• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah bentuk investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karenanya Indonesia selalu berupaya meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan melalui fasilitas kesehatan di puskesmas dan rumah sakit serta institusi pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan fungsi kuratif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2014a).

Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan harapan masyarakat. Pelayanan yang bermutu harus berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien. Oleh karenanya puskesmas yang terdiri atas berbagai program wajib dan pengembangan membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki komitmen tinggi untuk mentransformasikan budaya kerja yang bermutu (Muninjaya, 2009). Upaya untuk mewujudkan hal tersebut tidak terlepas dari terpenuhinya kepuasan kerja pegawai puskesmas yang berperan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Kepuasan kerja adalah sikap positif dengan cara penyesuaian diri pada kondisi dan situasi kerja yang meliputi gaji, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis. Petugas yang memberikan pelayanan merasa tidak puas

(2)

dengan pekerjaannya maka petugas tersebut tidak akan bekerja seperti apa yang diharapkan (Robbins, 2003a). Hasil kinerja merupakan cerminan dari kepuasan kerja pegawai yang dipengaruhi oleh organisasi tempat mereka bekerja (Spector, 1997). Hal ini menjadikan kepuasan kerja merupakan isu penting yang substansial bagi organisasi maupun pegawai. Organisasi mendapatkan keuntungan dari pegawai yang puas terhadap pekerjaannya karena akan memiliki produktifitas kerja yang lebih tinggi sehingga dapat mengurangi biaya penggantian pegawai yang tidak produktif (Nguyen et all, 2003).

Kepuasan kerja berdampak pada perilaku pegawai seperti malas, rajin, produktif dan sebagainya, atau beberapa jenis perilaku yang sangat penting yang berhubungan dengan organisasi (Hariandja, 2002). Kompensasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Kompensasi merupakan balas jasa kepada pegawai yang telah berkontribusi terhadap organisasi dan balas jasa tersebut merupakan indikator kepuasan pegawai dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya. Demikian pula pemberian kompensasi dapat berakibat buruk apabila dalam pelaksanaannya tidak berdasarkan keadilan dan kelayakan akan berdampak pada timbulnya ketidakpuasan. Jumlah kompensasi yang diberikan kepada karyawan seharusnya tergantung kepada tingkatan peran dan tugas-tugas yang dikerjakannya. Sehubungan dengan hal tersebut mengingat pemberian kompensasi harus diterapkan berdasarkan keadilan, dipandang perlu dirumuskan sistem pemberian kompensasi berdasarkan prestasi kerja yang dicapai (Hughes et al.,1999a).

(3)

yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem adalah faktor kompensasi, hubungan kerja, kondisi kerja, tanggungjawab dan kesempatan berprestasi. Faktor kompensasi merupakan faktor yang berkontribusi dominan terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem. Kompensasi yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah gaji yang diterima pegawai, kenaikan gaji secara berkala, tunjangan yang diterima pegawai dan insentif yang diterima pegawai.

Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, petugas kesehatan diberikan hak kompensasi berupa jasa pelayanan. Jasa pelayanan adalah biaya dalam melaksanakan pemeriksaan, konsultasi dan assesment yang dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan yang diberikan untuk jasa tenaga medis dan tenaga lainnya (Kemenkes, 2012). Salah satu jasa pelayanan tersebut didapatkan dari program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN). Program JKN di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan penyelenggaraannya melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi (Kemenkes, 2014b).

Pembagian jasa pelayanan JKN di puskesmas diatur pada Permenkes Nomor 19 tahun 2014 yang disempurnakan pada Permenkes Nomor 28 tahun 2014. Pembagian jasa pelayanan JKN ditetapkan dengan menggunakan variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan, variabel kehadiran dan pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan dapat menambah variabel antara lain kinerja, status kepegawaian dan masa kerja sesuai dengan kondisi daerah. Sistem pembagian jaspel pada variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan dengan memberikan poin

(4)

yaitu, tenaga medis dengan poin 150, tenaga apoteker atau tenaga profesi keperawatan (Ners) dengan poin 100, tenaga kesehatan setara S1/D4 dengan poin 60, tenaga non kesehatan minimal setara D3, tenaga kesehatan setara D3, atau tenaga kesehatan dibawah D3 dengan masa kerja lebih dari 10 tahun dengan poin 40, tenaga kesehatan dibawah D3 dengan poin 25 dan tenaga non kesehatan dibawah D3 dengan poin 15. Poin yang diberikan pada tenaga medis dengan paramedis, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non kesehatan mempunyai rentang cukup tinggi.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada puskesmas di Kabupaten Karangasem, dan sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi lapangan terhadap pemegang kebijakan dan pegawai puskesmas untuk menggali permasalahan yang ada dalam sistem pembagian jasa pelayanan JKN. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem tentang implementasi Permenkes Nomor 28 tahun 2014 yang memberi wewenang kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk menambah variabel antara lain variabel kinerja, status kepegawaian dan masa kerja maka terkait dengan penambahan variabel daerah tersebut, diputuskan bersama-sama dengan kepala puskesmas sehingga dapat memenuhi aspirasi seluruh pegawai di puskesmas. Kepala Dinas Kesehatan tidak berani langsung memutuskan tentang penambahan variabel untuk penghitungan jasa pelayanan karena masalah pembagian jasa pelayanan sangat sensitif yang akan mempengaruhi kondisi kerja pegawai di puskesmas yang berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kepala dinas kesehatan berharap dengan melibatkan kepala puskesmas dalam menentukan

(5)

variabel-variabel dalam pembagian jasa pelayanan, maka akan sesuai dengan harapan puskesmas.

Jumlah kunjungan pasien BPJS setiap puskesmas bervariasi, hal ini berpengaruh terhadap penerimaan dana kapitasi yang diterima oleh puskesmas. Masing-masing puskesmas harus dapat meningkatkan mutu pelayanan untuk dapat meningkatkan pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mengingat masyarakat mempunyai kebebasan dalam memilih sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Pembagian jasa pelayanan JKN sesuai dengan permenkes nomor 28 tahun 2014 pada puskesmas di Kabupaten Karangasem sudah menimbulkan persepsi yang berbeda pada pegawai. Hal ini disebabkan karena pemberian poin pada setiap variabel menyebabkan selisih jasa pelayanan yang didapatkan oleh pegawai bervariasi yang tidak bisa memberi kepuasan terhadap seluruh pegawai dan tidak sebanding dengan beban kerja pegawai.

Jumlah tenaga dokter yang ada di dua belas puskesmas sebanyak 45 orang.

Tidak semua puskesmas memiliki tenaga yang cukup sesuai kebutuhan misalnya ada puskesmas hanya memiliki satu orang dokter, sehingga pekerjaan dokter banyak dikerjakan oleh tenaga bidan maupun perawat terutama saat dokter berhalangan hadir di puskesmas dan pada saat pelayanan di puskesmas pembantu (pustu) maupun kegiatan pelayanan puskesmas keliling (pusling). Petugas melakukan hal ini karena masyarakat harus mendapat pelayanan, apalagi dalam kegawatdaruratan.

(6)

Observasi lapangan yang dilakukan dengan melakukan wawancara pendahuluan terhadap beberapa bidan dan perawat dengan status sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di puskesmas mengatakan bahwa pembagian jaspel sesuai dengan Permenkes Nomor 28 tahun 2014 tidak memberikan keadilan bagi tenaga di puskesmas. Hak yang mereka terima tidak sesuai dengan kinerja yang sudah mereka laksanakan. Tenaga paramedis mengeluh terhadap pembagian jaspel yang lebih banyak diberikan kepada tenaga medis sementara pekerjaan tenaga medis lebih banyak dikerjakan oleh tenaga paramedis. Tenaga paramedis mengatakan bahwa akan mengurangi bahkan tidak mau mengambil pekerjaan tenaga medis dan akan melaksanakan tugas sebatas pada tanggungjawab sebagai tenaga paramedis.

Wawancara pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap tenaga bidan non PNS menyatakan bahwa sangat senang karena pemerintah memperhatikan tenaga kontrak dengan memberikan jaspel kepada tenaga kontrak dan pendidikan mereka dihargai dengan memberikan jaspel berdasarkan pada tingkat pendidikan.

Hasil wawancara pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap tenaga medis menyatakan bahwa tenaga medis sangat setuju dengan pembagian jaspel berdasarkan Permenkes No 28 tahun 2014 karena pendidikan dan profesi sebagai tenaga medis lebih dihargai dengan mengemban tanggungjawab yang besar sehingga dianggap suatu kewajaran pemerintah memberi poin yang tinggi terhadap profesi tenaga medis. Sebagian tenaga medis menyatakan bahwa merasa tidak enak menerima jaspel yang jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga lainnya

(7)

bahkan lebih tinggi dari kepala puskesmas yang bukan tenaga medis karena menyadari bahwa pekerjaan tenaga medis banyak dibantu oleh tenaga paramedis tetapi tenaga medis tidak bisa berbuat banyak karena harus berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Wawancara pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap tenaga non kesehatan mengatakan bahwa sangat kecewa dengan pembagian jaspel sesuai Permenkes No 28 tahun 2014 karena tenaga non PNS yang baru bekerja, mendapatkan jaspel jauh lebih besar dibandingkan dengan tenaga yang masa kerja lebih lama, walaupun pada variabel daerah sudah ditambahkan variabel masa kerja tetapi poin yang diberikan sangat kecil sehingga tidak berpengaruh terhadap jaspel yang diterima.

Berdasarkan observasi lapangan yang telah peneliti lakukan bahwa sistem pembagian jasa pelayanan dana kapitasi JKN pada puskesmas di Kabupaten Karangasem menimbulkan persepsi berbeda dan memberikan kepuasan berbeda terhadap jasa pelayanan yang diberikan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Tirtayana (2005b) bahwa kompensasi berupa insentif atau jasa pelayanan merupakan faktor yang berkontribusi dominan terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem, maka berdasarkan hal tersebut, jasa pelayanan JKN merupakan faktor yang akan berkontribusi terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem sehingga dipandang perlu untuk meneliti hubungan sistem pembagian jasa pelayanan JKN dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan sistem pembagian jasa pelayanan JKN dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sistem pembagian jasa pelayanan JKN dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Sistem pembagian jasa pelayanan JKN pada puskesmas di Kabupaten Karangasem

2. Kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem

3. Hubungan karakteristik responden dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem

4. Hubungan sistem pembagian jasa pelayanan JKN dengan kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem berdasarkan variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan, kehadiran, status kepegawaian dan masa kerja.

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan dalam memperkuat hasil-hasil studi yang berkaitan dengan sistem pembagian jasa pelayanan terhadap kepuasan kerja pegawai.

2. Manfaat Praktis bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem dan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang implementasi Permenkes Nomor 28 tahun 2014 dan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem tentang sistem pembagian jaspel dana kapitasi JKN terhadap kepuasan kerja pegawai pada puskesmas sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil suatu kebijakan lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

481/KMK.017/1999 pasal 30 ayat 2, jumlah dana jaminan tersebut adalah sekurang-kurangnya 20% dari modal disetor yang dipersyaratkan ditambah 5% dari cadangan premi (kewajiban

Akan tetapi jika ketahanan rotan tersebut dinilai berdasarkan persentase jumlah bubuk yang hidup (Lampiran 3), maka dari 16 jenis rotan yang diamati, sebanyak 4 jenis (25%),

Gejala yang timbul saat open oral food challenge pada pasien dewasa dengan riwayat alergi makanan terhadap daging ayam di Divisi Alergi dan Imunologi Unit Rawat Jalan Kesehatan

Jika Anda menulis sebuah modul, pelajaran atau bagian baru, dengan dukungan sponsor, Anda harus menyertakan pesan pendek sponsor yang menjadi pilihan mereka. Nama sponsor harus

Carilah bobot yang akan mengenali pola sebagai berikut: target keluaran bernilai 1 apabila semua masukan bernilai 1, dan target bernilai -1 apabila tepat salah satu dari

Berdasarkan kajian analisis investasi dan kelayakan ekonomi terhadap rencana operasi produksi tambang andesit PT Puspa Jaya Madiri didapatkan hasil bahwa rencana operasi produksi

Bidang penelitian yang menjadi kajian penulis dalam penelitian ini adalah teknologi proses dan katalisis dengan judul “Kajian Sintesa Asam Abietat dari Getah Pinus

belajar efisien dan efisien mempunyai kecenderungan memperoleh hasil belajar Bahasa Jawa yang tinggi, sebaliknya siswa yang tidak efektif dan tidak efisien cara