• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Perencanaan Produksi Di CV Cipta Pratama Dengan Alat Bantu Decision Support System

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Usulan Perbaikan Perencanaan Produksi Di CV Cipta Pratama Dengan Alat Bantu Decision Support System"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Usulan Perbaikan Perencanaan Produksi Di CV Cipta Pratama Dengan Alat

Bantu Decision Support System

Shane, Churiah Agustini Santoso.

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

Email: shanefalk123@gmail.com, huriah.agustini@gmail.com

Abstrak

Proses perencanaan produksi merupakan bagian awal yang sangat penting dalam menentukan kelancaran proses produksi. Dalam industri manufaktur, perencanaan produksi perlu dilakukan dengan baik agar hasil produksi yang diinginkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara konsumen dan pihak perusahaan. CV Cipta Pratama merupakan perusahaan yang saat ini belum memiliki sebuah sistem perencanaan produksi yang baik, terutama dalam bidang perencanaan jadwal penyelesaian topi yang tepat untuk dijanjikan kepada kepada pelanggan. Pada saat ini, proses produksi di CV Cipta Pratama berjalan terus menerus tanpa memperhatikan jumlah pesanan yang diterima, sehingga mengakibatkan perusahaan sering dikenanakan denda sebagai sanksi dari keterlambatan penyelesaian pesanan. Untuk memperbaiki kondisi pada CV Cipta Pratama maka akan dirancang sebuah sistem perencanaan produksi yang baik dan terhindar dari sanksi pelanggan. Sistem perencanaan produksi yang baru ini akan mencakup penentuan transfer batch size, perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning), penentuan order point bahan baku, dan penentuan waktu penyelesaian pesanan topi. Alat bantu yang digunakan dalam perancangan sistem perencanaan produksi ini adalah Decision Support System (DSS) yang berbasis spreadsheet. Pada DSS ini akan diperoleh output akhir berupa waktu penyelesaian pesanan yang dapat dijanjikan kepada pelanggan dan jadwal pembelian bahan baku. Informasi yang diberikan pada DSS bertujuan untuk membantu pengguna dalam mengambil keputusan.

Kata kunci: decision support system, production planning, lot splitting, operation overlapping, transfer batch.

Pendahuluan

Perkembangan industri konveksi di Indonesia saat ini sangat pesat. Diperkirakan pertumbuhan industri konveksi di Indonesia berkembang hingga 30 persen setiap tahunnya. Saat ini banyak sekali usaha konveksi bermunculan akibat bertambahnya minat konsumen terhadap topi yang dapat dipesan sesuai dengan keinginan konsumen. Kondisi ini tentu membuat para pengusaha konveksi berlomba-lomba agar mencapai keunggulan dalam bersaing. Salah satu permasalahan yang sering muncul di industri dalam negeri adalah buruknya sistem produksi pada pabrik tersebut. Para pelaku usaha konveksi kerap kali mengabaikan pentingnya proses perencanaan dan penjadwalan produksi yang baik. Perencanaan dan penjadwalan produksi yang baik tidak hanya sekedar merencanakan proses produksi, melainkan tetap memperhatikan berbagai kondisi dalam lantai pabrik maupun produksi agar dapat berjalan dengan baik.

Buruknya sistem produksi suatu pabrik akan mengakibatkan kerugian sehingga pabrik sulit bersaing dengan industri sejenis. Hal tersebut dikarenakan kinerja produksi yang masih belum maksimal. Kinerja produksi yang belum maksimal merupakan akibat dari terbatas nya pengetahuan perusahaan akan proses perencanaan dan pengendalian produksi. Persaingan yang ketat membuat seluruh perusahaan yang terlibat dalam industri konveksi harus memiliki sistem pengendalian serta proses kerja yang baik. Penilaian baik dan buruknya sistem pengendalian produksi tidak hanya didapat dari lantai produksi, melainkan juga dari manajemen sumber daya manusia. Sistem produksi yang baik merupakan elemen penting yang harus dicapai oleh setiap pabrik agar dapat mencapai hasil yang maksimal baik dari segi waktu,biaya, dan kualitas.

Salah satu headwear industry yang ingin memilki sistem produksi yang baik adalah CV Cipta Pratama. Perusahaan ini terletak di kota Bandung sejak tahun 1996 dengan

(2)

produk utama yaitu topi dengan misi memenuhi kebutuhan akan topi dan pakaian dengan kualitas printing yang baik untuk memenuhi kebutuhan retail dan perusahaan lainnya dalam kebutuhan promosi dan seragam. Headwear industry sudah sangat berkembang terutama di Indonesia sehingga CV Cipta Pratama harus melakukan perbaikan dari sisi kuantitas maupun kualitas produksi agar dapat bersaing sesama headwear

industry di Bandung hingga Indonesia.

Mayoritas pesaing dari CV Cipta Pratama adalah para pelaku industri rumahan atau

home industry yang khusus bergerak di bidang

konveksi topi. Selain itu, tipe produksi saat ini bersifat make to order dan desain topi sesuai dengan keinginan konsumen.

Dalam menjalankan suatu aktivitas produksi, sebuah perusahaan memerlukan sebuah perencanaan produksi yang baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Namun pada faktanya CV Cipta Pratama memiliki sebuah permasalahan utama yaitu sering terjadi keterlambatan produksi yang mengakibatkan waktu pengiriman barang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Data-data produksi dan waktu permintaan maupun pengiriman dan dapat dilihat pada tabel I.1 dan I.2. Data-data tersebut diambil pada periode pemesanan bulan Oktober tahun 2015 sampai dengan bulan April tahun 2016. Tabel I.1 Data Pemesanan CV Biensi Bulan Oktober 2015 – April 2016

Dapat dilihat dari tabel I.1 dan I.2 bahwa waktu pengiriman barang selalu terlambat dari deadline yang telah disepakati. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kelancaran proses produksi antara lain mesin, pekerja, penjadwalan dan perencanaan kerja. Faktor-faktor tersebut harus dapat berjalan dengan tepat karena setiap faktor memiliki peran yang sangat penting dalam proses produksi. Apabila salah satu faktor saja tidak berjalan dengan lancar, maka dapat dipastikan proses produksi akan terhambat dan akan kembali kepada permasalahan utama yaitu perusahaan tidak dapat memenuhi waktu yang telah disepakati dengan konsumen. Risiko yang dapat diterima oleh perusahaan adalah sanksi denda potongan harga yang dikenakan apabila waktu pengiriman tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati dan terdapat kemungkinan konsumen akan berpindah ke perusahaan lainnya yang sejenis.

Masalah lain yang juga muncul dan mengganggu proses produksi adalah bahan baku yang sering terlambat datang sehingga jalannya proses produksi akan terhambat . Masalah ini tentu menjadi salah satu penyebab utama terlambatnya proses produksi CV Cipta Pratama karena seluruh proses perencanaan produksi akan terganggu dan mengakibatkan terlambatnya proses produksi. Masalah yang terdapat pada lantai produksi adalah nilai

transfer batch dari setiap mesin yang masih

tergolong besar, sehingga proses produksi berlangsung lebih lama. Masalah-masalah tersebut memang sulit untuk dihindarkan, namun beberapa usaha dapat dilakukan perusahaan agar masalah tersebut dapat diantisipasi dengan baik dan dapat diminimalisir agar tidak terjadi lagi. Hal ini juga harus menjadi fokus dari perusahaan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar.

Solusi utama untuk menyelesaikan permasalahan utama yaitu dengan merancang sistem perencanaan produksi yang baru sehingga sistem produksi perusahaan akan lebih baik, proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan target produksi dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Decision Support System digunakan sebagai alat bantu pihak perusahaan dalam proses pengambilan keputusan karena DSS merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan keseluruhan data yang diperlukan dalam menghasilkan suatu Jml Pesan Tanggal Pesan Deadline Actual Delivery 1800 30 Oktober 2015 30 Desember 2015 7 Januari 2016 480 10 Desember 2015 18 Januari 2016 29 Januari 2016 2400 10 Desember 2015 18 Januari 2016 8 Febuari 2016 3000 6 Januari 2016 1 Febuari 2016 10 Maret 2016 2400 6 Januari 2016 12 Febuari 2016 11 Maret 2016 1200 22 Januari 2016 24 Maret 2016 8 April 2016 2400 11 Maret 2016 15 April 2016 28 April 2016

(3)

keputusan. Keputusan yang dihasilkan terkait masalah yang sedang diteliti sekarang adalah waktu pengiriman produk jadi kepada para konsumen sehingga pihak perusahaan tidak lagi memprediksikan waktu pengiriman produk jadi tanpa memperhatikan kapasitas produksi dan tidak mempertimbangkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan serta hal lainnya yang diluar dugaan.

DSS hanya bersifat membantu menentukan keputusan yang akan diambil dan keputusan mutlak tetap berada pada pihak perusahaan. Dua konsumen terbesar dari CV Cipta Pratama adalah PT CSIB untuk merek Polo dan CV Biensi untuk merek 3Seconds dan Greenlight. Kedua Konsumen ini merupakan konsumen tetap yang telah berlangganan dalam pembuatan topi sejak tahun 2006. Proses produksi topi-topi kepada dua merek tersebut kerap kali mengalami keterlambatan proses produksi sehingga memungkinkan target penjualan dari kedua perusahaan tersebut tidak tercapai. Dari hasil wawancara dengan pihak CV Cipta Pratama, diperkirakan terdapat 70% keterlambatan pengiriman kepada PT CSIB dan 50% kepada PT Biensi pada periode Oktober 2015 hingga April 2016 . Hingga saat ini proses produksi topi untuk kedua perusahaan tersebut masih sering terjadi keterlambatan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengumpulan data mengenai sistem perencanaan produksi awal di CV Cipta Pratama, tahap kedua adalah pembuatan sistem usulan untuk sistem perencanaan produksi, dan tahap ketiga adalah perancangan decision support system (DSS). Pengumpulan data mengenai sistem perencanaan produksi awal di CV Cipta Pratama meliputi data work center master file ,

routing file, leadtime pemesanan bahan baku,

karakteris bahan baku, bill of material, dan

leadtime subkontrak. Dari data yang di dapat

diharapkan data yang dimiliki sudah valid dan sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Hal ini dilakukan agar usulan yang akan dibuat juga sesuai dengan kondisi nyata sehingga dapat diaplikasikan.

Tahap kedua adalah perancangan usulan sistem perencanaan produksi di CV Cipta Pratama. Sistem usulan yang dirancang akan dilengkapi dengan tujuh buah perbaikan,

yaitu penentuan transfer batch untuk operation

overlapping disetiap mesin, pembuatan

production order, perhitungan order point

setiap bahan baku, perhitungan material

requirement planning, dan perhitungan waktu

mulai dan selesai produksi.

Tahap ketiga adalah perancangan DSS. DSS ini mencakup input, proses, dan output. Input dan output dari DSS akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Sedangkan proses di dalam DSS perencanaan produksi adalah model production batch,

transfer batch, MRP, proses penjadwalan

mesin.

Hasil dan Pembahasan

Sebelum menghitung kapasitas produksi dibuat terlebih dahulu rancangan hari operasional kerja atau disebut shop calendar tahun 2017. Berikut ini adalah shop calendar day yang dirancang.

Gambar 1. Contoh ShopCalendar (Bulan) Dengan adanya shop calendar diharapkan perhitungan rencana produksi dapat lebih akurat dan sesuai dengan kondisi nyata. Output dari shop calendar ini adalah jumlah hari kerja per bulan dan per minggu yang akan digunakan dalam perhitungan penyelesaian produksi. Jumlah hari kerja per minggu digunakan untuk melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku (MRP) dan proses penjadwalan mesin.

(4)

Gambar 2. Contoh ShopCalendar (Minggu) Pada gambar III.1 dan III.2 yang merupakan gambar contoh dari shop calendar yang dirancang terdapat beberapa kolom, yaitu bulan, minggu (hanya pada gambar III.2), tanggal, status, dan jumlah hari. Kolom bulan menunjukkan nama bulan pada periode tersebut. Kolom minggu menunjukkan minggu keberapa periode tersebut. Kolom tanggal menunjukkan tanggal berapa. Kolom status berisikan status tanggal tertentu, apakah libur atau kerja. Jika hari libur maka kolom akan diisi dengan kata “Libur” sedangkan jika hari kerja maka diisi dengan ““. Kolom jumlah hari menunjukkan jumlah hari kerja atau jumlah hari operasional pada periode tertentu. Pada gambar III.1 kolom jumlah hari operasional menunjukkan jumlah hari kerja dalam satu bulan, sedangkan pada gambar III.2 menunjukkan jumlah hari kerja dalam minggu-minggu tertentu sesuai dengan baris yang ditunjukkan.

Perbaikan yang pertama adalah penentuan transfer batch di setiap mesin. Penentuan transfer batch bertujuan untuk mengurangi idle time dimesin selanjutnya. Proses penentuan transfer dilakukan dengan cara trial and error. Hal ini dikarenakan tidak terdapat rumusan pasti dalam proses perhitungan transfer batch. Semakin kecil

transfer batch maka akan semakin kecil pula

manufacturing leadtime.

Penentuan ukuran transfer batch di setiap mesin dapat dilihat di tabel III.5. Ukuran Transfer batch akan semakin kecil jika run time tersebut semakin besar, hal ini bertujuan agar mesin selanjutnya tidak menganggur terlalu lama sehingga proses produksi dapat berjalan lebih cepat.

Tabel III.5 Ukuran Transfer Batch di Setiap Mesin

(lanjut) Mesin Jahit C Jahit Badan Depan 15 100 Mesin Jahit D Jahit Badan Dpn ke Bdn Blk (Batok) 14 70 Mesin Jahit E Pemasangan Piping dan SweatBand di Batok 32 50 Mesin Jahit F Jahit Kain Visor dengan Visor 26 60 Mesin Jahit G Jahit Visor Jadi dengan Batok Piping 22 50 Mesin Jahit H Pemasangan Kancing 13 100 Manual Orang Inspeksi 25 50 Mesin Press Sintong 1 Press Badan 10 50 Mesin Komponen Run Time (s) Recomm ended Transfer Batch Size Cutting Big Potongan Badan Belakang 6 100 Cutting Manual Adjuster 18 80 Mesin Sablon Sablon Badan Depan 25 80 Mesin Pengera t Kancing 13 90 Cutting Small/P on Kain Visor 6 100 Cutting Big (2) Potongan Badan Depan 6 100 Mesin Jahit A Jahit Badan Belakang 17 80 Mesin Jahit B Jahit Badan Blkg Dgn Adjuster 17 80

(5)

Tabel III.5 Ukuran Transfer Batch di Setiap Mesin (lanjutan)

Perbaikan yang kedua adalah pembuatan production order. Pembuatan

production order bertujuan agar pihak

perusahaan mengetahui jumlah produk yang telah dipesan pada tanggal itu dengan kata lain production order merupakan rekapitulasi pesanan pada tanggal tersebut (dari input pesanan). Berikut ada tabel production order yang dapat dilihat di tabel III.6.

Tabel III.6 Production Order untuk Topi Sablon Warna 1

(lanjut) Tabel III.6 Production Order untuk Topi Sablon Warna 1 (lanjutan)

(lanjut) Tabel III.6 Production Order untuk Topi Sablon Warna 1 (lanjutan)

Tabel-tabel production order dimulai dari topi sablon warna 1 (hitam) hingga topi sablon warna 13 (ungu). Pemberian kode angka 1 hingga 13 bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam proses identifikasi warna. Tabel production order ini dilanjutkan dengan topi bordir warna 1 (hitam) hingga topi bordir warna 13 (ungu) dan topi

cuci warna 1 hingga topi cuci warna 13. Tabel-tabel production order topi bordir warna 1 dapat dilihat di tabel III.6. Tabel-tabel ini kemudian akan diterima oleh bagian PPIC perusahaan sehingga memudahkan mereka dalam proses penentuan jadwal mulai produksi setiap pesanan. Tabel Production order yang ditampilkan hanya untuk bulan Januari dan hanya satu warna saja, dikarenakan keterbatasan tempat dan sudah cukup merepresentasikan production order selama setahun.

Perhitungan order point bahan baku dilakukan agar perusahaan tidak kekurangan kuantitas bahan baku pada saat ingin melakukan produksi. Pada saat pesanan diterima oleh perusahaan, maka perusahaan harus memeriksa terlebih dahulu jumlah bahan baku yang dimiliki. Saat pesanan tersebut telah diterima, maka jumlah bahan baku yang

available tentu akan berkurang karena bahan

baku sejumlah tertentu sudah teralokasikan.

Order point memiliki peran yang sangat

penting dalam ketersediaan bahan baku yang dimiliki. Bahan baku yang dibawah order point nya pun bersifat common (pasti digunakan)

Proses perhitungan order point cukup sederhana yaitu hanya dengan mengalikan gross requirement bahan baku yang dapat digunakan dalam sehari dikalikan dengan leadtime bahan baku tersebut. Dalam menentukan kapasitas maksimum bahan baku yang dapat digunakan, maka diperlukan data kapasitas mesin yang memiliki waktu proses terpanjang. Waktu proses terpanjang terdapat pada proses pemasangan piping dan

sweatband yaitu selama 32 detik, sehingga

dari hasil wawancara dengan pihak pabrik bahwa pada mesin tersebut hanya dapat memproses sejumlah ±420 buah. Jumlah tersebut kemudian akan dikalikan dengan kebutuhan bahan baku per topi yang terletak di tabel III.3 kolom dua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di persamaan III-1.

𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡=𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝐸𝑥 𝑙𝑒𝑎𝑑𝑡𝑖𝑚𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛𝑏𝑎𝑘𝑢

(pers.III-1)

Proses perkalian disesuaikan dengan material yang akan digunakan. Hasil perkalian tersebut merupakan order point yang akan digunakan. Berikut adalah tabel perhitungan

order point untuk semua material yang akan

digunakan dalam proses produksi. Nilai lot size bahan baku merupakan nilai pembelian Mesin Press Sintong 2 Press Visor 15 50 Manual Orang Pengepakan 7 50 Januari Topi Sablon 1 Tanggal 2 3 4 5 6 Order (pcs) 2000 0 0 0 0 Januari Topi Sablon 1 Tanggal 7 9 10 11 12 Order (pcs) 0 0 0 0 0 Januari Topi Sablon 1 Tanggal 13 14 16 17 18 Order (pcs) 0 0 0 0 0

(6)

minimal yang harus dibeli oleh perusahaan kepada pihak supplier.

Tabel III.9 Perhitungan Order point

Perencanaan akan bahan baku diperlukan agar bahan baku yang bersifat

common tidak kekurangan. Perencanaan

bahan baku digunakan dengan metode MRP. Bahan Baku yang digunakan yaitu Kain Twill dengan 13 jenis warna, visor mentah, busa, besi pengait, prepetan, dan kain piping dengan tiga varian. Perhitungan MRP bertujuan agar perusahaan dapat menentukan jadwal pembelian bahan baku dan production order. Dalam sistem usulan, pembelian bahan baku akan dilakukakan apabila ketersediaan bahan baku berada dibawah order point.

Tabel perhitungan yang ditampilkan hanya contoh perhitungan pada beberapa hari awal saja dan tidak keseluruhan selama setahun serta untuk kain twill hanya untuk satu warna saja. Hal ini dikarenakan keterbatasan tempat serta tabel yang ditampilkan sudah dapat merepresentasikan konsep perhitungan MRP selama setahun. Berikut adalah tabel perhitungan MRP untuk bahan baku kain twill warna 1 (hitam)

Pada Tabel III.10, Pemesanan bahan baku akan dilakukan apabila baris available sudah berada di bawah order point. Baris pemesanan bahan baku dapat dilihat di baris PORL. Untuk bahan baku kain twill, order point sebesar 1153 meter dan leadtime selama 12 hari kerja. Baris allocated merupakan gross

requirement yang dibutuhkan dalam

pembuatan topi pada hari tersebut (sesuai pesanan). Perhitungan bahan baku tersedia atau pada baris avaiable adalah dengan mengurangkan baris on hand dengan baris

allocated. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada persamaan III-2 berikut ini.

𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒=𝑂𝑛𝐻𝑎𝑛𝑑 − 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑒𝑑

(pers.III-2) Tabel III.10 MRP Kain Twill 1

(lanjut) Tabel III.10 MRP Kain Twill 1 (lanjutan)

(lanjut) Tabel III.10 MRP Kain Twill 1 (lanjutan)

No Nama Material Order point Lot Size Unit Of Measure 1 Kain Twill Warna 1-13 1153 1370 Meter 2 Visor Mentah 2520 3000 Pcs 3 Busa 2520 2500 Pcs 4 Besi Pengait 2520 3000 Pcs 5 Prepetan 180 1000 Meter 6 Kain Piping (3 varian) 882 1500 Meter FLS 1370 LeadTime 12 hari Kain Twill 1 Januari Tanggal 2 3 4 GR 357 0 0 SR 1370 On Hand 1370 1013 1013 Allocated 357 0 0 Available 0 1013 1013 1013 PORC PORL 1370 1370 FLS 1370 LeadTime 12 hari Kain Twill 1 Januari Tanggal 5 6 7 GR 0 0 0 SR On Hand 1013 1013 1013 Allocated 0 0 0 Available 0 1013 1013 1013 PORC PORL 1370 1370 1370 FLS 1370 LeadTime 12 hari Kain Twill 1 Januari Tanggal 9 10 11 GR 0 0 0 SR On Hand 1013 1013 1013 Allocated 0 0 0 Available 0 1013 1013 1013 PORC PORL 1370 1370 1370

(7)

Sebagai contoh perhitungan avaiable untuk tanggal satu januari adalah sebesar 1013 merupakan hasil pengurangan 1370 dikurangi 357. Baris PORC merupakan baris yang menunjukkan jumlah kedatangan bahan baku pada tanggal tersebut. Penentuan waktu kedatangan berdasarkan leadtime dari bahan baku tersebut. Untuk MRP kain twill warna lainnya, memiliki order point dan leadtime yang sama karena perbedaan hanya terletek dari segi warna kain saja.

Proses perhitungan waktu mulai produksi sangat penting karena sistem usulan sudah tidak berdasarkan deadline terdekat lagi, melainkan FIFO (first in first out). Dalam sistem usulan ini, pesanan yang diterima terlebih dahulu itulah yang akan dimulai produksi duluan. Sebagai contoh maka tabel waktu mulai produksi dapat dilihat di tabel III.17. Tabel III.17 Waktu Mulai Produksi

Waktu mulai produksi pertama kali akan disamakan dengan jam input customer

order untuk pertama kalinya. Selanjutnya

apabila terdapat input customer order di jam yang sama, maka waktu mulai produksi akan dilakukan pada saat proses pertama selesai. Dalam penelitian ini, proses pertama yang selesai pertama kali terdapat pada mesin

cutting big. Sebagai contoh dapat dilihat

ditabel III.8 pada pesanan pertama yaitu pesanan dari PT CSIB. Waktu mulai produksi untuk pesanan dari PT CSIB adalah tanggal 12 bulan 12 tahun 2016 pukul 08:45. Waktu tersebut adalah waktu input customer order pada saat itu juga karena itu merupakan pesanan yang pertama.

Untuk pesanan selanjutnya, yaitu pesanan dari PT BIENSI, waktu mulai produksi harus menunggu proses pertama selesai beroperasi. Dapat dilihat di tabel III.17, waktu mulai mulai produksi PT BIENSI adalah tanggal 12 bulan 12 tahun 2016 pukul 09.25, waktu tersebut adalah waktu selesai dari proses pertama yang dilakukan oleh mesin

cutting big untuk pesanan PT CSIB. Waktu

tersebut kemudian yang menjadi waktu mulai produksi dari PT BIENSI. Waktu mulai produksi selalu memeriksa ketersediaan dari mesin cutting big sebagai proses pertama. Apabila mesin cutting big tersedia, maka waktu mulai produksi bisa dilakukan pada saat itu juga.

Selanjutnya adalah perhitungan waktu selesai produksi dapat dilakukan apabila waktu mulai produksi sudah ditentukan.

Perhitungan selesai produksi dimulai dari perhitungan penyelesaian dari proses pertama di mesin cutting big. Setelah proses pertama selesai, perhitungan penyelesaian proses selanjutnya harus dilakukan dengan kondisi tertentu. Apabila proses selanjutnya memiliki

run time per jumlah mesin yang lebih pendek

dari pada proses sebelumnya, maka perhitungan penyelesaian diproses selanjutnya dapat dilakukan dengan persamaan III-4 berikut ini. 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 + (𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟𝑏𝑎𝑡𝑐ℎ𝑑𝑎𝑟𝑖𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑥 𝑟𝑢𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒𝑝𝑒𝑟𝑗𝑚𝑙ℎ𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎) (Pers. III-4) Apabila proses selanjutnya memiliki run time per jumlah mesin yang lebih panjang dari proses sebelumnya, maka perhitungan

penyelesaian diproses selanjutnya dapat dilakukan persamaan III-5 berikut ini.

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎

=𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎

+ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎

(Pers. III-5) Perhitungan waktu menunggu dapat di lihat di persamaan III-6.

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝑀𝑒𝑛𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢

=𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑡𝑐ℎ𝑑𝑖𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 +𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎

(Pers. III-6)

Waktu bersih dapat dihitung dengan persamaan III-7 berikut ini.

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

=𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑏𝑎𝑡𝑐ℎ𝑥𝑟𝑢𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒𝑝𝑒𝑟𝑗𝑚𝑙ℎ𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛

(Pers. III-7) Dapat dilihat dari persamaan III-7, terdapat nilai production batch yang harus ditentukan terlebih dahulu. Nilai production

batch ditentukan dengan cara lot for lot yang

artinya nilai production batch sama dengan kuantitas order topi pada saat itu. Nilai

production batch akan bertambah jika jumlah

kuantitas order bertambah. Sebaliknya, jika Nama Pemesan Jenis Topi Quantity Mulai Produksi PT CSIB Topi Cuci 200 12/12/2016 8:45 PT BIENSI Topi Cuci 200 12/12/2016 9:25 PT MARTIN LESTARI Topi Cuci 200 12/30/2016 13:55

(8)

sudah ada kuantitas orderan yang sudah selesai diproduksi maka production batch akan berkurang. Terdapat suatu kondisi dimana waktu penyelesaian diproses selanjutnya lebih cepat daripada diproses sebelumnya, hal ini terjadi pada saat penggunaan persamaan III-5. Hal ini dapat terjadi karena waktu penyelesaian diproses selanjutnya tidak memperhitungkan idle time diproses tersebut. Idle time dapat muncul apabila run time per mesin diproses selanjutnya tidak cukup lama sehingga walaupun diproses tersebut memiliki

run time per jmlh mesin yang lebih lama, tidak

berarti diproses tersebut tidak memiliki idle time. Jika hal ini terjadi, maka akan kembali persamaan III-3 karena persamaa III-3 secara tidak langsung sudah memperhitungkan idle time.

Perancangan decision support system (DSS) bertujuan untuk membantu pengguna dalam pengambilan keputusan terkait proses perencanaan produksi. Sebelum memulai pembuatan DSS, maka dibuat terlebih dahulu flowchart dari DSS yang akan dirancang. Pembuatan flowchart bertujuan agar DSS yang dirancang tepat sasaran, lebih terstruktur, dan tujuan dari pembuatan DSS dapat tercapai. Langkah pertama adalah pihak perusahaan akan menerima pesanan. Perusahaan akan mengecek stok bahan baku yang tersedia pada saat itu juga. Apabila bahan baku mencukupi maka, proses produksi dapat dilakukan dengan menentukan waktu mulai produksi terlebih dahulu. Apabila bahan baku tidak mencukupi, maka proses pemesanan bahan baku akan dilakukan. Bahan baku yang tidak mencukupi tidak berarti proses produksi tidak dapat dilakukan, proses produksi tetap akan dilakukan dengan bahan baku yang tersedia, sambil menunggu bahan baku yang dipesan datang.

Penentuan waktu mulai produksi berdasarkan waktu penyelesaian proses di mesin pertama yaitu cutting big. Untuk pertama kali, waktu mulai produksi berdasarkan waktu pemesanan pertama kali dilakukan, selanjutnya proses produksi akan dilakukan setelah mesin cutting big tersedia. Langkah selanjutnya adalah proses produksi. Proses produksi dilakukan secara berurutan

(flow shop). Untuk jenis topi sablon dan cuci,

seperti yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya, kedua jenis topi tersebut memerlukan proses yang harus di sub-kontrak kepada perusahaan lain. Apabila sudah

selesai melalui proses sub-kontrak, maka topi jadi akan dikirim kembali ke perusahaan dan siap dikirim kepada konsumen atau pemesan. Namun jika topi yang adalah topi sablon, maka setelah proses produksi tidak diperlukan proses sub-kontrak sehingga topi jadi sudah langsung dapat dikirimkan kepada konsumen atau pemesan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada bab tinjauan pustaka, DSS yang baik harus memiliki input, database,

modelbase, proses, dan output. Didalam DSS

yang akan dirancang, terdapat tiga jenis input yaitu shop calendar, customer list, dan

customer order. Shop calendar adalah jumlah

hari kerja dalam setahun. Pengisian shop

calendar adalah dengan memasukkan status

“Libur” di setiap tanggal. Hal ini bertujuan agar pengguna sistem mengetahui tanggal-tanggal yang libur sehingga waktu penyelesaian produk jadi tidak memperhitungkan hari libur.

Customer order dan list adalah data konsumen

yang memesan topi serta untuk mengetahui desain dan jumlah topi yang dipesan.

Database dari DSS yang dirancang

terdiri dari database customer list, database waktu mulai produksi dan database customer

archives. Untuk database customer list, maka

dapat dilihat digambar III.10

(9)

Database selanjutnya adalah untuk waktu mulai produksi. Contoh user interface dari

database waktu mulai produksi dapat dilihat

digambar III.11.

Gambar III.11 User Interface Waktu Mulai Produksi

Database yang dirancang user

interface nya adalah database customer

archives. Untuk database customer archives

dapat dilihat digambar III.12 dan III.13.

Gambar III.12 User Interface Customer Archives (1)

Database customer archives

mengandung informasi data yang sangat lengkap. Database ini akan terisi secara otomatis apabila pengguna melakukan input

customer list dan order. Dari kolom nomor

order hingga warna piping, data yang masuk

berasal dari input customer list dan order yang dilakukan. Pada kolom tanggal order, kolom tersebut akan terisi sesuai dengan waktu

pengguna melakukan order. Apabila pengguna melakukan input diluar jam kerja, maka waktu

order akan terhitung keesokan hari

nya pukul

08.45

Gambar III.12 User Interface Customer Archives (2)

Output dari DSS yang dirancang terdiri

dari tiga bagian utama, yaitu jadwal pemesanan material, production order, dan waktu penyelesaian topi. Untuk lebih jelas maka gambar dari user interface output berupa jadwal pemesanan material dapat dilihat digambar III.14. Namun karena keterbatasan tempat, karena jadwal pembelian dirancang hingga satu tahun. Maka gambar yang dimunculkan hanya untuk bulan Januari dari tanggal 2 hingga tanggal 10.

(10)

User interface yang dirancang berikutnya adalah user interface untuk output waktu penyelesaian topi. Berikut adalah user

interface output penyelesaian topi yang dapat

dilihat digambar III.15.

Gambar III.15 User Interface Output Penyelesaian Topi

Dapat dilihat di gambar III.16 terdapat kolom safety time dengan satuan hari. Kolom ini menunjukkan waktu safety yang dibutuhkan setiap jenis topi. Untuk topi jenis sablon, dibutuhkan safety time selama 1 hari sedangkan untuk topi jenis bordir dibutuhkan safety time selama 2 hari dan 4 hari untuk topi jenis cuci. Pada kolom subkon, kolom tersebut menunjukkan waktu yang dibutuhkan setiap jenis topi dalam proses sub-kontrak dengan perusahaan lain. Topi jenis sablon tidak memiliki waktu sub kontrak, sedangkan topi bordir dan cuci memiliki waktu sub kontrak. Pembuatan user manual bertujuan agar pengguna DSS dapat mengerti dan menggunakan DSS yang telah dirancang. Selain itu user manual ini juga bertujuan agar DSS yang dijalankan tidak mengalami error akibat kelalaian dari pengguna. Berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan dalam menggunakan DSS yang telah dirancang.

1. Terdapat lima buah file yang dapat dibuka sebelum menjalankan DSS, file tersebut adalah file yang berjudul

Database”, “Input Pesanan”, “MRP”,

shopcalender”, dan “Production

Order”.

2. Pertama file yang harus dibuka adalah file berjudul “Database”, setelah terbuka, dibagian bawah

menubar terdapat tulisan security

warning, kemudian klik tombol

options yang ada disebelah kanannya dan pilih opsi yang bertuliskan “Enable this content”, kemudian klik ok.

3. Buka semua file tersebut, terkecuali file yang berjudul “shopcalender

dan lakukan hal yang sama seperti dilangkah kedua untuk setiap file yang telah terbuka.

4. Pastikan hanya terbuka empat file yang berjudul “Database”, “Input Pesanan”, “MRP”, dan “Production Order”.

5. Untuk memulai penggunaan DSS, buka file yang berjudul “Input Pesanan”. Setelah terbuka maka terdapat cell yang harus diisi seperti nama pemesan, alamat, nomor telepon, jenis topi, dan lain-lain. Isi semua input yang dibutuhkan, kemudian klik tombol “INPUT”. Setelah input berhasil dilakukan, maka akan keluar pesan singkat yang bertuliskan “file berhasil diupdate”.

6. Jika pesan tersebut sudah muncul, maka program DSS telah berhasil digunakan.

7. Langkah selanjutnya adalah

membuka file yang berjudul

shopcalender”, fileshopcalender

baru boleh dibuka pada saat input selesai dilakukan karena jika file tersebut dalam keadaan terbuka, data yang diinput tidak akan terekam.

8. Untuk melihat output waktu

penyelesaian dan pengiriman pesanan yang telah diinput, maka masih di file yang sama yaitu “Input Pesanan” pengguna dapat membuka sheet yang berjudul

Output”, selanjutnya pengguna

dapat membuka file berjudul “MRP”,

di sheet kedua terdapat sheet yang

berjudul “Jadwal Pembelian”. Seluruh jadwal pembelian bahan baku dapat dilihat di sheet tersebut.

Daftar Pustaka

Donald W., J. H. Blackstone, Fogarty, dan T. R. Hoffman. (1991). Production and

Inventory Management, 2nd Edition.

Cincinnati: South Western Publishing. Bedworth, David D, dan J. E. Bailey. (1987).

Integrated Production Control Systems.

Singapore: John Wiley and Sons Inc. Efraim., J. E. Aronson, Turban, dan T. Liang.

(2007). Decision Support System and

Intelligent System, 7th Edition. New

Gambar

Tabel I.1 Data Pemesanan CV Biensi Bulan  Oktober 2015 – April 2016
Gambar 1. Contoh Shop Calendar (Bulan)  Dengan adanya shop  calendar  diharapkan perhitungan rencana  produksi  dapat lebih akurat dan sesuai dengan kondisi  nyata
Gambar 2. Contoh Shop Calendar (Minggu)  Pada gambar III.1 dan III.2 yang  merupakan gambar contoh dari shop  calendar  yang dirancang terdapat beberapa kolom, yaitu  bulan, minggu (hanya pada gambar III.2),  tanggal, status, dan jumlah hari
Tabel III.5 Ukuran Transfer Batch  di Setiap Mesin  (lanjutan)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ibadat yang paling utama dalam ajaran ini dikenali sebagai Sembahyang Sufi Sejagat ( Universal Sufi Prayers atau Confraternity prayers ). Kebiasaannya, ia

[r]

[r]

[r]

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produk berupa RPP dan LAS matematika berbasis kurikulum 2013 pada materi bilangan pecahan untuk SMP/MTs

Kedua faktor linguistic dan non linguistic mempengaruhi speaking performance mahasiswa, sehingga dalam pembelajaran speking disarankan agar dosen dapat membantu

Jadi, dengan demikian, kita dapat simpulkan bahwa suatu proses akan dapat balik atau terbalikan bila proses tersebut dilakukan secara kuasistatik dan tak disertai serapan.

Variasi kerentanan kekeringan daerah tersebut dapat diketahui dengan menggunakan data hujan (kekeringan meteorologi), data hidrologis (air permukaan dan air tanah),