KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Kerangka Strategis Mendikbud 2015-2019
Terbentuknya
insan
serta
ekosistem
Pendidikan dan Kebudayaan
yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong-royong.
§ Menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orangtua dan pemimpin institusi pendidikan dalam
ekosistem pendidikan.
§ Memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan
pengembangan kebudayaan. § Fokus kebijakan diarahkan pada
penguatan perilaku yang mandiri dan berkepribadian.
STRATEGI 1
Penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan
§ Meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup Standar Nasional Pendidikan untuk mengoptimalkan capaian Wajib Belajar 12 tahun. § Meningkatkan ketersediaan serta
keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang terpinggirkan.
§ Fokus kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk menghadapi
persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman, penguatan praktik baik dan inovasi.
STRATEGI 2
Peningkatan mutu dan akses
§ Melibatkan publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan dengan berbasis data, riset dan bukti lapangan.
§ Membantu penguatan kapasitas tata kelola pada birokrasi
pendidikan di daerah.
§ Mengembangkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat nasional.
§ Fokus kebijakan dimulai dari
mewujudkan birokrasi Kemdikbud RI yang menjadi teladan dalam tata kelola yang bersih, efektif dan efisien serta melibatkan publik.
STRATEGI 3 Pengembangan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Terbentuknya insan dan ekosistem
pendidikan dan kebudayaan
yang berkarakter dan
dilandasi semangat
gotong royong.
Penguatan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan
STRATEGI 1
§
Menguatkan siswa, guru, kepala sekolah,
orangtua dan pemimpin institusi pendidikan
dalam ekosistem pendidikan.
§
Memberdayakan pelaku budaya dalam
pelestarian dan pengembangan kebudayaan.
§
Fokus kebijakan diarahkan pada penguatan
perilaku yang mandiri dan berkepribadian.
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Peningkatan Mutu dan Akses
STRATEGI 2
§
Meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup
Standar Nasional Pendidikan untuk
mengoptimalkan capaian Wajib Belajar 12 tahun.
§
Meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan
layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat
yang terpinggirkan.
§
Fokus kebijakan didasarkan pada percepatan
peningkatan mutu dan akses untuk menghadapi
persaingan global dengan pemahaman akan
keberagaman, penguatan praktik baik dan
inovasi.
fo to : e xp a t. o r. id -ANZ A fo to : p u sa ka .o r. idPengembangan Efektivitas Birokrasi
Melalui Tata Kelola dan Pelibatan Publik
STRATEGI 3
§
Melibatkan publik dalam seluruh aspek
pengelolaan kebijakan dengan berbasis
data, riset dan bukti lapangan.
§
Membantu penguatan kapasitas tata kelola
pada birokrasi pendidikan di daerah
§
Mengembangkan koordinasi dan kerjasama
lintas sektor di tingkat nasional,
§
Fokus kebijakan dimulai dari mewujudkan
birokrasi Kemdikbud RI yang menjadi
teladan dalam tata kelola yang bersih,
efektif dan efisien serta melibatkan publik.
fo to : Sa ve S tr e e t C h ild S u ra b a ya
Pemanfaatan dan Hasil Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013
Permasalahan
§ Ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus, pedoman mata pelajaran, dan buku.
§ Kompleksitas pembelajaran dan penilaian pada Sikap Spiritual dan Sikap Sosial.
§ Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan sebaran taksonomi antar jenjang.
Hasil Perbaikan
§ Penyelarasan antara KI-KD dengan silabus, pedoman mata pelajaran, dan buku.
§ Penataan kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada mata pelajaran selain Pendidikan
Agama-Budi Pekerti dan Mata Pelajaran PPKn, termasuk perbaikan sistem penilaian.
§ Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan taksonomi berdasarkan jenjang
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Contoh Masalah KI-KD dalam Kurikulum 2013 Pra Revisi
Kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
2. 1 Memiliki kepedulian dan rasa ingin tahu terhadap keberadaan wujud dan sifat benda melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah.
2.2 Memiliki rasa percaya diri terhadap keberadaan tubuh melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah.
2.3 Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah.
2.4 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab merawat tubuh agar sehat dan bugar melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah.
2.5 Memiliki perilaku santun dan jujur dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah.
Penilaian Kompetensi
Tidak dibatasi oleh pemenggalan taksonomi berdasarkan jenjang pendidikan.
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta SD SMP SMA/SMK
Kerangka Penyusunan KD Lama Kerangka Penyusunan KD Revisi
SD, SMP, dan SMA/SMK
Jenis Pengetahuan Jenis Pengetahuan
Pr os es Be rp ik ir
Catatan Penting Perubahan Ujian Nasional
1.
Hasil UN tidak digunakan untuk
penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan.
2. Kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan ditentukan oleh
masing-masing satuan pendidikan.
3. Kriteria kelulusan peserta didik dari
Ujian Pendidikan Kesetaraan untuk
semua mata pelajaran ditetapkan oleh
Dinas Pendidikan Provinsi.
4. Tidak ada nilai minimal UN yang harus
dicapai untuk mendaftar ke SNMPTN.
5. Indeks integritas sekolah dalam
melaksanakan UN akan diberikan
kepada Sekolah dan Pemda, serta
khusus untuk SMA Sederajat
disampaikan ke PTN.
6. Sekolah yang memperoleh indeks
integritas tertinggi akan memperoleh
apresiasi dari Pemerintah.
7. Kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan kesetaraan ditetapkan
Dinas Pendidikan Kab/Kota melalui
rapat pleno dengan melibatkan
perwakilan dari satuan pendidikan
nonformal.
8. Setiap peserta didik wajib mengikuti
UN MINIMAL satu kali.
9. Peserta didik dapat [tidak wajib]
mengulang UN.
10. Setiap peserta UN menerima Sertifikat
Hasil Ujian Nasional [SHUN].
11. Kelulusan siswa ditetapkan setelah
satuan pendidikan menerima hasil UN
siswa yang bersangkutan.
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Matriks Pemetaan Nilai UN dan Indeks Integritas UN
1
4
3
2
IIUN tinggi Angka UN tinggi IIUN rendah Angka UN tinggi IIUN rendah Angka UN rendah IIUN tinggi Angka UN rendah Rerata UNIndeks Integritas Ujian Nasional
80
55
IIUN (Indeks Integritas UjianNasional) tingkat sekolah: tingkat persentase jawaban siswa yang tidak menunjukkan pola kecurangan.
Kecurangan yang diukur adalah gabungan persentase contekmencontek antar siswa (kecurangan antar individu) dan persentase keseragaman pola jawaban soal Ujian Nasional (kecurangan sistemik/terorganisir) dalam suatu sekolah.
IIUN tingkat kabupaten/kota: menunjukkan rata-rata IIUN tingkat sekolah di kabupaten/kota tersebut.
IIUN dilaporkan dalam rentang indeks 0 sampai dengan 100; Indeks 0 menunjukkan integritas pelaksanaan UN yang paling rendah, dan 100
Hasil SMA/MA – IPA
Nilai UN Rendah Integritas Tinggi Integritas Rendah 23%32% 14%25% 17%26% 22%26% 10%7% 5 %10% 50%35% 58%39% Integritas Tinggi Integritas Rendah 15%21% 9 %19% 23%37% 25%34% 16%11% 12%13% 46%31% 54%35% Nilai UN Tinggi Integritas Tinggi Integritas Rendah 25%28% --11%15% --16%23% --41%41% --SM Negeri SM Swasta MA Negeri MA SwastaLegenda:
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Ilustrasi Perbandingan dalam Satu Propinsi
Kota Malang Kab Malang Kota Batu Nilai UN Rendah Integritas Tinggi Integritas Rendah Nilai UN Tinggi Integritas Tinggi Integritas Rendah Rerata sekolah Rerata Kabupaten/Kota
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Penumbuhan Budi Pekerti
Pelaksanaan serangkaian kegiatan non kurikuler di sekolah yang bertujuan untuk menciptakan
iklim sekolah menyenangkan bagi seluruh warga sekolah dan menumbuhkan budi pekerti anak bangsa.
Intra
Kurikuler
01
Non
Kurikuler
03
Ekstra
Kurikuler
02
Kegiatan & pembiasaan baik,
pembentukan budaya sekolah.
Seringkali terlewat direncanakan secara
awas dan sengaja.
Diajarkan Dibiasakan Dilatih konsisten Menjadi kebiasaan Menjadi karakter Menjadi budaya Diajarkan tentang cara hidup bersih dan bahaya hidup kotor.
Dibiasakan membersihkan yang kotor dan membuang sampah pada tempatnya. Diarahkan bila tidak dikerjakan, ditegur jika dilanggar. Menjadi kebiasaan [tanpa disadari] membersihkan dan membuang sampah pada tempatnya. Suka akan kebersihan dan merasa tidak nyaman melihat sampah tidak pada tempatnya. Masyarakat yang berbudaya hidup bersih.
Alur Pembudayaan
Contoh: hidup bersih
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Referensi:
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
84
%
siswa pernah
mengalami kekerasan
di sekolah
45
%
siswa laki-laki
menyebutkan bahwa
guru atau petugas
sekolah merupakan
pelaku kekerasan
40
%
siswa usia 13-15 th
melaporkan pernah
mengalami kekerasan
fisik oleh teman sebaya
75
%
siswa mengakui pernah
melakukan kekerasan
di sekolah
22
%
siswa perempuan
menyebutkan bahwa
guru atau petugas
sekolah merupakan
pelaku kekerasan
50
%
anak melaporkan
mengalami
perundungan (bullying)
di sekolah
F
A
K
T
A
ICRW, 2015 ICRW, 2015 ICRW, 2015 ICRW, 2015 UNICEF, 2014 UNICEF, 2015Nawacita dan Arahan Presiden:
Negara harus hadir memberi perlindungan
pada anak, serta melakukan intervensi
terhadap kekerasan.
Selama ini belum ada intervensi khusus dari negara
terhadap kejadian tindak kekerasan di lingkungan sekolah.
§
Belum ada regulasi secara khusus dan tegas yang
mewajibkan negara hadir dalam mengatasi tindak
kekerasan di lingkungan sekolah.
§
Belum ada kanal pelaporan dan perlindungan khusus
bagi anak yang mengalami tindak kekerasan di
lingkungan sekolah.
§
Belum ada usaha koordinasi antar pelaku dalam
ekosistem pendidikan untuk saling mendukung dalam
pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di
lingkungan sekolah.
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Regulasi yang dibuat dengan tegas mencantumkan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan atau pelaku pembiaran/
pengabaian tindak kekerasan.
Pemberian Sanksi
Mengharuskan sekolah, guru, dan pemerintah daerah untuk secara sigap dan tertata
melakukan segala langkah penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang telah dan sedang terjadi.
Penanggulangan
Mengharuskan sekolah, guru, dan pemerintah daerah untuk menyusun langkah-langkah pencegahan tindak kekerasan, termasuk penyusunan
prosedur anti kekerasan dan pembuatan kanal pelaporan, berdasarkan pedoman yang diberikan oleh Kemdikbud..
Pencegahan
Komponen Pendekatan Penanganan Kekerasan
Selama ini penanganan dilakukan secara kasuistik, tidak terstuktur dan langsung masuk ke ranah hukum,
tidak dipandang sebagai masalah pendidikan.
Mengingat telah gentingnya masalah kekerasan di lingkungan pendidikan, maka urutan pendekatan
dimulai dari penanggulangan terlebih dahulu, lalu pemberian sanksi, baru pencegahan.
PENANGGULANGAN
[baik di sekolah maupun dalam kegiatan luar yang dilakukan oleh sekolah]
• Melaporkan kepada orang tua/wali
siswa setiap terjadi kekerasan, serta melapor kepada dinas pendidikan dan aparat penegak hukum dalam hal yang mengakibatkan luka fisik
berat/cacat/kematian;
• Melakukan identifikasi fakta kejadian
dan menindaklanjuti kasus secara proporsional sesuai tingkat kekerasan;
• Menjamin hak siswa tetap
mendapatkan pendidikan.
• Memfasilitasi siswa mendapatkan
perlindungan hukum atau pemulihan.
SEKOLAH
• Wajib membentuk tim adhoc
penanggulangan yang independen untuk melakukan tindakan awal
penanggulangan, juga berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. Tim ini melibatkan tokoh masyarakat,
pemerhati pendidikan, dan/atau psikolog;
• Wajib memantau dan membantu upaya
penanggulangan tindak kekerasan oleh sekolah;
• Menjamin terlaksananya pemberian
hak siswa untuk mendapatkan perlindungan hukum, hak
pendidikan, dan pemulihan yang dilakukan sekolah.
PEMERINTAH DAERAH
• Membentuk tim penanggulangan
independen terhadap kasus yang menimbulkan luka berat/cacat fisik/kematian atau yang menarik perhatian masyarakat
• Mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan penanggulangan oleh sekolah dan pemerintah daerah;
• Memastikan sekolah menindaklanjuti
hasil pengawasan dan evaluasi.
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SANKSI
[jika guru/kepala sekolah terbukti menjadi pelaku, atau lalai, atau melakukan pembiaran
sehingga terjadi tindak kekerasan]
• Sanksi kepada Siswa: teguran
lisan/tertulis (yang menjadi aspek penilaian sikap di rapor dan
menentukan kelulusan atau kenaikan kelas), dan tindakan lain yang bersifat edukatif (seperti konseling
psikolog/guru BK).
• Sanksi kepada Guru dan Tenaga
Kependidikannya: teguran
lisan/tertulis (jika ringan), pengurangan hak, pembebasan tugas,
pemberhentian sementara/tetap dari jabatan atau pemutusan hubungan kerja (jika kejadian berulang/luka berat/cacat fisik/kematian)
SEKOLAH
• Sanksi dari Pemda kepada Guru dan
Tenaga Kependidikan (Sekolah Negeri): teguran lisan/tertulis (jika ringan), penundaan atau
pengurangan hak, pembebasan tugas, pemberhentian
sementara/tetap dari jabatan (jika kejadian berulang/luka berat/cacat fisik/kematian).
• Sanksi dari Pemda kepada Sekolah:
pemberhentian bantuan,
penggabungan (untuk sekolah negeri), penutupan sekolah.
PEMERINTAH DAERAH
• Merekomendasikan penurunan level
akreditasi sekolah;
• Pemberhentian bantuan
(pengurangan tunjangan profesi guru, tunjangan kinerja, dll) à kepada kepala sekolah, guru;
• Merekomendasikan pemberhentian
guru, kepala sekolah, kepada Pemda atau yayasan;
• Merekomendasikan kepada Pemda
untuk melakukan langkah-langkah tegas terhadap permasalahan berulang
(misal: penutupan sekolah, relokasi, penggabungan, dll)
KEMENDIKBUD
PENCEGAHAN
[baik di sekolah maupun dalam kegiatan luar yang dilakukan oleh sekolah]
• Wajib memasang PAPAN INFORMASI
tindak kekerasan di serambi sekolah yang mudah dilihat dan memuat informasi untuk pelaporan serta permintaan bantuan.
• Guru/kepsek wajib segera
melaporkan kepada orangtua/wali jika ada dugaan/gejala kekerasan;
• Menyusun, mengumumkan dan
menerapkan Prosedur Operasi Standar (POS) à berisi langkah-langkah wajib warga sekolah untuk mencegah tindak kekerasan;
• Membentuk tim pencegahan
kekerasan: dari unsur guru, siswa dan orangtua;
• Bekerjasama dengan lembaga
psikologi, pakar pendidikan dan organisasi keagamaan untuk kegiatan yang bersifat edukatif.
SEKOLAH
• Membentuk Gugus Pencegahan
Tindak Kekerasan (permanen) yang terdiri dari: guru, tenaga kependidikan, perwakilan komite sekolah, organisasi profesi psikolog, perangkat daerah pemda setempat, tokoh
masyarakat/agama;
• Mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan tugas gugus pencegahan.
• Bekerjasama dengan aparat keamanan
dalam melakukan sosialisasi pencegahan kekerasan;
• Melakukan pemantauan setiap enam
bulan terhadap upaya sekolah dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan, serta mengumumkan secara terbuka hasil pemantauan.
PEMERINTAH DAERAH
• Membuat kanal informasi dan
pengaduan melalui
sekolahaman.kemdikbud.go.id yang berisi informasi terkait tindak
kekerasan yang terjadi di sekolah-sekolah, juga layanan pengaduan.
• Menetapkan panduan untuk gugus
tugas pencegahan, panduan penyusunan POS untuk sekolah.
• Memastikan sekolah dan pemerintah
daerah telah melakukan upaya pencegahan.
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
HAL LAIN YANG DIATUR
•
KEMDIKBUD MEMBUKA KANAL INFORMASI DAN PENGADUAN:
website
http://sekolahaman.kemdikbud.go.id
, email ke
laporkekerasan@kemdikbud.go.id
,
telp/sms/fax. Di dalam situs tersebut, Kemdikbud juga menyediakan dashboard untuk informasi
kepada masyarakat tentang data tindak kekerasan terhadap siswa.
•
PERLINDUNGAN TERHADAP PELAPOR:
Sekolah tidak dapat menuntut secara hukum atau memberikan sanksi kepada pelapor tindak
kekerasan, kecuali laporan tersebut tidak benar berdasarkan hasil penilaian oleh gugus
pencegahan/tim penanggulangan.
•
PENGALOKASIAN ANGGARAN OLEH PEMDA:
untuk pelaksanaan gugus pencegahan dan tim penanggulangan.
•
KEANGGOTAAN TIM PENANGGULANGAN:
terdiri dari unsur tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan, dan/atau psikolog yang dapat
Kawal sekolah aman!
SMAN 8 Tangerang Selatan
Kontak pelaporan dan permintaan bantuan:
• Telp SMAN 8 Tangerang Selatan: 021-7445375
• Telepon Dinas Pendidikan Kota Tangsel: 021-75875168 • Telepon Polsek Kec. Ciputat: 021-7492187
• Telepon Polres Kota Tangsel: 021-__________
• Laman pengaduan http://sekolahaman.kemdikbud.go.id • SMS Kemdikbud : 0811-976-929
• Telepon Kemdikbud: 021-5790-3020 atau 021-570-3303 • Email Kemdikbud: laporkekerasan@kemdikbud.go.id
Jangan diamkan aksi kekerasan seperti penganiayaan, pelecehan, perpeloncoan, perundungan, pemerasan, dan tindak kekerasan lainnya, terjadi dan mencemari sekolah kita.
Contoh papan informasi sekolah aman
diletakkan di serambi sekolah
80 cm
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Panduan bagi Orangtua dan Guru untuk
PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Contoh Neraca Pendidikan Daerah – Provinsi
44,51 45,1246,79 46,82 46,97 47,58 47,75 47,80 48,26 48,35 48,5748,77 48,83 48,90 48,95 49,06 49,83 50,4150,53 51,5551,93 52,2052,38 53,1554,68 54,7255,06 55,13 56,1356,73 58,4459,10 62,58 Maluku Aceh Sultra Sulbar NTT Papua Barat Sulteng Papua Sulut Kalteng Sumsel Jambi Gorontalo NTB Sumut Sulsel Lampung Kalbar Bengkulu Riau Kaltara Banten Kaltim Kalsel Sumbar Kepri Jabar Babel Bali Jatim DKI Jateng DIY 10,62 7,63 7,15 6,94 5,78 5,50 5,114,43 4,43 4,42 3,28 3,18 2,952,36 2,312,20 2,09 2,03 2,02 1,93 1,87 1,86 1,78 1,72 1,61 1,50 1,50 1,28 1,09 0,970,70 0,50 0,45 56,75 61,28 68,06 76,81 78,39 Papua Papua Barat Bengkulu DIY DKI T Pembiayaan Pendidikan
Alokasi untuk Pendidikan dalam APBD (Persentase)
Alokasi APBD untuk Pendidikan Per Siswa/Tahun Perbandingan Sumber : PDSPK 2015 Sumber : Ditjen GTK 2015 Guru Jumlah Siswa Sumber : PDSPK 2015 Sumber : BPKLN 2015 Satuan Pendidikan Sumber : BAN – S/M 2015 Sumber : PDSPK 2015 Anggaran Pendidikan
Rerata Uji Kompetensi Guru 2015
Guru Berijasah D4/S1 Dan Guru Bersertifikasi
NERACA PENDIDIKAN DAERAH PROVINSI BENGKULU
2015
Rerata Indeks Integritas Ujian Nasional 2015 Rerata Ujian Nasional 2015 Total APBD
/siswa/tahun
Kondisi Sarana dan Prasarana
dari Total APBD
Persentase Penduduk Tuna Aksara Tahun 2014
Neraca Pendidikan Daerah (NPD) ini disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan gambaran mutakhir tentang kondisi pendidikan pada suatu daerah. Diharapkan agar NPD ini dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan, baik di pusat maupun di daerah, sebagai acuan dalam menentukan prioritas pembangunan pendidikan. Selain itu, NPD dapat dimanfaatkan masyarakat luas untuk berkontribusi penuh dalam memberikan solusi atas berbagai persoalan pendidikan demi mewujudkan pendidikan yang bermutu, terjangkau, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Selamat berkarya untuk masa depan yang lebih baik.
Salam hangat, Anies Baswedan
Sumber : Ditjen PAUD Dikmas 2015
Sumber : PDSPK 2015
Sumber : Ditjen GTK 2015
Diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270, Telepon 021-5711144
Januari 2016 Nasional 3,7% Sumber : Puspendik 2015 APBD APBN guru sekolah Terakreditasi A = orang Sekolah M Rata-Rata Lama Sekolah Harapan Lama Sekolah
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2014
Nasional 68.90
Urutan ke dari 34Provinsi
Sumber : BPS 2015 Tahun
Tahun
M
Persentase Angka Partisipasi Murni 2015
Orang
Rerata Uji Kompetensi Guru Per Jenjang 2015 Nasional 53,02 UKG siswa anak usia 7-18 tahun Terakreditasi A = Terakreditasi A = Terakreditasi A = Guru : Siswa Kelas : Siswa Akreditasi 57,1 55,0 59,2 63,0 56,3 TK SD SMP SMA SMK 61,8 65,3 57,8 62,2 50,0 57,0 44,4 51,8
SMP SMA IPA SMA IPS SMK Nasional Bengkulu 63,28 73,69 Nasional Bengkulu 96,0% 79,4% 62,5% 4,0% 20,6% 37,5% SD SMP SM
Persentase Anak Bersekolah Berdasarkan APM
1.752 230 643 160
545 156 447 69
6.297 647 2.119 458
966 246 596 92
839 67 244 75 85 27 15 4
Ruang Kelas Ruang Pendukung
Ruang Kelas Ruang Pendukung
Ruang Kelas Ruang Pendukung
Ruang Kelas Ruang Pendukung SD SMP SMA SMK Rusak Berat Rusak Ringan Baik A 5,8% B 34,8% C 39,1% Belum 20,3% SD A 13,9% B 30,7% C 30,2% Belum 25,2% SMP A 5,8% B 30,2% C 22,1% Belum 41,9% SMK A 37,5% B 35,9% C 17,2% Belum 9,4% SMA 161 267 27.720 27.720 426.674 426.674 1.989 1.989 7,15% Rp378.422 26.391 2,20 % 50,53 20 12,01 7,05 410.140 5,8% 13,9% 37,5% 5,8% 1.358 417 128 86 50% 39% 35% 25% 28% 47% 60% 68% 23% 14% 5% 7% SD SMP SMA SMK
Sertifikasi Kualifikasi Belum Kualifikasi
1.369.889 621.011 447.030 SD SMP SMA SMK 1 : 14 1 : 11 1 : 11 1 : 9 1 : 31 1 : 40 1 : 30 1 : 24 2,26 0,84% 1,31% 1,56% 1,57% 1,69% 1,82% 1,85% 2,56% 2,58% 3,20% 3,26% 3,45% 3,50% 3,69% 4,01% 4,35% 5,41% 6,71% 6,73% 6,79% 7,00% 7,15% 7,70% 8,12% 8,33% Papua Papua Barat NTT NTB Jabar Jatim Jateng Kaltara Sumut Sulut Sumsel Kaltim Sultra Banten Bali Sulteng Malut Lampung Gorontalo DIY Maluku Bengkulu Jambi Kepri Kalsel 36.700 41.500 44.800 49.500 59.300 64.500 121.900 123.700 135.600 164.800 165.400 182.600 188.800 315.300 358.600 361.900377.100 378.400 393.400 405.200 432.300 445.100 500.700 551.800 782.800 NTT NTB Jabar Jateng Jatim Sumut Sumsel Sultra Banten Sulut Papua Sulteng Lampung Malut Maluku Jambi Gorontalo Bengkulu Papua Barat DIY Kaltim Kaltara Bali Kalsel Kepri 47,18 51,53 52,76 52,88 53,08 53,4 54,94 55,27 55,86 56,12 Kab. Kaur Kab. Seluma Kab. Bengkulu Tengah Kab. Rejang Lebong Kab. Muko-Muko Kab. Bengkulu Selatan Kab. Kepahiang Kab. Lebong Kab. Bengkulu Utara Kota Bengkulu
M
Pembiayaan Pendidikan
Alokasi untuk Pendidikan dalam APBD (Persentase)
Alokasi APBD untuk Pendidikan Per Siswa/Tahun
Perbandingan Sumber : PDSPK 2015 (dalam verifikasi) Sumber : Ditjen GTK 2015
Guru
Jumlah Siswa
Sumber : PDSPK 2015 (dalam verifikasi)
Sumber : BPKLN 2015
Satuan Pendidikan
Sumber : BAN – S/M 2015 Anggaran Pendidikan
Rerata Uji Kompetensi Guru 2015
Guru Berijasah D4/S1 Dan Guru Bersertifikasi
NERACA PENDIDIKAN DAERAH 2015
Rerata Indeks Integritas Ujian Nasional 2015 Rerata Ujian Nasional 2015 Total APBD
/siswa/tahun
Kondisi Sarana dan Prasarana
dari Total APBD
Persentase Penduduk Tuna Aksara Tahun 2014
Neraca Pendidikan Daerah (NPD) ini disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan gambaran mutakhir tentang kondisi pendidikan pada suatu daerah. Diharapkan agar NPD ini dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan, baik di pusat maupun di daerah, sebagai acuan dalam menentukan prioritas pembangunan pendidikan. Selain itu, NPD dapat dimanfaatkan masyarakat luas untuk berkontribusi penuh dalam memberikan solusi atas berbagai persoalan pendidikan demi mewujudkan pendidikan yang bermutu, terjangkau, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Selamat berkarya untuk masa depan yang lebih baik.
Salam hangat, Anies Baswedan
Sumber : Ditjen PAUD Dikmas 2015
Sumber : PDSPK 2015 (dalam verifikasi)
Sumber : Ditjen GTK 2015
Diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270, Telepon 021-5711144
Januari 2016 Nasional 3,7% Sumber : Puspendik 2015 APBD APBN guru sekolah Terakreditasi A = orang Sekolah M Rata-Rata Lama Sekolah Harapan Lama Sekolah
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2014
Nasional 68,90
Urutan ke dari 10Kab/Kota
Sumber : BPS 2015 Tahun
Tahun
M
Persentase Angka Partisipasi Murni 2015
Orang
Rerata Uji Kompetensi Guru Per Jenjang 2015 UKG siswa anak usia 7-18 tahun Terakreditasi A = Terakreditasi A = Terakreditasi A = Guru : Siswa Kelas : Siswa Akreditasi Sumber : PDSPK 2015 (dalam verifikasi) Provinsi Nasional 53,02
KAB. BENGKULU UTARA
973 44,3 287 4.330 62.274 57.399 50,53 318 0,10% 1,36% 2,70% 3,80% 4,01% 4,07% 4,55%
Kab. Rejang Lebong Kab. Bengkulu Selatan Kab. Seluma Kota Bengkulu Kab. Bengkulu Tengah Kab. Muko-muko Kab. Bengkulu Utara
4,6% 16.000 299.000 503.700 510.100 698.600 711.000 1.049.900
Kab. Rejang Lebong Kab. Bengkulu Selatan Kota Bengkulu Kab. Seluma Kab. Muko-muko Kab. Bengkulu Utara Kab. Bengkulu Tengah
Rp711.000 3,52 3,08 2,45 2,31 2,22 2,01 1,94 1,48 1,02 0,33 Kab. Bengkulu Utara Kab. Bengkulu Tengah
Kab. Kepahiang Kab. Seluma Kab. Muko-muko
Kab. Rejang Lebong
Kab. LebongKab. Bengkulu Selatan
Kab. Kaur Kota Bengkulu
3.877 3,5 % 4.330 42% 33% 29% 30% 39% 56% 67% 63% 20% 11% 4% 7% SD SMP SMA SMK
Sertifikasi Kualifikasi Belum Kualifikasi
55,9 50,8 51,7 56,1 51,5 TK SD SMP SMA SMK 62.274 95,5% 89,1% 59,5% 4,5% 10,9% 40,5% SD SMP SM
Persentase Anak Bersekolah Berdasarkan APM
36.838 14.333 11.103
61,8 65,3
57,8 62,2
50,0 57,0 44,4 51,8
50,4 55,1 51,2 54,8
SMP SMA IPA SMA IPS SMK Nasional Bengkulu Kab. Bengkulu Utara
63,28 73,69
70,46
Nasional Bengkulu Kab. Bengkulu Utara 318 233 31 98 16 72 17 64 7 1056 86 283 70 107 25 74 16 141 13 62 15 17 6 10 0 Ruang Kelas Ruang Pendukung Ruang Kelas Ruang Pendukung Ruang Kelas Ruang Pendukung Ruang Kelas Ruang Pendukung SD SMP SMA SMK Rusak Berat Rusak Ringan Baik 62,94 63,75 67,27 68,28 76,49 Kab. Seluma Kab. Kaur Kab. Bengkulu Utara Kab. Bengkulu Selatan Kota Bengkulu 3 12,78 7,8 47,31 47,5 49,69 49,75 50,38 50,54 50,6 51,21 51,28 53,39 Kab. Seluma Kab. Kaur Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Tengah Kab. Muko-Muko Kab. Lebong Kab. Rejang Lebong Kab. Bengkulu Utara Kab. Kepahiang Kota Bengkulu 51,21 SD SMP SMA SMK 1 : 13 1 : 10 1 : 11 1 : 9 1 : 31 1 : 42 1 : 32 1 : 30 4,0% 14,7% 53,3% 9,1% A 4,0% B 38,8% C 42,0% Belum 15,2% SD A 14,7% B 33,8% C 29,4% Belum 22,1% SMP A 53,3% B 33,3% C 13,3% SMA A 9,1% B 9,1% C 27,3% Belum 54,5% SMK 224 68 15 11