• Tidak ada hasil yang ditemukan

asam asetat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "asam asetat"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. 1. Sejarah Asam Asetat I. 1. Sejarah Asam Asetat

Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat dihasilkan oleh berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari pembuatan bir atau anggur.

merupakan hasil samping dari pembuatan bir atau anggur.

Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno sejak lama. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris

verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan

mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan  sapa sapa ,, sebuah sirup yang amat

sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam.manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa

Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut jugamengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga  gula gula timbal

timbal dandan  gula  gula SaturnusSaturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat

dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.Romawi.

Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asam asetat pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.

Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.

Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan dari zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan adalah klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan

(2)

 pirolisis

 pirolisis menjadi menjadi tetrakloroetilena tetrakloroetilena dan dan klorinasi klorinasi dalam dalam air air menjadi menjadi asamasam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat. trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.

Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari

Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairancairan  piroligneous

 piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan denganyang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

(Mukti W, Dina. 2011) (Mukti W, Dina. 2011) Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya secara fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar 10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. mencapai sekitar 10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan

Aturan menetapkan menetapkan bahwa cubahwa cuka yka yang dang digunakan igunakan dalam makanan dalam makanan harusharus  berasal dari proses biologis karena lebih aman bagi kesehatan.

 berasal dari proses biologis karena lebih aman bagi kesehatan.

Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses  pembuatan

 pembuatan asam asam asetat asetat dalam dalam pabrik pabrik yakni yakni proses proses monsanto monsanto dan dan prosesproses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis kompleks

cativa. Proses monsanto menggunakan katalis kompleks RhodiumRhodium ((ciscis−−[Rh(CO)[Rh(CO)22II22]]−−), sedangkan proses cativa menggunakan katalis), sedangkan proses cativa menggunakan katalis iridiumiridium

([Ir(CO)

([Ir(CO)22II22]]−−) yang didukung oleh) yang didukung oleh ruthenium. ruthenium.

(Mukti W, Dina. 2011) (Mukti W, Dina. 2011)

I.2

I.2 PenetapanKPenetapanKapasitasPrapasitasProduksioduksi

Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik asam asetat. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik asam asetat. Penentuan kapasitas pabrik asam asetat dengan pertimbangan sebagai berikut: Penentuan kapasitas pabrik asam asetat dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kebutuhan atau pemasaran produk di Indonesia

1. Kebutuhan atau pemasaran produk di Indonesia

Produksi asam asetat di Indonesia yang belum mencukupi mengakibatkan Produksi asam asetat di Indonesia yang belum mencukupi mengakibatkan harus mengimpor dari luar negeri. Perkembangan data impor dari tahun harus mengimpor dari luar negeri. Perkembangan data impor dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1

(3)

2 2

 pirolisis

 pirolisis menjadi menjadi tetrakloroetilena tetrakloroetilena dan dan klorinasi klorinasi dalam dalam air air menjadi menjadi asamasam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat. trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.

Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari

Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairancairan  piroligneous

 piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan denganyang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

(Mukti W, Dina. 2011) (Mukti W, Dina. 2011) Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya secara fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar 10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. mencapai sekitar 10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan

Aturan menetapkan menetapkan bahwa cubahwa cuka yka yang dang digunakan igunakan dalam makanan dalam makanan harusharus  berasal dari proses biologis karena lebih aman bagi kesehatan.

 berasal dari proses biologis karena lebih aman bagi kesehatan.

Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses  pembuatan

 pembuatan asam asam asetat asetat dalam dalam pabrik pabrik yakni yakni proses proses monsanto monsanto dan dan prosesproses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis kompleks

cativa. Proses monsanto menggunakan katalis kompleks RhodiumRhodium ((ciscis−−[Rh(CO)[Rh(CO)22II22]]−−), sedangkan proses cativa menggunakan katalis), sedangkan proses cativa menggunakan katalis iridiumiridium

([Ir(CO)

([Ir(CO)22II22]]−−) yang didukung oleh) yang didukung oleh ruthenium. ruthenium.

(Mukti W, Dina. 2011) (Mukti W, Dina. 2011)

I.2

I.2 PenetapanKPenetapanKapasitasPrapasitasProduksioduksi

Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik asam asetat. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik asam asetat. Penentuan kapasitas pabrik asam asetat dengan pertimbangan sebagai berikut: Penentuan kapasitas pabrik asam asetat dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kebutuhan atau pemasaran produk di Indonesia

1. Kebutuhan atau pemasaran produk di Indonesia

Produksi asam asetat di Indonesia yang belum mencukupi mengakibatkan Produksi asam asetat di Indonesia yang belum mencukupi mengakibatkan harus mengimpor dari luar negeri. Perkembangan data impor dari tahun harus mengimpor dari luar negeri. Perkembangan data impor dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1

(4)

Tabel 1.1 Data Impor Asam Asetat Indonesia Tabel 1.1 Data Impor Asam Asetat Indonesia

Tahun

Tahun Net Net Weight Weight (ton)(ton)

2007 81.215,491 2007 81.215,491 2008 82.286,857 2008 82.286,857 2009 91.585,071 2009 91.585,071 2010 104.390 2010 104.390 Sumber :

Sumber : Biro Pusat Statistik  Biro Pusat Statistik  Sumber :

Sumber : http://eprints.upnjatim.ac.id/4336/1/file_1.pdf http://eprints.upnjatim.ac.id/4336/1/file_1.pdf

Grafik 1.1 Perkembangan impor asam asetat di Indonesia Grafik 1.1 Perkembangan impor asam asetat di Indonesia

Dari data pada tabel di atas dapat diperkirakan kebutuhan impor asam Dari data pada tabel di atas dapat diperkirakan kebutuhan impor asam asetat pada tahun 2016 dengan regresi linier. Persamaan

asetat pada tahun 2016 dengan regresi linier. Persamaan yang diperoleh yaitu:yang diperoleh yaitu: Imporasamasetat

Imporasamasetat (kg/th) (kg/th) = = 7.909,474x(tahun) 7.909,474x(tahun) - - 15.796.241,1215.796.241,1255…….(1)…….(1)

Dengan persamaan (1) diperoleh perkiraan impor asam asetat pada tahun 2016 Dengan persamaan (1) diperoleh perkiraan impor asam asetat pada tahun 2016 sebesar

sebesar 149.258,459 149.258,459 ton/tahun.ton/tahun. 2.

2. Tersedianya Bahan bakuTersedianya Bahan baku

Untuk bahan baku, di Bontang terdapat pabrik yang diproduksi oleh PT. Untuk bahan baku, di Bontang terdapat pabrik yang diproduksi oleh PT. Kaltim Methanol Industri yang mulai produksi pada tahun 1990 dengan Kaltim Methanol Industri yang mulai produksi pada tahun 1990 dengan

y = 7,909.474x - 15,796,241.125 y = 7,909.474x - 15,796,241.125 R² = 0.901 R² = 0.901 0 0 20,000 20,000 40,000 40,000 60,000 60,000 80,000 80,000 100,000 100,000 120,000 120,000 2 2000066 22000077 22000088 22000099 22001100 22001111     d     d   a   a   t   t    a    a    i    i    m    m    p    p    o    o    r    r    t    t tahun tahun

(5)

4

kapasitas produksi 660.000 ton/tahun. Sedangkan karbon monoksida diperoleh dari PT. Pupuk Kaltim, Bontang.

(Sumber : http://www.kaltimmethanol.com)

3. Kapasitas pabrik asam asetat yang sudah ada

Dari literature didapat kapasitas minimal untuk pembuatan asam asetat adalah 10 ton/hari( Kirk and Othmer ). Jika penentuan kapasitas berdasarkan ini, maka perencanan pabrik tidak dapat dilakukan karena tidak ekonomis. Hal ini juga dapat dilihat dari produksi dalam 330 hari kerja yang menghasilkan 3300 ton per tahun. Berdasarkan jumlah pabrik Asam Asetat di Indonesia yang hanya satu buah, yaitu PT Indo Acidatama Chemical Industry (IACI) yang terletak di Solo. PT IACI memproduksi asam asetat dengan data kapasitas sebagai berikut :

Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Asam Asetat di Indonesia

Tahun Produksi(Ton) Produksi(Ton)

2006 38306

2007 39577

2008 40848

2009 42119

2010 43390

(Sumber : PT CIC.2010.”acetic organik”.Hal 168) (www.acidatama.co.id)

(6)

Grafik 1.2 Perkembangan Produksi Asam Asetat di PT IACI

Dari data pada tabel di atas dapat diperkirakan produksi asam asetat pada tahun 2016 dengan regresi linier. Persamaan yang diperolehyaitu:

Produksi asam asetat (kg/th) = 1,271.000x - 2,511,320.000…….(2)

Dengan persamaan (2) diperoleh perkiraan produksi asam asetat pada tahun 2016 sebesar 51.016 ton/tahun.

Tabel 1.3 Kapasitas Produksi Pabrik Asam Asetat di Luar Negeri

Pabrik Negara Kapasitas

(Ton/Tahun) Petronas

Al Jubair Plant Celanese Acetic Plant

Chuawei Acetic Acid Plant Malaysia Arab Saudi Singapura China 400.000 200.000 500.000 150.000

Berdasarkan data impor dan kapasitas pabrik yang telah ada, dapat diperkirakan jumlah kebutuhan import asam asetat di Indonesia tahun 2016 adalah

y = 1,271.000x - 2,511,320.000 R² = 1.000 30000 32000 34000 36000 38000 40000 42000 44000 46000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011    p    r    o     d   u     k   s   i     (   t   o    n     ) tahun

(7)

6

sebesar 149.258,459 ton/tahun. Kapasitas minimal produksi asam asetat dari  pabrik yang sudah berdiri adalah 51.016 ton/tahun, sedangkan untuk kapasitas

maksimal adalah 400.000 ton/tahun.

Dari hal tersebut di atas, maka pabrik asam asetat direncanakan didirikan tahun 2016 dengan kapasitas 100.000 ton/tahun dengan pertimbangan :

1. Dapat memenuhi kebutuhan asam asetat di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor dari luar negeri.

2. Dapat memacu perkembangan industri bahan baku asam asetat di Indonesia.

3. Dapat memberikan keuntungan secara ekonomis karena kapasitas  produksi masih berada dalam batas yang menguntungkan.

I. 3. Penetapan Lokasi Pabrik Yang Baik a). Faktor Primer

1. Letak Pasar

Tujuan lokasi pabrik mendekati pasar adalah untuk menghemat biaya distribusi dan agar produk dapat cepat sampai ke konsumen.

2. Letak Sumber Bahan Baku

Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi suatu produksi sehingga  pengadaannya harus benar-benar diperhatikan. Bahan baku utama dalam memproduksi asam asetat berupa methanol dan karbon monoksida yang dapat diperoleh di daerah Bontang. Hal ini karena di Bontang terdapat pabrik methanol, yaitu PT Kaltim Methanol Industri dan CO dari Unit Gas Karbon Monoksida.

3. Fasilitas Transportasi

Sarana transportasi sangat penting, berkaitan dengan kelancaran  penyediaan bahan baku dan pemasaran produk. Pemasaran produk dan transport bahan baku dapat dilakukan lewat jalur laut, udara dan darat, karena Bontang merupakan daerah yang cukup strategis.

(8)

4. Kebutuhan Utilitas

Sarana utilitas utama yang diperlukan bagi kelancaran produksi asam asetat adalah kebutuhan energi listrik dan air. Kebutuhan energi listrik  pabrik asam asetat ini direncanakan untuk menggunakan sumber listrik dari PLN. Disamping itu juga tersedia unit generator untuk keadaan darurat. Kebutuhan air dalam jumlah besar, antara lain untuk pendingin,  bahan baku, steam dan lain-lain dapat dipenuhi oleh pihak pengelola kawasan industri yang diperoleh dari sumber air tanah maupun  pengolahan air laut. Karena itu pabrik sebaiknya terletak dekat dengan sumber air. Untuk mengantisipasi adanya pengaruh musim terhadap fruktuasi persediaan air.

5. Tenaga Kerja

Jumlah dan tipe buruh yang tersedia disekitar lokasi pabrik harus diperiksa. Juga harus perlu pertimbangkan gaji minimum di daerah tersebut, jumlah waktu kerja, adanya industri lain di daerah tersebut, keanekaragaman ketrampilan, pendidikan masyarakat sekitar dan lain-lain.

6. Pemasaran

Daerah pemasaran ada yang berada di Kalimantan namun sebagian  besar berada di luar Kalimantan sehingga harus ditempuh terutama lewat jalur laut. Hal ini tidak menjadi masalah karena asam asetat adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan bagi banyak industri terutama di Pulau Jawa yang selama ini penyediaannya sangat tergantung pada import.

 b). Faktor Sekunder

1. Kebijakan Pemerintah

Pendirian pabrik perlu mempertimbangkan faktor kepentingan  pemerintah yang terkait didalamnya kebijaksanaan pengembangan industri dan hubungan dengan pemerataan kesempatan kerja dan hasil  pembangunan.

(9)

8

2. Perluasan Pabrik

Hal ini berkaitan dengan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan kapasitas produksi sesuai permintaan pasar yang meningkat. Bontang merupakan kawasan industri, sehingga lahan di daerah tersebut telah disiapkan untuk pendirian dan pengembangan  pabrik.

3. Sarana dan Prasarana

Pendirian sebuah pabrik di daerah dengan mempertimbangkan bahwa di daerah tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai, meliputi  jalan, jaringan telekomunikasi, bank, sarana pendidikan, tempat ibadah,  perumahan, sarana kesehatan, olahraga, sehingga dapat meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan.

Sumber:

http://eprints.undip.ac.id/36398/1/67EXECUTIVE_SUMMARY.pdf http://arenlovesu.blogspot.com/2010/04/asam-asetat.html

http://selvyfransisca.files.wordpress.com/2011/07/makalah-asam-asetat.docx  Mukti W, Dina. 2011

(10)

BAB II

PERMASALAHAN

Sarjana dari jurusan teknik kimia memiliki kekhususan tersendiri dibanding sarjana dari jurusan lain, karena lulusan sarjana teknik kimia dapat lebih leluasa berkiprah dalam berbagai bidang kemudian dijadikan sebagai  profesi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa jurusan teknik kimia banyak

diminati oleh para lulusan sekolah menengah. Dilain hal sebagian besar mahasiswa yang sudah mengikuti perkuliahan dalam proses yang cukup panjang mulai memahami dan mengetahui persoalan yang nyata ada pada dunia profesi salah satunya yaitu tentang perancangan pabrik. Diharapkan setelah lulus sarjana teknik kimia memiliki kompetensi yang cukup mengenai perancangan pabrik kimia.

Pada makalah ini disusun dengan maksud memberikan fokus pembahasan yang lebih akurat mengenai perancangan pabrik asam asetat. Permasalahan yang dibahas pada makalah ini yaitu melakukan pembahasan mengenai tinjauan secara umum tentang proses karbonilasi metanol, dasar reaksi yang dipakai, spesifikasi  bahan baku dan produk, konsep proses, kondisi operasi yang mencakup segi

termodinamika dan kinetika, dan diagram alir.

Rumus molekul Asam Asetat

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam

 bentuk rumus molekul CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.

(11)

10

Rumus Bangun / Bentuk Molekul

Rumus bangun adalah rumus kimia yang menggambarkan kedudukan atom secara geometri/ tiga dimensi dari suatu molekul.

Gambar 2.1 Asam Asetat

Molekul asam asetat (CH3COOH ) gabungan dari 2 atom karbon, 4atom hidrogendan 2 atom oksigen.

(12)

BAB III PEMBAHASAN

III. 1 Tinjauan Proses Secara Umum Tinjauan Proses Secara Umum

Reaksi antara methanol dengan karbon monoksida dalam proses  pembentukan asam asetat termasuk proses karbonilasi. Reaksi samping yang terjadi yaitu methanol terdekomposisi menjadi dimetil eter. Reaksi karbonilasi ini  bersifat eksotermis.

Reaksi utama sebagai berikut:

CH3OH + CO CH3COOH

Selain reaksi utama, terjadi reaksi samping :

2CH3OH CH3OCH3 + H2O

Konversi methanol sebesar 100%, 99% menjadi asam asetat dan 1% terdekomposisi menjadi dimetil eter. Untuk mengurangi terjadinya reaksi samping dan menjaga kesetimbangan maka CO yang diumpankan 15% exess.

(Encyclopedia Mc. Ketta Vol 1 hal 135) Reaksi terjadi di reactor cair-gas jenis bubble yang beroperasi pada suhu 175oC dan tekanan 30 atm.

(13)

12

III. 2. Dasar Reaksi

Proses pembentukan asam asetat mendasarkan pada reaksi karbonilasi methanol dan merupakan rekasi katalitik homogen, dengan reaksi utama sebagai  berikut :

CH3OH(c) + CO (g) CH3COOH (c)

Selain reaksi utama, terjadi reaksi samping :

2CH3OH(g) CH3OCH(c) + H2O (c)

Konversi methanol sebesar 100%, 99% menjadi asam asetat dan 1% terdekomposisi menjadi dimetil eter. Untuk mengurangi terjadinya reaksi samping dan menjaga kesetimbangan maka CO yang diumpankan 15% exess.

(Encyclopedia Mc. Ketta Vol 1 hal 135)

175oC , 30 atm

(14)

III. 3. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk A. Spesifikasi Bahan Baku

Metanol

Rumus Molekul : Metanol

Berat Molekul : 32.04 g/mol

Fasa ( 1 atm, 30oC ) : Cair

Kenampakan : Jernih tidak berwarna

Bau : Spesifik

Komposisi : 99.9% methanol ( minimal )

0.1% H2O ( maksimal )

(Mukti W, Dina. 2011)

Karbon Monoksida

Rumus Molekul : Karbon Monoksida

Berat Molekul : 28.019 g/mol

Fasa ( 1 atm, 30oC ) : Gas

Kenampakan : tidak berwarna

Bau : tidak berbau

Komposisi : 98% CO ( minimal )

2% H2 ( maksimal )

(Mukti W, Dina. 2011)

B. Spesifikasi Produk Asam Asetat

Rumus Molekul : Asam Asetat

(15)

14

Fasa ( 1 atm, 30oC ) : Cair

Kenampakan : Jernih tak berwarna

Bau : Spesifik

Komposisi : 99% asam asetat ( minimal )

1% H2O ( maksimal )

(Mukti W, Dina. 2011)

III. 4. Konsep Proses 1. Dasar Reaksi

Proses pembentukan asam asetat mendasarkan pada reaksi karbonilasi methanol dan merupakan rekasi katalitik homogen, dengan reaksi utama sebagai  berikut :

CH3OH(c) + CO (g) CH3COOH (c)

Selain reaksi utama, terjadi reaksi samping :

2CH3OH(g) CH3OCH(c) + H2O (c)

Konversi methanol sebesar 100%, 99% menjadi asam asetat dan 1% terdekomposisi menjadi dimetil eter. Untuk mengurangi terjadinya reaksi samping dan menjaga kesetimbangan maka CO yang diumpankan 15% exess.

( Encyclopedia Mc. Ketta Vol 1 hal 135) 2. Mekanisme Reaksi

Mekanisme reaksi karbonilasi methanol dengan katalis Rhodium komplek dan promoter HI adalah sebagai berikut :

1. CH3OH (c) + HI (c) CH3I(c) + H2O(c) 2. [ Rh (CO)2I2 ]-(c) + CH3I(c) [ CH3 Rh (CO)2I2 ]- (c) 3. [ CH3 Rh (CO)2I2 ]-(c) [ CH3 C Rh (CO)I2 ]-(c) \ 175oC 30 atm 175oC 30 atm O

(16)

4. [ CH3 C Rh (CO)I2 ]-(c)+ CO(c) [ CH3 C Rh (CO)2I2 ] -(c)

5. [ CH3 C Rh (CO)2I2 ]- (c) CH3COI(c) + [ Rh (CO) 2I2]- (c)

6. CH3COI(c)+ H2O(c) CH3COOH(c) + HI(c)

(Sheptiana Dhinna, 2012) III. 5. Kondisi Operasi

Tinjauan Thermodinamika

Tinjauan secara thermodinamika ditujukan untuk mengetahui sifat reaksi (endotermis/eksotermis) dan arah reaksi (reversible/irreversible).

Reaksi utama sebagai berikut :

CH3OH + CO CH3COOH

Tabel 1. ∆Hf dan ∆Gf  pada suhu 25oC (kal/mol)

Methanol (CH4O)(l) CO(g) As.Asetat (C2H4O2)(l) ∆Hf  -57.110 -26.416 -116.400 ∆Gf  -39.850 -32.781 -93.800 ∆HR O = (∆Hf OC2H4O2) - (∆Hf OCH4O + ∆Hf OCO) = (-116.400) - (-57.110 + (-26.416)) = -32.874 kal/mol

Dengan demikian reaksi yang berlangsung adalah reaksi eksotermis  yang menghasilkan panas.

O O

O

(17)

16 ∆GR O = (∆Gf OC2H4O2) - (∆Gf O CH4O + ∆Gf OCO) = (-93.800) - (-39.850 + (-32.781)) = -21.169 kal/mol ln K = -   R = 1.987 kal/mol o K ∆Go = -RT ln K ln ( K/K 1 ) = - (∆HO/ R ) ( 1/T –  1/T1 )

Pada keadaan standar 298 K :

K = exp. ( -∆Go/ RT )

= exp. (21.169 / (1.987)x(298)) = 3.3604 x 1015

Pada temperatur operasi 175oC = 448 K, harga dihitung dengan persamaan : ln ( K/K 1 ) = - (∆HO/ R ) ( 1/T –  1/T1 )

ln ( K/3.3604x1015 ) = - (-32.874 / 1.987 ) ( 1/448 –  1/298 )

K = 2.8404 x 107

Karena harga kosntanta kesetimbangan lebih besar dari 1, maka reaksi  berlangsung secara searah (irreversible).

(sumber : Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics: Smith, van  Ness, Abbott)

Setelah mendapatkan nilai konstanta kesetimbangan (K), maka kita dapat mencari konversi dengan rumus di bawah ini:

      

(18)

Tinjauan Kinetika

Tinjauan secara kinetika dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh  perubahan suhu terhadap kecepatan reaksi. Secara kinetika, reaksi pembentukan

asam asetat merupakan reaksi orde dua dengan persamaan kecepatan reaksi sebagai berikut : CH3OH + CO CH3COOH -r A = k CA CB dimana : CA= konsentrasi methanol CB= konsentrasi CO

k = konstanta kecepatan reaksi konstanta Kecepatan Reaksi :

k = 3.5 x 106 e-61500/RT = 0.2337 lt/kmol.s

(Kirk-Othmer 5th edition) Menurut persamaan Arhenius :

k = A e-E/RT Dalam hubungan ini :

k = konstanta kecepatan reaksi A = factor frekuensi tumbukan E = energy aktivasi

(19)

18

R = konstanta gas universal = 8.314 J/mol K T = temperature mutlak = 448 K

Dari persamaan Arhenius, diketahui bahwa dengan bertambahnya suhu reaksi maka akan memperbesar harga konstanta kecepata reaksi (k), yang berarti mempercepat kecepatan reaksinya.

Dilihat dari segi thermodinamika dan kinetika nampak keduanya saling bertolak  belakang, maka untuk mencari suhu yang optimum perlu diperhatikan kedua segi tersebut, baik secara secara thermodinamika maupun secara kinetika. Kondisi yang relatif baik terjadi pada suhu 160-190oC.

(Encyclopedia vol 1) Kurva Temperatur versus Konversi

 Pada tinjauan thermodinamika

ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 )

( Levenspiel, 1957 : 472) Setelah mendapatkan nilai konstanta kesetimbangan (K), maka kita dapat mencari konversi dengan rumus dibawah ini :

Xa = 



(Levenspiel, 1957 : 472) Dengan nilai K adalah :

∆HR O  = -32.874 kal/mol ∆GR O = -21.169 kal/mol ln K = -   ln K =     K = 3.3604 x 1015 ( Levenspiel, 1999 : 72)

(20)

 Pada T = 25oC = 298 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/298 –  1/298 ) K = 3.3604 x 1015 Xa =   =      Pada T = 100oC = 373 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/373 –  1/298 ) K = 3.3231 x 1015 Xa =   =      Pada T = 175oC = 448 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/448 –  1/298 ) K = 2.8404 x 107 Xa =   =       = 0.999999  Pada T = 250oC = 523 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/523 –  1/298 ) K = 141610.61 Xa =   =    = 0.999993  Pada T = 325oC = 598 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/598 –  1/298 )

(21)

20 K = 2670.007 Xa =   =    = 0.999625  Pada T = 400oC = 673 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/673 –  1/298 ) K = 123.0433 Xa =   =   = 0.991938  Pada T = 475oC = 748 K ln ( K/K 298 ) = - ∆Hr / R ( 1/T –  1/298 ) ln ( K/3.3604 x 1015 ) = 32.874 /  ( 1/748 –  1/298 ) K = 10.4587 Xa =   =   = 0.912730

Tabel Perbandingan temperature terhadap nilai konversi pada tinjauan thermodinamika

T (Kelvin) Konversi (Xa)

298 1 373 1 448 0.999999 523 0.999993 598 0.999625 673 0.991938 748 0.912730

(22)

175oC , 30 atm

Dari perhitungan dan table di atas, maka akan didapatkan grafik seperti di bawah ini.

Grafik Hubungan Temperatur Dengan Nilai Konversi Pada Tinjauan Thermodinamika

Tinjauan Kinetika

Reaksi Utama:

CH3OH (c) + CO (g) CH3COOH (c)

Berdasarkan hokum Arhenius, didapatkan nilai konstanta kecepatan reaksi yang merupakan fungsi suhu. Setelah mendapatkan nilai k, hubungan dengan konversi dapat dinyatakan dengan rumus :

k = A.e-Ea/RT(mencari nilai k dari fungsi suhu) Xa = 1 –  e-kt(setelah mendapatkan k, cari Xa)

dengan waktu (t) = 1 menit / 60 detik (Levenspiel, 1957 : 472) 1 1 0.999999 0.999993 0.999625 0.991938 0.91273 0.9 0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1 1.01 0 100 200 300 400 500 600 700 800     k   o   n    v    e    r    s    i     (   X   a     ) Temperature (K)

(23)

22

k = 3.5 x 106 e(-61500J/RT) k = 3.5 x 106 e(-14760Cal/RT) A = 3.5 x 106

(Kirk Othmer, vol 4, edisi 4, hal 334)

 Pada T = 25oC = 298 K , t = 60 detik k = 3.5 x 106 e(-14760/RT) k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(298) k = 5.228 x 10-5 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(5.228x10^-5) x (60) Xa = 3.132 x 10-3  Pada T = 50oC = 323 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(323) k = 3.60 x 10-4 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(3.60x 10^-4)(60) Xa = 0,021  Pada T = 75oC = 348 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(348) k = 1.878 x 10-3 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(1,878x10^-3)(60) Xa = 0,106  Pada T = 100oC = 373 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(373) k = 7.854 x 10-3 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(7.854x10^-3)(60) Xa = 0,376

(24)

 Pada T = 125oC = 398 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(398) k = 0,027 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(0,027)(60) Xa = 0,802  Pada T = 150oC = 423 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(423) k = 0,083 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(0,083)(60) Xa = 0,993  Pada T = 175oC = 448 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(448) k = 0,22 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(0,22)(60) Xa = 0,999  Pada T = 200 oC = 473 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(473) k = 0,529 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(0,529)(60) Xa = 1  Pada T = 225 oC = 498 K, t = 60 detik k = 3.5 x 106 e-14760/(1.987)(498) k = 1,164 Xa = 1 –  e-kt Xa = 1 –  e-(1,164)(60) Xa = 1

(25)

24

Tabel 3. Perbandingan Temperature Terhadap Nilai Konversi Pada Tinjauan Kinetika

T(Kelvin) Konversi (Xa)

298 3.132 x 10 -323 0,021 348 0,106 373 0,376 398 0,802 423 0,993 448 0,999 473 1 498 1

Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa berdasarkan tinjauan kinetika, semakin tinggi suhu maka konversi yang diperoleh akan semakin  besar.

Berikut ini adalah grafik hubungan antara konversi terhadap suhu pada tinjauan thermodinamika dan kinetika:

0.003132 0.021 0.106 0.376 0.802 0.993 0.999 1 1 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 273 298 323 348 373 398 423 448 473 498    K    o    n    v    e    r    s    i     (   X   a     ) Suhu (Kelvin)

Grafik Hubungan Temperature Terhadap Nilai Konversi Pada Tinjauan Kinetika

(26)

Grafik hubungan antara konversi terhadap suhu pada tinjauan thermodinamika dan kinetika

Dari hasil perhitungan kami, berdasarkan tinjauan termodinamika dan tinjauan kinetika, diperoleh bahwa kondisi optimum pembuatan asam asetat adalah pada suhu 448 K dan konversi maksimumnya adalah 99%.

Berdasarkan data yang kita dapat dan referansi kondisi operasi kita dapat menghitung %error sebagai berikut :



    

Jadi data yang kita dapat sudah sesuai dengan referansi

Sedangkan pada referensi dinyatakan bahwa untuk rancanganpabrik Perusahaan Monsanto di Texas City pabrik asam asetat yang menggunakan proses Monsanto dengan spesifikasi kondisi proses sebagai  berikut:

 Proses: Monsanto

Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas COmenghasilkan asam

(27)

26

asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalisrhodium

 Temperature reaksi: 175oC (448 K)  Tekanan: 200 - 1800 lb/in2

Tekanan yang digunakan adalah 200-1800 lb/in2atau setara dengan 13,6 –  122,5 atm

 Reaktor: CSTR (Continue Stirred Tank Reactor)

 Waktu reaksi: 1 menit (60 detik)

  Nilai konversi: 99%

Dengan adanya katalis rhodium, tekanan 200-1800, pada suhu 150oC (423 K) dapat menghasilkan nilai konversi (X) sebesar 99%

 Katalis: Rhodium, cis-[Rh(CO)2I2]

-Katalis Carbonylation terdiri daridua komponen utama yaitu rhodium kompleks yang larutdan iodida promotor. Proses yang terjadi ialah;  pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI. Siklus katalitik dimulai dengan  penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]

-Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3

membentuk. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi  sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi  rhodium-alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III). Dengan terbentuknya kompleks maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini

kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang terpisah.

Dalam Reaktor ini bekerja suhu 1750C dan tekanan 30 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan

(28)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum dan konversi maksimal yang diperoleh dari perhitungan tidak jauh berbeda dengan kondisi yang terdapat pada referensi.

(29)

28

BAB IV PENUTUP

IV. 1 Kesimpulan

1. Pabrik asam asetat dirancang dengan kapasitas 15.000 ton/tahun. 2. Pabrik Asam asetat akan didirikan di Bontang, Kalimantan Timur

3. Dasar reaksi yang digunakan dalam perancangan pabrik asam asetat yaitu reaksi karbonilasi metanol.

4. Kondisi optimal reaktor pembuatan asam asetat yaitu pada suhu 150oC (423 K) karena pada suhu tersebutlah secara tinjauan termodinamika maupun tinjauan kinetika menghasilkan reaksi yang optimal

5. Kondisi operasi optimal dari pabrik asam asetat yaitu menggunakan proses monsanto, temperatur reaksi 150oC (423 K), tekanan 25 atm, menggunakan reaktor CSTR (Continue Stirred Tank Reactor), waktu reaksi 1 menit, nilai konversi 99%, dan menggunakan katalis Rhodium,

(30)

BAB IV PENUTUP

IV. 1 Kesimpulan

1. Pabrik asam asetat dirancang dengan kapasitas 15.000 ton/tahun. 2. Pabrik Asam asetat akan didirikan di Bontang, Kalimantan Timur

3. Dasar reaksi yang digunakan dalam perancangan pabrik asam asetat yaitu reaksi karbonilasi metanol.

4. Kondisi optimal reaktor pembuatan asam asetat yaitu pada suhu 150oC (423 K) karena pada suhu tersebutlah secara tinjauan termodinamika maupun tinjauan kinetika menghasilkan reaksi yang optimal

5. Kondisi operasi optimal dari pabrik asam asetat yaitu menggunakan proses monsanto, temperatur reaksi 150oC (423 K), tekanan 25 atm, menggunakan reaktor CSTR (Continue Stirred Tank Reactor), waktu reaksi 1 menit, nilai konversi 99%, dan menggunakan katalis Rhodium, cis-[Rh(CO)2I2]-.

IV. 2 Saran

A. Saran untuk produsen : 1. Letak pasar

Tujuan lokasi pabrik mendekati pasar adalah untuk menghemat biaya distribusi dan agar produk dapat cepat sampai ke konsumen.

2. Letak sumber bahan baku

Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi suatu produksi sehingga  pengadaanya harus benar-benar diperhatikan. Bahan baku utama dalam

memproduksi asam asetat berupa methanol dan karbon monoksida yang dapatdiperoleh di daerah tersebut.

3. Fasilitas Transportasi

Sarana transportasi sangat penting berkaitan dengan kelancaran  penyediaan bahan baku dan pemasaran produk.

(31)

30

Sarana utilitas utama yang diperlukan bagi kelancaran produksi asam asetat adalah kebutuhan energi listrik dan air. Kebutuhan energi listrik  pabrik asam asetat ini dirancang untuk menggunakan sumber listrik dari PLN. Disamping itu juga tersedia unit generator untuk keadaan darurat. Kebutuhan air dalam jumlah besar antara lain untuk  pendingin, bahan baku, steam dan lain lain dapat dipenuhi oleh pihak  pengelola kawasan industri yang diperoleh dari sumber air tanah maupun pengolahan air laut. Karena itu pabrik sebaiknya terletak dekat dengan sumber air. Untuk mengantisipasi terhadap fruktuasi  persediaan air.

5. TenagaKerja

Jumlah dan tipe buruh yang tersedia disekitar lokasi pabrik harus diperiksa, juga perlu dipertimbangkan gaji minimum di daerah tersebut, jumlah waktu kerja, adanya industri lain di daerah tersebut, keanerakaragaman ketrampilan, pendidikan masyarakat sekitar dan lain-lain.

Sumber :

http://eprints.undip.ac.id/36398/1/67EXECUTIVE_SUMMARY.pdf

B. Saran untuk konsumen :

1. Penanganan dan Penyimpanan

- Tindakan pencegahan:

Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Tanah semua  bahan peralatan yang berisi. Jangan menelan. Tahan nafas jika  berhadapan dalam bentuk gas / asap / uap / semprotan. Jangan  pernah menambahkan air pada produk ini. Dalam hal ventilasi cukup, pakai pernapasan yang sesuai peralatan. Jika tertelan, segera dapatkan saran medis dan tunjukkan wadah atau label. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jauhkan dari incompatibles sepertia genoksidasi, mengurangi agen, logam, asam, alkali.

(32)

- Penyimpanan:

Simpan dalam area terpisah dan disetujui. Simpan wadah di tempat yang sejuk dan berventilasi cukup. Simpan wadah tertutup rapat dan disegel sampai siap untuk digunakan. Hindari semua sumber-sumber pengapian (percikan atau api).

2. Bagi yang Memiliki Alergi atau Sensitif terhadap Asam Asetat

Untuk yang memiliki alergi asam asetat, perlu memperhatikan dampak penggunaan asam asetat terhadap kesehatan. Misalnya : - Potensi Efek Kesehatan Akut:

Berbahaya jika terkena kulit, mata ,terelan, terhirup. Jika terkena gas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pada selaput lender mata, mulut dan saluran pernapasan. Tersentuh dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar. Terhirup gas tersebut akan menghasilkan iritasi pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang  pada mata ditandai dengan mata kemerahan, penyiraman, dan

gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, merah pada kulit. - Potensi Efek Kesehatan Kronis:

Berbahaya jika terkena kulit, tertelan, terhirup. Efek mutagenik: mutagenic untuk selsomatik mamalia, mutagenic untuk  bakteri dan ragi. Substansi mungkin beracun untuk ginjal, mukosa, selaput, kulit, gigi. Jika terkena zat ini secara berkelanjutan dapat merusak organ saraf. Terkena dalam waktu yang lama dengan zat tersebut dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah, menyebabkan iritasi saluran pernapasan, menyebabkan serangan infeksi bronkus.

3. Tindakan Pertolongan Pertama Apabila Ada Kecelakaan Asam Asetat - Mata : Jika terkena mata segera siram dengan air bersih. Dan

(33)

32

- Kulit : Jika terkena kulit, segera basuh kulit dengan air sedikitnya selama 15 menit. Dapatkan perawatan medis dengan segera.

- Terhirup : Jika terhirup, segera cari tempat yang mengandung udara bersih. Jika pingsan, berikan pernapasan buatan. Jika sulit  bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis perhatian segera.

- Tertelan : Diusahakan untuk tidak memuntahkannya kecuali bila diarahkan oleh petugas medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang pingsan. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.

4. Apabila Terjadi Tumpahan dan Kebocoran

- Tumpahan Kecil: Encerkan dengan air dan mengepel, atau menyerap dengan bahan inert dan tempat kering dalam wadah  pembuangan limbah yang baik. Jika diperlukan, netralisir residu

dengan larutan encer natrium karbonat.

- Tumpahan Besar: Mudah terbakar cair. Korosif cair. Jauhkan dar ipanas. Jauhkan dari sumber api. Hentikan kebocoran jika tanpa risiko.

- Jika Produk dalam Bentuk Padat: Gunakan sekop untuk menaruh materi ke dalam wadah pembuangan limbah nyaman.

- Jika Produk dalam Bentuk Cair: Menyerap dengan pasir atau non-materi yang mudah terbakar. Jangan sampai air di dalam kontainer. Menyerap dengan bahan inert dan menempatkan bahan yang tumpah dalam pembuangan limbah yang baik. Jangan menyentuh  bahan tumpah. Gunakan air semprot tirai untuk mengalihkan melayang uap. Mencegahnya masuk ke dalam selokan, ruang  bawah tanah atau daerah terbatas, tanggul jika diperlukan. Meminta bantuan bila dibuang. Menetralisir residu dengan larutan encer natrium karbonat. Hati-hati bahwa produk tidak hadir pada

(34)

konsentrasi tingkat di atas NAB. Periksa NAB pada MSDS dan dengan pemerintah setempat.

Sumber : http://mbingboo29.blogspot.com/2012/05/asam-asetat-msds.html C. Saran untuk peneliti :

1. Melanjutkan penelitian pemanfaatan asam asetat dalam segala aspek kehidupan manusia.

Gambar

Grafik 1.1 Perkembangan impor asam asetat di IndonesiaGrafik 1.1 Perkembangan impor asam asetat di Indonesia
Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Asam Asetat di Indonesia
Grafik 1.2 Perkembangan Produksi Asam Asetat di PT IACI
Gambar 2.1 Asam Asetat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pendirian pabrik asam asetat di dalam negeri memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat memenuhi kebutuhan asam asetat dalam negeri dan mengurangi impor, menghemat

Pendirian pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan asam fenil asetat dalam negeri sehigga tidak perlu melakukan impor dan memacu perkembangan industri yang

Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Asam Asetat dan Etanol dengan Katalis Asam Sulfat Kapasitas 50.000 Ton per Tahun..

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan adanya peluang ekspor, dirancang pabrik amil asetat dengan bahan baku asam asetat dan amil alkohol dengan kapasitas 70.000 ton per

Dasar penetapan kapasitas produksi Perkiraan Kebutuhan Asam Asetat di Indonesia data import asam asetat sampai tahun 2009.. didapatkan 82.199,583

Ada beberapa manfaat dalam pendirian pabrik Asam setat di Indonesia diantara lain : Dapat memenuhi kebutuhan asam asetat dalam negeri,Dapat membuka lapangan pekerjaan baru

Saat ini kebutuhan asam asetat menurut data impor pada tahun 2018, rata – rata impor 70.963,87 ton/tahun dengan kapasitas pabrik asam asetat yang ada di indonesia

Saat ini kebutuhan asam asetat menurut data impor pada tahun 2018, rata – rata impor 70.963,87 ton/tahun dengan kapasitas pabrik asam asetat yang ada di indonesia