• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Hardiness dengan Adaptabilitas Karir pada Siswa SMK Kelas XII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Hardiness dengan Adaptabilitas Karir pada Siswa SMK Kelas XII"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

pada Siswa SMK Kelas XII

Ratih Rosulin

Pramesti Pradna Paramita

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

Abstract. Changing times leds to drastic changes in the criteria for the labor market needs. Vocational high school students should be ready to face this condition because they will enter the workforce after graduate. Career adaptability is a construct in psychology which tells about readiness in career or work-force. But in reality career adaptability in vocational high school students are lower than high school students. The purpose of this study is to determine the relationship between hardiness and career adapt-ability on vocational high school students class XII. The study is conducted on 452 vocational high school students class XII from different departement at SMK Negeri 2 Surabaya and SMK Negeri 4 Surabaya. Data are collected through the Hardiness Scale that contained 33 aitems and the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) which is contained 24 aitems. The sampling method that is used in this study is accidental sampling technique. Data analysis is performed by using person product moment correlation with SPSS 16.0 for Windows. The result of this study shows that there is significant correlation between hardiness and career adaptability (r=0,498; p=0,000) 0n vocational high school student class XII.

Key words : hardiness, career adaptability, vocational high school students.

Abstrak. Perubahan zaman menyebabkan perubahan yang drastis pada kriteria tenaga kerja yang dibu-tuhkan pasar. Siswa SMK harus siap menghadapi kondisi tersebut karena setelah lulus akan langsung memasuki dunia kerja. Adaptabilitas karir adalah salah satu konstruk dalam ilmu psikologi yang mem-bahas kesiapan dalam karir atau dunia kerja. Namun kenyataan menunjukkan adaptabilitas karir siswa SMK justru lebih rendah daripada siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK Kelas XII. Subjek dalam peneli-tian ini adalah 452 siswa SMK Kelas XII yang berasal dari berbagai jurusan di SMK Negeri 2 Surabaya dan SMK Negeri 4 Surabaya. Pengumpulan data menggunakan skala hardiness yang berisi 33 aitem dan Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) yang berisi 24 aitem. Metode pengambilan sampel dilakukan den-gan teknik accidental sampling. Analisis data dilakukan denden-gan teknik statistik korelasi pearson product moment dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ter-dapat hubungan yang signifikan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK kelas XII (r=0,498; p=0,000).

Kata kunci : hardiness, adaptabilitas karir, siswa SMK.

Korespondensi :Ratih Rosulin. Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031) 5014460, Fax (031) 5025910. Email:ratih.rosulin@gmail.com

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini perkembangan zaman berlangsung dengan sangat cepat. Perkembangan ini mengaki-batkan perubahan di berbagai bidang kehidu-pan, salah satunya adalah bidang ekonomi. Pe-rubahan dalam bidang ekonomi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki keterampilan dalam bi-dang tertentu. Kondisi ini mendorong munculnya bentuk pendidikan yang bertujuan untuk mem-persiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, yaitu pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu (Rohman, 2009). Salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki bentuk pendidikan keju-ruan adalah Sekolah Menengah Kejukeju-ruan (SMK).

Meningkatnya kebutuhan atas tenaga kerja yang berkualitas dan terampil mendorong berkembangnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia. Pemerintah sendiri terus mempromosikan SMK sebagai pencetak tenaga kerja yang siap memasuki dan berpartisipasi dalam dunia kerja melalui program kampanye “SMK Bisa!”. Pada tahun 2014 jumlah SMK di In-donesia sebanyak 11.726, sedangkan jumlah SMA adalah 12.726 (Badan Pusat Statistik, 2014). Data ini menunjukkan bahwa jumlah SMK di Indone-sia cukup banyak meskipun masih lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah SMA.

Sejalan dengan tujuan pendidikan kejuru-an model pendidikkejuru-an di SMK lebih mengedepkejuru-an- mengedepan-kan praktik daripada teori, sehingga diharapmengedepan-kan setelah lulus siswa lebih siap bekerja dan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Namun Survei Angkatan kerja Nasional (SAKERNAS) menun-jukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2015 justru didominasi oleh lulusan SMK, yaitu sebanyak 8,47%, disusul oleh lulusan

SMA sebanyak 6,59%, dan lulusan Diploma I/II/ III sebanyak 6,17% (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2015). Hal ini sejalan dengan data Dinas Pendidikan Jawa Timur tahun 2010 yang menyatakan 50.000-60.000 dari 138.000 lulusan SMK tahun 2010 belum terserap dunia kerja (Di-nas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, 2011).

Menurut Dr. Sri Gunani Pertiwi anggota tim penyelaras dunia pendidikan dengan dunia kerja Institut Teknologi Sepuluh November ban-yaknya pengangguran lulusan SMK disebabkan kurangnya kesiapan mental lulusan SMK untuk memasuki dunia kerja (Triono, 2014). Pernyataan ini juga sejalan dengan penuturan salah satu guru bursa kerja khusus (BKK) di SMK Negeri 1 Cerme dan SMK Negeri 2 Surabaya yang menyatakan bahwa ada beberapa perusahaan yang mengeluh karena seringkali anak-anak lulusan SMK men-gundurkan diri padahal baru bekerja beberapa bulan. Menurut guru-guru tersebut peristiwa ini merupakan salah satu bentuk ketidaksiapan siswa dalam memasuki dunia kerja. Fenomena yang sama juga ditemukan oleh Forum Penyelar-asan Dunia Pendidikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Larasdikdudi) Institut Teknologi Sepuluh November dimana banyak pabrik tidak mau mempekerjakan lulusan SMK di Surabaya dikarenakan banyak yang seminggu bekerja lang-sung mengundurkan diri (Redaksi ITS, 2014). Keterangan-keterangan ini menunjukkan bahwa secara umum lulusan SMK memiliki keterampi-lan kerja yang mencukupi, namun mereka kurang siap secara mental untuk memasuki dunia kerja.

Pejelasan di atas, menunjukkan bahwa un-tuk memasuki dunia kerja seseorang harus memi-liki kesiapan mental untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Kesiapan mental sangat diperlukan terutama di era globalisasi yang mana kemajuan sains dan teknologi yang berkem-bang pesat dapat mengubah situasi dalam pasar

(3)

tenaga kerja secara radikal (Sommers & Franklin, 2010 dalam levin, 2015). Nelson & Phelps (2010 dalam Levin, 2015) menyatakan bahwa kemajuan terbesar dalam produktivitas kerja merupakan hasil dari adaptabilitas pekerja untuk berubah.

Salah satu konstruk dalam ilmu psikologi yang membahas mengenai kesiapan dalam karir atau dunia kerja adalah adaptabilitas karir (career adaptability). Adaptabilitas karir adalah konstruk psikososial yang menunjukkan kesiapan individu dan sumber daya untuk menyesuaikan diri den-gan tugas perkembanden-gan karir saat ini maupun yang akan datang, perpindahan kerja, dan trauma kerja (Savickas, 2005). Adaptabilitas karir men-unjukkan kesiapan seseorang dalam menghadapi tugas-tugas dalam rangka persiapan dan parti-sipasi dalam dunia kerja, serta kesiapan dalam menghadapi penyesuaian yang diakibatkan oleh perubahan kondisi di pekerjaan dan dunia kerja, baik yang terprediksi maupun tidak terprediksi (Savickas, 1997). Savickas (2005 & 2013) menjelas-kan terdapat empat dimensi adaptabilitas karir, yaitu perhatian terhadap karir di masa depan (ca-reer concern), rasa tanggung jawab terhadap ka-rir yang mendorong regulasi diri (career control), rasa ingin tahu terhadap dunia kerja (career curi-osity), dan keyakinan diri untuk bertindak sesuai minat (career confidence).

Penelitian yang telah dilakukan menunjuk-kan bahwa adaptabilitas karir memiliki dampak positif terhadap karir seseorang. Adaptabilitas ka-rir yang tinggi membuat seseorang lebih banyak memproyeksikan diri pada masa depan, merasa-kan lebih sedikit hambatan karir, lebih mampu mewujudkan tujuan karir ke dalam perilaku (Soresi, dkk., 2012 dalam Negru-Subtirica, dkk., 2015). Adaptabilitas karir juga dapat memfasili-tasi transisi dari sekolah ke dunia kerja (school-to-work transition) (Negru-Subtirica, dkk., 2015). Sebaliknya adaptabilitas karir yang rendah dapat

mengakibatkan seseorang berkeinginan untuk keluar/mengundurkan diri dari organisasi (Chan & Mai, 2015); memperoleh pekerjaan yang kuali-tasnya rendah (Koen, dkk., 2010); dan penganggu-ran (Pordelan, dkk., 2014).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa adaptabilitas karir sangat penting terutama bagi siswa SMK yang setelah lulus langsung bekerja karena adaptabilitas karir yang baik dapat mem-bantu mereka melewati proses transisi dari se-kolah ke dunia kerja. Namun penelitian yang di-lakukan Negru-Subtirica, dkk (2015) pada siswa sekolah kejuruan dan sekolah umum di Rumania menunjukkan bahwa siswa sekolah umum justru lebih unggul dalam tiga dimensi adaptabilitas ka-rir, yaitu perhatian terhadap karir di masa depan

(career concern), rasa ingin tahu terhadap dunia kerja (career curiosity), dan kepercayaan diri (ca-reer confidence) bila dibandingkan dengan siswa sekolah kejuruan. Selain itu seiring berjalannya waktu rasa tanggung jawab terhadap karir yang mendorong regulasi diri (career control) juga menurun secara tajam pada siswa sekolah keju-ruan. Wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan guru SMK negeri 2 Surabaya dan salah satu siswa SMK kelas XII juga menunjukkan hal yang sama, yang mana rata-rata siswa SMK be-lum memiliki pandangan dan rencana akan bek-erja dimana setelah lulus sekolah nanti. Hasil ini mengindikasikan bahwa adaptabilitas karir siswa SMK cenderung rendah.

Perubahan yang berlangsung secara cepat menimbulkan sulitnya memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari. Fenomena ini juga mempengaruhi dunia kerja. Kondisi ling-kungan yang dinamis menuntut seseorang untuk dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tersebut. Tuntutan ini sering-kali menimbulkan stres sehingga seseorang harus memiliki kekuatan untuk dapat bertahan dalam

(4)

kondisi yang penuh tantangan dan perubahan seperti yang terjadi saat ini.

Peneliti Suzanne Kobasa dan Salvatore Maddi mengembangkan sebuah kumpulan karak-teristik kepribadian yang disebut hardiness

(Sara-fino & Smith, 2014). Hardiness adalah kumpulan karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber pertahanan ketika menghadapi peris-tiwa hidup yang menekan (Kobasa, 1979 dalam Kobasa, dkk., 1982). Hardiness muncul sebagai seperangkat sikap atau kepercayaan mengenai diri dalam berinteraksi dengan dunia di sekitar yang mana sikap dan kepercayaan ini memberi-kan keberanian dan motivasi untuk melakumemberi-kan kerja keras demi mengubah situasi yang mem-buat stres menjadi peluang/kesempatan (Maddi, 1998, 2002; Maddi & Kobasa, 1984 dalam Maddi, 2004). Hardiness memiliki tiga komponen yaitu kontrol, komitmen, dan tantangan (Kobasa, 1979; Maddi (2002); Maddi (2004). Kontrol adalah ke-percayaan bahwa dirinya mampu mempengaruhi

situasi dalam hidup (Sarafino & Smith, 2014).

Komitmen adalah perasaan dedikasi pada diri sendiri dan pekerjaan yang akan menghasilkan keterlibatan yang aktif dan bertujuan dalam ke-hidupan sehari-hari (Coetzee & Harry, 2015). Tan-tangan adalah kesenderungan seseorang untuk melihat perubahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang (Huang, 2015).

Hardiness melekat pada diri orang-orang tertentu dan berfungsi sebagai sumber per-tahanan ketika menghadapi situasi yang sulit (Kobasa, 1979 dalam Kobasa, dkk., 1982). Sebagai sumber pertahanan karakteritik kepribadian har-diness sangat dibutuhkan oleh sesorang terutama di dunia kerja karena situasinya penuh tekanan apalagi di zaman yang penuh perubahan seperti sekarang ini. Penelitian-penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa hardiness memiliki dampak positif terhadap perkembangan karir seseorang

seperti meningkatkan career decision self efficacy

(Huang, 2015), serta meningkatkan kesiapan dan kepercayaan diri seseorang dalam memasuki du-nia kerja (Greenleaf, 2011). Hardiness juga diketa-hui berhubungan dengan adaptabilitas karir pada agen call center di Afrika (Coetzee & Harry, 2015)

Penjelasan-penjelasan di atas menunjuk-kan bahwa adaptabilitas karir dan hardiness san-gat penting terutama bagi siswa SMK kelas XII karena adaptabilitas karir dapat membantu siswa SMK kelas XII yang akan segera lulus untuk mem-persiapkan diri memasuki dunia kerja sedangkan

hardiness dapat membantu siswa SMK kelas XII untuk menghadapi kondisi lingkungan kerja yang penuh dengan tekanan dan kondisi yang berubah secara drastis. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubun-gan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK kelas XII.

Penelitian mengenai hubungan antara har-diness dengan adaptabilitas karir sendiri sudah pernah dilakukan oleh Coetzee & Harry (2015) pada agen call center di Afrika. Namun penelitian mengenai hardiness dengan adaptabilitas karir belum pernah dilakukan di Indonesia terutama pada siswa SMK sehingga perlu dilakukan peneli-tian lebih lanjut mengenai hubungan antara har-diness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah hardiness. Hardiness didefinisikan sebagai

seberapa jauh seseorang memiliki karakteristik kepribadian yang tangguh untuk menghadapi pe-rubahan situasi atau permasalahan dalam hidup yang mana akan mendorong munculnya adaptasi. Karakteristik kepribadian hardiness diketahui melalui skala hardiness yang disusun berdasarkan

(5)

tiga komponen hardiness, yaitu kontrol. komit-men, dan tantangan.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah adaptabilitas karir. Adaptabilitas karir

didefinisikan sebagai sejauh mana seorang indi -vidu memiliki kesiapan dan sumber daya untuk menyesuaikan diri dengan tugas perkembangan saat ini maupun yang akan datang, perpindahan kerja, dan trauma kerja. Adaptabilitas karir diukur menggunakan skala yang diadaptasi dari Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) yang disusun dan dikembangkan oleh Savickas dan Porfeli (2012).

Penelitian ini merupakan penelitian kuan-titatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penu-lis mengumpulkan data melalui kuesioner tertu-lis. Subjek dalam penelitian ini adalah 452 siswa SMK kelas XII yang berasal dari berbagai juru-san di SMK Negeri 2 Surabaya dan SMK Negeri 4 Surabaya. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental yang mana penulis mengumpulkan data dengan datang ke beberapa kelas di setiap jurusan yang ada di kedua sekolah tersebut. Subjek dalam pe-nelitian ini berusia 16-20 tahun (16 tahun=4%; 17 tahun=65,5%; 18 tahun=26,8%; 19 tahun=3,5%; 20 tahun=2%). Subjek terdiri dari 227 siswa laki-laki dan 225 siswa perempuan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang telah diuji coba se-belumnya. Pengukuran variabel hardiness meng-gunakan skala hardiness yang disusun oleh penu-lis. Skala ini berbentuk skala likert dengan lima respon jawaban, yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “netral”, “setuju”, dan “sangat setuju”. Skala ini terdiri dari 33 aitem dengan 19 aitem favora-ble dan 14 aitem non favorable dengan reliabilitas

(α=0,859). Sementara itu pengukuran variabel

adaptabilitas karir menggunakan Career

Adapt-Abilities Scale (CAAS) yang disusun dan dikem-bangkan oleh Savickas dan Porfeli, 2012. Skala ini berbentuk skala likert dengan lima respon jawa-ban, yaitu “ paling kuat”, “sangat kuat”, “kuat”, “cukup kuat”, dan “lemah”. Skala ini memiliki 24

aitem dengan reliabilitas (α=0,937).

HASIL DAN BAHASAN

Penulis melakukan uji normalitas dan uji linearitas sebelum melakukan uji hubungan. Ber-dasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa variabel hardiness berdistribusi normal (p=0,200) begitu juga dengan variabel adaptabilitas ka-rir (p=0,175). Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa kedua varibel tersebut memiliki

kecender-ungan hubkecender-ungan dengan signifikansi (p=0,000).

Berdasarkan data ini penulis memutuskan meng-gunakan teknik statistik parametrik untuk men-guji hubungan kedua variabel.

Berdasarkan hasil analisis yang menggu-nakan teknik statistik parametrik pearson prod-uct moment diperoleh nilai signifikansi sebe

-sar (p=0,000) dengan koefisien korelasi sebe-sar

(r=0,498). Dengan demikian terdapat hubungan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK kelas XII dengan arah hubungan yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa seiring dengan kenaikan hardiness seseorang akan selalu disertai dengan kenaikan adaptabilitas karirnya.

Nilai koefisien korelasi (r=0,498) menunjukkan

bahwa hubungan antara kedua variabel ini bera-da pabera-da kategori sebera-dang. Hasil ini penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang men-yatakan bahwa terdapat hubungan antara hardi-ness dengan adaptabilitas karir (Coetzee & Harry, 2015).

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa hardi-ness adalah kumpulan dari karakteristik kepriba-dian yang berfungsi sebagai sumber pertahanan

(6)

ketika menghadapi situasi hidup yang menekan (Kobasa, 1979 dalam Kobasa, dkk., 1982). Kobasa

(1979) mendefinisikan situasi yang menekan se -bagai suatu perubahan situasi yang menuntut seseorang untuk melakukan penyesuaian diri terhadap kondisi tersebut. Lebih lanjut hardi-ness dapat memberikan keberanian dan motivasi untuk melakukan kerja keras demi mengubah situasi yang membuat stres menjadi peluang/ kesempatan (Maddi, 1998, 2002; Maddi & Kobasa, 1984 dalam Maddi, 2004). Coetzee & Harry (2015) menjelaskan mereka yang memiliki motivasi yang tinggi untuk terlibat dalam usaha coping terha-dap masalah akan memiliki kapasitas aterha-daptabili- adaptabili-tas karir yang kuat. Berdasarkan penjelasan di atas salah satu contoh perubahan situasi adalah perubahan tugas perkembangan karir. Peruba-han tugas perkembangan karir akan mengakibat-kan perubahan peran dan juga perubahan pada kondisi lingkungan tempat seseorang berada misalnya perubahan dari lingkungan sekolah ke lingkungan kerja. Pada beberapa orang peruba-han ini mungkin akan mengakibatkan stres. Sese-orang yang memiliki hardiness yang tinggi tidak akan mudah menyerah dengan kondisi tersebut sehingga mereka akan mendorong dirinya untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut karena mereka melihat perubahan tersebut sebagai pelu-ang untuk mengembpelu-angkan diri.

Sebagai sebuah konstruk eksistensial, har-diness merupakan kombinasi dari kesiapan, kog-nisi adaptif, dan emosi yang ditujukan untuk pen-gayaan hidup melalui perkembangan, adaptasi, dan usaha bertahan hidup (Ferreira, 2012 dalam Coetzee & Harry, 2015). Lebih lanjut Tolentiono, dkk., (2014 dalam Coetzee & Harry, 2015) men-jelaskan bahwa kesiapan adaptif pada individu dapat meningkatkan kemauan untuk mengem-bangkan kapasitas karir esensial dalam bentuk kapasitas karir yaitu concern, control, curiosity,

dan confidence. Tolentino, dkk., (2014 Coetzee & Harry, 2015) juga menyatakan bahwa adapta-bilitas yang merupakan sumber daya didorong oleh adaptivitas atau kemauan yang mana menu-rut (Savickas dan Porfeli, 2012 dalam Coetzee & Harry, 2015) menunjukkan kesiapan untuk mer-espon perubahan kondisi dan tugas perkemban-gan karir. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa hardiness sebagai konstruk eksistensial yang berfungsi untuk perkemban-gan dan pengayaan hidup akan mendorong sese-orang untuk mengembangkan kapasitas karirnya (adaptabilitas karir) seiring dengan perubahan kondisi kerja dan juga tugas perkembangan karir. Orang yang memiliki hardiness yang tinggi akan melihat perubahan pada kondisi kerja dan tugas perkembangan karir sebagai kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh be-berapa penelitian sebelumnya. Penelitian Huang (2015) menemukan bahwa ada hubungan positif antara hardiness dengan career decision self ef-ficacy pada mahasiswa. Mahasiswa yang memi-liki tingkat hardiness yang tinggi lebih percaya diri dalam membuat keputusan mengenai karir dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki skor hardiness lebih rendah. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut penelitian Greenleaf (2011) menemukan bahwa hardiness berhubungan den-gan kesiapan dan kepercayaan diri dalam meng-hadapi transisi menuju dunia kerja. Menurut Greenleaf (2011) individu yang memiliki hardiness

tinggi adalah yang paling siap menghadapi transi-si karir karena mereka melihat trantransi-sitransi-si yang akan mereka lalui sebagai kesempatan untuk berkem-bang bukan sebagai hambatan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMK yang memiliki hardiness tinggi akan lebih siap dalam menghadapi transisi dari sekolah ke dunia kerja.

(7)

Mereka akan lebih memikirkan mengenai ka-rirnya, lebih mampu meregulasi diri untuk mer-aih karir yang diinginkan, lebih banyak mengek-splorasi dunia kerja, dan lebih percaya diri dalam membuat keputusan karirnya. Perubahan situasi yang mereka alami akan mendorong mereka un-tuk beradaptasi karena mereka melihat peruba-han tersebut sebagai kesempatan untuk berkem-bang bukan sebagai hambatan.

Selain melakukan uji korelasi penelitian ini juga membuat penormaan mengenai kedua vari-abel tersebut menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Jumlah kategorisasi jenjang yang digu-nakan dalam penelitian ini adalah lima jenjang, yaitu “sangat rendah”, “rendah”, “sedang”, “tinggi”, “sangat tinggi”. Berikut ini sebaran kategorisasi berdasarkan tiap variabel:

Tabel 1

Sebaran Kategorisasi Setiap Variabel

Variabel Kategori

SR R S T ST %

Hardiness 6,19% 25,88% 38,94% 21,9% 7,08% 100%

Adaptabilitas

Karir 6,19% 26,55% 38,05% 23,23% 5,97% 100% Ket: SR = Sangat Rendah; R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek yang masuk dalam kategori rendah pada kedua variabel lebih banyak daripada subjek yang masuk dalam kategori tinggi. Hasil ini mengindi-kasikan bahwa lebih banyak siswa SMK yang me-miliki hardiness dan adaptabilitas karir yang

ren-dah daripada mereka yang memiliki skor tinggi. Hasil ini sesuai dengan kondisi mengenai siswa SMK yang telah dipaparkan sebelumnya.

Penelitian ini juga memuat informasi men-genai sebaran kedua variabel berdasarkan jenis kelamin. Berikut ini hasil sebaran kategorisasi berdasarkan jenia kelamin :

Tabel 2

Sebaran Kategorisasi Adaptabilitas Karir Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kategori

SR R S T ST %

Laki-laki 4,4% 25,55% 41,41% 21,59% 7,05% 100% Perempuan 8% 27,56% 34,67% 24,89% 4,89% 100% Ket: SR = Sangat Rendah; R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi

Pada tabel 2 tampak bahwa siswa perem-puan cenderung memiliki skor adaptabilitas karir yang masuk dalam kategori rendah, sedangkan siswa laki-laki cenderung memiliki skor adapta-bilitas karir yang masuk dalam kategori tinggi. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa perem-puan cenderung memiliki adaptabilitas karir yang

lebih rendah daripada siswa laki-laki. Ini berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa remaja per-empuan memiliki skor adaptabilitas karir yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki (Negru-Subtirica, dkk., 2015).

(8)

disebab-kan oleh beberapa hal. Hurlock (1980) menyata-kan bahwa anak laki-laki lebih serius dalam hal pekerjaan daripada anak perempuan karena anak perempuan memandang pekerjaan sebagai peng-isi waktu luang sebelum menikah. Anak laki-laki menginginkan pekerjaan yang bergengsi meski-pun bayarannya rendah sebaliknya anak perem-puan lebih memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan tidak menyita banyak waktu. Leb-ih lanjut Harrold & Eccles (1990 dalam Santrock, 2003) menyatakan sosialisasi yang dilakukan orang tua dalam bentuk pemberian kesempatan, harapan, dan kepercayaan merupakan sumber penting bagi remaja dalam membentuk aspirasi karirnya. Pada kenyataannya banyak wanita lebih disosialisasikan dengan peran mengurus rumah tangga daripada peran yang berhubungan dengan prestasi atau karir sehingga mereka tidak meren-canakan karir dengan serius, tidak mengeksplo-rasi karir secara mendalam, dan terpaku pada pilihan karir yang terstereotipe secara gender (Baumrind, 1990; Eccles, 1991; Jozefowics, Barber & Mollasis, 1994; Lange, 1994; Lappan & Jingeles-ki, 1992; Rich & Golan, 1991 dalam Santrock, 2003). Kondisi ini sama seperti yang terjadi di Indonesia. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Per-lindungan Anak (2012) menyatakan masyarakat Indonesia secara umum memaknai peran gender yang mana laki-laki lebih mendominasi dalam ke-hidupan sehari-hari. Dalam keluarga, perempuan lebih ditempatkan pada peran domestik. Bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, peker-jaan yang diperolehnya masih berdasarkan peran gender. Pekerjaan perempuan lebih banyak pada posisi yang bukan sebagai pengambil keputusan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disim-pulkan bahwa faktor budaya inilah yang mung-kin menyebabkan mengapa siswa laki-laki lebih mempersiapkan karir mereka daripada siswa per-empuan. Budaya di Indonesia yang masih men-ganggap bahwa tugas utama perempuan adalah

pada peran domestik mungkin menyebabkan siswa SMK perempuan lebih rendah skor adapta-bilitas karirnya bila dibandingkan siswa laki-laki.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hardiness dengan adaptabili-tas karir pada siswa SMK kelas XII. Korelasi antar kedua variabel termasuk dalam kategori sedang.

Koefisien korelasi yang bernilai positif menun -jukkan bahwa kedua variabel berkorelasi positif artinya setiap kenaikan hardiness akan selalu diir-ingi dengan kenaikan adaptabilitas karir. Hasil ini telah menjawab pertanyaan penelitian dan mem-buktikan hipotesis penelitan ini.

Setiap penelitian pasti memiliki keter-batasan begitu juga dengan penelitian ini. Pada penelitian ini, skala hardiness yang digunakan tidak memiliki jumlah aitem yang seimbang (tan-tangan=5; kontrol=7; komitmen= 21) padahal menurut Maddi (2004) ketiga komponen terse-but seharusnya berfungsi bersama-sama. Selain itu terdapat beberapa aitem pada skala hardiness

yang memiliki daya diskriminasi kurang dari 0,3. Lebih lanjut beberapa aitem dalam skala tersebut menunjukkan adanya social desirebility tinggi. Dengan demikian penulis menyarankan kepada penelitian selanjutnya agar mencoba menggu-nakan skala hardiness yang sudah teruji validi-tas dan reliabilivalidi-tasnya sehingga dapat digunakan sebagai pembanding penelitian ini. Lebih lanjut penelitian selanjutnya juga dapat mencoba mel-akukan uji pengaruh untuk melihat apakah ada pengaruh hardiness terhadap adaptabilitas karir pada siswa SMK kelas XII. Penelitian selanjutnya juga dapat mencoba menggunakan uji perbedaan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hardi-ness dan adaptabilitas karir ditinjau dari

(9)

Sementara itu saran dari penelitian ini un-tuk siswa SMA kelas XII adalah meningkatkan

hardiness agar kapasitas adaptabilitas karirnya juga meningkat. Ini bisa dilakukan dengan men-ingkatkan perasaan yakin bahwa dirinya memiliki kontrol terhadap setiap peristiwa dalam hidupn-ya; menganggap semua peristiwa dalam hidupnya bermakna; meningkatkan rasa ingin tahu terha-dap dunia kerja; terlibat secara aktif dalam hubun-gan interpersonal dan aktivitas sehari-hari seperti

mengikuti ekstrakurikuler di sekolah; menghadiri pembekalan memasuki dunia kerja yang diberi-kan oleh sekolah; serta menganggap perubahan dalam hidup sebagai peluang untuk berkembang. Guru dan sekolah juga dapat meningkatkan har-diness siswa melalui pelatihan karena penelitian telah membuktikan bahwa kepribadian hardiness

dapat ditingkatkan melalui pelatihan (Maddi, dkk., 1998 dalam Huang, 2015).

PUSTAKA ACUAN

Badan Pusat Statistik. (2014). Jumlah sekolah, guru, dan murid sekolah menengah atas (SMA) di bawah kementrian pendidikan dan kebudayaan menurut provinsi 2011/2012-2013/2014.Diakses pada tanggal 6 Januari 2016 dari http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1837.

Badan Pusat Statistik. (2014). Jumlah sekolah, guru, dan murid sekolah menengah kejuruan (SMK) di bawah kementrian pendidikan dan kebudayaan menurut provinsi 2011/2012-2013/2014.Diakses pada tanggal 6 Januari 2016 dari http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1838.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2015, 5 Mei). Keadaan ketenagakerjaan februari 2015. Berita Resmi Statistik. No. 38/06/35/Th.XIII. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://jatim. bps.go.id/4dm!n/brs_ind/brsInd-20150505134409.pdf.

Chan, S. H., & Mai, X. (2015). The relation of career adaptability to satisfaction and turnover intentions.

Journal of Vocational Behaviour , 130-139.

Coetzee, M., & Harry, N. (2015). Gender and hardiness as predictors of career adaptability: an exploratory study among black call centre agents. South African Journal of Psychology , 81-92.

Dinas Pendidikan Jawa Timur. (2011, Desember 5). Program pembinaan sekolah menengah ke-juruan. Diakses pada tanggal 20 Januari 2015 dari http://pusatdata.dindik.jatimprov. go.id/?p=program&idm=11.

Greenleaf, A. T. (2011). Human agency, hardiness, and proactive persoality: potential resources for emerg-ing adults in the college-to-career transition (Doctoral disertation). Diakses dari http://ir.uiowa. edu/etd/3310/.

Huang, J-T. (2015). Hardiness, perceived empoybility, and career decision self efficacy among taiwanese

college students. Journal of Career Development , 311-324.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

(10)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2012). Pembangungan manusia ber-basis gender 2012. (ISSN 2089-3531). Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Per-lindungan Anak.

Kobasa, S. C. (1979). Stresful Life events, personality, and health: An inquiry into hardiness. Journal of Personality and Social Psychology , 1-11.

Kobasa, S. C., Maddi, S. R., & Khan, S. (1982). Hardiness and health: A prospective study. Journal of Per-sonality and Social Psychology , 168-177.

Koen, J., Klehe, U-C., Van Vianen, A. E., Zikic, J., & Nauta, A. (2010). Job-search strategies and reemploy-ment quality The impact of career adaptability. Journal of Vocational Behaviour, 126-139.

Maddi, S. R. (2002). The Story of hardiness: Twenty years of theorizing, research, and practice. Consult-ing Psychology Journal: Practice and Research , 175-178.

Maddi, S. R. (2004). Hardiness: An operationalization of existential courage. Journal of Humanistic Psy-chology , 279-298.

Negru-Subtirica, O., Pop, E. I., & Crocetti, E. (2015). Developmental trajectories and reciprocal associa-tions between career adaptability and vocational identity: A three-wave longitudinal study with adolesencts. Jounal of Vocational behaviour , 131-142.

Pordelan, N., Abedi, M. R., Baghban, I., & Nilforooshan, P. (2014). Comparison of career adaptability in employed and unemployed undegraduates of isfahan univeristy. International Journal of Psychol-ogy and Behavioral Research , 129-134.

Redaksi ITS. (2014, September 13). ITS latih smk guna persiapan kerja. Diakses pada tanggal 7 Januari 2016 dari https://www.its.ac.id/berita/14027/en.

Rohman, A. (2009). Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama Yo-gyakarta.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja . Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E. P., & Smith, T. (2014). Health psychology: Biopsychososial interactions. New Jersey: John Wiley & Sons.

Savickas, M. L. (1997). Career adaptability: An integrative construct for life-span, life space theory. The Career Development Quaterly , 247-259.

Savickas, M. L. (2005). The theory and practice of career construction. Dalam S. D. Brown, & R. W. Lent (Eds.), Career Development and Counseling; Putting Theory and Research to Work (pp. 42-70). Hoboken, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

(11)

measure-ment aquivalence across 13 countries. Journal of vocational behaviour , 1-13.

Savickas, M. L. (2013). Career construction theory and practice. Dalam R. L. (Eds.)., Career Development and counseling: Putting theory and research to work (pp. 147-183). New Jersey: John Wiley & Son. Triono. (2014, November 6). Banyak pengangguran smk, kualitasnya masih kurang. suara surabaya

[on-line]. Diakses pada tanggal 28 Mei 2015 dari http://www.suarasurabaya.net/print_news/ Fokus/2014/143147-Banyak-Pengangguran-SMK,-Kualitasnya-Masih-Kurang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tindakan kelas ini membuktikan bahwa penerapan metode Guided Note Taking dalam pembelajaran IPS materi globalisasi pada siswa kelas VI-A SD

Salah satu hasil penelitian yang berkaitan dengan pengasuhan anak usia dini yang dikaitkan dengan etnis dan budaya adalah penelitian yang dilakukan oleh Musi, dkk

Lyrics in Translation mid Exam Result of 6th Semester Students of STKIP Ponorogo.. A thesis, English Education Department Faculty of Education State Islamic College of

bahwa basis data adalah sebuah kumpulan data yang saling berhubungan secara logis, dan merupakan sebuah penjelasan dari data tersebut, yang didesain untuk menemukan

4.2.1 Analisis Pelaksanaan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dengan Fasilitas Drop Box pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Berdasarkan

Pertimbangan penetapan Lingkungan Siap bangun atau Lisiba sebagaimana dirinci dalam Rencana Tapak/Blok Peruntukan RTR Kasiba Bontang Lestari didasarkan pada kesesuaian

kepentingan yang pro-rakyat, misalnya dalam pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap izin usaha perkebunan yang dikeluarkan

Secara kumulatif, selama umur 2-12 minggu, konsumsi ransum ayam Ketarras berbeda tidak nyata dengan capaian berat badan, pertambahan berat badan, yang lebih rendah