• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah

a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

b. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank menurut PSAK nomor 31 (Revisi 2000) dalam standar akuntansi keuangan (2004:31.1) Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Pengertian di atas merupakan pengertian umum yang menggambarkan fungsi bank secara pokok sebagai pengumpul dan penyalur dana. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967 tentang

Pokok-pokok Perbankan pada pasal 1 disebutkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

(2)

Dari undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pokok bank adalah :

1. Menghimpun dana dari pihak ketiga, dalam hal ini adalah masyarakat

2. Menjadi perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit

3. Memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang

Sedangkan menurut Kurnia (2004) sistem perbankan merupakan inti sistem keuangan di Indonesia dengan empat fungsi strategis yaitu :

1. Bank sebagai perantara antara penabung (surplus spending unit) dengan penerima kredit (deficit spending unit) dengan penerima kredit (deficit spending unit). Sistem perbankan merupakan sumber dana penyediaan modal kerja maupun investasi bagi dunia usaha dan unit ekonomi lainnya

2. Bank merupakan lembaga keuangan yang dapat mengelola resiko keuangan

3. Bank merupakan pelaksana kebijakan moneter

4. Sistem perbankan merupakan penyelenggara sistem pembayaran nasional

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai perantara (intermediasi) antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana, memperlancar arus pembayaran dimana aktivitasnya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Sedangkan berdasarkan fungsinya dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 digolongkan menjadi :

1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

(3)

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Jika dicermati dari pengertian tersebut maka kegiatan bank umum baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah lebih luas daripada Bank Perkreditan Rakyat. Hal ini tercermin dari jenis simpanan yang diberikan oleh masing-masing kedua jenis bank tersebut, jika bank umum memberikan simpanan dalam bentuk tabungan, giro dan deposito atau pada bank umum syariah biasa disebut dengan tabungan mudharabah, giro wadiah dan deposito mudharabah. Definisi di atas disebut dengan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat hanya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito dan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kurnia (2004) mengemukaan bahwa bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit. intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari penabung (lenders) kepada peminkan (borrowers). Selain itu bank memiliki fungsi pokok sebagai berikut:

a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Menciptakan uang.

c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

(4)

2.1.2Bank Milik Pemerintah

Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,Bank milik pemerintah adalah bank di mana baik sebagian atau seluruh akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh atau sebagian keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah.Berikut daftar bank persero atau BUMN di Indonesia:

a. Bank Negara Indonesia (BNI) b. Bank Rakyat Indonesia (BRI) c. Bank Tabungan Negara (BTN) d. Bank Mandiri.

Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Contoh Bank DKI, Bank Jateng, dan sebagainya (Kusmargiani,2006).

2.1.3 Konsep Efisiensi

Efisiensi merupakan salah satu aspek paling penting bagi keberhasilan suatu perusahaan.Efisiensi tidak hanya sekadar menekan biaya serendah mungkin tetapi lebih dari itu, pengertiannya menyangkut pengelolaan hubungan input dan output yaitu bagaimana mengelola faktor-faktor produksi (input) sedemikian rupa sehingga dapat memberikan hasil (output) yang optimal.Efisiensi adalah komponen produktivitas dan mengacu pada perbandingan aktual dan jumlah optimal dari input dan output (Farrell dalam Sufian & Noor, 2009). Berikut adalah persamaan dari efisiensi:

Efisiensi adalah salah satu parameter pengukur kinerja dari sebuah organisasi atau didalam penelitian ini adalah bank. Efisiensi bisa diterjemahkan sebagaimana kemampuan untuk menyelesaikan suatu perkerjaan dengan benar atau didalam konsep matematika merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input) (Handoyo,2008).

(5)

Dengan kata lain, efisiensi dapat diartikan sebagai cara untuk menghasilkan output yang ada dengan menggunakan input yang minimal (Hadad, dkk., 2003).

Menurut Worthington (2004) menyimpulkan bahwa efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Technical Efficiency, efisien apabila suatu perusahaan mengacu pada memaksimumkan output dengan sejumlah input.

2. Allocative Efficiency, mengenai pemilihan antara kombinasi penggunaan input yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output semaksimal mungkin.

3. Cost efficiency atau Economic Efficiency, merupakan kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency. Jika organisasi menggunakan secara lengkap antara technical efficiency dan allocative efficiency secara efisien maka dapat dikatakan telah mencapai total efisiensi ekonomis.

Sedangkan Coelli dkk (1998) mengklasifikasikan efisiensi yang digunakan dalam analisis DEA menjadi 2 bagian yaitu:

1. Technical efficiency, yaitu efisiensi yang dicapai dengan minimalisasi input yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output yang telah ditentukan.

2. Scale efficiency, yaitu efisiensi yang dicapai karena mendapatkan ukuran yang optimal sehingga berpotensi mendapat keuntungan produktivitas.

(6)

2.1.4 Pendekatan Pengukuran Efisiensi

Menurut Muharram dan Purvitasari (2007), dalam mengukur efisiensi terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

a. Pendekatan Rasio

Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan rasio akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapatmemproduksi jumlah output yang maksimal dengan input yang seminimal mungkin.

Kelemahan pendekatan ini menurut Handoyo (2008) adalah permasalahan utama penggunaan metode rasio adalah perbedaan rasio akan memberikan gambaran yang berbeda dan kesulitan untuk mengkombinasikan antara beberapa hasil rasio menjadi satu hasil. Hal ini juga didukung oleh pendapat Chu-Fen Li (2007) yang melihat pendekatan rasio sebagai “the most critical limitation of the financial ratio is that they fail to consider the multiple input-output...”. Oleh karena itu, pendekatan ini belum mampu menilai kinerja lembaga keuangan secara menyeluruh.

b. Pendekatan Regresi

Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1,X2, X3, X4 ,...X n )

Dimana Y = output, X = input

Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan regresi.

(7)

c. Pendekatan Parametik dan Non-Parametik

Menurut Ascarya dan Yumanita (2005), pendekatan parametrik melakukan pengukuran efisiensi dengan menggunakan tes statistika dan ekonometrika yang membutuhkan asumsi khusus. Sedangkan pada pendekatan non-parametrik, diukur dengan menggunakan metode DataEnvelopment Analysis (DEA) yang tidak membutuhkan asumsi khusus seperti parametrik.

Di dalam penelitian ini, pendekatan yang dipakai dalam mengukur tingkat efisiensi bank adalah pendekatan non-parametrik dengan menggunakan alat Data Envelopment Analysis (DEA). Maka dalam ini alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA) yang dipakai untuk melihat tingkat efisiensi bank umum milik pemerintah.

2.1.5 Input dan Output

a. Konsep Pendekatan Input dan Output

Menurut Hadad dkk (2003), ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam mendefinisikan hubungan input-output dari institusi finansial, yaitu pendekatan produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan aset. Berikut adalah penjelasan dari ketiga pendekatan tersebut beserta input dan outputnya, yaitu:

1) Pendekatan Produksi (The Production Approach)

Pendekatan ini melihat institusi finansial sebagai produser dari rekening tabungan (deposit accounts) dan pinjaman (loans). Pendekatan ini mendefinisikan output sebagai penjumlahan rekening-rekening tersebut. Input dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aktiva tetap (fixed assets) dan material lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan ini, institusi finansial melakukan produksi jasa bagi para pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana.

(8)

2) Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)

Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator yang merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam pendekatan intermediasi imput-input institusionalnya adalah dana pihak ketiga, pembayaran bunga pada deposit dan tabungan serta biaya operasional lainnya. Sedangkan output-output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investment).

3) Pendekatan Aset (The Asset Approach)

Pendekatan ini mengukur kemampuan lembaga keuangan dalam menanamkan dana. Output yang dipakai dalam pendekatan ini adalah pinjaman (loans), surat-surat berharga dan aset alternatif lainnya. Di sisi lain, input diukur dari harga tenaga kerja, harga dana dan harga fisik modal.

Menurut Akhmad Syakir Kurnia (2004) dalam beberapa pengukuran efisiensi perbankan ada dua pendekatan yang biasa digunakan yaitu pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi. Namun menurut Berger dan Humphrey (dalam Kusmargiani, 2006), untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum, ada baiknya menggunakan pendekatan intermediasi karena melihat karakteristik lembaga keuangan yang bertindak sebagai financial intermediation. Maka dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan intermediasi sebagai acuan pengukuran efisiensi Bank Milik Pemerintah.

b. Pemilihan Input dan Output

Identifikasi variabel input-output yang digunakan dalam pengukuran perbandingan kinerja merupakan langkah pertama dan terpenting karena hasil evaluasi kinerja nantinya sangat tergantung pada pilihan input-output yang dipakai. Pada dasarnya pilihan variabel input-output bersifat unik untuk setiap kasus, tergantung pada tipe maupun model produktivitas yang digunakan, konteks operasi dari unit yang dianalisis dan berbagai faktor yang bersifat exogenous. Sebagai pedoman dapat dikatakan bahwa hubungan antar variabel input dan output

(9)

harus didasarkan pada sifat exclusivity & exhaustiveness yang berarti bahwa hanya variabel input yang dapat mempengaruhi variabel output dan hanya variabel output yang digunakan dalam pengukuran saja yang dipengaruhi (Berger dan Humphrey, 1997).

Berger dan Humphrey (1997) menyatakan bahwa tidak ada consensus secara baku dalam menentukan input dan output yang digunakan dalam pendekatan permodelan operasionalisasi bank khususnya menggunakan metode DEA. Variabel input DEA adalah besarnya sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan suatu output dari bank yang bersangkutan. Selain itu, pemilihan variabel input dan output dalam DEA sangat bergantung pada adanya ketersediaan data (Alfonso dan Aubyn, 2005).

Pemilihan input dan output pada penelitian ini mengacu pada pendekatan intermediasi (The Intermediation Approach). Disamping itu model yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan model orientasi output (output-oriented model) dengan asumsi variable return to scale (VRS). Karena dalam pendekatan fungsi intermediasi, intermediasi suatu bank tercapai apabila bank mampu menghimpun dan menyalurkan dana dari surplus unit kepada defisit unit secara optimal. Oleh karena itu model yang dipakai dalam orientasi output adalah dengan maksimalisasi output.

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

Variabel input: 1) Dana pihak ketiga 2) Biaya bunga 3) Biaya operasional

Variabel output: 1) Pendapatan bunga

2) Pendapatan Operasional lainnya 3) Total kredit

(10)

Variable-variabel di atas mirip dengan studi yang digunakan Barr dkk (2002) dan Yudistrira (2003).

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang berasal dari dana simpanan masyarakat, dalam berbagai bentuk. Simpanan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Keberadaan Dana Pihak Ketiga ini mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan pendapatan bank, karena dari Dana Pihak Ketiga kemudian disalurkan menjadi kredit. Kredit yang disalurkan bank akan mendapatkan tingkat pengembalian berupa hasil bunga dan pendapatan operasional lainnya. Selanjutnya besar kecilnya hasil bunga dan pendapatan akan sangat mempengaruhi besar kecilnya profitabilitas. Oleh karena kemudian optimalisasi Dana Pihak Ketiga menjadi sangat penting di dalam meningkatkan profitabilitas. Tidak kalah pentingnya fenomena yang berkembang saat ini adalah tentang laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan keberadaan Loan Deposit Ratio (LDR). Loan Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara Pinjaman dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Loan Deposit Ratio (LDR) pasca krismon tahun 1997, memperlihatkan bahwa bank belum mengelola dana Dana Pihak Ketiga (DPK) secara optimal sesuai dengan tugas bank sebagai lembaga intermediasi.

2.1.6 Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis atau biasa disebut dengan DEA diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978. Menurut Cooper, Seiford, dan Tone (2007) tehnik DEA adalah sebuah tehnik pemrograman matematika yang mampu menangani variabel berjumlah besar dan hal tersebut menghilangkan syarat-syarat yang sering ditemui ketika seseorang terbatas untuk memilih hanya sedikit input dan output karena jika tidak demikian maka teknik yang dipakai akan menimbulkan kesulitan. Hal inilah yang terkadang sulit diatasi oleh metode pengukuran pendekatan efisiensi lainnya. Sebagai contoh adalah dalam pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode rasio yang sulit untuk mengkombinasikan rasio menjadi

(11)

satu hasil (Handoyo, 2008), demikian pula pendekatan metode regresi yang juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan regresi.

DEA biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu organisasi, baik yang bersifat profit maupun non profit, dengan cara membandingkan antara penggunaan input dengan output yang dihasilkan oleh organisasi satu dengan organisasi yang lainnya. Hasil DEA tersebut dapat digunakan organisasi untuk menentukan keputusan perusahaan. Dalam hal ini, organisasi atau perusahaan yang akan dibandingkan tersebut berperan sebagai decision making unit (DMU/unit pembuat keputusan). DMU dalam DEA ini dapat bermacam-macam,seperti bank, rumah, retail store, dan apa saja yang memiliki kesamaan karakteristik operasional.

Cooper, Seiford, dan Tone (2007) juga berpendapat bahwa inti DEA adalah menentukan bobot (weights) atau timbangan untuk setiap input dan output dari suatu organisasi (DMU). DEA berasumsi bahwa setiap DMU akan memiliki bobot yang memaksimalkan rasio efisiensinya (maximum total weighted output/total weighted input) dan bobot tersebut bernilai positif. DMU akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan untuk output yang dapat diproduksi lebih banyak. Dalam hal ini, bobot akan ditentukan secara otomatis oleh software DEA.

Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi suatu DMU. Sebagai gambaran, menurut Siagian (2004), Jika suatu DMU merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit-maximizing firm), dan setiap input dan outputnya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit, maka perusahaan tersebut akan berusaha menggunakan sesedikit mungkin input yang biaya per unitnya termahal dan berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga jualnya tertinggi.

(12)

wilayah lain yang inefisien (benchmark/reference set).Efisiensi diukur sebagai berikut (Handoyo, 2008):

Keterangan:

y

is = jumlah output r yang diproduksi oleh DMU s

μ

i = bobot untuk output i yang dihasilkan oleh DMU s

x

js = jumlah input j yang digunakan oleh DMU s

ν

j = bobot untuk input j yang diberikan oleh DMU s i = 1, 2 , ..., m.

j = 1, 2, ..., n.

dengan batasan atau kendala bahwa tidak ada DMU lain yang akan memiliki efisiensi lebih besar dari 1 atau 100%.

Model DEA digunakan sebagai perangkat untuk mengukur kinerja setidaknya memiliki beberapa keunggulan dibandingkan model lain. Menurut Cooper dkk (2007) keunggulan tersebut adalah:

a. Dapat mengukur banyak variabel input dan variabel output. Menurut Handoyo (2008) DEA berasumsi bahwa setiap DMU menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk

(13)

menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula. Hal ini untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh analisis rasio yang hanya mampu memberikan informasi bahwa DMU memiliki kemampuan untuk mengkonversi satu jenis input ke satu jenis output tertentu serta analisis regresi berganda yang menggabungkan banyak output menjadi satu sedangkan penggabungan tersebut tidak mungkin dilakukan.

b. Mampu mengidentifikasi sumber dan jumlah inefisiensi dalam tiap-tiap input dan output untuk tiap-tiap organisasi (DMU). Pada DEA, software-nya telah menyediakan table of target value yang berguna untuk melihat tingkat aktual yang telah dikeluarkan dan target yang seharusnya dicapai. Maka dari itu, apabila antara target dengan aktual pada tiap-tiap variabel terjadi selisih maka akan dapat diketahui variabel mana yang mengalami inefisiensi.

c. Mampu mengidentifikasi DMU mana yang bisa dijadikan benchmark oleh DMU lain yang inefisien.

Namun, di samping mempunyai keunggulan, DEA juga mempunyai keterbatasan (Herlita, 2009) yakni:

a. Bersifat sample specific yaitu hanya berlaku pada kelompok obyek penelitian yang diperbandingkan saja. Jadi misalnya bila di dalam perhitungan tingkat efisiensi beberapa DMU dahulunya berstatus efisien, bisa saja nantinya akan berubah menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya apabila DMU dahulunya berstatus tidak efisien, bisa saja nantinya akan berubah menjadi efisien. Perubahan ini dapat terjadi apabila dalam kelompok DMU yang diperbandingkan terdapat DMU-DMU baru yang jauh lebih efisien secara relatif. b. Merupakan extreme point technique, di mana DEA mensyaratkan semua input dan output

harus spesifik dan dapat diukur (sama dengan persyaratan analisis rasio dan analisis regresi). Kesalahan dalam memasukkan input dan output akan mengakibatkan informasi hasil pengukuran menjadi salah. Misalnya, suatu DMU sebetulnya tidak efisien menjadi tampak efisien atau sebaliknya. Oleh karena itu, spesifikasi input dan output yang akan diukur dengan tehnik DEA harus disusun secara benar.

(14)

c. DEA hamya mengukur efisiensi relatif dari UPK dan bukan efisiensi absolut.

d. Jika metode ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi relatif dengan jumlah sampel yang kecil, maka metode ini sangat sensitif terhadap perbedaan antara jumlah DMU yang diteliti dan jumlah variabel input dan output yang diperhitungkan. Akibatnya, akan banyak DMU yang terlihat paling efisien, padahal dalam kenyataannya belum tentu efisien.

e. Tidak memasukkan random error; konsekuensinya, pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor seperti perbedaan harga antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik buruknya data, observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor inefisiensi.

f. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan. 2.1.7 Model dalam Pendekatan DEA

Ada dua model yang digunakan dalam pendekatan DEA, yaitu model CRS (1978) dan VRS (1984). Berikut adalah penjelasan dari kedua model tersebut:

a. Constant Returns to Scale (CRS)

Model Constant Return to Scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (oleh karena itu, model CRS dapat juga disebut dengan model CCR) pada tahun 1978. Ascarya dan Yumanita (2005) menyatakan “Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constant returns to scale)”. Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah setiap perusahaan atau unit pembuat keputusan (DMU) beroperasi pada skala optimal.

(15)

Rumus constant returns to scale dapat dituliskan sebagai berikut (Handoyo, 2008):

b. Variable Returns to Scale (VRS)

Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, Rhodes (karenanya dapat juga disebut dengan model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CRS. Model ini berasumsi bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable returns to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil (decreasing returns to scale) atau lebih besar dari x kali (increasing returns to scale).

Rumus Variable Return to Scale (VRS) dapat dituliskan dengan program matematika seperti berikut (Handoyo, 2008):

(16)

Konstanta μo bertanda bebas, yakni dapat bernilai positif ataupun negatif (Cooper,

Seiford, dan Tone, 2007). Konstanta μo dalam rumus VRS di atas menyebabkan penambahan

input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali pula melainkan dapat lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Adapun μo dapat bernilai positif apabila output

mengalami peningkatan (increasing), namun apabila negatif maka output mengalami penurunan (decreasing).

Penelitian ini akan menggunakan model VRS untuk melihat tingkat efisiensi Bank, karena menurut Sufian dan Noor (2009) ”The variable returns to scale technique therefore forms a convex hull which envelops the data more tightly than the CRS, and thus provides efficiency scores that are greater than or equal to those obtained from the CRS model”. Ascarya dan Yumanita (2005) selanjutnya menyatakan bahwa pemakaian model VRS dapat memungkinkan orang mengetahui tingkat efisiensi sebenarnya tanpa dibatasi kendala apapun karena model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Sejauh ini, belum banyak ditemukan penelitian efisiensi terhadap kinerja lembaga keuangan dengan menggunakan metode analisi DEA. Jika melihat dari sisi tujuan berdirinya suatu lembaga, secara opersaional Bank menjadi lembaga intermediasi baik pihak yang

(17)

kelebihan dana untuk dipertemukan pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana. Oleh karena itu, penelitian mengenai efisiensi lembaga keuangan/bank dapat dijadikan referensisebagai penelitian sebelumnya. Berikut ini ringkasan-ringkasan penelitian tentang efisiensi lembaga keuangan/bank menggunakan alat analisis DEA:

1. Penelitian Diana Yumanita dan Ascarya (2005)

Ascarya dan Yumanita pernah meneliti mengenai efisiensi bank. Judul dari penelitian itu adalah “Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan nonparametrik yaitu data envelopment analysis (DEA) yang bertujuan untuk melihat pertumbuhan perbankan syariah dari sisi kualitas dilihat dari sisi efisiensi perusahaannya. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu produksi, intermediasi, dan aset. Adapun variabel yang digunakan untuk masing-masing pendekatan seperti yang terlihat di dalam tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.1

Spesifikasi Input-Output Penelitian Diana Yumanita dan Ascarya (2005)

Pendekatan

Variabel Input

Variabel Output

Produksi/operasional

1. Biaya bunga

2. Biaya personalia

3. Biaya operasional

1. Pendapatan bunga

2. Pendapatan operasional

lainnya

Intermediasi

1. Biaya tenaga kerja

2. Aktiva tetap

3. Dana pihak ketiga

1. Pinjaman yang

diberikan

2. Pendapatan lainnya

3. Aktiva lancar

Aset

1. Harga dana

2. Harga tenaga kerja

3. Harga modal fisik

1. Kredit

2. Surat berharga

Sumber: Ascarya dan Yumanita (2005) diolah.

Pada tabel 2.1 di atas, tampak bahwa Ascarya dan Yumanita menggunakan 3 pendekatan sekaligus untuk melihat kinerja bank secara keseluruhan. Pada pendekatan operasional, variabel input yang digunakan adalah biaya bunga, biaya personalia dan biaya

(18)

operasional untuk menghasilkan variabel outputnya yaitu pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. Untuk pendekatan intermediasi, variabel yang dipilih sebagai input adalah biaya tenaga kerja, aktiva tetap dan dana pihak ketiga dalam rangka menghasilkan variabel outputnya yaitu pinjaman yang diberikan, pendapatan lain-lain dan aktiva lancar. Pendekatan terakhir yang digunakan adalah pendekatan aset. Pada pendekatan ini, Ascarya dan Yumanita menggunakan variabel input harga dana, harga tenaga kerja, dan harga modal fisik yang bertujuan untuk menghasilkan variabel output kredit dan surat berharga.

Bank yang dianalisis dalam penelitian ini adalah semua perbankan syariah di Indonesia, baik bank umum syariah (BUS) maupun unit usaha syariah (UUS) yang merupakan bagian dari bank umum konvensional (BUK). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank (neraca maupun rugi laba) periode 2000 – 2004. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar bank syariah yang diobservasi relatif efisien dari segi intermediasi dan operasional, tetapi tidak begitu efisien dari segi aset. Secara umum efisiensi bank syariah mengalami penurunan dari 2003 ke 2004 karena pada saat itu bank syariah cukup agresif dalam berekspansi membuka kantor-kantor baru.

Persamaan dari penelitian Ascarya dan Yumanita dengan penelitian skripsi ini adalah sama-sama menggunakan alat analisis DEA sebagai alat pengukur efisiensinya, sedangkan perbedaannya terletak pada obyek yang diteliti serta pendekatan yang dipakai. Pada penelitian Ascarya dan Yumanita, obyek yangditeliti adalah perbankan syariah, sedangkan yang diteliti dalam skripsi ini adalah bank konvensional.Selainitu, penelitian tersebut menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi,intermediasi, dan aset sedangkan penelitian skripsi ini hanya menggunakanpendekatan intermediasi saja karena menurut (Kusmargiani, 2006), untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secaraumum, ada baiknya menggunakan pendekatan intermediasi karena melihatkarakteristik lembaga keuangan yang bertindak sebagai financial intermediation.

(19)

2. Penelitian Muliaman D. Hadad dkk (2003)

Pada tahun 2003, Muliaman D. Hadad dkk melakukan penelitian mengenai efisiensi bank. Judul penelitian tersebut adalah “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode NonParametrik DataEnvelopment Analysis (DEA)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan asset dalam melihat tingkat efisiensi perbankan nasional dengan kurun waktu 1998- 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok bank swasta nasional non devisa dapat dikatakan merupakan yang paling efisien selama 3 tahun (2001- 2003) dalam kurun analisis 8 tahun (1996-2003) dibanding bank-bank lainnya. Bank asing campuran sempat menjadi yang paling efisien di tahun 1997, sedangkan bank swasta nasional devisa di tahun 1998 dan 1999.

Persamaan dari penelitian Muliaman D. Hadad dkk dengan penelitian skripsi ini adalah sama-sama menggunakan alat analisis DEA sebagai alat pengukur efisiensinya, sedangkan perbedaannya terletak pada pendekatan yang dipakai. Pada penelitian Muliaman D. Hadad dkk, dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan aset sedangkan penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan intermediasi.

3. Penelitian Rifki Ali Akbar (2010)

Rifki Ali Akbar melakukan penelitian mengenai efisiensi BMT pada tahun 2010. Judul penelitian tersebut adalah “Analisis Efisiensi Baitul Mal wat Tamwil dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi pada BMT Bina Ummat Sejahtera di Jawa Tengah pada Tahun 2009)”. Dengan metode dataenvelopment analysis (DEA) yang memakai asumsi variabel returns to scale (VRS), penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi dengan maksimalisasi output (output oriented) sebagai fungsi obyektifnya.

Variabel input yang digunakan terdiri dari jumlah simpanan dan bebanoperasional. Di sisi lain, digunakan pula variabel output yang terdiri daripendapatan operasional lain, pembiayaan dan kas. Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari 42 cabang, hanya ada 5 kantor

(20)

cabang yang efisien secara relatif yaituCabang Blora, Cabang Purwodadi, Cabang Tawangharjo, Cabang Nambuhan danCabang Kendal sedangkan 26 kantor cabang lain mengalami inefisiensi. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian skripsi ini adalah sama-sama menggunakan DEA yang memakai asumsi variabel returns to scale(VRS) sebagai alat pengukur efisiensi. Sedangkan pembeda antara keduanya terletak pada objek serta penentuan input dan output.

2.2 Rangka Pemikiran

Secara keseluruhan rangkuman dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir Penelitian Efisiensi Bank Milik Pemerintah yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pada gambar 2.2, kerangka berpikir penelitian dalam skripsi ini adalah kinerja Bank dilihat dari efisiensi operasionalnya, dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Variable yang digunakan terdiri dari variable input, yaitu biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bungan pada deposito atau tabungan serta pinjaman kredit (loans) dan investasi keuangan (financial investment) sebagai variabel outputnya. Penelitian ini menggunakan DEA sebagai alat pengukur efisiensi untuk melihat seberapa besar nilai efisiensi

Input: a. Dana Pihak Ketiga b. Biaya Bunga c. Biaya Operasional Output: a. Kredit (loans) b. Pendapatan Bunga c. Pendapatan Operasional lainnya Kinerja Bank Intermediasi si Efisiensi Data Envelopment Analysis (DEA) Nilai Efisiensi

(21)

yang sudah dihasilkan bank, serta untuk melihat bank milik pemerintah yang mana yang bekerja paling efisien dibandingkan satu sama lain.

2.3 Perumusan Hipotesis

Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

H0:Seluruh Bank BUMN (Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN) efisien.

Referensi

Dokumen terkait

1) Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan tangan, cetakan, atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau

Terbuat dari bahan almunium pada bagian atas dan tembaga pada bagian bawah dan didukung dengan sambungan 1 ¼” (female thread/ drat dalam) yang biasa digunakan

Dan ini tentunya juga membutuhkan biaya budget yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan

Dengan adanya uji coba sistem diklat sebagai validasi, memiliki beberapa manfaat, diantaranya: (1) menghasilkan sistem diklat yang valid, baik standar kurikulum,

Isi liputan berita mencakup informasi terkait pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi, apa tujuan kolaborasi, apa dampaknya, tindak lanjut yang akan dilakukan dan

: Izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada penggunaan kawasan hutan negara untuk kegiatan non-kehutanan yang tidak mengubah status hutan..

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,95% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik

PERTAMA : Menetapkan cara untuk menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan yang mencerminkan kesepakatan bersama dengan masyarakat (melalui