EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS
ASSISTED INDIVIDUAL (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA
DIDIK PADA MATERI LIMIT FUNGSI KELAS XI IPA
SMA KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan oleh: ATIT INDRIYANI
NIM : S851002002
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Yudhi Iscahyono, suamiku tercinta yang senantiasa mendampingi langkahku serta memberikan dukungan dan bimbingan baik moril maupun materiil.
2. Bapak Situr Amadi dan Ibu Siti Kundiyah, kedua orang tuaku yang terhormat dan sangat memberikan segala kasih sayang dan serta dukungannya.
3. Putraku Hanif Irza Prambudi dan putriku Nely Layalial Putri yang sangat aku sayangi dan harapanku.
4. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS.
5. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri 7 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri, SMAK St Augustinus Kediri.
6. Keluarga besar SMAK St Augustinus Kediri.
7. Pembaca yang budiman.
MOTTO
“Mencari pengetahuan adalah salah satu langkah menuju kebahagiaan dan kesuksesan”
- Jim Rhon
“Pengetahuan adalah eksperimen yang dilakukan secara cermat”
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmad dan Karunia Nya telah memberikan kemudahan yang telah penulis terima selama penyusunan makalah kualifikasi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, saran, dukungan dan dorongan dari pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
bantuan selama penulis menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.
4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan dorongan sehingga proposal tesis ini dapat penulis selesaikan.
5. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan arahan yang sangat berarti, penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Kepala SMAK St Augustinus Kediri yang telah memberikan ijin belajar dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
8. Kepala SMA Negeri 7 Kediri dan SMA Negeri 8 Kediri yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolahnya.
9. Rekan saya Yudi April Sudarwanto, S.Pd dan Dra. Suhartatik yang telah memberikan data awal prestasi peserta didik, melaksanakan model pembelajaran tipe TAI dan model pembelajaran tipe TPS serta mengambil data akhir yang sangat diperlukan pada penyusunan tesis ini.
11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Matematika Progran Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…...……….……….……...i
PENGESAHAN JUDUL...ii
PERNYATAAN...iv
MOTTO...v
PERSEMBAHAN...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI………...………...….….……..….……..x
DAFTARTABEL………...…...………...….….……..….……xiii
DAFTAR GAMBAR………....…....………xiv
DAFTAR LAMPIRAN……….…………...……….xv
ABSTRAK...xviii
ABSTRACT... ...xx
BAB I : PENDAHULUAN 8. Latar Belakang Masalah…………...………...…1
9. Identifikasi Masalah…………...…..………...…..6
10. Pemilihan Masalah…..………….…...………...…7
11. Pembatasan Masalah………...…...…………..…...….8
12. Perumusan Masalah………...…..…...9
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori
1. Pengertian Hasil Belajar Matematika...12
2. Model Pembelajaran...18
3. Pembelajaran Kooperatif...19
4. Pembelajaran Kooperatif TipeTAI………...24
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS...34
6. Sikap Percaya Diri...46
B. Penelitian . Relevan...47
C. Kerangka Berpikir...48
D. Hipotesis...54
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Eksperimen…...…………..……….………..……….55
B. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian……….…….………55
C. Variabel Penelitian...56
D. Populasi dan Sampel………...…...61
E. Metode Pengumpulan Data………59
F. Desain Penelitian...…....……….………69
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen...83
B. Deskripsi Data...85
C. Pengujian Prasyarat Analisis...87
D. Pengujian Hipotesis...90
E. Pembahasan Hasil Analisis Data...93
BAB V: KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan...9
9 B. Implikasi...99
C. Saran...101
DAFTAR PUSTAKA...104
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika SMA se Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011...2 Kategori Sekolah Berdasarkan Hasil Try Out I Matematika Tahun Pelajaran 2010/2011...59
Interpretasi Angka Indeks Kesukaran...68
Tabel 3.3 Tata Letak Data Pada Analisis Dua
Jalan...70
Tabel 3.4 Data Amatan Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi...77
Tabel 3.5 Rataan dan Jumlah
Rataan...77
Tabel 3.6 Rangkuman Analisis
Variansi...80
Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas...88 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Anava Dua Jalan Data Hasil Belajar
Matematika....90
DAFTAR GAMBAR
halaman
perpustakaan.uns.ac.id BAB I digilib.uns.ac.id PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
orang yang belum dewasa, agar mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan
pendidik itu berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal
yang positif. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar anak supaya memperoleh
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang
perkembangannya (Winkel, 2009 : 27). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang
mempunyai tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam proses
berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi pilar yang kuat dan
kokoh dalam suatu negara. Rendahnya kualitas sumber daya manusia salah satunya
disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan yang kemungkinan akibat kurang
berhasilnya proses pembelajaran di dalam kelas.
Pendidikan sedang mengalami masa krisis, hal ini dapat terlihat dari data
tentang Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas penduduk
Indonesia berada pada peringkat 110 dari 173 negara. Peringkat Indonesia ini
tergolong rendah. Selain itu Indonesia berada pada posisi yang sangat jauh jika
dibandingkan Negara ASEAN seperti Vietnam apalagi Singapura, Malaysia, dan
perpustakaan.uns.ac.id and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi 36 digilib.uns.ac.id dalam bidang matematika dari 48 negara (http://nces.ed.gov/timss/timss/table07)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipahami peserta didik di setiap jenjang pendidikan.
Menurut Mulyono A, (2003: 11) kesulitan belajar dibedakan antara lain 1) kesulitan
yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities),
artinya kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup
gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta
kesulitan belajar dalam penyesuaian sosial, 2) kesulitan akademik (academic
learning disabilities) artinya kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan pencapaian hasil akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Menurut Lerner (dalam Mulyono A, 2003: 259) ada beberapa karakteristik anak
berkesulitan matematika, yaitu 1) Adanya gangguan keruangan, 2) Kesulitan untuk
melihat berbagai obyek dalam hubungan kelompok atau set, 3) Kecenderungan anak
hanya menghafal tanpa memahami maknanya, 4) Kesulitan anak dalam memahami
simbul, 5) Kesulitan dalam membaca dan memecahkan soal matematika yang
berbentuk cerita tertulis.
Berikut disajikan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik
pada try out I kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011 seperti tertera pada tabel 1.1
Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas
perpustakaan.uns.ac.id Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Try Out I Kelas XII IPA Mata Pelajaran Matematika digilib.uns.ac.id Sekolah Menengah Atas Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010-2011.
NO Nama Sekolah Rata-rata nilai try out
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
SMA Negeri 1 Kediri SMA Negeri 2 Kediri SMA Negeri 3 Kediri SMA Negeri 4 Kediri SMA Negeri 5 Kediri SMA Negeri 6 Kediri SMA Negeri 7 Kediri SMA Negeri 8 Kediri
SMAK St. Augustinus Kediri SMA Pawyatan Daha Kediri SMAK Petra Kediri
SMA Muhammadiyah Kediri SMA Ar-Risalah Kediri SMA Kertanegara Kediri SMA Wahidiyah Kediri SMA Diponegoro Kediri
4,96 5,85 4,15 4,25 4,32 3,38 4,94 3,28 3,54 3,65 3,00 3,00 3,96 2,21 3,44 2,46 Sumber : Data MKKS SMA Kota Kediri
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata try out matematika yang
masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika,
diantaranya faktor kualitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang
menarik belum mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan,
peserta didik merasa sikap kurang percaya diri dan selalu berusaha ingin mengetahui
hasil kerja teman lain saat menerima tugas dari guru, baik tugas-tugas itu berupa
pemahaman konsep, pendalaman materi, latihan, pengayaan maupun pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id Dalam rangka melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan digilib.uns.ac.id (KTSP) serta upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran, selama ini guru
berperan sebagai tokoh sentral di kelas, untuk selanjutnya peserta didik menjadi
pelaku utama dalam pembelajaran. Peran guru diharapkan sebagai fasilitator, artinya
yang akan menyediakan fasilitas belajar di kelas. Pada proses pembelajaran
matematika suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap materi pokok
yang ada. Beberapa alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat
dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran diantaranya Teams Assisted
Individual (TAI), Think Pair and Share (TPS), Student Teams Achievement Divisions
(STAD), Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Teams Games Tournament
(TGT).
Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
atau disebut sebagai matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu.
Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi peserta didik serta
berpedoman pada perkembangan IPTEK. Atas dasar hal tersebut seharusnya guru
dapat mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan ketrampilan
matematika tetapi juga menanamkan nilai matematika dalam diri peserta didik.
Akhir yang diharapkan dari belajar matematika adalah dapat membawa peserta didik
dalam mencapai kedewasaan baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak bukannya
putus asa jika tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak bisa memahami konsep
perpustakaan.uns.ac.id Berbagai permasalah tersebut diatas dapat diatasi dengan cara guru mampu digilib.uns.ac.id menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, agar peserta didik dapat
belajar dengan baik dalam suasana yang menyenangkan pula. Oleh karena itu untuk
memciptakan pembelajaran yang menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan
membelajarkan atau keterampilan mengajar. Menurut Turney dalam Mulyasa (2010
: 69) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing
diskusi kelompok kecil dan besar, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil
dan perorangan.
Salah satu materi yang dianggap sulit adalah Limit Fungsi. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian peserta didik yang masih rendah. Pada
materi ini peserta didik mengalami kesulitan dalam menghitung nilai limit fungsi.
Dalam menentukan limit fungsi di suatu titik dan di titik tak terhingga peserta didik
masih kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal-soal
karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya. Selain itu peserta didik masih
kesulitan dalam memfaktorkan, mengalikan dengan faktor lawan, membagi dengan
pangkat tertinggi, dan mengaplikasi sifat-sifat limit fungsi untuk mencari nilai limit
suatu fungsi.
Dalam mengatasi masalah tersebut penulis tertarik untuk menerapkan
model pembelajaran menggunakan kelompok-kelompok kecil dan pembelajaran
individual yang bisa menyelesaikan masalah. Dengan membuat para siswa bekerja
perpustakaan.uns.ac.id jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam digilib.uns.ac.id menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Model pembelajaran
ini diharapkan peserta didik akan lebih memahami apa yang diperoleh karena peserta
didik mencari sendiri pengetahuannya tentang materi tersebut. Selain itu peserta
didik dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya sehingga
dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Sikap percaya diri memiliki peranan sangat penting dalam mencapai
belajar yang baik. Sikap percaya diri merupakan pola tingkah perilaku kondisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi secara sederhana. Sikap percaya diri merupakan
faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan peserta
didik. Seiring dengan itu guru hendaknya berupaya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan percaya diri dalam pembelajaran akan lebih mudah. Dengan sikap
percaya diri peserta didik dalam pembelajaran matematika peserta didik akan lebih
memahami dan menghayati penguasaan konsep matematika sehingga hasil belajar
dapat optimal.
Penerapan model kooperatif menurut penelitian yang selama ini dilakukan
terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Seperti yang telah
kita ketahui model kooperatif mempunyai banyak tipe yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif
dirasakan perlu diterapkan pada pokok bahasan Limit Fungsi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat
perpustakaan.uns.ac.id 1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan digilib.uns.ac.id kemampuan awal peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini, dapat
diteliti apakah semakin tinggi kemampuan awal peserta didik semakin tinggi
pula hasil belajar matematikanya.
2. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin disebabkan minat
belajar peserta didik yang masih rendah. Dalam konteks ini dapat diteliti apakah
semakin tinggi minat peserta didik dalam belajar matematika tinggi pula hasil
belajar matematikanya.
3. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik adalah model yang digunakan guru. Masalah yang
muncul terkait dengan ini adalah apakah jika guru menggunakan model
interaktif maka hasil belajar matematika peserta menjadi lebih baik.
4. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan
intelegensi. Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi integensi
peserta didik semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya.
5. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan
sikap percaya diri peserta didik yang masih rendah dalam belajar matematika.
Dalam konteks ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi sikap percaya diri
peserta didik dalam belajar matematika semakin tinggi pula hasil belajar
matematikanya.
C. Pemilihan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka tidak semua
perpustakaan.uns.ac.id penelitian yang terkait dengan masalah yang ketiga dan kelima, yaitu permasalahan digilib.uns.ac.id faktor yang mungkin penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik
adalah model pembelajaran yang digunakan guru dan rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik mungkin berkaitan dengan sikap percaya diri peserta didik
yang masih rendah dalam belajar matematika. Model pembelajaran yang akan
digunakan adalah Teams Assisted Individual dan Think Pair Share (TPS) dengan
tinjauan sikap percaya diri.
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka
perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
TAI pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran kooperatif TPS pada kelas
eksperimen 2.
2. Sikap percaya diri peserta didik yang dimaksud adalah kemampuan mengingat
kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan materi dalam pola baru,
dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan
keberanian berspekulasi dalam belajar matematika.
3. Hasil belajar matematika pada penelitian ini yang dipilih adalah hasil belajar
peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran tipe TAI dan TPS pada
materi Limit Fungsi kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
4. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA semester 2 SMA Kota
perpustakaan.uns.ac.id E. Perumusan Masalah digilib.uns.ac.id Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah di atas, maka penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran
dengan model pembelajaran TPS pada materi limit fungsi?
2. Apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri tinggi
lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri sedang
dan rendah, dan hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
sedang lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap percaya diri
rendah pada materi limit fungsi?
3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan TPS yang
memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap percaya diri tinggi,
sedang dan rendah?
F. Tujuan Penelitian
Mengingat tujuan merupakan arah dan suatu kegiatan untuk mencapai
yang diharapkan dan terlaksana dengan baik dan teratur, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada peserta
didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada materi
perpustakaan.uns.ac.id 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mempunyai sikap digilib.uns.ac.id percaya diri tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai sikap
percaya diri sedang dan rendah dan hasil belajar peserta didik yang
mempunyai sikap percaya diri sedang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai sikap percaya diri rendah pada materi Limit Fungsi.
3. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dan TPS yang memperoleh hasil belajar lebih baik jika ditinjau dari sikap
percaya diri tinggi, sedang dan rendah
G. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup masalah dibatasi oleh:
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya pada
peningkatan hasil belajar matematika peserta didik melalui pembelajaran TAI.
Secara khusus penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
a. Dengan pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan sikap percaya diri
dalam belajar matematika sehingga akan mempunyai kesempatan dalam
meningkatkan hasil belajar matematika masing-masing peserta didik.
b. Pembelajaran menggunakan model tipe TAI dimana menekankan
kerjasama antar peserta didik sehingga dapat mempermudah peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id 2. Manfaat Praktis digilib.uns.ac.id Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi
nyata berupa langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta
didik dalam menyelesaikan soal matematika melalui pembelajaran model TAI.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan mafaat bagi:
a) Bagi guru
1. Menumbuhkan kreatifitas guru dalam usaha perbaikan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran yang
menyenangkan.
2. Memberikan informasi kepada guru matematika untuk lebih
menekankan keterlibatan peserta didik dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.
3. Membantu guru matematika dalam usaha mencari strategi
pembelajaran yang tepat.
b) Bagi peserta didik
1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika
materi Limit Fungsi.
2. Meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan
berpikir, tanggung jawab, sikap percaya diri peserta didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.idKAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Hasil Belajar Matematika
a. Hakekat Belajar
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya akibat pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman
yang didapatkan selama mengikuti pembelajaran berupa diskusi, presestasi
dan lain-lain.
Belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam
diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif
baru atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama menurut
Briggs (dalam Sumiati, 2007: 40).
Menurut Winkel (2009: 56) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Menurut Lin Emaly (2006) mendefinisikan berikut:
perpustakaan.uns.ac.id constructivism (artinya belajar adalah suatu proses aktif yang digilib.uns.ac.id menekankan interaksi penuh tujuan dan penggunaan pengetahuan dalam situasi yang bermakna. Dalam eksperimen ilmu pengetahuan, aktifitas penemuan dasar: mengembangkan ilmu harus belajar dalam mengajukan hipotesis, rancangan percobaan dan pemilihan materi yang sesuai. Banyak teori dari ahli psikologi mengatakan bahwa belajar sebagai suatu proses individu dalam menciptakan tujuan dan memahami pengalaman pribadi, yang dikenal sebagai paham konstruktivisme).
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Kostruksivisme dapa dasanya merupakan sebuah teori tentang orang
belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makluk yang aktif dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan dalam lingkungannya.
Menurut Brooks & Brooks (dalam Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa
ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan
proses belajar peserta didik yaitu 1) guru mendorong, menerima inisiatif dan
kemandirian peserta didik 2) Guru memberikan tugas-tugas pada peserta didik
yang terarah untuk melatih kemampuan mengklasifikasi, menganalisis,
memprediksi dan menciptakan 3) guru mendorong siswa untuk berpikir, melalui
pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik bertanya pada sesama.
Dalam penelitian ini belajar memandang peserta didik sebagai pribadi
yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Untuk membantu pengkonstruksian pengetahuan
tersebut diperlukan 1) menumbuhkan sikap percaya diri dengan menyediakan
kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. 2) menumbuhkan
perpustakaan.uns.ac.id pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan kemudahan dalam digilib.uns.ac.id belajar.
c. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti suatu proses pembelajaran
pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil pembelajarannya,
sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dapat berupa tes.
Menurut Hordward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2009: 22) hasil belajar
meliputi keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian sikap dan
cita-cita. Adapun hasil belajar belajar diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
Menurut Mulyono, (2003: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar
yang terprogram dan terkontrol disebut kegiatan pembelajaran atau
kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru. Anak
yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan-tujuan-tujuan instruksional.
Menurut A.J Romiszoski (dalam Mulyono, 2003: 38) hasil belajar
merupakan keluaran (out put) dari suatu sistem pemrosesan masukan
(inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
perpustakaan.uns.ac.id Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai peserta digilib.uns.ac.id didik melalui proses belajar yang dilakukan peserta didik yang akan
menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang atau
aspek-aspek pengetahuan, perubahan keterampilan, nilai dan sikap,
sedangkan hasil belajar dilihat dari nilai tes atau hasil tes.
d. Pengertian Matematika
Matematika dapat dibagi atas beberapa cabang antara lain: aljabar,
geometri, kalkulus, statistika. Selain itu kita mengenal matematika
merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak dan membutuhkan
penalaran.
Menurut Freudentahl (dalam Depdiknas, 2005 : 29) matematika harus
dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik dan
relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi.
Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat
ditransmisikan sebagai aktivitas manusia (human activity). Pendidikan
seharusnya memberikan kesempatan peserta didik untuk “re-invent”
(menemukan/menciptakan kembali) matematika melalui praktek (doing it).
Dengan demikian dalam pendidikan matematika, matematika seharusnya
bukan sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktivitas dalam
proses pematematikaan.
Menurut Nydam (dalam Elaine, 2007: 278) Matematika adalah
merancang dan melakukan percobaan untuk membuktikan atau
perpustakaan.uns.ac.id analisis percobaan, mengatur, menjelaskan dan menyaring informasi digilib.uns.ac.id matematis dengan berbagai cara: merenungkan, mengungkapkan secara
lisan, mendiskusikan atau menulis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 723) matematika
diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan
prosedur operasional yag digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan.
Guru matematika mempunyai tugas menciptakan lingkungan belajar,
memotivasi peserta didik, mengendalikan disiplin dan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, dalam kegiatan ini termasuk
menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan pembelajaran, mengatur
alokasi waktu, menyediakan peralatan pembelajaran dan mengatur
pengelolaan kelas.
Austin (2007) mengatakan bahwa:
This review aimed to investigate the role of different types of interaction (such as classroom interaction, small group interaction, and interaction with technology) on learning mathematics. The studies examined give examples of how to use interaction, accompanied with other factors, to enhance mathematical achievement and more imporantly, higher order mathematical skills (such as mathematical reasoning, self-regulation, and metacognition). Improvement of such skill require the students to communicate mathematically, hence interaction with peers, teachers, or any other
media play an essential role. (artinya pembelajaran matematika
memerlukan interaksi baik interaksi antar siswa dengan guru, peserta didik dengan teman sebaya maupun interaksi dengan media lain yang
dapat meningkatkan prestasi matematika)
perpustakaan.uns.ac.id e. Hasil Belajar Matematika digilib.uns.ac.id Gagne dalam Nana Sudjana (2009: 22) mengkategorikan hasil belajar
menjadi lima yaitu 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif, 3)
informasi verbal,4) sikap, 5) keterampilan motorik. Hasil belajar peserta
didik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54 – 60) adalah
1.Faktor Intern
a.Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun dari
pengalaman peserta didik. Faktor ini diantaranya adalah panca indra
yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya, seperti cacat tubuh,
mengalami sakit dan sebagainya.
b.Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
dari pengalaman, terdiri atas:
1)Faktor intelektif yang mempunyai potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata dan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.
2)Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, motivasi, emosi dan penyesuaian materi.
2.Faktor ekstern
Faktor Ekstern meliputi:
1) Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
perpustakaan.uns.ac.id 2) Faktor budaya, seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi digilib.uns.ac.id dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan
iklim.
4) Faktor spiritual dan keagamaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi
adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau
dikerjakan. Sedanglan belajar diartikan sebagai usaha untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat
diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran. Hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes.
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang
diperoleh peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran
matematika yang diberikan pada Sekolah Menengah Atas semester 2
kelas XI pada materi Limit Fungsi yang diukur dari hasil belajar
matematika peserta didik maupun keterampilan kooperatif peserta didik.
2. Model Pembelajaran
Menurut Degeng (dalam Made Wena, 2008: 2) pembelajaran berarti
upaya membelajarkan peserta didik. Kegiatan belajar yang terjadi yang
terjadi di sekolah merupakan upaya yang sudah dirancang berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id Beberapa definisi model pembelajaran menurut beberapa ahli antara digilib.uns.ac.id lain, menurut Arent (dalam Trianto, 2007 : 3) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2003: 3) model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan
sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti
buku-buku, film, komputer dan lain-lain.
Dalam memilih model pembelajaran guru dituntut untuk menguasai
semua model, namun pada saat tertentu kemampuan guru terbatas. Oleh
karena itu guru harus cerdik mensiasati dengan model yang sesuai dengan
kemampuannya dan juga pemilihan model pembelajaran dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain guru sendiri, fasilitas, peserta didik, tujuan.
Dari uraian di atas model pembelajaran diartikan sebagai pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran mulai dari
awal sampai akhir untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
3.Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia
pendidikan metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk
perpustakaan.uns.ac.id demikian penelitian terakhir ini mengidentifikasikan metode pembelajaran digilib.uns.ac.id kooperatif dapat digunakan secara efektif pada tingkatan kelas dan untuk
mengajarkan berbagai macam mata pelajaran termasuk matematika mulai
dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah yang lebih kompleks.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki
jalur utama dalam praktek pendidikan. Salah satunya adalah penggunaan
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta
didik dan juga akibat positif lainnya dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang
akademik dan meningkatkan percaya diri serta tumbuhnya kesadaran peserta
didik untuk belajar berpikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan
kemampuan dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu
membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi masalah
karena sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan menuju
pengelompokan yang lebih heterogen.
Duren Philip E mengatakan bahwa
found that small-group cooperative learning emphasized the
development of thinking and problem solving skill. One advantage of
this approach to teaching is that it seeks to minimize student anxiety
and competition by creating an environment where student feel safe to
make and learn from mistake. Gilbert Macmillan (1983) suggests that
another advantage of cooperative learning group is that they give
student an opportunity to talk aloud, challenge and defend a point of
view and focus on the problem solving process rather than the answer.
Maksudnya pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil menekankan
perpustakaan.uns.ac.id keuntungan dari pendekatan ini adalah mengajarkan bahwa pembelajaran ini digilib.uns.ac.id mencoba untuk memperkecil kegelisahan peserta didik menciptakan lingkungan
dimana peserta didik merasa aman untuk berbuat dan belajar dari
kesalahan-kesalahan. Menurut Gilbert Macmillan bahwa keuntungan lain dari
pembelajaran kooperatif adalah para guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk berbicara, memberi tantangan dan mempertahankan pendapatnya
pada proses pemecahan masalah.
Menurut Slavin (2009: 8) belajar kooperatif (cooperative learning)
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 sampai 5
orang, dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam proses pembelajaran,
kadang dapat terjadi bahwa penjelasan dari teman lebih mudah dimengerti
daripada penjelasan dari guru. Sering terjadi bahwa ternyata peserta didik
mampu melaksanakan tugas untuk menjelaskan dengan baik ide-ide matematika
yang sulit kepada peserta didik lainnya dengan mengubah penyampaiannya dari
bahasa guru kepada bahasa yang digunakan teman sebayanya sehari-hari.
Noorchaya Yahya and Kathleen Huie, (2002)
In planning cooperative learning, teachers take several roles, First, teachers make pre-instructional decisions about grouping students and assigning appropriate tasks. Teachers have to be able to explain both the academic task and the cooperative structure to students and then must and intervene when necessary. Finally, the techer is also the one who is responsible for evaluating student learning and effectiveness of each group”s work.
(Dalam merencanakan pembelajaran kooperatif, guru memegang beberapa
perpustakaan.uns.ac.id peserta didik dan pemberian tugas yang sesuai. Guru harus dapat menjelaskan digilib.uns.ac.id tugas akademis dan struktur kooperatif kepada peserta didik dan kemudian
memonitor dan turun tangan bila perlu. Akhirnya, guru juga harus bertanggung
jawab mengevaluasi pembelajaran peserta didik dan keefektifan kerja
masing-masing kelompok)
Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, dalam belajar
kooperatif ada dorongan yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan efektif diantara anggota
kelompok. Apabila peserta didik ingin anggota timnya berhasil, mereka akan
mendorong untuk menjadi lebih baik dan akan membantu mereka yang
berkesulitan. Sering kali, peserta didik mampu melakukan gagasan-gagasan
yang sulit satu sama lain dengan menterjemahkan bahasa yang digunakan guru
kedalam bahasa anak-anak.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling
membantu untuk memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki
pekerjaan teman serta kegiatan lainnya, dengan tujuan mencapai hasil belajar
yang tinggi. Ditanamkan pemahaman kepada peserta didik bahwa tugas belum
selesai jika anggota kelompok belum menguasai dan memahami pembelajaran.
Menurut Arent (1997: 111) dalam pembelajaran kooperatif terdapat
tiga tujuan pembelajaran yaitu: 1) hasil akademik, 2) penerimaan pendapat yang
beragam, 3) pengembangan. Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 45)
pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id Model pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai digilib.uns.ac.id berikut:
1) Meningkatkan kemampuan peserta didik.
2) Meningkatkan sikap percaya diri
3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan
keahlian yang ada.
4) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif
(kerjasama).
Salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruksi dalam bentuk
kelas-kelas sosial menurut Owens Kay dkk (1998) adalah
A key feature of the approach was the interactive construction of a set
of social norms within the class :Activities will consist of problem for
student, when working in small groups, student are expected to develop solution to the activities cooperatively and to reach conssensus on these solutions, students are expected, as a small group, to explain and defend their solutions or attempts at solutions to the whole class while other student indicate their agreement or disagreement or alternative solutions, the whole class in expected to see itself as community of validators and is expected to work towards a solition or solutions which can be taken-as-share. It is not the teacher's role to validate solutions.
(artinya salah satu bentuk pendekatan interaktif konstruktif dalam kelas antara
lain: Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pemecahan masalah, bekerjasama
dalam kelompok kecil, peserta didik mengharapkan pemecahan masalah dalam
aktifitas kooperatif dan dapat menyajikan pemecahan masalah, Peserta didik
mengharapkan dalam kelompok kecil dapat menyelesaikan masalah dan dapat
bertukar pendapat dengan peserta didik lain, Dalam lingkup kelas mengharap
perpustakaan.uns.ac.id berbagai dengan teman-temannya. Dan bukan pada aturan guru dalam digilib.uns.ac.id menyelesaikan masalah)
Dari uraian di atas pengertian pembelajaran kooperatif dalam penelitian
ini adalah suatu pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar peserta
didik dalam kelompoknya yang heterogen, mereka secara aktif meningkatkan
kemampuan berpikir dengan adanya masalah yang diberikan guru dan harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka baik secara individu
maupun kelompok.
Menurut Slavin (1995: 5) terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif
yaitu : STAD, TAI, Jigsaw, TGT, CIRC. Pada hakekatnya semua tipe
pembelajaran kooperatif melibatkan suatu tugas yang memungkinkan peserta
didik untuk saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas
kolektif tersebut.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individual(TAI)
a. Pembelajaran kooperatif Tipe TAI
Model Pembelajaran menurut Sukamto (dalam Kuntjoko, 2009: 1)
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen yang saling berhubungan. Pembelajaran kooperatif merupakan
perpustakaan.uns.ac.id didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan digilib.uns.ac.id membuat keputusan kelompok, serta memberikan kesempatan peserta didik
untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mempunyai latar
belakang berbeda.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu
teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam belajar secara
kooperatif peserta didik tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali
pertemuan diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya seperti pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman
sekelompok dengan baik dalam berdiskusi.
Model pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dimana
terdapat seorang peserta didik yang mampu berperan sebagai asisten yang
bertugas membantu secara individual peserta didik lain yang kurang mampu
dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik cukup menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang konduksif bagi peserta didiknya. Model
pembelajaran TAI akan memotivasi peserta didik agar saling membantu
anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi
dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara
individu dapat dipecahkan bersama dengan asisten serta bimbingan guru.
kesulitan pemahaman konsep dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu digilib.uns.ac.id pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan peserta didik.
TAI merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan program
pengajaran secara individual , model ini memberikan tekanan efek sosial dari
belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui tahapan yang
meliputi :
1) Tes Penempatan atau tes awal
Peserta didik diberi tes permulaan program. Soal yang diberikan
berkenaan dengan materi yang sudah diajarkan seperti memfaktorkan,
menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan penyebut. Hal ini dianggap
perlu untuk keberhasilan suatu pengajaran yang direncanakan. Adapun
tujuannya untuk mengetahui kelemahan peserta didik pada materi yang
akan dipelajari dan akan memudahkan guru dalam memberikan batuan
yang diperlukan.
2) Pembentukan kelompok (Team)
Kelompok yang dibentuk beranggotakan 4 atau 5 peserta didik.
Anggota kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda baik
tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) berdasarkan hasil tes
ulangan sebelumnya. Kelompok yang dibentuk heterogen, yang mewakili
akademis dalam tes sebelumnya, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi
perpustakaan.uns.ac.id belajar dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggotanya dalam digilib.uns.ac.id mengerjakan tes dengan baik.
3) Pemberian Bahan Ajar
Peserta didik mempelajari bahan ajar yang meliputi penjumlahan,
pengurangan, pengurangan, perkalian, pembagian, memfaktorkan,
menyederhanakan bentuk akar, merasionalkan bentuk akar. Pada tahap ini
guru mempersiapkan unit-unit perangkat pembelajaran. Masing-masing
unit terbagi dalam:
a)Satu lembar petunjuk, berisi tinjauan konsep yang diperkenalkan oleh
guru dalam pembelajaran kelompok dan pemberian model secara
bertahap dalam penyelesaian masalah.
b)Beberapa lembar keterampilan praktis.
c)Tes formatif.
d)Tes unit.
e)Lembar jawaban untuk praktek keterampilan, tes formatif dan tes unit.
4) Belajar dalam kelompok
Setelah melaksanakan tes awal, para peserta didik diberikan
suatu unit pembelajaran matematika secara individual. Unit-unit tersebut
dicetak dalam bahan ajar dan peserta didik mengerjakan unit-unit
tersebut dalam kelompok masing-masing dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a.Peserta didik membentuk pasangan atau bertiga dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id b.Peserta didik membaca lembar petunjuk dan meminta teman digilib.uns.ac.id sekelompok atau guru untuk membantu jika diperlukan, kemudian
mereka mulai dengan keterampilan yang praktis dalam unit tersebut.
c.Peserta didik mengerjakan misalnya 4 soal pertama, dengan
menggunakan keterampilannya sendiri dan kemudian meminta
seorang teman dalam satu kelompok untuk memeriksa jawabannya.
Jika ke 4 soal tersebut benar boleh meneruskan pada praktek
keterampilan berikutnya, bila ada yang salah, peserta didik harus
mencoba soal berikutnya, dan seterusnya. Jika ada peserta didik yang
masih kesulitan disarankan untuk meminta bantuan teman
sekelompok, sebelum meminta bantuan guru.
d.Jika peserta didik mendapat soal blok dengan 4 soal dijawab benar
peserta didik tersebut akan ikut tes formatif yang menyerupai praktek
keterampilan terakhir. Pada tes formatif ini, peserta didik bekerja
sendiri sampai selesai. Kemudian seorang teman sekelompok
memberi skor tersebut, jika peserta didik mendapat 2 atau lebih
jawaban benar, teman sekelompok menandai tes tersebut untuk
menunjukkan bahwa peserta didik tersebut lulus dan berhak mendapat
tes unit. Tetapi bila tidak mendapat jawaban 2 atau lebih benar, guru
dipanggil untuk menanggapi soal-soal tersebut. Guru mungkin
menyuruh peserta didik tersebut untuk mengerjakan item-item
perpustakaan.uns.ac.id Tidak ada peserta didik yang diperbolehkan mengambil tes unit digilib.uns.ac.id sampai dia diluluskan oleh teman sekelompoknya pada tes formatif.
e.Peserta didik menyelesaikan tes unit yang merupakan tes akhir untuk
menentukan kriteria kelompok.
5) Nilai kelompok dan penghargaan kelompok
Setiap akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini
berdasarkan jumlah rata-rata yang diperoleh anggota kelompok dari
tes-tes unit. Adapun kriteria untuk prestasi kelompok 1) kriteria tinggi untuk
kelompok super (super team), 2) kriteria menengah untuk kelompok
hebat (great team) dan 3) kriteria minimum untuk kelompok baik ( good
team). Kelompok-kelompok super dan hebat memperoleh penghargaan
yang menarik.
6) Kelompok pengajaran
Setiap tatap muka guru mengajar selama 10 menit atau 15 menit,
memberikan pengajaran prasyarat sebelum pembelajaran berlangsung.
Pengajaraan ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep utama pada
peserta didik dan dirancang membantu peserta didik memahami
hubungan antara matematika yang dipelajari dengan masalah yang
berkaitan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Guru memberikan
pengajaran kepada peserta didik dari kelompok berbeda sebelum
mengajarkan dalam kelompoknya pada unit-unit individual. Pada saat
guru mengajar dalam pengajaran kelompok, peserta lain melanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id (tatap muka) pada kelompok-kelompok pengajaran yang dilakukan digilib.uns.ac.id dalam pengajaran individual peserta didik harus bertanggung jawab
untuk memeriksa memahami materi serta bekerja secara bertahap dan
konsisten. Dengan demikian peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kecepatan masing-masing dengan memperhatikan kemajuan dari setiap
anggota kelompok yang merupakan tanggung jawab bersama dalam
menyelesaikan suatu tugas.
7) Informasi materi essensial.
Guru mengulas sedikit materi yang telah dipelajari, memfasilitasi
peserta didik membuat rangkuman, memberikan penegasan pada materi
yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan peserta didik untuk
bertanya.
8) Tes formatif
Tes formatif merupakan tes yang dilakukan setelah beberapa
sub pokok bahasan diajarkan. Setelah tiga minggu guru menghentikan
program individual dalam menyelesaikan tes dan menggunakan waktu
satu minggu untuk mengajar tentang strategi pemecahan
masalah-masalah yang belum dikuasai oleh peserta didik.
b. Persiapan Pembelajaran
Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TAI meliputi: persiapan materi,
pengelompokan peserta didik dalam tim.
1. Persiapan materi
perpustakaan.uns.ac.id kooperatif tipe TAI. Rancangan tersebut tertuang dalam sebuah digilib.uns.ac.id perangkat pembelajaran yang terdiri dari: bahan ajar, rencana
pembelajaran, lembar kegiatan siswa dan lembar tes unit.
2. Pengelompokan siswa dalam tim
Setiap anggota kelompok beranggotakan 4 sampai 5 peserta
didik yang terdiri dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal
ini guru yang menentukan anggota setiap kelompok serta
mempertimbangkan pula jenis kelamin, ras dan etnis.
c. Langkah-langkah dan Aktivitas Pembelajaran
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: pemberian bahan ajar dan LKS,
pembentukan kelompok, peserta didik belajar dalam kelompok, peserta
mengerjakan tes unit dan pemberian penghargaan kelompok. Uraian
aktivitas dari masing-masing langkah adalah :
1) Pemberian bahan ajar dan LKS
Pada langkah ini diperlukan a) bahan ajar yang memuat tujuan
pembelajaran dan materi pelajaran, b) LKS, c) Tes unit.
2) Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4 - 6 peserta didik yang
heterogen, kemudian membentuk pasangan-pasangan untuk
pengecekan. Pembentukan kelompok dapat dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung.
3) Peserta didik belajar dalam kelompok
perpustakaan.uns.ac.id materi secara individu. Jika peserta didik kurang memahami bahan digilib.uns.ac.id ajar, maka peserta didik bertanya kepada teman sekelompok sebelum
bertanya kepada guru. Guru siap membimbing peserta didik dalam
kelompok-kelompok kecil yang mengalami kesulitan.
4) Peserta didik mengerjakan LKS
Setelah peserta didik memahami bahan ajar, dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS yang berisi soal keterampilan praktis yang berisi
dua bagian. Ketika peserta didik mengerjakan soal bagian satu,
peserta didik diperkenankan bertanya kepada teman satu kelompok
agar memperoleh jawaban yang benar, peserta didik melakukan
pengecekan terhadap hasil jawaban teman pasangannya. Apabila
masih mengalami kesulitan guru memberikan bimbingan dan setelah
memperoleh beberapa jawaban benar yang telah ditetapkan, peserta
didik melanjutkan mengerjakan soal bagian dua dan harus
mengerjakan secara individual. Pada tahap ini peserta didik tidak
diperkenankan bertanya kepada teman, tetapi apabila peserta didik
belum memperoleh beberapa jawaban benar seperti yang telah
ditentukan maka guru akan menindaklanjuti peserta didik yang masih
bermasalah.
5) Peserta didik mengerjakan tes unit
Tahap ini dilakukan setelah peserta didik memperoleh jawaban benar
perpustakaan.uns.ac.id didik mengerjakan soal secara individual sampai selesai. Tes unit ini digilib.uns.ac.id digunakan sebagai dasar pemberian skor kelompok.
6) Pemberian penghargaan kelompok
Skor tes unit yang diperoleh secara individu dalam satu kelompok
dijumlahkan untuk menentukan penghargaan kelompok. Kelompok
terbaik yang memiliki skor tertinggi dinamakan kelompok Super
(Super team), skor berikutnya dinamakan kelompok hebat (Great
team) dan skor minimum dengan kelompok baik (Good team).
d. Kelebihan dan kelemahan penbelajaran kooperatif tipe TAI
Slavin (1995: 190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
TAI mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain:
a)Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengolahan rutin.
b)Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar
kelompok- kelompok kecil.
c)Pelaksanaan program baik untuk guru maupun peserta didik cukup
sederhana.
d)Peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi secara tepat
dan akurat.
e)Para peserta didik dapat melakukan pengecekan satu sama lain.
f)Program ini sangat membantu peserta didik yang berkemampuan lemah.
Adapun kelemahan pembelajaran TAI antara lain, dibutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran. Apabila peserta didik dalam kelas cukup banyak maka guru digilib.uns.ac.id akan mengalami kesulitan membimbing peserta didik yang membutuhkan
bimbingan, sehingga diperlukan beberapa guru dalam pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
5. Pembelajaran kooperatif tipe TPS
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran
yang diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota
kelompoknya berhasil.
Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements (1991) mengatakan bahwa
Participation in cooperative learning experiences can enhance academic achievement and cognitive growth, motivation and positive attitudes toward learning, social competence, and interpersonal relations. Furthermore, cooperative learning has been used effectively across a wide range of contain areas, including mathematics, reading, language arts, social studies and science.
Artinya keikutsertaan dalam pengalaman belajar kelompok dapat
menambahkan penyelesaian akademis dan perkembangan teori, sikap,
motivasi yang positif dalam belajar, kemampuan social dan
hubungan-hubungan antar pribadi. Selainitu belajar kelompok telah dipergunakan
secara efektif antara lain dalam matematika, bacaan, seni, bahasa, ilmu
kemasyarakatan dan pengetahuan.
Menurut Nurhadi dan Senduk (dalam Kuntjoko, 2009: 15)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang
didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan.
Elemen-eleman yang sekaligus merupakan karakteristik pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id 1) Saling ketergantungan positif digilib.uns.ac.id Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling
membutuhkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama peserta didik saling
memberikan motivasi untuk meraih yang optimal yang dicapai.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog yang
dilakukan bukan hanya antara peserta didik dengan guru tetapi juga
antara peserta didik dengan peserta didik.
3) Akuntabilitas Individual
Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk belajar
kelompok, namun penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar
secara individu.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin hubungan
antar pribadi dikembangkan, pengembangan kemampuan tersebut
dilakukan dengan melatih peserta didik untuk bersikap tenggang rasa,
sopan, mengkritik ide bukan pribadi, tidak mendominasi
pembicaraan, menghargai pendapat orang lain.
Model pembelajaran tipe TPS atau berpikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pembelajaran kooperatif adalah
perpustakaan.uns.ac.id peserta didik dan membantu gagasan-gagasan atau ide yang dilakukan digilib.uns.ac.id diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan mengajar dalam model
ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu, melainkan
perolehan pembelajaran akan lebih baik dilakukan secara bersama-sama
dalam kelompok kecil yang terstuktur dengan baik.
Menurut Trianto (2007: 49-63) ada lima variasi dalam model pembelajaran
kooperatif antara lain:
1. STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
Dalam pembelajaran STAD peserta didik ditempatkan dalam
team belajar dalam kelompok yang campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan
kemudian peserta didik bekerja dalam team dan memastikan bahwa
seluruh anggota team telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian
seluruh peserta didik diberikan tes tentang materi yang diberikan,
pada saat tes peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu dan
nilai tes tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu
maupun kelompok.
2. Jigsaw
Dalam pembelajaran jigsaw, peserta didik dibagi dalam
kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan kelompok
“asal” dan kelompok “ahli”. Setiap kelompok “asal” diberi tugas
perpustakaan.uns.ac.id diberikan. Kemudian setiap peserta didik yang mempelajari topik digilib.uns.ac.id yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok “ahli” untuk
bertukar penapat dan informasi. Setelah itu peserta didik tersebut
kembali ke kelompok “asal” untuk menyampaikan informasi yang
diperoleh. Akhirnya setiap peserta didik diberi tes secara individu.
Penilaian atau penghargaan yang digunakan pada jigsaw sama dengan
STAD.
3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana setiap peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk
menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Model pembelajaran
kooperatif ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit
untuk diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan
pembelajaran kemudian melaksanakannya dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu, dan melakukan penyelidikan, menyiapkan dan
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
4. Pendekatan Struktural (Structural Approach).
Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok
mengerjakan lembar kerja siwa, saling mengajukan pertanyaan dan
belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan tersebut memberikan
penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
perpustakaan.uns.ac.id kelompok kecil. Ada dua tipe pendekatan struktur yang digilib.uns.ac.id dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu:
a) Think-Pair-Share, yaitu model pembelajaran yang menggunakan
suatu model yang bertujuan memberi peserta didik banyak waktu
untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Model ini mempunyai tiga tahapan penting yaitu berpikir
(Thinking), berpasangan (Pairing), dan berbagi (Sharing).
Penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada paragraf selanjutnya.
b) Number-Head- Together (NHT) yaitu model pembelajaran yang
menggunakan suatu model yang melibatkan banyak peserta didik
dalam menelaah materi pelajaran. Model ini bertujuan untuk
mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi materi pelajaran
tersebut. Model pembelajaran NHT terdiri dari empat langkah
utama, antara lain penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir
bersama dan menjawab.
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi yang diajarkan adalah
model pembelajaran kooperatif tipe “Think-Pair-Share”. Model
pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan
kawan-kawan di Universitas Maryland. Pada model pembelajaran ini
memberika pada peserta didik untuk berpikir dan merespon serta saling
perpustakaan.uns.ac.id Model pembelajaran tipe “Think-Pair-Share”, mula-mula peserta digilib.uns.ac.id didik berpikir dan mencatat secara individu, kemudian mereka bekerja
berdua-dua untuk membuat beberapa pertimbangan untuk mendukung
pemikiran mereka pada suatu permasalahan tertentu. Selanjutnya dua
pasangan bekerjasama untuk mendapatkan suatu kesepakatan yang saling
mendukung dan mensarikan beberapa pertimbangan mereka untuk
permasalahan tersebut. Dan akhirnya masing-masing kelompok berbagi
kesimpulan dan argumentasi pendukungnya dengan keseluruhan kelas.
Model pembelajaran ini memerlukan semua peserta didik di dalam kelas
untuk praktek penulisan, pemikiran, mendengarkan dan keterampilan
menyampaikan materi. Langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam
pendekatan struktural TPS adalah sebagai berikut:
1) Tahap pertama : Think (berpikir)
Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk
memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri dalam beberapa saat.
2) Tahap kedua : Pair (berpasangan)
Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik
lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap
pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari
pertanyaan atau ide jika persoalan telah diidentifikasi.
3) Tahap ketiga : Share (berbagi)
perpustakaan.uns.ac.id pada seluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini akan efektif digilib.uns.ac.id dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai
kurang lebih seperempat pasangan mendapat kesempatan
melaporkannya. Pada tahap ini akan menjadi lebih efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
tipe TPS adalah bersifat hipotesis (hanya perkiraan sementara).
Kenyataa.nnya dalam pelaksanaanya tergantung dengan kemampuan
pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan tahap-tahap diatas peneliti menyimpulkan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Guru mengorganisasikan kelas untuk belajar dan mengarahkan peserta
didik untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari dirumah.
2. Guru mengingatkan peserta didik, materi prasyarat dan memberikan
penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari peserta didik.
3. Guru membagi LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan
mengarahkan peserta didik untuk mengerjakan LKS, menjawab
pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas atau
mengerjakan tugas secara mandiri.
4. Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok dengan
perpustakaan.uns.ac.id 5. Peserta didik berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk digilib.uns.ac.id menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang
telah mereka peroleh secara mandiri.
6. Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan peserta didik
tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari
hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan
sampai beberapa peserta didik mendapat kesempatan untuk
melaporkan, minimal seperempat dari jumlah seluruh pasangan dalam
kelas tersebut, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing peserta
didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan
memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe “
Think-Pair Share” adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1.Adanya interaksi antara peserta didik melalui diskusi untuk
menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampilan sosial peserta
didik.
2.Peserta didik yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai
sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
3.Kemungkinan peserta didik mudah memahami konsep dan memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id 4.Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan digilib.uns.ac.id keterampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.
Kelemahan:
1.Peserta didik yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari peserta didik yang kurang
pandai.
2.Diskusi tidak berjalan lancar jika peserta didik hanya menyalin
pekerjaan siswa yang pandai.
3.Tidak semua topik dapat dijadikan bahan diskusi, tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
4.Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang
pandai.
5. Sikap percaya diri
1) Pengertian sikap
Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi
tingkah lakunya terhadap suatu obyek atau kejadian di sekitarnya. Sikap
ini merupakan suatu bentuk belajar tersendiri yang selalu diharapkan
didalam suatu proses belajar. Komponen sikap antara lain adalah 1)
kognitif, karena seseorang memerlukan adanya konsistensi didalam
tingkah laku /sikapnya. 2) efektif, yang dapat berupa positif atau negatif
dan 3) tingkah laku, yang ditentukan oleh situasi pada saat tertentu dan
perpustakaan.uns.ac.id Menurut Galbraith dan Hainer (1998) digilib.uns.ac.id
Attitude may be seen as the result of emotional reactions that have been internalised and automatized (McLeod, 1989a) to generate feelings of moderate intensity and reasonable stability. Marshall (1989) has hypothesized a cognitive mechanism for attitude