasional). Materi pelatihan menggunakan peraturan resmi FIBA tahun 2012.

Permainan bolabasket salah satu media yang dipakai untuk meningkatkan keterampilan gerak yang memiliki tujuan utama berkaitan dengan keterampilan gerak operan (passing), memantulkan bola (driblling), menembak (shooting), olah kaki (pivot/lay-up), perebutan bola (rebound) (Soebagio. 1993). Di samping tujuan pencapaian keterampilan gerak tersebut, kreatifitas dan kemampuan untuk bekerja sama diantara atlet, merupakan tujuan dampak pengiring yang dapat dicapai pula melalui pelatihan bermain bolabasket. Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, bolabasket merupakan jenis permainan yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) (Werner, 1994). Implikasi dari adanya situasi yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) tersebut “memaksa” pemain yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai memilih dan memutuskan suatu gerakan ketika berada dalam situasi bermain. Pembiasaan menilik pola gerak yang “paling efektif” diserasikan dengan kemampuan individunya, menjadi prasyarat memadai. Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut sungguh mungkin akan jadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk “bereksplorasi’ bagi atlet dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk mengantisipasi segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga (Nina

(30)

Sutresna, 2003).

Pelatih memegang peranan yang sangat penting dan merupakan elemen yang krusial dalam proses pelatihan. Pelatih adalah ujung tombak di lapangan yang bersentuhan langsung dengan para peserta latih yang dilakukan secara teratur dan terprogram. Dalam proses pelatihan, pelatih berperan sebagai tokoh sentral yang akan menjadi panutan, pengayom serta sebagai subjek yang dapat membentuk pemain agar memiliki daya cipta, rasa dan karsa yang dapat membentuk pemain agar memiliki daya cipta, rasa dan karsa sesuai dengan taksonomi pendidikan yang disebutkan oleh Benjamin S. Bloom (dalam Jalinus, 2003) meliputi usaha pengembangan pengetahuan (cognitive domain), pembentukan watak dan sikap (affective domain) serta melatih keterampilan (psychomotoric domain). Oleh karena itu pelatih selayaknya manyadari posisinya sebagai sosok yang mempunyai kapasitas dan kapbilitas untuk membentuk kamampuan mental dan kemampuan pemainnya agar mampu berbuat seperti yang dilakukan. Selain itu pelatih juga dapat dikatakan sebagai aktor utama sebuah tim atau kesebelasan yang berperan dalam proses pelatihan sehingga mampu melahirkan para pemain yang benar-benar berkualitas.

Untuk menjadi seorang pelatih yang baik, paling tidak dimiliki beberapa kamampuan, antara lain: (a) Kemampun pisik. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu; (1) physical fitness, (2) physical performance atau skill performance-nya, (3) proporsi pisik yang harmonis dan sesuai. (b) Kamampuan psikis. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam kemampuan psikis ini di antaranya adalah; (1) memiliki pengetahuan yang luas tentang bidangnya baik secara teoritis maupun praktis, (2) memiliki IQ yang tinggi, (3) memiliki daya imaginasi serta daya kreasi yang mengagumkan, (4) memiliki keberanian bertindak dan kemampuan keras untuk menang dalam batas-batas sportifitas, (5) memiliki kecintaan dan dedikasi terhadap bidangnya. (c) Kamampuan pengendalian emosi. Yang termasuk di dalam kemampuan pengendalian emosi adalah; (1) memiliki mental health yang baik, (2) memiliki sense oh humor, (d) Kamampuan sosial. Yang penting bagi seorang pelatih adalah; (1) mudah bergaul dan dapat memfungsikan dirinya sesuai dengan situasi yang dihadapi, (2) memiliki tingkat laku serta tutur bahasa yang dapat dibenarkan dan dapat diterima oleh masyarakat. Kemampuan untuk dapat mewujudkan 1 s/d 4, yang dilandasi oleh rasa

(31)

tanggungjawab dan pengabdian demi peningkatan prestasi para atlet ataupun cabang olahraga yang dipimpinnya.

Persoalan yang terakhir inilah yang merupakan kunci dari keberhasilan seorang pelatih. Sampai berapa jauh seorang pelatih dapat mewujudkan semua kemampuannya di dalam praktek melatih akan menentukan sampai berapa jauh seorang pelatih akan berhasil. Hal ini akan sangat tergantung pada banyak sedikitnya pengalaman yang telah dialami dan sampai berapa jauh dia telah mempelajari pengalaman-pengalaman tersebut. Pengalaman untuk menerapkan semua yang telah dimiliki yaitu berupa kemampuan-kemampuan baik berupa kemampuan pisik, psikis ataupu cara-cara pengendalian emosi dan approach sosial sangat besar manfaatnya. Juga bagaimana merangkumkan semuanya itu secara harmonis akan ikut memberi corak dan warna pada proses latihan yang diberikan. Mungkin seorang pelatih mempunyai kekurangan-kekurangan dalam salah satu kemampuan tetapi dapat mengimbanginya dengan kemampuan lain. Hal ini juga akan menjamin keberhasilannya dalam proses latihan. Yang paling baik adalah apabila seorang pelatih memiliki semua kemampuan yang dibutuhkan bagi seorang pelatih yang ideal. Bila hal ini tidak mungkin, maka harus tetap memikirkan dan berusaha bagaimana sebaiknya agar proses melatih dikerjakan itu tidak terhambat oleh karena adanya kekurangan-kekurangan dalam salah satu kemampuannya. Yang jelas jangan sampai kekurangan-kekurangan tersebut ditutup-tutupi dengan usaha-usaha yang bersifat over kompensasi. Bagimanapun juga para atlet akhirnya akan tetap mengetahui kekkurangan dari pada pelatihnya. Labih baik kalau pelatih tersebut mengutarakan kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya secara terus terang kepada para atlet daripada menutup-nutupi dengan usaha-usaha yang bersifat over kompensasi.

Atlet sering pula dieja sebagai atlit; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes" adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Para atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-rata. Seringkali kata ini digunakan untuk merujuk secara spesifik kepada peserta atletik. Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga. Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman.

(32)

Istilah wasit dalam bahasa Inggris Referee berasal dari sepak bola. Awalnya kapten dari setiap tim saling berkonsultasi untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di lapangan. Kemudian peran ini didelegasikan kepada seorang umpire. Setiap tim membawa umpire-nya masing-masing sehingga masing-masing kapten tim dapat berkonsentrasi kepada permainan. Akhirnya, seorang yang dianggap netral dinamai referee (dari would be "referred to") bertindak sebagai orang yang akan menyelesaikan permasalahan jika umpire tidak bisa menyelesaikannya. Referee tidak berada di lapangan sampai tahun 1891, ketika umpire menjadi linesman (sekarang asisten wasit).

4. Penutup

Perkembangan olahraga tidak terlepas dari Ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kontek olahraga, ada beberapa komponen yang bisa kita lihat antara lain; pemain/atlet, pelatih, manager, wasit, penonton, lapangan/fasilitas, panitia penyelenggara kejuaraan/pertandingan. Untuk mencapai suatu prestasi; baik prestasi dari segi penyelenggaraan dan prestasi dari kecabangan olahraga, harus memenuhi standar oprasional prosedur (SOP) dari sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan sumber daya alam (SDA). Seperti misalnya dalam pembicaraan P2M ini adalah tentang perwasitan, mereka yang belum memiliki standar oprasional prosedur (SOP) tentang perwasitan sebaiknya jangan mencoba-coba untuk memimpin suatu pertandingan yang sifatnya resmi, yang mungkin menyebabkan kwalitas pertandingan itu tidak bagus bahkan yang lebih fatal lagi bisa memancing kekacauan/keributan. Dan sebagai seorang pengadil lapangan, sebaiknya bersifat seadil-adilnya tanpa ada unsur kepentingan apapun demi untuk mencapai kwalitas olahraga secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Bidang III PERBASI, 2006, Bolabasket Untuk Semua (buku pegangan bagi pecinta bolabasket), Pengurus Besar Persatuan Bolabasket Indonesia, Jakarta.

FIBA, 1994, Rules as adopted by the International Basketball Federation, Pengurus Besar Persatuan Bolabasket Seluruh Indonesia, Gelora Senayan Jakarta.

______,2010, Rules as adopted by the International Basketball Federation, Pengurus Besar Persatuan Bolabasket Seluruh Indonesia, Gelora Senayan Jakarta.

(33)

Nina Sutresna, 2003, Pembelajaran Bolabasket Mini Siswa Kelas Unggulan, Jurnal IPTEK Olahraga, Volume 5 Nomor 2, Direktorat Jendral Olahraga, Jakarta.

Official Basketball Rules, 2004, Refrees’ Manual Two-Person Officiating, FIBA Central Board, Paris.

_______, 2004, Refrees’ Manual Three-Person Officiating, FIBA Central Board, Paris. _______, 2004, Offecial Basketball Rulers, FIBA Central Board, Paris.

Soebagio Hartoko, 1992. Bolabasket I. Surakarta: UNS Press.

Werner, Peter H, A, 1994 Movement Approach to Games For Chindren, ST Louis: The CV Mosby Company.

Zsolt Hartyani, 2004, Basketball for Everyone Handbook for Basketball Lovers, FIBA, Switzerland.

(34)

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENULISAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN BAGI GURU-GURU DI KABUPATEN

KLUNGKUNG DAN KARANGASEM oleh,

I Made Kirna

Fakultas Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan guru-guru SMP dan SMA di Kabupaten Klungkung dan Karangasem menulis artikel hasil penelitiannya sesuai dengan gaya selingkung jurnal nasional terakreditasi, dan (2) membantu guru-guru di Kabupaten Klungkung dan Karangasem mempublikasikan artikel hasil penelitiannya jurnal ilmiah, khususnya Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (JPP) Undiksha. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan secara tatap muka dan online. Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2013. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini adalah guru-guru SMAN di Kabupaten Klungkung dan Karangasem sebanyak 20 orang. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa (1) peserta memiliki wawasan tentang jurnal dan cara penulisan artikel hasil penelitian sesuai dengan standar kualitas artikel; (2) empat peserta memiliki naskah yang siap diproses lebih lanjut di JPP Undiksha.

Kata-kata kunci: pelatihan, penulisan artikel ilmiah, pengabdian masyarakat ABSTRACT

This society services activities aimed at (1) improving teacher konwlege and skill in writing scientifict article based on their research result, and (2) helping teachers from Klungkung and Karangasem Regencies to publish their research in the journal, especialy Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (JPP) Undiksha. Trainning and mentoring was held to achieve those goals via face to face and online activities. Face to face training and mentoring was held on 30th of August 2013 and then continued to online mentoring. The 20 participants of senior high school (SMAN) teachers from Klungkung and Karangasem Regencies were included. The result revealed that (1) this activities can improve the knowledge and skills of the participants related to the journal and writing scientifict article, and (2) four draft of articles created by participants has good qualities which are ready to further mentored and proccessed in JPP Undiksha

(35)

1. Pendahuluan

Guru sebagai jabatan fungsional dituntut tidak hanya kompeten dalam mengelola pembelajaran, tetapi juga didorong mampu mengembangkan kompetensi lain yang gayut dengan kompetensi pokok tersebut sebagai bagian dari professionalnya. Seiring dengan tuntutan profesional ini, mulai tahun 2009, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengeluarkan Permen 16 Tahun 2009 yang mengatur tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Permen ini menuntut guru untuk mampu menghasilkan karya tulis ilmiah, seperti menulis artikel dalam jurnal ilmiah. Sekarang ini, kemampuan dalam publikasi ilmiah semakin dipandang penting dalam dunia pendidikan nasional. Hal ini dapat dilihat dari adanya persyaratan mempublikasi artikel sebagai syarat kelulusan S1, S2, dan S3, dan juga persyaratan kenaikan pangkat guru.

Kemampuan dan keterampilan dalam menulis artikel ilmiah tidak bisa dilepaskan dari kegiatan penelitian. Penggalakan penelitian tindakan kelas di kalangan guru telah mampu mendorong sebagian guru untuk melakukan penelitian. Demikian pula, kesadaran akan pengembangan diri telah mendorong guru studi lanjut ke jenjang S2. Dengan kata lain, beberapa guru telah melakukan penelitian, tetapi sebagian besar dari hasil penelitiannya tersebut hanya terhenti pada laporan penelitian. Hanya sedikit saja guru yang aktif menulis dan mempublikasikan hasil penelitiannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan menulis artikel ilmiah di kalangan guru masih rendah. Dengan demikian, peningkatan kemampuan dan keterampilan menulis artikel hasil penelitian menjadi kebutuhan guru yang mendesak.

Pada sisi yang lain, jurnal berkala ilmiah sebagai wadah dokumentasi dan penyebarluasan informasi ilmiah sangat membutuhkan sumbangan artikel. Sampai sekarang ini, pengelola jurnal kebanyakan mengalami kendala kurangnya sumbangan artikel yang kualitasnya memadai. Dilema pengelola jurnal selalu berkisar di antara mempertahankan kontinyuitas terbitan dan menjaga kualitas atikel yang diterbitkan. Sebagian besar pengelola jurnal, termasuk Jurnal Pendidikan dan pengajaran (JPP) yang dinaungi oleh Undiksha, mengalami kendala sumbangan artikel yang kualitasnya memadai. Pekerjaan dewan penyunting jurnal menjadi sangat berat untuk menyunting satu sumbagan artikel sampai menjadi memadai untuk diterbitkan.

Gambar

Tabel 1. Peta Masalah dan Pemecahan
Tabel 1.Respon peserta terhadap pelaksanaan P2M
Tabel 1. Pedoman Penilaian
Tabel  1.3  menunjukan  bahwa  tingkat  kunjungan  wisatawan  mengalami  tingkat  fluktuasi,  pada  tahun  2008  menunjukan  tingkat  kunjungan  dari  wisatawan  domestik  yang  memiliki  perbandingan  signifikan  dengan  kedatangan  tamu  mancanegara,  ka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dua orang anak, umur 1 tahun dan 3 tahun datang dengan rujukan ke unit gawat darurat RSS dengan diagnosa fraktur dentoalveolar, pada kedua kasus dilakukan perawatan menggunakan

Penerapan pembangkit listrik pada mobil listrik tidak dapat diterapkan pada mobil listrik karena kecilnya arus pengisian, dibandingkan dengan besar tegangan yang digunakan untuk

Hipotesis tersebut adalah hipotesis kerja/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis alternatif tersebut diubah menjadi hipotesis nihil (Ho), sehingga

Sebagai suatu model adaptif yang memiliki kemampuan belajar, jaringan syaraf tiruan mampu membuat generalisasi dan menyimpan hasil belajar tersebut untuk menghasilkan keluaran

Pada penelitian ini akan dibuat kecap dan terasi dengan menggunakan bahan baku ikan seluang (Rasbora argyrotaenia) yang berasal dari ikan air tawar dan ikan teri

Pembelajaran model SiMaYang tipe II memiliki kepraktisan yang tinggi dilihat dari hasil keterlaksanaan dan respon siswa saat pembelajaran pada kedua kelas replikasi ada pada

Setelah melakukan proses identifikasi data, analisis sistem serta perancangan aplikasi yang akan dibuat, maka berikut ini adalah beberapa tampilan form yang merupakan

Peserta didik bersama dengan guru melakukan diskusi kelas untuk menganalisis hasil teks prosedur yang sudah dibuat dan menyamakan persepsi tentang materi yang