EVALUASI PEMILU 2014
Pada Acara
Rapat Koordinasi Nasional KUP, KPU Provinsi/KIP
Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia dan Pemberian KPU Award
Hall Ecovention Ecopark Ancol
17 Desember 2014
KOMISI PEMILIHAN UMUM
Seluruh proses dan tahapan Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden telah selesai diselenggarakan dengan LUBER, JURDIL, aman dan damai. Pelaksanaan tahapan Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD, serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 oleh sebagian pihak diapresiasi dengan baik dan sebagian yang lain memberi catatan kritis.
Untuk itulah, dalam pelaksanaan pemilu 2014 itu terdapat berbagai hal yang perlu mendapat evaluasi secara bersama, baik terkait dengan keberhasilan maupun hambatan yang menyertai pelaksanaan pemilu.
Kegiatan evaluasi melibatkan pemangku kepentingan
pemilu untuk mendapatkan perspektif atau referensi
lain yang mungkin terlewatkan oleh kaca mata KPU
sebagai penyelenggara pemilu.
Kegiatan evaluasi merupakan ikhtiar kolektif
penyelenggara
untuk
mengumpulkan
dan
menganalisis data dan informasi secara sistematis
dalam menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
penyelenggaraan
tahapan
pemilu
2014
yang
komprehensif, menyeluruh dari hulu hingga hilir
penyelenggaraan pemilu.
Memastikan apakah pemilu 2014 telah sesuai dengan standar pemilu yang demokratis;
Mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pemilu 2014, terkait dengan peserta pemilu, penyelenggara pemilu, pelaksanaan setiap tahapan pemilu dan pemilih;
Melihat sejauhmana dinamika dalam pelaksanaan tahapan pemilu tahun 2014 yang difokuskan pada aspek aturan, pelaksanaan dan anggaran;
Mengidentifikasi praktik terbaik (best practices) atau terburuk (bad practices) penyelenggaraan pemilu 2014 untuk perbaikan pemilu mendatang, terutama dalam rangka pemilu serentak;
Memberikan rekomendasi yang penting terkait dengan perbaikan pelaksanaan pemilu periode berikutnya dalam penyusunan regulasi, kinerja penyelenggara pemilu, peserta pemilu dan pemilih;
Memberikan input bagi pengambilan keputusan di masa-masa mendatang dan sekaligus memberikan input bagi tindak lanjut penyelesaian masalah yang dihadapi Satker dalam pencapaian kinerja tahapan Pemilu 2014 yang telah ditetapkan;
Menjadi legacy sekaligus promoting bagi praktik manajemen kepemiluan dan demokrasi di Indonesia;
Menjadi bagian dari pertanggungjawaban KPU kepada publik menyangkut kinerjanya sekaligus menjadi bahan peningkatan mutu pelaksanaan pemilu periode berikutnya.
Peta permasalahan Pemilu Tahun 2014 dan rekomendasi solusi dan tindak lanjut penyelesaiannya;
Praktik-praktik terbaik (best practises) pemilu 2014 yang bisa menjadi unggulan dan diteruskan pada pemilu periode berikutnya;
Lesson learned yang bisa dijadikan rujukan untuk memperbaiki sistem dan manajemen kepemiluan dalam konteks pemilu serentak, khususnya pada aspek aturan, pelaksanaan dan anggaran;
Laporan Evaluasi Tahapan Pemilu Legislatif dan Piplres 2014 yang ditujukan kepada seluruh stakeholders pemilu di Tanah Air.
Partisipatif.
Yakni melibatkan semua stakeholders
Pemilu;
Transparan dan akuntabel.
Evaluasi harus
dilakukan secara terbuka dan bisa diakses semua
kalangan;
Akurat dan Objektif.
Informasi yang disampaikan
harus menggunakan data yang benar, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta objektif dan tidak
memihak;
Sistematis dan Berjenjang.
Mekanisme evaluasi
dilakukan secara berjenjang dari daerah hingga pusat.
KPU telah melakukan serangkaian kegiatan FGD
dengan
multi-stakeholders
dan rapat kerja evaluasi
Pemilu 2014 yang dipusatkan di 3 (tiga) daerah
pada bulan Oktober 2014 yaitu di Kota Bandung
(Jawa Barat), Jakarta, dan Batam (Kepri).
Selain itu, untuk memperdalam dan memperkaya
hasil evaluasi Pemilu 2014, KPU juga melakukan
desk review
terhadap laporan evaluasi Pemilu 2014
yang telah dilakukan oleh insitutusi lainnya baik
lembaga negara maupun lembaga swadaya
masyarakat baik nasional maupun internasional.
Pemilu 2014 telah memenuhi indikator
pemilu yang demokratis :
Universal atau Umum
Equal
atau Setara
Secret
atau rahasia
Direct
atau langsung
Free and fair
atau bebas dan adil
Honest
atau jujur
Pemilu 2014 Sesuai Standar
Pemilu Demokratis
UU dan KPU menjamin semua WNI yang
telah memenuhi syarat sebagai pemilih
yaitu telah berumur 17 tahun atau pernah
kawin tanpa melihat latar belakang
pemilih diberikan hak untuk memberikan
hak suaranya untuk memilih angota DPR,
DPD,
DPRD
Provinsi,
DPRD
Kabupaten/Kota dan memilih Presiden
dan Wakil Presiden.
Mengaplikasikan prinsip one person one
vote one value (OPOVOV) yaitu semua suara
memiliki nilai yang sama, tidak ada suara
memiliki bobot atau nilai yang lebih besar
dibandingkan suara lainnya berdasarkan
status sosial, tingkat pendidikan, agama,
jenis kelamin atau yang lainnya.
Setiap pemilih memiliki hak satu kali
memilih dan pilihannya dihitung satu
suara.
KPU memberikan jaminan dan fasilitas
kepada pemilih ketika memberikan hak
suaranya di TPS agar pilihan pemilih tidak
dapat diketahui oleh pemilih atau orang
lain.
Desain bilik suara dan letak bilik suara
untuk memastikan pemilih satu dengan
pemilih lainnya tidak bisa saling melihat,
sehingga kerahasiaan pilihan pemilih
terjamin.
Pemilih menggunakan hak pilihnya
untuk memilih wakil dan pemimpinnya
secara langsung tanpa diwakili oleh
orang lain.
Praktik Noken di Papua yang dinilai
menciderai
azas
langsung
telah
memiliki landasan hukumnya yaitu
Putusan
MK
Nomor
47/81/PHPU.A/VII/2009.
Pemilih untuk memberikan hak suaranya tanpa
adanya rasa takut yang disebabkan intimidasi
atau tekanan dari pihak manapun;
Semua pemilih diberikan pelayananan yang adil;
Peserta pemilu dijamin diperlakukan adil oleh
penyelenggara pemilu, tidak ada diskriminasi
atau keberpihakan terhadap salah satu peserta
pemilu;
Peserta pemilu memiliki peluang yang sama
untuk memenangkan pemilu.
KPU melaksanakan tahapan pemilu
harus jujur dan transparan sehingga
hasil pemilu merupakan refleksi
sebenarnya dari kehendak mayoritas
pemilih.
Transparansi merupakan salah satu azaz
penyelenggaraan pemilu yang dijunjung
tinggi KPU;
Kegiatan atau aktivitas KPU 2014 dapat
dikontrol dan dipantau oleh masyarakat.
KPU mendapatkan penghargaan dan
apresiasi dari publik baik dari dalam
negeri maupun luar negeri karena
transparansi;
Transparansi Proses dan
Hasil Pemilu 2014
Upaya KPU untuk memastikan prinsip
tranparansi:
•
Konsultasi dan diskusi terhadap semua
Peraturan KPU dengan banyak pihak ;
•
Melibatkan tim ahli/pakar dalam proses
penyusunan Peraturan KPU;
•
Penggunaan teknologi dalam tahapan pemilu
(Sidalih, Silog, Silon, Scan C1, dan lain-lain);
•
Mengumumkan secara luas terkait data pemilu
secara off line maupun on line .
17
• Pemilu 2014 juga dinilai oleh banyak pihak merupakan pemilu yang kredibel baik dari sisi proses maupun hasil ; • Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu 2014 cukup
tinggi yaitu 75,11% untuk Pileg dan 71% untuk Pilpres ; • Lebih tinggi Pemilu di AS ( 47,5%);
• Tingkat partisipasi pemilu di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan rata-rata partisipasi secara global (dunia) yaitu 62,7%;
• Hasil resmi penghitungan suara tidak berbeda dengan hasil quick count dari lembaga survey yang kredibel; • Hasil pemilu yang diterima oleh masyarakat luas .
•
Banyak pihak menilai DPT Pemilu tahun 2014
ebih baik dibandingkan dengan DPT Pemilu
sebelumnya;
•
KPU berhasil menyusun dan menghimpun data
pemilih yang jumlahnya kurang lebih 190 juta
dalam satu data base terpusat (data terbesar di
dunia);
•
Penyusunan DPT lebih transparan dan
partisipatif
•
KPU, dengan SIDALIH, mampu mengidentifikasi
dan memperbaiki data yang kurang akurat.
•
Secara umum masyarakat Indonesia
menilai positif terhadap Pemilu 2014
•
Mayoritas masyarakat Indonesia
percaya bahwa Pemilu 2014 berjalan
jujur dan adil
•
Mayoritas masyarakat Indonesia
menyatakan “puas” terhadap kinerja
KPU
Opini Publik terhadap KPU dan Pemilu
2014 : Survey LSI dan IFES Oktober 2014
•
Permasalahan Sistem
–
Yaitu permasalahan yang disebabkan oleh
perundang-undangan
•
Permasalahan Managerial
–
Yaitu permasalahan yang bersumber dari
kemampauan KPU untuk mengendalikan
jalannya tahapan pemilu
•
Permasalahan Kontekstual
–
Yaitu permasalahan yang berasal dari karakter
kedaerahan yang dari waktu kewaktu muncul
secara terus menerus
• Pelaksanaan Pemilu 2014 telah mengalami kemajuan dan berlangsung secara demokratis, namun tetap menyisakan beberapa permasalahan.
• Kemajuan pelaksanaan pemilu terlihat dari adanya sejumlah best practices, sedangkan standar pemilu yang demokratis terlihat dari adanya pelaksanaan pemilu yang luber dan jurdil.
• Beberapa persoalan yang muncul ada yang bersumber dari hal yang berada diluar jangkauan kewenangan KPU dan ada
yang berada dalam jangkauan kewenangan KPU. Variabel-variabel di luar penyelenggara pemilu, seperti masyarakat maupun kebijakan makro mempengaruhi cara KPU
menyelenggarakan pemilu 2014.
•
Penggunaan berbagai jenis daftar pemilih: DPT,
DPK, DPTb, dan DPKTb, efektif untuk
memastikan bahwa semua pemilih yang
berhak mendapat hak memilih di pemilu 2014.
•
MK dan Bawaslu dalam menyelesaikan
sengketa pemilu 2014 telah berkinerja secara
tegas, kredibel, terbuka dan transparan.
• Best practices pemilu 2014 perlu dijadikan standar minimal yang dipertahankan dan dilanjutkan dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada berikutnya;
• Memperbaiki sistem rekruitmen dan peningkatan kapasitas penyelenggara pemilu ad hoc;
• Omnibus election laws / Kodifikasi undang-undang pemilu;
• Melakukan kajian atas persoalan-persoalan terkait dengan
masalah-masalah sistemik, kontektual dan manajerial. Contoh: Evaluasi di Papua, Nias Selatan, dan Madura perlu dilakukan secara terpisah dan komprehensif;
• Mempromosikan best practices ke dunia internasional;
• Pengembangan pusat data pemilu untuk proses pembelajaran dan pengambilan kebijakan;
• Undang-Undang terkait pemilu sudah selesai minimal 3 (tiga) tahun sebelum masuk tahapan Pemilu;
• PKPU, Surat Edaran dan Petunjuk Teknis lainnya diterbitkan tepat waktu, tidak multitafsir, komprehensif dan mudah dipahami;
• Sengketa hasil verifikasi parpol yang dilakukan oleh KPU hanya dapat diselesaikan di PT TUN;
• Diperlukan penyesuaian pengaturan masa jabatan keanggotaan KPU dengan waktu pelaksanaan tahapan Pemilu;
• Pemilihan PPS dan KPPS tanpa ada rekomendasi dari Kades/Lurah/DPD. Cukup diatur di dalam PKPU;
• Persyaratan mengenai petugas KPPS tidak terlalu memberatkan (pendidikan, usia dan administrasi lainnya);
• Perlu pengaturan mengenai jaminan keselamatan dan kesehatan bagi penyelenggara pemilu;
• Adanya regulasi yang mengatur bahwa surat suara pasca pengucapan sumpah janji Anggota Legislatif dan Eksekutif dianggap bukan dokumen negara dan dapat dihapuskan;
• Perlu Pengaturan norma Dana Kampanye dalam Peraturan KPU antara lain: – penyampaian LPPDK dilakukan sebelum pemungutan suara;
– penyerahan laporan dana kampanye dilakukan oleh caleg yang bersangkutan ke KPU sesuai tingkatannya;
– pengaturan kriteria perusahaan asing; – uraian kelengkapan formulir/berkas;
– pengaturan batas waktu yang jelas terkait deadline penyampaian laporan dana kampanye;
– ambang batas belanja kampanye.
• Penghitungan suara menggunakan aplikasi (E-Counting);
• Penyederhanaan formulir;
• Penulisan formulir menggunakan NCR (kertas tembus), sehingga meminimalisir kesalahan dalam penyalinan formulir;
• Menyusun Renstra Sosialisasi yang komprehensif;
• Sidalih dengan SIAK harus terintegrasi;
• Basis data pemilih untuk pemilu dan pemilukada berdasarkan pemilu terakhir;
• Distribusi logistik lebih awal sesuai prioritas wilayah dan berkoordinasi dengan KPU Provinsi terkait;
• Audit dana kampanye tidak dilakukan berdasarkan asas kepatuhan dan audit yang disepakati, tetapi harus dilakukan audit secara
mendalam (tidak hanya sebatas formal).
• Perlu adanya fleksibilitas pengelolaan anggaran di KPU, sehingga memudahkan revisi alokasi anggaran;
• Anggaran untuk bimtek KPPS perlu ditambah;
• Pelaksanaan sosialisasi didukung oleh anggaran yang memadai pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu;
• Pemutakhiran data dan pendidikan pemilih dilakukan terus-menerus dan harus ada anggaran untuk menunjang kegiatan tersebut;
• Perencanaan anggaran disusun secara bottom up;
• Menyediakan biaya pengamanan dalam penyimpanan logistik di tingkat PPK, PPS dan KPPS;
• Menyediakan anggaran sewa tenda, sewa/pembangunan dan atau pemeliharaan gedung dan biaya operasional KPU Kabupaten/Kota;
• Menambah besaran honor Pantarlih menjadi 3 (tiga) bulan dan Operator menjadi sampai dengan berakhirnya penetapan DPK.