• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran 1.3 : Hukum Perantara Dagang di Luar Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran 1.3 : Hukum Perantara Dagang di Luar Perusahaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran 1.3 :

Hukum Perantara Dagang di Luar Perusahaan 1. Capaian Pembelajaran:

Mahasiswa setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini, diharapkan:

Mampu memahami dan menjelaskan berbagai konsep perantara dagang di luar perusahaan dan hubungan hukumnya dengan para pihak dalam perdagangan.

2. Materi Pembelajaran

Perantara di luar perusahaan adalah penamaan yang diberikan kepada mereka sebagai pihak yang berada di luar perusahaan berdasarkan perjanjian pemberian kuasa dengan pihak perusahaan guna menghubungkan pengusaha sebagai pemberi kuasa dengan masyarakat sebagai konsumen. Mereka yang dimaksud, di antaranya:

Makelar

Ketentuan tentang makelar ditemukan dalam pengaturan Pasal 62-73 KUHD. Makelar dalam hal ini adalah seorang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang pejabat yang ditunjuk oleh Presiden, dalam hal ini Kepala Pemerintah Daerah (Pasal 62 KUHD - L.N 1906 No. 479). Seorang makelar adalah pedagang perantara yang membuka usahanya di bidang perantara atas izin pejabat setempat atas nama presiden. Berdasarkan rumusan tersebut, contoh makelar yang dimaksud menurut peraturan tersebut adalah semisal broker dan pialang saham pada Bursa Efek (Pasar Modal).

Menurut ketentuan Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2) KUHD bahwa beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pengangkatan makelar, yaitu:

a. Ahli dalam bidangnya

b. Harus mengikuti ujian dan lulus dalam ujian tersebut c. Harus seorang pengusaha

d. Dilakukan secara terang-terangan atau tidak melanggar hukum e. Merupakan profesi sehari-hari, atau dialkuakn secara terus-menerus f. Berorientasi mencari keuntungan;

(2)

h. Mengangkat sumpah di Pengadilan Negeri setempat.

Menurut ketentuan pasal 65 ayat (1) KUHD, pengangkatan makelar dua macam, yaitu: a. Maklar umum, yaitu makelar yang diangkat untuk segala jenis usaha dagang.

b. Maklar khusus, yaitu makelar yang diangkat hanya untuk jenis usaha dagang tertentu, sebagaimana disebutkan dengan jelas dalam akta pengangkatannya.

Menyangkut hubungan hukum antara principal (pengusaha), makelar dan pihak ketiga, dapat ditelaah dari alur hubungan berikut ini:

1. principal menunjuk makelar melalui suatu perjanjian pemberian kuasa, yang di dalamnya ditentukan kewenangan makelar;

2. makelar mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, sebagai pelaksana amanat dari pemberi kuasa;

3. sebagai akibat hukum yang timbul dari No. 1 dan No. 2, maka antara principal dengan pihak ketiga telah terjadi hubungan hukum perikatan.

Oleh karena dalam pelaksanaan tugas makelar bertindak untuk dan atas nama principal, maka dapat diketahui dari hubungan hukum tersebut bahwa makelar bertindak semata-mata hanya sebagai perantara. Demikian secara konkret sifat hubungan hukum yang terjalin antara principal dengan makelar, adalah:

a. Hubungan yang bersifat sementara atau tidak tetap.

b. Makelar bertindak untuk kepentingan dan atas nama principal.

c. Makelar bukan para pihak dalam perjanjian tetapi hanya sebagai perantara. Hal ini membawa konsekuensi jika terjadi sengketa makelar hanya bisa ditempatkan turut tergugat dan tidak sebagai tergugat.

d. Makelar memiliki hak atas upah atau provisi dari principal.

e. Makelar juga memiliki hak retensi yaitu menahan barang, jika belum mendapatkan provisi.

Selanjutnya, mengingat makelar adalah pihak yang menjalankan prusahaan, maka sesuai ketentuan Pasal 66-71 KUHD, bahwa makelar memiliki kewajiban yaitu:

a. Membuat pembukuan (buku saku dan buku harian) yang berisi: nama para pihak, waktu transaksi, waktu levering, dan macam atau jenis dan jumlah barang.

(3)

c. Melakukan pembukaan pembukuan atas perintah hakim guna pemeriksaan perkara di pengadilan.

d. Menyimpan contoh barang.

e. Bertanggung jawab atas keaslian tanda tangan surat berharga. f. Membayar ganti rugi, biaya-biaya dan bunga.

Di samping itu, menurut ketentuan Pasal 65 ayat (2) KUHD, bahwa makelar dalam pelaksanaan tugasnya:

a. dilarang berdagang atau berusaha jenis barang yang sama dengan usaha principalnya. b. dilarang menjadi penjamin atas perjanjian atau perikatan yang diperantarainya.

Terakhir menyangkut sanksi, bahwa makelar dalam melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Buku I Bab IV Bagian II KUHD yo. Pasal 71 KUHD, Pasal 72 dan 73 KUHD, yaitu:

a. Dibebastugaskan oleh pejabat yang mengangkat jika melanggar, sekalipun makelar tersebut masih bisa diangkat kembali.

b. Dilepas dari jabatannya jika melanggar pasal 65 ayat (2) KUHD yang disebutkan di atas, dan jika makelar jatuh pailit tidak dapat diangkat kembali.

Komisioner

Komisioner sebagai perantara dagang di atur dalam Pasal 76-85 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 76 KUHD bahwa Komisioner adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan menerima upah atau provisi.

Berangkat dari pengertian tersebut, terlihat bahwa komisioner berbeda dengan makelar. Di sini dalam pelaksanaan tugasnya, komisioner bertindak atas nama sendiri, dan ia bertindak atas perintah dan tanggungan orang lain. Persamaannya bahwa keduanya sebagai perantara dagang yang untuk tindakannya, mereka sama-sama menerima upah atau provisi.

Mendalami lebih jauh beberapa ketentuan KUHD yang disebutkan di atas, Nampak bahwa komisioner memiliki ciri-ciri, yaitu:

a. Sebagai pengusaha.

b. Bertindak untuk principal dan atas nama diri sendiri. Hal ini membawa konsekuensi hukum bahwa:

(4)

1. Komisioner terikat langsung dalam perikatan dengan pihak ketiga (masyarakat/konsumen).

2. Principal tidak dapat menuntut pihak ketiga, karena principal bukan para pihak di dalam perjanjian (perikatan).

3. Komisioner bertanggung jawab atas biaya, kerugian, dan bunga jika terjadi wanprestasi pihak ketiga (Pasal 1800 ayat (1) KUH Perdata).

c. Tidak berkewajiban menyebut nama principal.

d. Boleh bertindak atas nama principal. Tindakan ini membawa konsekuensi hukum, bahwa:

1. Terhadap komisioner hanya berlaku perjanjian pemberian kuasa biasa.

2. Komisioner hanya sebagai perantara biasa, bukan termasuk para pihak dalam perjanjian (perikatan).

3. Komisioner tidak memiliki hak mendahului kreditur lain ketika terjadi kepailitan principal.

e. Secara umum komisioner adalah pihak dalam perjanjian (kecuali jika ia bertindak atas nama principal sebagaimana disebutkan pada huruf d).

f. Tidak diperlukan pengangkatan secara resmi dan sumpah.

Berdasarkan uraian di atas, seorang komisioner selain bertindak atas nama diri sendiri juga boleh bertindak atas nama principal. Kedua pilihan tersebut membawa konsekuensi hukum yang berbeda.

Dalam pelaksanaan tugas komisioner, yang secara prinsip bertindak untuk principal dan atas nama diri sendiri, di dalam pengaturan KUHD kepadanya diberikan hak-hak khusus, yaitu:

a. Hak mendahului, yaitu hak istimewa komisioner atas barang-barang principal yang ada di tangan komisioner dalam rangka pemenuhan hutang atau penagihan komisioner: untuk dijual, yang ditahan guna kepentingan yang akan datang, dan yang dibeli dan diterima untuk kepentingan principal. Namun untuk maksud tersebut, komisioner harus mendapat izin penjualan dari Pengadilan Negeri setempat dan harus memberitahu principal (Pasal 80-83 KUHD).

b. Hak retensi, yaitu hak kuasa untuk menahan barang sampai upah atau provisi dan biaya-biaya lain dibayar oleh principal. Akan tetapi, barang tersebut tidak boleh dijual jika terjadi pailit, kecuali penjualan itu dilakukan oleh curator dimana hasil penjualan

(5)

tersebut, kedudukan komisioner sebagai kreditur yang didahulukan pelunasan upahnya daripada kreditur lain (Pasal 85 KUHD jo. Pasal 1812 KUH Perdata).

Ekspeditur

Sumber hukum tentang ekspeditur terdapat dalam Pasal 86-90 KUHD. Dalam ketentuan tersebut mengatur pengertian ekspeditur, yaitu orang yang pekerjaannya menyuruh pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan atas nama sendiri dan untuk kepentingan principal (Pasal 86 ayat (1) KUHD).

Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa ekspeditur adalah perantara yang bertugas mencarikan alat angkut yang tepat untuk mengangkut barang milik pihak lain (principal) ketempat tertentu atas namanya sendiri. Dalam pekerjaannya ini ekspeditur bertanggung jawab kepada principal untuk mendapatkan alat angkut yang tepat.

Memperhatikan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri ekspeditur, yaitu: a. Bertindak atas nama sendiri.

b. Untuk kepentingan principal. c. Bertanggung jawab pada principal.

Terkait hubungan hukum ekspeditur, principal dan pihak pengangkut, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Hubungan hukum antara ekspeditur dengan principal, adalah berdasarkan perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).

b. Hubungan hukum antara ekspeditur dengan pengangkut adalah berdasarkan perjanjian pengangkutan.

Mengingat aktivitas ekspeditur dan pengangkut tidak melibatkan penerima barang dalam perjanjian pengangkutan, maka dengan sendirinya penerima barang tidak dapat menggugat pengangkut atau pihak ekspeditur ketika ada terjadi kerusakan barang angkutan yang diterima. Dalam kaitan itu, maka:

a. Penerima hanya bisa menggugat pengirim atas dasar alas hak yang sah. Pengirim dalam hal ini adalah principal dari ekspeditur.

b. Pengirim menggugat ekspeditur. Agen

(6)

Agen tidak diatur dalam KUHD sebagaimana halnya makelar, komisioner dan ekspeditur yang diuraikan sebelumnya. Agen diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa (“Permendag 11/2006”).

Agen adalah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/ pemasaran tanpa melakukan pemindahan atas fisik barang. Dari pengertian tersebut, hal yang pertama diketahui bahwa suatu agen memiliki ciri dimana perusahaan tersebut menjual barang atau jasa untuk dan atas nama principal.

Selain ciri bertindak untuk dan atas nama principal sebagaimana dikemukakan di atas, agen masih memiliki ciri lain yaitu:

1. Pendapatan yang diterima oleh agen adalah komisi dari hasil penjualan barang-barang atau jasa yang dijualnya kepada konsumen.

2. Oleh karena dalam agen tidak ada pemindahan atas fisik barang, maka barang yang dikirimkan langsung dari principal kepada konsumen ketika terjadi kesepakatan jual beli barang antara agen dan konsumen. Demikian pula, pembayaran atas barang-barang yang telah diterima oleh konsumen langsung disetor konsumen kepada principal bukan melalui pihak agen.

Agen sebagaimana dikemukakan, dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yaitu Agen manufaktur, Agen penjualan, Agen pembelian, Agen umum, Agen khusus, Agen tunggal/eksklusif.

Distributor

Sebagaimana halnya Agen, Distributor juga tidak diatur dalam KUHD. Distributor diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa (“Permendag 11/2006”).

Distributor ialah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak atas namanya sendiri yang ditunjuk oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada konsumen akhir atas barang yang dimiliki/dikuasai oleh pihak yang menunjuknya.

(7)

Berangkat dari pengertian tersebut, maka untuk adanya suatu distributor harus memiliki ciri yang berupa;

1. Suatu badan usaha atau perorangan.

2. Dalam usahanya bertindak untuk dan atas namanya sendiri.

3. Melakukan kegiatan membeli barang dari principal dan menjual kembali kepada konsumen.

4. Bertanggung jawab untuk kepentingan sendiri atas keamanan pembayaran barang dari konsumen.

Memperhatikan uraian di atas, apabila dibandingkan dengan agen maka dapat diketahui perbedaan distributor dan agen, yaitu:

1. Agen dalam menjual barang/jasa atas nama principal, sedangkan distributor atas namanya sendiri.

2. Pendapatan yang diperoleh agen adalah komisi dari hasil penjualan yang diperoleh dari prinsipal, sedangkan pendapatan yang diperoleh distributor adalah laba dari selisih harga beli dari principal dengan harga jual ke konsumen.

3. Dalam keagenan barang dikirim langsung principal kepada konsumen, sedang pada distributor barang dikirim principal ke distributor seterusnya distributor mengirim ke konsumen.

4. Dalam keagenan pihak principal langsung menerima pembayaran dari konsumen tanpa melalui pihak agen, sedangkan dalam usaha distribusi pembayaran diterima distributor dari konsumen.

3. Intisari

Perantara di luar perusahaan di antaranya adalah:

1. Makelar, yaitu seorang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang pembesar yang ditunjuk oleh Presiden, dalam hal ini Kepala Pemerintah Daerah (L.N 1906 No. 479), sebagaimana diatur dalam Pasal 62-73 KUHD.

2. Komisioner, yaitu orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjianperjanjian atas namanya sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan menerima upah atau provisi, sebagaimana diatur dalam Pasal 76-85 KUHD.

(8)

3. Ekspeditur, yaitu orang yang pekerjaannya menyuruh pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan atas nama sendiri dan untuk kepentingan principal, sebagaimana diatur dalam Pasal 86-90 KUHD.

4. Agen adalah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/ pemasaran tanpa melakukan pemindahan atas fisik barang. Agen dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa.

5. Distributor ialah suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak atas namanya sendiri yang ditunjuk oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada konsumen akhir atas barang yang dimiliki/dikuasai oleh pihak yang menunjuknya. Sebagaimana halnya Agen, Distributor juga diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa.

4. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan tepat:

1. Perantara dagang yang diangkat oleh Presiden atau oleh seorang pembesar yang ditunjuk oleh Presiden (Kepala Pemerintah Daerah), disebut:

A. Komisioner. B. Makelar C. Agen D. Distributor.

2. Pihak yang pekerjaannya menyuruh pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan atas nama sendiri dan untuk kepentingan principal, disebut:

A. Distributor B. Agen C. Ekspeditur D. Komisioner.

(9)

3. Suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/ pemasaran tanpa melakukan pemindahan atas fisik barang, disebut:

A. Ekspeditur B. Agen C. Distributor D. Komisioner

4. Pihak yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan menerima upah atau provisi, disebut:

A. Makelar B. Komisioner C. Agen D. Ekspeditur

5. Suatu badan usaha atau perorangan yang bertindak atas namanya sendiri yang ditunjuk oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada konsumen akhir atas barang yang dimiliki/dikuasai oleh pihak yang menunjuknya, disebut:

A. Agen B. Ekspeditur C. Komisioner D. Distributor

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui rtingkat penguasaan anda terhadap materi Proses Pembelajaran 2

Arti tingkat penguasaan: 90-100% = Baik Sekali 80-89% = Baik

(10)

70-79% = Cukup < 70% = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan dengan kegiatan pada Pembelajaran sel;anjutnya. Namun, jika masih dibawah 80% maka anda harus mengulangi materi pada Pembelajaran ini, terutama pada bagian yang belum dikuasai.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan peraturan hukum yang berlaku dan dikaitkan dengan teori-teori hukum, serta dalam pratek pelaksanaannya merupakan

Kegiatan pelatihan ini mendapat respon positif dari peserta pelatihan, adapun manfaat yang didapat oleh peserta pelatihan adalah menumbuhkan minat guru dalam

yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pelaksanaan kebijakan BOK dan (2) menilai efektivitas dari kebijakan BOK dalam pencapaian target SPM bidang kesehatan di

Prinsipal adalah perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum di dalam negeri atau di luar negeri yang menunjuk Distributor

Dalam rangka mewujudkan capaian target indikator kinerja utama, Badan Pengelola Perpajakan dan Retribusi Daerah Kabupaten Seruyan tahun 2020 didukung program dan

Masalah geografis yang sekiranya tidak menjadi masalah kini menjadi satu permasalahan yang kompleks, yang menjadikan turunnya kualitas pendidikan di Indonesia, karena hingga

Semangat persatuan dalam bernegara merupakan pengikat suatu negara untuk dapat berdiri tegak selama-lamanya. Negara kesatuan republik Indonesia yang diproklamirkan 17 agustus

Agresivitas lebah yang ditangkarkan berkategori kurang baik karena memiliki agresivitas yang tinggi, yaitu pada saat pembentukan calon ratu baru dan pada saat simpanan