• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Kolostomi

1.1 Pengertian

Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor (Harahap, 2006)

1.2 Stoma

Perlengkapan ostomi terdiri atas satu lapis atau dua lapis dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan flatus dalam jumlah sedang tetapi tidak terlalu besar agar tidak membebani bayi atau anak. Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma. Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah kebocoran isi (Wong, 2009). Lokasi kolostomi menentukan konsistensi tinja baik padat ataupun cair. Pada kolostomi transversum umumnya menghasilkan feses lebih padat. Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis pasien dan kondisi umum. Ada 3 jenis kolostomi, yaitu:

1.2.1 Kolostomi loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat .

1.2.2 End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan bedah kanker kolorektal.

(2)

1.2.3 Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian proksimal dan stoma bagian distal (Perry & Potter, 2005).

1.3 Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya

Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya; transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon transversum, sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid, kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden dan kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi, 2006)

1.4 Indikasi Kolostomi 1.4.1 Atresia Ani

Penyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran

yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus yang tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001). Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz, 2002). Menurut Suriadi (2006), Atresi ani atau imperforata anus adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus (anus) tertutupnya anus secara abnormal.

1.4.2 Hirschprung

Penyakit Hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi (Nelson, 2000).

(3)

Penyakit Hischprung disebut juga kongenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006)

1.4.3 Malforasi Anorektum

Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat. Perhatian utama ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi seksual dan saluran kencing. Beberapa kelainan yang memerlukan pembedahan kolostomi adalah;

(1) Fistula Rektovesika

Pada penderita Fistula Rektovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria. Mekanisme sfingter sering berkembang sangat jelek. Sakrum sering tidak terbentuk atau sering kali tidak ada. Perineum tampak datar. Cacat ini mewakili 10% dari seluruh penderita laki-laki dengan cacat ini. Prognosis fungsi ususnya biasanya jelek. Kolostomi diharuskan selama masa neonatus yang disertai dengan operasi perbaikan korektif (Nelson, 2000).

(2) Fistula Rektouretra

Pada kasus Fistula Rektouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra atau bagian atas uretra. Mereka yang mempunyai Fistula Rektoprostatik mengalami perkembangan sakrum yang jelek dan

(4)

sering perineumnya datar. Penderita ini mengalami kolostomi protektif selama masa neonatus. Fistula Rektouretra merupakan cacat anorektum yang paling sering pada penderita laki-laki ( Nelson, 2000).

(3) Atresia Rektum

Atresia Rektum adalah cacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomali anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anus dan anus yang normal ( Nelson, 2000). (4) Fistula Vestibular

Fistula Vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan pada perempuan. Kolostomi proteksi diperlukan sebelum dilakukan operasi koreksi, walaupun kolostomi ini tidak perlu dilakukan sebagai suatu tindakan darurat karena fistulanya sering cukup kompeten untuk dekompresi saluran cerna ( Nelson, 2000).

(5) Kloaka Persisten

Pada kasus Kloaka Persisten, rektum, vagina, dan saluran kencing bertemu dan menyatu dalam satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris. Kolostomi pengalihan terindikasi pada saat lahir, lagipula penderita yang menderita kloaka mengalami keadaan darurat urologi, karena sekitar 90% diserai dengan cacat urologi. Sebelum kolostomi, diagnosis

(5)

urologi harus ditegakkan untuk mengosongkan saluran kencing, jika perlu pada saat yang bersamaan dilakukan kolostomi ( Nelson, 2000). 1.5 Komplikasi Kolostomi

Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000).

1.6 Perawatan Kolostomi

Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif. Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2000), ada beberapa yang harus diperhatikan dalam menangani kolostomi, antara lain;

1.6.1 Perawatan Kulit

Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit

(6)

protektif di sekitar stoma, dan mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Adanya kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stoma.

1.6.2 Memasang Kantung

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit peristoma dipasang. Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekanya di atas stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.

1.6.3 Mengangkat Alat Drainase

Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer keluar.

(7)

Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.

1.7 Prosedur Pelatihan Kolostomi 1.7.1 Persiapan Alat

a. Dua pasang sarung tangan b. Pengalas

c. Kom berisi air hangat air hangat d. Kain kasa atau washlap

e. Kantung kolostomi yang baru f. Pembersih seperti sabun i. Gunting

j. Kantung plastik k. Tissue

1.7.2 Persiapan pasien

a. Atur posisi pasien berbaring

b. Jelaskan pada pasien dan orang tua tentang prosedur yang akan dilakukan dan jaga privasi pasien.

(8)

1.7.3 Prosedur a. Cuci tangan

b. Jelaskan prosedur pada klien dan jaga privasi klien c. Gunakan sarung tangan

d. Letakkan kain pengalas di sekitar perut dan buka kantung kolostomi. e. Buka kantung kolostomi dengan hati-hati, tangan non dominan (kiri)

menekan kulit dan tangan dominan (kanan) melepaskan kantung kolostomi.

f. Kosongkan kantung: ukur jumlah feses, feses dibuang ke toilet kantung kolostomi dibuang ke kantong plastik

g. bersihkan stoma dan kulit di sekitar lubang dengan menggunakan kain kasa atau washlap yang lembab dan hangat, atau air sabun jika sisah perekat dan feses sulit dibersihkan.Cuci tangan dan gunakan sarung tangan kembali.

h. Keringkan kulit dan pasang kantung kolostomi yang baru i. Buka sarung tangan dan rapikan alat serta sampah

j. Cuci tangan ( Joyce, 2002). 2. Konsep Pelatihan

2.1 Definisi

Metode pelatihan merupakan metode yang dilakukan dengan memberikan training kegiatan yang dilakukan secara berulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan (Setiawati, 2008).

(9)

2.2 Tujuan

Metode ini mempunyai tujuan mendapatkan ketangkasan dan keterampilan para peserta didik. Kelebihan dari metode ini adalah didapatnya keterampilan motorik yang cukup bagus. Sedangkan kekurangannya membutuhkan waktu yang lama dan seringkali membosankan (Setiawati, 2008)

2.3 Metode

Metode pelatihan merupakan bagian dari metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara atau strategi yang digunakan supaya pesan dengan mudah dapat dipahami sasaran. Metode pembelajaran terdiri atas:

2.3.1 Ceramah

Ceramah digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, informasi baru terhadap sasaran yang diinginkan.

2.3.2 Proyek

Metode ini digunakan dengan diangkatnya suatu masalah, kemudian dibicarakn dari berbagai sudut pandang dan ditemukan pemecahannya secara keseluruhan. 2.3.3 Tugas

Metode pembelajaran yang digunakan untuk memberikan motivasi terhadap peserta didik untuk mencari tahu sumber lain yang terkait dengan materi yang diberikan.

(10)

Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mencoba sendiri dan membuktikan materi yang dipelajari.

2.3.5 Diskusi

Metode pembelajaran dengan menekankan pada pembicaraan dua arah yang ditujukan untuk memecahkan masalah dalam bentuk pernyataan ataupun dalam bentuk pertanyaan.

2.3.6 Sosiodrama

mendramatisasikan suatu materi untuk lebih mudah dipahami oleh para peserta didik.

2.3.7 Demonstrasi

Memperagakan suatu kejadian dengan bantuan alat dan media untuk mempermudah diterimanya informasi dari penjar.

2.3.8 Pelatihan

Metode yang dilakukan dengan memberikan training kegiatan yang dilakukan secara berulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

2.3.9 Games

Menyampaikan pesan kepada peserta didik melalui suatu simbol-simbol tertentu (Nurhidayah, 2009)

3. Konsep Perilaku 3.1 Definisi

Perilaku merupakan seluruh aktivitas atau kegiatan yang bisa dilihat ataupun tidak pada diri seseorang sebagai hasil dari proses pembelajaran (Dermawan, 2008).

(11)

Dalam teori perilaku yang dikemukakan oleh Skinner dan disusun kembali oleh Setiawati dan Dermawan (2008) bahwa perilaku adalah hasil dari hubungan antara stimulus dan respon pada diri seseorang.

Dengan demikian Skinner membedakan perilaku menjadi dua respon antara lain : 3.1.1 Respon Reflesif

Merupakan respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap.

3.1.2 Operan Respon

Respon yang dihasilkan apabila diberikan stimulus berupa penguatan. Tujuannya supaya respon yang dihasilkan berikutnya semakin bagus dan berkembang.

3.2. Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia ke dalam tiga wilayah yaitu: 3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku. Perilaku yabg bari diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan. Pengetahuan dalam domain kognitif meliputi pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

(12)

3.2.2 Sikap

Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap belum berupa tindakan, tetapi baru bisa ditafsirkan. Pendapat Newcomb mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Adapun tingkatan sikap adalah menerima, merespon, dan menghargai ( Dermawan, 2008). Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersikap negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenagi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sikap ada yang dianut oleh banyak orang disebut sikap sosial, sedangkan yang dianut oleh orang tertentu disebut sikap individual (Purwanto, 1999).

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal, dan diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor pendorong atau penguat.

3.3.1 Faktor Predisposisi, merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi dan keyakinan.

(13)

3.3.2 Faktor Pemungkin, merupakan faktor yang memungkinkan individu berperilaku karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan dan keterampilan.

3.3.3 Faktor pendorong atau penguat merupakan faktor yang memungkinkan perilaku seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan, teman sebaya dan majikan.

Referensi

Dokumen terkait

Metode BLIMP sendiri merupakan pengembangan yang dilakukan oleh Ferguson dan Magrave (1996) terhadap metode yang sudah lebih dahulu diperkenalkan oleh Waters yang

Tesis dengan judul “ Manajemen Pemberdayaan Pengawas Dalam Rangka Menunjang Kebijakan Pemerintah Tentang Otonomi Bidang Pendidikan Di Kabupaten Kebumen “ ini disusun untuk

Pada hasil penelitian yang relevan dengan pendekatan evaluasi model CSE UCLA bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga erat sekali

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik Product Moment dengan menggunakan program SPSS 15 for windows dapat di ketahui nilai korelasi (r) sebesar

Terdapat banyak infeksi serta virus yang menular secara seksual, mulai dari infeksi sederhana yang dapat diobati secara mudah dan permanen menggunakan pengobatan

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai program diklat ini, maka metode diklat yang akan digunakan adalah proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran untuk orang dewasa

Entah apa nantinya cara atau strategi yang terbesit dalam organisasi untuk melakukan pengelolaan dan memperjuangkan eksistensi serta hak waria sebagai manusia dan

Perbaikan metode kerja yang dilakukan adalah perbaikan postur punggung membungkuk, salah satu tangan berada diatas bahu, sikap berdiri dengan kedua kaki lurus sehingga