• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARSITEKTUR TROPIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARSITEKTUR TROPIS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memperhatikan arsitektur Indonesia masa kini sering menimbulkan kesan bahwa proyek tersebut dipindahkan dari jauh (Amerika Utara, Eropa), dari daerah beriklim sedang ke daerah tropis panas lembap (Indonesia). Perencanaan tersebut menghasilkan konstruksi, pengaturan jendela berkaca, penempatan massa, dan konsep yang meniru gedung dari iklim dingin yang seolah-olah terletak diantara bangunan tropis. Suatu desain yang baik adalah desain yang dapat beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, khususnya di Indonesia yang memiliki iklim tropis.Membangun di iklim tropis lembap hanya dapat dilakukan dengan baik jika memperhatikan pengaruh iklim tersebut.Berbeda dengan daerah lainnya di belahan dunia, baik rumah maupun bangunan dengan fungsi publik pada daerah beriklim tropis memiliki bentuk dan desain yang berbeda, hal ini dikarenakan curah hujan dan kemarau yang sama panjang.

Bangunan terpengaruh iklim yang nyaman bagi penghuni mendasarkan pada cara pembentukan gedung dan konstruksi struktur. Dalam hal ini yang diutamakan adalah pengaruh iklim dan ilmu termodinamika.Di samping itu, makin lama makin banyak tibul masalah energy yang perlu dilestarikan.Indonesia terletak di 23.50 LU – 23.50 LS

menyebabkan Indonesia beriklim wet tropic sehingga memerlukan strategi dalam bangunannya, seperti menghalangi radiasi matahari, isolasi radiasi panas dengan ruang udara, antar bangunan memiliki jarak yang cukup jauh, dan kenyamanan thermal. Namun, kali ini sangat sulit rasanya menemukan bangunan yang menerapkan arsitektur tropis khususnya di Bali. Hal ini tentunya karena pengaruh globalisasi yang menyebabkan masuknya beberapa budaya asing hingga pada gaya arsitektur.

Terkadang untuk mengejar estetika bangunan, banyak arsitek yang justru mengabaikan strategi bangunan arsitektur tropis, akibatnya banyak bangunan yang tidak dapat bertahan lama yang berujung pada kerusakan bangunan tersebut. Maka dari itu, penulis disini akan mencoba untuk menjelaskan arsitektur tropis, pengaplikasiannya pada bangunan hingga kasus yang biasa ditemukan pada rumah tinggal dengan desain arsitektur tropis. Sehingga, dengan adanya makalah ini, mahasiswa arsitektur akan memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai arsitektur tropis.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh iklim terhadap bangunan?

2) Apa pengertian dari arsitektur tropis?

3) Bagaimana strategi desain arsitektur tropis pada bangunan rumah tinggal?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dijabarkan di atas, tujuan penyusunan makalah ini diantaranya:

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh iklim terhadap bangunan 2) Untuk mengetahui pengertian dari arsitektur tropis

3) Untuk mengetahui bagaimana strategi desain arsitektur tropis pada bangunan rumah tinggal

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain : a Mahasiswa

 Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai arsitektur tropis beserta strategi pengaplikasiannya pada bangunan rumah tinggal.

 Menambah wawasan mahasiswa arsitektur sehingga dapat menjadi acuan dalam merancang bangunan tropis di masa depan.

b Masyarakat

 Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai arsitektur tropis sehingga nantinya dapat menjadi acuan dalam merencanakan bangunan tempat tinggal bagi masyarakat itu sendiri.

c Tim Pengajar

 Mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai arsitektur tropis.

 Mengetahui sejauh mana efektifitas system SCL (Student Centre Learning) pada mahasiswa.

 Sebagai referensi kedepannya dalam memberikan mata kuliah ekologi arsitektur.

 Mengetahui arah tugas apakah sudah tepat sasaran atau sebaliknya.

1.5 Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya validasi data, dengan disertai bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Guna mendapatkan data yang valid tersebut, pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian yaitu:

1. Studi Literatur dan Perbandingan

Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan data dari studi literatur mengenai strategi desain arsitektur tropis khususnya pada bangunan rumah tinggal dengan data hasil observasi langsung yang disertai dengan gambar. Berikut adalah literature – literatur yang kami gunakan sebagai referensi yaitu, antara lain: Eco Resorts:Planning and Design For The Tropics karya Zbigniew Bromberek, Bangunan Tropis karya Lippsmeier, Dasar –

(3)

Dasar Arsitektur Ekologis Volume 1 dan Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS karya Heinz Frick dan Manual of Tropical Housing & Building karya Otto H Koenigsberger. Selain dari literatur buku, kami juga menggunakan beberapa sumber yang diambil dari internet sebagai referensi tambahan terkait strategi desain arsitektur tropis. 2. Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan penelitian langsung terhadap strategi desain yang diterapkan dalam bangunan rumah tinggal dengan menggunakan alat pengukuran berupa meteran. Selain itu kami juga melakukan teknik pengumpulan data dengan cara mengambil foto. Foto juga salah satu cara yang efektif dalam melakukan penelitian. Dengan bantuan kamera atau alat digital lainnya, objek yang diamati akan dapat didokumentasikan dengan baik, jelas, dan lebih nyata.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaruh Iklim

Kata iklim berasal dari bahasa Yunani yang berdasarkan kamus Oxford berarti region (daerah) dengan kondisi tertentu dari suhu yang kering (Dryness), angin, cahaya dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu waktu (integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu.Sedangkan cuaca adalah kondisi sementara lingkungan atmosfer pada suatu kawasan tertentu.Secara keseluruhan, iklim diartikan sebagai integrasi dalam suatu waktu mengenai keadaan cuaca. (Koenigsberger, 1975:3).

(4)

Menurut Lippsmeier (1994: 30) menyatakan bahwa iklim digolongkan menjadi iklim makro dan mikro. Iklim makro merupakan iklim suatu negara, benua, atau daerah tertentu. Iklim tersebut menurut sifat digolongkan menjadi tiga, yaitu daerah tropis lembab, daerah tropis kering, dan daerah pegunungan. Sedangkan iklim mikro adalah iklim di lapisan udara dekat permukaan bumi. Iklim makro di Indonesia sendiri yaitu daerah tropis lembab. Iklim tropis Indonesia mempunyai kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadang-kadang mencapai 90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar 230C dan dapat naik sampai 380C pada musim panas. Iklim Tropis terjadi sedikit sekali perubahan musim dalam satu tahun, satu-satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak atau sedikitnya hujan, dan terjadinya angin besar. Iklim tropis dapat digambarkan dengan hujan dan kelembaban yang tinggi seta suhu yang hampir selalu tinggi. Angin sedikit bertiup dengan arah yang berlawanan pada musim hujan dan musim kemarau.Radiasi matahari sedang dan pertukaran panas kecil karena tingginya kelembapan.Suhu dan kelembapan yang tinggi sangat tidak menyenangkan karena penguapan sedikit dan gerak udara biasanya kurang, kecuali di pesisir. Gedung membutuhkan perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan di pesisir, perlindungan terhadap angin keras.

Pengaruh iklim terhadapa manusia secara fisiologis, iklim memperngaruhi kenyamanan termal manusia.Suhu inti manusia + 37 derajat celcius.Dengan mentabolisme energy dalam tubuh, maka badan manusia melepaskan kalor sebesar + 100 watt.Pertukaran kalor manusia dengan lingkungannya tergantung dari suhu udara, suhu permukaan di sekelilingnya, penyalur panas oleh permukaan tersebut, kelembapan, dan gerak udara (angin). Ada empat cara pertukaran kalor yaitu:

- Penyaluran panas secara langsung lewat telapak kaki

- Pertukaran kalor konveksi kepada udara di sekeliling 25% - 30% - Radiasi panas kepada udara di sekeliling yang lebih sejuk 40-60% - Penguapan oleh keringat dan pemapasan 25-30%

2.2 Pengertian Arsitektur Tropis

Pengertian secara umum arsitektur tropis adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim tropis. Arsitektur tropis juga tetap mempertahankan sisi estetika pada bangunan. Hal yang paling penting dalam Arsitektur Tropis adalah sebuah respon positif dari efek iklim tropis itu sendiri atau dapat juga dikatakan pemanfaatan hal-hal positif dalam iklim yang tropis. Salah satunya letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam

(5)

kondisi ikim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

Arsitektur Tropis sebenarnya tidak ada kaitannya dengan konteks budaya yang biasanya dikaitkan dengan rumah tradisional atau kebudayaan di Indonesia. Arsitektur Tropis sebenarnya tidak hanya ada di Indonesia tetapi banyak merambah di Negara lain yang beriklim tropis seperti Brazil, Singapura, Malaysia dan lainnya yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Kekeliruan pendapat tersebut terjadi karena pengertian arsitektur tropis sering dicampur adukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang sebenarnya menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Dalam Arsitektur Tropis juga sangat perlu diperhatikan mengenai segi material, pencahayaan alami dan sirkulasi udara karena lingkungan tropis memiliki iklim panas yang cukup menyengat, pergerakan udara dan curah hujan yang cukup tinggi sehingga dalam konsep arsitektur tropis ini juga ada upaya atau solusi yang harus dicegah dari timbulnya efek iklim tropis. Kesehatan udara, perubahan suhu dan kelembaban menjadi factor yang harus dapat diselesaikan dengan baik untuk memperoleh kenyamanan pada bangunan maupun civitasnya.

2.3 Strategi Desain Arsitektur Tropis pada Bangunan Rumah Tinggal

Kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :

1. Kenyamanan Thermal

Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Cara untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :

a. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat.Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas.

(6)

c. Melindungi dinding dengan alat peneduh seperti kerai atau sun shading.

d. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara. (Himaartra. 2012. Arsitektur Tropis. https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/ diakses tanggal 6 Desember 2016)

Menurut Bromberek (2009:70) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengontrol kenyamanan thermal :

1. Heat Flows (aliran panas) a. Heat Gain Minimisation

Produksi panas dapat diminimalisir dengan menghindari radiasi secara langsung, misalnya dengan shading. Ada 3 tipe shading yaitu horizontal jika sinar matahari dari atas, vertikal jika sinar matahari jatuh dari samping, dan kombinasi. Shading bisa diterapkan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dan topografi pada site. Overstek, juga merupakan salah satu contoh shading yang dapat diterapkan pada bangunan rumah tinggal. Gambar dibawah merupakan cara untuk menghitung lebar overstek yang tepat.

Gambar 2.8

Perbandingan antara tinggi jendela dengan lebar overstek Sumber : Bromberek (2009:70)

b. Heat Loss Maximisation

Produksi panas sudah di minimalisir, kemudian dapat digunakan beberapa metode pasif untuk mekanisme pendinginan. Metode tersebut dikelompokan menjadi empat yaitu radiant cooling, evaporative cooling, storage cooling, dan convective cooling.

(7)

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan jika ventilasi dimanfaatkan sepenuhnya yaitu arah angin, pengaruh daerah disekitarnya, desain dan lokasi bukaan, dan layout dalam bangunan dan hasil dari pergerakan angin yang melewatinya. Tekanan udara mempengaruhi pergerakan udara pada suatu site yaitu dari area yang bertekanan tinggi menuju ke area yang bertekanan rendah. Pemasangan screen yang berfungsi untuk mencegah serangga juga mempengaruhi pergerakan udara. Memasang screen pada balkon atau teras lebih baik dibandingkan memasangnya pada jendela atau pintu

3. Humidity (kelembaban)

Menghindari penempatan bangunan yang dekat dengan daerah lembab. Menggunakan bahan yang alami untuk mengontrol kelembaban. Ventilasi yang baik merupakan cara yang paling baik untuk mengatasi kelembaban yang berlebihan. Menurut Frick (2007:24) Curah hujan yang tinggi dapat membuat kondisi di rumah terasa lembab sehingga jamur dan lumut akan mudah tumbuh. Untuk menghindari hal tersebut kita perlu menghindari ruang-ruang gelap yang tidak terkena sinar matahari. Curah hujan yang tinggi dapat membuat dinding mudah basah sehingga untuk ruang-ruang basah, seperti kamar mandi, sebaiknya diberi lapisan kedap air (trassram).Untuk lokasi yang kondisi air tanahnya tinggi, sloof dibuat setinggi 30 cm dari tanah. Dinding eksterior dicat khusus dengan waterproof.

pengaruh iklim terhadap bangunan adalah bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat dan yang tegak lurus terhadap angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi silang.

Gambar 2.1

Pengaruh Iklim terhadap Bangunan Sumber: Frick (2007:40)

(8)

Selain itu ruang disekitar bangunan sebaiknya dilengkapi dengan pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara dan juga perlu dipersiapkan saluran dan peresapan air hujan dari atap dan halaman yang diperkeras.Meskipun demikian, harus menyisakan minimal 30% lahan bangunan terbuka untuk penghijauan.

Kenyamanan dalam suatu ruang tergantung pada kebudayaan dan adat istiadat masing-masing manusia, terutama iklim dan kelembapan, bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan radiasi buatan, bahan bangunan, bentuk dan struktur bangunan, serta warna dan pencahayaan.

Gambar 2.2 Pohon sebagai Peneduh

Sumber: Frick (2007:41)

Gambar 2.3 Peresapan Air Hujan Sumber: Frick (2007:41)

Gambar 2.4

Kenyamanan Ruang Berdasarkan Hubungan antara Suhu, Kelembapan dan Gerakan Angin Sumber: Frick (2007:41)

(9)

Pencahayaan dan warna memberi pengalaman ruang melalui mata dan hubungannya dengan pengalaman perasaan. Pencahayaan dan pembayangan mempengaruhi orientasi di dalam ruang.bagian ruang yang tersinari dan yang dalam keadaan gelap menentukan nilai psikis yang berhubungan dengan ruang. cahaya matahari memberi kesan vital dalam ruang terutama jika cahaya tersebut masuk dari jendela yang orientasinya ke Timur. Warna adalah salah satu cara untuk mempengaruhi ciri khas suatu ruang atau gedung. Warna yang agak terang seperti merah, oranye, kuning, hijau kekuningan, hijau serta warna yang agak gelap seperti merah, merah bungur, ungu, biru mengandung efek psikologis tertentu.

Pengaruh suhu terhadap bangunan dapat diatur juga dengan memperhatikan letak, bentuk dan lapisan permukaan gedung. Bidang yang kurang panas selalu akan menerima panas dari bidang yang lebih panas seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5

Pencahayaan terhadap Orientasi Ruang Sumber: Frick (2007:42)

Gambar 2.6

Pengaruh Warna terhadap Efek Psikologis

(10)

Hal yang sama juga terjadi antara dua benda (lewat udara) maupun antara dua permukaan dinding (lewat tembok), dimana benda hangat berupa udara yang hangat akibat radiasi matahari dan benda dingin berupa udara didalam rumah. Penukaran panas pada lapisan bidang permukaan luar gedung dapat juga dipengaruhi oleh factor pantulan dan penyerapan sinar panas.

Tabel 2.1Faktor Bahan Permukaan terhadap Penyerapan dan Pemantulan

Karena panas diserap oleh bagian dinding luar, maka akan menghangatkan juga permukaan dinding dalam sesudah beberapa waktu menurut daya panas dan tebalnya

ARSITEKTUR TROPIS 1 Gambar 2.7

Pengaruh Suhu Ruang Berdasarkan Letak dan Bentuk Benda Sumber: Frick (2007:42)

(11)

dinding. Menurut jenis bahan dan tebalnya dinding dapat ditentukan perbedaan waktu sebagai berikut.

Tabel 2.2Situasi Panas dalam Ruang Berdasarkan Lamanya Penyinaran

2. Aliran Udara Melalui Bangunan

Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau dan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.

Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal.Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka.Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.

3. Radiasi Panas

Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 400C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari

langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

1 Sumber : Frick (2007:43)

(12)

Cahaya alami siang hari yang terdiri dari cahaya matahari langsung dan cahaya matahari difus.Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :

1 Komponen langit. 2 Komponen refleksi luar 3 Komponen refleksi dalam

Berdasarkan pada paparan diatas maka dapat disimpulkan strategi desain arsitektur tropis pada bangunan rumah tinggal dapat ditinjau dari kenyamanan thermal, aliran udara dalam bangunan dan radiasi panas. Berikut adalah penjelasannya:

a) Kenyamanan Thermal adalah usaha untuk mengurangi perolehan panas yang masuk ke dalam bangunan dapat dibagi menjadi beberapa strategi yaitu:

1. Penggunaan material yang tahan panas pada elemen-elemen bangunan terutama pada elemen atas yaitu atap karena area tersebut adalah area yang paling banyak dikenai panas sinar matahari secara langsung.

2. Orientasi bangunan

3. Jumlah dan perletakan bukaan 4. Warna permukaan bangunan 5. Ketinggian bangunan

ARSITEKTUR TROPIS 1 Gambar 2.9

Beberapa jenis shading device Sumber: Himaartra.2012 Arsitektur Tropis.

(13)

b) Aliran Udara pada Bangunan terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Aliran udara pada bangunan dapat ditinjau dari beberapa strategi yaitu sebagai berikut:

1. Sistem bukaan dan perletakannya di dalam bangunan 2. Tinggi bangunan

3. Perletakan ruang dalam dan taman 4. Penataan taman

c) Radiasi Panas terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device).

BAB III

OBJEK OBSERVASI

LOKASI OBJEK

(14)

Gambar 3.1 Lokasi Objek Sumber: Google Earth, 2016

Nama pemilik objek : Anak Agung Gde Agung Dharmawisata Nama proyek/fungsi bangunan : Rumah Tinggal Pribadi

Lokasi dan alamat proyek/bangunan : Jalan Jayagiri 15 No 9, Renon, Denpasar Timur Jumlah civitas : 3 orang yang terdiri dari pemilik, istri pemilik,

Dan anak dari pemilik

(15)

Gambar 3.2

Perspektif Rumah (Objek Observasi) Sumber: Observasi, 20 Oktober 2016

1 Gambar 3.3

Lay Out Plan

Gambar 3.4 Tampak Depan

(16)

Objek ini merupakan bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh sepasang suami istri dan 1 orang anak. Bangunan rumah tinggal ini berorientasi ke arah Utara dan merupakan bangunan 1 lantai. Luas bangunan ini adalah 1.68 m2 sedangkan luas lahannya adalah 9.9 m2. Alasan pemilihan bangunan ini sebagai objek observasi kami adalah karena bangunan ini memiliki bentuk teritisan yang lebar, mengoptimalkan bukaan untuk sirkulasi udara dan perletakan objek di dalam site yang tidak menempel pada tembok pembatas untuk memperlancar sirkulasi udara. Bukaan pada bangunan rumah tinggal ini terdapat hampir di setiap ruangan dengan beragam variasi ukuran maupun bentuknya sehingga bangunan tersebut dapat dikatakan memanfaatkan penghawaan alami di dalam ruang. Selain itu di sekitar bangunan juga menggunakan beberapa jenis vegetasi seperti kamboja, cemara, dan lain-lain sebagai ruang terbuka hijau di areal bangunan. Berikut adalah gambar denah dan tampak bangunan rumah tinggal.

Pada gambar layout di atas terdapat beberapa perubahan pada bangunan tersebut yaitu ruangan di samping ruang makan yang terletak di bagian Selatan yaitu ruang pembantu. Ruang tersebut dipindahkan ke samping garasi di bagian Barat bangunan. tujuannya adalah agar tidak ada ruang yang menempel pada tembok pembatas sehingga ruang di dalam

bangunan terkesan lebih luas. Ruang disamping ruang makan dijadikan sebagai teras belakang sebagai tempat bersantai.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai strategi-strategi desain arsitektur tropis yang sudah diterapkan pada objek observasi sebagaimana fungsinya adalah sebagai bangunan rumah tinggal. Berikut adalah pembahasannya.

4. 1 Kenyamanan Thermal

Dalam memenuhi kenyamanan thermal pada bangunan ini maka diterapkan beberapa strategi untuk mengurangi perolehan panas yang masuk ke dalam bangunan.

1. Material bangunan yang bersifat tahan terhadap cuaca

Elemen – elemen yang digunakan dalam bangunan rumah tinggal ini sudah menggunakan material yang bersifat isolator terhadap panas matahari. Material atap pada objek menggunakan material genteng tanah liat yang bersifat isolator terhadap panas dan dingin sehingga berpotensi mengurangi penerimaan panas ke dalam bangunan dan cukup ARSITEKTUR TROPIS 1

(17)

ideal untuk iklim tropis. Jenis atap yang digunakan adalah jenis limasan dengan kemiringan atap lebih dari 30 derajat untuk mengalirkan air hujan ke bawah sebelum merembes ke dalam bangunan. Selain itu, objek juga menggunakan teritisan yang lebar yaitu sejauh 1 meter untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin dan untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan. Kemudian pada elemen dinding menggunakan material dinding bata yang sudah difinishing cat sebagaimana lapisan cat juga memiliki karakteristik penyerapan panas yang sedikit sehingga tahan terhadap panas. Sedangkan, elemen lantai tidak menggunakan lantai kayu melainkan keramik karena lebih tahan terhadap panas maupun lembab sehingga tidak mudah lapuk.

2. Orientasi bangunan

Bangunan rumah tinggal ini memiliki orientasi bangunan menghadap Utara – Selatan, sehingga tidak terlalu banyak cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah yang dapat menimbulkan suhu ruangan menjadi panas. Hal ini tentu tidak akan mengganggu aktifitas di dalam rumah tersebut mengingat orientasi sudah sesuai dengan karakteristik rumah tropis. Ruang – ruang yang merupakan pusat aktifitas seperti ruang tamu dan ruang keluarga pada objek sudah cukup banyak mendapat sinar matahari langsung terutama sinar matahari pagi sehingga penghuni rumah bisa menghemat penggunaan lampu pada saat pagi hingga sore hari. Selain itu, orientasi bangunan yang menghadap Utara tentunya memberikan view yang baik karena pada bagian Utara bangunan terdapat taman yang luas sehingga penghuni dapat merasa sejuk dan asri.

1 Gambar 4.1 Orientasi Massa Bangunan S U

(18)

3. Jumlah dan perletakan bukaan

Sistem bukaan pada sisi Barat dan Timur bangunan dibuat lebih kecil dibanding dengan bukaan pada sisi Utara dan Selatan. Hal tersebut untuk menanggulangi panas matahari yang masuk dari arah Timur dan Barat bangunan. Jumlah sistem bukaan yang mengarah Utara – Selatan lebih banyak yaitu 16 buah jendela dibandingkan dengan jumlah bukaan pada arah Timur – Barat yang hanya 7 buah jendela. Dengan jumlah bukaan yang sedemikian banyak, sepertinya telah disiasati oleh perancangnya dengan menerapkan permainan fasad bangunan yang maju mundur pada sisi Timur, dan pada sisi Barat bukaannya terhalangi oleh atap garasi seperti pada gambar di bawah ini.

4. Warna permukaan bangunan

Warna yang digunakan pada eksterior bangunan rumah ini didominasi oleh warna yang terang yaitu warna putih dan cream pada dinding dan lantai termasuk pada penggunaan ARSITEKTUR TROPIS 1 Gambar 4.3

Perletakan sistem bukaan pada objek

Gambar 4.2 Sinar matahari sore yang

(19)

elemen kayu yang berwarna terang pada pintu maupun jendela, sehingga penyerapan panas matahari kecil dan tentu ini berimplikasi pada udara panas yang dirasakan di dalam rumah yang tidak terlalu mengganggu civitas.

5. Ketinggian Bangunan

Indonesia sebagai daerah beriklim tropis menglami musim panas dan musin hujan yang sama panjang. Namun, karena pemeliharaan fasilitas umum yang kurang memadai dan potensi alam yang belum mampu diolah secara baik, maka ketika musim hujan datang tidak dapat dipungkiri akan terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi banjir tersebut, masyarakat pada umumnya akan membangun rumah yang lebih tinggi dari jalan utama. Seperti pada objek observasi, bangunan tersebut didesain memiliki ketinggian dari tanah yaitu 60 cm. Sehingga, civitas yang tinggal di dalam rumah tersebut tidak perlu khawatir soal banjir. Selain sebagai antisipasi banjir, ketinggian bangunan dari tanah ini juga untuk menghindari kelembapan udara di dalam rumah.

4. 2 Aliran Udara Pada Bangunan

1 Cat eksterior berwarna terang

untuk mengurangi penyerapan panas

Warna kayu natural pada pintu adalah cara lain untuk mengurangi penyerapan panas

Gambar 4.4

Pemilihan warna eksterior objek Sumber : Observasi, 20 Oktober 2016

Gambar 4.5

(20)

Sesuai dengan lingkungan objek ini berada, yaitu di tengah kota Denpasar, sangat sulit kini untuk mendapatkan udara yang bersih dan sehat akibat dari merebaknya polusi udara. Berikut adalah strategi desain terkait dengan aliran udara pada bangunan :

1. Sistem bukaan di Dalam Bangunan

Aliran udara atau ventilasi yang saat ini ada pada objek berjumlah 37 buah dengan bentuk dan dimensi yang bervariasi, antara lain 40 cm x 15 cm (32 buah) dan 40 cm x 40 cm (4 buah). Penempatan bukaan pada keempat sisi bangunan memungkinkan terjadinya cross ventilation pada ruangan. Bentuk massa bangunan yang persegi panjang juga memudahkan penerapan cross ventilation. Keadaan ventilasi pada objek sangat baik dan dibiarkan terbuka. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan thermal. Untuk sistem bukaan pada objek menggunakan sistem jendela jungkit bawah. Sistem bukaan jenis ini cenderung menyebabkan kapasitas udara yang masuk kedalam bangunan lebih sedikit. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah ketika cuaca sedang dalam keadaan panas, kita tetap dapat membuka jendela agar udara/angin dari luar dapat masuk ke dalam ruangan, namun panas matahari masih dapat ditahan oleh kaca.

2. Tinggi plafond

Ketinggian plafond dari lantai yaitu 3.5 m. Dengan ketinggian tersebut bisa memperlancar sirkulasi udara sehingga tidak lembab dan sangat sesuai dengan iklim tropis. Plafond yang tinggi dapat membuat sirkulasi udara dalam ruangan menjadi lebih baik. Udara panas akan bergerak ke atas, maka plafond yang tinggi memungkinkan ruangan tidak terasa lembab. Selain itu, desain plafond yang tinggi akan memungkinkan cahaya matahari dapat masuk lebih mendalam ke dalam ruangan.

ARSITEKTUR TROPIS 2 Gambar 4.6

Sistem bukaan pada objek

A A

(21)

3. Perletakan ruang dalam dan taman

Selain konsep perletakan bukaan, juga terdapat konsep perletakan ruangan, dimana ruangan yang ada di dalam bangunan agar memiliki konsep terbuka. Dalam hal ini yang dimaksud adalah penataan tiap – tiap ruangan agar memiliki hubungan dengan ruang luar. Adanya hubungan tiap ruang dengan ruang luar mempengaruhi perletakan bukaan sehingga aliran udara menjadi lebih maksimal. Masing – masing ruang pada objek rumah tinggal ini sudah menggunakan konsep ruang terbuka. Berikut ilustrasinya.

Setiap ruangan pada objek ditata agar semua ruang memiliki hubungan dengan ruang luar dan memiliki bukaan ke arah taman sehingga udara dapat masuk ke setiap ruangan yang 2 Gambar 4.7

Ketinggian bangunan untuk sirkulasi udara

Gambar 4.8

Orientasi ruang pada bangunan terhadap taman

B

POTONGAN A-A POTONGAN B-B

(22)

ada di dalam objek rumah tinggal. Hasilnya objek rumah tinggal ini sangat mengutamakan penghawaan alami di dalam ruangan.

4. Penataan taman

Selain penataan sirkulasi udara di dalam bangunan berupa ventilasi atau bukaan dalam bangunan juga perlu diperhatikan penataan ruang luar untuk sirkulasi udara dalam hal ini adalah penataan taman. Berdasarkan pada pengamatan, angin pada objek dominan datang dari arah Tenggara dan Barat Laut sehingga peletakan tanaman diletakkan di sebelah Utara bangunan sebagai pereduksi angin terhadap bangunan sedangkan di bagian Selatan sudah diantisipasi dengan dinding pembatas.Tanaman yang digunakan pada objek adalah pohon cemara dan pohon kamboja dengan karakteristik daun yang rindang dan sedikit rapat serta batang yang tinggi untuk mengalirkan angin ke arah bawah. Penataan taman selain di bagian utara juga dilakukan di semua sisi agar penghawaan menjadi lebih optimal di dalam dan luar bangunan.

Selain penataan taman, antara bangunan dengan tembok pembatas juga harus memiliki jarak agar memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dan memudahkan udara masuk ke dalam bangunan. sirkulasi udara pada objek di sisi Utara, Timur dan Barat cukup optimal sedangkan pada bagian Selatan tidak terlalu optimal dikarenakan jarak antara bangunan dengan tembok pembatas cukup dekat yaitu berkisar 1 – 1.5m. Oleh karena itu pemilik mengubah desain denah tersebut dengan menghilangkan ruangan di dekat meja makan agar tidak ada ruangan yang menempel pada tembok pembatas untuk memperlancar sirkulasi udara di sisi Selatan.

ARSITEKTUR TROPIS 2 Gambar 4.9

Area sirkulasi udara di luar bangunan

(23)

4. 3 Radiasi Panas

Pada objek penggunaan sun shading device adalah untuk mengurangi radiasi panas yang masuk ke dalam rumah, oleh sebab itu pada sebagian besar ruang yang memiliki jendela dilengkapi dengan gorden. Warna gorden yang digunakan pun merupakan warna yang natural dan lembut, sehingga penyerapan panasnya relatif kecil.

2 Gambar 4.10

Vegetasi sebagai pereduksi udara

Gambar 4.11 Pemakaian gorden sebagai

(24)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Objek rumah yang dipilih sudah menerapkan strategi desain dari arsitektur tropis yaitu dari segi kenyamanan thermal, aliran udara melalui bangunan, dan radiasi panas. Dari segi kenyaman thermal terlihat dari penggunaan material bangunan yang tahan terhadap cuaca, orientasi bangunan yang menghadap Utara-Selatan, Jumlah bukaan yang banyak, perletakan bukaan yang ada di setiap sisi bangunan serta warna permukaan bangunan yang menggunakan warna-warna cerah. Kemudian dari aspek aliran udara pada bangunan terlihat dari sistem bukaan di dalam bangunan yang menggunakan sistem cross ventilation, tinggi plafond dari lantai yang cukup tinggi sehingga aliran udara menjadi optimal, perletakan orientasi ruang yang menghadap ke ruang luar / taman serta penataan vegetasi sebagai pereduksi angin. Kemudian dari aspek radiasi matahari terlihat dari penggunaan gorden untuk mereduksi radiasi panas matahari ke dalam bangunan. Bangunan rumah tinggal ini tentunya memiliki kekurangan dalam desainnya yaitu sistem bukaan pada bangunan yang menggunakan sistem jungkit bawah yang menyebabkan sedikitnya udara yang dapat masuk ke dalam bangunan.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan terkait desain arsitektur tropis pada objek observasi adalah sebaiknya untuk penggunaan sistem bukaan diganti dengan penggunaan sistem bukaan pivot atas bawah karena sistem jendela tersebut dapat memasukan udara dengan lebih optimal dan tentunya tidak menghalangi pandangan ke luar.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

AB, Architect. 2013. Arsitektur Tropis. (Tersedia di

http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/arsitektur-tropis.html diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.26)

Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco Resorts:Planning and Design For The Tropics. United Kingdom : Architectural Press.

CV. Yufa Karya Mandiri. 2012. Pengertian dan Konsep Arsitektur Tropis. (Tersedia di

http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-dan-konsep-arsitektur-tropis.html diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.30)

Etterie. 2015. Arsitektur Tropis. (Tersedia di http://dokumen.tips/documents/arsitektur-tropis-559ca10d1c7aa.html diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.00)

Frick, Heinz. 2007. Dasar – Dasar Arsitektur Ekologis Volume 1 dari Seri Eko-Arsitektur. Yogyakarta : Kanisius.

Frick, Heinz. 2007. Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS. Yogyakarta : Kanisius. Koenigsberger, Otto H. 1975. Manual of Tropical Housing & Building. California : Orient

Longman Private Limited.

Kreasi, Griya. 2009. 21 Desain Rumah Tropis Modern. Jakarta : Penebar Swadaya.

Larasati, Presty. 2009. Regionalisme Dalam Arsitektur. (Tersedia di

https://prestylarasati.wordpress.com/2009/02/02/regionalisme-dalam-arsitektur/

diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23.18) Lippsmeier, George. 1994. Bangunan Tropis. Jakarta : Erlangga. Nidlom, Ahmad. 2001. Arsitektur Tropis. (Tersedia di

https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/ diakses tanggal 04 November 2016 pukul 23:48)

Gambar

Gambar 2.3 Peresapan Air Hujan Sumber: Frick (2007:41)
Tabel 2.1 Faktor Bahan Permukaan terhadap Penyerapan dan Pemantulan
Tabel 2.2 Situasi Panas dalam Ruang Berdasarkan Lamanya Penyinaran
Gambar 3.1 Lokasi Objek Sumber: Google Earth, 2016
+4

Referensi

Dokumen terkait

e-Commerce sering diartikan sama dengan e-Business. Pendapat ini muncul kebanyakan di kalangan praktisi dimana penggunaan kedua sistem solusi ini berbasis pada media yang sama

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”PENGARUH KOMUNIKASI, KONFLIK, STRESS KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN”

Selanjutnya pada aspek kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang yaitu pada observasi pertama, tanggal 11 Juli 2016 pukul 14.20 WIB peneliti melihat

No Nama Program / Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Indikasi Pendanaan / Sumber Pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1 Peningkatan Sarana

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan.. berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur

Konsentrasi TDI yang dibutuhkan oleh asam lemak bebas hasil oksidasi melalui proteksi metilasi lebih besar dari pada tanpa perlakuan, hal ini sesuai dengan gugus –OH

Indonesia sendiri, sebuah negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa dan menerima panas matahari yang lebih banyak daripada negara lain, mempunyai potensial yang

Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Angkutan Udara yang sengaja memegang slot dan mengembalikannya setelah batas waktu pengembalian slot IATA, akan diberikan prioritas yang