• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. PERUMUSAN STRATEGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. PERUMUSAN STRATEGI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

VI. PERUMUSAN STRATEGI

Formulasi alternatif strategi pengernbangan komoditas unggulan di Larnpung Barat dilakukan rnelalui tiga tahap yaitu tahap identifikasi faktor internal dan eksternal, tahap pencocokan dan pernaduan yang layak dengan rnencocokkan faktor internal dan eksternal serta tahap keputusan. Metode yang dipilih dalarn kajian ini yang ditujukan untuk rnenformulasikan strategi tersebut adalah rnatrik faktor internal dan eksternal (IFE-EFE Matrix1 Internal Factors Evaluation- External Factor Evaluation Matrix), analisis rnatrik kekuatan- kelernahan- ancarnan-peluang (SWOT) dan analisis Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)

6.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

6.1.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal ditujukan untuk rnengindentifikasi faktor-faktor yang dapat rnenjadi kekuatan dan kelemahan dalarn pengernbangan kecarnatan sebagai pusat perturnbuhan ekonorni di Larnpung Barat. Faktor-faktor strategis internal tersebut adalah:

a. Kekuatan

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalarn pelaksanaan pengernbangan kornoditas unggulan kecarnatan di Kabupaten Larnpung Barat antara lain:

1) Kebijakan Pernbangunan Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat

Kebijakan Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan rnerupakan kekuatan bagi pengernbangan kornoditas unggulan kecarnatan karena ha1 tersebut berhubungan dengan alokasi angggaran pengernbangan kornoditas. Selain itu kebijakan ini dapat berupa peraturan ataupun kornitrnen. Kebijakan Pemkab Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan Larnpung Barat telah banyak diluncurkan seperti pernberian bantuan bibit unggul, pembangunan sarana prasarana pertanian sepertai irigasi, permodalan serta rnernfasilitasi kerjasarna dengan pihak swasta ataupun lernbaga-lembaga penelitian rnaupun perguruan tinggi dalam rangka peningkatan kualitas dan produksi kornoditas unggulan.

(2)

2) Ketersediaan lahan yang cukup luas

Lahan pertanian di Lampung Barat masih cukup luas untuk diusahakan. Hal ini merupakan kekuatan wilayah dalam pengembangan komoditas unggulan. Lahan pertanian ini terdapat di seluruh kecamatan di Lampung Barat.

3) Ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian

Struktur ekonomi Lampung Barat yang didominasi oleh sektor pertanian (61%) memberi gambaran bahwa sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini. Data BPS Lampung Barat menyebutkan jumlah ~ m a h tangga pertanian, sebagian besar rumah tangga petani yang ada di Kabupaten Lampung Barat 39.72% rumah tangga petani menggeluti sektor perkebunan diikuti 37.18% adalah rumah tangga petani padi palawija dan hortikultura, 13.27% rumah tangga peternakan, tanaman hutan 8.19%, perikanan 1.64%. Jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Lampung Barat hasil adalah 82.595 rumah tangga (BPS Lampung Barat. 2007)

4) Adanya tenaga penyuluh lapangan

Peran tenaga penyuluh lapangan dalam meningkatkan produksi sangat penting. Keberadaan para penyuluh ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang budidaya produk unggulan. Di Lampung Barat setiap kecamatan rata-rata terdapat 3 orang penyuluh.

5) Dukungan budaya lokal terhadap kharakteristik produk

Dukuilgan budaya lokal ini dimaksudkan adalah bahwa produk-produk unggulan Lampung Barat telah diusahakan masyarakat secara turun temurun. Damar misalnya sudah diusahakan masyarakat sejak ratusan tahun silam. Kopi dan Iada merupakan produk khas masyarakat Lampung terrnasuk masyarakat Lampung Barat. Hampir seluruh masyarakat Lampung Barat mempunyai kebun kopi. Hal ini dukung fakta bahwa kopi merupakan penyumbang terbesar dalam nilai tambah bruto (NTB) terhadap PDRD (Tabel 9).

6 ) Kelemahan

Berdasarkan analisis lingkungan internal diperoleh faktor-faktor kelemahan yang harus diatasi yaitu:

1) Penangananpascapanen

Penanganan pasca panen yang dilakukan masyarakat terhadap produk unggulan Lampung Barat masih sangat tradisional. Bahkan banyak masyarakat menjemur kopi di jalan raya. Akibatnya adalah rendahnya mutu produk.

(3)

2) Kurang pemahaman terhadap teknik budidaya

Teknik budidaya pertanian banyak kurang bahkan tidak dipahami oleh masyarakat petani. Salah satu contoh adalah penggunaan bibii yang kurang berkualitas. Biasanya masyarakat mengambil bibit dari kebun sendiri dengan cara mengambil bibit dari pohon yang dianggap baik. Penggunaan bibit seperti ini mengakibatkan produksi tidak maksimal. Contohnya adalah Kopi Robusta mempunyai sifat menyerbuk silang (Self Sterile, Heterozygous), sehingga apabila diperbanyak dengan benih tidak dapat mempertahankan sifat genetiknya, oleh karenanya perbanyakannya dilakukan secara vegetatii. Pengetahuan seperti ini banyak tidak diketahui oleh para petani.

3) Kelembagaan petani kurang berfungsi

Salah satu faktor kelemahan yang dianggap penting dalam pengembangan produk unggulan adalah kelembagaan. Kelembagaan ini selain berfungsi sebagai wadah pemersatu petani juga merupakan wadah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggotanya. Dengan kakelembagaan yang baik diharapkan para petani dapat meningkatkan taraf hidupnya. Untuk itu kiranya penting untuk menguatkan kelembagaan petani.

4) Kurangnya permodalan

Modal adalah kelemahan masyarakat dalam mengembangkan produk unggulan. Kendala ini sering dihadapi oleh petani komoditas dengan jangka panen panjang seperti kopi dan lada. Para petani sering terjebak utang dengan para pedagang pengempul (tengkulak) baik untuk proses produksi maupun keperluan sehari-hari. Ketika panen tiba mau tidak mau mereka harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengepul yang meminjamkan uangnya kepada rnereka.

5) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung

Sarana dan prasana pendukung disini dapat dilihat pada hasil analisis skalogram. Ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan tidak merata di setiap kecamatan (Tabel 17). Bahkan beberapa kecamatan rnempunyai fasilitas yang sangat minim. Minimnya fasilitas-fasilitas ini berakibat pada kurangnya pelayanan publik. Selain itu, sarana seperti irigasi dan energi juga tidak merata di setiap kecamatan.

(4)

6.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal a. Peluang

1) Terbukanya peluang pasar

Hasil analisis LQ pada bab sebelurnnya rnenunjukkan kornoditas unggulan Larnpung Barat terdiri dari kopi, darnar, ikan, padi dan lada (Tabel 19). Kornoditas-kornoditas ini rnasih rnernpunyai peluang pasar yang besar. Produk- produk seperti darnar dan kopi bahkan rnenjangkau pasar internasional. Sernentara pasar komoditas lainya masih terbuka pada pasar regional rnaupun nasional.

2) Dukungan iklirn yang sesuai dengan pengernbangan produk

lklirn di Larnpung Barat sangat rnendukung bagi pengernbangan kornoditas unggulan Larnpung Barat. Bagi wilayah pegunungan sangat cocok bagi tanarnan kopi serta di pesisir sangat cocok bagi pengernbangan lada, darnar dan padi.

3) Kejasarna dengan pihak swasta (produsen) dan lernbaga lainnya.

Kerjasarna ini rne~pakan peluang dalarn rangka rneningkatkan pengetahuan, produktivitas rnaupun kepastian harga. Kerjasarna dilakukan dalarn bentuk kernitraan, dirnana keduabelah pihak sarna-sarna rnemperoleh keutungan. Beberapa lernbaga Mitra (International Buyers) yang sudah beroperasi di Larnpung Barat adalah Nestle, lndocomp Citra Persada, dan Indocafco.

4) Situasi kearnanan yang kondusif

Situasi kearnanan Larnpung Barat sangat kondusif, ha1 ini ditandai dengan sedikinya kasus kejahatan yang terjadi. rata-rata tiap bulan hanya 13 kasus kejahatan. Kondisi ini rnernbuat tenang para pelaku ekonowi, terrnasuk didalarnnya adalah para petani dalarn pengernbangan pmduk-produk unggulan Larnpung Barat.

5) Larnpung Barat dilalui jalur lintas barat Surnatera

Larnpung Barat dilalui jalur lintas barat Surnatera. Jalur ini sepanjang daerah pesisir Larnpung Barat. Adanya jalur ini rnenjadi peluang bagi pernasaran produk rnaupun jangkauan pasar regional rnaupun nasional. Karena jalur trans surnatera ini rnerupakan jalan nasional dirnana kualitas jalan nasional

(5)

b. Ancaman

1) Serangan hama

Serangan hama terhadap komoditas unggulan merupakan ancaman, pada tahun 2007, padi di pesisir Larnpung Barat pernah diserang hama wereng yang akibat gagal panen (puso) dan berakibat kerugian petani. Komoditas lain pun tidak lepas dari ancaman serangan hama.

2) Produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar daerah)

Ancamana lain dalam pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat adalah produk sejenis dari daerah lainlpersaingan antar daerah. Ancaman ini harus dapat diatasi Larnpung Barat dengan meningkatkan mutu produk. Produksi sejenis adalah kopi dari Kabupaten Tanggamus dan daerah lainnya.

3) Mahalnya harga pupuk dan insektisida

Mahalnya harga pupuk dan insektisida membuat petani terkadang pasrah dengan keadaan karena ketidakmampuan ekonomi. Proses produksi dilaksanakan secara tradisional dan terkadang tidak dilakukan pemupukan.

4) Panjangnya rantai pernasaran

Mekanisrne pasar dari penjualan petani hingga di tingkat konsurnen harnpir sama seperti pada setiap penjualan komodiii perkebunan lainnya, dimana peranan tengkulak atau pedagang pengurnpul sangat dominan, bahkan peranan pelaku ijon atau pelepas uang sangat besar. Pelepas uang adalah istilah dimana para tengkulak rnemberi pinjaman berupa uang rnaupun sembako kepada para petani sebelum rnasa panen

5) Isu konsewasi

Isu konsewasi sangat mernpengarui pengembangan produk unggulan di Lampung Barat temtama sub sektor perkebunan. Hal ini karena 76% wilayah Larnpung Barat adalah kawasan hutan. Dengan hutan seluas itu, kemungkinan perambahan sangat mungkin terjadi. Salah satu contoh adalah laporan WWF pada tahun 2007. World Wild Funf for Nature (WWF) Indonesia, menernukan 45,1% dari total ekspor kopi Lampung yang mencapai 216.271 ton pada tahun 2003 berasal dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kawasan konsewasi yang menjadi habitat harirnau, gajah, dan badak. WWF rnenyebutkan 17% atau 60 hektare areal TNBBS dikonversi menjadi lahan pertanian, sebagian besar rnenjadi kebun kopi. Laporan itu menyebutkan akibat perdagangan kopi ilegal ini memicu rusaknya habitat badak, gajah, dan harimau Sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatera, Indonesia.

(6)

Studi WWF mengenai jalur perdagangan kopi dari TNBBS ke pernbeli di tingkat internasional rnenemukan kopi dari TNBBS rnernasuki pasar internasional rnelalui rantai perdagangan umurn. Penelusuran jalur perdagangan dilakukan dari petani kopi di TNBBS ke pedagang lokal di tingkat desa, kecarnatan, kabupaten, hingga ke eksportir di Bandar Lampung. Studi yang berlangsung Oktober 2003 sampai Juni 2004 tersebut menemukan suplai kopi dari 40 eksportir kopi di Lampung tercampur kopi TNBBS dan kopi tersebut diekspor ke 52 negara di Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan Australia. (www.wwf.or.id)

6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Dalam tahap masukan ini dilakukan analisis IFE dan analisis EFE yang didasarkan pada hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang rnerupakan faktor strategis internal dan eksternal

.

Pengisian rnatriks EFE-IFE dilakukan dengan mernberi bobot dan rating pada setiap faktor eksternal dan internal tersebut.

6.2.1 Evaluasi Faktor lnternal

Evaluasi Faktor lnternal (IFE) menrpakan hasil dari identifikasi faktor- faktor strategis internal Kabupaten Lampung Barat berupa kekuatan dan kelernahan yang berpenganrh terhadap pengembangan kecarnatan sebagai pusat pertumbuhan. Hasil evaluasi faktor internal berdasarkan jawaban dari responden diperoleh skor dari perkalian bobot dan rating di masing-masing faktor pada kekuatan dan kelemahan. Matnks evaluasi Faktor lnternal secara lengkap disajikan pada Tabel 31.

(7)

Tabel 31. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) pengembangan produk unggulan Lampung Barat

No Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan 1,599

1 Kebijakan Pembangunan Pemkab Lampung Barat 0.123 4 0.492

Potensi kesuburan tanah 0.088

2 3 0,264

3

Ketersediaan tenaga keja di sektor pertanian 0.099 3

0.297

Adanya tenaga penyuluh pertanian 0.086

4 3 0,258

dukungan budaya iokal terhadap karakteristik produk 0.096

5 3 0.288

Kelemahan

,

Penangananpascapanen Rendahnya teknologi budidaya

-

Z

Kelembagaan petani kurang berfungsi

-

3

Kurangnya permodalan 4

Kurangnya sarana dan prasarana pendukung 0,089

5 . . . . .. ~~~~~~~~ ~~ ~~ . 1 ~ .~ 0,089 ..

Jumlah 1,000 2.21

~ ~~ ~.~~ . ~ ~~~~~~ ~p~

Sumber : Lampiran 1 I

Dari hasil analisis IFE seperti ditunjukkan Tabel 31 diperoleh total skor 2.21. Jumlah skor yang lebih rendah dari rata-rata tersebut (rata-rata=2,5) menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Barat dalam pengembangan produk unggulan kecamatan secara internal masih lemah. Secara rinci, jumlah nilai terbobot untuk elemen kekuatan adalah 1,60 dan elernen kelemahan 0.61.

Pada Tabel 31 menunjukan kekuatan utama adalah kebijakan pembangunan Pemkab. Kekuatan ini memiliki skor 0.50. Kebbakan ini sangat penting, karena pemerintah mempunyai tugas alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi ekonomi pemerintah menurut pandangan ekonomi publik ada tiga fungsi ekonomi yang pokok yaitu: fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Masing-masing fungsi memiliki keterkaitan yang berbeda dalam perlakuanmya. Fungsi alokasi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan penyediaan dan pelayanan barang-barang publik yang peruntukannya secara komunal dan tidak dapat dimiliki secara perorangan: Fungsi distribusi rnemiliki keterkaitan erat dengan perataan kesejahteraan masyarakat dalam arti proporsial tetap menjadi perhatian dalam rangka mendorong tercapainya pertumbuhan yang optimal. Kemudian Fungsi stabilisasi memiliki keterkaitan erat dengan fungsi mengatur variable ekonomi makro dengan sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi

(8)

secara nasional. Ketiga fungsi tersebut kiranya dua fungsi pertarna yang dapat secara optimal dilakukan pernerintah daerah. Artinya bagairnana Pernkab Larnpung Barat dapat rnengalokasikan anggaran guna pengernbangan kornoditas unggulan dan rnendistribusikan berbagai fasilitas pendukung.

Kekuatan yang rnenernpati urutan kedua adalah ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian. Kekuatan ini rnerniliki skor 0.30. Struktur ekonorni Larnpung Barat yang didorninasi oleh sektor pertanian (61%) rnernberi gambaran bahwa sebagian besar penduduk bekerja di sektor ini. Data BPS Larnpung Barat rnenyebutkan jurnlah rurnah tangga pertanian, sebagian besar rurnah tangga petani yang ada di Kabupaten Larnpung Barat 39.72% rurnah tangga petani rnenggeluti sektor perkebunan diikuti 37.18% adalah rurnah tangga petani padi palawija dan hortikultura, 13.27% ~ r n a h tangga peternakan, tanarnan hutan 8.19%, perikanan 1.64%. Jumlah rurnah tangga pertanian di Kabupaten Larnpung Barat hasil adalah 82.595 rurnah tangga (BPS Larnpung Barat,2007). Sernentara itu berdasarkan hasil Susenas 2005 bahwa tenaga kerja yang terserap oleh sektor pertanian rnencapai 91.62% dari total rnereka yang bekerja.

Kekuatan ketiga adalah adalah dukungan budaya lokal terhadap karakteristik produk dengan skor 0,29. Dukungan budaya lokal tersebut dalarn arti apa yang rnenjadi kornoditas unggulan r n e ~ p a k a n tanaman t u ~ n ternurun. Dengan dernikian dalarn pengernbangnya lebih rnudah. Karena kornoditas- kornoditas itu rnerupakan tulang punggung ekonorni rakyat. Seperti kopi dan darnar yang rnerupakan tanarnan turun ternurun.

Kekuatan keernpat adalah Kesuburan tanah Larnpung Barat sangat cocok bagi pengernbangan produk-produk unggulan. Kesuburan tanah ini rnerupakan modal berharga, karena dengan dernikian penggunaan pupuk bisa lebih ditekan. Yang perlu diperhatikan adalah pernberian wawasan kepada para petani agar dapat rnernelihara kesuburan tanah tersebut.

Kekuatan kelirna adalah ketersedian penyuluh lapanyan. Penyuluh lapangan dapat rnernberi tarnbahan pengetahuan dan rnernonitor perkernbangan dan segala kendala yang dihadapi di lapangan agar dapat segera diupayakan penyelesaiannya. Penyuluh lapangan juga dapat berperan sebagai fasilitator bagi penguatan kelernbagaan petani. Di Larnpung Barat terdapat 130 orang penyuluh yang tersebar di 17 Kecarnatan.

Selain kekuatan, Kabupaten Larnpung Barat juga rnerniliki kelernahan. Kelernahan utarna Kabupaten Lampung Barat adalah penanganan rnasa panen

(9)

dengan skor 0,21. Penanganan pasca panen yang dilakukan rnasyarakat rnasih tradisional. Hal ini rnernbuat mutu produk rnenjadi sangat rendah. Akibatnya harga yang diterirna masyarakat jauh dibawah harga pasar. Selain itu, rnutu produk tidak dapat bersaing dengan produk dari daerah lain. Perlu pembinaan yang terus menerus dari pernerintah daerah agar masyarakat sadar pentingnya penanganan pasca panen yang baik. Proses pasca panen disini mulai dari panen, pengangkutan sarnpai sampai proses penyirnpanan.

Kelemahan kedua adalah kurangnya permedalan dengan skor 0 , l l . Kelemahan ini berakibat sangat berpengaruh produksi komoditas. Ketiadaaan modal membuat petani tidak menggunakan pupuk dan ketika terserang harna pun mereka hanya bisa pasrah. Barat tidak memiliki nilai tawar tinggi dalarn rnenentukan harga komoditas. Yang lebih parah lagi adalah saat tidak ada panen, rnereka akan merninjarn uang atau sembako kepada para tengkulak yang dibayar pada saat panen. Bila sudah dernikian maka para petani saat panen harus menjual hasil panennya kepada tengkulak tersebut tanpa bisa dengan harga sepenuhnya ditentukan oleh tengkulak. Bantuan permodalan dengan kredit lunak diharapkan dapat mengatasi kelemahan ini.

Kelernahan ketiga adalah kelembagaan petani kurang berfungsi dengan skor 0.10. Kurang berfungsinya kelembagaan petani ini mengakibatkan petani kurang memiliki nilai tawar. Selain itu, dengan lemahnya lembaga-lembaga petani seperti kelornpok tani juga berakibat sulitnya pernberdayaan petani. Kelembagaan petani juga berfungsi sebagai wadah pemersatu petani dengan demikian segala persoalaan dapat diselesaikan secara bersama-sama.

Kelernahan keernpat aadalah rendahnya teknologi budidaya dengan skor 0.09. Teknologi budidaya masyarakat masih sangat tradisional. Belum rnenggunakan teknik budidaya yang modem. Hal ini bisa dilihat dari hasil produk yang belurn rnaksimal. Contohnya adalah hasil produksi padi di Lampung Barat rnasih 4-5 ton ihektar. Padahal produksi ini masih bisa meningkat rnencapai 8-10 ton per hektar bila rnenggunakan teknik budidaya yang baik. Dalam penggunaan bibit rnisalnya. Masyarakat banyak menggunakan bibit yang kuran berkualitas rnenyebabkan proses produksi menjadi larnbat dan hasilnya kurang memuaskan. Hal ini diakibatkan ketidaktahuan masyarakat dan lernahnya permodalan rnasyarakat. Bibit yang digunakan masyarakat biasanya diarnbil dari hasil panen sebelumnya yang dianggap bagus.

(10)

Kelemahan lain adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Kelemahan ini rnenciptakan biaya tinggi. Saat musirn kemarau misalnya, para petani harus rnengeluarkan biaya ekstra untuk menyewa pompa air agar mendapatkan air guna mengairi lahan karena tidak adanya irigasi. Sarana jalan yang masih buruk hingga menimbulkan biaya tambahan untuk transportasi produk ditambah lokasi pasar yang terlalu jauh. Hasil analisis scalogram menunjukan penyebaran fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang tidak rnerata, hanya Kecamatan Balik Bukii, Pesisir Tengah dan Sumber Jaya yang mempunyai nilai tertinggi dalam arti ketiga kecamatan tersebut mernliki kelengkapar~ fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan. Sementara kecarnatan lainnya masih sangat minim.

6.2.2 Evaluasi Faktor Eksternal

Evaluasi Faktor Eksternal merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal Kabupaten Lampung Barat berupa peluang dan ancaman yang telah diberi bobot dan rating.

Hasil analisis matriks evaluasi faktor eksternal di peroleh total skor 2.62 dengan skor elemen peluang sebesar 1,85 dan elemen ancaman sebesar 0,77.

Nilai total skor yang lebih dari 2,5 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Barat mampu rnernanfaatkan peluang eksternal untuk rnenghadapi ancaman. Lebih rinci pada Tabel 32.

(11)

Tabel 32. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE rnatriks) Kabupaten Larnpung Barat

Faktor Strategis Eksternal bobot rating skor

Peluang 1,847

0.121

1. Terbukanya peluang pasar 3 0,364

0 075 .

2.Dukungan iklim yang sesuai dengan pengembangan produk 3 0.225

0.124

3. Kejasama dengan pihak swasfa (produsen) dan lembaga lainnya. 4 0,496

0.110

4. Situasi keamanan yang kondusif 3 0.330

0.107

5. Lampung Barat dilalui jalur lintas barat Sumatera 3 0,322

Ancaman

0,769

0.121

1. Isu Konservasi 2 0,242

0,075

2. Produk sejenis dari daerah lain (penaingan antar daerah) 1 0,075

0.124

3. Mahalnya harga pupuk dan insektisida 1 0,124

0.110

4.Panjangnya rantai pemasaran 2 0.220

n rn7

-..-.

5. Serangan hama 1 0.107

Jumlah 1,000 2,616

Somber: lamniran 12

Peluang pertarna adalah kerjasarna dengan pihak swasta dengan skor

0,50. Peluang ini dalarn rangka peningkatan rnutu dan produktivitas produk. Beberapa lernbaga Mitra (International Buyers) yang sudah rnelakukan kerjasarn untuk komoditas kopi adalah Nestle, lndocomp Citra Perzada, dan lndocafco ke depan diproyeksikan akan bertarnbah rnenjadi lirna rnitra eksportir dengan rnasuknya 2 rnitra baru yaitu Olam-Kraff International dan Group Kapal Api. Keuntungan pengembangan kernitraan yang dirasakan petani, antara lain:

1. MitraIEksportir rnenanggung biaya sertifikasi produk petani untuk setiap kelornpok penghasil (biaya sertifikasi rnencapai 700 juta rupiah sld 1 rnilyard untuk tiap sertifikat).

2. Proses analisa rnutu dan reject produk yang tidak rnernenuhi standar rnutu

internasional dilakukan di lokasi petani.

3. Margin harga yang rnencapai 2 . 5 0 M . 5 0 0 per kg dibanding pasar lokal.

4. Kewajiban eksportir untuk rnelakukan pernbinaan dan pelatihan kepada kelornpok binaannya dalarn konteks kepentingan bersarna, sebagai pra- syarat Mitra eksport.

(12)

5. Adanya kornitmen-fee eksportir kepada kelompok tani sebagai dana fasilitasi pertemuan kelornpok untuk penguatan kelembagaan (Rp100 . . dari tiap . kg . produksi petani) yang diberikan setiap akhir tahun panen.

6. Untuk setiap perubahan kualifikasi produk yang diinginkan Mitra berkewajiban rnernberikan bimbingan teknis dan bantuan peralatan unit peningkatan mutu produk, selama periode 2006-2007 disalurkan terpal lantai jernur rnencapai 2.500 lembar, peralatan penyernprotan, ware-pack, dan pemeliharaan tanaman pada setiap kelornpok rnitra.

7. Packing produk (Pengarungan) di subsidi oleh eksportir dalarn bentuk pernbagian karung yang sudah rnerniliki segel sertifikasi internasional untuk tujuan terminal london dan New Zealand.

Selarna Periode 2005-2007 total produksi yang dipasarkan melalui pola kernitraan rnencapai 150-200 ton per tahun panen. Untuk periode tahun produksi 2008 pihak eksportir menargetkan 1.300-1.500 ton.

Peluang kedua adalah terbukanya peluang pasar dengan skor 0,36. Pasar kornoditas unggulan Larnpung Barat rnasih sangat terbuka. Kornoditas ungulan Lampung Barat seperti kopi, lada, damar dan ikan sangat dibutuhkan oleh pasar baik pasar domestik rnaupun internasional. Yang perlu mendapat perhatian adalah bagairnana meningkatkan mutu produk tersebut, agar bersaing dengan produk dari daerah lain bahkan dari negara lain, artinya daya saing produk rnenentukan apakah produk tersebut diterima pasar atau tidak. Kondisi ini menuntut setiap daerah dapat rneningkatkan daya saingnya. Untuk meningkatkan daya saing banyak faktor yang harus dibenahi seperti perbaikan kinerja pernerintah, kualitas surnber daya manusia, dan lain-lain.

Peluang ketiga adalah situasi kearnanan yang kondusif (0.33). Keamanan yang kondusif ini ditunjukan dengan rata-rata kejahatan yang terjadi hanya 13 kasus setiap bulannya (Lampung Barat dalam Angka, 2008). Situasi ini tentunya rnernbuat para pelaku usaha lebih nyaman dalam berusaha, tidak ada perasaan was-was karena tindak kejahatan.

Peluang keempat adalah dilaluinya Larnpung Barat oleh jalan lintas barat Surnatera. Sarana jalan nasional ini rnernbuka peluang berbagai usaha ekonorni bagi pengembangan produk unggulan. Selain itu juga mempermudah jangkauan pasar terutama ke ibu kota provinsi Lampung. Akses yang mudah merupakan modal bagi suatu daerah dalam mengembangkan perekonorniannya. Jalan lintas barat ini diharapkan menjadi modal utama bagi Lampung Barat terutarna wilayah

(13)

pesisir (karena jalan ini hanya rnelintasi wilayah pesisir Larnpung Barat) akan rnernpermudah akses keluar masuk barang dan jasa.

Peiuang kelirna adalah dukungan iklirn yang sesuai dengan pengernbangan produk dengan skor 0,23. Dukungan iklirn ini rnernberi rnanfaat dalarn pengernbangan produk unggulan. Wilayah pegunungan Larnpung Barat sangat cocok untuk budidaya kopi. Hasil analisis LQ rnernperlihatkan hampir seluruh kecarnatan di wilayah pegunungan rnenjadikan kopi sebagai sektor basis.

Selain peluang, ancaman yang dihadapi Larnpung Barat adalah isu konservasi dengan skor 0,24. Hal ini karena Wilayah Lampung Barat yang sebagian besar wilayahnya (76%) adalah kawasan hutan. Seperti di laporankan

WWF Indonesia bahwa ada 60% hutan TNBBSS di konvesrsi menjadi kebun kopi. Isu cukup rneresahkan karena sernpat rnenurunkan harga kopi Larnpung Barat. Isu ini harus dapat di jawab oleh Pemkab bagaimana rnelestarikan hutan narnun rnasyarakat tetap sejahtera.

Ancarnan kedua adalah adalah panjangnya rantai pernasaran dengan skor 0,22. Mekanisrne pasar dari penjualan dari petani hingga di tingkat konsurnen harnpir sarna seperti pada setiap penjualan kornoditi, dirnana peranan tengkulak atau pedagang pengumpul sangat dorninan, bahkan peranan pelaku ijon atau pelepas uang sangat besar.

Ancarnan ketiga adalah rnahalnya harga pupuk dan insetisida dengan skor 0,12. Ancarnan ini sebenarnya karena pola tanarn yang salah dari petani karena rnenggunakan pupuk dan insektisida tanpa takaran yang tepat. Akibatnya justru kesuburan tanah hilang dan kebalnya beberapa penyakit terhadap insektisida. Akibatnya petani harus mengeluarkan biaya lebih tinggi

karena rnenggunakan pupuk lebih banyak dan insektisida yang rnahal.

Ancarnan keernpat adalah serangan harna dengan skor 0 , l l . Serangan harna sering rnembuat petani tak berdaya dan menderita kerugian besar. Harna terjadi karena ketidakseirnbagan alarn. Banyak predator alarni punah akibat penggunaan insektisida yang berlebihan.

Ancarnan kelirna adalah produk sejenis dari daerah lain (persaingan antar daerah). (0,07). Menjadi ancarnan ketika kornoditas unggulan tidak rnarnpu bersaing dengan daerah lain. Artinya disini daerah harus mernpunyai daya saing. Daya saing ini rnencakup peningkatan kopentesi petani, sistern pernasaran. kondisi perrnintaan dan pengelolaan kelernbagaan.

(14)

6.3 Evaluasi Faktor Internal

-

Eksternal

Evaluasi faktor internal

-

ekstemal rnenghasilkan profil strategi pengembangan produk unggulan Kabupaten Lampung Barat. Kerangka kerja empat kuadran mengindikasikan apakah strategi yang cocok adalah strategi yang agresif, konservasif, defensive atau kompetitif.

Tahap yang dibutuhkan untuk membentuk profil strategi ini adalah: menempatkan nilai skor akhir dari matriks IFE dan EFE untuk surnbu yang sesuai, menambahkan dua nilai pada sumbu y dan menggambarkan titik hasil pada Y, menggambarkan perpotongan X dan Y, dan menggarnbarkan arah vektor dari titik asal melalui titik perpotongan yang baru. Vektor arah yang diasosiasikan dengan masing-masing profil menyiratkan tipe strategi yang haws dijalankan.

Berdasarkan rnatriks IFE, skor untuk kekuatan adalah

1,60

sedangkan skor untuk kelemahan adalah

0,60

sehingga selisih antara keduanya adalah bernilai 1,08. Nilai tersebut ditempatkan pada surnbu X. Selanjutnya nilai peluang adalah 1.73 dan nilai ancaman adalah 0,77 dengan demikian selisihnya adalah 0,88 yang kemudian nilai tersebut ditempatkan pada surnbu Y. perpotongan antara X dan Y tersebut berada pada di kuadran II dengan tipe strategi aggressive. Berdasarkan analisis tersebut maka profil strategi yang muncul adalah strategi S-0, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal untuk rnernperoleh keuntungan dalam pelaksanaan pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat. Lebih rinci pada Garnbar 8.

(15)

Gambar 8. Profil strategi pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat

0

Agresissive Conservative -0,72 1,60

W

S

6.4 Perumusan Strategi

Tahap selanjutnya dalam penyusunan strategi pengembangan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan adalah tahap penggabungan (matching

stage) dengan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan dengan rnenggabung antara faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancarnan). Hal ini dirnaksudkan untuk rnenentukan strategi yang layak dalam Pengernbangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat. Dari hasii analisis SWOT diperoleh strategi aiternatif dalam pengembangan produk unggulan Kabupaten Larnpung Barat diperoleh 9 alternatif strategi. Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.

Pevensive

Diversive

(16)

Tabel 33. Matriks SWOT pengernbangan produk unggulan Larnpung Barat

6.4.1 Strategi Strength-Opportunities S-0

Strategi S-0 rnerupakan penggabungan antara faktor internal kekuatan dengan faktor eksternal peluang dengan cara mernanfaatkan peluang dengan rnenggunakan kekuatan. Adapun beberap strategi yang dihasilkan adalah:

1. lsu konsewasi

2. Produk sejenis dari daerah lain

(persaingan antar daerah)

3. Mahalnya harga pupuk dan

insektisida

4. Panjangnya rantai pemasaran

5. Serangan hama

1. Pengernbangan kornpetensi inti daerah

Pengernbangan kopetensi inti daerah bertujuan untuk rnembangun daya saing daerah. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pernerintahan Daerah rnengarnanatkan pada pemerintah daerah dalarn ha1 ini Pernerintah KabupatenlKota untuk rneningkatkan kernandinan lokal rnelalui pernanfaatan surnberdaya alam yang dimiliki secara efisien dan optimal dalam rangka mernbangun daya saing daerah. Kompetensi inti disini adalah suatu produk yang khas dari daerah yang khas dan sulit ditiru daerah lain. Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat perlu untuk mengidentifikasi pmduk-produk atau kornoditas unggulan yang dapat rnenjadi kornpetensi inti. Dengan demikian diharapkan daerah dalarn ha1 ini Kabupaten Larnpung Barat rnempunyai daya saing tinggi

(W) eakness-kelemahan

1. Penangganan pasca panen

2. Rendahnya teknologi budidaya

3. Keiernbagaan petani kurang

beifungsi

4. Kurangnya permodalan

5. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung

STRATEGI W-O

1. Modernisasi Peralatan dan Teknolgi (WI,W2,W3.01) 2. Penguatan kelembagaan

(WI,W2,W4,W5,03) 3. Pengembangan fasilitas

ekonomi, sosial dan pemerintah (W5,W6,02,03.04,05)

STRATEGI W-T Faktor Internal

Faktor Eksternal

(0)pportunities

-

Peluang

1. Terbukanya peluang pasar

2. Dukungan iklim yang sesuai dengan

pengembangan produk

3. Kerjasama dengan pihak swasta

(produsen) dan lernbaga lainnya.

4. Situasi keamanan yang kondusif

5. Lampung Barat dilalui jalur lintas barat Sumatera

(T) hreats

(S)trength

-

kekuatan

1. Kebijakan Pembangunan Pemkab

2. Potensi kesuburan tanah

3. Ketersediaan tenaga kerja di sektor

pertanian

4. Adanya tenaga penyuluh pertanian

5. Dukungan budaya lokal terhadap

kharakteristik produk STRATEGI S-O

1. Pengembangan kompetensi inti

daerah (S1.S2,S3,s,S5, 01,02,03,04,05)

2. Pengembanan kejasamalkwnitraan

dengan swasta Ilembaga lainnya(SI,S2.S3,S4. S5.01,03)

STRATEGI S-T

6. Peningkatan mutu produk

(S1.S2.S3.~,S5,TI.T2,T5)

7. Pendptaan jejaring pernasaran

(S1.52. S3. S4.S5,T4,)

8. Peningkatan kapasitas SDM (W1 .W2,W3,W4.T1 ,TZ8T3.T4.T5) 9. Penguatan modal usaha melalui

pembentukan dan perrnbedayaan koperasi (W5.W6. T3)

(17)

dan sulit disaingi oleh daerah lain. Operasional dari strategi ini bisa diterapkan dalarn bentuk klaster.

Kriteria keunggulan Kornpetitif yang berdaya tahan yakni 1) Bernilai artinya kapabilitas yang rnenciptakan nilai bagi suatu perusahaanllernbaga dengan rnengeksploitasi peluang-peluang atau menetralisir ancaman-ancaman dalarn liingkungan eksternal perusahaan. 2) Langka artinya kapabilitas yang dirniliki oleh sedikit, jika ada, pesaing saat ini atau potensial. Keunggulan kornpetitif dihasilkan hanya ketika perusahaan rnengernbangkan dan rnengeksploitasi kapabilitas yang berbeda dari para pesaingnya. 3) Terlalu rnahal untuk ditim kapabilitas yang tidak mudah dikernbangkan oleh perusahaan-perusahaan lain.

4) Tidak ada produk pengganti kapabilitas yang tidak rnerniliki ekuivalen strategis.

2. Pengernbangan kerjasarndkernitraan dengan swasta dan lernbaga lainnya. Berbagai keterbatasan yang dirniliki Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan dapat diatasi dengan rnelakukan kerjasarna terutarna kerjasarn kernitraan dengan swasta. Kerjasarna ini banyak rnerniliki keuntungan yakni penetapan harga dilakukan oleh keduabelah pihak, peningkatan ketrarnpilan dan pengetahuan rnasyarakat, karena untuk rnernenuhi standar produk perusahaan, pihak swasta akan rnelakukan pernbinaan terhadap para petani. Dengan dernikian diharapkan akan ada peningkatan kesejahteraan. Selanjutnya adalah bagairnana Pernerintah Kabupaten Larnpung Barat rnarnpu rnencari pihak swasta yang bersedia bermitra dengan rnasyarakat Larnpung Barat dalarn pengernbangan kornoditas unggulan tentunya dengan berbagai fasilitas dan kernudahan serta iklirn investasi yang kondusif. Pengernbangan kerjasarna (aliansi) ini sebenarnya tidak terbatas dengan pihak swasta tapi juga dengan berbagai pihak, seperti lernbaga keuangan, lernbaga penelitian dan pengernbangan, termasuk dengan pernerintah kabupaten perbatasan, Pernerintah Provinsi Larnpung, dan Pernerintah Pusat serta perguruan tinggi.

6.4.2 Strategi Weakness

-

Opportunities (W-O)

Strategi W-0 adalah strategi yang disusun untuk rnengatasi kelernahan dengan rnernanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif yang dihasilkan adalah :

(18)

Salah satu kelernahan pengernbangan kornoditas unggulan di Larnpung Barat adalah penggunaan peralatan dan teknologi yang rendah. Peralatan dalarn rnernproduksi kornoditas rnasih sangat tradisional. Salah satu contoh adalah dalarn sub sektor perikanan. Nelayan di pesisir Larnpung Barat rnasih rnenggunakan perahu dan alat tangkap sederhana. Akibatnya potensi tangkap yang rnencapi 90.000 tonltahun baru tercapai 7.000 ton. Dernikian juga yang terjadi pada kornoditas unggulan lainnya. Kernudian dalarn penerapan teknologi juga rnasih sederhana. Teknologi disini temlasuk teknologi budidaya yang rnasih rnenggunakan kebiasaan lama yang didapat secara turun ternurun saja. Wajar bila produktivitas kornoditas unggulan Larnpung Barat rnasih rendah. Modernisasi peralatan dan teknologi diharapkan rnengubah prilaku rnasyarakat dalarn rnernproduksi produk unggulan serta rneningkatkan produktivitas serta rnutu produk.

2. Penguatan kelembagaan

Penguatan kelembagaan disini rnenyangkut seluruh kelernbagan yang berhubungan dengan pengernbangan kornoditas unggulan. Mulai dari kelembagaan petani, kelembagaan pernerintah seperti penyediaan balai benih, balai penelitian dan lain-lain. Penguatan lernbaga ini perlu dilakukan agar strategi dan program pengembangan kornoditas unggulan dapat berjalan dengan baik. Penguatan kelernbagaan ini juga sangat berhubungan dengan partisipasi masyarakat. Artinya strategi pengembangan produk unggulan tidak akan berjalan tanpa partisipasi aktif rnasyarakat sebagai pelaku utarnanya.

3.

Pengernbangan fasilitas ekonorni, sosial dan pernerintahan

Hasil analisis scalogram y2n9 dibahas pada bab terdahulu rnenunjukkan bahwa wilayahlkecarnatan yang rnemiliki fasilitas ekonorni, sosial dan pemerintahan lengkap hanya 2 kecarnatan yakni Kecarnatan Balik Bukit dan Kecarnatan Pesisir Tengah. Hal ini berarti rnasih banyak rnasyarakat yang belurn dapat rnenikmati pelayanan secara rnudah. Dengan fasilitas lengkap terutarna fasilitas ekonorni, akan rnernudahkan rnasyarakat dalarn bertransaksi dan rnenekan biaya ekonorni. Dukungan infrastruktur urnurn harus dikernbangkan rnulai dari jalan, air bersih, listrik dan telekornunikasi. Peranan Pemerintah dalarn rnernberikan layanan fasilitas urnurn ini sangat penting dalarn rnengembangkan produk unggulan.

(19)

6.4.3 Strategi Strengths-Threats (S-T)

Strategi S-T merupakan strategi yang rnenggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi darnpak ancarnan eksternal bagi pembangunan Kabupaten Lampung Barat. Beberapa alternative strategi S-T

yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan mutu produk

Peningkatan mutu produk dalam pengembangan produk unggulan mutlak dilakukan. Peningkatan mutu produk dapat dilakukan mulai dari tahap pembimbitan, pemeliharaan, panen, dan penangan pasca panen. Dengan pembinaan dan dukungan peralatan serta teknologi yang memadai, upaya dapat dilakukan. Denga mutu produk yang tinggi, tentu akan meningkatkan daya saing daerah.

2. Penciptakan jejaring pemasaran

Salah satu ha1 yang mesti di iakukan untuk pengembangan komoditas adalah dengan mencipatkan jejaring pemasaran. Bagaimana pernerintah daerah dapat menjajaki berbagai pasar baik regional, nasional maupun global. Penciptaan jejaring ini salah satu upaya adalah melalui promosi baik mellaui event-event pameran maupun pemanfaatan teknologi inforrnasi. Penguasaan jaringan pemasaran suatu produk sangat berguna. Contohnya. Lampung Barat menetapkan tanaman kopi sebagai unggulan, maka yang harus dilakukan adalah menguasai jaringan pemasaran kopi tersebut.

6.3.4 Strategi weakness- threats (W-T)

Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancarnan eksternal yang ada. Alternatif strategi W-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kapasitas SDM

Peningkatan SDM, tidak hanya pada pihak masyarakat (petani) tapi juga SDM yang terlibat dalarn pengernbangan komoditas unggulan seperti para penyuluh. Peningkatan kapasitas SDM tidak hanya sekedar pengusaan teknologi

(20)

tapi penguasaan dalam pengorganisasian lembaga. Dengan demikian para pelaku dalam pengembangan komoditas unggulan benar-benar dapat melaksanakan berbagai program pengembangan komoditas unggulan.

2. Penguatan modal usaha melalui pembentukan dan pemberdayaan koperasi peningkatan ketersediaan dana bagi pengembangan komoditas unggulan dapat dilakukan melalui melalui lembaga perbankan, maupun sumber lain seperti BUMD, swasta atau bahkan bantuan luar negeri, penguatan modal juga dilakukan dengan peningkatan akses terhadap sumber dana. Sumber dana ini juga bisa menggunaka sistem resi gudang. Namun sistem resi gudang ini perlu kajian kembali dalam pelaksanaannya.

6.5 Penentuan prioritas strategi

Tahap pengambilan keputusan rnerupakan tahap selanjutnya dari perumusan strategi dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Analisis ini ditujukan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat.

Analisis QSPM dilakukan dengan cara memberikan nilai kemenarikan relatif (Attractive Score = AS) pada masing-masing faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kernenarikan relatif (Total Attractive Score=TAS) yang tertinggi merupakan prioritas strategi. Setelah dilakukan perhitungan nilai TAS seperti pada Lampiran. maka diperoleh hasil QSPM seperti disajikan pada Tabel 34 di bawah ini.

Tabel 34. Hasil analisis QSPM dalam perumusan strategi pengembangan produk unggulan.

no alternatif strategi Nilai TAS Prioritas

1 Pengembangan komptensi inti daerah 11,073 1

2 Pengembangan Kemitraan dengan swastallembaga lain 10,914 2

3 Modernisasi peralatan dan teknologi 10,426 3

4 Penquatan kelembagaan

-

7,635 8

5 Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan 9,986 4

6 Peningkatan rnutu produk 2.328 9

7 Penciptaan jejaring pemasaran 8.964 5

8 Peningkatan kapasitas SDM 8.463 6

9 Penguatan modal usaha melaiui pembentukan koperasi 8,297 7 Surnber: Larnpiran 15

(21)

Hasil dari analisis QSPM menghasilkan urutan strategi sebagai berikut :

1. Pengembangan kompetensi inti daerah

2. Pengembangan kemitraan dengan swastdlembaga lain

3. Modernisasi peralatan dan teknologi

4. Pengembangan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan

5 . Penciptaan jejaring pemasaran

6. Peningkatan kapasitas SDM

7. Penguatan modal usaha melalui pembentukan koperasi

8. Penguatan kelembagaan

Gambar

Tabel  31.  Matriks  Evaluasi  Faktor  Internal  (IFE)  pengembangan  produk  unggulan Lampung Barat
Tabel 32.  Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE rnatriks) Kabupaten Larnpung  Barat
Gambar  8.  Profil strategi pengembangan produk unggulan di Larnpung Barat 0  Agresissive Conservative -0,72 1,60 W  S  6.4  Perumusan Strategi
Tabel  33.  Matriks SWOT pengernbangan produk unggulan Larnpung Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

menggunakan pendekatan House of Risk terdapat 20 risiko ( risk event ) dan 16 sumber risiko ( risk agent ) yang teridentifikasi pada keseluruhan tahapan proses

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang

 Dari laporan keuangan tahunan 2016 penjualan alat kesehatan dan lainnya menyumbang sebesar RP 464,4 miliar atau tumbuh dibanding periode yang sama tahun

Menggunakan prediksi dapat ditentukan jenis buku apa yang mesti dijual pada waktunya serta penjadwalan yang baik bagi karyawan Terkait dengan hal ini, penulis melakukan riset

Pengaruh perlakuan pemberian tanah lapisan atas hutan pinus dan pupuk P terhadap tingkat infeksi mikoriza akar tanaman bawang putih ditunjukkan pada gambar 2..

Nomor Buku Perpustakaan Barang

Dengan demikian, pendekatan kerjasama yang dilakukan tersebut diharapkan menjadi alat bantu Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin dalam proses