• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 105 ATAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH ( STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 105 ATAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH ( STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk )"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 105 ATAS

PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK

SYARIAH ( STUDI KASUS PT. BANK

MUAMALAT INDONESIA, Tbk )

Hayatunufus, Muhammad Yusuf

Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27

Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone (+6221) 53696969 Nfus_doang@yahoo.co.id ABSTRACT

The purpose of this study is to evaluate the application of mudharabah financing and implementation of PSAK NO. 105 on mudharabah financing at this time. The object of his research was Bank Muamalat Indonesia, Tbk. methods of Analysis Research is Qualitative Descriptive method of Analsis. results of this research indicate that financing of mudharabah in Indonesia, Bank Muamalat Tbk is given in the form of working capital in the form of cash, a non-cash asset, and in setting the amount of the used method of Revenue Sharing and the financing of mudhrabah were in accordance with PSAK NO. 105. Advice the author should Bank Muamalat Indonesia, Tbk using Revenue Sharing and Profit Sharing because when just using Revenue Sharing can provide a risk that a given period the Fund Manager will suffer losses for the results that he received less than the burden of effort to get the Revenue, this is where the injustice can be felt by the managers of the funds because there is the risk of loss, While the owner of the funds free from risk of loss. The road to the outside of the can on the run is the Manager and should be doing business with the principle of caution or prudence principle, so that with Revenue Sharing, the risk of loss can be diminimalisasir so that the owner of the funds that will mengivenstasikan the Fund managed businesses interested in PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (HTN)

Keywords: financing of Mudharabah, PSAK NO. 105, Revenue Sharing

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan pembiayaan mudharabah dan penerapan pembiayaan mudharabah pada PSAK 105 pada saat ini. Objek penelitiannya adalah Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Metode Analisis Penelitian adalah metode Analsis Deskriptif Kualitatif.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia,Tbk diberikan dalam bentuk modal kerja berupa kas, asset non kas, dan dalam menetapkan besarnya bagi hasil digunakan metode Revenue Sharing dan pembiayaan mudhrabah telah sesuai dengan PSAK 105. Saran penulis sebaiknya Bank Muamalat Indonesia,Tbk menggunakan Revenue Sharing dan Profit Sharing karena apabila hanya menggunakan Revenue Sharing dapat memberikan resiko bahwa satu periode tertentu pengelola dana akan mengalami kerugian bagi hasil yang diterimanya lebih kecil dari beban usaha untuk

(2)

mendapatkan Revenue tersebut,di sinilah ketidakadilan dapat di rasakan oleh pengelola dana karna terdapat resiko kerugian, sedangkan pemilik dana terbebas dari resiko kerugian. Jalan ke luar yang dapat di jalankan adalah pengelola dan harus menjalankan usaha dengan prinsip prudent atau prinsip kehati-hatian, sehingga dengan Revenue Sharing, resiko kerugian dapat diminimalisasir agar pemilik dana yang akan mengivenstasikan dananya tertarik pada usaha yang dikelola PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (HTN)

Kata kunci: Pembiayaan Mudharabah, PSAK 105, Revenue Sharing

PENDAHULUAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.

Bank Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya.Didirikan pada tahun 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia.Mulai beroperasi pada tahun 1992, yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha, serta masyarakat luas. Pada tahun 1994, telah menjadi bank devisa. Produk pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil).Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil, dan sewa.

Adapun beberapa dan produk bank telah dipasarkan salah satunya yaitu pembiayaan syariah yang menggunakan Akad mudharabah sangat populer dan menjadi asas utama berbagai transaksi antarumat manusia secara umum dan dalam dunia perbankan syariat secara khusus. Walau demikian, kita tidak mendapatkan dalil khusus dari al-Quran atau as-Sunnah tentangnya, padahal akad ini telah dikenal oleh umat manusia jauh-jauh hari sebelum datangnya agama Islam, dan senantiasa diterapkan oleh umat Islam hingga zaman kita ini.

Dengan adanya kekhususan ini, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai analisis penerapan PSAK 105 terhadap pembiayaan mudharabah, Serta didasari oleh penelitian terdahulu yang ditulis oleh Hulam (2010) yang menyimpulkan bahwa mudharabah merupakan salah satu bentuk transaksi. Yang dimana prinsip utamanya dalam setiap transaksi tentunya harus tetap menjaga asas-asas dalam bermuamalat seperti keadilan, keseimbangan, menghindari mudharat dan mengedepankan maslahat serta menghindari memakan harta sesamanya.Menurut Marpaung dan Rosita (2012) mereka menyimpulkan bahwa Mudharabah merupakan transaksi yang harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan diantara dua belah pihak, yang dimana kepercayaan tersebut harus didasari dengan penerapan akidah, akhlaq dan moral sesuai dengan ketentuan syariah. Yang dimana dewasa ini perkembangan pembiayaan Mudharabah sudah sangatlah pesat yang dimana banyak produk-produk pembiayaan mudharabah telah banyak diterapkan salah satunya seperti Deposito Mudharabah yang ada di Bank Muamalat, maka hal dengan hal ini Wardi dan Putri ( 2011) yang menyimpulkan tentang bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan

mudharabah terdapat keadaan-keadaan seperti berikut: Bank membuat kebijakan sendiri tentang nisbah

bagi hasil antara bank dengan nasabah tanpa mengadakan kesepakatan diantara kedua belah pihak, padahal kerja sama mudharabah adalah kerja sama dengan ketentuan bahwa adanya kesepakatan tentang nisbah bagi hasik yang ditentukan pada awal akad dan pengakuan pendapatan bagi hasil diakui oleh bank pada saat kerja sama berakhir, seharusnya pendapatan bagi hasil diakui periode terjadinya jika masa kerja sama lebih dari satu tahun akuntansi. Tidak hanya itu Rosita ( 2010 ) juga menyimpulkan bahwa hikmah dari pembiayaan mudharabah adalah dapat member keringanan kepada manusia, terkadang ada sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk membuatnya menjadi produktif. Dan Hadi ( 2011 ) yang menyimpulkan bagaimana system investasi yang dilakukan oleh bank syariah terhadap pembiayaan mudharabah yang dimana system bagi hasil mudharabah merupakan landasan investasi dan karekteristik

(3)

umum operasional bank syariah dalam upaya menghindari praktek ribawai. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 105 ATAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PADA BANK SYARIAH ( Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia )“.

Penetilian Terdahulu :

1. A. Chairul Hadi 2011 dengan judul “ Problematika Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syariah Indonesia” menganalisis sistem bagi hasil (mudharabah) yang

merupakan landasan investasi dan karakteristik umum operasional bank syariah dalam upanya menghindari praktek ribawai. Tingginya risiko ( high risk ) dari calon pengelola ( mudharib ) karena moral hazard dan kurangnya kesiapan sumberdaya manusia diperbankan syariah inilah diantara faktor yang menjadikan komposisi penyaluran dana kepada masyarakat lebih banyak dalam bentuk pembiayaan jual beli ( murabahah) dibandingkan penyertaan modal (mudharabah). Adanya batasan-batasan yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan pembiayaan mudharabah ini diantara lain keharusnya adanya garansi (jaminan) atau anggunan berupa fixed asset dan menetapkan rasio maksimal biaya operasional serta pembagian keuntungan berdasarkan profitand loss

sharing.

2. Annaria M Marpaung dan Siti Ita Rosita 2012 dengan judul “ Analisi Perlakuan Akuntansi Pendanaan Mudharabah dalam kaitannya dengan PSAK 105 Pada PT. Bank Jabar Banten Syariah” mereka menyimpulkan bahwa Mudharabah merupakan

transaksi yang harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan diantara dua belah pihak, yang dimana kepercayaan tersebut harus didasari dengan penerapan akidah, akhlaq dan moral sesuai dengan ketentuan syariah. Yang dimana dewasa ini perkembangan pembiayaan Mudharabah sudah sangatlah pesat yang dimana banyak produk-produk pembiayaan mudharabah telah banyak diterapkan salah satunya seperti Deposito

Mudharabah yang ada di Bank Muamalat,

3. Taufiqul Hulam 2010 dengan judul “ Jaminan Dalam Transaksi Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah “yang menyimpulkan bahwa mudharabah

merupakan salah satu bentuk transaksi. Yang dimana prinsip utamanya dalam setiap transaksi tentunya harus tetap menjaga asas-asas dalam bermuamalat seperti keadilan, keseimbangan, menghindari mudharat dan mengedepankan maslahat serta menghindari memakan harta sesamanya.

4. Jeni Wardi dan Gusmarila Eka Putri 2011 dengan judul “ Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah untuk Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Serta Kesesuaiannya Dengan PSAK No. 102 dan 105 “yang menyimpulkan tentang

bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah terdapat keadaan-keadaan seperti berikut: Bank membuat kebijakan sendiri tentang nisbah bagi hasil antara bank dengan nasabah tanpa mengadakan kesepakatan diantara kedua belah pihak, padahal kerja sama mudharabah adalah kerja sama dengan ketentuan bahwa adanya kesepakatan tentang nisbah bagi hasik yang ditentukan pada awal akad dan pengakuan pendapatan bagi hasil diakui oleh bank pada saat kerja sama berakhir, seharusnya pendapatan bagi hasil diakui periode terjadinya jika masa kerja sama lebih dari satu tahun akuntansi.

(4)

5. Siti Ita Rosita 2010 dengan judul “ Studi Pembiayaan Mudharabah dan Laba Perusahaan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Bogor”

menyimpulkan bahwa hikmah dari pembiayaan mudharabah adalah dapat member keringanan kepada manusia, terkadang ada sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk membuatnya menjadi produktif. Dan Hadi ( 2011 ) yang menyimpulkan bagaimana system investasi yang dilakukan oleh bank syariah terhadap pembiayaan mudharabah yang dimana system bagi hasil mudharabah merupakan landasan investasi dan karekteristik umum operasional bank syariah dalam upaya menghindari praktek ribawai.

METODE PENELITIAN

Metode-metode pengumpulan data yang digunakan selama penyusunan skripsi antara lain adalah : 1. Jenis riset : Kualitatif dengan pendekatan Deskritif

2. Sumber data : PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. 3. Metode Pengumpulan Data :

a. Studi Lapangan:

1. Dokumentasi : Dengan metode ini penulis akan memperoleh data primer dari perusahaan yang berhubungan dengan penelitian seperti, Perhitungan pembiayaan Mudharabah, Jenis-Jenis Pembiayaan mudharabah yang ada di perusahaan. 2. Wawancara : Penulis akan melakukan wawancara secara langsung ke bagian

Pembiayaan perusahaan khususnya bagian Pembiayaan Mudharabah yang ada di perusahaan untuk memperoleh informasi tentang penerapan PSAK 105 Pada Pembiayaan Mudharabah.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini digunakan akan digunakan untuk memperoleh informasi dan teori yang revelan yang berkaitan dengan penulisan skripsi dengan mengumpulkan informasi yang ditulis dari buku-buku dan literatur-literatur yang akan membatu penulis dalam mengerjakan skripsi.

HASIL DAN BAHASAN

Evaluasi atas perhitungan bagi hasil pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Didirikan pada tahun 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Mulai beroperasi pada tahun 1992, yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha, serta masyarakat luas. Pada tahun 1994, telah menjadi bank devisa. Produk pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil, dan sewa.

Adapun beberapa dan produk bank telah dipasarkan salah satunya yaitu pembiayaan syariah yang menggunakan Akad mudharabah sangat populer dan menjadi asas utama berbagai transaksi antarumat manusia secara umum dan dalam dunia perbankan syariat secara khusus. Walau demikian, kita tidak mendapatkan dalil khusus dari al-Quran atau as-Sunnah tentangnya, padahal akad ini telah dikenal oleh umat manusia jauh-jauh hari sebelum datangnya agama Islam, dan senantiasa diterapkan oleh umat Islam hingga zaman kita ini.

Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua ( pengelola dana ) bertindak selaku pengelola,

(5)

dan keutungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pengelola dana.

Karena dalam hal pembiayaan mudharabah melibatkan dua pihak yaitu pihak pertama banka ( shahibul maal ) dan pihak kedua pengelola dana ( mudharib ) tentunya pembagian hasil usahanya harusnya dilakukan sejelas mungkin sehingga tidak merugikan kedua belah pihak.

Sesuai dengan PSAK 105 pembagian hasil usaha dalam pembiayaan mudaharabah dibagi 2 yaitu yang pertama menggunakan prinsip bagi hasil. Pada prinsip bagi hasil ini dasar pembagian hasil usahanya adalah laba bruto ( Gross Profit ) bukan total pendapatan usaha ( Omset ). Sedangkan yang kedua yaitu mengunakan prinsip bagi laba, dalam prinsip ini dasar pembagian labanya adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah. Sesuai dengan data yang diperoleh penulis dari PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Telah menerangkan pembagian hasil usaha yang akan dijelaskan sebagai berkut. Perhitungan hasil usaha yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Dalam aplikasinya, mekanisme penghitungan bagi hasil dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu :

a) Pendekatan profit sharing (bagi laba) Penghitungan menurut pendekatan ini adalah hitungan bagi hasil yang berdasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut.

b) Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan). Penghitungan menurut pendekatan ini adalah perhitungan laba didasarkan pada pendapatan yang diperoleh dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut

Konsep Bagi Hasil

Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang diterapkan oleh sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah, konsep bagi hasil dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang bertindak sebagai pengelola dana.

2. Pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal dengan sistem pool

of fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola akan menginvestasikan dana-dana

tersebut kedalam proyek atau usaha-usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi semua aspek syariah.

3. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad) yang berisi ruang lingkup kerjasama, jumlah nominal dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut. Perhitungan Bagi Hasil Syariah

Metode penghitungan bagi hasil dalam ekonomi syariah secara umum dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Menghitung saldo rata-rata harian (Daily Average) sumber dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki. DA = Total Dana ∑ n

(6)

Keterangan:

DA = saldo rata-rata harian N = waktu atau hari

2. Menghitung saldo rata-rata tertimbang (Weight Average) sumber dana yang telah tersalurkan pada proyek atau usaha-usaha lainnya.

WA = ∑(total dana x jumlah hari periode dana)

3. Menghitung distribusi pendapatan yang diterima dalam periode tertentu.

DP = WA x TP

TWA Keterangan:

WA = saldo rata-rata tertimbang TWA = total saldo rata-rata tertimbang TP = total pendapatan periode tertentu

4. Membandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah disalurkan. 5. Mengalokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana yang dimiliki

sesuai dengan saldo rata-rata tertimbang

6. Memperhatikan nisbah sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam kesepakatan (akad).

7. Mendistribusikan bagi hasil tersebut sesuai dengan nisbahnya kepada pemilik dana sesuai dengan klasifikasi dana yang ditanamkan.

Untuk memberikan gambaran tentang penghitungan bagi hasil maka penulis memberikan contohnya akuntansi tabungan mudharabah berikut diberikan beberapa transaksi yang berkaitan dengan tabungan dan jurnalnya.

C03/08/2009 Diterima setoran kliring BG Bank Muamalat Indoensia , pembukaan rekening tabungan mudharabah atas nama Indra Permana sebesar Rp. 10.000.000,--. Atas transaksi tersebut bank syariah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr.Bank Indonesia 10.000.000

Cr. Titipan Kliring 10.000.000

Saat danannya efektif ( tidak ditolak ):

Dr. Titipan Kliring 10.000.000

Cr. Rekening Tabungan (a/n Indra Permana ) 10.000.000

Dari jurnal diatas akan mengakitbatkan perubahan saldo Buku Besar dan posisi Neraca, serta rekening individu sebagai berikut:

(7)

BUKU BESAR Tabungan Mudharabah

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

03-Sep Rekening Indra permana 10.000.000 Saldo 10.000.000 10.000.000 10.000.000 NERACA Per 03 Agustus 2009 Aktiva Passiva

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Kewajiban

Giro Wadiah 0

Dana Syirkiah Temporer

Deposito Mudharabah 0

Tabungan Mudharabah 10.000.000

Nisbah (Rasio Bagi Hasil)

Nisbah adalah merupakan rasio bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang melakukan akad kerjasama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib), dimana nisbah ini tertuang didalam akad yang telah disepakati dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Contoh Perhitungan Nisbah dengan Deposito Mudharabah

Pada Tanggal 1 Angustus 2009 Bank Muamalat Indonesia Tbk, menerima Setoran Tunai atas nama Erma Sebesar Rp. 25.000.000,-- sebagai investasi deposito mudharabah unuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah 65 untuk nasabah dan 35 untuk Bank Muamalat Indonesia Tbk,.

Atas transaksi tersebut Bank Muamalat Indonesia Tbk, melakukan jurnal sebagai berikut: Dr. Kas Rp. 25.000.000.000

Cr. Deposito Mudharabah ( a/n Erma ) Rp. 25.000.000.000

Dari transaksi tersebut akan mempengaruhi perubahaan Buku Besar dan posisi Neraca sebagai berikut: Rekening Tabungan Indra Permana

Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo

03-Agust Setoran Awal 10.000.000 10.000.000

(8)

BUKU BESAR Deposito Mudharabah

Debet Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

01-Agust Erma 25.000.000 Saldo 25.000.000 25.000.000 25.000.000 NERACA Per 03 Agustus 2009 Aktiva Passiva

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Kewajiban

Giro Wadiah 0

Dana Syirkiah Temporer

Deposito Mudharabah 25000000

Dalam hal ini pembagian hasil usaha mudaharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Maka dari itu penulis memberikan contoh kasus 1, tentang pembagian bagi hasil di PT. Bank Mualamat Indonesia Tbk,.

Kasus 1

Bank Muamalat Indonesia menadatangani akad mudharabah musyarakah dengan PT. Lancar Bersama pada 1 Mei 2011, Bank Muamalat menyalurkan pembiayaan dengan kas Rp. 400.000.000,-- dan PT. Lancar sebesar Rp. 100.000.000,-- nisbah bagi hasil yang disepakati adalah bank : mitra = 40 : 60 dari laba kotor usaha mitra, bila rugi maka pembagian ruginya berdasarkan porsi modal yang disetorkan masing-masing. Pada tahun 2011 PT. Lancar Bersama melaporkan laba kotor usaha sebesar Rp. 200.000.000,-- maka berapakah hitungan bagi hasil untuk bank dan mitra , menggunakan prinsip bagi hasil apakah Bank Muamalat Indonesia Tbk,. Dan Apakah telah sesuai dengan PSAK 105 yang telah berlaku diterapkan oleh Bank Muamalat?

Cara 1:

Hasil usaha dibagi antara bank dan mitra dengan dasar nisbah, sisanya setelah dkurangi hak pengelola dana akan dibagi sesuai dengan porsi modal masing-masing.

Bagian pengelola ( musytarik ) = 60: 100 x Rp. 200.000.000 = Rp. 120.000.000 sisanya Rp. 80 jt jika dibagi bedasarkan porsi modal.

Pengelola = 100: 500 x 80 jt = 16 jt Bank Muamalat = 400/500 x 80 jt = 64 jt Jadi bagi hasil pengelola = 120 jt + 16 jt = 136 jt Bagi hasil bank Muamalat = 64 jt = Rp. 200 jt,-- Cara 2

Hasil usaha dibagi antara bank dan mitra berdasarkan porsi modal masing-masing, sisanya setelah dikurangi hak pengelola dana akan dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil.

(9)

Bagian pengelola ( musytarik ) = 100 : 500 x Rp. 200 jt,- = Rp. 40 jt,- ; sisanya rp. 160 jt,- dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil.

Pengelola = 60/100 x 160 jt,- = Rp. 64 jt,-

Jadi, bagi hasil pengelola = Rp. 40 jt,- + Rp. 96 jt,- = Rp. 136 jt,-

Bagi hasil Bank Muamalat = Rp. 64 jt,- ; total bagi hasil yang dibagi = Rp. 136 jt,- + Rp.64 jt,- = Rp. 200 jt,- .

Hasil Evaluasi:

Dalam hal ini penulis memberikan sebuah evaluasi. Bahwa cara 1 dan cara 2 perhitungan bagi hasilnya adalah sama dan dalam hal ini bisa kita lihat bahwa dalam prinsip bagi hasil ada 2 prinsip yaitu prinsip bagi hasil menggunakan Revenue sharing dan Prosif sharing dan disini bisa kita lihat bahwa , Bank Muamalat Indonesia Tbk lebih cenderung menggunakan prinsip Revenue sharing yang dimana pendapatan usaha sebelumnya dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan tersebut dalam Revenue sharing, ke dua belah pihak akan selalu mendapatkan bagi hasil, karena bagi hasil dihitung dari pendapatan pengelola dana/ PT. Lancar . Sepanjang pengelola dana memperoleh Revenue maka pemilik dana/ PT. Muamalat Indonesia Tbk, akan mendapatkan distribusi bagi hasil. Ditinjau dari sisi pemilik dana / Bank Muamalat Indonesia Tbk, maka prinsip ini menguntungkan, karena selama pengelola dana/ PT. Lancar memperoleh Revenue maka pemilik dana pasti mendapatkan bagi hasilnya. Tetapi, bagi pengelola dana hal ini dapat memberikan resiko bahwa suatu periode tertentu pengelola dana akan mengalami kerugian, karena bagi hasil yang diterimanya lebih kecil dari beban usaha untuk mendapatkan Revenue tersebut. Disinilah ketidak adilan dapat dirasakan oleh pengelola dana karena terdapat risiko kerugian, sedangkan pemilik dana terbebas dari risiko kerugian. Dalam hal ini penulis tidak setuju dengan hal yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia Tbk, karna yang sudah dijelaskan oleh penulis diatas, prinsip tersbut sangat banyak berisiko pada pengelola dana, bukan pemilik dana. Dan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis oleh Bank Muamalat Indonesia tbk, bahwa penerapan PSAK 105 telah diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan selalu mengikuti perkembangan PSAK 105 itu sendiri serta memperbaruinya.

Dan disini penulis juga membuat contoh kasus tentang pembagian bagai hasil yang dimana pembiayaan yah terdapat kredit macet atau yang sering disebutkan adalah pembiayaaan revoling yang diakitbatkan adanyan sebuah kerugian. Berikut Contoh kasus tentamg pembiayaan yang revoling.

4.3.2 Perlakuan Akuntansi Mudhrabah Musyarakah

PSAK 105 mendefinisikan mudharabah musyarakah adalah bentuk mudhrabah dimana pengelola menertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Dimisalkan, bank syariah menerima tabungan mudharabah dari deposan dalam bentuk pool of fund ( kumpulan dana tabungan mudharabah ) sebesar Rp. 1.000.000.000,-- kemudian bank mengivestasikan dalam investasi mudharabah dimana mitra pengusaha yang menyertakan modal sebesar Rp. 500.000.000,-- sehingga total investasi mudharabah yang dikelola oleh mudharib ( pengusaha ) adalah Rp. 1.500.000.000,-- jadi, dalam hal ini bank syariah sebagai pemilik dana mudharabah ( shahibul maal) dimana dananya berasal dari tabungan mudharabah dan dana pengusaha sendiri ( bisa dari dana tunai maupun non kas )

PSAK 105 telah mengatur perlakuan akuntansi mudharabah musytarakah seperti berikut ini. 1. Penyertaan dana mudharabah musytarakah

Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudharabah musytarakah, maka penyaluran dana milik pengelola dana tersebut diakui sebagai investasi mudharabah. Akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan anatara akad mudharabah dan musyarakah. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana ( berdasarkan akad mudharabah) menyertakan dananya dalam investasi bersama ( berdasakan akad musyarakah ). Pemilik dana musyarakah ( musytarik ) memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi dana yang disetorkan. Pembagian hasil usaha anatara pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai dana musyarakah.

(10)

2. Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah

Pembagaian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan sebagai berikut: a. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana ( sebagai mudharib ) dan pemilik dana

sesuia dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana ( sebagai musytarik ) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing

b. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana ( sebagai musytarik ) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masingh selanjutnya bagaian hasil invsetasi setelah dikurangi untuk pengelola dana ( sebagai musytarik ) tersebut dibagi anatara pengelola dana ( sebagai mudharib ) dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Jika terjadi kerugian atas investasi maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik. Maka dengan adanya teori-teoti serta kasus yang telah dievaluasi maka dari itu penulis pun melakukan penyajian dan pengukapan yang berdasrkan PSAK 105 yang dimana isinya sebagai berikut:

1. Penyajian

Bagaimana pengelola dana dan pemilik dana dapat menyajkan laporan keuanganya, dalam PSAK 105 telah mengatur bahwa:

a. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat.

b. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:

1. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah.

2. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan kewajibannya.

2. Pengungkapan

Dalam PSAK 105 telah menagtur tentang pengukapan yang berkaitan dengam mudharabah baik bagi pemilik dana maupun pengelola dana, sperti berikut ini: a. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi mudharabah tetapi

tidak terbatas, pada:

1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil 2. Rinciaan jumlah investasi mudharabah, dan lain-lain

3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan 4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: penyajian

b. Pengelola dana mengungkapan hal-hal yang terkait transaksi mudharabah tetapi tidak terbatas pada:

1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah dan lain-lain

2. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya 3. Penyaluran dana syang berasal dari mudharabah muqqayadah

4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101 : penyajian laporan keuangan syariah

(11)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan oleh penulis terhadap pelaksanaan bagi hasil mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia Tbk, dalam melakukan penelitian ini penulis berusaha mengevaluasi tentang prinsip pembiayaan bagi hasil yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia tbk, disini penulis menyimpulkan bahwa Bank Muamalat Indonesia, tbk dalam melakukan bagi hasil yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah salah satu yaitu Tabungan mudharabah dan deposito mudhrabah bahwa pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia Tbk, diberikan dalam bentuk modal kerja berupa kas dan asset non kas. Besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah ditentukan pada awal akad sesuai dengan kesepakatan anatara kedua belah pihak, dan dalam menetapkan besarnya bagi hasil digunakan metode Revenue Sharing. karena kasus yang diberikan oleh bank tidak jelas atau kurang data mengenai beban usaha amupun beban-beban lainnya dan hasil wawancara yang dilakukan penulis oleh pihak Bank Muamalat Tbk, sendiri mengatakan prinsip bagi hasil yang dilakukan oleh bank adalah revenue sharing.

Untuk selanjutnya penulis melakukan evaluasi terhadap Pengakuan dan Pengukuran yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dimana dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap jurnal-jurnal yang dilakukan oleh pihak Bank Muamalat dalam melakukan Pengakuan dan Pengukuran telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan No. 105.

Penyajian dan pengungkapan terhadap Investasi Mudharabah menurut PSAK No. 105 diletakkan dalam dua laporan keuangan yaitu Neraca dan Laporan Laba /Rugi. Untuk Laba/Rugi Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah melaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada, sedangkan untuk neraca masih ada kekurangan dimana dalam laporan neraca yang dibuat oleh Bank Muamalat Indonesia, Tbk hanya ada Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah dan tidak ada penjelasan apakah kedua tabungan tersebut sudah dipisah dengan bagi hasil atau belum. Padahal dalam teorinya seharusnya Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah yang sudah dibagi hasilnya dengan yang belum dibagi hasilnya harus ditulis secara terpisah.

Saran

Setelah melakukan penelitian pembiayaan mudharabah terhadap Bank Muamalat Indonesia, Tbk maka penulis dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagi Bank Muamalat Indonesia Tbk:

a. Bahwa sebaiknya Bank Muamalat dalam menentukan akad pembiayaan mudharabah seharusnya memberikan keterangan sejelas-jelasnya mengenai isi akad tersebut, sehingga tidak terjadi kesalah fahaman antar nasabah dengan bank.

b. Dan dalam menentukan bagi hasil sebaiknya menggunakan profitsharing, agar seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan ditanggung bersama. Dan resiko Pengolala dana tidaklah begitu besar dalam melakukan pembiayaan tersebut.

2. Bagi Pemerintah :

a. Sebaiknya dalam menentukaan udang-undang mengenai perbankkan syariah harus diperjelas lagi dan benar-benar berpedoman kepada Al-Quran dan hadis.

b. Membuat bank central yang berbasis syariah, sehingga seluruh perbankan yang berbasis syariah benar-benar bisa murni syariah. Tanpa terkait dengan bunga atau riba sama sekali.

c. Berikanlah perhatian yang lebih kepada Bank Syariah atau Perusahan-perusahaan yang berbasis syariah agar mendorong perusahan-perusahaan yang berbasis syariah tersebut menjadi lebih baik dan lebih maju dibandingkan Bank Konvensional.

(12)

3. Bagi penulis

a. Dalam hal ini penulis menyarankan bahwa sebaiknya dibuatkan lagi peneltian-penelitian lainnya seperti melakukan peneltian-penelitian pada pembiayaan, Musyarakah, Mudharabah Mutlaqah, Mudharabah Musytarakah dan pembiayaan lainnya.

b. Dalam melakukan suatu penelitian harus lebih banyak lagi dalam memperoleh referensi-referensi mengenai buku-buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

REFERENSI

Hadi .(2011 ). Problematika Pembiayaan Mudharabah Di Perbankan Syariah Indonesia. Jurnal Maslahah, Vol 2 ( 1- 14 ), Diakses 1 April 2013

Harahap, A. Wiroso., Yusuf, M .( 2010 ). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Penerbit LPFE Usakti Hulam ( 2010 ) Jaminan Dalam Transaksi Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah, Jurnal Mimbar

Hukum, Vol 22 No. 3 ( 520- 533 ), Diakses 1 April 2013

Marpaung, dan Rosita ( 2012 ). Analisis Perlakuan Akuntansi Pendanaan Mudharabah Dalam Kaitannya dengan PSAK 105 pada PT Bank Jabar Banten Syariah. Jurnal Ilmiah ranggading , Vol 12 No. 2 ( 110- 118 ), Diakses 29 Maret 2013

Muamalat Institute,.(2011). Research Training Consulting & Publication: Jakarta: M.I Pradja, W .( 2012 ). Ekonomi Syariah. Bandung : Cv. Pustaka Setia

Rosita .( 2012 ). Studi Pembiayaan Mudharabah dan Laba Perusahaan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Bogor ( Study of Mudharabah and Profit in Bank Muamalat). Jurnal

Ilmiah Kesatuan Vol: 14 No: 1 (101-110), Diakses 5 April 2013

Slamet, Taufan .( 2012 ). Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia . Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Sudarsono, H .( 2012 ). Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia

Wangsawidjaja, A .( 2012 ). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Urama Wardi, Putri ( 2011) Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah Untuk Pembiayaan Murabahah, Mudharabah

serta kesesuainnya dengan PSAK No. 102 dan 105. Jurnal Pekbis, Vol: 3 No: 1 ( 447-455 ), Diakses 5 April 2013

www.muamalatindonesia.com

Yusuf,M. ,Wiroso, .( 2011 ). Bisnis Syariah Edisi 2. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Wiyono,S. ,Maullamin,T. .( 2012 ). Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

RIWAYAT PENULIS

Hayatunufus lahir di Jakarta pada 9 Juli 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

 Evaluasi Penilaian Dokumen RPI2JM Kab/Kota dilakukan oleh Satgas RPI2JM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil. dan Satker Perencanaan dan

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Usaha budidaya ikan hias air tawar ini dirintis oleh Bapak Asep sejak tahun 2010, akan tetapi sebelum memiliki usaha sendiri beliau telah lama bekerja pada beberapa supplier ikan

Koorders tercatat sebagai orang pertama yang menemukan gambut di Indonesia pada tahun 1895, melalui pengamatannya di hutan rawa pantai Timur Sumatera (Noor dan Sarwani,

penelitian yang di lakukan oleh Prasetyo dan Padmantyo (2012; 62) menyatakan bahwa produktivitas dipengaruhi secara signifikan oleh pengalaman kerja, motivasi

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketersediaan input produksi, menganalisis perbandingan biaya produksi serta penerimaan pada usaha ternak ayam potong

Fitur- fitur yang dimiliki aplikasi adalah : proses mengelola data user , proses mengelola data PBF, proses mengelola data dokter, proses mengelola data obat, proses

Pelaku Usaha/Bisnis dalam hal ini Emiten atau Perusahaan Publik diharapkan dapat mematuhi seluruh ketentuan yang telah diatur dalam UUPM khususnya dalam rangka