• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERKEMBANGAN TANAH DAN EROSI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN HARA AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNANAN LAHAN DI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PERKEMBANGAN TANAH DAN EROSI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN HARA AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNANAN LAHAN DI JAMBI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERKEMBANGAN TANAH DAN EROSI DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN KETERSEDIAAN HARA AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNANAN

LAHAN DI JAMBI

[STUDY ON SOIL DEVELOPMENT AND EROSION IN RELATION TO THE

AVAILABILITY OF NUTRIENT AS THE RESULTS OF CHANGES IN LAND

USE IN JAMBI]

Ajidirman

Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

Abstract

Research on soil development and erosion and its relationship to the availability of nutrient as a result of changes in land use had been done in the industrial forest of PT. Wirakarya Sakti (WKS), Jambi. At the time of soil development process, some of elements and cations were freed into soil, and during erosion some of the elements lost with erosion. This research was aimed at investigating the degree of soil development and erosion level under natural forest and industrial crop forest (HTI) conditions at various plants’ age, and studying the soil development and erosion effect on the availability of nutrient at various plants’ age. Research was done using survey method at natural forest and at Acasia mangium area with age 1, 4, and 6 years old. The result shows that the rate of erosion under natural forest condition was 1.61 – 2.52 ton ha-1 per year, and this was far

below the erosion rate under HTI condition that reached 303.05 -1,950.93 ton ha-1 per year. There was difference in erosion rate depending on the age of plants, with a tendency to decrease as the plant age was increase. In addition, there has been no effect or relationship between erosion rate and soil development, but erosion indirectly affect soil properties that are used as indicators to evaluate soil development. Soil development and erosion rate altogether greatly affect the availability of soil nutrients.

Key words: soil development, erosion rate, soil conservation, Acasia mangium.

PENDAHULUAN

Propinsi Jambi merupakan salah satu daerah beriklim tropika basah dengan keadaan suhu udara maksimum 34 oC sepanjang tahun dan curah hujan maksimum 3.205 mm per tahun. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk terjadinya erosi, apalagi de-ngan adanya pembukaan lahan.

Menurut Soper dan Lull (1967) sebagaimana dikutip oleh Ginting dan Semadi, (1996), perubah-an vegetasi penutup di dalam suatu kawasperubah-an hutperubah-an akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses biologi, fisika dan kimia tanah setempat sehingga akan terjadi pergeseran keseimbangan alami yang dapat menimbulkan pe-ngaruh negatif maupun positif. Faktor-faktor yang terganggu keseimbangannya adalah tanah dan air, yang terjadi akibat terganggunya infiltrasi tanah yang dipengaruhi tanaman (vegetasi) yang hidup di atas tanah. Masing-masing jenis tanaman hutan mempunyai karakteristik sendiri dalam melindungi tanah dan tata air. Hal ini dikarenakan setiap vege-tasi mempunyai sistem perakaran dan bentuk tajuk, yang berbeda.

Erosi berhubungan erat dengan tingkat perkem-bangan tanah, yang menyangkut kestabilan profil tanah. Dalam hal ini, erosi berperan dalam proses transportasi dan deposisi. Secara lateral perkem-bangan tanah sangat ditentukan oleh proses trans-portasi dan deposisi ini, yaitu menyangkut tingkat perkembangan horizon, tebal solum, tebal dan kan-dungan bahan organik, reaksi tanah, jenis dan ting-kat perkembangan padas, serta kandungan air ta-nah (kelembaban relatif) (Hardjowigeno, 1993).

Ultisols, walaupun merupakan tanah yang ting-kat pelapukannya telah lanjut, akan tetapi masih memiliki fraksi liat kaolinit yang dicirikan oleh KTK yang rendah, jumlah unsur hara yang tersedia rendah dan rendahnya kapasitas menahan air. Wa-laupun demikian, liat kaolinit yang dimilikinya masih memungkinkan untuk terjadinya pelapukan sehingga mineral dan unsur hara dapat terlepas. Ultisols masih akan mengalami perkembangan nah sesuai dengan sekuen proses pembentukan ta-nah (Mulyadi dan Suhartati, 1996).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ting-kat perkembangan tanah dan besarnya erosi pada hutan alam dan HTI pada berbagai umur tegakan

(2)

HTI, dan mengkaji pengaruh perkembangan tanah dan erosi terhadap ketersediaan hara pada berbagai umur tegakan HTI.

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode sur-vei. Kegiatannya meliputi: persiapan penelitian, penelitian lapangan (sigi utama), analisis sampel tanah di laboratorium, dan pengolahan data, inter-pretasi data dan penulisan laporan hasil penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian lapangan, terle-bih dahulu dipelajari berbagai informasi mengenai lokasi penelitian dan studi peta-peta (peta status lahan, peta penggunaan tanah dan peta topografi). Selanjutnya dibuat pada rencana kerja atas dasar peta penggunaan tanah dan peta topografi. Kegiat-an sigi utama adalah pengamatKegiat-an keadaKegiat-an umum lokasi penelitian dan penetapan lokasi profil tanah. Sebelum penetapan profil pewakil, terlebih dahulu lahan dibagi menjadi unit satuan lahan homogen (SLH) yaitu SLH hutan alam, SLH hutan tanaman industri (HTI 1, 4, dan 6 tahun). Pada masing-ma-sing satuan lahan dilakukan pemboran 10 kali se-cara acak. Atas dasar keseragaman data sifat tanah hasil pemboran, fisiografi dan pola penggunaan ta-nah, ditetapkan profil pewakil masing-masing sa-tuan lahan. Kedalaman pengambilan contoh tanah adalah 0 - 30 dan 30 - 60 cm.

Pengamatan dan pengukuran variabel sifat ta-nah dan tanaman dalam penelitian ini meliputi be-berapa sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah. Se-cara rinci variabel-variabel tersebut ialah: penetap-an jumlah dpenetap-an jenis mineral pasir fraksi total dpenetap-an berat, analisis ukuran partikel 10 fraksi dan pene-tapan kelas tekstur tanah, penentuan susunan dan jenis mineral liat, penetapan permeabilitas, pene-tapan P-total, pH tanah, penepene-tapan C-organik, pasitas tukar kation (KTK), penetapan susunan ka-tion dapat tukar (K, Na, Ca dan Mg), penetapan N– total, penetapan P-tersedia, penetapan K-tersedia, penetapan Ca-tersedia, dan penetapan Mg-tersedia. Untuk menghitung besarnya erosi pada Ultisol yang ditanami hutan alam dan HTI pada berbagai tegakan digunakan rumus USLE (Wishmeier dan Smith, 1978), dengan persamaan sebagai berikut:

A = R × K × L × S × C × P di mana:

A = besarnya erosi (ton ha-1 per tahun), R = indeks erosivitas hujan, K = faktor erodibilitas tanah, L = faktor panjang lereng, S = Faktor kemiringan le-reng (%), C = faktor pengelolaan, P = faktor teknik konservasi tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan perhitungan besarnya erosi pada SLH hutan alam dan SLH HTI dengan model USLE, terlihat bahwa konversi hutan alam menjadi hutan produksi pada awalnya cenderung memper-besar laju erosi. Besarnya erosi pada masing-ma-sing satuan lahan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Besar erosi pada hutan alam dan HTI pa-da berbagai umur tegakan.

Lokasi SLH Besarnya erosi (ton ha

-1 per tahun) Lapisan 0-30 cm Lapisan 30-60 cm Hutan alam 1,61 2,52 HTI 1 tahun 1950,93 1427,68 HTI 4 tahun 881,94 1415,84 HTI 6 tahun 1314,04 303,05

Dari data Tabel 1 di atas jelas terlihat bahwa hutan alami mengalami kehilangan tanah (erosi) sebesar 1,61 ton ha-1 per tahun, sedangkan HTI yang merupakan hutan produksi tebang habis memperlihatkan bahwa awal dari konversi hutan alami dan penanaman kembali dengan HTI meng-alami erosi yang sangat besar yaitu 1950,93 ton ha1 per tahun. Besarnya erosi pada HTI mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur ta-naman dari awal konversi hutan sampai saat panen (tebang habis) menjadi 881,94 – 1314,04 ton ha-1 per tahun. Terjadinya penurunan besarnya erosi berdasarkan umur tegakan pada HTI disebabkan oleh bertambah rapatnya penutupan tanah oleh ta-juk tanaman (Acasia mangium) seiring dengan ber-tambah besarnya tanaman hingga saat panen tiba.

Menurut Barshad (1955) sebagaimana dikutip oleh Wiharso (1999), fraksi liat biasanya terbentuk dari fraksi non liat (fraksi pasir dan fraksi debu), sehingga sehingga nisbah antara fraksi debu de-ngan fraksi liat dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan tanah. Hasil analisis menge-nai fraksi pasir, debu dan liat serta nisbah debu terhadap liat dan nisbah liat halus terhadap liat to-tal disajikan pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat diungkapkan bahwa melihat distribusi ukuran partikel pada masing SLH, baik hutan alam maupun HTI (1, 4, dan 6 tahun) masih didominasi oleh fraksi pasir dan fraksi debu. Ter-dapat perbedaan distribusi ukuran partikel pada masing-masing SLH. Perbedaan ini diduga akibat terjadinya perbedaan dalam proses pembentukan tanah. Pada kondisi hutan alam kecepatan penam-bahan dan transformasi penam-bahan-penam-bahan penyusun ta-nah cenderung seimbang dengan kehilangan mau-pun translokasi. Hal ini dapat disimak dari

(3)

kecen-derungan penghancuran fraksi pasir menjadi debu dan penghancuran debu menjadi liat terlihat lebih besar pada HTI dan ada kecenderungan perbedaan peningkatan menurut umur tegakan dibandingkan dengan hutan alam. Seperti terlihat pada Tabel 2, hutan alam lapisan 0 – 30 cm mengandung pasir 68,7% dan menjadi berkurang pada HTI menurut umur tegakan, yaitu HTI 1 tahun mengandung pa-sir 54,6%, HTI 4 tahun papa-sirnya 63,3% dan HTI 6 tahun mengandung pasir 21,8%. Penurunan jumlah fraksi pasir akibat proses pembentukan tanah menghasilkan peningkatan jumlah dalam fraksi de-bu dan liat menurut SLH, yaitu peningkatan dimu-lai dari hutan alam ke HTI 1, 4 dan 6 tahun. Hal yang sama juga terjadi pada lapisan 30 – 60 cm.

Hampir separuh dari fraksi liat telah meng-alami penghancuran menjadi liat halus. Sedangkan nisbah antara debu halus dengan liat halus berkisar antara 0,05 – 0,60. Nilai nisbah ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan tanah pada SLH hu-tan alam dan SLH HTI telah tahap lanjut.

Sifat kimia tanah, seperti nisbah Ca/Mg, KTK, kejenuhan basa, dan sifat kimia lainnya dapat dipa-kai untuk menilai tingkat perkembangan tanah. Untuk itu pada Tabel 3 disajikan data sifat kimia tanah guna menilai tingkat perkembangan tanah pada masing-masing SLH.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa pH tanah pada ma-sing-masing SLH berkisar 4,28 – 5,00. Kisaran ni-lai pH seperti ini memberi petunjuk bahwa telah terjadi pelapukan bahan-bahan penyusun tanah se-cara intensif, dan hasil pelapukan berupa kation basa sebagian tercuci dan sebagian lagi diambil oleh tanaman HTI. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pH hutan alam (4,70) dengan pH hutan HTI (4,28 – 4,73) pada kedalaman 0 – 30 cm, tetapi terdapat kecenderungan penurun pH pa-da HTI umur 4 tahun pa-dari 4,73 menjadi 4,28.

Selanjutnya, dengan bertambah umur HTI ter-jadi kembali peningkatan nilai pH tanah dari 4,28 menjadi 4,67. Peristiwa ini juga terjadi pada lapis-an tlapis-anah 30 – 60 cm. Sumblapis-anglapis-an pengembalilapis-an kation-kation basa ke dalam tanah cenderung akan meningkatkan pH tanah seiring dengan berjalan-nya dekomposisi bahan organik. Analisis ini diper-kuat oleh data C-organik, dan jumlah kation-kation basa pada masing-masing SLH (Tabel 3). Terdapat kecenderungan peningkatan pengembalian kation-kation basa hasil dekomposisi bahan organik ke dalam tanah seiring meningkatnya umur tegakan.

Melihat kepada nilai KTK yang berkisar 9,15 – 31,63 me/100g, dapat dipastikan tingkat perkem-bangan tanah pada hutan alam dan HTI (1, 4 dan 6 tahun) telah berada pada tingkatan tahap lanjut. Ti-dak terdapat perbedaan perkembangan tanah antara

hutan alam dengan HTI, maupun antar tanah di bawah tegakan HTI yang berbeda umurnya.

Untuk maksud pengkajian tingkat perkembang-an tperkembang-anah dari sifat mineralogi disajikperkembang-an data sifat mineralogi seperti yang terlihat pada Tabel 4 dan 5. Pada Tabel 4 terlihat bahwa mineral fraksi berat didominasi oleh zirkon (13 – 68%), turmalin (7 – 38%), dan rutil + anatas (6 – 9%). Mineral berat ini adalah jenis mineral yang sedikit terkandung dalam mineral primer ataupun batuan induk. Zir-kon adalah mineral yang terdapat pada batuan in-duk granit. Mineral ini luar biasa resisten terhadap penghancuran selama erosi dan deposisi. Walapun demikian menurut Keer (1959), zirkon akan ber-ubah secara kimia dengan penambahan U, Th, Pb, dan H2O disertai dengan kehilangan silika.

Pembebasan ion-ion Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, H dan O oleh pelapukan ke dalam tanah sebagian akan bergabung kembali membentuk mineral se-kunder. Mineral sekunder biasanya berada dalam bentuk fraksi liat. Jackson dan Sherman (1953) se-bagaimana dikutip oleh Dixon (1989) menghu-bungkan tingkat perkembangan relatif tanah de-ngan jenis mineral yang ada dalam fraksi liat. Oleh karena itu untuk maksud pengkajian perkembang-an tperkembang-anah dari keberadaperkembang-an mineral liat di dalam ta-nah pada Tabel 5 disajikan data kandungan mine-ral liat pada masing-masing SLH. Dari data terse-but terlihat bahwa mineral liat tanah pada masing-masing SLH, baik hutan alam maupun HTI dido-minasi oleh mineral liat tipe 1:1 yaitu kaolinit de-ngan jumlah 87 – 96%, meskipun masih terdapat mineral liat tipe 2:1 (vermikulit).

Terdapat kecenderungan telah melapuk dan berubahnya mineral kaolonit menjadi geotit pada masing-masing SLH, walaupun masih dalam jum-lah yang sangat sedikit (1 – 3%). Kalau mineral liat kaolinit telah melapuk sebagian besar atau hampir seluruhnya menjadi oksida atau geotit, hal ini sebagai bukti bahwa tanah telah mengalami pe-lapukan yang sangat-sangat lanjut. Akan tetapi ka-rena masih terdapat 96% kaolinit, berarti tingkat perkembangan tanah berada pada tahap lanjut.

Untuk memahami hubungan erosi dengan kembangan tanah dan ketersediaan hara akibat per-ubahan penggunaaan lahan disajikan data tentang besarnya erosi, tingkat perkembangan tanah dan ketersediaan hara pada Tabel 6. Dari data yang di-sajikan pada Tabel 6 jelas terlihat bahwa tidak ter-dapat pengaruh ataupun hubungan antara besarnya erosi dengan tingkat perkembangan tanah pada masing-masing SLH, baik pada hutan alam mau-pun pada HTI. Tetapi erosi secara tidak langsung berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah yang men-jadi dasar penilaian tingkat perkembangannya.

(4)

Tabel 2. Distribusi ukuran partikel, nisbah fraksi debu terhadap fraksi liat dan nisbah liat halus terhadap liat total dari sampel tanah hutan alam dan HTI pada berbagai umur tegakan.

Lokasi SLH Fraksi (%) Debu halus:

Liat halus

Liat halus: Liat total Pasir debu Liat kasar Liat halus

Kedalaman 0 – 30 cm Hutan Alam 68,7 6,7 15,3 9,3 0,05 0,38 HTI 1 Tahun 54,6 24,4 8,0 13,0 0,02 0,60 HTI 4 Tahun 63,3 10,3 13,7 12,7 0,08 0,48 HTI 6 Tahun 21,8 50,1 15,4 12,7 0,32 0,44 Kedalaman 30 – 60 cm Hutan Alam 58,9 6,6 17,4 17,1 0,05 0,49 HTI 1 Tahun 45,7 28,7 11,7 14,6 0,13 0,56 HTI 4 Tahun 54,1 18,6 9,5 17,8 0,42 0,65 HTI 6 Tahun 6,0 38 39,3 16,7 0,60 0,30

Tabel 3. Nilai pH, C-organik, N-total, kation basa dapat tukar, KTK, KB, dan nisbah Ca/Mg dari contoh tanah hutan alam dan HTI pada berbagai umur tegakan.

Lokasi SLH pH C-organik (%) N-total (%)

Kation basa dapat dipertukarkan KTK

(me/100 g) KB (%) Ca/Mg H2O KCl Na K Ca Mg Kedalaman 0 – 30 cm Hutan alam 4,70 4,01 0,80 0,12 0,84 0,10 0,22 0,10 14,10 31,0 2,20 HTI 1 th 4,73 4,14 1,21 0,12 0,73 0,15 0,18 0,13 10,29 28,5 1,38 HTI 4 th 4,28 3,84 1,62 0,19 0,84 0,10 0,27 0,31 15,78 30,0 0,87 HTI 6 th 4,67 3,75 1,35 0,18 1,31 0,41 0,73 0,52 18,67 43,4 1,40 Kedalaman 30 -60 cm Hutan alam 4,62 4,05 1,29 0,09 1,05 1,05 0,40 0,19 22,79 60,8 2,10 HTI 1 th 5,00 4,10 0,83 0,11 0,84 0,15 0,12 0,11 9,15 31,5 1,09 HTI 4 th 4,54 4,03 0,49 0,10 0,84 0,10 0,08 0,28 28,19 32,1 0,28 HTI 6 th 4,71 3,83 1,36 0,11 0,84 0,51 0,16 0,23 31,63 33,1 0,69

Tabel 4. Komposisi mineral fraksi pasir berat dan indek pelapukan dari sampel tanah hutan alam dan HTI pada berbagai umur tegakan.

Lokasi SLH

Komposisi mineral fraksi pasir berat (%)

Op ak Non opak (%) Z ir k o n Ko n k re si B es i E p id o t T u rm al in An d al u si t Sil im o n it T o p as S ta u ro li t M o n as it Ga rn et R u ti l + An at as Kedalaman 0 – 30 cm Hutan alam 62 37 - sp 37 11 - sp 1 7 1 6 HTI 1 th 44 13 - 2 70 9 sp 1 2 2 - 1 HTI 4 th 56 68 - sp 7 1 1 sp 2 14 sp 7 HTI 6 th 62 47 - sp 22 8 - sp sp 11 sp 8 Kedalaman 30 – 60 cm Hutan alam 52 27 - sp 38 14 1 1 3 5 - 11 HTI 1 th 51 38 - - 32 11 sp 1 3 8 - 7 HTI 4 th 55 56 - 2 15 5 sp sp sp 15 sp 7 HTI 6 th 65 35 - 1 30 4 - 2 2 17 1 9

(5)

Tabel 5. Komposisi dan jenis mineral liat dari sampel tanah hutan alam dan HTI pada berbagai umur tegakan.

Lokasi SLH Susunan mineral liat (%)

Kaolinit Vermikulit Kuarsa Geotit

Kedalaman 0 – 30 cm Hutan alam 96 2 1 1 HTI 1 th 92 2 4 2 HTI 4 th 92 5 1 2 HTI 6 th 88 10 2 - Kedalaman 30 – 60 cm Hutan alam 94 4 1 1 HTI 1 th 86 10 4 - HTI 4 th 92 5 1 2 HTI 6 th 87 10 - 3

Tabel 6. Tingkat perkembangan tanah dan besar erosi dalam hubungannya dengan ketersediaan hara pada hutan alam dan HTI pada berbagai umur tegakan.

Lokasi SLH Besar erosi

(ton ha-1 per tahun)

Tingkat perkembangan tanah Ketersediaan hara N-total (%) P K Ca Mg tersedia (ppm) Kedalaman 0 – 30 cm

Hutan alam 1,609 SR Tahap lanjut 0,12 2,0 21,8 33,1 8,6

HTI 1 th 1950,93 SB Tahap lanjut 0,12 1,4 19,1 40,8 16,3

HTI 4 th 881,94 SB Tahap lanjut 0,19 2,2 109,8 110,1 57,4

HTI 6 th 1314,04 SB Tahap lanjut 0,18 7,2 27,4 71,5 37,8

Kedalaman 30 – 60 cm

Hutan alam 2,522 SR Tahap lanjut 0,09 0,7 10,9 25,3 7,1

HTI 1 th 1427,68 SB Tahap lanjut 0,11 1,1 21,8 33,1 11,2

HTI 4 th 1415,84 SB Tahap lanjut 0,10 0,7 19,1 28,10 36,7

HTI 6 th 303,05 B Tahap lanjut 0,11 0,8 21,9 20,4 24,0

SR = bahaya erosi sangat ringan, SB = bahaya erosi sangat berat, B = bahaya erosi berat.

Erosi secara bersama dengan tingkat perkem-bangan tanah tampaknya berpengaruh besar terha-dap ketersediaan hara di dalam tanah. Hal ini terha-dapat dilihat pada Tabel 6, di mana pada HTI umur 4 ta-hun dengan besar erosi 881,94 ton ha-1 per tahun dengan tingkat perkembangan tanah lanjut mem-perlihatkan kandungan hara yang bersifat mobil di dalam tanah, yaitu kalium 109,8 ppm, kalsium 110,1 ppm, dan magnesium 57,4 ppm. Akan tetapi dengan meningkatnya besarnya erosi menjadi 1314,04 ton ha-1 per tahun dengan tingkat perkem-bangan tanah yang sama terjadi penurunan keter-sediaan hara di dalam tanah sangat signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh, ketika proses pelapuk-an dpelapuk-an perkembpelapuk-angpelapuk-an tpelapuk-anah berlpelapuk-angsung dpelapuk-an me-lepaskan kation maupun unsur hara ke dalam tanah dari bahan-bahan yang dilapuk yaitu bahan organik dan mineral, maka sebagian dari kation dan unsur

hara tersebut pada saat yang bersamaan hilang ter-kikis atau terbawa oleh peristiwa erosi, dan seba-giannya lagi diambil oleh tanaman.

KESIMPULAN

1. Erosi pada hutan alam sebesar 1,61 – 2,52 ton ha-1 per tahun dan jauh lebih rendah dari HTI yang erosinya berkisar 303,05 hingga 1950,93 ton ha-1 tahun.

2. Terdapat perbedaan besarnya erosi menurut umur tegakan HTI, dengan kecenderungan pe-nurunan besarnya erosi menurut umur tegakan. 3. Tidak terdapat pengaruh ataupun hubungan

besarnya erosi terhadap perkembangan tanah, tetapi erosi secara tidak langsung

(6)

mempenga-ruhi sifat-sifat tanah yang menjadi dasar dalam penilaian tingkat perkembangan tanah.

4. Tingkat perkembangan tanah dan erosi secara bersama berpengaruh besar terhadap keterse-diaan hara di dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Dixon, J. B. dan S. B. Weed. 1989. Mineral in Soil Environments (2nd ed.)Madison, Wisconsin. Ginting, A. N. dan I. G. K. Semadi. 1996. Aliran

Permukaan dan Erosi Tanah di Bawah Tegakan Acacia mangium di Gemawang, Subanjariji, Sumatera Selatan.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis (edisi pertama). Akademika Pressindo, Jakarta.

Keer, P. F. 1959. Optical Mineralogy (3rd ed.). McGraw-Hill Book Co. Inc., New York.

Mulyadi dan Suhartati. 1996. Pengenalan karakteristik tanah hutan tropika untuk pembangunan hutan tanaman. Jurnal Sylva Tropika 2: 7-8.

Wiharso, D. 1999. Perkembangan tanah yang terbentuk dari batuan granit di daerah Lampung Selatan. Jurnal Tanah Topika 9: 117-125.

Wishmeier, W. H. dan D. D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Loss: A Guide to Conservation Planning. USDA Agricultural Hanbook No. 537.

Gambar

Tabel 1. Besar erosi pada hutan alam  dan HTI pa- pa-da berbagai umur tegakan.
Tabel 4. Komposisi mineral fraksi pasir berat dan indek pelapukan dari sampel tanah hutan alam dan HTI  pada berbagai umur tegakan
Tabel 5. Komposisi  dan  jenis  mineral  liat  dari  sampel  tanah  hutan  alam  dan  HTI  pada  berbagai  umur  tegakan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penilitian ini mempunyai kemampuan sinkronisasi pengontrolan jarak jauh dengan pengontrolan ketika berada disekitar area gedung, jika kita berada jauh dari lokasi maka sistem

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang

Data lalu lintas merupakan dasar informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan dan desain suatu jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari

Bila salah satu orang tua meninggal, ijin dapat diperoleh dari orang tua yang masih hidup, bila itu pun tidak ada, dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih, berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Minat Dan Prestasi

Adapun beberapa saran yang dipertimbangkan dalam memberikan kontribusi terhadap perbaikan pada penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut; (1) Perlu