• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbanyakan Vegetatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbanyakan Vegetatif"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ASPEK BP LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH ASPEK BP

“Perbanyakan Vegetatif” “Perbanyakan Vegetatif”

Disusun Oleh: Disusun Oleh:

Nama

Nama : : Falia Falia Nanda Nanda Nur Nur AlifahAlifah NIM

NIM : : 125040201111304125040201111304 Kelas

Kelas : : JJ

Asisten

Asisten : : Hadi Hadi SuwitnyoSuwitnyo

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MALANG 2014 2014

(2)
(3)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau  perkembangbiakan

 perkembangbiakan tanaman tanaman dengan dengan menggunakan menggunakan bagian-bagian bagian-bagian tanaman, tanaman, seperti seperti batang,batang, cabang, ranting,

cabang, ranting, pucuk, pucuk, daun, umbi, daun, umbi, atau akar atau akar untuk menghasilkan untuk menghasilkan tanaman baru tanaman baru yangyang mempunyai sifat identik dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut mempunyai sifat identik dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut dilaksanakan tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk.

dilaksanakan tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk.

Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dapat menghasilkan tanaman Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya. Selain itu tanaman yang berasal dari perbanyakan dengan sifat yang sama dengan induknya. Selain itu tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetative, lebih cepat berbunga dan berbuah. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan secara vegetative, lebih cepat berbunga dan berbuah. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan banyak, tanaman secara vegetatif yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan banyak, sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

Maksud dari pengembangan teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu untuk Maksud dari pengembangan teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu untuk mengembangkan teknologi perbenihan, sehingga tidak bergantung pada bibit yang berasal dari mengembangkan teknologi perbenihan, sehingga tidak bergantung pada bibit yang berasal dari  benih.

 benih. Adapun Adapun tujuannya tujuannya adalah adalah untuk untuk meningkatkan meningkatkan pengetahuan pengetahuan mengenai mengenai teknologiteknologi  perbanyakan tanaman secara vegetatif.

 perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Dalam praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Benih Aspek BP materi Perbanyakan Dalam praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Benih Aspek BP materi Perbanyakan Benih ini, kami melaksanakan dua macam perbanyakan vegetatif, yaitu secara alami dan buatan. Benih ini, kami melaksanakan dua macam perbanyakan vegetatif, yaitu secara alami dan buatan.

1.2

1.2 TujuanTujuan

Tujuan disusunnya laporan ini yaitu untuk: Tujuan disusunnya laporan ini yaitu untuk: 1.

1. Mengetahui pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan buatanMengetahui pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan buatan 2.

2. Mengetahui macam-macam perbanyakan vegetatif alami dan buatanMengetahui macam-macam perbanyakan vegetatif alami dan buatan 3.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secaraMengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif alami maupun buatan

vegetatif alami maupun buatan 4.

(4)
(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami

2.1.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami

 Perbanyakan vegetatif yang mana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya (Abdurahman, 2008).  Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji

tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia (Rahardja & Wiryanta, 2003).

  Plant propagation using vegetative organs such as stems that have a side shoots (axillary/lateral) and buds from the selected parent (Perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih) (Hartmann et al.1997).

2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami

1. Tunas

(6)
(7)

 b. Tunas akar: Cemara, sukun, kesemek, dll

c. Tunas daun: Cocor bebek (disebut juga tunas adventif)

2. Umbi

Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, juga  berperan sebagai alat perkembangbiakan. Berdasarkan cirinya, umbi dapat

dibedakan atas:

a. Umbi batang, terdapat beberapa mata tunas, sehingga dari satu umbi dapat menghasilkan beberapa individu baru sebagai keturunannya. Contoh: Kentang, ubi jalar, dll.

(8)
(9)

 b. Umbi akar tidak memiliki mata tunas, sehingga tunas baru hanya muncul  pada satu tempat, yaitu pada pangkal umbi yang merupakan tempat  pelekatannya dengan batang. Contoh: Dahlia, ketela, lobak, dan b engkoang.

c. Umbi lapis merupakan umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan yang membungkus bagian yang disebut cakram. Dari cakram inilah nantinya muncul individu baru sebagai keturunannya. Contoh: Bawang merah,  bakung, dll.

3. Stolon/Geragih

Stolon/geragih merupakan modifikasi batang yang tumbuh menjalar di atas  permukaan tanah, sehingga pada tempat-tempat tertentu, akan membentuk individu  baru. Contoh: Stroberi, pegagan, dll.

(10)
(11)

4. Rhizoma/Rimpang

Rhizoma merupakan modifikasi dari batang yang tumbuh menjalar di bawah  permukaan tanah. Salah satu ciri rhizoma yang nampak yaitu adanya ruas-ruas,

sehingga dari setiap ruas tersebut, dapat tumbuh individu baru. Contoh: Sansiveira,  jahe, lengkuas, dll.

5. Spora

Spora merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan selain tumbuhan biji. Contoh: Lumut dan tumbuhan paku.

(Luisa Diana Handoyo, M.Si, 2011)

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami

1. Suhu/Temperatur Lingkungan

Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi, dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan yaitu antara 22o C - 37 o C. Temperatur yang lebih/kurang dari batas normal tersebut, dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat/terhenti.

(12)
(13)

2. Kelembaban Udara

Kadar air dalam udara, dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan, yang mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.

3. Cahaya Matahari

Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman akan kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses  pertumbuhan.

4. Hormon

Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses  perkembangan dan pertumbuhan, seperti hormon auksin untuk membantu  perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjang an dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel, serta hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.

(Rochiman, 1973)

2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan

2.2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan

Sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui  perkawinan dengan bantuan manusia (Pahan, 2006).

2.2.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan

1. Cangkok

Tumbuhan hasil cangkokan, lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh karena sistem perakarannya serabut dan umurnya lebih  pendek dibandingkan tanaman yang ditanam dari biji. Saat mencangkok, jaringan

floem harus dihilangkan agar zat makanan hasil fotosintesis, terhenti di daerah  pemotongan dan merangsang pertumbuhan akar. Contoh: Kelengkeng

(14)
(15)

2. Stek

Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan atau pemotongaan beberapa  bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan tujuan bagian- bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak, walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar. Contoh: Stek batang singkong dan tebu.

d. Menempel/Okulasi

Okulasi/menempel ialah menempelkan mata tunas dari dua tanaman yang sejenis, tetapi berbeda sifat. Contoh: Mangga manalagi dengan mangga arum manis.

(16)
(17)

e. Menyambung/Mengenten

Menyambung/mengenten ialah menggabungkan batang bawah dengan batang atas dua tanaman sejenis. Misalnya ada dua tanaman mangga. Tanaman mangga  pertama berakar kuat, tetapi buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua  berakar lemah, tetapi buahnya sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang  berakar kuat dan berbuah manis, maka batang bawah dari tanaman mangga berakar

kuat disambungkan dengan batang atas tanaman mangga yang berbuah manis.

f. Merunduk

Merunduk ialah memperbanyak tumbuhan dengan cara merundukan  batang/cabang ke tanah, sehingga tumbuh akar. Contoh: Sirih, stroberi, alamanda,

anyelir, apel, selada air, anggur, dsb.

(Luisa Diana Handoyo, M.Si, 2011)

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif  buatan menurut Restu (2012) yaitu:

(18)
(19)

1. Faktor Intern

a. Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)

 b. ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas) 2. Faktor Ekstern

a. Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)

 b. Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi) c. Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang

tidak banyak, maka perlu diberi naungan)

d. Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab,  bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan  bakteri sehingga menyebabkan kebusukan)

(20)
(21)

BAB III METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat:

3. Pisau silet untuk memotong

4. Plastik es untuk mengikat dan menyungkup 5. Polibag dan bak tanam untuk tempat menanam

3.1.2 Bahan:

1. Bahan tanam

Perbanyakan Vegetatif Alami

No. Metode Bahan

1. Umbi lapis Bawang merah

2. Umbi batang Kentang

Perbanyakan Vegetatif Buatan

No. Metode Bahan

1. Stek daun Dua lembar daun tanaman Zamia kolkas

2. Stek batang Batang tanaman krisan

3. Okulasi Tanaman mawar

4. Grafting  Batang atas dan batang bawah dari tanaman bougenvil  berwarna ungu disambung dengan warna kuning

2. Media tanam menggunakan campuran pasir dan tanah/kompos dengan perban-dingan 1 : 1

(22)
(23)

3.1.3 Cara kerja

1. Umbi Lapis

2. Umbi Batang

Gambar 1. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi lapis 2 siung bawang merah

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali Tanam di polibag

1 siung bagian pucuknya dipotong bagian

1 siung tetap utuh

Bawang dicelup ke dalam ZPT

Kentang

Potong kentang menjadi beberapa bagian menyesuaikan mata tunas

Bagian bawah potongan kentang dioles dengan ZPT

Tanam di polibag Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

(24)
(25)

3. Stek Daun

Gambar 3. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek 2 lembar daun tanaman

Zamia kolkas

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

1 lembar 1 lembar daun dipotong menjadi 2 bagian secara horizontal

Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dicelupkan pada ZPT

Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dipotong ditanam pada polibag

(26)
(27)

4. Stek Batang

5. Okulasi

Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek Batang tanaman Krisan

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali Batang atas Batang tengah Batang bawah

Dipotong menjadi 3 bagian

Bagian bawah masing-masing batang dioles dengan ZPT

Masing-masing batang ditanam pada polibag yang berbeda

Induk mawar A Induk mawar B

Ambil mata tunas Buat sa atan ada batan

Buka sayatan untuk meletakkan mata tunas mawar A Tempelkan mata tunas mawar A

ada sa atan batan mawar B

Balut hasil tempelan tunas dengan plastik, mata tunas

tidak ditutup plastik Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setia 1 min u sekali Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode okulasi

(28)
(29)

6. Grafting  3.2 Lembar Pengamatan 3.2.1 Umbi lapis No. Parameter Pengamatan Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan Bawang Merah Dipotong

 Bagian 1. Saat Munculnya

Tunas 7 hst

2. Jumlah tunas 1 1 1 1 2 2 3 3

3. Tinggi Tanaman

(cm) 3 21 30 32 29 27 26 25

Perlakuan Penanaman Menggunakan Bawang Merah Tanpa Dipotong 1. Saat Munculnya

Tunas 21 hst

2. Jumlah tunas - - 1 1 1 1 1 1

3. Tinggi Tanaman

(cm) - - 20 23 21 18 14 12

Gambar 6. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode grafting

Batang atas Batang bawah

Pemotongan batang atas Pembelahan batang bawah

Penyambungan batang atas dan batang bawah

Penyungkupan

Pemeliharaan selama 5 minggu

(30)
(31)

3.2.2 Umbi Batang

No. Parameter Pengamatan Minggu

Ke-1 2 3 4 5 6 7 8

1 Saat Munculnya Tunas - Hst

2 Persentase Tumbuh (%) 0% 3 Jumlah Tunas - - - -4 Tinggi Tanaman (cm) - - - -3.2.3 Stek Daun No. Parameter Pengamatan Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan Menggunakan  ⁄  Bagian Daun 1 Saat Munculnya

Tunas 0 hst

2 Jumlah Tunas - - -

-3 Persentase Hidup

(%) 0 0 0 0 0 0 0 0

Perlakuan Menggunakan Daun Utuh 1 Saat Munculnya Tunas 0 hst 2 Jumlah Tunas - - - -3 Persentase Tanaman Hidup (%) 0 0 0 0 0 0 0 0

(32)
(33)

3.2.4 Stek Batang

No. Parameter Pengamatan Minggu

Ke-1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan Menggunakan Batang Atas

1 Saat Munculnya Tunas 0 hst

2 Jumlah Tunas - - -

-3 Persentase Tanaman

Hidup (%) - - -

-Perlakuan Menggunakan Batang Tengah

1 Saat Munculnya Tunas 0 hst

2 Jumlah Tunas - - -

-3 Persentase Tanaman

Hidup (%) - - -

-Perlakuan Menggunakan Batang Bawah

1 Saat Munculnya Tunas 0 hst

2 Jumlah Tunas - - - -3 Persentase Tanaman Hidup (%) - - - -3.2.5 Okulasi No. Parameter Pengamatan Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8 1. Persentase Tumbuh (%) 0% 2. Panjang Tunas - - - -3. Warna Tunas - - - -3.2.6 Grafting 

No. Parameter Pengamatan Minggu

Ke-1 2 3 4 5 6 7 8

1. Saat Munculnya Tunas 0 hst

2. Persentase Tumbuh (%) 0%

3. Warna Batang - - -

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

Pada praktikum perbanyakan vegetatif ini, kami melakukan 6 macam perbanyakan, antara lain umbi lapis dengan menggunakan bawang merah (utuh dan sepertiga bagian atas), umbi batang dengan menggunakan kentang, stek daun dengan menggunakan 2 lembar daun tanaman Zamia kolkas (utuh, potong, dan setengah bagian atas dengan setengah bagian bawah, stek batang dengan menggunakan batang tanaman krisan, okulasi dengan menggunakan tanaman mawar, serta  grafting (menggunakan tanaman bugenville  warna ungu disambung dengan bugenville warna kuning).

Pada perbanyakan vegetatif secara umbi lapis, umbi batang, stek daun, dan stek batang, ditanam pada baki dengan media campuran pasir dan tanah/kompos perbandingan 1 : 1. Namun yang berhasil hidup hanyalah pada perbanyakan umbi lapis saja, sedangkan yang lain tidak ada yang tumbuh. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh sumber genetik, peralatan yang digunakan, dan faktor dari pelaksana itu sendiri yang kurang berpengalaman serta ragu-ragu. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek menurut Hartmann et al., (1997) yaitu tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang HPT. Berdasarkan pernyataan Williams (1990), untuk mempercepat keluarnya akar adventif, maka pada stek sebaiknya diambil dari tanaman induk yang sedang aktif tumbuh dan untuk mempercepat keluarnya akar adventif, harus ada bud  dan harus ditinggalkan 2 helai daun. Bahan tanam harus berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui asal-usulnya, mudah dibiakkan, tahan HPT, produktivitas tinggi, bercabang kekar, tumbuh normal, serta memilliki  perakaran yang kuat dan rimbun. Sedangkan pada saat pemilihan tanaman yang akan dilakukan  perbanyakan, kemungkinan tidak dilakukan pengecekan seperti di atas terlebih dahulu. Sehingga hasil perbanyakan, sulit untuk tumbuh dan beberapa di antaranya mengalami pembusukan/mati. Mungkin juga dikarenakan intensitas penyiraman yang kurang teratur dan tidak adanya manipulasi lingkungan, seperti suhu, cahaya, dll serta tidak dilakukan pencegahan terhadap serangan HPT, sehingga bagian tanaman yang ditumbuhkan tidak dapat berkembang biak karena terserang HPT seperti yang diharapkan. Selain itu, faktor peralatan yang kurang steril dan  pelaksana yang kurang berpengalaman serta ragu-ragu, juga turut andil dalam kegagalan ini.

(40)
(41)

Pada perbanyakan vegetatif dengan umbi lapis bawang merah, perlakuan pemotongan

 

⁄  bagian menunjukkan bahwa jumlah dan tinggi tunas tumbuh lebih baik daripada perlakuan tanpa pemotongan/kontrol. Menurut Wibowo (2005), pemotongan ujung umbi bibit dengan  pisau bersih kira-kira 1/3 atau ¼ bagian dari panjang umbi yang bertujuan agar umbi tumbuh merata, dapat merangsang tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, dapat merangsang tumbuhnya umbi samping, dan dapat mendorong terbentuknya anakan. Selanjutnya Rukmana (1994) menambahkan bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah mempunyai  beberapa keuntungan, antara lain pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh, dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasil meningkat. Rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada perlakuan tanpa  pemotongan umbi bibit, diduga diakibatkan oleh lambatnya keluar mata tunas, sehingga  pertumbuhan tunas dan pembentukan anakan terhambat dan mengakibatkan tanaman tumbuh tidak maksimal. Samadi dan Cahyono (2005) menyatakan bahwa pemotongan umbi  bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tunas dan meningkatkan jumlah anakan.

Selanjutnya dalam perbanyakan vegetatif secara okulasi pada tanaman mawar dan  grafting pada tanaman bugenvil, keduanya tidak ada yang tumbuh, baik itu dari segi parameter  panjang tunas, warna tunas, maupun diameter batang. Kemungkinan besar hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah sumber genetik, peralatan yang digunakan, dan faktor dari pelaksana itu sendiri yang kurang berpengalaman serta ragu-ragu. Selama melakukan pengamatan ini, kami tidak melakukan penyiraman secara teratur. Bahkan untuk perawatan setelah okulasi maupun grafting , tidak kami lakukan secara maksimal. Kegagalan dari faktor pensterilan alat yang kurang dan ikatan plastik yang kurang kuat, dapat menginduksi serangan dari hama atau penyakit. Lamanya penempelan dan kurang telitinya dalam pelukaan, dapat menyebabkan kontaminasi sehingga turut mengundang hama atau  penyakit. Ketidakhati-hatian seperti ini dikarenakan faktor pelaksana sendiri yang sangat kurang  berpengalaman. Selain itu, faktor yang terpenting adalah tingkat kecocokan atau kompatibel

antara batang atas dengan batang bawah.

Rukmana (1997) mengemukakan bahwa hal yang penting untuk diperhatikan dalam  perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah persyaratan batang bawah dan batang atas. Batang  bawah harus memenuhi persyaratan antara lain pertumbuhan dan perakarannya baik (kuat), tahan kekurangan dan kelebihan air, memiliki pertumbuhan yang seimbang antara batang atas dengan

(42)
(43)

 batang bawah, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Persyaratan batang atas adalah  berproduksi tinggi, berpenampilan menarik, tahan terhadap hama dan pen yakit dan digemari oleh masyarakat luas. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. Keberhasilan okulasi sangat tergantung pada kondisi  batang bawah dan jenis tali okulasi.

Menurut Gozali dan Boerhendy (2003), perbedaan tingkat keberhasilan okulasi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu perbedaan karakteristik antara jaringan mata tunas dengan klon, sehingga suatu klon lebih mudah diokulasikan daripada jenis lainnya. Faktor yang kedua yaitu karena adanya perbedaan kompatibilitas antara jaringan batang atas dengan batang  bawah. Penggunaan batang bawah dan mata entres dari klon yang berbeda pada beberapa  penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan kecenderungan menurunkan keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tanaman (Lasminingsih et al, 2000). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tambing et al. (2008) bahwa kampatibilitas batang bawah dengan mata entres sangat mendukung perkembangan tunas okulasi. Menurut Sutami et al. (2009),  pengujian umur batang bawah tidak berpengaruh terhadap keberhasilan sambung Jeruk Siam,

(44)
(45)

BAB V Kesimpulan

Berdasarkan data hasil praktikum, tanaman pada semua jenis perbanyakan tidak ada yang tumbuh/mati, kecuali pada perbanyakan umbi lapis yaitu bawang merah. Hal ini dapat dikarenakan oleh faktor pelaksana yang kurang teliti dan berpengalaman, peralatan yang kurang steril dan kurang cocok, faktor lingkungan yang kurang mendukung, faktor genetik, perawatan (penyiraman) yang kurang maksimal, serta tidak adanya kesesuaian/kompatibel antara batang atas dan batang bawah pada perbanyakan okulasi dan grafting .

Pada perbanyakan bawang merah secara umbi lapis, perlakuan dengan pemotongan

 bagian menurut parameter jumlah dan tinggi tunas, tumbuh lebih baik daripada perlakuan tanpa pemotongan/kontrol. Hal ini dikarenakan perlakuan dengan pemotongan, dapat merangsang pertumbuhan bibit secara merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh, serta meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun, sehingga hasil bisa menjadi meningkat.

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden. 2008.  Biologi Kelompok Pertanian. Grafindo Media Pratama: Bandung Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997.  Plant Propagation

 Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J. Handoyo, Luisa Diana, M.Si. 2011. Perkembangbiakan Tumbuhan. wordpress.com

Hidayat, Restu. 2012.  Kurva Standar dan Larutan Standar . Diakses tanggal 26 Mei 2014. http://www.slideshare.net/RestuFrodo/kurva-standar-danlarutan-standar

Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Medan

Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta. 2003.  Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Penerbit Agro Media Pustaka: Depok

Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973. Pembiakan Vegetatif . Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor

Rukmana, R. 1994.  Kesuburan dan Pemupukan. Kanisius: Yogyakarta. 55 hlm.

Samadi, B dan B, Cahyono. 2005.  Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius: Yogyakarta. 74 hlm.

Wibowo, S. 2005.  Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Penebar Swadaya: Jakarta. 201 hlm.

Gozali A.D. dan Boerhendhy I. 2003. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa: Sumatera Selatan

Lasminingsih, M; Kuswanhadi; dan Boerhendhy I. 2000.  Pendugaan Kompatibilitas Batang  Bawah dan Batang Atas Pada Tanaman Karet Dengan Analisa Daya Gabung . Zuriat.

11: 1-7

Sutami, A. Mursyid dan G. M.S. Noor. 2009.  Pengaruh Umur Batang Bawah dan Panjang  Entres Terhadap Keberhasilan Sambung Bibit Jeruk Siam Banjar Baru Label Biru.

Jurnal Agroscientiae. 16: 146-154

Tambing, Y, E. Adelina, T. Budiarti, dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah  Nangka Tahan Kering Dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah Dengan Cara

Sambung Pucuk. Jurnal Agroland. 15: 95-100

(48)
(49)

Wiersma, William and Stephen G. Jurs. 1990. Educational Mea-surement and Testing. Second edition. Allyn and Bacon: Boston

(50)

Gambar

Gambar 1.  Alur perbanyakan vegetatif  menggunakan umbi lapis2 siung bawang merah
Gambar 4. Penanaman menggunakan stek daun utuh dan daun yang dipotong
Gambar  5. Alur perbanyakan vegetatif  menggunakan stekBatang tanaman Krisan
Gambar  6. Alur perbanyakan vegetatif  menggunakan metode grafting

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar di atas dapat di lihat pada kedalaman 0-1.25 m pada jarak 5-15 m dan jarak 60-70 m terdapat penyebaran lapisan batuan yang memiliki nilai resistivitas yang tinggi, hal

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyatno (2007) dengan judul “Pengaruh Disiplin kerja, Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”. Memperoleh hasil

Nur Ramadhan Wisata Surabaya dalam melakukan perencanaannya menggunakan segmenting, targeting dan positioning pemasaran.Tujuan dari Nur Ramadhan Wisata Surabaya

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar peserta

Menurut Africhah (2004), meningkatnya komponen polisakarida dalam larutan perendam yang digunakan akan memberikan peluang yang semakin besar terhadap terjadinya

Soetarto yang juga menentang Reorganisasi melakukan aksi protes dalam sebuah parade militer di mana Sutarto bersama pasukan Panembahan Senopati bersenjata lengkap

Secara baku definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian yang berbunyi :

Berikut ini merupakan faktor pembatas dan bobot relatif indikator kualitas tanah menurut metode Lal (1994), yang disajikan pada Tabel 2.. SK : Faktor yang berhubungan dengan