• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Terminal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Terminal"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS REDESAIN DAN KELAYAKAN LOKASI

ANALISIS REDESAIN DAN KELAYAKAN LOKASI TERMINALTERMINAL BANYUMANIK

BANYUMANIK

TERHADAP RENCANA TATA RUANG KOTA TERHADAP RENCANA TATA RUANG KOTA

Proposal Tesis Proposal Tesis

Disusun Oleh Disusun Oleh

Nama : Dwi Prahesto Aryadhanica S Nama : Dwi Prahesto Aryadhanica S

NIM : 16.A2.0006 NIM : 16.A2.0006

MAGISTER TEKNK ARSITEKTUR MAGISTER TEKNK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASOEGIJAPRANATA 2017

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Terminal didefinisikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. Terminal juga dikenal sebagai sarana  perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Kota Semarang memiliki beberapa prasarana pengangkutan yang  berfungsi sebagai terminal diantaranya yakni terminal Mangkang, terminal Terboyo dan Terminal Banyumanik. Terminal Banyumanik itu sendiri merupakan terminal tipe C, dalam hal ini Terminal tipe C atau Subterminal  berfungsi melayani kendaraan umum kelas kecil seperti angkutan kota dan angkutan pedesaan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis Banyumanik merupakan salah satu jalur yang digunakan dalam hal perjalanan baik dalam kota maupun luar kota. Terminal Banyumanik sebagai terminal tipe C kurang mendukung untuk perpidahan moda angkutan antar luar kota ini, sehingga dalam hal ini terbentuklah terminal Bayangan yang letaknya disekitar Terminal Banyumanik. Keberadaan terminal bayangan ini mempengaruhi lalu lintas disekitar dan memberikan dampak negatif diantaranya kemacetan yang timbul karena angkutan lain akan berhenti untuk menaik dan turunkan penumpang dan  juga menjadi tempat menunggu penumpang bagi kendaraan angkutan kecil

seperti taksi dan angkutan kota.

Fakta bahwa terdapat terminal bayangan yang digunakan oleh masyarakat secara aktif sebagai fungsi dari prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang/barang dan mengatur keberangkatan kendaraan umum menjadi bukti bahwa keberadaan terminal dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini menjadi dilematis ketika keberadaan terminal sebenarnya telah ada namun keaktifan jalanannya fungsi terminal

(3)

tidak terjadi sepenuhnya di dalam terminal yakni di Terminal Banyumanik tetapi terjadi di terminal bayangan.

Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya pertumbuhan wilayah kota Semarang khususnya wilayah Banyumanik, menyebabkan meningkatnya arus urbanisasi dan berpengaruh terhadap peningkatan infrastruktur kota tersebut. Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang disertai pula dengan  peningkatan perekonomian, maka tingkat mobilitas baik orang maupun barang akan meningkat pula. Keadaan ini harus dapat diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk akan mempunyai dampak langsung terhadap kbutuhan sarana dan prasarana transportasi.

Fakta ini menjadikan dasar bagi penulis untuk melakukan kajian dan analisis untuk melakukan re-desain bagi terminal banyumanik agar dapat difungsikan sebagaimana peruntukannya sebagai tempat memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan  pemberangkatan kendaraan umum. Analisis ini dilakukan dengan pendekatan arsitektur dan untuk mengetahui beberapa permasalahan yang melatarbelakangi ketidak berfungsian secara maksimal dari terminal Banyumanik. Sehingga rekonstruksi terminal Banyumanik sebagai terminal Tipe C harus dilakukan mengingat keperluan pemenuhan akan kebutuhan masyarakat terhadap tempat prasarana transportasi meningkatan. Rekonstruksi terminal dilakukan sesuai dengan standar ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan terminal yang nantinya akan menjadi bahan kajian dari analisis yang sedang dilakukan ini. Analisis yang dilakukan tidak terbatas pada penkajian dari segi fisik terminal.

Penulis untuk dapat melihat kelayakan keberadaan terminal Banyumanik terhadap beberapa permasalahan tersebut perlu dilakukan suatu analisis dan kajian kelayakan yang didasarkan atas faktor-faktor yang lebih  berorientasi pada fisik terminal terhadap perkembangan tata ruang kota.

(4)

“ANALISIS REDESAIN DAN KELAYAKAN LOKASI TERMINAL BANYUMANIK TERHADAP RENCANA TATA RUANG KOTA”

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas dapat didefinisikan beberapa pokok  permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut : 1. Bagaimanakah faktor kelayakan sebuah perencanaan terminal banyumanik

yang disesuaikan dengan rencana tata ruang kota?

2. Bagaimanakah perencanaan redesain terminal Banyumanik dalam mencapai terminal yang memenuhi standar dan sesuai dengan kebutuhan moda angkutan?

III. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengakji ulang (re-study) dan merencanakan ulang (re-desain) terhadap eksistensi terminal yang ada sekarang, apakah masih sesuai dengan kebutuhan seiring dengan semakin  berkembangnya mobilitas masyarakat pengguna jasa pelayanan terminal atau tidak sama sekali. Bilamana eksistensinya tidak lagi sesua dengan  perkembangan Kota Semarang khususnya wilayah Banyumanik, maka akan

dikaji tentang pengembangan kepada kondisi terminal yang lebih ideal.

IV. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para perencanaan Kota, aparat pengambil keputusan kebijaksanaan pembangunan kota,  pengembang dan penanam modal, serta asyarakat umum.

2. Mendapat suatu konsep atau kriteria-kriteria perencanaan terminal yang sesuai dengan kondisi kota-kota di Indonesia.

3. Membuat suatu pedoman perencanaan terminal yang berguna untuk mengarah dan mengendalikan pembangunan kota-kota di Indonesia pada masa yang akan datang.

(5)

V. Batasan Penelitian

Suatu penelitian membutuhkan batasan penelitian agar penelitian tetap dapat terfokus pada variabel yang dikaji. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

2. Penelitian yang dikaji sebatas konsep bentuk fisik terminal yang ada.

3. Variabel yang diajukan berdasarkan kolaborasi dari beberapa persyaratan  perencanaan sebuah terminal

4. Pembahasan fisik dimungkinkan akan melebar pada pembahasan non fisik sebagai bahan untuk meyakinkan hasil penelitian.

5. Apabila terdapat uji statistik pada penelitian ini maka uji statistik yang dilakukan hanya merupakan pelengkap penelitian dan bukan keharusan dari prosedur penelitian.

(6)

VI. Kerangka Berpikir

Permasalahan

Evaluasi dan Pengumpulan data

Evaluasi dan Analisis terhadap terminal banyumanik Data kelayakan

sebuah terminal dan angkutan Kota, Anatr Kota dan antar

propinsi

Data kebijakan pemerintah Kota terhadap keberadaan terminal

Jika Layak maka dilakukan usaha Pengembangan terminal Lama (Redesain)

Jika tidak layak maka dilakukan perencanaan Terminal Baru

Menyesuaikan terhadap arahan tata ruang Kota Semarang

Kesimpulan dan Rekomendasi

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Pustaka mengenai Terminal a. Pengertian Terminal

Definisi mengenai terminal, dapat kita temui dalam Undang  –  Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Terminal didefinisikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi. Terminal juga dikenal sebagai saran perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Warpani1  menjelaskan bahwa suatu perjalanan yang dibangkitkan oleh suatu zone tidaklah selalu menjadi tujuan akhir dari  pergerakan. perjalanan tersebut bersifat terpisah karena memiliki tujuan  perjalanan yang berbeda. Dengan demikian jumlah perjalanan yang ditimbulkan oleh pergerakan tersebut sangat banyak. Jika pergerakan tersebut merupakan arus lalu lintas masuk ke sebuah kota, pada jumlah tertentu akan menambah kesulitan atau kepadatan kota. Sehingga, untuk menghadapi hal tersebut maka dilakukanlah konsolidasi lalu lintas.2

Konsolidasi lalu lintas pada dasarnya adalah suatu cara untuk mengurangi beban jaringan jalan akibat volume lalu lintas dengan memindahkan lalu lintas dari kendaraan kecil ke kendaraan yang lebih  besar, atau sebaliknya. Pada titik pertemuan perjalanan tersebut

diperlukan suatu tempat yang dapat menjamin perpindahan tersebut dengan lancar. Berdasarkan hal tersebutlah melatar belakangi adanya terminal.3

1 P. Suwardjoko Warpani, Merencanakan Sistem Pengangkutan, (Bandung : ITB), 1990, hlm. 2 RE Delaney dan GW. Weelner, Handbook of Urban Planning, Canada. Van Nostrand Reinhold

Ltd, 1974, 36-38

(8)

Untuk dapat memahami penjelasan tersebut, dapat diamati gamabr berikut:

Gambar, Kebutuhan Semua Perjalanan Sumber : Warpani

Pada gambar terlihat bahwa terjadi perjalanan dari zone 1 ke zone 2, sedangkan perjalanan ke zone 3 adalah kebutuhan untuk menggantikan kendaraan.

Definisi terminal lainnya diberikan oleh Dirjen Perhubungan Darat Direktorat Bina Sistem Prasarana dalam Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya dalam Kota dan Antar Kota, disebutkan bahwa terminal angkutan jalan raya adalah :

Zona 1 Rumah (Asasl)

Zona 2 Kantor (tujuan)

Zona 3

(9)

1) Titik simpul tempat terjadinya putus arus yang merupakan prasarana angkutan, tempat kendaraan umum menaikkan dan menurunkan  penumpang atau barang, tempat perpindahan penumpang atau  barang, baik intra maupun antara moda transportasi yang terjadi akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta tuntutan efisien transportasi.

2) Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian sistem arus penumpang dan barang.

3) Prasarana angkutan dan merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus angkutan penumpang dan barang.

4) Dari unsur tata ruang, terminal mempunyai peran [enting bagi efisiensi kehidupan dan perkembangan wilayah dan kota.

 b. Jenis-Jenis Terminal

Terminal dapat dibedakan berdasarkan jenis angkutan, sebagaimana dilingkupkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan  Nomor 31 tahun 1995, yakni:

1) Terminal penumpang, yaitu merupakan prasaranan transportasi  jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang,  perpindahan intra dan atau antara moda transportasi serta mengatur

kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

2) Terminal barang yaitu terminal yang diperuntukan bagi keperluan  bongkar muat barang serta perpindahan intra dan atau antar moda

transposrtasi.

Terminal penumpang dibagi lagi kedalam beberapa jenis  berdaraskan fungsi pelayanan, yakni :

1) Terminal penumpang tepi A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan pedesaan.

(10)

2) Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan atau angkutan pedesaan.

3) Terminan penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan kota atau angkutan pedesaan.4

c. Fungsi Terminal

Berpedaoman pada Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya dalam Kota dan Antar Kota (Dirjen Perhubungan Darat Direktorat Bina Sistme Prasarana), fungsi terminal dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait dengan terminal, yakni:

1) Fungsi terminal bagi penumpang

Fungsi terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan menungu, kenyamana perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan yang lain, tempat tersedianya fasilitas-fasilitas dan informasi serta fasilitas-fasilitas-fasilitas-fasilitas parkir bagi kendaraan  pribadi.

2) Fungsi terminal bagi pemerintah

Fungsi terminal bagi pemerintah adalah dapat melihat dari segi  perencanaan dan manajemen lalu lintas, yakni untuk menata lalu lintas dan menghindari kemacetan, sebagai sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali arus kendaraan umum.

3) Fungsi terminal bagi operator bus.

Fungsi terminal bagi operator bus adalah untuk pengaturan  pelayanan operasional bus, penyediaan fasilitas istirahat dan

informasi bagi awak bus dan fasilitas pangkalan.

Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap terminal adalah kemudahan memperoleh penumpang. Lokasi terminal harus sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan bangkitan

4 Iskandar Abubakar, 1995, Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib, (Jakarta :

(11)

 perjalanan yang cukup tinggi. Kemudahan memperoleh penumpang tersebut secara tidak langsung akan menghasilkan efisiensi operator kendaraan.5

d. Kriteria Lokasi Temrinal Bus Antarkota

Kegiatan pemilihan lokasi terminal merupakan salah satu kegiatan penting yang melibatkan dan mempertimbangkan berbagai variable terkait secara komprehesnif karena kegiatan ini akan sangat menentukan kemampuan terminal tersebut untuk berfungsi secara optimal.

Lokasi terminal antarkota antara lain harus terletak pada titik  pertemuan antara rute angkutan umum dan mudah diakses dari jalur  jalan arteri atau jalur jalan utama kota serta sebisa mungkin terletak pada

daerah yang tidak padat karena akan mempengaruhi efektivitas dan efektifitas aktivitas mobilitas serta untuk mewujudkan prinsip  pergerakan yang aman, cepat dan murah.

Beradasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Perhubungan, menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Dalam Negeri, menyebutkan mengenai kriteria penempatan lokasi terminal  penumpang, yaitu:

1) Terminal primer haris dapat menjamin ketepatan dan kelancaraan arus penumpang. Dalam hal ini lokasi terminal harus daat memenuhi  beberapa persyaratan, yaitu :

a) Sebagai tempat perpindahan yang menyangkut arsud naik dan turunnya penumpang.

 b) Sebagai tempat pertukaran jenis angkutan

c) Sebagai saranan pengendali, pengawasan dan pengaturan arus kendaraan umum yang baik.

2) Dari segi tata ruang kota, hendaknya lokasi terminal sesuai dengan arahan rencana tata ruang pengembangan kota.

(12)

3) Lokasi terminal primer hendaknya tidak sampai mengganggu lingkungan hidup yang berada diwilayah sekitarnya.

4) Lokasi terminal hendaknya dapat menjamin penggunaan dan operasi kegiatan terminal yang efektif dan efisien.

5) Lokasi terminal hendaknya tidak samapi menyebabkan timbulnya gangguan pada kelancara arus kendaraan maupun keamanan lalu lintas dalam kota.

Memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Surat Keputusan Bersama tersebut diatas, maka dapat ditentukan kriteria pemilihan lokasi terminal bus antarkota, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Terkai pada sistem jaringan jalan primer (arteri) dan mempunyai  jarak sekitar 100m dari jalur ajaln tersebut.

2) Terletak pada lokasi yang merupakan bagian integral dengan sistem angkutan antar kota lainnya.

3) Terletak pada lokasi yang dpaat dicapai secara langsung dengan cepat, aman, dan murah oleh pemakai jasa angkutan bus antarkota 4) Lokasi terminal harus mempunyai ketersediaan laahn minimal

sesuai dengan peruntukannya.

5) Terletak pada lokasi yang sedemikian rupa sehingga tingkat kebisingand an polusi udara tidak mengganggu lingkungan sekitar. e. Persyaratan Lokasi Terminal

1) Persyaratan lokasi terminal tipe A

a) Terletak di Ibukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam  jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas  batas negara.

 b) Terletak di ajaln arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas II A.

c) Jarak antara dua terminal penumpang Tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 KM di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Luas lahan yang tersedian

(13)

sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di Pulau lainnya.

d) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar dari terminal sekurang-kurangnya berjarak 100 m di Pulau Jawa dan 50 meter dipulau lainnya.

2) Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B

a) Terletak di Kotamadya atau kabupaten dan dalam jaringan trayek agkutan kota dalam propinsi.

 b) Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III B.

c) Jarak antara dua terminal penumpang Tibe B atau dengan terminal Tipe A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa , dan 30 km di Pulau lainnya.

d) Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha di Pulau lainnya.

e) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar dan dari terminal, sekurang-kurangnya berjarak 50 m di Pulau Jawa, dan 30 m di Pulau lainnya.

3) Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C

a) Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan

 b) Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi III A, tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.

c) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar dan dari terminal, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

2. Tinjauan mengenai Terminal Bayangan a. Definisi Terminal Bayangan

Definisi mengenai terminal bayangan, dapat diartikan sebagai suatu kawasan adanya interaksi antara pengemudi bus angkutan

(14)

dan penumpang untuk melakukan moda perpindahan transportasi darat disembarang tempat, aktivitas tersebut difasilitasi oleh seorang media  perantara penumpang dengan pengemudi bus angkutan (calo), kios  pedagang, taxi/angkutan kota, dan apabila dilihat dari banyaknya kebutuhan calon penumpang yang beraktivitas pada kawasan tersebut maka akan menjamurnya loket perusahaan otobus yang menyediakan  jasa pelayanan karcis.6

3. Fungsi Terminal

Fungsi utama terminal untuk penyediaan sarana masuk dan keluar bagi obyek-obyek yang digerakkan, penumpang atau barang, menuju atau meninggalkan sistem. Fungsi terminal seeprti deskripsi diatas merupakan gambaran umum dari fungsi terminal secara keseluruhan pada semua model sistem transportasi. Karena penelitian ini merupakan studi kasus untuk sistem transportasi jalan raya maka fungsi utama terminal tersebut akan dirinci dalam batasan sus bab lain.

Kehadiran terminal pada transportasi darat umumnya diperlukan untuk memenuhi beberapa fungsi diantaranya :

- Tempat pemusatan lalu lintas

- Tempat pemrosesan barang dan penumpang.

- Tempat pengelompokan dan pemisahan barang dan penumpang - Tempat bongkar muat

- Tempat penyimpanan - Peralilhan lalu lintas

- Tempat tersedianya berbagai jasa pelayanan - Tempat perbaikan dan pemeliharaan

4. Tinjauan Standar Perencanaan Terminal

Berdasarkan UU No. 31 , pembangunan terminal penumpang harus mempertimbangkan :

(15)

- Terminal harus dapat menajmin kelancaran arus angkutan baik penumpang maupun barang

- Terminal hendaknya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Pengembangan Kota

- Lokasi terminal hendaknya dpaat menajmin penggunaan dan operasi kegiatan terminal yang efisien dan ekfektif

- Lokasi terminal hendaknya tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran arus kendaraan umum dan keamanan lalu intas kota serta lingkungan hidup sekitarnya.

Temrinal meruapakn pusat informasi aktifitas pengaturan dan pengoperasian masuk dan keluar kenadaraan umum, menaik/menurunkan penumpang dari satu tempat moda ke moda yang lain. Untuk mencapai tujuannya, penentuan lokasi terminal penumpang harus memperhatikan :

- Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan

- Rencana umum tata ruang

- Kepadatan lalu lintas dan akapsitas jalan sekitar terminal - Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda - Kondisi topografi lokasi terminal

- Kelesarian lingkungan.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data serta infornasi yang diperlukan, penulis menggunakan ebberapa metode antara lain, yaitu :

1. Observasi / pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui situasi yang sebenarnya dengan melakukan survei-survei dilapangan seperti : - Survei kondisi terminal dan jalur pencapaian dari dan ke terminal - Survei tata guna lahan untuk pembuatan peta berwarna

- Survei keadaan lalu lintas sekitar terminal.

2. Mendatangi instansi-instansi yang terkait duna memperoleh data se kunder 3. Penelitian pustaka, dengan menggunakan catatan-catatan kuliah serta

 bebebrapa literatur yang berkaitan.

Lokasi penelitian ini merupakan studi kasus dimana lokasi terletak pada kawasan terminal dengan pertimbangan :

1. Volume kendaraan angkutan umum yang semakin tinggi

2. Berfungsi sebagai terminal yang dapat melayani angkutan umum kota, antar kota dan antar propinsi.

3. Sebagai sebuah titik simpul yang layak dalam melayani dan menajlankan fungsi sebagai terminal.

Setelah dilakuakn pengamatan terhadap terminal, dan telah mendapatkan kesimpulan dari hasil pengamatan maka dilakukan evaluasi terhadap redesain terminal dan evaluasi lokasi terminal yang disesuaikan dengan Tata Ruang Kota Semarang Kecamatan Banyumanik. Evaluasi dilakuakn beradasrkan standar yang berlaku dan menimbang kepada peraturan- peraturan yang berlaku dan mengikuti pendekatan kemanfaatan dari arsitektur. Seluruh parameter yang ada berdasarkan ketentuan literatur dan  peraturan yang mengikat dengan terlebih dahulu melakukan deskripsi terhadap literatur dan peraturan yang ada. Parameter yang digunakan juga akan melalui

(17)

sebuah interpretasi yang cermat, agar dalam melakukan evaluasi akan tetap ememgang nilai obyektifitasnya.

Parameter yang ditetapkan nanti akan digunakan sebagai dasar evaluasi kelayakan dan redesain terhadap terminal.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abubakar, Iskandar , 1995, Menuju Lalu Lintas da n Angkutan Jalan yang Tertib, (Jakarta : Direktorat Jendral Perhubungan Darat)

Delaney, RE dan GW. Weelner, 1974, Handbook of Urban Planning, Canada. Van Nostrand Reinhold Ltd.

Warpani, P. Suwardjoko , 1990, Merencanakan Sistem Pengangkutan, (Bandung : ITB)

Peraturan Perundang-Undangan

Undang –  Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Terminal

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan

Internet

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu perlu mengatur Perhitungan Tahunan dan Penggunaan Laba Bersih Tahunan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan

a. Tangible adalah kualitas pelayanan yang berupa sasaran fisik perkantoran, komputerisasi, ruang tunggu, tempat informasi, perlengkapan dan personil. Menurut

Penelitian ini juga menemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif pada kualitas audit melalui skeptisisme profesional auditor, sedangkan keahlian auditor tidak

Tempat peristirahatan nelayan yang ada di PPN Pekalongan selalu di gunakan untuk beristirahat oleh nelayan yang ada di PPN Pekalongan, baik itu untuk tidur, ataupun yang

Desain penelitian ini merupakan suatu proses yang dilakukan dalam perencanaan dalam pelaksanaan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai dampak proses produksi,

menjadi lebih kompeten, penyesuaian diri baik, mencapai pemenuhan kebutuhan diri THE SEEKERS memiliki semangat mencari pasangan baru sesegera mungkin THE GOOD- ENOUGH

Meskipun di dalam penelitian ini juga menggunakan etanol absolut (99%) sebagai pengekstrak senyawa polifenol, namun kadar total fenol relatif tidak mengalami

Terdapat empat implikasi kebijakan yang dapat dihasilkan dari bahasan tentang efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis, yakni (Ellis, 1988): (a) Jika petani memang