• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN DATA POS DUGA AIR (PDA) UNTUK MEMBUAT PETA POTENSI ENERGI MIKRO HIDRO DI PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN DATA POS DUGA AIR (PDA) UNTUK MEMBUAT PETA POTENSI ENERGI MIKRO HIDRO DI PROVINSI BENGKULU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN DATA POS DUGA AIR (PDA) UNTUK MEMBUAT PETA

POTENSI ENERGI MIKRO HIDRO DI PROVINSI BENGKULU

USE OF POS DUGA AIR (PDA) DATA FOR DEVELOPING MICRO HYDRO

POTENTIAL ENERGY MAP IN BENGKULU PROVINCE

Harun Al Rasyid1, Hari Soekarno2, Bono Pranoto3, Irfan Sudono4

1,2,3)P3TKEBTKE, Jl. Ciledug Raya kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Indonesia 4 PUSAIR, Jl. Ir. H. Juanda No.193 Bandung, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan beda tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Penelitian ini menggunakan data Shuttle Radar Topography Mission Digital Elevation Model (SRTM DEM) sebagai dasar pembuatan head, jalur jaringan sungai dan area tangkapan (catchment). Adapun data debit andalan dihitung dari data pengukuran debit pada titik Pos Duga Air (PDA) milik Pusat Litbang Sumber Daya Air (PUSAIR). Selain itu area tangkapan juga dihitung dari titik lokasi PDA, sehingga titik-titik pada jaringan sungai yang berada pada area tangkapan tersebut diasumsikan memiliki tebal air yang sama (Q=T80.A). Potensi daya suatu PLTMH

dihitung dari hasil kali head dan debit andalan, dengan asumsi gravitasi 9,8 m/dt2 dan total efisiensi 60%.

Potensi daya mikro hidro selanjutnya hanya dipilih titik potensi dengan head minimal 10 m, debit antara 0,05 – 5 m3/dt. Selain itu potensi yang memiliki nilai daya kurang dari 10 kW tidak ditampilkan pada peta. Dengan

adanya peta ini akan memberikan identifikasi awal lokasi yang memiliki potensi daya mikro hidro sebesar 107 MW dan dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan pengembangan energi mikro hidro. Kata kunci: Mikro hidro; Peta; Potensi; Bengkulu

Abstract

Micro hydro power plant (MHP) is a small-scale power plant that use hydropower as driving force such as a river or natural waterfall, by utilizing the elevation high (head) and the amount of water flow. This study uses Shuttle Radar Topography Mission Digital Elevation Model (SRTM DEM) data as a basis for calculating head, catchment and network path of the river. The dependable discharge data calculated based on discharge measurement at Pos Duga Air (PDA) from Pusat Litbang Sumber Daya Air (PUSAIR).

Catchment area were also calculated from the point of PDA location, so that every point on the river network inside the catchment area are assumed to have the same water thickness. The power potential is calculated by multiplying head and discharge, assuming gravity of 9.8 m/s2 and total efficiency of 60%. The micro hydro power potential is calculated only for head minimum 10m, discharge between 0.05 - 5 m3/sec. The power potential with a value of less than 10 kW are not included on the map. This map was provided for early identification of the potential of micro-hydro energy which about 107 MW, and can be used by decision-maker for micro hydro energy development.

(2)

44

PENDAHULUAN

Salah satu potensi energi baru dan terbarukan adalah energi mikro hidro, yang potensinya banyak tersebar di Indonesia. Keberadaan peta potensi energi mikro hidro merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak serta memiliki arti penting di dalam pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.

Beberapa metode pembuatan peta potensi air (hidro) telah dibuat, antara lain oleh Shih-Chieh Kao[1] dan Rufai[2]. Metode perhitungan

potensi hidro ini dilakukan hanya pada titik dam yang telah ada, sehingga menghasilkan potensi hidro skala besar. Sedangkan metode pembuatan potensi mikro hidro dilakukan pada titik potensi yang berada di sungai tanpa dam, sehingga potensi yang dihasilkan cenderung lebih kecil atau skala mikro hidro. Potensi mikro hidro dapat ditentukan dengan menggunakan metode curah hujan[3] dan penggunaan data Pos Duga Air

(PDA)[4],[5].

Penelitian Segel Ginting menggunakan data PDA sebagai verifikasi dalam pemodelan estimasi banjir[4]. Adapun pada metode

pembuatan peta potensi energi mikro hidro, data PDA digunakan sebagai dasar penentuan debit andalan sungai. Selain itu, peta potensi energi mikro hidro dapat dibuat dengan menggunakan data PDA yang dikombinasikan dengan peta tutupan lahan sebagai pengaruh terhadap kecepatan aliran pada permukaan (runoff)[5].

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE)[6] sejak tahun 2013 telah

melakukan penelitian pembuatan peta potensi mikro hidro di beberapa wilayah di Indonesia. Adanya peta potensi mikro hidro ini dapat digunakan sebagai informasi awal lokasi potensi mikro hidro di suatu wilayah, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan energi mikro hidro dan penyusunan perencanaan energi mikro hidro di daerah tertinggal.

METODOLOGI

Sumber data yang digunakan untuk pembuatan peta potensi energi mikro hidro adalah data dari Peta Shuttle Radar Topography Mission Digital Elevation Model (SRTM DEM) dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang tersedia bebas dengan resolusi 90 meter. Data peta titik PDA berasal dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air (PUSAIR) Bandung. Metode PDA memiliki keunggulan dalam penentuan debit sungai, bila dibandingkan metode curah hujan, karena merupakan hasil pengukuran langsung sehingga memiliki tingkat kepastian sangat tinggi. Untuk menjelaskan metodologi secara rinci dipilih titik PDA yang berada di Bendungan Muko-muko, Sungai Majunto, Provinsi Bengkulu seperti pada Gambar 1. Lokasi ini dipilih karena telah dilakukan verifikasi lapangan.

(3)

45 Skema proses pembuatan peta potensi

energi mikro hidro dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Peta Potensi Energi Mikro Hidro.

Tahap pertama yang dilakukan adalah mengunduh data SRTM DEM lalu dilanjutkan membuat peta kontur dari data SRTM DEM tersebut[9] dengan bantuan software Global

Mapper. Dari peta kontur yang dihasilkan, diolah kembali untuk menghasilkan peta Head. Selain itu data SRTM DEM juga digunakan untuk membuat peta jaringan sungai dan peta daerah tangkapan (catchment area) berdasarkan data titik PDA dari PUSAIR.

Tahap berikutnya adalah proses penghitungan potensi energi mikro hidro. Perhitungan potensi diawali dari perkalian debit andalan (Q80) dan head (h). Debit andalan merupakan hasil kali dari tebal air (T80) dan area

tangkapan (A) dengan persamaan sebagai berikut:

Q80 = T80.A (1)

P = Q80.h.g.eff (2)

Dimana P = daya terbangkitkan, Q80 = debit andalan, h = Head sungai, g = gravitasi, dan eff = efisiensi total (60%).

Perhitungan debit andalan dilakukan dengan metode Flow Duration Curve (FDC)[7],

dengan memanfaatkan data tebal air hasil pengukuran dari titik PDA. Head dihitung dari peta SRTM DEM (Gambar 3) yang diubah menjadi peta kontur. Selanjutnya peta kontur

diubah menjadi peta slope dan akhirnya diperoleh peta head[10].

Gambar 3. Potongan Peta SRTM DEM Selain itu peta SRTM DEM juga digunakan untuk membuat peta jaringan sungai dan area tangkapan berdasarkan titik PDA seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Jaringan Sungai, Area Tangkapan dan Titik PDA[8].

Adapun batasan-batasan dan kriteria yang digunakan dalam pembuatan peta potensi energi mikro hidro ini antara lain; head minimum 10 meter, debit andalan antara 0,05 – 5 m3/detik, efisiensi total 60 %, gravitasi 9,8 m/s2, sistem

(4)

46

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Area Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sub-DAS

Area tangkapan merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, dimana batas di darat merupakan pemisah topografis yang dapat berupa punggung-punggung bukit atau gunung dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh dengan aktivitas daratan[8].

Gambar 5. Titik PDA dan Area Tangkapannya (DAS).

Gambar 6. Titik-titik outlet sub_DAS dari Area Tangkapannya (DAS).

Gambar 5 menunjukkan contoh dari satu titik PDA memiliki satu area tangkapan (DAS),

artinya debit pada satu titik PDA bersumber dari area tangkapannya. Gambar 6 menunjukkan di dalam satu area tangkapan (DAS) terdiri dari beberapa sub-DAS sehingga debit pada satu titik PDA merupakan hasil penjumlahan debit pada titik-titik outlet di dalam sub-DAS yang berada pada DAS yang sama.

Perhitungan Head pada Titik Outlet

Peta sungai yang diperoleh dari SRTM DEM[11] diasimilasikan dengan peta head dengan

luasan area 1 km2 untuk menghasilkan potongan

garis-garis sungai yang memiliki nilai head yang berbeda-beda (Gambar 7). Pemilahan head dari beberapa data anak sungai dibatasi dengan nilai

head minimum 10 meter disetiap 1 km panjang sungai.

Gambar 7. Proses pemotongan sungai dengan peta Head

Gambar 8. Titik-titik outlet yang telah memiliki nilai head.

(5)

47 Tiap segmen sungai telah memiliki nilai

head minimum 10 m. Dari setiap segmen sungai tersebut dilakukan pembuatan titik yang akan digunakan untuk mencari masing-masing area tangkapannya (sub-DAS). Gambar 8 menunjukkan sebaran titik-titik outlet sungai yang memiliki nilai head lebih dari 10 m.

Perhitungan Debit pada Titik Outlet

Nilai debit pada titik outlet dihitung dari perkalian data area tangkapan (sub-DAS) dengan tebal air andalan 80% (T80). Tebal air T80

diasumsikan memiliki nilai sama pada satu area DAS. Sehingga nilai debit pada titik-titik outlet berbeda-beda bergantung dari luasan area tangkapan (sub-DAS) masing-masing titik outlet.

Verifikasi Lapangan

Verifikasi dilakukan sebagai pembuktian secara kualitatif terhadap keberadaan sungai, air, debit dan head pada lokasi indikatif tersebut. Pemilihan lokasi verifikasi (titik ukur) ditentukan pada aliran sungai Majunto Hulu yang memiliki PDA di lokasi Lalang Luas (Gambar 9).

Gambar 9. Verifikasi lapangan Sungai Majunto Hulu, Bengkulu

Hasil verifikasi lapangan menunjukkan adanya debit sebesar 50 m3/detik pada titik outlet

Majunto. Selain itu juga terdapat perbedaan ketinggian atau head sebesar 35 meter antara titik PDA hingga titik ukur sebagaimana terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Verifikasi lapangan Sungai Majunto Hulu, Bengkulu

Setelah melakukan verifikasi lapangan, proses dilanjutkan dengan membuat peta potensi mikro hidro di wilayah Bengkulu pada sungai-sungai yang memiliki PDA (Gambar 11). Tabulasi hasil perhitungan potensi mikro hidro di Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 1.

(6)

48

(7)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode PDA, Provinsi Bengkulu memiliki potensi daya mikro hidro sebesar 107.826 MW. Potensi ini didapat berdasarkan pada sebaran titik-titik sungai yang memiliki pos duga air di bagian hilirnya. Masih banyak potensi sungai-sungai yang belum terdeteksi dikarenakan jumlah pos duga air yang terbatas. Untuk itu diperlukan metode perhitungan lanjutan misalnya metode curah hujan untuk mengisi wilayah-wilayah sungai yang tidak terjangkau oleh pengukuran PDA.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Pimpinan PUSAIR yang telah berkerjasama dengan P3TKEBTKE dalam pemberian data Pos Duga Air. Kepada seluruh pihak dan reviewer

yang telah membantu, mendukung, dan terlibat dalam penyusunan naskah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kao, Shih-Chieh. Ph.D. dan Brennan Smith, Ph.D., P.E. 2013, An Assessment of Energy Potential from New Stream-reach Development in the United states, The United States Department of Energy (DOE), Oak Ridge National Laboratory [2] Rufai, I. A., Enagi, I. I. and Balami, A.

2012. “Hydropower Potential Mapping of Niger State” Asian Journal of Natural &

Applied Sciences ISSN: 2186-8476, ISSN: 2186-8468 Vol. 1. No. 1. March 2012 [3] Arya, Doni Khaira, 2012 “Analisis Potensi

Mikro hidro Berdasarkan Curah Hujan”,

Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB).

[4] Ginting, Segel dan William M. Putuhena, 2014. “Sistem Peringatan Dini Banjir Jakarta / Jakarta-Flood Early Warning System (J-Fews)” Jurnal Sumber Daya Air,

Vol. 10 No. 1, Mei 2014: 71-84. ISSN 1410-8399

[5] Aria, Danang, 2015. Skripsi “Pemetaan Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro hidro Di Pulau Jawa Menggunakan System Informasi Geografis” Departemen Teknik Mesin dan Biositem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB-Bogor.

[6] Pandin, Marlina, 2013. “Laporan Akhir Tim Peta Potensi Energi Baru Terbarukan” P3TKEBTKE Jakarta

[7] Dwiyanto, Very, Dyah Indriana, Subuh Tugiono, 2016. “Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Studi Kasus: Sungai Air Anak (Hulu Sungai Way Besai)” Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, Vol.4, No.3. ISSN: 2303-0011 [8] Indarto, Sri Wahyuningsih, Ferdinan Usman, 2008. “Pembuatan Jaringan Sungai Dan Karakteristik Topografi DAS dari DEM – JATIM” Media Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta ISSN 1412-0976

[9] Cahyadi, Dedi, Alexander Tunggul Sutanhaji, 2014. “Operator Morpho-Hidrologi pada DEM (Digital Elevation Model) dan Peta Digital untuk Pemetaan Awal Potensi PLTA dan PLTMH (Studi Kasus DAS Mamberamo)” Jurnal Sumber

(8)

50

Daya Alam dan Lingkungan, Vol.1 ISSN: 2356-3389

[10] Indarto, Debby Rio P, 2014. “Pembuatan

Digital Elevation Model Resolusi 10m dari Peta RBI dan Survei GPS dengan Algoritma ANUDEM”, Jurnal Keteknikan Pertanian, Vol.28, No.1 ISSN:2338-8439 [11] Riadi, Bambang, AB.Suriadi.M.A, Jaka

Suryanto, Sekar Pranadita, 2012. “Identifikasi Lahan Rawa Dan Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Lahan Rawa di Kabupaten Indragiri Hulu)” Jurnal Ilmiah Geomatika Vol.18, No.2. ISSN: 0854-2759

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian.
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan  Peta Potensi Energi Mikro Hidro.
Gambar  5  menunjukkan  contoh  dari  satu  titik  PDA  memiliki  satu  area  tangkapan  (DAS),
Tabel 1. Potensi Energi Mikro Hidro Bengkulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tiga kali pertemuan, menunjukkan bahwa ada perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar yang meliputi aktivitas pebelajar, kemampuan pengajar dalam mengelola pembelajaran dengan

Hasil penelitian muncul bahwa terdapat asosiasi antara kedua spesies A planci dengan karang bentuk pertumbuhan Foliose pada setiap stasiun penelitian, sehingga H 0

Dalam bentuk pelayanan terhadap orang sakit, bentuk yang sangat jelas terlihat adalah bentuk Diakonia karikatif, akan tetapi setelah melakukan penggalian lebih dalam

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kementrian Pendidikan negara-negara ASEAN selaku pemegang wewenang tertinggi dalam mengurus sistem pendidikan regional ASEAN

Tujuan pengukuran dan analisa simulasi ini adalah untuk membuktikan dan membandingkan hasil percobaan dengan hasil perancangan, sehingga dapat mengetahui bentuk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khusunya mengenai perbedaan kinerja saham suatu

Super structure: badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir.. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super