LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ASPEK BP LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ASPEK BP
“Perbanyakan Vegetatif” “Perbanyakan Vegetatif”
Disusun Oleh: Disusun Oleh:
Nama
Nama : : Falia Falia Nanda Nanda Nur Nur AlifahAlifah NIM
NIM : : 125040201111304125040201111304 Kelas
Kelas : : JJ
Asisten
Asisten : : Hadi Hadi SuwitnyoSuwitnyo
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MALANG 2014 2014
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan
perkembangbiakan tanaman tanaman dengan dengan menggunakan menggunakan bagian-bagian bagian-bagian tanaman, tanaman, seperti seperti batang,batang, cabang, ranting,
cabang, ranting, pucuk, pucuk, daun, umbi, daun, umbi, atau akar atau akar untuk menghasilkan untuk menghasilkan tanaman baru tanaman baru yangyang mempunyai sifat identik dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut mempunyai sifat identik dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut dilaksanakan tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk.
dilaksanakan tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk.
Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dapat menghasilkan tanaman Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya. Selain itu tanaman yang berasal dari perbanyakan dengan sifat yang sama dengan induknya. Selain itu tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetative, lebih cepat berbunga dan berbuah. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan secara vegetative, lebih cepat berbunga dan berbuah. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan banyak, tanaman secara vegetatif yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan banyak, sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
Maksud dari pengembangan teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu untuk Maksud dari pengembangan teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu untuk mengembangkan teknologi perbenihan, sehingga tidak bergantung pada bibit yang berasal dari mengembangkan teknologi perbenihan, sehingga tidak bergantung pada bibit yang berasal dari benih.
benih. Adapun Adapun tujuannya tujuannya adalah adalah untuk untuk meningkatkan meningkatkan pengetahuan pengetahuan mengenai mengenai teknologiteknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif.
perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Dalam praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Benih Aspek BP materi Perbanyakan Dalam praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Benih Aspek BP materi Perbanyakan Benih ini, kami melaksanakan dua macam perbanyakan vegetatif, yaitu secara alami dan buatan. Benih ini, kami melaksanakan dua macam perbanyakan vegetatif, yaitu secara alami dan buatan.
1.2
1.2 TujuanTujuan
Tujuan disusunnya laporan ini yaitu untuk: Tujuan disusunnya laporan ini yaitu untuk: 1.
1. Mengetahui pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan buatanMengetahui pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan buatan 2.
2. Mengetahui macam-macam perbanyakan vegetatif alami dan buatanMengetahui macam-macam perbanyakan vegetatif alami dan buatan 3.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secaraMengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif alami maupun buatan
vegetatif alami maupun buatan 4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami
Perbanyakan vegetatif yang mana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya (Abdurahman, 2008). Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji
tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia (Rahardja & Wiryanta, 2003).
Plant propagation using vegetative organs such as stems that have a side shoots (axillary/lateral) and buds from the selected parent (Perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih) (Hartmann et al.1997).
2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
1. Tunas
b. Tunas akar: Cemara, sukun, kesemek, dll
c. Tunas daun: Cocor bebek (disebut juga tunas adventif)
2. Umbi
Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, juga berperan sebagai alat perkembangbiakan. Berdasarkan cirinya, umbi dapat
dibedakan atas:
a. Umbi batang, terdapat beberapa mata tunas, sehingga dari satu umbi dapat menghasilkan beberapa individu baru sebagai keturunannya. Contoh: Kentang, ubi jalar, dll.
b. Umbi akar tidak memiliki mata tunas, sehingga tunas baru hanya muncul pada satu tempat, yaitu pada pangkal umbi yang merupakan tempat pelekatannya dengan batang. Contoh: Dahlia, ketela, lobak, dan b engkoang.
c. Umbi lapis merupakan umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan yang membungkus bagian yang disebut cakram. Dari cakram inilah nantinya muncul individu baru sebagai keturunannya. Contoh: Bawang merah, bakung, dll.
3. Stolon/Geragih
Stolon/geragih merupakan modifikasi batang yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah, sehingga pada tempat-tempat tertentu, akan membentuk individu baru. Contoh: Stroberi, pegagan, dll.
4. Rhizoma/Rimpang
Rhizoma merupakan modifikasi dari batang yang tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah. Salah satu ciri rhizoma yang nampak yaitu adanya ruas-ruas,
sehingga dari setiap ruas tersebut, dapat tumbuh individu baru. Contoh: Sansiveira, jahe, lengkuas, dll.
5. Spora
Spora merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan selain tumbuhan biji. Contoh: Lumut dan tumbuhan paku.
(Luisa Diana Handoyo, M.Si, 2011)
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami
1. Suhu/Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi, dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan yaitu antara 22o C - 37 o C. Temperatur yang lebih/kurang dari batas normal tersebut, dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat/terhenti.
2. Kelembaban Udara
Kadar air dalam udara, dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan, yang mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman akan kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan.
4. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan, seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjang an dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel, serta hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
(Rochiman, 1973)
2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan
2.2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan
Sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan dengan bantuan manusia (Pahan, 2006).
2.2.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan
1. Cangkok
Tumbuhan hasil cangkokan, lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh karena sistem perakarannya serabut dan umurnya lebih pendek dibandingkan tanaman yang ditanam dari biji. Saat mencangkok, jaringan
floem harus dihilangkan agar zat makanan hasil fotosintesis, terhenti di daerah pemotongan dan merangsang pertumbuhan akar. Contoh: Kelengkeng
2. Stek
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan atau pemotongaan beberapa bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan tujuan bagian- bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak, walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar. Contoh: Stek batang singkong dan tebu.
d. Menempel/Okulasi
Okulasi/menempel ialah menempelkan mata tunas dari dua tanaman yang sejenis, tetapi berbeda sifat. Contoh: Mangga manalagi dengan mangga arum manis.
e. Menyambung/Mengenten
Menyambung/mengenten ialah menggabungkan batang bawah dengan batang atas dua tanaman sejenis. Misalnya ada dua tanaman mangga. Tanaman mangga pertama berakar kuat, tetapi buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua berakar lemah, tetapi buahnya sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang berakar kuat dan berbuah manis, maka batang bawah dari tanaman mangga berakar
kuat disambungkan dengan batang atas tanaman mangga yang berbuah manis.
f. Merunduk
Merunduk ialah memperbanyak tumbuhan dengan cara merundukan batang/cabang ke tanah, sehingga tumbuh akar. Contoh: Sirih, stroberi, alamanda,
anyelir, apel, selada air, anggur, dsb.
(Luisa Diana Handoyo, M.Si, 2011)
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan menurut Restu (2012) yaitu:
1. Faktor Intern
a. Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
b. ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas) 2. Faktor Ekstern
a. Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
b. Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi) c. Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang
tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
d. Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan)
BAB III METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat:
3. Pisau silet untuk memotong
4. Plastik es untuk mengikat dan menyungkup 5. Polibag dan bak tanam untuk tempat menanam
3.1.2 Bahan:
1. Bahan tanam
Perbanyakan Vegetatif Alami
No. Metode Bahan
1. Umbi lapis Bawang merah
2. Umbi batang Kentang
Perbanyakan Vegetatif Buatan
No. Metode Bahan
1. Stek daun Dua lembar daun tanaman Zamia kolkas
2. Stek batang Batang tanaman krisan
3. Okulasi Tanaman mawar
4. Grafting Batang atas dan batang bawah dari tanaman bougenvil berwarna ungu disambung dengan warna kuning
2. Media tanam menggunakan campuran pasir dan tanah/kompos dengan perban-dingan 1 : 1
3.1.3 Cara kerja
1. Umbi Lapis
2. Umbi Batang
Gambar 1. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi lapis 2 siung bawang merah
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali Tanam di polibag
1 siung bagian pucuknya dipotong bagian
1 siung tetap utuh
Bawang dicelup ke dalam ZPT
Kentang
Potong kentang menjadi beberapa bagian menyesuaikan mata tunas
Bagian bawah potongan kentang dioles dengan ZPT
Tanam di polibag Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
3. Stek Daun
Gambar 3. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek 2 lembar daun tanaman
Zamia kolkas
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
1 lembar 1 lembar daun dipotong menjadi 2 bagian secara horizontal
Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dicelupkan pada ZPT
Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dipotong ditanam pada polibag
4. Stek Batang
5. Okulasi
Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek Batang tanaman Krisan
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali Batang atas Batang tengah Batang bawah
Dipotong menjadi 3 bagian
Bagian bawah masing-masing batang dioles dengan ZPT
Masing-masing batang ditanam pada polibag yang berbeda
Induk mawar A Induk mawar B
Ambil mata tunas Buat sa atan ada batan
Buka sayatan untuk meletakkan mata tunas mawar A Tempelkan mata tunas mawar A
ada sa atan batan mawar B
Balut hasil tempelan tunas dengan plastik, mata tunas
tidak ditutup plastik Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setia 1 min u sekali Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode okulasi
6. Grafting 3.2 Lembar Pengamatan 3.2.1 Umbi lapis No. Parameter Pengamatan Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan Bawang Merah Dipotong
⁄
Bagian 1. Saat MunculnyaTunas 7 hst
2. Jumlah tunas 1 1 1 1 2 2 3 3
3. Tinggi Tanaman
(cm) 3 21 30 32 29 27 26 25
Perlakuan Penanaman Menggunakan Bawang Merah Tanpa Dipotong 1. Saat Munculnya
Tunas 21 hst
2. Jumlah tunas - - 1 1 1 1 1 1
3. Tinggi Tanaman
(cm) - - 20 23 21 18 14 12
Gambar 6. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode grafting
Batang atas Batang bawah
Pemotongan batang atas Pembelahan batang bawah
Penyambungan batang atas dan batang bawah
Penyungkupan
Pemeliharaan selama 5 minggu
3.2.2 Umbi Batang
No. Parameter Pengamatan Minggu
Ke-1 2 3 4 5 6 7 8
1 Saat Munculnya Tunas - Hst
2 Persentase Tumbuh (%) 0% 3 Jumlah Tunas - - - -4 Tinggi Tanaman (cm) - - - -3.2.3 Stek Daun No. Parameter Pengamatan Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan Menggunakan ⁄ Bagian Daun 1 Saat Munculnya
Tunas 0 hst
2 Jumlah Tunas - - -
-3 Persentase Hidup
(%) 0 0 0 0 0 0 0 0
Perlakuan Menggunakan Daun Utuh 1 Saat Munculnya Tunas 0 hst 2 Jumlah Tunas - - - -3 Persentase Tanaman Hidup (%) 0 0 0 0 0 0 0 0
3.2.4 Stek Batang
No. Parameter Pengamatan Minggu
Ke-1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan Menggunakan Batang Atas
1 Saat Munculnya Tunas 0 hst
2 Jumlah Tunas - - -
-3 Persentase Tanaman
Hidup (%) - - -
-Perlakuan Menggunakan Batang Tengah
1 Saat Munculnya Tunas 0 hst
2 Jumlah Tunas - - -
-3 Persentase Tanaman
Hidup (%) - - -
-Perlakuan Menggunakan Batang Bawah
1 Saat Munculnya Tunas 0 hst
2 Jumlah Tunas - - - -3 Persentase Tanaman Hidup (%) - - - -3.2.5 Okulasi No. Parameter Pengamatan Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8 1. Persentase Tumbuh (%) 0% 2. Panjang Tunas - - - -3. Warna Tunas - - - -3.2.6 Grafting
No. Parameter Pengamatan Minggu
Ke-1 2 3 4 5 6 7 8
1. Saat Munculnya Tunas 0 hst
2. Persentase Tumbuh (%) 0%
3. Warna Batang - - -
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum perbanyakan vegetatif ini, kami melakukan 6 macam perbanyakan, antara lain umbi lapis dengan menggunakan bawang merah (utuh dan sepertiga bagian atas), umbi batang dengan menggunakan kentang, stek daun dengan menggunakan 2 lembar daun tanaman Zamia kolkas (utuh, potong, dan setengah bagian atas dengan setengah bagian bawah, stek batang dengan menggunakan batang tanaman krisan, okulasi dengan menggunakan tanaman mawar, serta grafting (menggunakan tanaman bugenville warna ungu disambung dengan bugenville warna kuning).
Pada perbanyakan vegetatif secara umbi lapis, umbi batang, stek daun, dan stek batang, ditanam pada baki dengan media campuran pasir dan tanah/kompos perbandingan 1 : 1. Namun yang berhasil hidup hanyalah pada perbanyakan umbi lapis saja, sedangkan yang lain tidak ada yang tumbuh. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh sumber genetik, peralatan yang digunakan, dan faktor dari pelaksana itu sendiri yang kurang berpengalaman serta ragu-ragu. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek menurut Hartmann et al., (1997) yaitu tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang HPT. Berdasarkan pernyataan Williams (1990), untuk mempercepat keluarnya akar adventif, maka pada stek sebaiknya diambil dari tanaman induk yang sedang aktif tumbuh dan untuk mempercepat keluarnya akar adventif, harus ada bud dan harus ditinggalkan 2 helai daun. Bahan tanam harus berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui asal-usulnya, mudah dibiakkan, tahan HPT, produktivitas tinggi, bercabang kekar, tumbuh normal, serta memilliki perakaran yang kuat dan rimbun. Sedangkan pada saat pemilihan tanaman yang akan dilakukan perbanyakan, kemungkinan tidak dilakukan pengecekan seperti di atas terlebih dahulu. Sehingga hasil perbanyakan, sulit untuk tumbuh dan beberapa di antaranya mengalami pembusukan/mati. Mungkin juga dikarenakan intensitas penyiraman yang kurang teratur dan tidak adanya manipulasi lingkungan, seperti suhu, cahaya, dll serta tidak dilakukan pencegahan terhadap serangan HPT, sehingga bagian tanaman yang ditumbuhkan tidak dapat berkembang biak karena terserang HPT seperti yang diharapkan. Selain itu, faktor peralatan yang kurang steril dan pelaksana yang kurang berpengalaman serta ragu-ragu, juga turut andil dalam kegagalan ini.
Pada perbanyakan vegetatif dengan umbi lapis bawang merah, perlakuan pemotongan
⁄ bagian menunjukkan bahwa jumlah dan tinggi tunas tumbuh lebih baik daripada perlakuan tanpa pemotongan/kontrol. Menurut Wibowo (2005), pemotongan ujung umbi bibit dengan pisau bersih kira-kira 1/3 atau ¼ bagian dari panjang umbi yang bertujuan agar umbi tumbuh merata, dapat merangsang tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, dapat merangsang tumbuhnya umbi samping, dan dapat mendorong terbentuknya anakan. Selanjutnya Rukmana (1994) menambahkan bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah mempunyai beberapa keuntungan, antara lain pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh, dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasil meningkat. Rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit, diduga diakibatkan oleh lambatnya keluar mata tunas, sehingga pertumbuhan tunas dan pembentukan anakan terhambat dan mengakibatkan tanaman tumbuh tidak maksimal. Samadi dan Cahyono (2005) menyatakan bahwa pemotongan umbi bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tunas dan meningkatkan jumlah anakan.
Selanjutnya dalam perbanyakan vegetatif secara okulasi pada tanaman mawar dan grafting pada tanaman bugenvil, keduanya tidak ada yang tumbuh, baik itu dari segi parameter panjang tunas, warna tunas, maupun diameter batang. Kemungkinan besar hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah sumber genetik, peralatan yang digunakan, dan faktor dari pelaksana itu sendiri yang kurang berpengalaman serta ragu-ragu. Selama melakukan pengamatan ini, kami tidak melakukan penyiraman secara teratur. Bahkan untuk perawatan setelah okulasi maupun grafting , tidak kami lakukan secara maksimal. Kegagalan dari faktor pensterilan alat yang kurang dan ikatan plastik yang kurang kuat, dapat menginduksi serangan dari hama atau penyakit. Lamanya penempelan dan kurang telitinya dalam pelukaan, dapat menyebabkan kontaminasi sehingga turut mengundang hama atau penyakit. Ketidakhati-hatian seperti ini dikarenakan faktor pelaksana sendiri yang sangat kurang berpengalaman. Selain itu, faktor yang terpenting adalah tingkat kecocokan atau kompatibel
antara batang atas dengan batang bawah.
Rukmana (1997) mengemukakan bahwa hal yang penting untuk diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah persyaratan batang bawah dan batang atas. Batang bawah harus memenuhi persyaratan antara lain pertumbuhan dan perakarannya baik (kuat), tahan kekurangan dan kelebihan air, memiliki pertumbuhan yang seimbang antara batang atas dengan
batang bawah, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Persyaratan batang atas adalah berproduksi tinggi, berpenampilan menarik, tahan terhadap hama dan pen yakit dan digemari oleh masyarakat luas. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. Keberhasilan okulasi sangat tergantung pada kondisi batang bawah dan jenis tali okulasi.
Menurut Gozali dan Boerhendy (2003), perbedaan tingkat keberhasilan okulasi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu perbedaan karakteristik antara jaringan mata tunas dengan klon, sehingga suatu klon lebih mudah diokulasikan daripada jenis lainnya. Faktor yang kedua yaitu karena adanya perbedaan kompatibilitas antara jaringan batang atas dengan batang bawah. Penggunaan batang bawah dan mata entres dari klon yang berbeda pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan kecenderungan menurunkan keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tanaman (Lasminingsih et al, 2000). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tambing et al. (2008) bahwa kampatibilitas batang bawah dengan mata entres sangat mendukung perkembangan tunas okulasi. Menurut Sutami et al. (2009), pengujian umur batang bawah tidak berpengaruh terhadap keberhasilan sambung Jeruk Siam,
BAB V Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum, tanaman pada semua jenis perbanyakan tidak ada yang tumbuh/mati, kecuali pada perbanyakan umbi lapis yaitu bawang merah. Hal ini dapat dikarenakan oleh faktor pelaksana yang kurang teliti dan berpengalaman, peralatan yang kurang steril dan kurang cocok, faktor lingkungan yang kurang mendukung, faktor genetik, perawatan (penyiraman) yang kurang maksimal, serta tidak adanya kesesuaian/kompatibel antara batang atas dan batang bawah pada perbanyakan okulasi dan grafting .
Pada perbanyakan bawang merah secara umbi lapis, perlakuan dengan pemotongan
⁄
bagian menurut parameter jumlah dan tinggi tunas, tumbuh lebih baik daripada perlakuan tanpa pemotongan/kontrol. Hal ini dikarenakan perlakuan dengan pemotongan, dapat merangsang pertumbuhan bibit secara merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh, serta meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun, sehingga hasil bisa menjadi meningkat.DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Grafindo Media Pratama: Bandung Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation
Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J. Handoyo, Luisa Diana, M.Si. 2011. Perkembangbiakan Tumbuhan. wordpress.com
Hidayat, Restu. 2012. Kurva Standar dan Larutan Standar . Diakses tanggal 26 Mei 2014. http://www.slideshare.net/RestuFrodo/kurva-standar-danlarutan-standar
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Medan
Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Penerbit Agro Media Pustaka: Depok
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973. Pembiakan Vegetatif . Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor
Rukmana, R. 1994. Kesuburan dan Pemupukan. Kanisius: Yogyakarta. 55 hlm.
Samadi, B dan B, Cahyono. 2005. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius: Yogyakarta. 74 hlm.
Wibowo, S. 2005. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Penebar Swadaya: Jakarta. 201 hlm.
Gozali A.D. dan Boerhendhy I. 2003. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa: Sumatera Selatan
Lasminingsih, M; Kuswanhadi; dan Boerhendhy I. 2000. Pendugaan Kompatibilitas Batang Bawah dan Batang Atas Pada Tanaman Karet Dengan Analisa Daya Gabung . Zuriat.
11: 1-7
Sutami, A. Mursyid dan G. M.S. Noor. 2009. Pengaruh Umur Batang Bawah dan Panjang Entres Terhadap Keberhasilan Sambung Bibit Jeruk Siam Banjar Baru Label Biru.
Jurnal Agroscientiae. 16: 146-154
Tambing, Y, E. Adelina, T. Budiarti, dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering Dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah Dengan Cara
Sambung Pucuk. Jurnal Agroland. 15: 95-100
Wiersma, William and Stephen G. Jurs. 1990. Educational Mea-surement and Testing. Second edition. Allyn and Bacon: Boston