• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional

penelitian. Pembahasan mengenai bagaimana penelitian ini dilaksanakan, subyek

yang diteliti, perlakuan, dan aspek-aspek lain yang terkandung dalam penelitian ini.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan elemen penting yang harus diperhatikan,

menurut Christensen (dalam Seniati dkk, 2011) desain peneltian adalah suatu

rencana yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Untuk itu sebelum

penelitian ini berlangsung, ada beberapa perencanaan yang telah disusun. Adapun

desain penelitian dapat dilihat seperti di bawah ini:

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah adalah siswa SMPK 7 BPK Penabur Jakarta

Barat yang mengikuti ekstrakurikuler futsal. Siswa tersebut terdiri dari anak-anak

kelas 8 maupun 9. Rentang usia para siswa adalah 14-15 tahun. Berdasarkan daftar

absen dari sekolah terkait jumlah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal ada 41

orang, jumlah tersebut didapat dari kombinasi anak kelas 8 dan 9 yang mengikuti

ekstrakurikuler futsal.

(2)

3.1.2 Sample Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Cozby

(2005) simple random sampling adalah teknik sampling yang memberikan

kesempatan yang sama pada tiap subyek yang berada dalam populasi tersebut.

Sample penelitian adalah para siswa SMPK 7 BPK Penabur yang mengikuti

ekstrakurikuler futsal dengan usia 14-15 tahun. Para siswa tersebut terbagi dalam

dua rentang kelas, yaitu kelas 8 dan 9 SMP. Jumlah subyek penelitian ini berjumlah

41 anak yang berjenis kelamin laki-laki. Berikut merupakan daftar sebaran siswa

kelas 8 dan 9 SMP yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

Tabel 3.I Gambaran Subyek Penelitian

Kelas

Usia

Jumlah

8

14

17

9

15

24

3.1.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental

within-subject. Eksperimental within-subject hanya menggunakan sekelompok subjek dan

setiap subjek diberikan beberapa perlakuan Variabel Bebas yang berbeda (Seniati

dkk, 2011). Selain itu Bordens dan Abbott (2005) mengatakan bahwa penelitian

within subject merupakan penelitian yang membandingkan hasil dari perlakuan satu

dengan perlakuan yang lainnya. Peneliiti memutuskan menggunakan design

penelitian within-subject dikarenakan terbatasnya jumlah subyek dan keterbatasan

waktu.

(3)

Peneliti

menggunakan

one-group

pretest-posttest

design,

Menurut

Christensen (dalam Seniati dkk, 2011) design ini melakukan pengukuran terhadap

Variabel Terikat yang telah dimiliki subjek. Setelah diberikan manipulasi, dilakukan

pengukuran kembali terhadap VT dengan alat ukur yang sama.

Gambar 3.1 Proses design one-group pretest-posttest

Menurut Seniati dkk (2011) efektivitas atau pengaruh dari VB terhadap VT

dilihat dari perbedaan antara pretest (O1) dengan posttest (O2). Peneliti memilih

jenis penelitian ini agar ada skor yang dapat dibandingkan antara sebelum

treatment/perlakuan (pretest) dan sesudah treatment (posttest).

Penelitian ini membandingkan perbedaan perilaku kedisiplinan yang

ditunjukkan subyek dari hasil observasi tanpa pemberian stimulus (pretest) dengan

hasil observasi yang diperoleh melalui pemberian stimulus berupa lembar goal

setting (posttest).

3.1.4 Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah SMPK 7 BPK Penabur Jakarta Barat dan

dilangsungkan selama jam ekstrakurikuler futsal. Kegiatan ekstrakurikuler futsal

tersebut akan dilaksanakan di lapangan futsal yang terdapat di sekolah. Hal ini

(4)

mempermudahkan pengaturan jumlah subyek, tidak merepotkan subyek karena

tidak perlu menyediakan waktu luang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Subyek penelitian merupakan gabungan dari kelas 8 dan 9 SMPK 7 BPK Penabur

yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan rentang usia 14-15 tahun. Jumlah

subyek baik pada tahap pretest maupun posttest adalah 41 anak.

Peneliti menyertakan skema mengenai prosedur tahap demi tahap yang

dilakukan pada saat tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut adalah skema

persiapan sebelum dilaksanakannya penelitian dan pengambilan data baik pada

tahap pretest maupun pada tahap posttets.

Gambar 3.2

Skema Persiapan Sebelum Pelaksanaan Penelitian Pretest dan Posttest

Tahap 1 menjelaskan mengenai perlengkapan yang dibutuhkan untuk

menunjang proses penelitian. Peneliti menyiapkan lembar observasi yang digunakan

oleh para observer dan membagikan ballpoint sebagai alat tulis untuk mencatat

perilaku-perilaku yang muncul selama proses pengambilan data. Persiapan

berikutnya adalah mengecek peralatan yang akan digunakan selama proses

(5)

ekstrakurikuler futsal berlangsung, pada tahap ini peneliti melakukan kontrol pada

peralatan yang digunakan masing-masing subyek ketika melakukan kegiatan

ekstrakurikuler futsal. Penjelasan lebih rinci dijelaskan pada sub bab 3.1.4.1 (setting

penelitian pada tahap pretest) dan sub bab 3.1.4.2 (setting penelitian pada tahap

posttest).

Pada tahap 2 peneliti melakukan pengecekan terhadap lapangan dan

peralatan yang akan digunakan selama penelitian, pengecekan yang dilakukan

antara lain adalah kontrol kelayakan lapangan saat ingin melakukan kegiatan

ekstrakurikuler futsal. Peneliti harus memastikan lapangan yang dipakai dalam

kondisi kering sehingga kegiatan pun dapat berjalan dengan baik. Berikutnya peneliti

mengecek ketersediaan 2 buah gawang yang diatur sesuai posisi serta bola futsal

yang berjumlah lima buah, peluit yang akan digunakan untuk memberi instruksi di

lapangan, stopwatch yang berguna untuk mengukur lama waktu sesi-sesi latihan.

Pada tahap 3 peneliti melakukan briefing yang dilakukan pada kedua tahap

pengambilan data (pretest dan posttest). Briefing yang dilakukan pada seluruh

observer yang berjumlah 7 orang dengan tujuan untuk menyamakan persepsi

tentang perilaku kedisiplinan yang akan dicatat selama proses pengambilan data

berlangsung. Peneliti menjelaskan kepada para observer mengenai poin-poin yang

terdapat pada lembar observasi agar terjadi kesamaan persepsi mengenai

perbedaan perilaku yang didasarkan pada kategori-kategori tersebut.

Setelah tahap persiapan selesai dilaksanakan, maka tahap berikutnya

adalah tahap proses pelaksanaan penelitian. Demi memudahkan pembacaan

prosedur, peneliti membuat skema yang menjelaskan mengenai proses atau

tahapan yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Peneliti membedakan

skema penjelasan antara tahap pretest dengan tahap posttest. Berikut adalah

(6)

skema yang menjelaskan prosedur pada proses pelaksanaan penelitian tahap

pretest.

Gambar 3.3 Skema Proses Pelaksanaan Penelitian Tahap Pretest

Penjelasan mengenai proses ini dibagi menjadi empat bagian. Tahap

persiapan (A1) telah dijelaskan sebelumnya, maka penjelasan pada proses

pelaksanaan penelitian pretest langsung kepada tahap A2.

Tahap A2 dilakukan sebagai kontrol dalam penelitian ini. Peneliti

mempersiapkan dan membawa peralatan yang akan dipakai dalam kegiatan

ekstrakurikuler futsal, Tujuan pengontrolan ini agar tiap siswa menggunakan

peralatan ekstrakurikuler yang sama.

Tahap A3 adalah tahap dimana kegiatan ekstrakurikuler futsal berlangsung

serta tahap pengambilan data yang dilakukan oleh observer. Pada tahap pretest dan

posttest akan diisi dengan sesi latihan yang sama yaitu lari keliling lapangan

sebanyak empat kali, pemanasan, latihan fisik, latihan passing, latihan shooting,

latihan dribbling, dan terakhir adalah games. Selain itu selama kegiatan latihan

(7)

berlangsung, observer memantau serta mencatat perilaku kedisiplinan para siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler pada tahap pretest dan posttest dilaksanakan selama 120

menit, agar terjadi kontrol durasi.

Skema berikutnya adalah penjelasan mengenai pelaksanaan prosedur pada

proses pelaksanaan penelitian tahap posttest.

Gambar 3.4 Skema Proses Pelaksanaan Penelitian Tahap Posttest

Berbeda halnya dengan penjelasan pada tahap pretest, penjelasan

mengenai proses ini dibagi menjadi lima bagian. Tahap persiapan (B1) sudah

dijelaskan pada bagian sebelumnya maka penjelasan pada proses pelaksanaan

penelitian posttest langsung kepada tahap B2.

Tahap B2 dilakukan sebagai kontrol dalam penelitian ini. Sama halnya

dengan tahap A2, peneliti mempersiakan dan membawa peralatan yang akan

dipakai dalam kegiatan ekstrakurikuler futsal ke lapangan, Tujuan pengontrolan ini

agar tiap siswa menggunakan peralatan ekstrakurikuler yang sama. Namun kegiatan

(8)

ekstrakurikuler pada tahap posttest terjadi penambahan peralatan yaitu cone yang

akan digunakan dalam latihan rotasi dan set-piece.

Tahap B3 adalah tahap pengajaran metode SMART goal setting kepada

para siswa. Pada kegiatan ini peneliti yang sekaligus merangkap sebagai pelatih

akan memberikan lembar goal setting serta mengajarkan cara membuat goal

setting. Setelah itu Para siswa akan diminta untuk membuat goal setting mereka

masing-masing secara mandiri. Tahap ini menjadi stimulus bagi para siswa sebelum

mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal. Menurut Gould (dalam Cox, 2012)

ada tiga fase yang harus diperhatikan dalam membuat goal setting. Pertama adalah

planning phase, meeting phase, evaluation phase. Pada Planning phase, Peneliti

yang sekaligus menjadi pelatih mencatat seluruh kekurangan yang ada baik secara

keseluruhan tim maupun invidu. Kekurangan yang dicatat bisa dilihat dari aspek fisik

maupun skill. Hal ini berguna agar pelatih dan pemain dapat mengetahui secara

pasti kekurangan yang ingin diperbaiki. Berikutnya adalah meeting phase, pada

tahap ini pelatih mempersiapkan catatan mengenai kekurangan setiap pemain

maupun tim secara keseluruhan. Kemudian pelatih menyiapkan waktu untuk

bertemu dengan setiap pemain secara tatap muka. Pada pertemuan tersebut pelatih

akan menjelaskan kekurangan apa saja yang dimiliki oleh pemain. Kemudian pelatih

mengajarkan bagaimana cara membuat SMART goal setting. Setelah itu pemain

menentukan goal yang ingin dicapainya dan kemudian ia tulis pada lembar SMART

goal setting yang telah disediakan oleh pelatih.

Tahap B4 adalah tahap dimana kegiatan ekstrakurikuler futsal berlangsung

serta tahap pengambilan data yang dilakukan oleh observer.. Pada tahap pretest

dan posttest akan diisi dengan sesi latihan yang sama yaitu lari keliling lapangan

sebanyak empat kali, pemanasan, latihan rotasi, latihan passing, latihan shooting,

(9)

latihan set-piece, dan terakhir adalah games. Kegiatan ekstrakurikuler pada tahap

pretest dan posttest dilaksanakan selama 120 menit, agar terjadi kontrol durasi.

Terdapat perbedaan mengenai peralatan dan sesi latihan pada tahap pretest

dan posttest. Pada tahap pretest sesi latihan yang dilakukan antara lain adalah lari

keliling lapangan sebanyak empat kali, pemanasan, latihan fisik, latihan passing,

latihan shooting, latihan dribbling, dan terakhir adalah games. Sedangkan pada

tahap posttest sesi latihan fisik dan driblling digantikan dengan latihan rotasi dan

set-piece. Hal ini sengaja dilakukan sebagai bentuk kontrol peneliti.

Hal yang menjadi kontrol peneliti adalah dengan melakukan pembedaan

sesi latihan pada tahap pretest dan posttest, peneliti mengeliminasi proses belajar

atau retroactive history pada subyek yang biasa menjadi kelemahan desain

penelitian pretest-posttest (Seniati, 2011).

3.1.4.1 Setting Penelitian pada Tahap Pretest

Pada tahap pretest, peneliti yang juga berperan sebagai pelatih memimpin

kegiatan ekstrakurikuler futsal tanpa didahului dengan pengajaran mengenai

SMART goal setting kepada para siswa.

Tahap pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan ekstrakurikuler

dilangsungkan. Pelatih mempersiapkan peralatan yang akan dipakai yaitu bola,

peluit dan stopwatch. Sebelum sesi latihan dimulai, para siswa diminta untuk

berbaris dan kemudian berdoa yang dipimpin oleh pelatih. Setelah berdoa selesai,

sesi latihan segera dimulai. Pertama para siswa diminta untuk berlari keliling

lapangan sebanyak empat kali. Kedua para siswa melakukan pemanasan agar

otot-otot menjadi rileks. Setelah itu masuk ke sesi latihan yang ketiga yaitu latihan fisik,

latihan ini bertujuan untuk meningkatkan stamina dan juga kecepatan para siswa.

(10)

Setelah latihan fisik selesai, para siswa diijinkan untuk istirahat kurang lebih sekitar

lima menit. Para siswa menggunakan waktu istirahat untuk minum dan juga duduk

sambil mengistirahatkan tubuh mereka. Sesi keempat adalah latihan passing, Siswa

diminta untuk mengoper bola ke sesama siswa lainnya. Setelah itu siswa akan

masuk sesi kelima yaitu latihan shooting, siswa diminta untuk menendang bola ke

arah gawang yang dijaga oleh seorang kiper dengan tujuan untuk mencetak gol.

Keenam adalah latihan dribbling, siswa dilatih untuk bisa menggiring bola dan

melewati lawan. Sesi terakhir adalah games, Seluruh siswa akan dikelompokan ke

dalam tim, setiap tim berjumlah 5 orang. Setelah tim terbentuk, nantinya tiap tim

akan melakukan simulasi pertandingan futsal. Selama sesi latihan berlangsung, para

observer memantau dan mencatat perilaku kedisiplinan setiap siswa.

Berikut adalah tabel yang berisi rincian kegiatan selama ekstrakurikuler tahap

pretest berlangsung.

Tabel 3.2 Aktivitas ekstrakurikuler tahap pretest

No

Sesi Latihan/aktiftas

1

Keliling lapangan sebanyak empat kali

2

Melakukakan pemanasan

3

Latihan fisik

4

Latihan passing

5

Latihan shooting

6

Latihan dribbling

7

Games

(11)

3.1.4.2 Setting Penelitian pada Tahap Posttest

Berikutnya adalah tahap posttest yang diadakan selang satu minggu dengan

pretest. Perbedaan tahap posttest dan pretest ada pada peralatan dan juga konten

atau isi latihan yang diberikan. Selain itu pada tahap posttest ini para siswa akan

diajarkan cara membuat goal setting sesuai dengan metode SMART goal setting.

Tiap siswa akan diberikan lembar goal setting, lembar tersebut akan diisi oleh siswa

secara mandiri. Setelah pelatih memberi pehaman dan mengajarkan cara membuat

goal secara individu, siswa akan menentukan goal atau tujuan mereka

masing-masing dan mengisi lembar goal setting. Setelah proses pengajaran dan pembuatan

goal telah selesai, siswa akan langsung mengikuti ekstrakurikuler seperti biasa.

Peralatan ekstrakurikuler yang digunakan pada tahap posttest adalah bola, peluit,

stopwatch dan juga cone. Alasan peneliti menggunakan alat tambahan yaitu cone

karena ada dua sesi latihan yang membutuhkan alat tersebut. Secara garis besar

sesi latihan yang diberikan tidak jauh berbeda dengan tahap pretest. Hanya saja

pada tahap posttest peneliti mengeliminasi latihan fisik menjadi latihan rotasi dan

latihan dribbling menjadi latihan set-piece. Peneliti melakukan pembedaan sesi

latihan pada tahap pretest dan posttest untuk menghilangkan retroactive history

pada subyek yang biasa menjadi kelemahan desain penelitian pretest-posttest

(Seniati, 2011).

Berikut adalah table yang berisi rincian kegiatan selama ekstrakurikuler tahap

posttest berlangsung.

(12)

No

Sesi Latihan/aktiftas

1

Keliling lapangan sebanyak empat kali

2

Melakukakan pemanasan

3

Latihan rotasi

4

Latihan passing

5

Latihan shooting

6

Latihan set-piece

7

Games

Sama seperti pada tahap pretest, selama sesi latihan berlangsung, para

observer memantau dan mencatat perilaku kedisiplinan setiap siswa.

3.1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian pengajaran para siswa dengan menggunakan metode goal

setting dilaksanakan di lapangan futsal sekolah SMPK 7 BPK Penabur yang

beralamat di Surya Gadenia/Sunrise Garden Jakarta Barat.

3.1.5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian pada Tahap Pretest

Penelitian tahap pretest dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2012

pukul 15.00-17.00

(13)

Penelitian tahap posttest dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012

pukul 15-00-17.00.

Pertimbangan peneliti melaksanakannya pada jam tersebut adalah agar lebih

mudah mengumpulkan subyek. Waktu tersebut adalah jadwal ekstrakurikuler futsal

sehingga jumlah kehadiran tiap minggu relatif sama dan tidak memerlukan waktu

khusus yang harus disediakan baik dari pihak subyek maupun peneliti.

3.1.6 Instrumen Penelitian

Adapun beberapa peralatan utama yang digunakan selama proses penelitian

berlangsung yang terbagi menjadi dua bagian, yakni pretest dan posttest. Lembar

observasi yang diberlakukan selama pretest dan posttest berisikan 16 item yang

masing-masing mempunyai skor 10. Jadi total skor maksimal yang mungkin

diperoleh tiap subyek adalah 160. Hanya saja terdapat sedikit perbedaan kalimat

yang tentunya disesuaikan dengan aktivitas pengambilan data.

Lembar observasi ini terdapat tiga kategori yang merupakan penjabaran dari

definisi kedisiplinan yang diutarakan oleh Hasibuan (1997). Hasibuan (1997)

menyatakan bahwa kedisiplinan dapat diartikan bilamana seseorang selalu datang

dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,

mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Penyusunan lembar observasi, baik pada tahap pretest dan posttest, disusun

menggunakan coding system. Cozby (2005) menyatakan bahwa coding system

adalah panduan yang harus disusun sesederhana mungkin guna memberikan

kemudahan bagi observer dalam mengkategorikan perilaku yang diobservasi.

Pengkategorian yang terdapat dalam lembar observasi selain mengacu pada

definisi kedisiplinan oleh Hasibuan (1997), juga berdasarkan pengalaman peneliti

(14)

yang sekaligus menjadi pelatih para siswa yang sudah berjalan selama kurun waktu

dua tahun.

Pada lembar observasi terdapat tiga kategori. Kategori pertama berisikan

dua buah item, kedua berisikan sembilan item, dan yang ketiga berisikan lima item

Maka total item yang terdapat pada lembar observasi tersebut berjumlah enam

belas item.

3.1.6.1 Instrumen Penelitian Tahap Pretest

Pada bagian pretest proses penelitian menggunakan lembar observasi

khusus prestest (lihat lampiran 1) dan satu set peralatan ekstrakurikuler yang terdiri

dari bola, peluit, dan stopwatch. Observer juga diperlengkapai dengan ballpoint

untuk mengisi lembar observasi. Berikut adalah cuplikan tabel dari lembar observasi

pada tahap prestest.

Tabel 3.4 Lembar Observasi Tahap Pretest

Indikator

Penjelasan

No

Item

ada

tidak

Skor

Datang dan

pulang tepat

pada

waktunya

Peserta

ekstrakurikuler

futsal datang

dan pulang

sesuai dengan

waktu yang

sudah

ditentukan oleh

pihak sekolah

1

Sudah berada

di lapangan

pukul 15.00

2

Meninggalkan

lapangan

setelah pukul

17.00

Mengerjakan

semua

Mengikuti

serta

3

Berbaris

sesuai

(15)

pekerjaan

dengan baik

melakukan

instruksi,

arahan dan

perintah yang

diberikan oleh

pelatih

instruksi

4

Tidak

bercanda atau

berbicara saat

berdoa

5

Lari keliling

lapangan

sesuai

instruksi

6

Melakukan

pemanasan

dengan tertib

7

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan fisik

8

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

passing

9

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

shooting

10

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

dribbling

11

Menunggu

giliran

bermain

dengan tetap

duduk di

pinggir

lapangan

Mematuhi

semua

peraturan

dan norma

yang berlaku

Mematuhi

semua

peraturan yang

berlaku saat

ekskulrikuler

futsal

12

Mengenakan

baju

bola/olahraga

13

Mengenakan

celana

bola/olahraga

14

Memakai

sepatu futsal

15

Jika ingin

meninggalkan

(16)

lapangan

harus

meminta izin

pelatih

16

Tidak

mengobrol

saat pelatih

sedang

berbicara



Validitas Alat Ukur Pretest

Menurut Nasution (2011), alat ukur dalam penelitian harus memenuhi dua

syarat utama yakni, alat ukur haruslah valid (tepat) dan reliabel (dapat percaya). Alat

ukur yang valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang harus diukur.

Sedangkan alat ukur yang reliabel adalah alat ukur yang secara konsisten dapat

memberikan hasil ukuran yang sama sehingga dapat dipercaya.

Menurut Bordens dan Abbott (2008), validitas pengukuran adalah sejauh

mana alat ukur tersebut dapat mengukur variabel yang akan diukur. Terdapat

beberapa metode untuk menilai validitas suatu alat ukur, yaitu face validity, content

validity, dan construct validity.

1. Face validity menggambarkan seberapa baik penampilan suatu

alat ukur dapat mengukur atribut yang akan diukur. Alat ukur

yaitu berupa lembar observasi secara penampilan dapat

mengukur tingkat kedisiplinan karena observer yang bertugas

mengambil data tidak mengalami kesulitan saat menggunakan

alat ukur.

2. Content validity didasarkan pada seberapa memadainya isi alat

ukur (pertanyaan atau item) yang dapat mewakili keseluruhan

(17)

perilaku yang ingin diukur. Alat ukur yang digunakan pada

penelitian ini sudah mendapat expert judgement dari dosen

pembimbing.

Mengacu pada Arikunto (2006), interpretasi nilai validitas

tergambar dalam table berikut ini:

Tabel 3.5 Klasifikasi nilai validitas instrument

Koefisien

Korelasi

Kualifikasi

0,91 – 1,00

Sangat Tinggi

0,71 – 0,90

Tinggi

0,41 – 0,70

Cukup

0,21 – 0, 40

Rendah

Negatif – 0,20

Sangat rendah

Dalam hal ini subjek penelitian berjumlah 41 orang,

oleh karena itu diperoleh r

tabel

= 0,308. Dari hasil uji validitas yang

dilakukan, terdapat 9 item dinyatakan valid dan sebanyak 7 item

dinyatakan tidak valid. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada

lampiran 6.

(18)

Tabel 3.6 Hasil Uji content validity

No. Item

Jumlah

item

Keterangan

1,2,4,5,6,7,11,12,16

9

Valid

3,8,9,10,13,14,15

7

Tidak Valid

Total item

16

3. Item validity menggambarkan ketepatan mengukur yang dimiliki

oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari

tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang

seharusnya diukur lewat butir item tersebut.

Dalam uji item validity ini, terdapat 7 item yang terbuang dan

sudah diperiksa oleh expert judgment.

Tabel 3.7 Hasil item validity

no

Item

3

Berbaris sesuai instruksi

8

Melakukan instruksi yang diberikan saat latihan

passing

9

Melakukan instruksi yang diberikan saat latihan

shooting

(19)

10

Melakukan instruksi yang diberikan saat latihan

dribbling

13

Mengenakan celana bola/olahraga

14

Memakai sepatu futsal

15

Jika

ingin

meninggalkan

lapangan

harus

meminta izin pelatih



Reliabilitas Alat Ukur Pretest

Menurut Bordens dan Abbott (2008), reliabilitas pengukuran adalah

kemampuan alat ukur untuk menghasilkan skor yang sama pada saat dilakukan

pengukuran ulang dengan tes yang sama ataupun setara pada waktu yang berbeda.

Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan berdasarkan perhitungan melalui

IBM SPSS statistics v19. Dalam program SPSS, perhitungan reliabilitas dinyatakan

dalam rumus Alpha Cronbach. Berikut merupakan hasil perhitungan reliabilitas item:

Tabel 3.8 Hasil reliabilitas alat ukur pretest

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.630

.586

16

Reliabilitas ini didapat dengan menggabungkan data dari siswa-yang

mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan menggugurkan satu buah item. Hasil

reliabilitas alat ukur memenuhi standart yakni 0,630 (lihat lampiran 7). Dalam

penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha

Cronbach dan dengan menggunakan program IBM SPSS statistics v19.

(20)

3.1.6.2 Instrumen Penelitian Tahap Posttest

Pada bagian posttest peneliti menggunakan lembar khusus posttest, lembar

SMART goal setting, bola, peluit, stopwatch, dan cone. Observer juga diperlengkapi

dengan ballpoint untuk melakukan pengisian pada lembar observasi. Terdapat

perbedaan item pada lembar observasi pretest dengan posttest. Pada lembar

observasi pretest isi item adalah melakukan instruksi yang diberikan saat latihan

fisik, untuk nomor 7 dan melakukan instruksi yang diberikan saat latihan dribbling,

untuk nomor 10. Sedangkan pada lembar observasi tahap posttest item nomor 7

adalah melakukan instruksi yang diberikan saat latihan rotasi dan item nomor 10

adalah melakukan instruksi yang diberikan saat latihan set-piece. Berikut adalah

cuplikan tabel dari lembar observasi pada tahap posttest.(lihat lampiran 2)

Tabel 3.9 Lembar Observasi Tahap Posttest

Indikator

Penjelasan

No

Item

ada

tidak

Skor

Datang dan

pulang tepat

pada

waktunya

Peserta

ekstrakurikuler

futsal datang

dan pulang

sesuai dengan

waktu yang

sudah

ditentukan oleh

pihak sekolah

1

Sudah berada

di lapangan

pukul 15.00

2

Meninggalkan

lapangan

setelah pukul

17.00

Mengerjakan

semua

pekerjaan

dengan baik

Mengikuti

serta

melakukan

instruksi,

arahan dan

perintah yang

diberikan oleh

pelatih

3

Berbaris

sesuai

instruksi

4

Tidak

bercanda atau

berbicara saat

berdoa

5

Lari keliling

lapangan

sesuai

(21)

instruksi

6

Melakukan

pemanasan

dengan tertib

7

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan rotasi

8

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

passing

9

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

shooting

10

Melakukan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

set-piece

11

Menunggu

giliran

bermain

dengan tetap

duduk di

pinggir

lapangan

Mematuhi

semua

peraturan

dan norma

yang berlaku

Mematuhi

semua

peraturan yang

berlaku saat

ekskulrikuler

futsal

12

Mengenakan

baju

bola/olahraga

13

Mengenakan

celana

bola/olahraga

14

Memakai

sepatu futsal

15

Jika ingin

meninggalkan

lapangan

harus

meminta izin

pelatih

16

Tidak

mengobrol

saat pelatih

sedang

(22)

berbicara

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Topik penelitian yang diambil oleh peneliti didalamnya terkandung hubungan

sebab akibat antar variabel yang diteliti. Hubungan antara independent variable atau

variabel bebas (VB) yang memberikan pengaruh maupun akibat tertentu pada

dependent variable atau variabel terikat (VT). VB atau variabel bebas merupakan

variabel yang dimanipulasikan dalam suatu penelitian karena diduga memiliki

pengaruh terhadap variabel lain sedangkan VT atau variabel terikat adalah respon

dari subyek yang diukur sebagai hasil pengaruh daripada IV (Seniati dkk, 2011).

Penelitian ini melihat pengaruh pemberian lembar goal setting terhadap

tingkat kedisiplinan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal. Hal ini

menempatkan pemberian goal setting sebagai VB dan tingkat kedisiplinan siswa

sebagai VT. Latham dan Locke (dalam Cox, 2012) mengemukakan bahwa goal

setting (VB) adalah sebuah teori motivasi yang secara efektif memberi energi

kepada atlet untuk menjadi lebih produktif dan efektif. Menurut Hasibuan (1997)

kedisiplinan (VT) adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Pemberian lembar

goal setting merupakan manipulasi yang akan diuji apakah membawa pengaruh

terhadap munculnya perilaku kedisiplinan pada para siswa.

(23)

Ho: Pemberian lembar goal setting tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat kedisiplinan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

Ha: Pemberian lembar goal setting berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat kedisiplinan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh lewat

metode observasi. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sytematic observation karena penelitian ini mengobservasi perilaku spesifik dalam

situasi tertentu (Cozby, 2005). Hal tersebut diperkuat dengan metode observasi

situational testing yang dikemukakan oleh Aiken (2006) karena dalam penelitian ini

kondisi telah diatur untuk mendorong subyek memperlihatkan perilaku kedisiplinan.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur

dengan menggunakan sistem checklist. Sistem checklist adalah lembaran berisikan

kata-kata, frase dan kalimat yang mendeskripsikan seseorang (Aiken, 2006), obyek

tertentu maupun kejadian tertentu dan digunakan untuk mencatat perilaku-perilaku

spesifik yang dimunculkan responden (Shaugnessy dkk, 2000). Selain itu sistem

checklist mempunyai keuntungan menurut Aiken (2006), keuntungan menggunakan

sistem checklist adalah penggunaannya yang relatif sederhana dan tidak

memerlukan biaya yang besar.

Lembar observasi checklist peneliti terdiri dari tiga kategori. Lembar

observasi ini terdapat tiga kategori yang merupakan penjabaran dari definisi

kedisiplinan yang diutarakan oleh Hasibuan (1997). Hasibuan (1997) menyatakan

bahwa kedisiplinan dapat diartikan bilamana seseorang selalu datang dan pulang

(24)

tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi

semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Lembar observasi, baik pada tahap pretest dan posttest, disusun

menggunakan coding system. Cozby (2005) menyatakan bahwa coding system

adalah panduan yang harus disusun sesederhana mungkin guna memberikan

kemudahan bagi observer dalam mengkategorikan perilaku yang diobservasi.

Kategori pertama berisikan dua buah item, kedua berisikan sembilan item, dan yang

ketiga berisikan lima item Maka total item yang terdapat pada lembar observasi

tersebut berjumlah enam belas item.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik observasi

yang yang dilakukan dengan memanfaatkan jam ekstrakurikuler futsal. Peneliti juga

berencana menggunakan bantuan tenaga observer sekitar 5-7 orang, dengan tujuan

mempermudah proses observasi dan meminimalisir bias yang mungkin terjadi.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini mengacu pada pengolahan data

within-subject design yang dikemukakan oleh Bordens (2005). Dalam penelitian within

subject, peneliti membandingkan mean yang diperoleh dari hasil perlakuan pertama

(pretest) dengan perlakuan berikutnya (posttest). Peneliti melihat perbedaan yang

dihasilkan antar perlakuan pada tahap pretest dengan perlakuan pada tahap

posttest (Bordens, 2005).

(25)

Menurut Seniati (2011) untuk melihat pengaruh antara IV dan DV dapat

menggunakan analisis statistik dengan paired sample t-test. Paired sample t-test

digunakan untuk melihat apakah terdapat rata-rata yang nyata (signifikan) atau tidak

pada sample yang menggunakan subyek yang sama namun mengalami dua

perlakuan dan pengukuran yang berbeda.

Menurut Nurgiyantoro, dkk (2006) dan Seniati (2011) penelitian psikologi

biasa menggunakan level of significance (los) lebih kecil atau sama dengan 0,05 jadi

sebuah hasil dikatakan signifikan apabila lebih kecil dari los sebesar 0,05. Jika hal

itu terjadi maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Untuk menguji signifikansi pada penelitian ini, peneliti menggunakan

perhitungan statistik paired sample t-test dengan memanfaatkan software IBM SPSS

statistics v19.

Gambar

Tabel  3.I Gambaran Subyek Penelitian
Gambar 3.4 Skema Proses Pelaksanaan Penelitian Tahap Posttest
Tabel 3.2 Aktivitas ekstrakurikuler tahap pretest
Tabel 3.4 Lembar Observasi Tahap Pretest
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain dari perintah Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

identifikasi spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak dalam fase n-butanol dari ekstrak etanol daun dewa dengan penambahan pereaksi geser, isolat NB- III diduga senyawa

[r]

 Mohon kehadiran anggota Komisi Germasa dan Pengurus Inti ke-6 Pelkat dalam pertemuan dengan Ketua II PHMJ yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 19 Juli

Pendugaan protein tubuh dapat dilakukan melalui konsentrasi kreatinin, karena pada individu yang sama terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi bobot badan dan kandungan

Menurut Scott A.Bernard (2005, p73), Teknologi adalah jenis sumber daya yang memungkinkan informasi dan sumberdaya lainya mengalor untuk mendukung penciptaan dan

Keberadaan ternak sapi sangat menunjang kegiatan budidaya jambu mete karena memberikan beberapa keuntungan seperti tambahan pendapatan (dari proses produksi), sumber tenaga

Tahun Anggaran : 2013 NO.. Garuda Baturaja) - By Pass II (Jl. Garuda Baturaja) Satuan Kerja : Pengembangan LLAJ Sumatera Selatan. Tahun Anggaran