• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK PADA MATERI LIMIT FUNGSI KELAS XI IPA SMA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010 201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK PADA MATERI LIMIT FUNGSI KELAS XI IPA SMA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010 201"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS

ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA

DIDIK PADA MATERI LIMIT FUNGSI KELAS XI IPA

SMA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan oleh: ATIT INDRIYANI

NIM : S851002002

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Yudhi Iscahyono, suamiku tercinta yang senantiasa mendampingi langkahku serta memberikan dukungan dan bimbingan baik moril maupun materiil.

2. Bapak Situr Amadi dan Ibu Siti Kundiyah, kedua orang tuaku yang terhormat dan sangat memberikan segala kasih sayang dan serta dukungannya.

3. Putraku Hanif Irza Prambudi dan putriku Nely Layalial Putri yang sangat aku sayangi dan harapanku.

4. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS.

5. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri, SMAK St Augustinus Kediri.

6. Keluarga besar SMAK St Augustinus Kediri.

7. Pembaca yang budiman.

(5)

MOTTO

“Mencari pengetahuan adalah salah satu langkah menuju kebahagiaan dan kesuksesan”

- Jim Rhon

“Pengetahuan adalah eksperimen yang dilakukan secara cermat”

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmad dan Karunia Nya telah memberikan kemudahan yang telah penulis terima selama penyusunan makalah kualifikasi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, saran, dukungan dan dorongan dari pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drs Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

(7)

bantuan selama penulis menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.

4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan dorongan sehingga proposal tesis ini dapat penulis selesaikan.

5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan arahan yang sangat berarti, penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Kepala SMAK St Augustinus Kediri yang telah memberikan ijin belajar dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

8. Kepala SMA Negeri 7 Kediri dan SMA Negeri 8 Kediri yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolahnya.

9. Rekan saya Yudi April Sudarwanto, S.Pd dan Dra. Suhartatik yang telah memberikan data awal prestasi peserta didik, melaksanakan model pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS serta mengambil data akhir yang sangat diperlukan pada penyusunan tesis ini.

(8)

11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Matematika Progran Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL…...……….……….……...i

PENGESAHAN JUDUL...ii

PERNYATAAN...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI………...………...….….……..….……..x

DAFTARTABEL………...…...………...….….……..….……xiii

DAFTAR GAMBAR………....…....………xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….…………...……….xv

ABSTRAK...xviii

ABSTRACT... ...xx

BAB I : PENDAHULUAN 8. Latar Belakang Masalah…………...………...…1

9. Identifikasi Masalah…………...…..………...…..6

10. Pemilihan Masalah…..………….…...………...…7

11. Pembatasan Masalah………...…...…………..…...….8

12. Perumusan Masalah………...…..…...9

(10)

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Pengertian Hasil Belajar Matematika...12

2. Model Pembelajaran...18

3. Pembelajaran Kooperatif...19

4. Pembelajaran Kooperatif TipeTAI………...24

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS...34

6. Sikap Percaya Diri...46

B. Penelitian . Relevan...47

C. Kerangka Berpikir...48

D. Hipotesis...54

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Eksperimen…...…………..……….………..……….55

B. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian……….…….………55

C. Variabel Penelitian...56

D. Populasi dan Sampel………...…...61

E. Metode Pengumpulan Data………59

F. Desain Penelitian...…....……….………69

(11)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen...83

B. Deskripsi Data...85

C. Pengujian Prasyarat Analisis...87

D. Pengujian Hipotesis...90

E. Pembahasan Hasil Analisis Data...93

BAB V: KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan...9

9 B. Implikasi...99

C. Saran...101

DAFTAR PUSTAKA...104

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1.1

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika SMA se Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011...2 Kategori Sekolah Berdasarkan Hasil Try Out I Matematika Tahun Pelajaran 2010/2011...59

Interpretasi Angka Indeks Kesukaran...68

Tabel 3.3 Tata Letak Data Pada Analisis Dua

Jalan...70

Tabel 3.4 Data Amatan Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi...77

Tabel 3.5 Rataan dan Jumlah

Rataan...77

Tabel 3.6 Rangkuman Analisis

Variansi...80

(13)

Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas...88 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Anava Dua Jalan Data Hasil Belajar

Matematika....90

(14)

DAFTAR GAMBAR

halaman

(15)
(16)

perpustakaan.uns.ac.id BAB I digilib.uns.ac.id PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada

orang yang belum dewasa, agar mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan

pendidik itu berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal

yang positif. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya memperoleh

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang

perkembangannya (Winkel, 2009 : 27). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang

bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang

mempunyai tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam proses

berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya

manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi pilar yang kuat dan

kokoh dalam suatu negara. Rendahnya kualitas sumber daya manusia salah satunya

disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan yang kemungkinan akibat kurang

berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas.

Pendidikan sedang mengalami masa krisis, hal ini dapat terlihat dari data

tentang Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas penduduk

Indonesia berada pada peringkat 110 dari 173 negara. Peringkat Indonesia ini

tergolong rendah. Selain itu Indonesia berada pada posisi yang sangat jauh jika

dibandingkan Negara ASEAN seperti Vietnam apalagi Singapura, Malaysia, dan

(17)

perpustakaan.uns.ac.id and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi 36 digilib.uns.ac.id dalam bidang matematika dari 48 negara (http://nces.ed.gov/timss/timss/table07)

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa matematika merupakan

pelajaran yang sulit untuk dipahami peserta didik di setiap jenjang pendidikan.

Menurut Mulyono A, (2003: 11) kesulitan belajar dibedakan antara lain 1) kesulitan

yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities),

artinya kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup

gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta

kesulitan belajar dalam penyesuaian sosial, 2) kesulitan akademik (academic

learning disabilities) artinya kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya

kegagalan pencapaian hasil akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.

Menurut Lerner (dalam Mulyono A, 2003: 259) ada beberapa karakteristik anak

berkesulitan matematika, yaitu 1) Adanya gangguan keruangan, 2) Kesulitan untuk

melihat berbagai obyek dalam hubungan kelompok atau set, 3) Kecenderungan anak

hanya menghafal tanpa memahami maknanya, 4) Kesulitan anak dalam memahami

simbul, 5) Kesulitan dalam membaca dan memecahkan soal matematika yang

berbentuk cerita tertulis.

Berikut disajikan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik

pada try out I kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011 seperti tertera pada tabel 1.1

Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas

(18)

perpustakaan.uns.ac.id Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika digilib.uns.ac.id Sekolah Menengah Atas Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010-2011.

NO Nama Sekolah Rata-rata nilai try out

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

SMA Negeri 1 Kediri SMA Negeri 2 Kediri SMA Negeri 3 Kediri SMA Negeri 4 Kediri SMA Negeri 5 Kediri SMA Negeri 6 Kediri SMA Negeri 7 Kediri SMA Negeri 8 Kediri

SMAK St. Augustinus Kediri SMA Pawyatan Daha Kediri SMAK Petra Kediri

SMA Muhammadiyah Kediri SMA Ar-Risalah Kediri SMA Kertanegara Kediri SMA Wahidiyah Kediri SMA Diponegoro Kediri

4,96 5,85 4,15 4,25 4,32 3,38 4,94 3,28 3,54 3,65 3,00 3,00 3,96 2,21 3,44 2,46 Sumber : Data MKKS SMA Kota Kediri

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata try out matematika yang

masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika,

diantaranya faktor kualitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang

menarik belum mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan,

peserta didik merasa sikap kurang percaya diri dan selalu berusaha ingin mengetahui

hasil kerja teman lain saat menerima tugas dari guru, baik tugas-tugas itu berupa

pemahaman konsep, pendalaman materi, latihan, pengayaan maupun pekerjaan

(19)

perpustakaan.uns.ac.id Dalam rangka melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan digilib.uns.ac.id (KTSP) serta upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran, selama ini guru

berperan sebagai tokoh sentral di kelas, untuk selanjutnya peserta didik menjadi

pelaku utama dalam pembelajaran. Peran guru diharapkan sebagai fasilitator, artinya

yang akan menyediakan fasilitas belajar di kelas. Pada proses pembelajaran

matematika suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap materi pokok

yang ada. Beberapa alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat

dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran diantaranya Teams Assisted

Individual (TAI), Think Pair and Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions

(STAD), Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Teams Games Tournament

(TGT).

Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

atau disebut sebagai matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu.

Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna

menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi peserta didik serta

berpedoman pada perkembangan IPTEK. Atas dasar hal tersebut seharusnya guru

dapat mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan ketrampilan

matematika tetapi juga menanamkan nilai matematika dalam diri peserta didik.

Akhir yang diharapkan dari belajar matematika adalah dapat membawa peserta didik

dalam mencapai kedewasaan baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak bukannya

putus asa jika tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak bisa memahami konsep

(20)

perpustakaan.uns.ac.id Berbagai permasalah tersebut diatas dapat diatasi dengan cara guru mampu digilib.uns.ac.id menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, agar peserta didik dapat

belajar dengan baik dalam suasana yang menyenangkan pula. Oleh karena itu untuk

memciptakan pembelajaran yang menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan

membelajarkan atau keterampilan mengajar. Menurut Turney dalam Mulyasa (2010

: 69) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan

menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan,

mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing

diskusi kelompok kecil dan besar, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil

dan perorangan.

Salah satu materi yang dianggap sulit adalah Limit Fungsi. Hal ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian peserta didik yang masih rendah. Pada

materi ini peserta didik mengalami kesulitan dalam menghitung nilai limit fungsi.

Dalam menentukan limit fungsi di suatu titik dan di titik tak terhingga peserta didik

masih kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal-soal

karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya. Selain itu peserta didik masih

kesulitan dalam memfaktorkan, mengalikan dengan faktor lawan, membagi dengan

pangkat tertinggi, dan mengaplikasi sifat-sifat limit fungsi untuk mencari nilai limit

suatu fungsi.

Dalam mengatasi masalah tersebut penulis tertarik untuk menerapkan

model pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil dan pembelajaran

individual yang bisa menyelesaikan masalah. Dengan membuat para siswa bekerja

(21)

perpustakaan.uns.ac.id jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam digilib.uns.ac.id menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Model pembelajaran

ini diharapkan peserta didik akan lebih memahami apa yang diperoleh karena peserta

didik mencari sendiri pengetahuannya tentang materi tersebut. Selain itu peserta

didik dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya sehingga

dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Sikap percaya diri memiliki peranan sangat penting dalam mencapai

belajar yang baik. Sikap percaya diri merupakan pola tingkah perilaku kondisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi secara sederhana. Sikap percaya diri merupakan

faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan peserta

didik. Seiring dengan itu guru hendaknya berupaya untuk menumbuhkan dan

meningkatkan percaya diri dalam pembelajaran akan lebih mudah. Dengan sikap

percaya diri peserta didik dalam pembelajaran matematika peserta didik akan lebih

memahami dan menghayati penguasaan konsep matematika sehingga hasil belajar

dapat optimal.

Penerapan model kooperatif menurut penelitian yang selama ini dilakukan

terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Seperti yang telah

kita ketahui model kooperatif mempunyai banyak tipe yang masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif

dirasakan perlu diterapkan pada pokok bahasan Limit Fungsi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat

(22)

perpustakaan.uns.ac.id 1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan digilib.uns.ac.id kemampuan awal peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini, dapat

diteliti apakah semakin tinggi kemampuan awal peserta didik semakin tinggi

pula hasil belajar matematikanya.

2. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin disebabkan minat

belajar peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini dapat diteliti apakah

semakin tinggi minat peserta didik dalam belajar matematika tinggi pula hasil

belajar matematikanya.

3. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar

matematika peserta didik adalah model yang digunakan guru. Masalah yang

muncul terkait dengan ini adalah apakah jika guru menggunakan model

interaktif maka hasil belajar matematika peserta menjadi lebih baik.

4. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan

intelegensi. Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi integensi

peserta didik semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya.

5. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan

sikap percaya diri peserta didik yang masih rendah dalam belajar matematika.

Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi sikap percaya diri

peserta didik dalam belajar matematika semakin tinggi pula hasil belajar

matematikanya.

C. Pemilihan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka tidak semua

(23)

perpustakaan.uns.ac.id penelitian yang terkait dengan masalah yang ketiga dan kelima, yaitu permasalahan digilib.uns.ac.id faktor yang mungkin penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik

adalah model pembelajaran yang digunakan guru dan rendahnya hasil belajar

matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan sikap percaya diri peserta didik

yang masih rendah dalam belajar matematika. Model pembelajaran yang akan

digunakan adalah Teams Assisted Individual dan Think Pair Share (TPS) dengan

tinjauan sikap percaya diri.

D. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka

perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

TAI pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran kooperatif TPS pada kelas

eksperimen 2.

2. Sikap percaya diri peserta didik yang dimaksud adalah kemampuan mengingat

kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan materi dalam pola baru,

dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan

keberanian berspekulasi dalam belajar matematika.

3. Hasil belajar matematika pada penelitian ini yang dipilih adalah hasil belajar

peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran tipe TAI dan TPS pada

materi Limit Fungsi kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.

4. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 SMA Kota

(24)

perpustakaan.uns.ac.id E. Perumusan Masalah digilib.uns.ac.id Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah di atas, maka penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan model

pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran

dengan model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi?

2. Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi

lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang

dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri

sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri

rendah pada materi limit fungsi?

3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TPS yang

memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap percaya diri tinggi,

sedang dan rendah?

F. Tujuan Penelitian

Mengingat tujuan merupakan arah dan suatu kegiatan untuk mencapai

yang diharapkan dan terlaksana dengan baik dan teratur, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta

didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi

(25)

perpustakaan.uns.ac.id 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap digilib.uns.ac.id percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap

percaya diri sedang dan rendah dan hasil belajar peserta didik yang

mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang

mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi Limit Fungsi.

3. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI

dan TPS yang memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap

percaya diri tinggi, sedang dan rendah

G. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, ruang lingkup masalah dibatasi oleh:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat

memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya pada

peningkatan hasil belajar matematika peserta didik melalui pembelajaran TAI.

Secara khusus penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

a. Dengan pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan sikap percaya diri

dalam belajar matematika sehingga akan mempunyai kesempatan dalam

meningkatkan hasil belajar matematika masing-masing peserta didik.

b. Pembelajaran menggunakan model tipe TAI dimana menekankan

kerjasama antar peserta didik sehingga dapat mempermudah peserta didik

(26)

perpustakaan.uns.ac.id 2. Manfaat Praktis digilib.uns.ac.id Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi

nyata berupa langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta

didik dalam menyelesaikan soal matematika melalui pembelajaran model TAI.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan mafaat bagi:

a) Bagi guru

1. Menumbuhkan kreatifitas guru dalam usaha perbaikan pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran yang

menyenangkan.

2. Memberikan informasi kepada guru matematika untuk lebih

menekankan keterlibatan peserta didik dan memberikan kesempatan

peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Membantu guru matematika dalam usaha mencari strategi

pembelajaran yang tepat.

b) Bagi peserta didik

1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika

materi Limit Fungsi.

2. Meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan

berpikir, tanggung jawab, sikap percaya diri peserta didik dalam

(27)

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II

digilib.uns.ac.id

KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Hasil Belajar Matematika

a. Hakekat Belajar

Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya akibat pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman

yang didapatkan selama mengikuti pembelajaran berupa diskusi, presestasi

dan lain-lain.

Belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam

diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif

baru atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama menurut

Briggs (dalam Sumiati, 2007: 40).

Menurut Winkel (2009: 56) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Menurut Lin Emaly (2006) mendefinisikan berikut:

(28)

perpustakaan.uns.ac.id constructivism (artinya belajar adalah suatu proses aktif yang digilib.uns.ac.id menekankan interaksi penuh tujuan dan penggunaan pengetahuan dalam situasi yang bermakna. Dalam eksperimen ilmu pengetahuan, aktifitas penemuan dasar: mengembangkan ilmu harus belajar dalam mengajukan hipotesis, rancangan percobaan dan pemilihan materi yang sesuai. Banyak teori dari ahli psikologi mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses individu dalam menciptakan tujuan dan memahami pengalaman pribadi, yang dikenal sebagai paham konstruktivisme).

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Kostruksivisme dapa dasanya merupakan sebuah teori tentang orang

belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makluk yang aktif dalam

mengkonstruksi ilmu pengetahuan dalam lingkungannya.

Menurut Brooks & Brooks (dalam Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa

ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan

proses belajar peserta didik yaitu 1) guru mendorong, menerima inisiatif dan

kemandirian peserta didik 2) Guru memberikan tugas-tugas pada peserta didik

yang terarah untuk melatih kemampuan mengklasifikasi, menganalisis,

memprediksi dan menciptakan 3) guru mendorong siswa untuk berpikir, melalui

pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik bertanya pada sesama.

Dalam penelitian ini belajar memandang peserta didik sebagai pribadi

yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.

Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi

pengetahuan yang baru. Untuk membantu pengkonstruksian pengetahuan

tersebut diperlukan 1) menumbuhkan sikap percaya diri dengan menyediakan

kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. 2) menumbuhkan

(29)

perpustakaan.uns.ac.id pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan kemudahan dalam digilib.uns.ac.id belajar.

c. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti suatu proses pembelajaran

pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil pembelajarannya,

sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes.

Menurut Hordward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2009: 22) hasil belajar

meliputi keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian sikap dan

cita-cita. Adapun hasil belajar belajar diisi dengan bahan yang telah ditetapkan

dalam kurikulum.

Menurut Mulyono, (2003: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar

yang terprogram dan terkontrol disebut kegiatan pembelajaran atau

kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru. Anak

yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan-tujuan-tujuan instruksional.

Menurut A.J Romiszoski (dalam Mulyono, 2003: 38) hasil belajar

merupakan keluaran (out put) dari suatu sistem pemrosesan masukan

(inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi

(30)

perpustakaan.uns.ac.id Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai peserta digilib.uns.ac.id didik melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik yang akan

menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau

aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap,

sedangkan hasil belajar dilihat dari nilai tes atau hasil tes.

d. Pengertian Matematika

Matematika dapat dibagi atas beberapa cabang antara lain: aljabar,

geometri, kalkulus, statistika. Selain itu kita mengenal matematika

merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak dan membutuhkan

penalaran.

Menurut Freudentahl (dalam Depdiknas, 2005 : 29) matematika harus

dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik dan

relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi.

Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat

ditransmisikan sebagai aktivitas manusia (human activity). Pendidikan

seharusnya memberikan kesempatan peserta didik untuk “re-invent

(menemukan/menciptakan kembali) matematika melalui praktek (doing it).

Dengan demikian dalam pendidikan matematika, matematika seharusnya

bukan sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktivitas dalam

proses pematematikaan.

Menurut Nydam (dalam Elaine, 2007: 278) Matematika adalah

merancang dan melakukan percobaan untuk membuktikan atau

(31)

perpustakaan.uns.ac.id analisis percobaan, mengatur, menjelaskan dan menyaring informasi digilib.uns.ac.id matematis dengan berbagai cara: merenungkan, mengungkapkan secara

lisan, mendiskusikan atau menulis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 723) matematika

diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan

prosedur operasional yag digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan.

Guru matematika mempunyai tugas menciptakan lingkungan belajar,

memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan, dalam kegiatan ini termasuk

menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur

alokasi waktu, menyediakan peralatan pembelajaran dan mengatur

pengelolaan kelas.

Austin (2007) mengatakan bahwa:

This review aimed to investigate the role of different types of interaction (such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with technology) on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance mathematical achievement and more imporantly, higher order mathematical skills (such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition). Improvement of such skill require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other

media play an essential role. (artinya pembelajaran matematika

memerlukan interaksi baik interaksi antar siswa dengan guru, peserta didik dengan teman sebaya maupun interaksi dengan media lain yang

dapat meningkatkan prestasi matematika)

(32)

perpustakaan.uns.ac.id e. Hasil Belajar Matematika digilib.uns.ac.id Gagne dalam Nana Sudjana (2009: 22) mengkategorikan hasil belajar

menjadi lima yaitu 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif, 3)

informasi verbal,4) sikap, 5) keterampilan motorik. Hasil belajar peserta

didik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang

mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54 – 60) adalah

1.Faktor Intern

a.Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun dari

pengalaman peserta didik. Faktor ini diantaranya adalah panca indra

yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya, seperti cacat tubuh,

mengalami sakit dan sebagainya.

b.Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

dari pengalaman, terdiri atas:

1)Faktor intelektif yang mempunyai potensial, yaitu kecerdasan dan

bakat serta faktor kecakapan nyata dan potensi yang dimiliki oleh

peserta didik.

2)Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, motivasi, emosi dan penyesuaian materi.

2.Faktor ekstern

Faktor Ekstern meliputi:

1) Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

(33)

perpustakaan.uns.ac.id 2) Faktor budaya, seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi digilib.uns.ac.id dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan

iklim.

4) Faktor spiritual dan keagamaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi

adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau

dikerjakan. Sedanglan belajar diartikan sebagai usaha untuk

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku

atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat

diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata

pelajaran. Hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes.

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang

diperoleh peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran

matematika yang diberikan pada Sekolah Menengah Atas semester 2

kelas XI pada materi Limit Fungsi yang diukur dari hasil belajar

matematika peserta didik maupun keterampilan kooperatif peserta didik.

2. Model Pembelajaran

Menurut Degeng (dalam Made Wena, 2008: 2) pembelajaran berarti

upaya membelajarkan peserta didik. Kegiatan belajar yang terjadi yang

terjadi di sekolah merupakan upaya yang sudah dirancang berdasarkan

(34)

perpustakaan.uns.ac.id Beberapa definisi model pembelajaran menurut beberapa ahli antara digilib.uns.ac.id lain, menurut Arent (dalam Trianto, 2007 : 3) model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan

para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

Menurut Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2003: 3) model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan

sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti

buku-buku, film, komputer dan lain-lain.

Dalam memilih model pembelajaran guru dituntut untuk menguasai

semua model, namun pada saat tertentu kemampuan guru terbatas. Oleh

karena itu guru harus cerdik mensiasati dengan model yang sesuai dengan

kemampuannya dan juga pemilihan model pembelajaran dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain guru sendiri, fasilitas, peserta didik, tujuan.

Dari uraian di atas model pembelajaran diartikan sebagai pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran mulai dari

awal sampai akhir untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

3.Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia

pendidikan metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk

(35)

perpustakaan.uns.ac.id demikian penelitian terakhir ini mengidentifikasikan metode pembelajaran digilib.uns.ac.id kooperatif dapat digunakan secara efektif pada tingkatan kelas dan untuk

mengajarkan berbagai macam mata pelajaran termasuk matematika mulai

dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah yang lebih kompleks.

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki

jalur utama dalam praktek pendidikan. Salah satunya adalah penggunaan

pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta

didik dan juga akibat positif lainnya dapat mengembangkan hubungan antar

kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang

akademik dan meningkatkan percaya diri serta tumbuhnya kesadaran peserta

didik untuk belajar berpikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan

kemampuan dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu

membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi masalah

karena sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan menuju

pengelompokan yang lebih heterogen.

Duren Philip E mengatakan bahwa

found that small-group cooperative learning emphasized the

development of thinking and problem solving skill. One advantage of

this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety

and competition by creating an environment where student feel safe to

make and learn from mistake. Gilbert Macmillan (1983) suggests that

another advantage of cooperative learning group is that they give

student an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of

view and focus on the problem solving process rather than the answer.

Maksudnya pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil menekankan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id keuntungan dari pendekatan ini adalah mengajarkan bahwa pembelajaran ini digilib.uns.ac.id mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik menciptakan lingkungan

dimana peserta didik merasa aman untuk berbuat dan belajar dari

kesalahan-kesalahan. Menurut Gilbert Macmillan bahwa keuntungan lain dari

pembelajaran kooperatif adalah para guru memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya

pada proses pemecahan masalah.

Menurut Slavin (2009: 8) belajar kooperatif (cooperative learning)

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 sampai 5

orang, dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam proses pembelajaran,

kadang dapat terjadi bahwa penjelasan dari teman lebih mudah dimengerti

daripada penjelasan dari guru. Sering terjadi bahwa ternyata peserta didik

mampu melaksanakan tugas untuk menjelaskan dengan baik ide-ide matematika

yang sulit kepada peserta didik lainnya dengan mengubah penyampaiannya dari

bahasa guru kepada bahasa yang digunakan teman sebayanya sehari-hari.

Noorchaya Yahya and Kathleen Huie, (2002)

In planning cooperative learning, teachers take several roles, First, teachers make pre-instructional decisions about grouping students and assigning appropriate tasks. Teachers have to be able to explain both the academic task and the cooperative structure to students and then must and intervene when necessary. Finally, the techer is also the one who is responsible for evaluating student learning and effectiveness of each group”s work.

(Dalam merencanakan pembelajaran kooperatif, guru memegang beberapa

(37)

perpustakaan.uns.ac.id peserta didik dan pemberian tugas yang sesuai. Guru harus dapat menjelaskan digilib.uns.ac.id tugas akademis dan struktur kooperatif kepada peserta didik dan kemudian

memonitor dan turun tangan bila perlu. Akhirnya, guru juga harus bertanggung

jawab mengevaluasi pembelajaran peserta didik dan keefektifan kerja

masing-masing kelompok)

Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, dalam belajar

kooperatif ada dorongan yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan

terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan efektif diantara anggota

kelompok. Apabila peserta didik ingin anggota timnya berhasil, mereka akan

mendorong untuk menjadi lebih baik dan akan membantu mereka yang

berkesulitan. Sering kali, peserta didik mampu melakukan gagasan-gagasan

yang sulit satu sama lain dengan menterjemahkan bahasa yang digunakan guru

kedalam bahasa anak-anak.

Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling

membantu untuk memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki

pekerjaan teman serta kegiatan lainnya, dengan tujuan mencapai hasil belajar

yang tinggi. Ditanamkan pemahaman kepada peserta didik bahwa tugas belum

selesai jika anggota kelompok belum menguasai dan memahami pembelajaran.

Menurut Arent (1997: 111) dalam pembelajaran kooperatif terdapat

tiga tujuan pembelajaran yaitu: 1) hasil akademik, 2) penerimaan pendapat yang

beragam, 3) pengembangan. Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 45)

pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran

(38)

perpustakaan.uns.ac.id Model pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai digilib.uns.ac.id berikut:

1) Meningkatkan kemampuan peserta didik.

2) Meningkatkan sikap percaya diri

3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan

keahlian yang ada.

4) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif

(kerjasama).

Salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruksi dalam bentuk

kelas-kelas sosial menurut Owens Kay dkk (1998) adalah

A key feature of the approach was the interactive construction of a set

of social norms within the class :Activities will consist of problem for

student, when working in small groups, student are expected to develop solution to the activities cooperatively and to reach conssensus on these solutions, students are expected, as a small group, to explain and defend their solutions or attempts at solutions to the whole class while other student indicate their agreement or disagreement or alternative solutions, the whole class in expected to see itself as community of validators and is expected to work towards a solition or solutions which can be taken-as-share. It is not the teacher's role to validate solutions.

(artinya salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruktif dalam kelas antara

lain: Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pemecahan masalah, bekerjasama

dalam kelompok kecil, peserta didik mengharapkan pemecahan masalah dalam

aktifitas kooperatif dan dapat menyajikan pemecahan masalah, Peserta didik

mengharapkan dalam kelompok kecil dapat menyelesaikan masalah dan dapat

bertukar pendapat dengan peserta didik lain, Dalam lingkup kelas mengharap

(39)

perpustakaan.uns.ac.id berbagai dengan teman-temannya. Dan bukan pada aturan guru dalam digilib.uns.ac.id menyelesaikan masalah)

Dari uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif dalam penelitian

ini adalah suatu pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta

didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka secara aktif meningkatkan

kemampuan berpikir dengan adanya masalah yang diberikan guru dan harus

mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka baik secara individu

maupun kelompok.

Menurut Slavin (1995: 5) terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif

yaitu : STAD, TAI, Jigsaw, TGT, CIRC. Pada hakekatnya semua tipe

pembelajaran kooperatif melibatkan suatu tugas yang memungkinkan peserta

didik untuk saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas

kolektif tersebut.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individual(TAI)

a. Pembelajaran kooperatif Tipe TAI

Model Pembelajaran menurut Sukamto (dalam Kuntjoko, 2009: 1)

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen yang saling berhubungan. Pembelajaran kooperatif merupakan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan digilib.uns.ac.id membuat keputusan kelompok, serta memberikan kesempatan peserta didik

untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mempunyai latar

belakang berbeda.

Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu

teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam belajar secara

kooperatif peserta didik tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali

pertemuan diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama dengan baik dalam

kelompoknya seperti pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman

sekelompok dengan baik dalam berdiskusi.

Model pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dimana

terdapat seorang peserta didik yang mampu berperan sebagai asisten yang

bertugas membantu secara individual peserta didik lain yang kurang mampu

dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik cukup menciptakan

kondisi lingkungan belajar yang konduksif bagi peserta didiknya. Model

pembelajaran TAI akan memotivasi peserta didik agar saling membantu

anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi

dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek

kooperatif. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara

individu dapat dipecahkan bersama dengan asisten serta bimbingan guru.

kesulitan pemahaman konsep dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu digilib.uns.ac.id pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan peserta didik.

TAI merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan program

pengajaran secara individual , model ini memberikan tekanan efek sosial dari

belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui tahapan yang

meliputi :

1) Tes Penempatan atau tes awal

Peserta didik diberi tes permulaan program. Soal yang diberikan

berkenaan dengan materi yang sudah diajarkan seperti memfaktorkan,

menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan penyebut. Hal ini dianggap

perlu untuk keberhasilan suatu pengajaran yang direncanakan. Adapun

tujuannya untuk mengetahui kelemahan peserta didik pada materi yang

akan dipelajari dan akan memudahkan guru dalam memberikan batuan

yang diperlukan.

2) Pembentukan kelompok (Team)

Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4 atau 5 peserta didik.

Anggota kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda baik

tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) berdasarkan hasil tes

ulangan sebelumnya. Kelompok yang dibentuk heterogen, yang mewakili

akademis dalam tes sebelumnya, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi

(42)

perpustakaan.uns.ac.id belajar dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggotanya dalam digilib.uns.ac.id mengerjakan tes dengan baik.

3) Pemberian Bahan Ajar

Peserta didik mempelajari bahan ajar yang meliputi penjumlahan,

pengurangan, pengurangan, perkalian, pembagian, memfaktorkan,

menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan bentuk akar. Pada tahap ini

guru mempersiapkan unit-unit perangkat pembelajaran. Masing-masing

unit terbagi dalam:

a)Satu lembar petunjuk, berisi tinjauan konsep yang diperkenalkan oleh

guru dalam pembelajaran kelompok dan pemberian model secara

bertahap dalam penyelesaian masalah.

b)Beberapa lembar keterampilan praktis.

c)Tes formatif.

d)Tes unit.

e)Lembar jawaban untuk praktek keterampilan, tes formatif dan tes unit.

4) Belajar dalam kelompok

Setelah melaksanakan tes awal, para peserta didik diberikan

suatu unit pembelajaran matematika secara individual. Unit-unit tersebut

dicetak dalam bahan ajar dan peserta didik mengerjakan unit-unit

tersebut dalam kelompok masing-masing dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

a.Peserta didik membentuk pasangan atau bertiga dalam suatu

(43)

perpustakaan.uns.ac.id b.Peserta didik membaca lembar petunjuk dan meminta teman digilib.uns.ac.id sekelompok atau guru untuk membantu jika diperlukan, kemudian

mereka mulai dengan keterampilan yang praktis dalam unit tersebut.

c.Peserta didik mengerjakan misalnya 4 soal pertama, dengan

menggunakan keterampilannya sendiri dan kemudian meminta

seorang teman dalam satu kelompok untuk memeriksa jawabannya.

Jika ke 4 soal tersebut benar boleh meneruskan pada praktek

keterampilan berikutnya, bila ada yang salah, peserta didik harus

mencoba soal berikutnya, dan seterusnya. Jika ada peserta didik yang

masih kesulitan disarankan untuk meminta bantuan teman

sekelompok, sebelum meminta bantuan guru.

d.Jika peserta didik mendapat soal blok dengan 4 soal dijawab benar

peserta didik tersebut akan ikut tes formatif yang menyerupai praktek

keterampilan terakhir. Pada tes formatif ini, peserta didik bekerja

sendiri sampai selesai. Kemudian seorang teman sekelompok

memberi skor tersebut, jika peserta didik mendapat 2 atau lebih

jawaban benar, teman sekelompok menandai tes tersebut untuk

menunjukkan bahwa peserta didik tersebut lulus dan berhak mendapat

tes unit. Tetapi bila tidak mendapat jawaban 2 atau lebih benar, guru

dipanggil untuk menanggapi soal-soal tersebut. Guru mungkin

menyuruh peserta didik tersebut untuk mengerjakan item-item

(44)

perpustakaan.uns.ac.id Tidak ada peserta didik yang diperbolehkan mengambil tes unit digilib.uns.ac.id sampai dia diluluskan oleh teman sekelompoknya pada tes formatif.

e.Peserta didik menyelesaikan tes unit yang merupakan tes akhir untuk

menentukan kriteria kelompok.

5) Nilai kelompok dan penghargaan kelompok

Setiap akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini

berdasarkan jumlah rata-rata yang diperoleh anggota kelompok dari

tes-tes unit. Adapun kriteria untuk prestasi kelompok 1) kriteria tinggi untuk

kelompok super (super team), 2) kriteria menengah untuk kelompok

hebat (great team) dan 3) kriteria minimum untuk kelompok baik ( good

team). Kelompok-kelompok super dan hebat memperoleh penghargaan

yang menarik.

6) Kelompok pengajaran

Setiap tatap muka guru mengajar selama 10 menit atau 15 menit,

memberikan pengajaran prasyarat sebelum pembelajaran berlangsung.

Pengajaraan ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep utama pada

peserta didik dan dirancang membantu peserta didik memahami

hubungan antara matematika yang dipelajari dengan masalah yang

berkaitan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Guru memberikan

pengajaran kepada peserta didik dari kelompok berbeda sebelum

mengajarkan dalam kelompoknya pada unit-unit individual. Pada saat

guru mengajar dalam pengajaran kelompok, peserta lain melanjutkan

(45)

perpustakaan.uns.ac.id (tatap muka) pada kelompok-kelompok pengajaran yang dilakukan digilib.uns.ac.id dalam pengajaran individual peserta didik harus bertanggung jawab

untuk memeriksa memahami materi serta bekerja secara bertahap dan

konsisten. Dengan demikian peserta didik dapat belajar sesuai dengan

kecepatan masing-masing dengan memperhatikan kemajuan dari setiap

anggota kelompok yang merupakan tanggung jawab bersama dalam

menyelesaikan suatu tugas.

7) Informasi materi essensial.

Guru mengulas sedikit materi yang telah dipelajari, memfasilitasi

peserta didik membuat rangkuman, memberikan penegasan pada materi

yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan peserta didik untuk

bertanya.

8) Tes formatif

Tes formatif merupakan tes yang dilakukan setelah beberapa

sub pokok bahasan diajarkan. Setelah tiga minggu guru menghentikan

program individual dalam menyelesaikan tes dan menggunakan waktu

satu minggu untuk mengajar tentang strategi pemecahan

masalah-masalah yang belum dikuasai oleh peserta didik.

b. Persiapan Pembelajaran

Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TAI meliputi: persiapan materi,

pengelompokan peserta didik dalam tim.

1. Persiapan materi

(46)

perpustakaan.uns.ac.id kooperatif tipe TAI. Rancangan tersebut tertuang dalam sebuah digilib.uns.ac.id perangkat pembelajaran yang terdiri dari: bahan ajar, rencana

pembelajaran, lembar kegiatan siswa dan lembar tes unit.

2. Pengelompokan siswa dalam tim

Setiap anggota kelompok beranggotakan 4 sampai 5 peserta

didik yang terdiri dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal

ini guru yang menentukan anggota setiap kelompok serta

mempertimbangkan pula jenis kelamin, ras dan etnis.

c. Langkah-langkah dan Aktivitas Pembelajaran

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI pada

penelitian ini adalah sebagai berikut: pemberian bahan ajar dan LKS,

pembentukan kelompok, peserta didik belajar dalam kelompok, peserta

mengerjakan tes unit dan pemberian penghargaan kelompok. Uraian

aktivitas dari masing-masing langkah adalah :

1) Pemberian bahan ajar dan LKS

Pada langkah ini diperlukan a) bahan ajar yang memuat tujuan

pembelajaran dan materi pelajaran, b) LKS, c) Tes unit.

2) Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4 - 6 peserta didik yang

heterogen, kemudian membentuk pasangan-pasangan untuk

pengecekan. Pembentukan kelompok dapat dilakukan sebelum

pembelajaran berlangsung.

3) Peserta didik belajar dalam kelompok

(47)

perpustakaan.uns.ac.id materi secara individu. Jika peserta didik kurang memahami bahan digilib.uns.ac.id ajar, maka peserta didik bertanya kepada teman sekelompok sebelum

bertanya kepada guru. Guru siap membimbing peserta didik dalam

kelompok-kelompok kecil yang mengalami kesulitan.

4) Peserta didik mengerjakan LKS

Setelah peserta didik memahami bahan ajar, dilanjutkan dengan

mengerjakan LKS yang berisi soal keterampilan praktis yang berisi

dua bagian. Ketika peserta didik mengerjakan soal bagian satu,

peserta didik diperkenankan bertanya kepada teman satu kelompok

agar memperoleh jawaban yang benar, peserta didik melakukan

pengecekan terhadap hasil jawaban teman pasangannya. Apabila

masih mengalami kesulitan guru memberikan bimbingan dan setelah

memperoleh beberapa jawaban benar yang telah ditetapkan, peserta

didik melanjutkan mengerjakan soal bagian dua dan harus

mengerjakan secara individual. Pada tahap ini peserta didik tidak

diperkenankan bertanya kepada teman, tetapi apabila peserta didik

belum memperoleh beberapa jawaban benar seperti yang telah

ditentukan maka guru akan menindaklanjuti peserta didik yang masih

bermasalah.

5) Peserta didik mengerjakan tes unit

Tahap ini dilakukan setelah peserta didik memperoleh jawaban benar

(48)

perpustakaan.uns.ac.id didik mengerjakan soal secara individual sampai selesai. Tes unit ini digilib.uns.ac.id digunakan sebagai dasar pemberian skor kelompok.

6) Pemberian penghargaan kelompok

Skor tes unit yang diperoleh secara individu dalam satu kelompok

dijumlahkan untuk menentukan penghargaan kelompok. Kelompok

terbaik yang memiliki skor tertinggi dinamakan kelompok Super

(Super team), skor berikutnya dinamakan kelompok hebat (Great

team) dan skor minimum dengan kelompok baik (Good team).

d. Kelebihan dan kelemahan penbelajaran kooperatif tipe TAI

Slavin (1995: 190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

TAI mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain:

a)Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan

pengolahan rutin.

b)Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar

kelompok- kelompok kecil.

c)Pelaksanaan program baik untuk guru maupun peserta didik cukup

sederhana.

d)Peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi secara tepat

dan akurat.

e)Para peserta didik dapat melakukan pengecekan satu sama lain.

f)Program ini sangat membantu peserta didik yang berkemampuan lemah.

Adapun kelemahan pembelajaran TAI antara lain, dibutuhkan

(49)

perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran. Apabila peserta didik dalam kelas cukup banyak maka guru digilib.uns.ac.id akan mengalami kesulitan membimbing peserta didik yang membutuhkan

bimbingan, sehingga diperlukan beberapa guru dalam pelaksanaan

pembelajaran tersebut.

5. Pembelajaran kooperatif tipe TPS

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran

yang diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota

kelompoknya berhasil.

Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements (1991) mengatakan bahwa

Participation in cooperative learning experiences can enhance academic achievement and cognitive growth, motivation and positive attitudes toward learning, social competence, and interpersonal relations. Furthermore, cooperative learning has been used effectively across a wide range of contain areas, including mathematics, reading, language arts, social studies and science.

Artinya keikutsertaan dalam pengalaman belajar kelompok dapat

menambahkan penyelesaian akademis dan perkembangan teori, sikap,

motivasi yang positif dalam belajar, kemampuan social dan

hubungan-hubungan antar pribadi. Selainitu belajar kelompok telah dipergunakan

secara efektif antara lain dalam matematika, bacaan, seni, bahasa, ilmu

kemasyarakatan dan pengetahuan.

Menurut Nurhadi dan Senduk (dalam Kuntjoko, 2009: 15)

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang

didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan.

Elemen-eleman yang sekaligus merupakan karakteristik pembelajaran kooperatif

(50)

perpustakaan.uns.ac.id 1) Saling ketergantungan positif digilib.uns.ac.id Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling

membutuhkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya

interaksi promotif yang memungkinkan sesama peserta didik saling

memberikan motivasi untuk meraih yang optimal yang dicapai.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog yang

dilakukan bukan hanya antara peserta didik dengan guru tetapi juga

antara peserta didik dengan peserta didik.

3) Akuntabilitas Individual

Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk belajar

kelompok, namun penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar

secara individu.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin hubungan

antar pribadi dikembangkan, pengembangan kemampuan tersebut

dilakukan dengan melatih peserta didik untuk bersikap tenggang rasa,

sopan, mengkritik ide bukan pribadi, tidak mendominasi

pembicaraan, menghargai pendapat orang lain.

Model pembelajaran tipe TPS atau berpikir berpasangan berbagi

adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pembelajaran kooperatif adalah

(51)

perpustakaan.uns.ac.id peserta didik dan membantu gagasan-gagasan atau ide yang dilakukan digilib.uns.ac.id diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,

yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan mengajar dalam model

ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu, melainkan

perolehan pembelajaran akan lebih baik dilakukan secara bersama-sama

dalam kelompok kecil yang terstuktur dengan baik.

Menurut Trianto (2007: 49-63) ada lima variasi dalam model pembelajaran

kooperatif antara lain:

1. STAD (Student Teams-Achievement Divisions)

Dalam pembelajaran STAD peserta didik ditempatkan dalam

team belajar dalam kelompok yang campuran menurut tingkat

prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan

kemudian peserta didik bekerja dalam team dan memastikan bahwa

seluruh anggota team telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian

seluruh peserta didik diberikan tes tentang materi yang diberikan,

pada saat tes peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu dan

nilai tes tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu

maupun kelompok.

2. Jigsaw

Dalam pembelajaran jigsaw, peserta didik dibagi dalam

kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan kelompok

“asal” dan kelompok “ahli”. Setiap kelompok “asal” diberi tugas

(52)

perpustakaan.uns.ac.id diberikan. Kemudian setiap peserta didik yang mempelajari topik digilib.uns.ac.id yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok “ahli” untuk

bertukar penapat dan informasi. Setelah itu peserta didik tersebut

kembali ke kelompok “asal” untuk menyampaikan informasi yang

diperoleh. Akhirnya setiap peserta didik diberi tes secara individu.

Penilaian atau penghargaan yang digunakan pada jigsaw sama dengan

STAD.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

dimana setiap peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk

menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Model pembelajaran

kooperatif ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit

untuk diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan

pembelajaran kemudian melaksanakannya dengan

mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama

dalam topik tertentu, dan melakukan penyelidikan, menyiapkan dan

mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.

4. Pendekatan Struktural (Structural Approach).

Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok

mengerjakan lembar kerja siwa, saling mengajukan pertanyaan dan

belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan tersebut memberikan

penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk

(53)

perpustakaan.uns.ac.id kelompok kecil. Ada dua tipe pendekatan struktur yang digilib.uns.ac.id dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu:

a) Think-Pair-Share, yaitu model pembelajaran yang menggunakan

suatu model yang bertujuan memberi peserta didik banyak waktu

untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Model ini mempunyai tiga tahapan penting yaitu berpikir

(Thinking), berpasangan (Pairing), dan berbagi (Sharing).

Penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada paragraf selanjutnya.

b) Number-Head- Together (NHT) yaitu model pembelajaran yang

menggunakan suatu model yang melibatkan banyak peserta didik

dalam menelaah materi pelajaran. Model ini bertujuan untuk

mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi materi pelajaran

tersebut. Model pembelajaran NHT terdiri dari empat langkah

utama, antara lain penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir

bersama dan menjawab.

Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi yang diajarkan adalah

model pembelajaran kooperatif tipe “Think-Pair-Share”. Model

pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan

kawan-kawan di Universitas Maryland. Pada model pembelajaran ini

memberika pada peserta didik untuk berpikir dan merespon serta saling

(54)

perpustakaan.uns.ac.id Model pembelajaran tipe “Think-Pair-Share”, mula-mula peserta digilib.uns.ac.id didik berpikir dan mencatat secara individu, kemudian mereka bekerja

berdua-dua untuk membuat beberapa pertimbangan untuk mendukung

pemikiran mereka pada suatu permasalahan tertentu. Selanjutnya dua

pasangan bekerjasama untuk mendapatkan suatu kesepakatan yang saling

mendukung dan mensarikan beberapa pertimbangan mereka untuk

permasalahan tersebut. Dan akhirnya masing-masing kelompok berbagi

kesimpulan dan argumentasi pendukungnya dengan keseluruhan kelas.

Model pembelajaran ini memerlukan semua peserta didik di dalam kelas

untuk praktek penulisan, pemikiran, mendengarkan dan keterampilan

menyampaikan materi. Langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam

pendekatan struktural TPS adalah sebagai berikut:

1) Tahap pertama : Think (berpikir)

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan

dengan materi pelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk

memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri dalam beberapa saat.

2) Tahap kedua : Pair (berpasangan)

Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik

lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap

pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari

pertanyaan atau ide jika persoalan telah diidentifikasi.

3) Tahap ketiga : Share (berbagi)

(55)

perpustakaan.uns.ac.id pada seluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini akan efektif digilib.uns.ac.id dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai

kurang lebih seperempat pasangan mendapat kesempatan

melaporkannya. Pada tahap ini akan menjadi lebih efektif jika guru

berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural

tipe TPS adalah bersifat hipotesis (hanya perkiraan sementara).

Kenyataa.nnya dalam pelaksanaanya tergantung dengan kemampuan

pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan tahap-tahap diatas peneliti menyimpulkan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Guru mengorganisasikan kelas untuk belajar dan mengarahkan peserta

didik untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari dirumah.

2. Guru mengingatkan peserta didik, materi prasyarat dan memberikan

penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari peserta didik.

3. Guru membagi LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan

mengarahkan peserta didik untuk mengerjakan LKS, menjawab

pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas atau

mengerjakan tugas secara mandiri.

4. Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok dengan

(56)

perpustakaan.uns.ac.id 5. Peserta didik berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk digilib.uns.ac.id menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang

telah mereka peroleh secara mandiri.

6. Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan peserta didik

tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari

hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan

sampai beberapa peserta didik mendapat kesempatan untuk

melaporkan, minimal seperempat dari jumlah seluruh pasangan dalam

kelas tersebut, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

7. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing peserta

didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan

memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe “

Think-Pair Share” adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

1.Adanya interaksi antara peserta didik melalui diskusi untuk

menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampilan sosial peserta

didik.

2.Peserta didik yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai

sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

3.Kemungkinan peserta didik mudah memahami konsep dan memperoleh

(57)

perpustakaan.uns.ac.id 4.Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan digilib.uns.ac.id keterampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat

kepemimpinan.

Kelemahan:

1.Peserta didik yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat

menimbulkan sikap minder dan pasif dari peserta didik yang kurang

pandai.

2.Diskusi tidak berjalan lancar jika peserta didik hanya menyalin

pekerjaan siswa yang pandai.

3.Tidak semua topik dapat dijadikan bahan diskusi, tetapi hanya hal-hal

yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

4.Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang

pandai.

5. Sikap percaya diri

1) Pengertian sikap

Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi

tingkah lakunya terhadap suatu obyek atau kejadian di sekitarnya. Sikap

ini merupakan suatu bentuk belajar tersendiri yang selalu diharapkan

didalam suatu proses belajar. Komponen sikap antara lain adalah 1)

kognitif, karena seseorang memerlukan adanya konsistensi didalam

tingkah laku /sikapnya. 2) efektif, yang dapat berupa positif atau negatif

dan 3) tingkah laku, yang ditentukan oleh situasi pada saat tertentu dan

(58)

perpustakaan.uns.ac.id Menurut Galbraith dan Hainer (1998) digilib.uns.ac.id

Attitude may be seen as the result of emotional reactions that have been internalised and automatized (McLeod, 1989a) to generate feelings of moderate intensity and reasonable stability. Marshall (1989) has hypothesized a cognitive mechanism for attitude

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika
Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas..................................................................88
Gambar 2 Grafik Distribusi Chi Kuadrat...............................................................71
Tabel 1.1. Rata-rata Nilai  I Kelas XII IPA Mata  Pelajaran Matematika perpustakaan.uns.ac.idTry Out digilib.uns.ac.id Sekolah Menengah Atas Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan: 1) pembelajaran dengan TPS mempunyai prestasi belajar kognitif lebih tinggi dari TAI, 2) tidak ada pengaruh yang signifikan

Berdasarkan hasil belajar diperoleh siswa rata-rata nilai antar kelas eksperimen 1 yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Time Assisted Individualization (TAI)

Dengan demikian pembelajaran matematika dengan menggunakan model think pair share dengan teknik mind mapping dapat mempermudah siswa memahami materi dengan lebih baik sehingga

prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi,.. sedang, atau rendah pada materi himpunan, (3) pada masing-masing

Peserta didik tidak mampu memberikan penjelasan lebih lanjut terkait materi yang sedang dibahas, peserta didik tidak dapat menyimpulkan jawaban dan tidak mampu dibarengi

(3) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antara peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan Strategi

Bagaimana meningkatkan percaya diri siswa kelas V SD N 2 Candinata pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis usaha kegiatan ekonomi di Indonesia

Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diharapkan bisa meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar IPS siswa, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi