• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dan Tanggung Jawab Personil Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Dan Tanggung Jawab Personil Sekolah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

“PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL SEKOLAH

“PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL SEKOLAH

DALAM PELAYANAN BK ”

DALAM PELAYANAN BK ”

OLEH

OLEH

 Nama

 Nama

:

:

DIANA SA

DIANA SAFITRI

FITRI

 NIM/TM

 NIM/TM

:

:

14035022/2014

14035022/2014

Fakultas

Fakultas

:

:

FMIPA

FMIPA

Prodi

Prodi

:

:

Pendidikan Kimia

Pendidikan

Kimia

Dosen

Dosen Pembimbing

Pembimbing :

:

Dr. Yeni

Dr.

Yeni Karneli,

Karneli, M.Pd,

M.Pd, Kons

Kons

MATA KULIAH DASAR ILMU KEPENDIDIKAN

MATA KULIAH DASAR ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang direncanakan.

 penulis sebagai penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, orang tua, dan teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung dalam menyelesaikan makalah ini baik materi maupun moril.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang hal-hal yang menyangkut

“Peran dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Pelayanan BK” .

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca , khususnya sebagai calon pendidik.Walaupun dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan yang berguna untuk perbaikan yang lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Padang, November 2015

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Bab II Pembahasan

2.1 Personil Sekolah

a. Peran Kepala Sekolah dalam Pelayanan BK

 b. Peran Wakil Kepala Sekolah dalam Pelayanan BK c. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelayanan BK d. Peran Wali Kelas dalam Pelayanan BK

e. Peran Guru BK atau Konselor dalam Pelayanan BK

2.2 Pengawas BK

a. Pengawasan  b. Supervisi

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran atau belajar mengajar ini mencakup beberapa aspek atau unsur utama, yakni guru dan murid (peserta didik). Guru atau pengajar merupakan individu-individu yang memiliki tugas dan peranan penting dalam memberikan dan mentransfer pengetahuan kepada para peserta didiknya,sedangkan murid atau peserta didik adalah individu-individu yang  berusaha mempelajari segenap pengetahuan yang diajarkan, diberikan dan dijelaskan oleh para  pengajar.

Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini terlihat semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya  bimbingan terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-murid semakin kaku. Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori konsep yang begitu rumit, tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.

Dalam perkembangannya,masalah yang dihadapi oleh para siswa ini semakin kompleks sehingga tidak hanya dibutuhkan guru kelas yang mampu memberikan bimbingan kepada para siswa,tetapi juga dibutuhkan adanya konselor seorang yang profesional di bidang bimbingan dan konseling karena dalam kenyataannya masih bayak hal yang harus diketahui oleh guru-guru kelas biasa dalam rangka memberikan bimbingan dan konseling.

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peran kepala sekolah dalam pelayanan bk?

2. Bagaimanakah peran wakil kepala sekolah dalam pelayanan bk? 3. Bagaimanakah peran guru mata pelajaran dalam pelayanan bk?

(5)

4. Bagaimanakah peran wali kelas dalam pelayanan bk?

5. Bagaimanakah guru BK atau konselor dalam pelayanan bk? 6. Bagaimanakah pengawasan bk?

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami peran kepala sekolah dalam pelayanan bk.

2. Untuk mengetahui dan memahami peran wakil kepala sekolah dalam pelayanan bk. 3. Untuk mengetahui dan memahami peran guru mata pelajaran dalam pelayanan bk. 4. Untuk mengetahui dan memahami peran wali kelas dalam pelayanan bk.

5. Untuk mengetahui dan memahami guru BK atau konselor dalam pelayanan bk. 6. Untuk mengetahui dan memahami pengawasan bk.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Personil Sekolah

A. PERANAN KEPALA/WAKIL KEPALA SEKOLAH

Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah  bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya  program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau  peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala

sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan  perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling.

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas Kepala Sekolah ialah: 1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan,

serta bimbingan dan konseling di sekolah

2. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling

3. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di sekolah 4. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah

5. Menetapkan koordinator guru bimbingan dan konseling yang bertanggungjawab atas koordinasi  pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru  bimbingan dan konseling

6. Membuat surat tugas guru bimbingan dan konseling dalam proses bimbingan dan konseling  pada setiap awal catur wulan

7. Menyiapkan surat pernyataan melakukan bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini di lampiri bukti fisik pelaksanaan tugas

(7)

8. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan  bimbingan dan konseling

9. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada dinas pendidikan yang menjadi atasannya

10. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain (seperti Perusahaan/Industri, Dinas Kesehatan, kepolisian, Depag), atau para pakar yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling (seperti psikolog, dan dokter)

Prayitno  (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam  bimbingan dan konseling, sebagai berikut :

1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga  pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang

terpadu, harmonis, dan dinamis.

2. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan  bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.

3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program,  penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.

4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. 5. Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan

 profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.

6. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai :

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik) 2. Kepala sekolah sebagai manajer

3. Kepala sekolah sebagai administrator 4. Kepala sekolah sebagai supervisor

5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) 6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

(8)

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

8. Peran wakil kepala sekolah sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.

Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai  berikut:

1. Memberikan support , dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling 2. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut keperluannya 3. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;

4. Mendelegasikan tanggung jawab kepada konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling

5. Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau dalam bulletin-buletin  bimbingan dan konseling

6. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara  para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan bimbingan dan

konseling

7. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling 8. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan hubungan

antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini  berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam

lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam kelas)

9. Memberikan penjelasan tentang program bimbingan dan konseling bagi seluruh staf sekolah 10. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu belajar

untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok maupun individual

11. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.

(9)

Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992), mengemukakan  peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di

sekolah sebagai berikut:

1. Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling 2. Memilih dan menentukan para konselor

3. Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya 4. Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang

 pekerjaan/jabatan

5. Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling

6. Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu jalannya jadwal  pelajaran sehari-sehari.

Dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah dalam  pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut:

1. Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang cocok untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa untuk mengetahui apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih spesialis.

2.  Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.

3. Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan fasilitas untuk kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.

4.  Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan dan konseling kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu program bimbingan dan konseling.

Wakil Kepala Sekolah

Wakil kepala sekolah sebagi pembantu kepala sekolah, membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah dalam hal:

(10)

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil sekolah

2. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan  bimbungan dan konseling.

3. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.

B. PERANAN GURU MATA PELAJARAN

Dalam kedudukanya sebagai personil pelaksana proes pembelajaran di sekolah, guru memiliki  posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang  perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan langsung  berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan  bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di smping sebagai wali

kelas.

Wina Senjaya  (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling.

Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.

Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:

1. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.

2. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.

(11)

4. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan  pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program pengayaan.

5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.

6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu. 7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti ko nferensi kasus.

8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan  bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya

Peran guru mata pelajaran antara lain adalah sebagai berikut:

1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa

2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan  bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.

3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru  pembimbing/konselor

4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru  pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/

latihan perbaikan, program pengayaan).

5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling

6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu. 7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.

8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan  bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

9. Ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data dan penyampaian informasi

10. Ikut berpartisipasi dalam menolong siswa, terutama terhadap masalah yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diasuhnya dan strategi mengajarnya.

(12)

Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.

1. Guru sebagai informator

Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan sebagai informator terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan  bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.

2. Guru sebagai fasilitator

Guru dapat berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan  pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing,

guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata  pelajaran yang diajarnya. Maka pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat

merancang program perbaikan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan

3. Guru sebagai mediator

Dalam kedudukanya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.

4. Guru sebagai motivator

Dalam peranan ini guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah skaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit terlaksanan mengingat terbatasnya  jam khusus bimbingan pada sekolah

 – 

 sekolah.

(13)

5. Guru sebagai kolabolator

Sebagai mitra seprofesi yakni sama sama sebagai tenaga pendidik di sekolah , guru dapat berperanan sebagai kolabolator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan  berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan

kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainya yang relevan.

C. PERANAN WALI KELAS

Wali kelas sebagai mitra kerja konselor, juga memiliki tugas-tugas bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Membantu guru bimbingan dan konseling melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling.

3. Memberikan informasi tentang peserta didik di kelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan konseling.

4. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang peserta dididk yang perlu diperhatikan khusus.

5. Ikut serta dalam konferensi kasus.

6. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru  pembimbing/konselor.

D. PERANAN GURU BK ATAU KONSELOR

Konselor atau guru pembimbing adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. Konselor dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan  pengetahuannya demi suksesnya program bimbingan dan konseling.

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti, dan ahli, guru pembimbing bertugas: 1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.

(14)

2. Merencanakan program bimbingan dan konseling.

3. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling.

4. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan konseling.

5. Menilai program dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling.

6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung  bimbingan dan konseling.

7. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan nya.

8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan konseling secara menyeluruh kepala coordinator BK serta Kepala Sekolah.

2.2Pengawasan BK

Supervisi dan monitoring merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Hal ini dipahami karena perencanaan dan  pelaksanaan yang baik belum tentu dapat diwujudkan pada setiap sekolah. Secara organisatoris  pengawasan melekat dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan wakilnya, namun secara fungsional  pengawasan di luar dilakukan oleh Pengawas Sekolah.

Melalui kedua macam pengawasan ini diharapkan dapat mendorong dan mengangkat guru-guru pembimbing tersebut selalu meningkatkan wawasan dan kemampuan fungsional  profesi keahliannya, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling.

Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) dan  paling banyak 60 guru BK.

Berikut akan dijelaskan peranan pengawas Bimbingan dan Konseling antara lain:

(15)

a. Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas:

1) Program pengawasan tahunan 2) Program pengawasan semester

3) Rencana kepengawasan akademik (RKA)

 b. Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.

c. Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.

d. Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK) merupakan penjabaran dari  program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.

e. Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen penilaian.

2. Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian

a. Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan  bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung

antara pengawas dengan guru binaanya,

 b. Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembimbingan.

c. Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKBK yang telah disusun.

(16)

3. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan

a. Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah  binaan. Laporan ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan  pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,

 b. Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan program yang telah direncanakan,

c. Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.

4. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK

a. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).  b. Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap

kegiatan sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan. c. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam

melaksanakan suatu proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan  profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual

(17)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan banyak pihak, terutama dari segenap tenaga kependidikan di sekolah. Kepala sekolah merupakan pemegang kendali utama dalam  pelaksanaan program pendidikan di sekolah umumnya termasuk program bimbingan dan konseling. Wakil kepala sekolah pada pokoknya membantu kepala sekolah dalam berbagai  perannya dalam bimbingan dan konseling dan membantu kepala sekolah dalam melaksanakan

tugasnya.

Koordinator BK berperan mengkoordinir para guru pembimbing dalam pelaksanaan  program serta proaktif dalam menyampaikan usulan tentang berbagai hal yang menjadi

kebutuhan pelayanan BK di sekolah. Guru pembimbing selaku pelaksana utama BK di sekolah  berperan secara lebih operasional, mulai dari memasyarakatkan BK, merencanakan program,  pelaksanaan dan penilaian program dan sampai pada kegiatan pertanggung jawaban kegiatan secara keseluruhan. Sedangkan peranan guru mata pelajaran dan wali kelas lebih banyak mengarah pada kemitraan bagi guru pembimbing. Operasional pelayanan BK di sekolah secara khusus harus didukung oleh adanya kerjasama antar personil sekolah agar kegiatan pelayanan BK menjadi lebih efektif dan efisien.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru. 2011. Bimbingan dan Konseling . Semarang: Unnes Press. Muhammad, Arni. 2005. Profesi Kependidikan. Padang: UNP Press.

Prayitno dan Erman amu. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling . Jakarta: Rhineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Respon Varietas dan Konsentrasi IAA Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah.. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap varietas mempunyai

Peran dari kepemimpinan kepala sekolah sangatlah penting dimana seorang kepala sekolah merupakan tokoh sentral dalam upaya untuk mengembangkan karakter peserta didik di

Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Agroindustri Dalam. Pemilihan

Pengorganisasian yang dilakukan kepala sekolah SMA Muhammadiyah 3 Jember dan berhubungan langsung dengan kompetensi guru adalah pengelolaan proses belajar mengajar (PBM). Kepala

In the context of WBL, the determination of a true brand with the efforts done by management to provide the best service quality, security, comfort, and satisfaction in

244 KUHAP berbunyi : Terhadap putusan perkara pidana yang diberikanpada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain Mahkamah Agung, terdakwa atau Penuntut Umum dapat

Pemeliharaan terencana adalah porses pemeliharaan yang diatur dan diorganisasikan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi terhadap peralatan di waktu yang akan datang.

Setelah diperoleh ekstrak kental daun lidah mertua dilakukan hasil analisis mutu ekstrak yang meliputi penentuan kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu