• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran dan Distribusi Kepemilikan Tanah

Sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan, bahwa salah satu pennasalahan umum dalam kepemilikan tanah adalah adanya fenomena penguasaan

tanah

yang sangat luas oleh segelintir orang yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga sangat merugikan dan tidak adil.

Untuk melihat keragaan kepemilikan tanah di daerah penelitian perlunya mengkaji s t d i m kepemilikan tanah berdasarkan data adrninistrasi dari masing- masing pemilik bidang tanah. Dalam ha1 ini, penulis mengklasifikasikan data administrasi keragaan pemilik tanah di kelurahan pakansari berdasarkan domisili.

Tabel 8. Sebaran Dan Distribusi Kepemilikan Tanah Menurut Domisili di K e l u r h Pakansari KecamatanCibinong Kabupaten Bogor, tahun 2000

Berdasarkan tabel di atas, jumlah bidang tanah masih didominasi oleh pemilik 3

yang berdomisili dalam satu kelurahan yaitu sebesar 6 1,55 % sedangkan pemilik yang berdomisili di luar kelurahan sebesar 38,45 %. Demikian juga berdasarkan luas Sumber : Diolah berdasarkan Data Ajudikasi, BPN Tahun 2000

Kel. Palcansari i&ainnya

Total Jumlah,

bidang tanah masih didominasi oleh pemilik yang berdomisili dalam satu kelurahan 520 2319 22,45 100 165776 708917 23,38 100 361,17' 1, 12

(2)

yaitu sebesar 60.35 % sedangkan pernilik yang berdomisili di luar kelurahan sebesar 39,65 %.

Narnun untuk rata-rata luas bidang tanah per orang, pemilik tanah yang berdomisili di luar Kelurahan Pakansari khususnya pendatang (di luar Kecamatan Cibinong) lebih luas rata-rata kepemilikannya dibandingkan dengan pemilik tanah yang berdomisili di Kelurahan Pakansari dan pemilik tanah yang berdomisili di Kecamatan Cibinong, yaitu sebesar 361,17 m2 per orang, sedangkan pemilik tanah yang berdomisili di Kelurahan Pakansari, sebesar 342,55 m2 per orang dan pemilik tanah yang berdomisili di Kecamatan Cibinong, sebesar 34 1,19 m2 per orang.

Sementara itu untuk rata-rata jumlah bidang tanahlorang untuk masing-masing domisili hampir sama rata-ratanya, yaitu sebesar 1,11 dan 1,12 bidang

Sebaran dan Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah

Untuk melihat sebaran kepemilikan tanah, dilakukan analisa entropy, rasio gini dan fiagrnentasi tanah pada masing-masing RW di Keluraban Pakansari seperti ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini.

(3)

Tabel 9. Hasil Analisa Entropy Kepemilikan Tanah, Rasio Gini dan Fragrnentasi Tanah di Kelurahan Pakansari Tahun 2000.

Sumber : Diolah berdasarkan tabel lampiran 2 dan 3

Untuk nilai entropy untuk masing-masing RW, yang paling menyebar distribusi kepernilikannya adalah di RW 10 dengan nilai entropy 0,953 sedangkan distribusi kepemilikan yang kurang menyebar di RW 12 dengan nilai entropy 0,894.

Untuk melihat tingkat ketimpangan kepemilikan tanah dilakukan pula analisa Rasio Gini Lorentz (RGL), hasil analisa terlampir pada lampiran 7. Dari hasil analisa didapat nilai Rasio Gini Lorentz (RGL) untuk masing-masing RW, untuk RW 1 sebesar 0,37 untuk RW 2 sebesar 0,33 untuk RW 3 sebesar 0,32 untuk RW 4 sebesar 0,40 untuk RW 10 sebesar 0,34 dan untuk RW 12 sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah penelitian menandakan tingkat ketimpangan yang sedang, kecuali di RW 12 menandakan tingkat ketimpangan yang menuju ke berat sehingga perlu diwaspadai sejak dini dan perlunya pengendalian.

(4)

Keragaan Kepemilikan Tanah

Disamping membahas tentang sebaran dan distribusi kepernilikan

tanah

di wilayah penelitian, perlu juga membahas keragaan kepemilikan tanah di wilayah penelitian agar lebih jelas dalarn melihat gambaran tentang jurnlah bidang tanah, jumlah pemilik tanah dan jumlah luas tanah menurut domisili per RW, seperti terlihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Proporsi Kepemilikan Tanah per RW di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun 2000.

Sumber : Diolah berdasarkan Data Ajudikasi, BPN Tahun 2000

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa jumlah bidang tanah per RW, untuk RW1, RW4, RW 10 dan RW 12 masih didominasi oleh pemilik tanah di Kelurahan Pakansari, yaitu antara 70-79 % sedangkan 20-30 % dikuasai olek pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari. Keadaan yang berbeda terdapat di RW 2 dan RW 3. Dimana

untuk

RW 2 pemilik tanah di Kelurahan Pakansari menguasai 58 % bidang tanah sedangkan 42 % dikuasai olek pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari.

(5)

Sedangkan keadaan sebaliknya terjadi di RW 3, dimana pemilik tanah di Kelurahan Pakansari hanya menguasai 32 % bidang tanah sedangkan 68 % dikuasai oleh pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari.

Untuk jumlah pemilik tanah dan jumlah luas tanah menurut domisili per RW di Kelurahan Pakansari, fenomena yang terjadi tidak berbeda jauh dengan yang terjadi pada jumlah bidang tanah.

Tabel 1 1. Hasil Korelasi antar Peubah di Kelurahan Pakansari, Tahun 2000.

deks Gini Pami& Tanah

Sumber : Data diolah berdasarkan tabel 9 dan 10

Berdasarkan tabel 11 ada beberapa peubah yang berkorelasi, baik secara positif maupun negatif Peubah jumlah bidang tanah menurut dornisili pemilik di Luar Kelurahan Pakansari dan Kecamatan Cibinong berkorelasi positif dengan peubah jumlah bidang tanah menurut domisili pemilik di Kelurahan Pakansari dan indeks

(6)

fragmentasi tanah di Kecamatan Cibinong. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa keragaan bidang tanah di Kelurahan Pakansari dipengaruhi juga oleh keragaan bidang tanah di luar Kelurahan Pakansari, sehingga walaupun secara administratif bidang tanahnya banyak dikuasai oleh penduduk yang berdomisili di Kelurahan Pakansari (penduduk asli) tetapi secara eksplisit di dalamnya terdapat juga pendatang yang mengubah status kependudukannya menjadi berdomisili di Kelurahan Pakansari.

Untuk peubah berdasarkan jumlah pemilik

tanah

menurut domisili pemilik

dan

indeks fragmentasi tanah di Kecamatan Cibinong berkorelasi positif dengan peubah jumlah pemiik tanah dan indeks fragmentasi tanah menurut domisili pernilik di luar Kelurahan Pakansari dan Kecamatan Cibinong. Hal ini juga menandakan bahwa keragaan pemilik tanah menurut domisili pemilik Kecamatan Cibinong dipengaruhi juga oleh keragaan pemilik

tanah

di luar Kelurahan Pakansari dan Kecamatan

Cibinong.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Tanah dan Kaitannya dengan Karakteristik Tanah dan Pemilikan Tanah

Berdasarkan hasil analisa model Kuantifikasi Hayashi 11, variabel yang diamati dalam hubungannya dengan pola penggunaan tanah, adalah :

1. Karakteristik pemilik tanah, yang terdiri dari : jenis pekerjaan, usia dan domisili.

2. Karakteristik tanah, yang terdiri dari : luas tanah, jarak ke kelurahan, jarak ke kecamatan, jarak ke kabupaten, jarak ke pasar, jarak ke rumah sakit, kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, Nilai Jual Obyek Pajak dan kemiringan tanah.

(7)

Hasil analisa metode Kuantifikasi Hayashi 11, dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Hasil Analisa Metode Kuantifikasi Hayashi I1 : Variabel-Variabel Terkait Penggunaan Tanah Berdasarkan Bidang Tanah di Kelurahan Pakansari.

4

8

b

$

%

4

8 b4 5 Jarak kel. Kelurahan (meter) 5. 4001 - 4500 5 = >800 < = 2000 2. 201 - 400 3. 401-600 4. 601

-

800 5. 801-1000 6. >lo00 5,09 23,03 3 9,2 8 9,83 14,27 8,50 7,12 9,96 28,33 15,14 20,09 . 3,71 22,77 0,26208 0,64 193 0,16538 0,54222 -1,54240 -0,6978 1 -1,53511 -0,44883 -0,46745 -0,41612 -0,89051 -1,71874 2,12054 2,18434 0,16444** 3,83928 0,23436**

(8)

5. >4000 17,46 -0,80496

8 Jarak Kel. 2000 - 2500 0,95 -1,24942 1,92576

6. > 4500 16,99 -0,42940

9 Jarak kql. 2001 -2500 27,68 0,13983 2,4568

10 Kelas Jalan 1 = Jalan Raya;

2 = Jalan desa 3 = gangljalan kecil 11 Hargatanh 1. 27-36 fNJOP 2. 36-48 (OOORp/m2 3. 200 - 260 4. 325 -360

Sumber : Data diolah berdasarkan teks lampiran 1

Keterangan :

**

nyata pada taraf a 1 % (sangat nyata) = 0,05

*

nyata pada taraf a 5 % (nyata) = 0,04

Berdasarkan hasil metode kuantifikasi hayashi I1 didapat nilai eta-square sebesar 0,17739 yang berarti bahwa model yang terkait dengan penggunaan tanah di

atas telah dapat menggambarkan 82,26 % variasi dari peubah-peubah (predictor item) yang dapat mempengaruhi pola penggunaan tanah di daerah penelitian. Sedangkan tingkat kepekaan (elastisitas) dari penggunaan tanah terhadap pergeseran kategori

(9)

dalam predictor item, dilihat berdasarkan nilai kisarannya, semakin besar nilai kisarannya semakin peka (elastis), dalam hal ini penulis mengkategorikan nilai kisaran lebih dari 1 adalah elastis. Untuk model di atas nilai kisaran yang lebih dari satu adalah luas tanah, jarak ke pusat administrasi pemerintahan, jarak ke pasar dan rumah sakit serta kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah.

Dari hasil analisa diketahui, bahwa karakteristik pemilik tanah, yaitu jenis pekerjaan dan usia berpengaruh nyata terhadap pola penggunaan tanah di Kelurahan Pakansari yang diketahui dari nilai korelasinya yaitu masing-masing sebesar 0,05 sedangkan untuk variabel penjelas domisili, memberikan pengaruh yang sangat kecil atau dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap alokasi pernanfaatadpenggunaan tanah, yang diketahui dari nilai korelasi parsial sebesar 0,016 (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi 11). Pada jenis peke rjaan petani dan b d t u l c a n g sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan tanah dilihat dari skor kategori yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dikarenakan pada jenis pekerjaan petani dan buruh/tukang memiliki kontribusi pada pola penggunaan tanah secara langsung dan kepemilikan bidang tanahnya disamping untuk tempat tinggal juga digunakan untuk tanah pertanian guna memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga petani dan b d t u k a n g sangat bergantung pada tanah sebagai sumber mata pencaharian dan pendapatan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Lain halnya dengan jenis pekerjaan lainnya, seperti PNS dm pegawai swasta yang kurang memberikan kontribusi terhadap pola penggunaan tanah, hal ini dapat dimengerti karena mereka lebih mementingkan untuk pergi bekerja dan kepemilikan bidang tanahnya hanya untuk tempat tinggal.

(10)

Sementara itu, pada variabel penjelas usia antara 20-40 tahun sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan tanah dilihat

dari

skor kategori yang paling tinggi dibandingkan dengan kategori usia lainnya. Hal ini dikarenakan pada usia antara 20-40 tahun adalah usia paling produktif untuk memanfaatkan tanahnya dan merupakan masa dimana semangat hidup untuk berusaha dengan kreatifitas dan tanggung jawab yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan pokonya sehari-hari, sehingga pada rentang usia tersebut memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pola penggunaan tanahnya. Dibandingkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun sangat kurang pengaruhnya terhadap pola penggunaan tanah. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang dari 20 tahun waktunya habis di sekolah untuk memikirkan pelajaran dan biasanya pada rentang usia kurang dari 20 tahun memiliki emosi yang kurang terkendali dan sifat egois yang sangat tinggi sehingga mereka h a n g memperhatikan aktivitas lingkungannya demikian pula pada usia lebih dari 40 tahun kurang memberikan kontribusi terhadap pola penggunaan tanah karena pada rentang usia tersebut sudah tidak produktif lagi dalam memanfaatkan tanahnya sehingga ada kecenderungan pada usia ini penggunaan tanahnya ditelantarkd dibiarkan.

Dari hasil analisa diketahui, bahwa seluruh karakteristik tanah berpengaruh nyata terhadap pola penggunaan tanah terkecuali adalah variabel kemiringan

tanah

yang memiliki nilai korelasi parsial sebesar 0,01 (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi 11).

Untuk variabel luas tanah berpengaruh sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya, dimana luas yang paling dominan

(11)

berpengaruh adalah luasan kurang

dari

200 m2. Hal ini disebabkan sebagian besar bidang

tanah

yang dikuasai hanya memiliki luas kurang dari 200 m2

clan

apabila dikaitkan dengan skor kategori

dari

Outside variabel (kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada kelompok luasan kurang dari 200 m2 banyak digunakan

untuk

perumahan sedangkan luasan yang lebih dari 200 m2 banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan. Dengan adanya dominasi penguasaan luas tanah yang kurang dari 200 m2 sementara yang luasnya lebih dari 200 m2 jumlahnya hanya sedikit dapat menjadi indikasi terjadinya ketimpangan dalam distribusi penguasaan tanah di Kelurahan Pakansari, dimana adanya kecenderungan sebagian besar masyarakat memiliki tanah dalam skala yang kecil sedangkan sebagian kecil masyarakat memiliki tanah dalam skala yang luas.

Faktor jarak menuju pusat-pusat administrasi pemerintahan dapat menjadi pertimbangan bagi suatu alokasi penggunaan tanah. Nilai korelasi parsial menunjukkan bahwa jarak menuju pusat administrasi pemerintahan, dalam ha1 ini jar& menuju kantor Kelurahan Pakansari, kantor Kecamatan Cibinong dan kantor Kabupaten Bogor berpengaruh sangat nyata terhadap alokasi penggunaan tanah. Dominannya jarak menuju pusat administrasi pemerintahan pada jarak lebih

dari

1000 meter dan kurang

dari

4000 meter memiliki pengaruh yang besar dari pemilik bidang tanah untuk menentukan pola penggunaan

tanah

tersebut, dimana pada rentang jarak tersebut apabila dikaitkan dengan dengan skor kategori dari Outside variabel (kelompok) pa& aksis 1 terlihat bahwa pada rentang jarak tersebut banyak digunakan untuk perumahan sedangkan selain pada rentang jarak tersebut banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan. Hal ini berkaitan dengan kepentingan

(12)

pelayanan dari pusat-pusat administrasi pemerintahan baik kelurahan, kecamatan maupun kabupaten terhadap pemilik

tanah.

Pada jarak tersebut kemudahan dalam ha1 pelayanan

dari

pusat-pusat administrasi pemerintahan dapat diperoleh dengan baik oleh para pemilik tanah, apalagi jarak tersebut masih dapat ditolerir dengan didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang semakin berkembang baik. Namun sebaliknya pada jarak yang jauh atau lebih dari 4000 meter menuju pusat adminstrasi pemerintahan maka pengaruh pada pola penggunaan tanah sernakin berkurang/sedikit, karena jarak yang semakin jauh dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang lebih besar demikian juga pada jarak h a n g dari 1000 meter dari kantor Kelurahan yang didominasi oleh penggunaan

tanah

kebun campuran, tegalan dan dibiarkanlditelantarkan pengaruh pada pola penggunaan tanah semakin berkurangkedikit karena pada penggunaan tersebut keperluan pelayanan dari pusat- pusat administrasi pemerintahan berkuranghemakin tidak penting.

Dalam hubungannya dengan keterkaitan spasial, Von Thunen mengemukakan model tata guna tanah sederhana yang didasarkan pada satu titik pennintaan dalam suatu lingkungan ekonomi pedesaan yang mempunyai struktur pasar sempwna baik pasar output maupun input. Dalam kaitannya dengan teori tersebut dapat dikatakan bahwa jar& menuju pasar berpengaruh sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui

dari

nilai korelasi parsialnya (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayash1 11), dimana pada jarak antara 3000-4000 meter penggunaan tanahnya didominasi oleh perurnahan sedangkan selain jarak tersebut didominasi oleh kebun campuran, tegalan dan dibiarkanklitelantarkan. Pertimbangan pola penggunaan tanah terhadap jarak menuju pasar berkaitan dengan kepentingan produsen dan

(13)

konsurnen. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa bidang tanah yang dominan pengaruhnya terhadap penggunaan tanah terdapat pada jarak yang tidak terlalu d e b t dan tidak terlalu jauh dm Pasar Cibinong, karena jarak yang terlalu dekat dengan pasar akan membuat situasi lingkungan yang tidak nyaman (uncomfortable), sedangkan jarak yang terlalu jauh dari pasar kurang mendukung aksesibilitas khususnya bagi konsurnen. sedangkan bagi produsen pada jarak yang dekat dengan pasar akan mendukung aksesibilitas dan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi pengangkutan komoditi ke pasar semakin sedkit serta resiko perisabilitas komoditi pertanian semakin kecil.

Untuk jar& menuju pusat pelayanan kesehatan atau rumah sakit berpengaruh sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi 11). Untuk jarak h a n g dari 3500 meter dan lebih

dari

4500 meter, memiliki kontribusi yang besar terhadap pola penggunaan tanah dan apabila dikaitkan dengan skor kategori dari outside variabel (kelompok) aksis I, penggunaan tanah pada rentang jarak ini didominasi oleh penggunaan tanah perumahan sedangkan pada rentang jarak lainnya didominasi oleh penggunaan tanah kebun campuran, tegalan dan

dibiarkanlditelantarkan.

Hal ini dapat ditafsirkan bahwa rumah sak~t merupakan suatu pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga jarak yang dekat dengan rumah sakit akan membuat kelancaran dan kemudahan

untuk

menuju ke rumah sakit sedangkan jarak yang terlalu jauh dari rumah sakit, kebutuhan fasilitas kesehatan kemungkinan dipenuhi dari pelayanan kesehatan lainnya.

(14)

Adanya keterkaitan spasial dalam hubungannya dengan pola penggunaan tanah seringkali menunjukkan perbedaan geografis lokasi, khususnya mengenai kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah yang juga secara langsung mempengaruhi nilai tanah itu sendiri yang disebabkan oleh perbedaan lokasi (locational rent). Demikian halnya dengan variabel kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap pola penggunaan

tanah

yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi 11). Untuk kelas jalan raya dan gangljalan kecil paling dominan dalarn mempengaruhi pola penggunaan tanah hal ini dapat ditafsirkan bahwa pada kelas jalan tersebut memiliki aksesibilitas yang baik dan apabila dikaitkan dengan skor kategori dari Outside variabel (kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada letak tanah pada kelas jalan tersebut banyak digunakan untuk perumahan sedangkan pada letak tanah pada kelas jalan desa banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan

dibiarkanlditelantarkan,

seperti pada konsep Von Thunen dalam Harvey (1996) yang menjelaskan bahwa lokasi tanah akan mengikuti pola kawasan komoditi berbentuk lingkaran dengan kota sebagai pusatnya sekaligus tempat pemukirnan, kemudian areal sawah, tegalan, kebun dan terakhir adalah hutan. Bentuk lingkaran tidak harus simetris, tetapi tergantung akses jalan atau sungai.

Konsep harga tanah yang menjadi variabel dalam analisa ini adalah Nilai Jual Obyek Pajak dari tanah, dirnana pengertian dari nilai tanah itu sendiri (Barlowe, 1978) adalah nilai sekarang sebagai nilai diskonto dari total rente tanah yang diharapkan diperoleh di masa yang akan datang. Harga tanah yang paling dominan dalam mempengaruhi pola penggunaan tanah adalah pada harga

tanah

antara Rp. 36.000

-

Rp.260.000 per m2 dan apabila dikaitkan dengan dengan skor kategori dari Outside variabel (kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada rentang harga tersebut banyak

(15)

digunakan untuk perumahan sedangkan pada harga tanah antara Rp. 27.000-36.000,- per m2 dan Rp. 325.000-360.000,- per m2 banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkanlditelantarkan,

Hal ini juga dapat ditafsirkan bahwa pada harga tslnah yang tidak terlalu murah dan mahal, jumlah uang yang hams dikeluarkan untuk mendapatkan tanah tersebut tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, sehingga secara ekonomipun dapat menguntungkan, sedangkan pada harga tanah yang terlalu rendah nilai investasinya kurang cepat naik, demikian juga pada harga tanah yang terlalu tinggi apabila nilai tanahnya (lund rent) turun maka dari segi investasi menjadi terlalu rugi. Selsin itu dari informasi yang didapat ternyata Nilai Jual Obyek Pajak tidak mencerminkan harga tanah yang benar-benar ditransaksikan sehingga dapat memberikan signal yang tidak benar (bias informasi) kepada penjual, pembeli maupun pemerintah yang dapat dimanfaatkan oleh para calo tanah sehingga dapat memberikan biaya transaksi yang tinggi yang pada akhirnya tidak dapat mencerminkan kelangkaan sumberdaya tanah yang sesungguhnya. Fenomena lainnya adalah adanya penguasaan tanah oleh pihak- pihak yang memiliki kapital yang tinggi dengan menginvestasikan uangnya untuk menguasai/memiliki tanah tetapi tidak memanfaatkan tanahnya dengan baik yang menyebabkan adanya tanah gontai (absente ownership). Salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan membetltuk pasar bursa tanah (lund slock

mtrrket), sehingga dapat memberikan sangsi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

(16)

Kctcrkaitan Pcnggunaan 'Tans h Dcngan Variabcl yang Mcmpcngsrruhinya Dan Keterkaitan Antar Variabel yang Mem pengaruhi Penggunaan Tanah

Tabel 13. Hasil Analisa Metode Kuantifikasi Hayashi I1 : Kelompok Penggunaan Tanah di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kab.Bogor.

Berdasarkan analisa metode kuantifikasi hayashi I1 selain hasil dari skor

No

1 .

2.

3.

4.

kategori dari masing-masing variabel @redictor item) didapat juga hasil yang menghubungkan antar variabel (crosstable qf factor items). Hubungan antara masing-

Su~nber : Data diolah berdasarkan teks lampiran 1.

Kelompok Penggunaan Tanah (Outside variable) Kebun campuran Tegalan Rutnahhangunan Dibiarkan

masing variabel dijelaskan dalam upaya untuk melihat keragaan masing-masing variabel dalam mempengaruhi penggunaan tanah sebagaimana ditunjukkan pada tabel

Frekwensi 436 2 7

1583 273

lampiran 1 dan tabel 14.

Skor Kategori -0,70240 -1,02505 0,27896 -0,39439

Tabel 14. Tabulasi Silang antara Penggunaan tanah dengan Jenis Pekerjaan di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kab.Bogor.

7 Total 273 436 1.583 27 2.319 Penggunaan Tanah Dibiarkan

---

Kebun Canpuran Rumah Tegal an Total Id (): Jenis Pekerjaan Dibiarkan Kebun Campuran Rtiinah Tegalan Ehmlw Tukang 23 38 136 4 20 1

Sumber : Data diolah berdasarkan tabel lampiran 1. 0,97 1,Ol 0,99 1,71 1,02 0,94 1,02 0,52 hill- lain 79 116 459 4 658 0,91 1,33 0,94 0 0,96 1,lO 0,98 0,72 1,OO 1,11 0,96 1,72 PepWai pe,i Swasta 1,07 0,77 1,04 1,42 pN$ 41 73 229 7 350 8 1 149 482 6 718 WMwa* 46 53 259 6 354 3 7 18 0 28

(17)

Dari hasil tabulasi silang antara penggunaan tanah dengan jenis pekerjaan, didapat hasil !,ocution Quotien, bahwa untuk jenis pekerjaan buruhltukang konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk kebun campuran dan tegalan, ha1 ini dikarenakan untuk jenis pekerjaan buruhitukang inasih banyak waktu untuk mengolah dan memanfaatkan tanahnya.

Pada jenis pekerjaan pegawai s w a s t ~ dan petani konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk kebun campuran, sedangkan pada PNS konsentrasi kegiatan penggunaan tslnah pada kebun campuran, tegalan dan dibiarkan.

Untuk jenis pekerjaan wiraswasta konsentrasi kegiatan penggunaan tanah pada rumah, tegalan dan dibiarkan sedangkan pada jenis pekerjaan lain-lain konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk rumah dan dibiarkan.

'rabel 15. Tabulasi Silang antara Penggunaan Tanah dengan Luas Kepemilikan di Kelurahan Pakansari Kecan~atan Cibinong Kab.Bogor.

I

Penggunaan Tanah

1

, LQ: LUAS:<200 LUAS:200-400 LUASP800 Total LUAS:400-600 LUAS:600-800 .LUAS:>800 1,12 1,Ol 5 1 1583

Surnber : Data diolah berdasarkan tabel lampiran 1.

0,76 0,64 0,45 0,7 1,Ol 72 436 1,554 2,06 2,32 0,86 0,94 35 273 0,32 1,11 1,36 1,27 1,s 7 27 2,76 2,15 3,64 165 2319 A

(18)

Dari hasil tabulasi silang antara penggunaan tanah dengan luas kepemilikan tanah, didapat hasil 1,occrfron (_)uo/ien, bahwa untuk luasan < 200 meter konsentrasi kegiatan penyyunaan tanah digunakan untuk perumahan sedangkan pada luas antara 200-400 meter konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk rumah, kebun campuran dan tegalan.

Pada luas antara 400-800 meter dan > 800 meter konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan.

Dari fenomena ini dapat disimpulkan beberapa penafsiran, yaitu bahkva semakin kecil luas kepemilikan tanah konsentrasi penggunaan tanah adalah untuk perumahan sedangkan semakin besar luas kepemilikan tanah konsentrasi penggunaan tanah adalah untuk tegalan. Selain itu perlu juga diwaspadai karena untuk luas lebih dari 400 meter ada kecenderungan tanah-tanah dibiarkan pemanfaatannya.

Hubungan antara jenis pekerjaan dan domisili, untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berdomisili dalam satu Kelurahan Pakansari sedangkan yang paling sedikit untuk seluruh jenis pekerjaan kepemilikan tanahnya berdomisili dalam satu Kecamatan Cibinong. Untuk hubungan antara jenis pekerjaan dan luas kepemilikan tanah, untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berada dalam luasan kurang dari 200 meter2 sedangkan yang paling sedikit untuk seluruh jenis pekerjaan kepemilikan tanahnya berada dalam luasan 600-800 meter. Pada hubungan antara jenis pekerjaan dengan jarak ke pusat-pusat pemerintahan relatif merata jumlah kepemilikan tanahnya sedangkan hubungan antara jenis pekerjaan dan jarak ke Rumah Sakit mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berda pada jarak yang paling dekat berbeda dengan hubungan ar~tara jenis pekerj aan

(19)

dan jarak ke pasar mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang t ~ d a k turlalu dckat dan tidak tcrlalu jauh (300 1-3500 mctcr). Untuk hubungan antara jenis pckerjaan dan kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berada di pinngir jalan kecil/gang. Sedangkan untuk hubungan antara jenis pekerjaan dan nilai jual obyek pajak (NJOP),

untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berada pada nilai Kp. 27.000

-

48.000/m2.

Untuk hubungan antara domisili dengan luas kepemilikan tanah, untuk seiuruh domisili mayoritas kepemilikan tanah berada pada luasan kurang dari 200 meter2. Pada hubungan antara do~nisili dengan jarak ke pusat-pusat pemerintahan relatif merata jumlah kepemilikan tanahnya sedangkan hubungan antara domisili dan jarak ke Rumah Sakit mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang paling dekat berbeda dengan hubungan antara domisili dan jarak ke pasar mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh (300 1-3500 meter). Untuk hubungan antara domisili dan kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, untuk seluruh domisili mayoritas kepemilikan tanahnya berada di pinggir jalan kecillgang. Sedangkan untuk hubungan antara domisili dan nilai jual obyek pajak

(NJOP), untuk seluruh domisili mayoritas kepemilikan tanahnya berada pada nilai Rp.

27.000

-

48.000/m2.

I3egitu juga hubungan antara luas kepemilikan dengan jarak ke pusat-pusat pemerintahan relatif merata jumlah kepemilikan tanahnya sedangkan hubungan antara luas kepemilikan dan jarak ke Rumah Sakit mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang paling dekat berbeda dengan hubungan antara luas kepemilikan

(20)

dan jarak ke pasar mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh (3001-3500 meter). Untuk hubungan antara luas kepemilikan dan kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, untuk seluruh luas kepemilikan mayoritas kepemililcan tanahnya berada di pinggir jalan kecillgang. Sedangkan untuk hubungan antara luas kepemilikan dan nilai jual obyek pajak (NJOP), untuk seluruh luas kepemilikan mayoritas kepemilikan tanahnya berada pada nilai Rp. 27.000

-

48.0001m2.

Analisa Spasial : Keterkaitan Antar Wilayah di Kelurahan Pakansari

Untuk menggambarkan aksesibilitas keseluruhan dan keterkaitan di Kelurahan Pakansari diperlukan analisa berdasarkan tingkat keterkaitan antara masing-mnsing RW. Dalam pembahasan ini diperlukan sket peta yang menunjukkan jalan penghubung (Jalan Raya dan Jalan Desa) antar RW yang berasal dari peta administrasi, peta dasar teknik dan peta bidang tanah di Kelurahan Pakansari (pads gambar lampiran 1 dan 2) dengan metode overiuy serta mengaitkan dengan database dan data penghitungan lainnya.

(21)

Keteranpan : -Zone1 : 4) -Zone II :

-

Zone III :

0

@g)

Gambar 9. Keterkaitan antar RW di Kelurahan Pakansari

Berdasarkan gambar di atas dan pemaparan-pemaparan pada sub bab sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa di Kelurahan Pakansari dapat diklasifikasikan menjadi 3 pusat perturnbuhan (dalam ha1 ini disederhanakan menjadi 3 zone) seperti pada Tabel 16

(22)

Tabel 16. Karakteristik Masing-Masing RW berdasarkan Zone di Kelurabn Pakansari Kecamatan Cibinong Bogor, tahuun 2000.

3 RW , yaitu RW 1 ,10 dan

12

Memiliki indeks fiagrnentasi tanah antara 1,05- 1,23. Memiliki nilai rasio gini pemilikan antara 0,34-0,49 Memiliki nilai entropy 0.894-0.953

Kepadatan penduduk yang tinggi antara 6944,13- 7655,21 jiwa/km2.

Dekat dengan pusat kota

Harga tanah (NJOP) berkisar antara Rp. 200.000- Rp.360.000

Seluruh bidang tanahnya sudah setifikat

4 RW, yaitu Memiliki indeks fiagmentasi tanah antara 1,02- 1,13 RW 2,3, 4 dan

6 Memiliki nilai rasiogini pemilikan antara 0,32-0,40 Memiliki nilai entropy 0.909-0.922 Kepadatan penduduk sedang antara 3.030,8-5.403,58 jiwa/lun2.

Harga tanah (NJOP) berkisar antara Rp. 48.000

-

Rp. 200.000

Hampir seluruh bidang tanahnya sudah setifikat

5 RW, yaitu Kepadatan penduduk sedang antara 2.388,59-4.946,24 R W 5 , 7 , 8 , 9 jiwa/km2.

Selain itu &pat dijelaskakan bahwa zone I, terdiri dari RW1, RW 10 dan dan 11

RW12 yang secara faktor aksesibilitas dan kemudahan transportasi paling dekat Agak jauh dengan aktivitas pusat kota

Harga tanah (NJOP) berkisar antara Rp. 27.000

-

Rp. 200.000

Hampir seluruh bidang tanahnya belum setifikat

dengan aktivitas pusat kota (central business district) seperti pasar tradisional, Sumber : Data diolah berdasarkan lampiran 1, gambar dan tabel lampiran 1-4.

supermarket, gedung-gedung kantor atau bahkan dapat dikatakan bahwa di zone I ini juga merupakan aktivitas pusat kota (central business district) yang didalamnya terdapat supermarket, kantor bank (BNI 46), perumahan dan Kantor Kelurahan Pakansari serta gedung kantor lainnya, selain itu di wilayah zone I ini hampir seluruh

(23)

bidang tanahnya sudah setifikat. Namun dapat dikatakan bahwa di zone 1 ini memiliki karakteristik tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dan sebaran distribusi kepemilikan yang kurang merata dibandingkan dengan zone lainnya.

Untuk zone 11, terdiri dari RW 2, RW 3, RW 4 dan RW 6 yang merupakan pusat pertumbuhan kedua, karena di zone ini banyak tumbuh perumahan- perurnahantbangunan baru atau karnpung-kampung baru disamping pemanfatan tanah untuk pertanian, selain itu di wilayah zone I1 ini tidak seluruh bidang tanahnya sudah setifikat, hanya di wilayah RW 2, RW 3 dan RW 4 yang sudah setifikat itupun belum seluruhnya. Sedangkan pada zone 111, terdiri dari RW 5, RW 7, RW 8, RW 9 dan RW 11 merupakan pusat pertumbuhan ketiga yang secara faktor aksesibilitas dan kemudahan transportasi agak jauh dengan aktivitas pusat kota clan di zone ini banyak tumbuh penunahan-perumahan atau kampung-kampung baru disamping pemanfaatan tanah

untuk

pertanian.

Zone-zone ini tidak selamanya akan menjaga keteraturan, ha1 ini disebabkan adanya pengembangan wilayah yang nota bene di seluruh wilayah Kelurahan Pakansari ini berdasarkan Perda No. 17Itahun 2000 merupakan Kawasan Pengembangan Perkotaan, sehmgga setiap zone bisa menyebar

dan

bergerak keluar atau bahkan bisa menggeser zone berikutnya dan menciptakan zone transisi penggunaan tanah.

Dari hasil penwtungan indeks konektifitas, didapat nilai sebesar 0.467 yang menunjukkan bahwa keterkaitan antar RW di wilayah Pakansari belum optimal. Hal ini dikarenakan masih banyak jalur yang belum terhubungkan antar RW di Wilayah Kelurahan Pakansari.

Gambar

Tabel 9.  Hasil Analisa Entropy Kepemilikan Tanah, Rasio Gini dan Fragrnentasi  Tanah di Kelurahan Pakansari Tahun 2000
Tabel  1  1.  Hasil Korelasi antar Peubah  di  Kelurahan Pakansari, Tahun 2000.
Tabel 12. Hasil Analisa Metode Kuantifikasi Hayashi I1  :  Variabel-Variabel Terkait  Penggunaan  Tanah  Berdasarkan Bidang Tanah  di  Kelurahan Pakansari
Tabel  14.  Tabulasi Silang antara Penggunaan tanah dengan Jenis Pekerjaan di  Kelurahan  Pakansari Kecamatan Cibinong Kab.Bogor
+3

Referensi

Dokumen terkait

tahun 1926 dan secara rutin menerbitkan kalender tahunan. Di dalam kalender NAHDATUL „ULAMA terdapat jadwal waktu Shalat dengan wilayah pemberlakuan yang luas sehingga

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

Pembangkit listrik ini menggunakan bending untuk mengalihkan aliran sungai ke turbin sehingga tidak menyebabkan genangan air seperti pada PLTA besar1. Secara garis besar proses

Sedangkan untuk keluarga si sakit, mereka telah berusaha sekuat tenaga dengan pembiayaan perobatan dan lainnya, jika si keluarga meminta euthanasia pasif tidak ada sanksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model Gaya berkomunikasi dan Variasi bahasa yang terjadi pada Penghuni Asrama Kepulauan Yappen Papua karena dalam penelitian

Adapun cara mengisi kuesioner adalah dengan memberikan tanda (x) pada kolom yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kondisi yang ditemukan pada anak Bapak/Ibu.. Selanjutnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media VW + air kelapa 15% + gula pasir 20 g/l + pisang 75 g/l + charcoal 2 g/l + BAP 1 ppm + NAA 1 ppm + 2.4-D 0,1 ppm memberikan

Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Tirtayana (2005b) bahwa kompensasi berupa insentif atau jasa pelayanan merupakan faktor yang berkontribusi dominan terhadap