• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 21

BAB 2 :

P

ERKEMBANGAN INFLASI

Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Melemahnya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri menurunkan tekanan inflasi secara seasonal. Namun, kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari menurunnya produksi akibat gangguan cuaca. Di sisi lain, tekanan administered price turut membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan.

2.1 INFLASI GORONTALO

Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tingginya tekanan inflasi terutama akibat dari volatile food sebesar 16,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,71% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 7,89% (y.o.y). Sementara itu, administered price sebesar 5,25% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,63% (y.o.y). Sedangkan core inflation sebesar 2,68% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 3,43% (y.o.y).

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Tekanan permintaan masyarakat pada triwulan IV-2010 secara seasonal cenderung melemah dibandingkan triwulan sebelumnya karena kegiatan daerah meliputi perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru relatif kurang semarak bila dibandingkan saat perayaan Ibadah Puasa dan Hari Raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun, kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari turunnya produksi karena gangguan cuaca. Di sisi lain, berkurangnya pasokan bensin turut membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan.

2009

DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES

Total Inflasi 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43% Core Inflation 3.43% 3.89% 3.55% 3.32% 3.05% 3.09% 3.41% 4.46% 5.03% 3.40% 3.06% 2.87% 2.68% Volatile Food 7.89% 5.31% 7.97% 5.05% 3.50% 2.28% 1.95% 3.09% 12.80% 15.71% 11.21% 11.28% 16.30% Administered Price 1.63% 2.76% 3.35% 2.13% 1.07% 2.41% 2.39% 3.91% 4.17% 5.30% 4.49% 4.77% 5.25% 2010 Disagregasi

(2)

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Core inflation atau inflasi inti pada triwulan IV-2010 sebesar 2,69% (y.o.y) cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,40% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 3,43% (y.o.y) seiring dengan melemahnya berbagai tekanan faktor fundamental meliputi output gap dan imported inflation. Melemahnya permintaan masyarakat diperkirakan mengurangi munculnya Output gap negatif. Masyarakat Gorontalo yang mayoritas Muslim relatif tidak terlalu semarak dalam merayakan Hari Raya Natal dan Tahun Baru dibandingkan dengan perayaan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya.

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.2 Indeks Keyakinan Konsumen

Menurunnya tekanan permintaan masyarakat dapat tercermin dari hasil Survey Konsumen (SK) Desember 2010 yang menunjukkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 134,58 lebih rendah dibandingkan September 2010 sebesar 161,88. Penurunan IKK didukung oleh penurunan pada seluruh komponen pembentuknya yaitu penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketersediaan lapangan kerja saat

(3)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 23 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang, dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang.

Faktor penurunan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar daerah mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti Gorontalo. Provinsi Gorontalo belum mampu memproduksi kebutuhan masyarakat sepenuhnya untuk komoditas tertentu seperti semen sehingga sebagian besar harus impor dari luar provinsi. Adanya penurunan harga-harga komoditas dimaksud akan menyumbang pada penurunan inflasi inti. Berdasarkan Survey Pemantauan Harga terjadi penurunan harga komoditas semen yang pasokannya diimpor dari luar Provinsi.

Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo Grafik 2.3 Perkembangan Harga Semen di Gorontalo

Namun, ekspektasi inflasi diperkirakan masih tinggi karena pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa harga barang yang telah mengalami kenaikan cenderung sulit untuk turun. Hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa Indeks Perubahan Harga Periode Akan Datang tetap menunjukkan tren peningkatan pada triwulan laporan.

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.4 Indeks Perubahan Harga Periode Akan Datang

(4)

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL

Faktor non-fundamental sangat berperan penting dalam memberi tekanan inflasi pada triwulan IV-2010. Lonjakan harga komoditas volatile food yang pada umumnya merupakan komoditas bahan makanan sangat mendominasi, sementara administered price inflation turut membayangi terkait dengan berkurangnya pasokan bensin pada periode laporan.

Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan

Permintaan yang tinggi terhadap komoditas bahan makanan memberi tekanan terhadap kenaikan harga-harga komoditas tersebut. Aspek distribusi yang tidak merata dan dominasi pedagang besar menjadi permasalahan yang menyebabkan peningkatan harga-harga komoditas bumbu-bumbuan. Cuaca yang kurang mendukung (hujan berlebihan) juga menghambat produksi pertanian. Menurut BMKG, distribusi sifat hujan di Provinsi Gorontalo pada periode laporan berada di atas normal.

Sumber : BMKG Gambar 2.1 Distribusi Sifat Hujan Hujan di Indonesia

(5)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 25 menyebabkan persistennya harga-harga komoditas di Gorontalo. Indikasi adanya permasalahan dalam saluran distribusi pengangkutan laut menyebabkan harga-harga komoditas yang menggunakan transportasi laut harganya cenderung tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan biaya pengangkutan laut tujuan Gorontalo yang relatif tinggi dibandingkan provinsi Lain.

Tabel 2.2 Biaya Pengangkutan Laut dari Pelabuhan di Makassar

Sumber : PT. Samudera Indonesia, PT. Haris Global, PT. Tanto Intim Line (diolah)

Sementara itu, berkurangnya pasokan bensin pada periode laporan menyebabkan terjadinya kelangkaan BBM di Provinsi Gorontalo yang diindikasikan dengan antrian-antrian panjang di SPBU se-Provinsi Gorontalo. Hasil pemantauan pada periode laporan menunjukkan harga bensin eceran per liter yang biasanya sebesar Rp5000 melonjak hingga mencapai Rp10.000 per liter. Kelangkaan ini mendorong inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan ke level yang relatif tinggi sebesar 2,53% (y.o.y).

Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Tujuan Biaya Pengangkutan / Kontainer (20 feet) (US$)

Makassar - Kendari 800 Makassar - Palu 600 Makassar - Gorontalo 800 Makassar - Bitung 550 Makassar - Ternate 1110 Makassar - Ambon 1000 Makassar - Jayapura 1250

(6)

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA 2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tekanan kenaikan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan akibat gangguan di sisi produksi. Kondisi cuaca hujan berlebihan mengurangi produktivitas hasil pertanian sehingga aspek supply terganggu.

Tabel 2.3

Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 16,20% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,63% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 7,70% (y.o.y). Penyebab utama tingginya tekanan inflasi pada kelompok ini karena perkembangan harga subkelompok bumbu-bumbuan mengalami lonjakan yang sangat signifikan sebesar 77,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 49,00% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 14,98% (y.o.y). Hasil Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi lonjakan harga beberapa komoditas bumbu-bumbuan meliputi bawang merah, bawang putih dan cabai merah.

Tabel 2.4

Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Umum 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43% 1 Bahan makanan 7.70% 5.26% 7.98% 5.10% 3.54% 2.34% 2.03% 3.13% 12.76% 15.63% 11.15% 11.25% 16.20% 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.69% 8.13% 8.52% 5.93% 4.09% 5.83% 5.56% 8.41% 8.22% 7.87% 7.06% 6.87% 13.43% 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -6.31% 3.57% 3.17% 3.06% 2.98% 3.06% 3.57% 4.45% 5.42% 3.45% 3.11% 2.68% 12.53% 4 Sandang 0.00% 2.63% 0.42% -0.18% 0.27% 1.17% 2.25% 2.30% 3.21% 3.05% 3.39% 3.71% 6.39% 5 Kesehatan 8.22% 7.81% 8.10% 9.35% 7.86% 7.31% 7.36% 7.64% 7.86% 2.37% 2.33% 2.27% 2.32% 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.57% 0.53% 0.28% 0.36% 0.18% 0.35% 0.35% 0.47% 0.52% 0.41% 0.51% 0.51% 0.51% 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -2.50% -0.97% -0.09% -0.06% -0.20% -0.36% -0.40% 0.65% 0.94% 2.57% 1.55% 2.13% 2.53%

No Inflasi Tahunan 2009 2010

DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC

BAHAN MAKANAN 7.7 5.26 7.98 5.1 3.54 2.34 2.03 3.13 12.76 15.63 11.15 11.25 16.20

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 8.86 5.41 9.06 7.46 4.17 3.36 5.97 7.25 19.29 16.62 16.1 18.2 20.20

Daging dan Hasil-hasilnya -3.05 -4.86 -1.62 0.31 1.59 0.86 0.63 0.68 3.72 5.29 7.51 5.25 6.19

Ikan Segar 11.08 5.18 5.74 5.58 -0.55 -10.89 -8.8 -4.83 6.68 15.86 16.49 13.04 8.83

Ikan Diawetkan -7.72 0.75 8.67 10.14 7.56 7.8 9.94 6.66 8.44 8.01 6.04 8.26 6.86

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -4.55 -5.81 -2.3 -2.47 -4.7 -5.14 -2.91 -0.81 -1.01 -0.92 -1.5 -1.73 3.27

Sayur-sayuran -1 -7.25 8.55 25.92 10.17 21.99 30.25 -11.72 14.53 21.8 -11.06 -28.14 -0.96

Kacang - kacangan 10 11.58 10.85 4.09 1.65 6.85 9.04 9.65 10.77 4.57 2.09 8.7 14.95

Buah - buahan 21.68 29.04 40.99 27.79 24.31 24.21 -4.61 2.61 25.87 20.07 3.99 9.65 9.93

Bumbu - bumbuan 14.98 21.23 8.32 -17.84 9.74 44.9 26.78 47.83 43.11 49 34.51 53.96 77.12

Lemak dan Minyak 3.99 5.86 7.34 6.45 2.8 -8.82 -7.23 -7.61 -7.29 -7.73 -9.56 -6.32 -3.42

Bahan Makanan Lainnya 3.53 2.49 5.01 2.3 0.95 0.95 0.95 1.87 1.87 0.83 0.83 3.95 4.37

Kelompok / Sub kelompok

(7)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 27 Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo Grafik 2.7 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan di Gorontalo

Subsektor padi-padian pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 20,20% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,62% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 8,86% (y.o.y). Kenaikan inflasi subsektor padi-padian terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras. Cuaca ekstrim yaitu hujan sepanjang tahun menyebabkan proses produksi dan pengeringan beras menjadi terhambat. Sementara, permintaan beras tetap tinggi karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga menyebabkan harga beras meningkat. Hasil Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi dengan tingginya harga beras hampir sepanjang tahun 2010.

(8)

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)

Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 1,12% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,57% (q.t.q). Melemahnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan makanan pasca perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri menjadi penyebab utama melemahnya tekanan inflasi secara triwulanan.

Tabel 2.5

Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Subkelompok bahan makanan pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 1,12% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,57% (qtq). Melemahnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan makanan pasca perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri menjadi penyebab utama melemahnya tekanan inflasi secara triwulanan. Masyarakat Gorontalo yang mayoritas Muslim cenderung sangat konsumtif dalam merayakan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri. Jenis hidangan yang istimewa selalu menjadi menu utama oleh seluruh lapisan masyarakat Gorontalo pada periode tersebut, sehingga harga-harga bahan makanan melonjak sangat tinggi. Namun, pada triwulan IV-2010 konsumsi masyarakat Gorontalo terhadap jenis hidangan istimewa relatif berkurang karena perayaan Raya Natal dan Tahun Baru tidak terlalu semarak dibandingkan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri.

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Umum 0.53% 0.47% 1.23% 1.59% 0.32% -0.92% -0.25% 2.09% 5.47% 5.63% 2.93% 0.13% 0.36% 1 Bahan makanan 0.62% -0.18% 2.73% 4.25% 1.02% -4.04% -2.07% 2.22% 12.67% 12.57% 7.84% 0.17% 1.12% 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau -5.18% 1.18% 1.48% 7.45% 0.17% 1.80% 1.57% 4.95% 3.59% 4.24% 0.65% -0.14% -0.29% 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -8.16% 1.03% 0.41% 9.85% -0.18% 0.25% 0.42% 1.55% 2.45% 2.11% 0.67% -0.42% -0.11% 4 Sandang -1.61% 1.13% 0.32% 2.34% -0.49% 0.17% 1.33% 1.35% 2.01% 1.00% 1.37% 1.17% 1.58% 5 Kesehatan 0.08% 0.08% 0.40% 1.67% 1.53% 1.17% -0.08% 0.16% 0.68% 0.69% 0.54% 0.01% 0.03% 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.01% 0.03% -0.05% -0.05% -0.13% 0.19% 0.19% 0.40% 0.15% 0.26% 0.21% 0.22% 0.11% 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.17% 0.08% 0.04% 0.05% 0.02% -0.15% -0.21% 0.84% 1.32% 2.91% 0.61% 0.92% -0.21%

(9)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 29

BOX 2 : TIM PENGENDALIAN INFLASI DAN PEMBERDAYAAN

EKONOMI DAERAH PROVINSI GORONTALO

Latar Belakang

Tingkat inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat serta mengurangi pendapatan riil masyarakat. Sementara itu, dampak langsung dari ketidakstabilan serta tingginya tingkat inflasi telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah sehingga perlu untuk segera dibangun langkah dan upaya konkrit langkah pengendalian inflasi. Di sisi lain, untuk memperkuat struktur ekonomi daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan maka perlu dilakukan langkah-langkah pemberdayaan ekonomi daerah.

Pada 29 Oktober 2010 telah ditandatangani MoU (Memorandum of Understanding) antara Gubernur Gorontalo, Bpk. Dr. Ir. Gusnar Ismail, MM dengan Gubernur Bank Indonesia, Bpk. Dr. Darmin Nasution mengenai Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah Provinsi Gorontalo yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan Surat Keputusan Gubernur Gorontalo No.294/03/X/2010 tentang Pembentukan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Provinsi Gorontalo (TPIPED). Pembentukan TPIPED merupakan suatu upaya konkrit untuk memperkuat koordinasi lintas vertikal dan lintas sektoral untuk mengakselerasi kinerja perekonomian daerah melalui pengendalian inflasi serta pemberdayaan ekonomi di Provinsi Gorontalo.

(10)

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Mekanisme Kerja

TPIPED merupakan wadah koordinasi antar dinas/intansi atau lembaga terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo yang memiliki tugas sebagai berikut:

1. Melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya-upaya strategis terkait dengan pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah.

2. Menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada pihak-pihak terkait tentang upaya-upaya strategis serta penerapan kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah.

3. Memberikan informasi dan diseminasi untuk menjaga ekspektasi stakeholders dalam rangka mencapai tingkat inflasi daerah yang rendah dan stabil.

4. Membangun koordinasi dengan pihak-pihak terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo dalam hal pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah.

Mekanisme Kerja TPIPED

Dalam melaksanakan tugasnya serta memberikan rekomendasi kebijakan yang efektif, TPIPED memiliki mekanisme kerja sebagai berikut:

1. Kelompok Pengkaji melakukan evaluasi program, survei, kajian, penelitian, analisa, dan monitoring terkait dengan perkembangan kondisi inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah di Provinsi Gorontalo untuk disampaikan kepada Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah .

(11)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 31 2. Hasil survey/kajian/penelitian/analisa/monitoring oleh Kelompok Pengkaji

dikoordinasikan dan dimatangkan oleh Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah untuk kemudian disarikan menjadi suatu rekomendasi kebijakan dan disampaikan kepada Pengarah.

3. Rekomendasi kebijakan yang telah disampaikan kepada Pengarah menjadi pertimbangan kebijakan ekonomi daerah dan menjadi acuan dinas/pihak terkait untuk ditindaklanjuti, dikoordinasikan, dan diimplementasikan dalam tataran teknis.

4. Kebijakan ekonomi daerah yang telah diimplementasikan kemudian akan dimonitor dan dievaluasi oleh Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah. 5. Monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan ekonomi daerah secara teknis akan

(12)

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

(13)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 33

BAB 3 :

P

ERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 lalu, seperti tercermin dari beberapa indikator seperti penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. DPK sejak triwulan September-2010 mengalami pertumbuhan 2 digit, demikian pula dengan kredit yang sepanjang tahun 2010 tumbuh diatas 30% (y.o.y). Satu hal yang menggembirakan dari pertumbuhan kredit tersebut adalah penyaluran kredit diikuti oleh risiko kredit yang relatif terkendali seperti tercermin dari indikator NPLs yang masih berada pada level wajar (dibawah 5%). Namun demikian, penghimpunan Dana Pihak Ketiga masih perlu mendapat perhatian mengingat rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) menunjukkan angka yang semakin tinggi.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Secara umum, fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan yang sangat baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 167,92%, artinya bahwa dana yang diserap perbankan seluruhnya tersalurkan ke dunia usaha. Namun demikian, angka tersebut menunjukkan bahwa penghimpunan simpanan/DPK oleh perbankan masih perlu mendapat perhatian. Dari aspek penggunaan, meskipun pangsanya relatif mengalami penurunan namun kredit terbesar yang disalurkan perbankan masih untuk konsumsi dengan pangsa sebesar 58,65%, sedangkan secara sektoral kredit terbesar disalurkan untuk sektor perdagangan dengan pangsa sebesar 27,82%.

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 10 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 15 kantor cabang, 28 kantor cabang pembantu, 14 kantor kas serta 22 kantor unit. Sedangkan, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 2 kantor kas.

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Pada posisi akhir triwulan IV-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,05 triliun, tumbuh sebesar 12,45% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2009 yang hanya tercatat Rp1,82 trilliun. Tabungan sebagai komponen DPK dengan share tertinggi sebesar 61,55% mengalami pertumbuhan sebesar 13,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 sebesar 10,43% (y.o.y). Aktivitas perbankan untuk mendorong penyerapan dana pihak

(14)

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P O K T N O V DE S JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P O K T N O V DE S 2009 2010 P e rt um bu ha n (y oy ) (% ) DPK Giro Deposito Tabungan

ketiga antara lain melalui program TabunganKu dan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung memberikan sumbangan yang efektif dalam menggali potensi dana pihak ketiga khususnya tabungan yang ada di masyarakat. Sementara itu, dana tabungan selama triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 13,61% (y.o.y) dibandingkan komponen DPK lainnya. Selain itu, hasil survey konsumen Desember 2010 menunjukkan bahwa pada triwulan IV-2010 pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan sehingga memungkinkan sebagian pendapatan tersebut ditabung.

Pada triwulan IV-2010, simpanan giro memiliki share terhadap DPK terkecil sebesar 13,15%. Simpanan jenis ini mengalami pertumbuhan sebesar 13,15%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 18,06%. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya realisasi proyek pemerintah serta perpindahan dari jenis simpanan giro ke jenis simpanan lain.

Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan atau tumbuh sebesar 12,91% (y.o.y) dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -2,07% (y.o.y). Namun demikian, seperti halnya komponen DPK lainnya, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan deposito juga menunjukkan kontraksi yaitu -8,39% .

Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga

Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan dana hingga triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp.13,9 milliar, mengalami peningkatan sebesar 33,35% (y.o.y) dan 52,58% (q.t.q). Peningkatan jumlah DPK tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan jumlah tabungan 20,62% (y.o.y) dan 56,36% (q.t.q). Hal yang sama juga terjadi pada deposito yang mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8,10 miliiar atau tumbuh 44,30% (y.o.y) dan 49,97% (q.t.q).

Secara umum penyerapan dana masyarakat di Gorontalo secara umum masih relatif kecil, yang terefleksi dari angka LDR yang mencapai 167,92% (Bank Umum) dan 145,94%

13% 25% 62%

(15)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 35 tabunganku pada Februari 2010 lalu, Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan perbankan di Gorontalo mencanangkan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung (GSGM) pada 23 sekolah (SMU dan SMP) sejak bulan November 2010 lalu. Respon masyarakat khususnya siswa cukup baik seperti tercermin dari perkembangan jumlah rekening dan nominal tabungan GSGM dimana sejak diluncurkan hingga akhir Desember jumlah dana siswa yang terserap adalah sebesar Rp276,54 juta yang bersumber dari 874 rekening siswa atau rata-rata saldo per rekening adalah Rp316 ribu. Untuk mendorong peningkatan produk ini, intensifikasi sosialisasi dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ke sekolah-sekolah terus dilakukan, dan saat ini salah satu bank memprakarsai pendirian bank mini pada sekolah yang berfungsi untuk memberikan kemudahan akses kepada siswa untuk melakukan transaksi tabungan dengan bank.

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp3,44 triliun, tumbuh 33,28% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,01% (y.o.y). Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi terutama didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh cukup menggembirakan yaitu sebesar 110,64% (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,38% (y.o.y). Pertumbuhan kredit investasi tersebut merefleksikan adanya aktivitas ekspansi dunia usaha yang nantinya akan berdampak pada perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat di Gorontalo. Meskipun demikian, pangsa kredit investasi terhadap portofolio kredit masih relatif rendah yaitu hanya sebesar 9,41%.

Sementara itu, share tertinggi komponen penggunaan kredit masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 58,65%, sedangkan kredit modal kerja tercatat memiliki pangsa sebesar 31,94% terhadap total kredit. Dari sisi risiko, portofolio kredit yang didominasi oleh kredit konsumtif merupakan hal yang baik karena kredit konsumsi memiliki exposure resiko yang relatif rendah. Namun, dari segi perannya terhadap perekonomian daerah, dominasi kredit konsumtif menunjukkan bahwa peran perbankan dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi kurang optimal karena kredit konsumtif tidak memberikan efek multiplier yang tinggi bila dibandingkan kredit investasi atau modal kerja. Pertumbuhan positif yang cukup tinggi dari kredit investasi sepanjang tahun 2010 diharapkan menjadi sinyal perbaikan dan peningkatan iklim investasi di Gorontalo sehingga diharapkan kegiatan konsumsi masyarakat diimbangi oleh pertumbuhan investasi, sehingga

(16)

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA peran perbankan dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan.

Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar Rp20,34 milliar atau tumbuh sebesar 2,85% (y.o.y). Pertumbuhan kredit BPR tersebut didorong oleh perkembangan kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 15,94% (y.o.y), relatif lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 82,09% (y.o.y). Sedangkan kredit investasi dan modal kerja menunjukkan penurunan yaitu masing-masing sebesar -12,77% dan -3,54%. Ini memberikan indikasi bahwa aktivitas perkreditan BPR di Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi.

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan

Dari sisi sektoral, kredit sektor primer menunjukkan perlambatan selama triwulan IV-2010. Seperti halnya triwulan sebelumnya, kredit pada sektor pertanian dan sektor pertambangan mengalami kontraksi masing-masing sebesar -34,63% (y.o.y), -30,91% (y.o.y). Kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi aktivitas sektor tersebut diperkirakan mempengaruhi penurunan jumlah kredit pada sektor tersebut. Gangguan tersebut tercermin dari hasil survei dunia usaha triwulan IV-2010 dimana terjadi kecenderungan penurunan usaha pada kedua sektor tersebut yang karena faktor cuaca sehingga kegiatan petani dan penambang sedikit berkurang.

Sektor yang masih menunjukkan ekspansi kredit adalah sektor angkutan yang tumbuh sebesar 396,26% (y.o.y) dibanding triwulan yang sama tahun 2009. Ekspansi kredit sektor ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan sehubungan dengan beberapa even antara lain lebaran idul adha, natal, dan pergantian tahun yang mendorong peningkatan mobilitas masyarakat ke luar Gorontalo seperti Manado dan Makassar. Sektor lainnya yang juga menunjukkan peningkatan adalah sektor industri, konstruksi, perdagangan, dan jasa sosial yang secara umum terkait dengan meningkatnya permintaan.

9%

32% 59%

Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi

-40.00% -20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00% JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P O K T N OV DE S JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P O K T N O V D E S P e r t um bu ha n (y oy ) (% )

(17)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 37 sektor perdagangan yaitu sebesar Rp.8.96 milliar atau 44,02% dari total kredit. Penyaluran kredit BPR nampaknya disesuaikan dengan karakteristik wilayah Gorontalo yang umumnya didominasi oleh sektor PHR. Adapun kredit sektor pertanian dan industri hanya memiliki share yang relatif kecil yaitu masing-masing 1,20% dan 1,37% dari total kredit.

Peran perbankan terhadap perekonomian makro juga terlihat dari pangsa kredit/pembiayaan bank terhadap total PDRB di Provinsi Gorontalo. Data yang ada menunjukkan bahwa selama tahun 2010 pangsa kredit produktif (investasi dan modal kerja) terhadap pembentukan PDRB Gorontalo hanya sebesar 17,83%, angka yang masih relatif kecil dibandingkan daerah lain yang telah mencapai di atas 35%. Dengan kondisi tersebut, diharapkan kredit produktif terus ditingkatkan dalam mendukung pengembangan sektor riil/produktif yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Gorontalo.

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral

Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp2.96 triliun atau mengambil pangsa sebesar 85,86% dari total kredit di Gorontalo, yang merefleksikan bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan di Gorontalo merupakan skala menengah kebawah. Kredit UMKM tersebut tumbuh 95,27% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 77,67% (y.o.y), yang tak lepas dari peran semua pihak, termasuk perbankan, dalam rangka pengembangan dunia usaha khususnya menengah ke bawah. Ke depan diharapkan sektor riil khususnya usaha mikro dan kecil dapat berkembang lebih baik, yang tentu diiringi dengan feasible dan bankable, agar mampu akses kredit/pembiayaan ke perbankan di Gorontalo. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut tentunya akan bermuara pada adanya mutualisme dalam hubungan antara perbankan dan usaha mikro, kecil dan menengah kesan bahwa bank tidak berpihak kepada usaha mikro dan kecil dapat

- 50,000 100,000 150,000 200,000 6,278 -22,443 154,374 590 -100.00% 0.00% 100.00% 200.00% 300.00% 400.00% 500.00% JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P O K T N O V D E S JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P O K T N O V D E S 2009 2010 P e rt um bu ha n (y oy ) (% ) Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan

(18)

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA diminimalisir pad amasa mendatang. Keterlibatan dari semua pihak mutlak diperlukan, bukan hanya kepedulian perbankan, namun juga kemauan dan kepedulian dari petani, pemerintah dan unsure masyarakat lainnya untuk mengembangkan sektor riil dan perekonomian di Provinsi Gorontalo.

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Ditinjau dari aspek stabilitas sistem perbankan di Gorontalo, hal yang perlu mendapat perhatian adalah risiko likuiditas, sedangkan risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali. Data perbankan hingga triwulan laporan menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPLs) masih berada pada batas wajar sesuai ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Namun demikian, hal yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) karena berada di ambang ‘tidak wajar’ karena mencapai 167,92% yang berpotensi mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum hingga triwulan IV-2010 secara umum masih berada pada level wajar yaitu 2,06% (bruto) yang tercatat mengalami perbaikan (lebih rendah) dibandingkan triwulan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2.25%. Angka NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit kredit di Gorontalo cukup baik dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian karena rasio kredit

-150% -100% -50% 0% 50% 100% 150% M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N O V DE S JA N FE B M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N O V DE S 2009 2010 P e rt um bu ha n K re di t U M K M ( % )

(19)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 39 yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit yang masih perlu mendapat perhatian adalah kredit sektor pertanian dan konstruksi dengan rasio NPLs masing-masing sebesar 4,96% dan 4,81%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL per Sektor

Untuk BPR, kredit bermasalah masih perlu mendapat perhatian khusus, mengingat rasio NPLs hingga triwulan IV-2010 tercatat cukup tinggi yaitu 24,50% atau cukup jauh dari rasio NPLs wajar yang diharapkan sebesar 5%. Penyumbang pembentukan NPLs terbesar antara lain sektor pertanian dengan rasio sebesar 58,70% yang diperkirakan karena adanya gangguan pada kegiatan produksi pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dan perikanan yang tercermin dari hasil survey dunia usaha dimana realisasi kegiatan usaha pada kedua subsektor tersebut mengalami kontraksi masingmasing sebesar 4,33% dan -1,41%.

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 JA N FE B M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N O V D ES JA N FE B M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N O V D ES 2009 2010 NPLs Gross (%) NPLs Gross (%) 2% 0% 1%0%2% 28% 1% 0% 1% 65% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya (Konsumsi) -1 2 3 4 5 6 N P L ( % )

(20)

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada tahun 2010 perlu mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 25,29% dari total DPK yang relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,44% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 74,71% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 13,15% dan tabungan sebesar 61,55%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana pihak ketiga di Gorontalo masih sangat likuid sehingga berpotensi mengganggu likuiditas bank.

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK

Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 167,92% (bank umum) dan 145,94% (BPR) menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR merefleksikan masih rendahnya kemandirian penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo karena hanya sekitar 60% dari kebutuhan kredit/pembiayaan yang mampu dibiayai oleh dana yang dihimpun perbankan di Provinsi di Gorontalo. Hal tersebut tentunya hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada likuiditas perbankan. Untuk itu, perbankan Gorontalo bekerja ekstra kerja untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang dinilai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 90%. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N O V DE S JA N FE B M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N O V DE S

(21)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 41 Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

3.2.3 RISIKO PASAR

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sehubungan dengan hal tersebut, sepanjang tahun 2010 Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sepanjang tahun 2010, kurs rupiah terhadap dollar Amerika relatif menguat dibanding tahun sebelumnyasebagaimana terlihat dalam grafik.

Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate

100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 JA N FE B M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N OV DES JA N FE B M A R A P R M EI JU N JU LI A G T SE P O K T N OV DES 2009 2010 Lo an t o D e p o si t R at io ( % L D R (%) 6.20% 6.30% 6.40% 6.50% 6.60% 6.70% 6.80% 6.90% 7.00% 7.10% 8000 8500 9000 9500 10000 10500

(22)

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

BOX 3 : MENGGALI POTENSI DPK DARI SISWA

Merujuk perkembangan ekonomi regional, sumber pembiayaan ekonomi selama sembilan tahun masih menjadikan APBD sebagai sumber pembiayaan utama sementara sumber pembiayaan masyarakat yang tercermin pada DPK Perbankan tumbuh relatif lambat. Pada tahun 2001 APBD Provinsi Gorontalo sebesar Rp 471 Miliar dengan posisi DPK mencapai Rp 480 Miliar, namun setelah sepuluh tahun membangun DPK baru mencapai Rp2,05 triliun ketika sumber pendanaan APBD telah mencapai Rp 5 Trilliun. Di sisi lain, data perbankan menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit cukup jauh dibanding pertumbuhan dana pihak ketiga yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Gorontalo pada posisi Desember mencapai 167,92%. Kondisi tersebut memberikan indikasi bahwa penghimpunan dana pihak ketiga di Gorontalo masih perlu mendapat perhatian dari seluruh pihak.

Potensi penghimpunan dana di Gorontalo pada dasarnya masih terbuka lebar, hal ini terlihat dari hasil survei Bank Indonesia Gorontalo terhadap persepsi masyarakat tentang bank yang telah dilakukan di bulan Januari 2010. Hasil survey menunjukkan bahwa masih besarnya potensi dana masyarakat yang belum digarap oleh perbankan. Dana-dana tersebut tersimpan di-talilo (celengan bambu) yang masih banyak digunakan oleh nelayan, petani dan peternak yang hidup di pesisir Gorontalo.

Mencermati kondisi tersebut di atas, maka Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan nasional telah menginisiasi untuk lebih menggugah kesadaran masyarakat untuk menabung, salah satunya melalui penerbitan produk bersama TabunganKu yang diharapkan melalui produk TabunganKu dan ekspansi jaringan bank di tahun 2010 mampu mendekatkan bank kepada masyarakat. Gerakan ini bertujuan menumbuhkan budaya menabung di masyarakat dan secara tidak langsung mendidik masyarakat dalam mengelola pengeluarannya. Sampai dengan tahun 2010 Provinsi Gorontalo masih tercatat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang pertumbuhannya masih dominan didorong oleh kinerja konsumsi daripada usaha produktif.

Melihat pertumbuhan dana TabunganKu yang cukup baik sepanjang tahun 2010 yaitu mencapai Rp.16,55 milliar, maka Kantor Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan Badan Musyawarah Perbankan Daerah Gorontalo pada tanggal 21 November 2010 melakukan pencanangan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung (GSGM) yang bertujuan

(23)

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 43 dengan cara menyisihkan sebagian uang yang diperoleh untuk ditabung sebagai persiapan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan dan/atau keperluan lainnya di masa mendatang. Acara dimaksud dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo, Bapak Tonny Uloli, SE di SMU Negeri 3 Gorontalo.

Hasil evaluasi hingga desember 2010 menunjukkan bahwa respons sekolah, khususnya para siswa, cukup baik terhadap program ini, yang tercermin dari data jumlah rekening dan tabungan siswa. Sejak dilaunching pada 21 November 2010 lalu, hingga posisi Desember 2010 program ini telah diikuti oleh 23 sekolah yang terdiri dari 5 sekolah dasar, 9 sekolah menengah pertama, dan 9 sekolah menengah umum/sederajat. Jumlah rekening tabungan siswa hingga desember 2010 tercatat sebanyak 874 rekening dengan jumlah dana terhimpun sebesar Rp276,55 juta atau rata-rata Rp316,41 ribu per rekening. Untuk lebih mengefektifkan program edukasi siswa dan penghimpunan dana oleh perbankan, maka saat ini salah satu sekolah bekerjasama dengan salah satu bank di Gorontalo menggagas pembentukan layanan bank mini yang bertujuan disamping sebagai sarana edukasi perbankan, juga memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk menyetorkan dananya ke perbankan.

(24)

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Gambar

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
Tabel 2.2 Biaya Pengangkutan Laut dari Pelabuhan di Makassar
Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK

Referensi

Dokumen terkait

Progressive Tool atau perkakas tekan adalah perkakas yang dirancang untuk melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja

Dengan itu, dapatan kajian ini diharapkan dapat membantu penyelidik sendiri serta pelbagai pihak untuk menyelami dan memahami dengan lebih baik berapakah masa yang harus

neoliberal sebagai akibat dari keterlibatan pemerintah yang terlalu besar dalam. menentukan kebutuhan

Tujuan penelitian ialah mengisolasi rizobakteri indigenous Sulawesi Tenggara dari perakaran tanaman cabai yang dieksplorasi dari Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kendari, Muna,

Apabila fenomena tersebut benar maka semangat pemekaran daerah telah mengikari semangat otonomi daerah karena yang terjadi justru adanya ketergantungan daerah hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan postnatal care terhadap kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014.Desain

b. emberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersi)at negati)8 karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko8 dan pada setiap tindakan medik ada

Reinfil Capah, M.Kes