• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Perencanaan dan Perancangan Dasar Rumah Tinggal Profesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Perencanaan dan Perancangan Dasar Rumah Tinggal Profesi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

METODA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN DASAR

“KONSEP RUMAH TINGGAL

PENGRAJIN PATUNG”

RUMAH TINGGAL DENGAN KONSEP PEMAKSIMALKAN

PENCAHAYAAN ALAMI DENGAN PEMANFAATAN JENDELA DAN

PENDEKATAN NEO VERNAKULAR

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Ir. Muhammad Muqoffa, MT

PENYUSUN:

RIO HENDRA SAPUTRA ( I0212071 )

PRODI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR

(2)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

DAFTAR ISI

Judul………

Daftar isi……….

Bab I. Pendahuluan

a. Latar belakang………..

b. Permasalahan dan Persoalan………

c. Tujuan dan Sasaran merancang rumah tinggal ………

Bab II. Data dan Informasi

a. User………....…………..

b. Site………....……….…..

c. Konteks………..…..……….…

Bab III. Planning

a. Misi : Tujuan sasaran desain (konsep perancangan)…………..…………

b. Gambaran objek rumah tinggal yg akan dirancang…………..………

Bab IV. Analisis Penggambaran Arsitektur

a. Lokasi / tapak………

b. Program ruang………...………..………

c. Bentuk………

d. Struktur………..………

e. Utilitas………..……….

(3)

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH TINGGAL DENGAN KONSEP PEMAKSIMALKAN PENCAHAYAAN

ALAMI DENGAN PEMANFAATAN JENDELA DAN PENDEKATAN NEO

VERNAKULAR

RumahTinggal : Bapak I Nyoman Nuarta Jalan Ir. Soetami

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini akan dibahas latar belakang mengapa proyek rumah tinggal dengan judul “Rumah Tinggal Profesi Pengrajin Patung dengan Konsep Pemaksimalan Pencahayaan Alami dengan Pemanfaatan Jendeladan Pendekatan Neo Vernakular” ini dibuat. Selain itu pada bab ini juga akan membahas tentang rumusan masalah yang nantinya akan dijawab melalui konsep desain yang berada pada bab selanjutnya. Jadi bab 1 ini adalah sebagai dasar perancangan rumah tinggal yang nantinya akan diproses di dalam bab-bab selanjutnya dan akan menghasilkan konsep desain sebagai pemecahan masalah yang telah dibahas di latar belakang dan rumusan masalah pada bab 1 ini.

1. Latar Belakang

Rumah tinggal merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia. Karena hal itu, maka manusia akan berusaha untuk membuat suatu wadah untuk menaungi segala macam aktivitas sehari-harinya yang berwujud suatu rumah tinggal yang dimana selain dapat menaungi aktivitas dirinya sendiri juga dapat menaungi aktivitas seluruh keluarganya. Karena harus dapat menaungi seluruh aktivitas anggota keluarga, maka kondisi di dalam rumah tinggal ini haruslah nyaman sehingga dapat menjaga suasana yang kondusif bagi keluarga ini.

Rumah tinggal dapat dibangun di daerah tropis seperti misalnya di Indonesia. Dengan ciri tingkat kelembaban yang cukup tinggi, curah hujan cukup tinggi, sinar matahari panas, dan memiliki suhu lingkungan 260-310. Selain itu, sinar matahari yang menyinari hampir sepanjang tahun dapat

(4)

memberikan keuntungan sendiri bagi sang pemilik rumah karena dapat memberikan pencahayaan alami yang baik sehingga tidak terlalu bergantung pada pencahayaan buatan.

Perancangan rumah tinggal disesuaikan dengan karakteristik pemilik dari rumah tinggal tersebut, dalam hal ini pemilik rumah tinggal berprofesi sebagai pengrajin patung. Maka dari itu desain rumah disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya yang memiliki profesi sebagai pengrajin patung. Rancangan rumah tersebut dimungkinkan mampu mewadahi kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dari pemilik rumah tersebut.

Rumah tinggal bagi pengrajin patung dirancang dengan pendekatan neo vernakular yang bertemakan pemaksimalan pencahayaan alami dengan pemanfaatan jendela ini berfungsi sebagai tempat istirahat dan juga tempat mencari ide karena sang pemilik rumah bekerja di rumah yang sekaligus juga sebagai gallery karyanya. Desain rumah ini akan mempertimbangkan material yang mencerminkan lokalitas. Selain itu juga akan mempertimbangkan organisasi ruang yang baik sehingga sang kepala keluarga yang berprofesi sebagai pengrajin patung dapat mencari sumber-sumber ide di setiap sudut rumah. Dan yang terpenting dapat menjaga keharmonisan di dalam keluarga ini.

2. Permasalahan dan Persoalan

a. Permasalahan

1. Bagaiamana merancang sebuah rumah tinggal sebagai wadah bagi kegaiatan hunian dan interaksi penggunanya dengan konsep nuansa nyaman yang memaksimalkan pencahayaan alami?

2. Bagaimana merancang rumah tinggal yang aman dan nyaman ditempati bagi seorang pengrajin patung?

b. Persoalan

1. Bagaimana merancang rumah tinggal yang memaksimalkan pencahayaan alami? 2. Bagaimana merancang rumah tinggal yang juga sekaligus tempat kerja seorang

pengrajin patung?

3. Bagaiamana cara agar aktifitas menerima tamu dapat terwadahi dengan

baik?

4. Bagaimana merancang rumah tinggal dengan pola sirkulasi yang nyaman dan memiliki view yang bagus?

(5)

5. Bagaimana merancang rumah tinggal yang memiliki penghawaan optimal dengan membuat bukaan yang cukup untuk jalur sirkulasi udara, permainan material alam dan tetap melesatarikan penghijauan ?

6. Bagaimana organisasi ruang pada rumah tinggal dapat mewadahi semua kebutuhan kegiatan tiap anggota keluarga yang berbeda-beda ?

7. Bagaimana merancang rumah tinggal yang memiliki sisitem penghawaan dan pencahayaan yang baik?

8. Bagaimana merancang fasad rumah tinggal dan gallery yang dapat menarik pengunjung dan mencerminkan profesi pengrajin patung?

3. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Tujuan dari di dirikannya sebuah rumah tinggal adalah sebagai hunian sebuah keluarga yang dapat menaungi/ mewadahi aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalamnya, serta dapat mejadi tempat beristirahat, dan tempat berlindung dari iklim.

b. Sasaran

1.

Memilih lokasi yang strategis.

2. Konsep tata ruang dalam rumah yang mampu menyatukan dan mungumpulkan anggota keluaga.

3. Konsep peruangan yang mendapatkan cahaya dan udara alami sehingga memunculkan suasana yang nyaman.

4. Konsep bukaan yang mampu menghadirkan cahaya dan penghawaan alami. 5. Bentuk bangunan yang mudah dikenali sebagai identitas dari pengrajin

patung.

6. Program Ruang yang mampu mewadahi aktifitas keluarga terlebih Aktifitas dan kegiatan pengrajin patung.

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini membahas tentang definisi, teori, tinjauan, data dan informasi yang telah

didapat dari hasil pengumpulan data dan informasi. Bab ini disusun dari hasil interview,

browsing, survei dan pengamatan terhadap site. Bab ini bertujuan untuk mengetahui

masalah-masalah apa saja yang didapat dari data, sehingga dari data yang didapat dapat

dianalisis menggunakan teori-teori yang telah ada kemudian dapat ditentukan peruangan,

orientasi bangunan, bentuk bangunan dan lain-lain.

1.

Tinjauan Rumah Tinggal

1.1 Pengertian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman mendefinisikan bahwa :

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sa-rana pembinaan keluarga,

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan,

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tingg al atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. (Frick,2006:1).

Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun tempat

(7)

tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut sangkar, sarang, atau kandang. Sedangkan dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur,beraktivitas, dll. (Wikipedia, 2012).

1.2 PENGERTIAN SENI PATUNG DAN SENIMAN PATUNG

Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Seiring dengan perkembangan seni patung modern, maka karya-karya seni patung menjadi semakin beragam, baik bentuk maupun bahan dan teknik yang digunakan, sejalan dengan perkembangan teknologi serta penemuan bahan-bahan baru

Seniman adalah istilah subyektif yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau inovatif, atau mahir dalam bidang seni. Penggunaan yang paling kerap adalah untuk menyebut orang-orang yang menciptakan karya seni, seperti lukisan, patung, seni peran, seni tari, sastra, film dan musik. Seniman menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan karya dengan nilai estetik. Ahli sejarah seni dan kritikus seni mendefinisikan seniman sebagai seseorang yang menghasilkan seni dalam batas-batas yang diakui. Sedangkan seniman patung adalah orang yang berkutat dalam bidang seni patung

1.3 RUMAH TINGGAL UNTUK PENGRAJIN PATUNG

Rumah tinggal untuk pengrajin patung yang akan didesain merupakan sebuah desain rumah tinggal yang menampung segala aktifitas yang diperlukan oleh penggunanya. Secara keseluruhan Rumah pengrajin adalah tempat berlindung manusia dari keadaan luar, tempat berkumpul bagi keluarga, juga sebagai sarana yang mampu mewadahi aktifitas atau kegiatan yang lebih spesifik seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai birokrat.

1.4 RANCANGAN RUMAH TINGGAL

Rumah yang akan dirancang adalah rumah tinggal yang nyaman, indah, aman, sekaligus tempat munculnya ide-ide rancangan bagi sang pemilik rumah yang berprofesi sebagai pengrajin patung.

(8)

Turner (dalam Jenie, 2001:245) mendefinisikan tiga fungsi utama yang terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu:

1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian / perlindungan yang diberikan oleh rumah. Kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat.

2. Rumah sebagai penunjang kesempatan (oportunity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

3. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan yang berupa kepemilikan rumah dan lahan.

Secara garis besar, rumah memiliki fungsi (Doxiadis dalam Dian, 2009), yaitu: a. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.

b. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia. c. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit. d. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar. e. Rumah menunjukan tempat tinggal.

f. Rumah merupakan mediasi antara manusia dan dunia.

1.2 USER

Anggota Keluarga

Nama

Pekerjaan

Hobi

Ayah (50 tahun)

I Nyoman Nuarta Seniman Patung Melukis dan Membuat Patung

Ibu (48 tahun)

Niluh Chintyaswari

Pengusaha Restaurant Memasak dan Berkebun Anak laki – laki

(25 tahun)

I Putu Agung Mahendra

Pegawai Swasta Membaca Buku dan Mendengarkan Musik

Anak Perempuan (20 tahun)

Kadek Tania Prameswari

Mahasiswa Membaca dan Menyanyi

(9)

(45 tahun) Supir (40 tahun)

Dadang Supir

2. Tinjauan Tema yang Diangkat

2.1 Tinjauan dari segi Pemaksimalan View dengan pemilihan jendela

Salah satu syarat mutlak sebuah rumah tropis yang sehat adalah bukaan, yang meliputi ukuran, peletakan dan pemilihan jenis bukaan yang sesuai dengan ruangannya. Bukaan, bisa berupa jendela, bouvenille, roster, lubang angin, diperlukan agar ruangan tetap dapat bernapas dengan cahaya dan udara segar yang masuk.

Pada prinsipnya, sebuah rumah dapat dikategorikan sebagai rumah tropis, jika elemen-elemen dalam rumah tersebut memungkinkan penggunaan energi alami dengan optimal, seperti pemanfaatan dan penataan sirkulasi udara dan cahaya alami. Semua persyaratan tersebut bisa dipenuhi dengan desain bukaan yang baik.

Untuk mendapatkan jendela yang tepat dan dapat menghemat energi, ada baiknya kita bahas satu persatu hal-hal yang berkaitan dengan desain jendela ini.

1. Ukuran

Villa Tropika

Ada dua variasi ukuran jendela pada umumnya, yaitu jendela yang ada di dekat pintu utama, berukuran lebih besar serta jendela kamar dan ruang lain, yang biasanya berukuran lebih kecil.

Jendela ruang tamu, yang berukuran lebih besar, sebaiknya dibuat setinggi 50 cm dari atas permukaan lantai. Sedangkan tinggi jendelanya sendiri, bisa disesuaikan dengan tinggi rumah. Yang pasti, sisakan ruang setinggi 75 – 100 cm di bawah plafond. Idealnya, ukuran jendela untuk setiap ruangan 12% – 15% dari luas lantai ruangan.

(10)

2. Peletakan Villa Kampung Jago

Untuk rumah tropis, terutama di Indonesia, jika memungkinkan hindari peletakan jendela atau bukaan di sisi Barat dan Timur, karena tidak akan nyaman pada pagi dan sore hari. Jendela dapur sebaiknya dibuat terbuka dan langsung ke udara bebas. Akan lebih baik jika peletakan jendela posisinya bersilang dengan bukaan lainnya dalam satu ruang, karena akan memungkinkan sirkulasi lebih lancar.

3. Jenis

Villa Tropika

Ada banyak jenis jendela. Pilihan jendela mana yang paling tepat untuk diaplikasikan dalam desain rumah tropis Anda, tergantung dari luasan, kebutuhan dan arah angin. Beberapa jenis jendela yang umum digunakan sebagai elemen rumah tropis Indonesia adalah fixed windows, swing windows atau sliding windows. Tentang jenis-jenis jendela dan fungsinya masing-masing, akan dijelaskan dalam artikel yang terpisah.

Nah, dengan pengaturan bukaan, terutama jendela, yang sederhana seperti yang sudah dijelaskan di atas, kita pun sudah menghemat cukup banyak energi, khususnya energi yang

(11)

dipakai untuk mendinginkan atau menghangatkan ruangan. Prinsip pertama sebuah rumah tropis sudah terpenuhi.

Fixed Window, Fixed window atau jendela mati adalah tipe jendela yang tidak berventilasi sehingga hanya bisa memasukan sumber cahaya, Karena tidak bisa memasukan sirkulasi udara pengunaan tipe jendela ini sebaiknya perlu di pertimbangkan sebaik mungkin.

Double Hung Window merupakan jendela yang terdiri atas 2 daun di susun vertikal dan di operasikan dengan cara menggeser salah satu daun jendela secara vertikal.

Single Hung Window adalah jendela yang memiliki bentuk fisik yang sama dengan Double Hung Window yang membedakannya adalah hanya 1 daun yang dapat di geser, Single Hung Window hanya bisa menyediakan 50% bukaan.

Sliding Window, Sesuai dengan namanya sliding window atau jendela geser di buka-tutup dengan cara di geser secara horizontal.

Casement Window atau jendela ayun memiliki daun jendela yang salah satu sisinya terkait dan di operasikan dengan cara di ayun keluar atau ke dalam. Kelebihan jendela ini mampu menyediakan bukaan 100%.

Awning Dan Hopper, Tipe jendela ini memiliki prinsip kerja yang mirip dengan jendela ayun hanya saja sisi jendela yang di kaitkan adalah sisi atas atau bawahnya.

French Window adalah tipe jendela dengan sepasang jendela ayun yang di juga berfungsi sebagai aksen keluar masuk. Karena memiliki fungsi ganda sebagai pintu ruang kamar tidur merupakan lokasi yang tepat untuk French Window karena sebagian besar bukaan mengarah ke dalam, Biasanya aplikasi jendela ini menghadap ke taman yang berdekatan dengan kamar tidur.

Pivoted Window merupakan tipe jendela yang daun jendelanya dapat berputar 90 derajat atau 180 derajat secara horinsontal maupun vertikal.

Jalousie Window adalah jendela yang memiliki pelat-pelat panjang horizontal (Sirip) dari kayu yang tersusun rapat.

Bay Window, Sesuai namanya tipe jendela Bay Window selalu menjorok ke depan.

Bow Window merupakan tipe jendela yang hampir mirip dengan Bay Window hanya saja perbedaannya terletak pada format jendelanya di buat melengkung.

Ox-Eye, adalah jendela kecil yang berbentuk lingkaran, bundar atau oval sering di sebut juga Oeil de boeuf window biasanya aplikasi tipe jendela satu ini sering terlihat menggunakan elemen kaca patri atau kaca warna-warni.

(12)

Ribbon Window, Tipe jendela satu ini selalu bentuk horizontal memanjang seperti pita, jendela ini bisa di buat bersegmen atau menerus tanpa segmen keberadaan tipe jendela Ribbon Window menjadi salah satu ciri bangunan bergaya minimalis modern.

Sumber : http://tropicalhomeideas.com/bukaan-yang-baik-pada-rumah-tropis/

Majalah Tropical Home Ideas

2.2 Tinjauan Teori dari Segi Neo Vernakular

1. Latar Belakang

Pada dunia arsitektur kita mengetahui terdapat beberapa periode di dalam perkembangannya. Dimulai dari zaman klasik berkembang aliran arsitektur seperti Gotic, Renaissance kemudian dilanjutkan dengan periode modern, Pada periode ini muncul gaya-gaya arsitektur modern maupun postmodern. Arsitektur modern dan arsitektur postmodern lahir pada periode yang hampir bersamaan. Walaupun berada pada satu periode yang hampir bersamaan, tetapi antara arsitektur modern dan arsitektur postmodern memiliki beberapa perbadaan walaupun tidak banyak.

Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.

Ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Dimana menurut Budi A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.

1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer. 2. Membangkitkan kembali kenangan historik.

3. Berkonteks urban.

4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi. 5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).

(13)

6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain). 7. Dihasilkan dari partisipasi.

8. Mencerminkan aspirasi umum. 9. Bersifat plural.

10. Bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern.

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu.

1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.

2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.

3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut.

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Jadi latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada pasar terpadu berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan unsur-unsur modern yang berkembang saat ini agar lebih menarik pengunjung dan penjual untuk menggunakan fasilitas pasar yang akan

(14)

direncanakan. Penggunaan arsitektur Neo Vernakular sebagai style pasar terpadu Lhoksukon dikarenakan pasar ini merupakan pasar tradisional yang patut di kembangkan agar lebih layak untuk digunakan oleh penjual dan pengunjung/pembeli.

2. Pengertian Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.

Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon

Krier).

Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi

neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-neo-vernacular

adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

“pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara bangunan modern

dengan bangunan bata pada abad 19”

Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material lokal.

Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi slogannya begitu manusiawi.

Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih memiliki

(15)

logam. Dalam arsitektur neo-vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.

B. CIRI-CIRI GAYA ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut :

Selalu menggunakan atap bumbungan

Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih

vertikal.

Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar

bangunan.

Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

Pemakaian atap miring

Batu bata sebagai elemen local Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat.

Ciri-ciri :

a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

b) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

(16)

c) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).

C. PRINSIP DESAIN ARSITEKTUR NEO - VERNAKULAR

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu : a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur

setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.

c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim

d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur

e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.

D. TINJAUAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular

Ideologi Terbentuk oleh

tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, berdasarkan kultur dan kondisi lokal.

Terbentuk oleh tradisi turun temurun tetapi terdapat pengaruh dari luar baik fisik maupun nonfisik, bentuk perkembangan arsitektur tradisional.

Penerapan elemen arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan menuju suatu karya yang modern.

Prinsip Tertutup dari

perubahan zaman, terpaut pada satu kultur kedaerahan, dan mempunyai peraturan dan norma-norma keagamaan yang kental Berkembang setiap waktu untuk merefleksikan lingkungan, budaya dan sejarrah dari daerah dimana arsitektur tersebut berada. Transformasi dari situasi kultur homogen ke situasi yang lebih heterogen.

Arsitektur yang

bertujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan mengembangkannya menjadi suatu langgam yang modern.

Kelanjutan dari arsitektur vernakular

Ide Desain Lebih

mementingkan fasat atau bentuk, ornamen sebagai

Ornamen sebagai pelengkap, tidak meninggalkan nila- nilai setempat tetapi

Bentuk desain lebih modern.

(17)

suatu keharusan. dapat melayani aktifitas masyarakat di dalam.

Tabel. Perbandingan arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular. Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo

Dalam hal ini, pengertian vernakular arsitektur sering juga disamakan dengan arsitektur tradisional dan dapat diartikan bahwa secara konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewaris budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan lahir batin.

Di dunia global, kata tradisional sering digunakan untuk membedakan dengan modern. Di indonesia, sebutan yang berasal dari kata belanda “traditionell Architectur”, pada waktu itu istilah ini diberikan untuk karya-karya arsitektur asli daerah di indonesia, salah satu alasannya adalah untuk membedakan jenis arsitektur yang timbul dan berkembang dan merupakan karakteristik suku-suku bangsa di indonesia dari jenis arsitektur yang tumbuh dan berkembang atas dasar pemikiran dan perkembangan arsitektur di Eropa, khususnya arsitektur kolonial Belanda.

Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang di indonesia sama artinya dengan adat, kata adat ini di adopsi dari bahasa Arab. Sehingga seringkali bangunan tradisional disebut dengan “rumah adat”. Pada prinsipnya, baik di dunia global dan indonesia, kata tradisional diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Selain itu istilah-istilah lain sering bersentuhan arti dan maknanya dengan vernakular arsitektur yaitu arsitektur rakyat (folk architecture), arsitektur lokal atau kontekstual (indigenous architecture) bahkan ada juga yang kemiripan dengan arsitektur alamiah (spontanous architecture). Secara garis arsitektur rakyat diartikan sebagai arsitektur yang menyimbolkan budaya suatu suku bangsa dengan beberapa atribut yang melekat dengannya. Sementara itu, arsitektur lokal atau kontekstual, adalah arsitektural yang beradaptasi dengan kondisi budaya, geografi, iklim dan lingkungan, dan arsitektur alamiah adalah arsitektur yang dibangun oleh satu masyarakat berdasarkan proses alamiah seperti kebutuhan dasar manusia.

Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip asrsitektur Neo-vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alamiah, antisipasi terhadap regionalisme yang

(18)

merupakan aspek mendasar. Dalam pendekatan ini arsitektur Neo Vernakular yang digunkan adalah arsitektur tradisional aceh.

E. PERBANDINGAN NEO VERNAKULAR DENGAN REGIONALISME

Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular

Pengertian Region adalah daerah dan Isme adalah paham, jadi faham bersifat kedaerahan

Neo berarti baru, masa peralihan dan vernakular adalah

Native/asli/bahasa setempat, jadi

peralihan dari bentuk setempat Ideologi Menciptakan arsitektur yang

kontekstual yang tanggap terhadap kondisi lokal dan senantiasa mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan tempat

Fokus kepada penerapan elemen arsitektur yang sudah ada dari hasil vernakular dan kemudian sedikit atau banyaknya

mengalami pembaruan menuju suatu karya yang modern.

Prinsip Mengarah pada pemenuhan

kepuasan dan ekspresi jati diri yang mengacu pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang dan masih tergantung pada vernakularisme

Arsitektur yang bertujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan mengembangkannya menjadi suatu langgam yang modern dan kelanjutan dari arsitektur

vernakular. Konsep Desain Masih cenderung hanya meniru

bentuk fisik, ragam dan gaya-gaya tradisional yang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat.

Bentuk desain lebih modern dan mencoba menampilkan karya baru.

Kriteria Menggunakan bahan bangunan lokal deengan teknologi modern.

Tanggap dalam mengatasi pada kondisi iklim setempat Mengacu pada tradisi, warisan

sejarah serta makna ruang dan tempat.

Mencari makna dan substansi cultural, bukan gaya/style sebagai produk akhir

Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat

diuungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen) Tidak elemen fisik yang

diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religius dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. Produk pada bangunan ini tidak

murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru

(mengutamakan penampilaan visualnya)

(19)

Tabel. Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular

Sumber : Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan. Agus Dharma dan Hasan Sadli, http://staffsite.gunadharma.ac.id

Dalam prinsip perancangan Henri M.P, yang mencoba memadukan kekuatan-kekuatan lokal berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan alam, dimana pada bangunan yang dirancangnya. Tidak pernah menemukan suatu karya arsitektur yang dapat mewakili ciri khas budaya san sosial daerah masing-masing, serta mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh lingkungan di sekitarnya. Dengan teori-teorinya, Henri Maclaine Pont berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada.

Dalam membangun suatu bangunan, Henri M.P, memegang teguh beberapa filsafat arsitektur yang menginginkan agar keberadaan bangunan dapat menjadi bagian dari lingkungan sekitar bangunan tersebut dengan sangat memperhatikan tentang iklim dan masyarakat sekitar bangunannya. Sehingga dapat memperhatikan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat.

Teori Henri M.P, kaidah arsitektur yang pernah ditampilkan pada karya-karyanya adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan pada faktor budaya dan alam dimana ia membangun sehingga karya arsitektural merupakan jawaban dari kebutuhan sosial.

2. Pada setiap karya arsitektural harus dapat tercermin adanya hubungan yang logis antara bangunan dengan lingkungannya.

3. Menggali akar budaya arsitektur klasik, dikaji dan kemudian dipadukan dengan arsitektur modern. Falsafah adaptasi regionalisme yaitu adanya dialog antara tradisional dan modern. Struktur bangunan dapat berkembang mengikuti teknik dan metode baru, namun ungkapan arsitektural tetap dalam semangat tempat dan budaya lokal. Henri M.P, memberikan penekanan pada kesatuan antara bentuk, fungsi dan kontruksi. Sebagai ungkapan spiritual dari suatu kelompok masyarakat, maka gaya arsitektur harus mempunyai jawaban dari kebutuhan sosial masyarakat tersebut.

Menurut pandangan Henri M.P adalah penting dalam arsitektur adanya hubungan logis antara bangunan dengan lingkungannya. Kesadaran bahwa lingkungan secara keseluruhan menjadi bagian yang menyatu dengan bangunan sehingga dalam merancang, Henri M.P, selalu memperhatikan adat dan budaya setempat.

H. CONTOH BANGUNAN

1. Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Berada di daerah sub urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa-pipa baja) yang

(20)

diekspose. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropikal, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur Joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom- kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.

Gambar Bandara soekarno Hatta Sumber: http://www. airport.com

Gambar Bandara Soekarno Hatta Sumber: http://www. airport.com Pendekatan Pemikiran Rancangan:

Bangunan Soekarno Hatta Airport ini merupakan bangunan neo-vernakular yang dengan sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap joglo dan atap-atap pelana (lipat) yang banyak digunakan pada bangunan tradisional Indonesia. Penggunaan material modern yang berkesan natural pada kolom-kolom bangunan ini dapat diterapkan pada bangunan Pasar Tradisional agar terlihat kesan mendaerah namun modern.

Selain itu penerapan konsep arsitektur setempat dalam penggunaan tata ruang yang linear yang dipadu dengan teknologi modern cocok diterapkan pada Pasar Tradisional, agar dapat terciptanya suatu bangunan modern yang masih memiliki image daerah, seperti ulee gajah pada sambungan balok-kolom yang saling menembus yang banyak terdapat pada bangunan tradisional Aceh.

(21)

Gambar Kuala Lumpur International Airport Sumber: http://www. airport.com

Airport yang terletak di Kuala Lumpur, Malaysia ini dirancang oleh Dr. Kisho Kurokawa. Airport

berkapasitas 25 juta orang dalam rencana pengembangannya akan dibuat jalur penghubung antara Kuala Lumpur dengan pusat kota. Di lahan seluas 10.000 ha ini Dr. Kisho Kurokawa merancang

airport ini dengan gaya pencampuran identitas nasional Malaysia dengan fasilitas high-tech sehingga

dapat mencerminkan Malaysia yang modern. Airport ini menjadi simbol kebanggaan Nasional Malaysia dan menjadi kesan pertama yang menarik ketika para penumpang tiba di Malaysia.

Gambar Kuala Lumpur International Airport Sumber: http://www. airport.com Pendekatan Pemikiran Rancangan:

Kuala Lumpur International Airport merupakan bangunan neo-vernakular yang memiliki konsep

vernakular yang cukup jelas, penggunaan bentukan dan material atap yang melengkung mencerminkan Malaysia yang sangat kental nuansa Islaminya namun dengan sentuhan material modern menjadi sangat modern namun tidak meninggalkan unsur vernakularnya. Penggunaan material yang sesuai dengan konsep vernakular inilah yang dapat diterapkan pada bangunan yang akan dirancang, yaitu Pasar Tradisional yang modern namun tidak meninggalkan unsur vernakular Acehnya.

(22)

Gambar Kuala Lumpur International Airport Sumber: http://www. airport.com

3. National Theatre Malaysia

Gambar National Theatre Malaysia Sumber: http://www. theatremalaysia.com

Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan neo-vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai teater daerah dan juga gedung pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan tiga tingkat balkon. Gedung Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.

(23)

Gambar Interior National Theatre Malaysia Sumber: http://www. theatremalaysia.com Pendekatan Pemikiran Rancangan:

Gedung Teater Nasional Malaysia ini mengambil konsep vernakular dari rumah tradisional melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan-pengulangan pada bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat tepat diaplikasikan ke gedung teater ini karena gedung teater membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap yang besar dan tinggi. Hal ini juga yang diterapkan ke dalam bangunan Pasar Tradisional yang menggunakan atap-atap dari rumah tradisional di Aceh.

Gambar Eksterior National Theatre Malaysia Sumber: http://www. theatremalaysia.com

(24)

Gambar Asakusa Tourist Informasi Center Sumber : http://www.spoon-tamago.com/2010/01/03/

Asakusa Tourist Information Center merupakan karya Kengo Kuma, yang merupakan sayembara desain Tourist Hotpsot yang diadakan pada tahun 2008 oleh pemerintah Distrik Taito dan diikuti oleh 300 peserta.

Gambar Pagoda kuil sensoji(kiri), gerbang kaminari(kanan) Sumber : http://www.senso-ji/info/lightup/index_e

Bangunan ini terletak di seberang kuil Shinto di Jepang, Kuil Kinruzan Sensoji yang merupakan objek wisata utama di Asakusa, Tokyo. Asakusa terkenal sebagai kota dengan atmosfer shitamachi yang kental. Kuil Sensoji terkenal dengan lampion berukuran besar yang diletakkan pada gerbang Kaminari.

Gambar Machiya di Jepang

Sumber : http://www.jcie.or.jp/.../tiffany/2010

Karya kengo kuma ini merupakan reinterpretasi arsitektur vernacular dari bangunan machiya.

Machiya merupakan townhouse tradisional Jepang, berupa rumah yang terbuat dari material kayu

(25)

Gambar Asakusa Tourist Informasi Center Sumber : http://www.jcie.or.jp/.../tiffany/2010

Jika machiya pada umumnya terdiri satu setengah lantai, dua lantai hingga tiga lantai, maka desain Kuma ini terdiri dari tujuh lantai. Atapnya berbentuk pelana bertumpuk, mengorientasikan diri pada pagoda kuil sensoji yang yang memiliki atap bertumpuk, berjumlah lima buah. Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai area utama pusat informasi dan lounge. Sedangkan lantai 3 digunakan sebagai kantor administrasi, lantai 4 hingga 6 digunakansebagai galeri multifungsi maupun area aktivitas lain. Lantai 7 digunakan sebagai kafe.

5. Mapungubwe Interpretation Centre

Gambar Mapungubwe interpretation center

Sumber : http://www.archdaily.com/57106/mapungubwe-interpretation-center

Mapungubwe Interpretation Centre merupakan karya Peter Rich. Terletak di Afrika Selatan

bagian utara yang berbatasan dengan Botswana dan Zimbabwe, serta termasuk dalam kawasan Unesco World Heritage Site. Lokasi bangunan ini selain merupakan daerah yang kaya dengan cultural

heritage, juga memiliki kekayaan flora dan fauna serta merupakan daerah bekas tambang emas

(26)

Gambar Eksteriol Mapungubwe Interpretation Center

Sumber : http://www.archdaily.com/57106/mapungubwe-interpretation-center

Visitor Center seluas 1.500 m² ini memiliki ruang yang berisi artifak serta sejarah tempat bangunan ini berada. Selain itu juga terdapat fasilitas lain dan kantor pengelola. Desain bangunan menyerupai dome yang merupakan bentuk rumah penduduk setempat dengan bagian dalam berupa kubah.

Gambar Interiol Mapungubwe Interpretation Center

Sumber : http://www.archdaily.com/57106/mapungubwe-interpretation-center

Kubah-kubah lengkung ini didesain dengan mengadaptasi sistem konstruksi setempat yang telah berumur 600 tahun dalam upaya untuk menciptakan bangunan yang low-cost serta ramah lingkungan. Material utama bangunan ini adalah batu paras dan ubin sebagai pelapis dinding, serta kayu jenis mopane.

6. Bandara Internasional Minangkabau

Gambar Bandara International Minangkabau

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Minangkabau

Bangunan ini terletak di propinsi Sumatra barat yang merupakan salah satu bangunan neo vernakular. Memiliki fungsi sebagai tempat lepas landas, mendarat pesawat udara, dan pergerakan di darat pesawat udara, dengan kapasitas mencapai 1,3 juta, dua kali lipat lebih dari yang ditargetkan pada tahun 2010 yaitu 622.000 penumpang. Bandar udara ini merupakan bandar udara pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki nama suatu suku atau etnik, dimana dinamakan

(27)

sesuai dengan etnik yang mendiami provinsi Sumatera Barat yaitu Minangkabau. Bangunan ini sangat lekat sekali dengan budaya minangkabau.

Bandara ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional minangkabau yang menggunakan atap gonjong atau bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadukan dengan material yang moderen menjadikan bandara Internasional Minangkabau ini terlihat maderen namum tetap memiliki ciri khas daerah mimangkabau yang terletak pada atapnya.

Gambar Bandara International Minangkabau

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Minangkabau

Penarapan tema neo vernakular pada Bandara internasional minangkabau ini mengambil konsep vernakular dari rumah tradisional padang dengan sangat jelas terdapat pada atap gonjong atau bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau.

7. Donald Bren School of Environmental Science & Management.

Gambar Halaman Donald Bren School of Environmental Science & Management. Santa Barbara,

(28)

Sumber: http://www.greatbuildings.com

 Arsitek : Zimmer Gunsul Frasca

 Lokasi : Santa Barbara, California

 Tanggal : 1999-2002

 Jenis Bangunan : akademik laboratorium dan ruang kelas

 Konstruksi Sistem : beton dan rangka baja

Keberlanjutan : LEED Platinum, dengan efisiensi energi yang aktif, pencahayaan, shading, tinggi bahan konten daur ulang, photovoltaics 42KW - GEEB

 Iklim : ringan beriklim

 Konteks : kampus tepi laut pinggiran kota oceanside

 Gaya : Neo Vernacular

Catatan : "The Donald Bren Sekolah Ilmu Lingkungan dan Manajemen"

Sekolah Donald Bren di University of California, Santa Barbara mengambil keuntungan dari pengaturan indah di dekat Samudra Pasifik menjadi bangunan hijau yang mencakup lingkungan tidak hanya untuk efisiensi, tapi untuk pengalaman. Dengan halaman terbuka mencolok, memberikan kesempatan yang luas untuk interaksi sosial yang membuat transisi antara indoor maupun outdoor lebih halus dan singkat dari bangunan.

Sekolah Bren juga memanfaatkan penerangan alami untuk memanfaatkan pencahayaan alami sebagai pengganti lampu buatan sementara memungkinkan koneksi pandangan yang lebih meningkatkan bangunan untuk lanskap. Dan dengan jendela operal dan teknologi tinggi senors terhubung ke unit pemanas yang berdekatan, Sekolah Bren cerdas mengambil keuntungan dari Santa Barbara iklim terkenal moderat. Ini gedung kampus yang menawan dan mengesankan sebagai kota mana ia berasal.

Gedung Bren Hall dengan bahan yang berkelanjutan dan metode diperkirakan telah ditambahkan hanya 2% untuk biaya bangunan, yang dengan mudah akan diperhitungkan dari waktu ke waktu oleh tabungan energi.

"Untuk memastikan efisiensi penggunaan energi, gedung ini dirancang untuk memanen cahaya alami, pemanasan, dan pendinginan. Menghadapi laut, sayap kantor tidak memiliki AC dan bukannya bergantung pada aliran-melalui ventilasi dengan jendela yang dapat dibuka dan transoms panen Daylight adalah. ditambah dengan rencana pencahayaan yang menggabungkan hemat energi

(29)

perlengkapan dan lampu bersama dengan kontrol untuk gerakan dan cahaya ambient. " - Donald Bren Sekolah

"LEED berperan dalam menyediakan struktur untuk upaya penelitian dan juga sebagai sarana untuk mengukur hasil."

Gambar Ruang Sosial Halaman Gedung Donald Bren School of Environmental Science &

Management. Santa Barbara, California

Sumber: http://www.greatbuildings.com

Gambar Interior Auditorium Donald Bren School of Environmental Science & Management. Santa

Barbara, California

Sumber: http://www.greatbuildings.com

8. Kantor Bupati Kabupaten Kampar

Kantor bupati kabupaten kampar berada di kompleks kantor pemerintah kabupaten kampar di bukit candika kota bangkinang, daerah ini merupakan kompleks terpadu kantor pemerintahan kabupaten kampar yang baru dimana sebelumnya kantor bupati kampar berada di jalan SM.amin. karena berada di jalan lintas sumatra. pemindahan kantor pemerintah ke tempat yang lebih luas dan berada jauh dari pusat kota merupakan ide brilian selain jauh dari aktifikas perdagangan serta jalan lintas, pemindahan ini juga bisa memicu perkembangan kota bangkinang lebih besar lagi. tidak terfokus di daerah yang lama saja sehingga akan menyebabkan kesemerautan kota. kompleks kantor pemerintah secara langsung maupun tidak langsung meniru konsep kantor pemerintah di negara

(30)

malaysia yang semua kantor pemerintah di bangun di dalam satu kompleks biar lebih mudah untuk segala urusan.

Gambar Kantor Bupati Kabupaten Kampar

Sumber: http://www.google.co.id/imgres?q=kantor+gubernur+kampar&um

Kantor Bupati Kabupaten Kampar ini berada di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kampar disekitar Kantor Bupati ini juga terdapat beberapa Kantor Dinas, Kantor DPRD Kabupaten Kampar dan juga Gedung Olahraga. Kampar sebagai Kabupaten senior yang bukan Kabupaten Pemekaran cukup berani juga menganggarkan pembangunan kantor baru.

Kantor baru bupati kampar ini terlihat megah dengan aristektur lokal yang di padukan dengan arsitektur modern. di depan kantor bupati ini juga di lengkapi sebuah kolam yang cukup besar. Penerapan konsep arsitektur neo vernakular pada bangunan ini mengambil konsep vernakular dari rumah tradisional kampar yang sangat jelas terlihat pada bentuk perabung (bubungan) atapnya melentik mengarah langit.

Gambar Tampak Samping Kantor Bupati Kabupaten Kampar

Sumber: http://www.google.co.id/imgres?q=kantor+gubernur+kampar&um

(31)

Alamat Kantor Dinas Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral provinsi sulawesi barat berada pada jl. H. Abd. malik pattana endeng komp. Kantor gubernur sulawesi barat.

Gambar Kantor Dinas Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Barat Sumber:

http://alamatkantorsulbar.blogspot.com/2012/01/alamat-kantor-dinas-pertambangan-energi.html

Gambar tampak samping Kantor Dinas Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: http://alamatkantorsulbar.blogspot.com/2012/01/alamat-kantor-dinas-pertambangan-energi.html

Penerapan konsep arsitektur neo vernakular pada bangunan ini mengambil konsep vernakular dari rumah tradisional sulawesi yang sangat jelas terlihat pada bentuk atap perisai dan permainan kolom yang ilegan seakan terkesan rumah panggung tradisional sulawesi.

Gabungan gaya arsitektur moderen dengan karateristik arsitektur tradisional sulawesi ini terlihat sangat dominan, sehingga gaya arsitektur neo vernakularnya sangat jelas terlihat.

10. Kantor Bupati Kabupaten Sulawesi Barat

(32)

Gambar Kantor Bupati Kabupaten Sulawesi Barat

Sumber : http://www.panoramio.com/photo_explorer#view=photo&position

Gambar Kantor Bupati Kabupaten Sulawesi Barat

Sumber : http://www.panoramio.com/photo_explorer#view=photo&position

Penerapan konsep arsitektur neo vernakular pada bangunan ini menggunakan Unsur lagam lokal Kalimantan Barat, dibuktikan dengan Style yang seakan akan panggung. padahal bangunan ini tidak panggung .

3.

Tinjauan Data Eksisting ( Lokasi / Site )

Perkampungan

SITE

J l . M e n d u n g

UNS

Hotel Bintang

25m

20m

Jalan Ir. Sutami

(33)

Batas batas site :

- Batas Utara perumahan warga

- Batas Selatan jalan Ir. Sutami

- Batas Timur jalan mendung

- Batas Barat perumahan warga

a. Potensi Site

- Banyak sarana transportasi yang mudah di akses

- Akses menuju perkotaan sangat mudah

- Akses kesehatan dengan adanya Rumah Sakit Moewardi yang

dekat dengan site

- Akses kebutuhan sehari-hari dekat dengan banyaknya pasar

tradisional dan juga mini market di sekitar lokasi

- Dekat dengan area rekreasi (Taman satwa jurug)

- Dekat dengan Universtas sebelas maret

b. Kendala Site

- Bising karena dekat dengan jalan utama yang ramai

- Bising karena daerah sekitar merupakan daerah kosan

mahasiswa

- Daerah sekitar yang keamanannya kurang terjaga

- Daerah site yang berpolusi tinggi dan juga bersuhu panas.

- Kondisi air yang sulit di area sekitar dan juga sistem drainase

yang buruk

c. Aturan Pembangunan

-

Pada pasal 13 Undang-undang No. 28 Th 2002 mengenai Bangunan

Gedung telah menyebutkan bahwa sebuah bangunan haruslah memiliki

berbagai persyaratan jarak bebas bangunan yang di dalamnya meliputi

Garis sempadan jalan serta GSB.

(34)

d. Data Lingkungan Sekitar.

Site berada pada lingkungan Universitas negri sebelas maret Surakarta, hal tersebut menyebabkan ramainya lingkungan oleh aktifitas mahasiswa. Pada utara dan barat site terdapat pemukiman warga yang padat, di dalam perkampungan warga terdapat banyak rumah kos yang memiliki tingkat kebisingan menengah kebawah. Sementara pada timur site terdapat jalan Mendung sebagai jalan penghubung menuju pemukiman warga, sebagai jalan penghubung kampung maka jalan ini memiliki kebisingan menengah kebawah. Pada bagian selatan site terdapat jalan Ir. Sutami sebagai jalan penghubung antar kota yang padat, dan memiliki kebisingan menengah keatas.

(35)

BAB III

METODA

Metode secara umum yang digunakan yaitu Programming kemudian Designing.

Programming berdasarkan input atau data yang akan digunakan dalam merencanakan dan

merancang Rumah, kemudian diproses dengan berbagai pertimbangan dan menghasilkan

outcome yang akan digunakan sebagai modal dari langkah mendesain.

Di dalam Programming terbagi menjadi beberapa langkah, mulai dari input

kemudian proses pemrograman berupa penelurusan masalah, pengumpulan data,

pengolahan data, dan menghasilkan outcome.

secara umum metoda pembahasannya menjadi :

1. Pengumpulan Data

• Observasi : Survei ke Rumah kontraktor yang sudah ada

• Pencarian referensi

• Wawancara dengan Objek dalam hal ini Kontraktor

2. Pengolahan data

Menyaring data yang telah ditemukan ke dalam tema yang sudah ditentukan,

kemudian diambil substansi-substansi yang sesuai. Hal ini dilakukan terus menerus,

sehingga dimungkinkan terjadi perubahan format baru.

3. Pendekatan Konsep

Perumusan Konsep untuk memperoleh gambaran Rumah Tinggal. Melalui metoda

induktif yaitu berdasarkan pengalaman dan juga metoda induktif yaitu berdasarkan

teoritik.

4. Transformasi Desain

Penerjemahan konsep-konsep menjadi gambar atau desain bangunan.

Metode yang digunakan dalam pembahasan adalah deskriptif analisis yaitu dengan

mengumpulkan, menganalisis dan menyimpulkan data yang diperlukan dan berkaitan

dengan masalah. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer dan sekunder

dengan cara :

(36)

1. Data Primer

− Wawancara dengan narasumber yang terkait untuk mendapatkan informasi

yang solid

− Observasi lapangan

− Studi banding, yaitu mempelajari kasus lain sejenis sebagai masukan dalam

merancang

2. Data Sekunder

− Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari

buku-buku yang berkaitan dengan teori, konsep, standar perencanaan dan

perancangan, juga yang berkaitan dengan arah pengembangan dari lokasi

yang akan digunakan.

Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam Landasan Program Perencanaan dan Perancangan

Arsitektur disusun dengan urutan sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, permasalalan dan persoalan, seta

tujuan dan sasaran .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA/TEORI

Berisi tentang kajian teori, pengertian rumah, fungsi rumah, jenis rumah,

profil user/pengguna, tinjauan tentang tema yang diangkat dan juga kegiatan

user tiap harinya.

BAB III

METODA

Berisikan tenntang metoda / cara, meliputi metoda pengumpulan dan

pengorganisasian data dan juga metode analisis

BAB IV

ANALISIS

Berisikan hasil dari pengumpulan data yang telah diolah dan diorganisasikan

dan dikelompokkan dalam analisis pengguna, analisis jenis dan besaran

ruang, analisis site, analisis olah denah, analisis tampilan bangunan, dan juga

analisis sistem bangunan.

(37)

Dalam uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari analisis bab IV,

meliputi analisis pengguna, analisis jenis dan besaran ruang, analisis site,

analisis olah denah, analisis tampilan bangunan, dan juga analisis sistem

bangunan. Dan itu semua akan dijadikan pedoman dalam mendesain rumah

tinggal yang akan dibangun.

(38)

BAB IV

ANALISIS

Bab ini berisi analisis data dan teori yang telah dikumpulkan untuk nantinya

menghasilkan kriteria desain dan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan untuk

perancangan rumah tinggal berdasarkan teori-teori yang ada. Dalam bab ini akan

membahas analisis pengguna, analisis jenis dan besaran ruang, analisis site, analisis olah

denah, analisis tampilan bangunan, dan juga analisis sistem bangunan.

1.

Analisis Pengguna / User

Penghuni Waktu Kegiatan

Ayah Pagi Bangun Pagi

Jogging/Fitness Mandi Pagi

Sarapan

Bersiap pergi kerja ke Gallery Berangkat bekerja

Siang Bekerja

Sore Pulang Kerja

Istirahat Mandi Sore Malam Makan Malam Bersama

Berkumpul bersama Keluarga Mendesain/membuat patung

Tidur

Pagi Bangun Pagi

Membereskan kamar Jogging/Fitness

Mandi pagi Sarapan

Bersiap pergi kerja (restoran)

Ibu Siang Bekerja

Sore Pulang Kerja

Mandi sore Istirahat

(39)

Malam Makan Malam Bersama Berkumpul bersama keluarga

Tidur

Pagi Bangun Tidur

Membereskan Kamar Jogging/Fitness Mandi Pagi Sarapan Bersiap kerja Kerja

Anak Pertama Siang Bekerja

Sore Pulang ke rumah

Mandi Sore Membaca buku Malam Makan Malam Bersama

Berkumpul Bersama Keluarga Menyiapkan bahan untuk kerja

Tidur

Pagi Bangun Pagi

Membereskan Kamar Berenang Mandi pagi

Sarapan

Bersiap berangkat ke kampus Kuliah

Anak Kedua Siang Kuliah

Sore Pulang Kuliah

Mandi Sore Bersantai Malam Makan Malam Bersama

Berkumpul Bersama Keluarga Mengerjakan tugas kuliah

Tidur

Pagi Bangun Tidur

Mandi Pagi Berbelanja ke Pasar Menyiapkan Sarapan

(40)

Sarapan Bersih-bersih rumah Mencuci dan menjemur pakaian

Pembantu Siang Istirahat

Sore Menyapu pekarangan Menyetrika pakaian

Mandi Sore

Menyiapkan Makan Malam

Malam Makan Malam

Mencuci Piring Menyapu lantai

Istirahat Tidur

Pagi Berangkat kerumah Bapak Nyoman

Cuci Mobil dan motor Mengantar Bapak, Ibu dan anak

ke-2

Supir Siang Istirahat

Sore Menjemput Bapak, Ibu dan anak ke-2

Berkebun Pulang

2.

Analisis Jenis dan Besaran Ruang

User Aktivitas Kebutuhan Ruang Besaran (m2)

Ayah Bersantai, berkumpul bersama keluarga dan

(41)

menonton TV

Makan Ruang makan ± 9

Bekerja (Mendesain Patung) Ruang Kerja ± 9 Membuat dan memamerkan

patung

Gallery ± 20

Olahraga (Fitness) Ruang Fitness ± 9

Tidur Kamar tidur utama ± 16

MCK Kamar mandi dalam ± 4

Menerima tamu Ruang tamu ± 9

Ibu Bersantai, berkumpul bersama keluarga dan menonton TV

Ruang keluarga ±9

Makan Ruang makan ±9

Memasak Pantry ±6

Tidur Kamar tidur utama ± 16

MCK Kamar mandi dalam ± 4

Menerima tamu dan Arisan Ruang tamu ± 9

Berkebun Kebun/taman

Anak ke-1 Memarkirkan dan mencuci motor

Garasi ± 14

Bersantai, berkumpul bersama keluarga dan menonton TV

Ruang keluarga ± 9

Makan Ruang makan ±9

Olahraga (Fitness) Ruang Fitness ±9

Tidur Kamar tidur anak ± 9

MCK Kamar mandi luar anak ± 3

Menerima tamu Ruang Tamu ± 9

Anak ke-2 Bersantai, berkumpul bersama keluarga dan menonton TV

Ruang keluarga ± 9

Makan Ruang makan ±9

Olahraga (Fitness) Ruang Fitness ±9

(42)

MCK Kamar mandi luar anak ± 3 Pembantu Tidur Kamar tidur pembantu ± 6,25

MCK Kamar mandi luar ± 2,25

Memasak Dapur ± 6

Menyimpan barang Gudang ± 4

Menyetrika Ruang Setrika ± 3

Menjemur Tempat jemur Di halaman

Supir Memarkirkan mobil Garasi ± 14

Mencuci mobil dan motor Carport

MCK Kamar Mandi luar ± 2,25

3. Analisis Site

Dari lokasi site diatas dapat disimpulkan bahwa:

Site berada di jalan Ir. Soetami di samping Universitas Sebelas Maret yang merupakan daerah yang relatif ramai karena bersebelahan dengan universitas dan juga berada di pinggir jalan raya. Pada sisi utara site dan barat site terdapat perumahan warga. Pada sisi timurnya, akan langsung berbatasan dengan jalan mendung dan juga Universitas Sebelas Maret. Pada sisi selatan, akan langsung mengahadap ke jalan Ir. Soetami dan juga Hotel Bintang yang berada di seberang site ini. Site ini berukuran 25x20m dengan gsb 3 meter dari jalan Ir. Soetami dan 1.5 meter pada sisi lainnya.

Perkampungan

SITE

Jl.

M

en

du

ng

UNS

Hotel Bintang

25m

20m

Jalan Ir. Sutami

U

Matahari Tenggelam Matahari Terbit Angin

(43)

Potensi Site:

- Banyak sarana transportasi yang mudah di akses

- Akses menuju perkotaan sangat mudah

- Akses kesehatan dengan adanya Rumah Sakit Moewardi yang dekat dengan

site

- Akses kebutuhan sehari-hari dekat dengan banyaknya pasar tradisional dan

juga mini market di sekitar lokasi

- Dekat dengan area rekreasi (Taman satwa jurug)

- Dekat dengan Universtas sebelas maret

Kendala Site

- Bising karena dekat dengan jalan utama yang ramai

- Bising karena daerah sekitar merupakan daerah kosan mahasiswa

- Daerah sekitar yang keamanannya kurang terjaga

- Daerah site yang berpolusi tinggi dan juga bersuhu panas.

- Kondisi air yang sulit di area sekitar dan juga sistem drainase yang buruk

Dikarenakan daerah site memiliki tingkat kebisingan dan polusi yang tinggi, maka di dalam pemrograman ruang akan mementingkan daerah-daerah yang membutuhkan tingkat kebisingan minimal berada pada sisi barat laut agar dapat mereduksi kebisingan dan juga polusi yang disebabkan oleh bis yang berlalu lalang setiap saat.

Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya tindak kriminalitas, maka pada sisi sebelah timur dan selatan site akan dibangun pagar setinggi 1 meter yang pada bagian atasnya akan diberikan vegetasi agar dapat menyaring polusi yang berlebihan dan juga mereduksi kebisingan akan aktivitas-aktivitas di sekitar site. Pagar ini akan menggunakan material atu bata agar dapat menyatu dengan fasad bangunan utama dan juga gallery yang didominasi oleh batu bata agar dapat mencerminkan kelokalitasannya.

(44)

4. Analisis Tampilan bangunan

Dalam aspek ini, pada bagian fasad bangunan akan menonjolkan penggunaan material-material alam seperti batu dan batu bata agar dapat menunjukkan kelokalitasannya. Selanjutnya pada bagian atap menggunakan atap joglo yang digabungkan dengan atap dak sebagai pemanis fasad agar tidak terlihat terlalu vernakular. Selain itu, pada bagian kolom dihiasi oleh batu alam yang dapat meningkatkan nilai estetika pada rumah ini.

5. Analisis Sistem Bangunan

a. Sub Struktur

Dari analaisis data yang telah dilakukan, site berada di Surakarta, Jawa

Tengah, Indonesia. Oleh sebab itu maka struktur bangunan

mempertimbangkan iklim yang ada adalah iklim tropis dengan intensitas

hujan yang tinggi.

Maka pondasi dan dinding harus dapat bertahan lama dan anti

kelembaban. Yang terpenting itu pondasi itu harus kuat menahan beban

bangunan diatasnya. Dinding sendiri haruslah tahan akan berbagai macam

iklim didaerah tropis seperti hujan panas terus menerus.

b. Upper Struktur

Untuk struktur bagian atas sendiri masih menggunakan kuda kuda

yang berbahan kayu, dan penggunaan nok, goring, usuk dan reng juga

menggunakan bahan kayu ini dipilih karena dilihat dari biaya dan juga

kualitas bertahan dari kayu lumayan bagus dan juga harganya lumayan

terjangkau.

Pada atap disertai juga tritisan yang berkonsul ini bertujuan supaya

ketika hujan air hujan tidaklah masuk ke teras.

c. Utilitas

a. Air bersih menggunakan distribusi dari PAM dengan aplikasi ground

tank sebagai reservoir air.

b. Rumah ini berada di tengah kota sehingga sangat mendukung utilitas

komunikasi. Jaringan telepon kuat. Rumah ini menggunakan telepon

Gambar

Gambar Kantor Bupati Kabupaten Sulawesi Barat

Referensi

Dokumen terkait

Tata ruang rumah tinggal tradisional Lampung berbentuk persegi panjang dengan pembagian ruang yang dipengaruhi oleh faktor hubungan kekerabatan atau nilai-nilai yang

Kata Kunci: Pondok budaya, tata ruang luar, tata ruang dalam, edukatif, rekreatif, citra kebudayaan Jawa, Arsitektur Neo- Vernakuler.. Wahyuning Samodro, Mahasiswa

Pengolahan pedesaan Jawa yang Alami dan Guyub ini berupa pengolahan tata masa yang menggunakan arsitektur setempat, pengolahan sirkulasi untuk memperoleh pengalaman meruang

Analisis Karakteristik Ruang yang Rekreatif dan Kenyamanan dengan Pendekatan Prinsip Arsitektur Tradisional Jawa pada Unsur Suprasegmen. Ruang Luar

Bagaimana Wujud bangunan Pusat Pelayanan Restorasi dan Reparasi di Yogyakarta yang interaktif, melalui penataan tata ruang dengan pendekatan aliran.

Gambar 4.33 : Analisis alur gerak konfigurasi jalur-ruang pada Pasar Seni Tradisional Modern di Kompleks Candi Prambanan ……… 182. Gambar 4.34 : Skesta bukaan pembatas ruang

Konsep tata massa bangunan di dalam komplek bangunan utama Seminari Menengah Roh Kudus Tuka menggunakan pendekatan arsitektur tradisional Bali, dalam hal ini adalah tata

 METODE PENCAHAYAAN ALAMI YANG DITERAPKAN PADA INTERIOR RUANGAN Ruang yang saya pilih untuk dijadikan contoh penerapan pencahayaan alami yang baik pada interior ruang adalah ruang