• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA LAPORAN HASIL KAJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA LAPORAN HASIL KAJIAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA

LAPORAN HASIL KAJIAN

KAJIAN PERILAKU PENGUNJUNG

DI ZONA I CANDI BOROBUDUR

Oleh:

PANGGAH ARDIYANSYAH, S.S. RIYANTO P. LAMBANG

SRI WAHYUNI, A.Md.

BALAI KONSERVASI PENINGGALAN BOROBUDUR JALAN BADRAWATI TELP. (0293) 788175, 788225, FAX (0293) 788367

BOROBUDUR – MAGELANG 56553 2 0 1 0

(2)

Halaman Pengesahan

Laporan Hasil Kajian

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

Tim Pelaksana :

Ketua : Panggah Ardiyansyah, S.S. Anggota : Riyanto P. Lambang

Anggota : Sri Wahyuni, A.Md.

Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan

Sumber Anggaran : DIPA Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Tahun 2010 No. 0026.0/040-04.2/XIII/2010 Tanggal 31 Desember 2009

Mengetahui/ Menyetujui Borobudur, Oktober 2010

Kepala BKPB Ketua Tim Pelaksana

Drs. Marsis Sutopo, M.Si. Panggah Ardiyansyah, S.S.

(3)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii DAFTAR LAMPIRAN iv INTISARI v ABSTRACT vi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Dasar 1 B. Latar Belakang 1 C. Rumusan Masalah 4 D. Tujuan 4 E. Manfaat 5 F. Ruang Lingkup 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Landasan Teori 6

B. Kajian Pustaka 6

BAB III METODOLOGI 9

A. Metode Pelaksanaan 9

B. Hasil Data dan Analisis 10

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 11

A. Data Perilaku Pengunjung 11

B. Tingkat Apresiasi Pengunjung 17

C. Visitor Management 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 23

A. Kesimpulan 23

B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 26

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

(5)

INTISARI

Pelestarian Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia sangat penting dilakukan agar keberadaannya dapat dinikmati oleh generasi penerus bangsa. Selain sebagai warisan budaya bangsa Indonesia, Candi Borobudur juga termasuk salah satu warisan budaya dunia UNESCO dengan nomor 592 pada 13 Desember 1991 yang merupakan kebanggan dari bangsa Indonesia. Salah satu upaya pelestarian maka dilakukan kajian tentang perilaku pengunjung Candi Borobudur. Perilaku pengunjung yang berkunjung ke Candi Borobudur dapat bersifat negatif maupun positif.

Pengambilan data terhadap pengunjung dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara. Pengamatan perilaku dilakukan terhadap 112 pengunjung Candi Borobudur yang terdiri dari wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang menggunakan jasa guide maupun tanpa guide. Pengamatan terhadap pengunjung dilakukan pada masa peakseason, weekend maupun hari biasa. Selain pengamatan langsung juga dilakukan wawancara terhadap 50 responden. Berdasarkan pengamatan langsung maupun wawancara dapat diketahui tingkat apresiasi pengunjung Candi borobudur dengan menggunakan jasa guide sangat tinggi karena perilaku negatif dapat diminimalisir. Apresiasi pengunjung sangat rendah bila dikaitkan dengan rendahnya kunjungan pada fasilitas pendukung yang berada disekitar Candi Borobudur seperti museum dan audio visual.

Salah satu upaya dalam mengontrol perilaku pengunjung maka perlu dibuat

visitor management sehingga alur kunjungan lebih terarah serta penyediaan fasilitas

pendukung yang ada disekitar Candi Borobudur dapat bermanfaat secara optimal. Kata kunci : warisan budaya, perilaku pengunjung, visitor management

(6)

ABSTRACT

The preservation of the Borobudur Temple as one of Indonesia's cultural heritage is very important to be done so that its presence can be enjoyed by future generation. In addition as cultural heritage of Indonesia, Borobudur Temple is also one of UNESCO World Cultural Heritage Sites with the number 592 listed on December 13, 1991 which is the pride of the Indonesian nation. One of the efforts in preserving the temple is by conducting an analysis of visitor behavior. The visitors of Borobudur Temple can behave negatively or positively.

The visitor behavior data is obtained by direct observation and interview. Behavioral observation is carried out on 112 visitors, both domestic and foreign tourists who use the services of a guide or without guide. Observation of the visitors is conducted during peak season, weekends and weekdays. In addition to direct observation, interview is conducted with 50 respondents. Based on direct observation and interview, the level of appreciation of Borobudur Temple visitors who use guide service is very high because the negative behaviors can be minimized. The appreciation for the site is very low since not many visitors visit the facilities surrounding Borobudur Temple such as museums and audio visual.

One of the efforts in controlling the visitor behavior is by creating suitable visitor management so that the visitor route can be adjusted and optimizing the facilities surrounding Borobudur Temple.

(7)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Dasar

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya (BCB);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1993 Tentang pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992; 3. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.40/OT.001/MKP/2006 tanggal 7 September 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Peninggalan Borobudur;

4. DIPA Balai Konservasi Peninggalan Borobudur tahun Anggaran 2010 Nomor: 0027.0/040-04.2/XIII/2010 Tanggal 31 Desember 2009;

5. Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Nomor: HK.501/2060/UPT/30.VI/2010 Tentang Tim Pelaksana Kajian Pada Balai Konservasi Peninggalan Borobudur tahun 2010.

B. Latar Belakang

Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya yang penting di Indonesia sampai saat ini telah mengalami dua kali kegiatan pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dibawah pimpinan seorang insinyur bernama. Th. Van Erp. Pada pemugaran pertama ini, Van Erp bersama timnya mengumpulkan berbagai batu yang berserakan di sekitar candi dan mengembalikan bentuk stupa-stupa di bagian atas Candi Borobudur. Pemugaran kedua dilaksanakan pada tahun 1973-1983 oleh pemerintah Indonesia dengan dibantu oleh UNESCO. Untuk menangani pemugaran tersebut, dibentuklah dua buah lembaga mandiri yaitu Proyek Restorasi Borobudur yang bertugas sebagai pelaksana pemugaran sekaligus penelitian yang bekerja sama dengan instansi terkait, dan Badan Pemugaran Candi Borobudur yang lebuh berfungsi sebagai penggalang dana dan penghubung antara pemerintah Indonesia dan UNESCO (Tanudirdjo, dkk; 1993-1994).

Setelah selesainya pemugaran yang berjalan selama 10 tahun, Candi Borobudur diresmikan pada tanggal 23 Februari 1983 sebagai Taman Arkelologi Nasional, dan kemudian dibuka kembali bagi masyarakat umum

(8)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 2

serta dapat dikunjungi para wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Adapun penngelolaan taman wisata yang berada di Taman Arkeologi Nasional diserahkan kepada PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan (sekarang bernama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko) sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 7/1980 tanggal 1981 tentang penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk mendirikan perusahaan perseroan. Seperti yang tercantum dalam Memorandum Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan Titian 1980-1985, PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan mempunyai kewenangan yang luas untuk mengelola taman secara bebas tetapi bertanggung jawab, tanpa campur tangan dari pihak lain secara kaku (Tanudirdjo, dkk; 1993-1994). Secara lengkap fungsi taman wisata adalah sebagai berikut (Taufik, dkk; 2000)

1. Meredam pengunjung agar tidak bersama–sama berada ditubuh candi;

2. Menyediakan fasilitas untuk memencarkan pengunjung;

3. Memberikan informasi yang memadai kepada para pengunjung baik segi sejarah, arsitektur, dan sebagainya;

4. Menyediakan fasilitas rekreasi dan bersantai;

5. Memperoleh pendapatan guna membiayai kelangsungan pengelolaan kawasan wisata budaya yang bersangkutan.

Pada tahun 1991, pemerintah mendirikan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (dulunya Balai Studi dan Konservasi Borobudur) melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0605/0/1991 tanggal 30 November 1991. Dalam hal pengelolaan Candi Borobudur, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mempunyai tugas melakukan perawatan dan perlindungan candi dari berbagai ancaman kerusakan baik itu karena ulah alam maupun manusia. Wewenangnya hanya terbatas pada penelitian, pemeliharaan, dan perlindungan pada Zona 1 Candi Borobudur (Tanudirdjo, dkk; 1993-1994). Pendirian lembaga yang khusus menangani konservasi Candi Borobudur ini kemudian berujung pada terdaftarnya Candi Borobudur dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO di bidang Warisan Budaya Dunia dengan nomor 592 pada 13 Desember 1991 setelah memenuhi tiga kriteria yang terdapat dalam Outstanding Universal Value, yaitu:

(9)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 3

kriteria 1. Merepresentasikan mahakarya dari kekreatifan jenius manusia

kriteria 2. Mempertunjukkan sebuah pertukaran penting nilai-nilai kemanusiaan, dalam suatu rentang waktu atau wilayah kebudayaan di dunia, terhadap perkembangan di bidang arsitektur atau teknologi, karya seni yang monumental, tata kota, atau desain saujana

kriteria 6. Secara langsung atau nyata berhubungan dengan kejadian atau tradisi sehari-hari, dengan ide-ide, atau dengan

kepercayaan, dengan karya-karya artistik atau kesusastraan yang mempunyai signifikansi universal yang luar biasa Seiring dengan pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata, dampak positif maupun negatif kemudian muncul sebagai akibat dari pemanfaatan tersebut. Dampak positif yang ditimbulkan dari pemanfaatan candi Borobudur secara ekonomi antara lain menambah pemasukan devisa negara melalui sektor pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan sektor yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Sedangkan dampak negatif dari pemanfaatan candi Borobudur adalah terancamnya kelestarian candi. Dampak yang timbul dari pemanfaatan tersebut antara lain ausnya tangga candi akibat dari gesekan alas kaki pengunjung, stabilitas candi akibat dari beban pengunjung yang terlalu banyak serta vandalisme seperti memanjat dinding candi dan stupa, corat – coret, membuang sampah disela – sela batu candi (misalnya bungkus permen). Vandalisme biasanya dilakukan oleh pengunjung wisatawan nusantara, yang memiliki kesadaran rendah akan kelestarian budaya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah vandalisme misalnya menghimbau dengan menggunakan

speaker, dan adanya papan larangan tetapi usaha yang dilakukan belum

memperoleh hasil yang maksimal.

Pada tahun 2009, pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO ke-33 di Sevilla, Spanyol mengeluarkan berbagai rekomendasi bagi pengelolaan situs Warisan Dunia, dan salah satu situs yang disebut didalamnya adalah Candi Borobudur. Dari berbagai rekomendasi mengenai pengelolaan Candi Borobudur, salah satu rekomendasi menyebutkan bahwa Komite Warisan Dunia meminta kepada pihak-pihak terkait pengelolaan Candi Borobudur untuk menyusun rencana manajemen (management plan), pengaturan

(10)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 4

pengunjung (visitor management), dan pemberdayaan masyarakat (community development) (WHC; 2009). Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib dimiliki dan diimplementasikan oleh pihak pengelola situs Warisan Dunia seperti yang telah digariskan dalam Operational Guidelines for

the Implementation of World Heritage Convention (Prosedur Operasional

untuk Implementasi Konvensi Warisan Dunia). Akan tetapi, menurut Komite Warisan Dunia, Candi Borobudur sampai sekarang masih belum memiliki ketiga hal tersebut. Khusus bagi visitor management, hal ini nantinya dapat berguna dalam mengatur pengunjung yang datang ke Candi Borobudur sehingga mampu meminimalkan dampak negatif pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata.

Dalam buku panduan World Heritage Manuals No. 1, Managing Tourism

at World Heritage Site: A Practical Manual for World Heritage Site Managers

oleh Arthur Pedersen, dikatakan bahwa untuk keperluan pengaturan, keberadaan klasifikasi dan analisis mengenai pengunjung menurut preferensi dan perilaku mereka akan sangat berguna. Dari analisis perilaku pengunjung inilah kemudian hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menyusun

visitor management. Atas dasar tersebut, maka Balai Konsevasi Peninggalan

Borobudur sebagai salah satu pihak pengelola Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia yang mempunyai kewenangan dalam melakukan penelitian, khususnya di kwasan Candi Borobudur, perlu melaksanakan kajian mengenai ”Perilaku Pengunjung di Zona 1 Candi Borobudur.”

C. Rumusan Permasalahan

Bertolak dari uraian di atas, maka muncul rumusan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana perilaku pengunjung di zona 1 Candi Borobudur?

2. Bagaimana tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO?

3. Bagaimana bentuk visitor management yang dapat diterapkan berdasarkan pada profil perilaku pengunjung Candi Borobudur?

D. Tujuan

Kajian ini ditujukan untuk :

1. Mengetahui perilaku pengunjung di zona 1 Candi Borobudur dan motivasi pengunjung atas berbagai tindakan mereka.

(11)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 5

2. Mengetahui tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.

3. Memberi berbagai masukan yang dapat digunakan dalam visitor

management Candi Borobudur.

E. Manfaat

Manfaat dari kajian ini adalah :

1. Bagi peneliti, kajian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku pengunjung khususnya di zona 1 candi Borobudur.

2. Bagi pemerintah, kajian ini bermanfaat sebagi landasan dalam pengambilan kebijakan dalam pelestarian dan pemanfaatan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia yang perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang khususnya mengenai visitor management.

3. Bagi masyarakat, kajian ini bermanfaat sebagai refleksi bagi diri mereka sendiri, apakah perilaku yang mereka lakukan berdampak negatif atau positif terhadap kelangsungan keberadaan Candi Borobudur.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian ” Perilaku Pengunjung di Zona 1 Candi Borobudur” akan dilaksanakan terhadap pengunjung baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang berada di Zona 1 Candi Borobudur.

(12)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menurut J.B. Watson, arti perilaku mencakup perilaku yang kasatmata seperti makan, menangis, memasak,melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak kasatmata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada saat seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak (Laurens, 2005). Adapun ciri-ciri perilaku adalah sebagai berikut:

1. Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara langsung mungkin tidak dapat diamati.

2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan stereotip, seperti perilaku binatang bersel satu; perilaku kompleks seperti perilaku sosial manusia; perilaku sederhana, seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses mental biologis yang lebih tinggi.

3. Perilaku bervariasi menurut klasifikasi: kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang menunjuk pada sifat rasional, emosional, dan gerakan fisik dalam berperilaku.

B. Kajian Pustaka

Drs. Muhammad Taufik menulis sebuah tesis yang berjudul “ Minimalisasi Dampak Negatif Pemanfaatan candi Borobudur sebagai Obyek Wisata” pada tahun 2005. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak negatif yang ditimbulkan pengunjung dan untuk mencari bentuk – bentuk pemecahan yang arif agar kepentingan pemanfaatan dan pelestarian candi Borobudur dapat terus berlangsung. Selain itu penelitian ini juga ditujukan untuk mencari metode preservasi yang tepat agar tidak menimbulkan dampak negatif pada obyek yang dipreservasi sehingga model yang didapat dapat menjadi model bagi penanganan konservasi pada obyek wisata budaya lainnya yang melibatkan wisatawan yang ada di dalamnya. Kesimpulan yang didapat setelah penelitian dilakukan adalah bahwa wisatawan merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi di candi Borobudur. Mereka yang melakukan vandalisme. Taman Wisata sendiri yang berfungsi mencegah pengunjung masuk bersama–sama

(13)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 7

ke candi tidak melakukan perannya dengan baik, sehingga para pengunjung dengan leluasa melakukan berbagai macam bentuk vandalisme yang mengakibatkan terancamnya kelestarian candi. Dari kesimpulan ini, kemudian muncul saran untuk dibuatnya Peraturan Daerah mengenai perilaku wisatawan di atas candi sehingga ketika mereka melakukan berbagai hal yang merusak, sanksi yang tegas dapat diterapkan. Selain itu, diperlukan juga peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pengamanan candi Borobudur dalam melakukan penanganan kapada pengunjung sehingga tidak melakukan hal-hal yang dapat menganggu kelestarian candi. Dalam hal ini, fungsi taman wisata dalam penyebaran pengunjung harus dijalankan secara penuh dengan membangun berbagai atraksi lainnya yang menarik dan memasang berbagai peringatan tentang hal – hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di atas candi.

Drs. Muhammad Taufik, dkk menulis sebuah kajian dengan judul ”Evaluasi Fasilitas Pendukung Wisata di Jalur Pengunjung Kompleks Candi Borobudur” pada tahun 2005. Wisatawan yang mengunjungi candi Borobudur setiap hari bila dihitung perjam jumlahnya tidak selalu sama, berubah-ubah setiap jamnya, suatu saat akan mencapai titik optimum dan kemudian berangsur angsur turun dan sepi. Lamanya jumlah pengunjung mencapai titik optimum bisa berlangsung lama atau sesaat tergantung dari jenis dan tujuan wisatawan mengunjungi kompleks Candi Borobudur. Wisatawan yang b e r k u n j u n g k e C a n d i B o r o b u d u r t e r d i r i a t a s w i s a t a w a n a s i n g d a n w i s a t a w a n n u s a n t a r a . Wisatawan mancanegara terutama yang berasal dari kawasan Eropa, Amerika dan Australia yang datang berkunjung ke Candi Borobudur didampingi oleh pemandu dan biasanya mereka ini tidak langsung naik ke puncak candi (tingkat arupadhatu) melainkan berkeliling mengamati panel-panel relief yang dipahatkan pada dinding dan pagar langkan Candi Borobudur sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata. Setelah puas dengan penjelasan dari pemandu wisata mereka biasanya minta ditinggalkan oleh pemandu kemudian naik ke tingkat

arupadhatu untuk menikmati sendiri keindahan Candi Borobudur, setelah

puas menikmati keindahan panorama di sekitar candi, kemudian mereka turun dan melanjutkan perjalannya ke objek yang lain. Biasanya waktu yang mereka habiskan di Candi Borobudur berkisar antara 60 – 90 menit.

(14)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 8

Wisatawan mancanegara yang berasal dari daratan Asia seperti Jepang, Hongkong, dan Taiwan yang berkunjung ke Candi Borobudur tidak hanya untuk berekreasi, tetapi juga menyempatkan diri untuk beribadah. Sebelum mereka menikmati keindahan candi, para wisatawan ini beribadah terlebih dahulu dengan melakukan paradaksina mengelilingi candi searah jarum jam atau mereka langsung naik ke tingkat arupadhatu sambil mengelilingi s t u p a i n d u k s e b a n y a k s e p u l u h k a l i . Waktu yang mereka habiskan di candi berkisar antara 50 – 70 menit kemudian me r e ka k emb a li melanjutkan perjalanan ke objek lain.

Perilaku tersebut di atas berbeda dengan wisatawan lokal ( n us a nt ara ) , p ar a wi sa t a wa n i t u umumnya hanya berekreasi untuk mengisi waktu libur. Wisatawan lokal begitu sampai ke Candi Borobudur mereka langsung naik ke tingkat arupadhatu sambil berusaha berfoto, berebut merogoh patung yang ada di dalam stupa teras I no. 32 (Kunta Bima), dan kadang-kadang berusaha memanjat stupa-stupa teras, pagar langkan untuk difoto. Pengamatan terhadap wisatawan lokal ini penulis lakukan selama masa-masa liburan seperti masa liburan anak sekolah dan pada hari-hari libur nasional selama satu tahun. Biasanya waktu yang digunakan oleh wisatawan lokal di Candi Borobudur berkisar antara 40 – 60 menit. Jadi rata-rata waktu yang digunakan wisatawan di Candi Borobudur adalah 60 menit.

Sutarno dalam tugas akhirnya menulis degan judul “Pemeliharaan Candi Borobudur sebagai Benda Cagar Budaya untuk Aset Pariwisata”. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya–upaya yang telah dilakukan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dalam memelihara Candi Borobudur. Selain itu, tugas akhir ini juga bertujuan untuk mengetahui fungsi dari keberadaan taman wisata dalam mendukung pemeliharaan candi Borobudur. Dari penelitian penulis, maka dapat disimpulkan bahwa Balai Konservasi Peninggalan Borobudur telah melakukan berbagai upaya pemeliharaan candi. Taman wisata yang telah ditata lingkungannya berfungsi utama sebagai peredam agar pengunjung tidak menaiki candi secara bersama–sama. Saran–saran yang diberikan adalah memberikan penerangan kepada masyarakat tentang arti pentingnya benda cagar budaya pada umumnya dan Candi Borobudur pada khususnya agar lebih mengerti dan memahami sehingga dapat timbul perasaan turut memiliki, memelihara, dan melestarikannya.

(15)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 9

BAB III METODOLOGI

A. Metodologi

Metode merupakan salah satu kerja yang ditempuh untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Untuk memecahkan permasalahan di atas, maka dalam studi ini digunakan metode deduktif, yaitu penalaran yang dimulai dari kajian fakta yang bersifat umum untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat khusus. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data dan pengelompokan data yang relevan dengan penelitian, kemudian data tersebut dianalisis, dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Adapun langkah-langkah yang diambil dalam studi ini, yaitu: 1. Pengumpulan Data

a. Data primer

Pengumpulan data atau informasi dengan cara pengamatan langsung kondisi di lapangan mengenai pola kunjung wisatawan di zona I dan interview langsung di lapangan kepada para pengunjung untuk mengetahui motivasi mereka. Ada dua teknik pengambilan sampel responden, yaitu random sampling dan non random sampling. Untuk penelitian ini, pemilihan pengunjung menggunakan teknik random

sampling, dimana setiap pengunjung mempunyai kesempatan yang

sama untuk bisa terpilih sebagai responden. Cara ini dipilih untuk memperkecil adanya pemilihan dari peneliti terhadap responden yang akan dipilih. Bila hal ini terjadi, maka dikhawatirkan penelitian ini akan menjadi bias. Dengan mengambil sampel secara responden secara acak, maka kemungkinan bias dapat dikurangi hingga sekecil mungkin. Beberapa keuntungan dari teknik random sampling antara lain adalah derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan dan beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel dapat diperkirakan.

Dari berbagai jenis teknik random sampling, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik ini dipilih karena penelitian ini menjelaskan sesuatu yang deskriptif dan bersifat umum, sehingga perbedaan karakter yang mungkin ada dalam sampel ataupun populasi tidak dianggap penting bagi analisis yang dilakukan.

(16)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 10

b. Data sekunder

Studi pustaka, pengumpulan data atau hal-hal yang berkaitan dengan menggunakan sumber-sumber referensi dari berbagai literatur atau bahan pustaka lainnya.

2. Pengolahan Data

Data-data yang telah terkumpul di lapangan akan dianalisis, kemudian disintesiskan untuk kemudian ditarik kesimpulan.

B. Hasil Data dan Analisis

Sampel yang dipilih sebanyak 100 orang terdiri dari wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Secara lebih detail, sampel dikelompokkan menjadi wisatawan perorangan (1 orang atau berpasangan) dan kelompok (lebih dari 2 orang), serta wisatawan yang tidak menggunakan jasa guide dan yang menggunakan jasa guide. Data diambil setiap 5 menit sekali, dengan mencatat berbagai perilaku yang dilakukan oleh responden. Pengambilan lokasi pengamatan mulai dari loket masuk tiket sampai sampel pengunjung menuju pintu keluar Candi Borobudur. Adapun untuk mengetahui motivasi pengunjung terhadap berbagai tindakan yang mereka lakukan di Zona 1 Candi Borobudur, baik itu yang bersifat positif maupun negatif, dilakukan interview tidak mendalam dan sambil lalu dengan sampel yang dipilih. Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis yang kemudian akan ditarik kesimpulan.

(17)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 11

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Perilaku Pengunjung 1. Data Pengamatan

Data pengamatan diambil dari pengamatan langsung di lapangan dengan mengambil sampel sebanyak 112 responden. Sampel yang diambil dibagi dalam 3 kategori yaitu peak season, weekend dan hari biasa. Klasifikasi sampel dibedakan antara wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, kunjungan kelompok, maupun individu dan penggunaan jasa guide maupun tanpa guide.

Dari hasil pengamatan terhadap pengunjung telihat bahwa pengunjung melakukan bermacam – macam perilaku dimana perilaku tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Perilaku positif adalah perilaku yang tidak mempunyai dampak buruk terhadap kelestarian candi, sedangkan perilaku negatif adalah perilaku yang memberikan dampak buruk dan dikhawatirkan akan mengancam kelestarian Candi Borobudur. Yang termasuk perilaku positif antara lain lihat relief, foto relief, foto diri, duduk dibangku, membuang sampah di tempatnya, minum, membaca papan informasi dan mendengarkan guide. Sedangkan perilaku negatif meliputi duduk di dinding, duduk di stupa, memanjat dinding, memanjat stupa, merokok, makan, buang air sembarangan, dan buang sampah sembarangan.

Pada waktu kunjungan kelompok maupun individu di masa peak season terlihat bahwa pengunjung sebagian besar berperilaku negatif dikarenakan banyaknya pengunjung di atas candi seperti terlihat pada tabel 1.1. Akan tetapi perilaku negatif ini dapat diminimalisir apabila pengunjung menggunakan jasa guide. Guide berperan tidak hanya sebagai pemandu tetapi juga pengontrol perilaku pengunjung. Dari perbandingan tabel 1.1. dan tabel 1.2 maka dapat diketahui bahwa wisatawan mancanegara lebih berperilaku positif dibanding wisatawan nusantara.

Tabel 1.1. Perilaku pengunjung wisatawan nusantara pada masa peak season

NUSANTARA (17 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU (7) AKTIVITAS GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) GUIDE (2) TANPA GUIDE (5) Perilaku positif : Lihat relief 100% 40% 100% 20% Foto relief 20% 0% 0% 0% Foto diri 100% 100% 100% 100% Duduk di bangku 20% 100% 0% 100% Buang sampah di tempatnya 40% 60% 0% 20%

(18)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 12

Minum 100% 100% 50% 60%

Baca papan informasi 60% 20% 50% 0%

Mendengarkan guide 100% 0% 100% 0% Perilaku negatif : Duduk di stupa 60% 100% 50% 100% Duduk di dinding 100% 100% 50% 100% Panjat dinding 60% 100% 50% 80% Panjat stupa 100% 100% 100% 100% Makan 40% 40% 0% 80% Buang sampah sembarangan 60% 100% 50% 100% Merokok 20% 60% 50% 40% Buang air sembarangan 0% 40% 0% 60%

Tabel 1.2. Perilaku pengunjung wisatawan mancanegara pada masa peak season

MANCANEGARA (20 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU (10) AKTIVITAS GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) Perilaku positif : Lihat relief 100% 80% 100% 80% Foto relief 80% 80% 80% 80% Foto diri 100% 100% 100% 100% Duduk di bangku 60% 100% 60% 100% Buang sampah di tempatnya 80% 80% 80% 60% Minum 100% 100% 80% 80%

Baca papan informasi 60% 80% 60% 60% Mendengarkan guide 100% 0% 100% 0% Perilaku negatif : Duduk di dinding 20% 40% 40% 40% Duduk di stupa 40% 60% 40% 60% Buang sampah sembarangan 0% 20% 0% 20% Panjat dinding 20% 40% 0% 40% Panjat stupa 40% 60% 60% 60% Makan 0% 0% 0% 20% Merokok 0% 0% 0% 0% Buang air sembarangan 0% 0% 0% 0%

Pada waktu kunjungan kelompok maupun individu di masa weekend terlihat bahwa perilaku negatif wisatawan nusantara lebih kecil daripada masa peak season.seperti terlihat pada tabel 2.1, perilaku wisatawan nusantara dan mancanegara relatif sama dimana perilaku positif dan negatif berimbang. Dari tabel 2.1 dan 2.2 terlihat kembali peranan guide dalam meminimalisisr perilaku negatif pengunjung.

(19)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 13

Tabel 2.1. Perilaku pengunjung wisatawan nusantara pada masa weekend

NUSANTARA (18 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU (8) AKTIVITAS GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) GUIDE (3) TANPA GUIDE (5) Perilaku positif : Lihat relief 100% 40% 100% 20% Foto relief 40% 20% 33% 0% Foto diri 100% 100% 100% 100% Duduk di bangku 40% 100% 33% 80% Buang sampah di tempatnya 40% 60% 66% 40% Minum 100% 100% 50% 80%

Baca papan informasi 60% 20% 66% 20% Mendengarkan guide 100% 0% 100% 0% Perilaku negatif : Duduk di dinding 60% 100% 33% 100% Duduk di stupa 80% 100% 33% 80% Buang sampah sembarangan 60% 40% 33% 80% Panjat dinding 60% 100% 33% 80% Panjat stupa 100% 100% 100% 100% Makan 20% 60% 33% 60% Merokok 0% 60% 0% 40% Buang air sembarangan 0% 0% 0% 0%

Tabel 2.2. Perilaku pengunjung wisatawan mancanegara pada masa weekend

MANCANEGARA (20 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU (10) AKTIVITAS GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) Perilaku positif : Lihat relief 100% 60% 100% 80% Foto relief 60% 60% 60% 60% Foto diri 100% 100% 100% 100% Duduk di bangku 20% 80% 40% 80% Buang sampah di tempatnya 80% 60% 60% 60% Minum 100% 100% 60% 60%

Baca papan informasi 80% 40% 80% 60% Mendengarkan guide 100% 0% 100% 0% Perilaku negatif : Duduk di dinding 20% 60% 40% 60% Duduk di stupa 40% 60% 60% 60% Buang sampah sembarangan 20% 20% 0% 20% Panjat dinding 20% 20% 20% 40% Panjat stupa 40% 60% 40% 80% Makan 20% 20% 0% 20%

(20)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 14

Merokok 0% 0% 0% 0%

Buang air

sembarangan 0% 0% 0% 0%

Pada waktu kunjungan kelompok maupun individu di masa hari biasa dapat disimpulkan bahwa perilaku yang dilakukan pengunjung hampir sama dengan perilaku pengunjung pada masa weekend. Asumsi ini berdasarkan pada tabel 3.2 dan 3.3 bila dibandingkan dengan tabel 2.1 maupun 2.2.

Tabel 3.1. Perilaku pengunjung wisatawan nusantara pada masa hari biasa

NUSANTARA (17 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU 7) AKTIVITAS GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) GUIDE (2) TANPA GUIDE (5) Perilaku positif : Lihat relief 100% 20% 100% 20% Foto relief 40% 20% 50% 0% Foto diri 100% 100% 100% 100% Duduk di bangku 40% 100% 50% 100% Buang sampah di tempatnya 60% 60% 0% 60% Minum 100% 100% 100% 40%

Baca papan informasi 80% 40% 100% 20% Mendengarkan guide 100% 0% 100% 0% Perilaku negatif : Duduk di dinding 80% 100% 50% 100% Duduk di stupa 80% 100% 50% 100% Buang sampah sembarangan 60% 80% 0% 40% Panjat dinding 20% 80% 50% 80% Panjat stupa 80% 60% 100% 100% Makan 60% 60% 0% 80% Merokok 0% 40% 0% 20% Buang air sembarangan 0% 20% 0% 0%

Tabel 3.2. Perilaku pengunjung wisatawan mancanegara pada masa hari biasa

MANCANEGARA (20 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU (10) AKTIVITAS GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) GUIDE (5) TANPA GUIDE (5) Perilaku positif : Lihat relief 100% 60% 100% 60% Foto relief 80% 60% 80% 60% Foto diri 100% 100% 100% 100% Duduk di bangku 20% 100% 60% 100% Buang sampah di tempatnya 80% 60% 60% 60% Minum 100% 100% 80% 100%

(21)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 15

Mendengarkan guide 100% 0% 100% 0% Perilaku negatif : Duduk di dinding 20% 40% 40% 60% Duduk di stupa 40% 40% 40% 40% Buang sampah sembarangan 20% 20% 0% 20% Panjat dinding 20% 40% 0% 40% Panjat stupa 60% 60% 40% 60% Makan 20% 20% 0% 20% Merokok 0% 0% 0% 0% Buang air sembarangan 0% 0% 0% 0%

Dari hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan maka diperoleh rata-rata lama waktu kunjungan wisatawan di Candi Borobudur. Berikut ini tabel lama kunjungan wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa lama kunjungan wisatawan nusantara pada masa peak

season jauh lebih lama bila dibandingkan dengan wisatawan mancanegara dan lama

kunjungan pada masa peak season wisatawan nusantara dan mancanegara berbanding terbalik dengan masa kunjungan hari biasa.

Tabel 4. Lama kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara

NUSANTARA MANCANEGARA MASA KUNJUNGAN RESPONDEN GUIDE TANPA GUIDE GUIDE TANPA GUIDE KELOMPOK 45-60 MENIT 60-90 MENIT 45-60 MENIT 30-45 MENIT PEAK SEASON INDIVIDU 45-60 MENIT 60-90 MENIT 45-60 MENIT 45-60 MENIT KELOMPOK 60-90 MENIT 60-90 MENIT 60-90 MENIT 60-90 MENIT WEEKEND INDIVIDU 60-90 MENIT 90-120 MENIT 60-90 MENIT 60-90 MENIT KELOMPOK 90-120 MENIT 60-90 MENIT 60-90 MENIT 60-90 MENIT BIASA INDIVIDU 90-120 MENIT 45-60 MENIT 60-90 MENIT 90-120 MENIT

Secara keseluruhan dari data yang disajikan dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan perilaku pengunjung yang berkelompok maupun individu. Pengunjung masih sering berperilaku negatif walaupun mereka kadang –kadang juga berperilaku positif. Perilaku negatif pengunjung mengalami peningkatan pada masa peak season bila dibandingkan masa weekend maupun hari biasa. Peningkatan perilaku negatif pengunjung pada masa peak season kemungkinan terjadi karena kurangnya pengawasan dari satuan pengamanan dikarenakan rasio jumlah pengunjung dan jumlah personil satuan pengamanan sangat tinggi. Jumlah pengunjung pada masa

(22)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 16

peak season tahun 2010 rata-rata berkisar 30.000 - 40.000 pengunjung per hari

sedangkan jumlah personil satuan pengamanan yang dimiliki oleh pihak pengelola total hanya berjumlah 30 orang, dengan ditambah bantuan tenaga pembantu yang berjumlah 5 orang. Sehingga 1 orang harus mengawasi 1000 orang pada satu waktu. Akan tetapi seperti terlihat pada masa peak season, weekend dan hari biasa, guide mampu berperan dalam mengurangi perilaku negatif pengunjung. Hal ini dapat dilihat pada tabel–tabel diatas bahwa perilaku negatif pengunjung yang menggunakan jasa

guide prosentasenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan perilaku pengunjung yang

tidak menggunakan jasa guide. 2. Data Wawancara

Wawancara dilakukan kepada sebagian responden yang diamati ketika mereka selesai melakukan kunjungan. Wawancara dilakukan kepada 50 responden. Hal-hal yang ditanyakan antara lain :

a. Berapa kali berkunjung ke Candi Borobudur? b. Motivasi dan tujuan berkunjung?

c. Apakah pengunjung mengetahui peraturan dan fasilitas pendukung seperti museum dan audio visual?

d. Pengetahuan apa yang mereka dapat setelah berkunjung ke Candi Borobudur? e. Fasilitas apa yang diharapkan pengunjung ketika berkunjung ke Candi Borobudur?

Dari hasil wawancara maka diketahui bahwa sebagian besar pengunjung telah berkunjung lebih dari satu kali. Motivasi dan tujuan bervariasi antara lain ingin berlibur, mengenang masa lalu, memberikan pengetahuan kepada anak-anak, tetapi mayoritas bertujuan untuk berlibur. Sebagian besar pengunjung tidak mengetahui fasilitas dan peraturan yang ada di Candi Borobudur dikarenakan kurangnya informasi yang diberikan. Kurangnya informasi juga berdampak pada sedikitnya pengetahuan yang diperoleh oleh pengunjung setelah berkunjung ke Candi Borobudur. Kurangnya pengetahuan mempengaruhi perilaku pengunjung, dimana perilaku pengunjung lebih banyak perilaku negatifnya, antara lain membuang sampah sembarangan, memanjat stupa dan dinding, merokok dan makan. Perilaku negatif ini berdampak langsung terhadap kelestarian Candi Borobudur. Di sisi lain, kurangnya informasi yang diberikan membuat pengunjung mengharapkan adanya leaflet yang berisi penjelasan singkat mengenai Candi Borobudur. Khusus untuk wisatawan mancanegara mereka mengharapkan audio guide yang disediakan oleh pihak pengelola dan dibagikan gratis kepada para pengunjung. Audio guide ini dapat berupa kaset maupun dalam bentuk digital yang berisi berbagai penjelasan mengenai Candi Borobudur dan dapat

(23)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 17

didengarkan ketika mereka sedang berkeliling mengamati candi. Selain itu pengunjung nusantara juga mengeluhkan udara yang panas ketika berkunjung ke Candi Borobudur sehingga mereka memginginkan adanya payung gratis dan tempat beristirahat yang teduh.

B. Tingkat Apresiasi Pengunjung

Berdasarkan data di atas dan wawancara dengan pengunjung yang dijadikan sebagai sampel, peneliti dapat mengetahui tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur. Dari data perilaku, didapatkan berbagai jenis perilaku baik itu perilaku positif dan negatif. Perilaku positif berupa duduk di lantai, melihat relief, memfoto relief dan diri sendiri, membuang sampah di tempatnya, mendengarkan penjelasan dari guide dan membaca papan informasi, sedangkan perilaku negatif berupa duduk di dinding dan stupa, membuang sampah sembarangan, memanjat dinding dan stupa, makan dan buang air sembarangan. Dari pembahasan data di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, tingkat apresiasi pengunjung dapat berbeda ditentukan apakah mereka menggunakan guide dalam kunjungan mereka atau tidak. Pengunjung yang menggunakan guide, baik itu wisatawan mancanegara dan nusantara ataupun dalam kelompok atau individu, dari pengamatan yang dilakukan tampak lebih banyak melakukan perilaku yang positif ketika berkunjung ke Candi Borobudur. Kebalikan dari hal tersebut, pengunjung yang tidak menggunakan

guide tampak banyak melakukan berbagai perilaku negatif ketika berkunjung.

Selain itu, tingkat apresiasi juga dapat diukur dengan tingkat kunjungan ke museum dan audio visual sebagai fasilitas pendukung yang ada di Candi Borobudur dibandingkan dengan jumlah pengunjung Candi Borobudur. Fasilitas pendukung yang bisa dimasukkan sebagai indikator adalah audio visual, Museum Samudraraksa, dan Museum Karmawibhangga. Kandang gajah dan Gusbi bukan merupakan indikator tingkat apresiasi karena bukan merupakan sebuah bentuk interpretasi langsung dari Candi Borobudur itu sendiri. Adapun data jumlah pengunjung audio visual, Museum Samudraraksa, dan Museum Karmawibhangga dari Januari sampai dengan Oktober 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah pengunjung yang singgah ke fasililtas audio visual dan museum yang ada di area Candi Borobudur tahun 2010

Bulan Candi

Borobudur Audio Visual

Museum Samudraraksa

Museum Karmawibhangga

(24)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 18

Februari 142.445 460 (0,3%) 18.951 (13,3%) 5.461 (3.8%) Maret 112.363 390 (0,4%) 11.399 (10,1%) 5.087 (4,5%) April 186.814 626 (0,3%) 22.987 (12,3%) 8.912 (4,8%) Mei 315.485 1.043 (0,3%) 49.471 (15,7%) 10.455 (3,3%) Juni 398.652 899 (0,2%) 56.486 (14,1%) 15.506 (3,9%) Juli 306.796 920 (0,3%) 15.522 (5,1%) 6.109 (1,9%) Agustus 85.850 221 (0,3%) 3.890 (4,5%) 4.190 (4,9%) September 281.817 3.899 (1,4%) 20.161 (7,2%) 6.049 (2,1%) Oktober 129.392 1.688 (1,3%) 17.030 (13,2%) 6.919 (5,3%)

Dari data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, tingkat kunjungan ke audio visual rata-rata sebesar 0,5% per bulan, Museum Samudraraksa rata-rata sebesar 13,5% per bulan, dan Museum Karmawibhangga sebesar 5,1%.

Selain dari perilaku pengunjung ketika mengunjungi Candi Borobudur dan tingkat kunjungan ke audio visual dan museum, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat apresiasi pengunjung adalah alur kunjungan yang digunakan oleh pengunjung Candi Borobudur. Sementara itu, berdasarkan dari survei yang telah dilakukan terhadap pengunjung Candi Borobudur maka alur pengunjung terbagi menjadi 11 alur, Alur pengunjung antara lain :

1. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – Museum Samudraraksa – pintu keluar 2. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – Museum Karmawibhangga – pintu keluar 3. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – Museum Samudraraksa - Museum

Karmawibhangga – pintu keluar

4. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – pintu keluar

5. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – Gusbi - Museum Samudraraksa – Museum Karmawibhangga – pintu keluar

6. Masuk pintu tiket – audio visual - Candi Borobudur – Museum Samudraraksa - Museum Karmawibhangga – pintu keluar

7. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – kandang gajah - Gusbi – pintu keluar 8. Masuk pintu tiket – Candi Borobudur – Gusbi – pintu keluar

9. Masuk pintu tiket – audio visual – Candi Borobudur – Gusbi - Museum Samudraraksa - Museum Karmawibhangga – pintu keluar

10. Masuk pintu tiket – audio visual – Candi Borobudur – Gusbi - Museum Samudraraksa - Museum Karmawibhangga – pintu keluar

(25)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 19

11. Masuk pintu tiket – audio visual – Candi Borobudur – kandang gajah – Gusbi – Museum Samudraraksa - Museum Karmawibhangga – pintu keluar

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pengunjung kurang memaksimalkan fasilitas lainnya yang ada di area Candi Borobudur karena sebagian besar pengunjung langsung menuju ke candi dan setelah itu ke pintu keluar.

Pada masa peak season, untuk pengunjung wisatawan nusantara alur kunjungan lebih dominan ke pintu masuk – Candi Borobudur – pintu keluar. Pengarahan alur kunjungan yang dilakukan dengan mengarahkan pintu keluar melewati Museum Karmawibangga ternyata tidak dapat maksimal karena pengunjung lebih memilih langsung keluar, dan hanya sebagian kecil yang masuk ke museum, itu pun dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Pada masa weekend maupun hari biasa kunjungan ke fasilitas obyek wisata yang lain baik itu Gusbi, Museum Samudraraksa maupun Museum Karmawhibangga jauh lebih meningkat bila dibandingkan pada masa

peak season. Dari hasil pengamatan maupun wawancara peningkatan jumlah

kunjungan ke obyek wisata pendukung disebabkan tidak padatnya pengunjung sehingga informasi yang diberikan secara langsung lewat pengeras suara dapat didengar oleh pengunjung. Kebanyakan pengunjung tidak mengetahui fasilitas pendukung yang ada di area Candi Borobudur sehingga pengunjung cenderung langsung menuju ke candi dan ada juga yang berpendapat bahwa fasilitas pendukung tidak menarik minat pengunjung.

Dari ketiga kriteria yang telah disebutkan, adanya perilaku positif dan negatif dari pengunjung, tingkat kunjungan ke audio visual dan museum, serta alur pengunjung, dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur masih cukup rendah, terutama apabila mereka tidak menggunakan guide. Hal ini terlihat dengan banyak dari mereka yang melakukan perilaku negatif ketika berkunjung ke candi. Ketika menggunakan guide pun, perilaku negatif tersebut masih tampak muncul walau dapat sedikit diminimalisasi dengan adanya kehadiran guide. Selain itu, pengunjung juga tampak tidak tertarik untuk mengunjungi audio visual dan museum serta alur pengunjung yang lebih condong untuk melihat langsung ke puncak candi tanpa mengitari dan melihat relief-relief yang ada di sekeliling candi terlebih dahulu.

C. Visitor Management

Berdasarkan dengan hasil pembahasan yang memberikan kesimpulan bahwa tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur masih cukup rendah, maka diperlukan adanya visitor management yang dapat meningkatkan apresiasi

(26)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 20

pengunjung terhadap Candi Borobudur dan di sisi lain juga mampu mengakomodasi ekspektasi yang dipunyai oleh pengunjung ketika mereka mengunjungi Candi Borobudur. Adapun visitor management Candi Borobudur dibagi menjadi 4 bagian: 1. Alur pengunjung

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan alur kunjungan pengunjung dari pintu masuk tiket menuju ke area candi sehingga dari perilaku pengunjung didapati bahwa penyediaan fasilitas obyek wisata pendukung tidak dapat optimal untuk menyebarkan pengunjung agar tidak memadati candi. Untuk itu diperlukan beberapa alternatif alur kunjungan sehingga dapat memaksimalkan berbagai fasilitas pendukung yang tersedia di Candi Borobudur.

a. Dari pintu tiket di buat 2 jalur kunjungan dan setiap jalur diberi pengarahan kunjungan serta diberi batasan waktu kunjungan sehingga antara setiap jalur kunjungan tidak terjadi bentrok di area candi. Dua jalur yang dimaksud adalah ‘jalur kiri’ dengan urutan pintu masuk - audio visual - Candi Borobudur -kandang gajah – Gusbi – Museum Samudraraksa – Museum Karmawibhangga – pintu keluar, dan ‘jalur kanan’ dengan urutan pintu masuk – Museum Karmawibhangga – Museum Samudraraksa – Gusbi – kandang gajah – Candi Borobudur – audio visual – pintu keluar.

b. Pada karcis tiket masuk diberi checklist/daftar jalur kunjungan sehingga dapat diketahui bahwa pengunjung memasuki semua fasilitas yang ada di area Candi Borobudur.

c. Pembatasan pengunjung khusus dilakukan bagi pengunjung yang ingin menaiki Candi Borobudur dengan batasan 200 orang per jam. Metode yang digunakan adalah dengan memberlakukan tiket berwarna yang dicetak sebanyak 200 lembar untuk setiap jam tertentu. Misalnya tiket merah bagi yang ingin berkunjung antara jam 07.00 – 08.00, tiket hijau bagi yang berkunjung antara jam 08.00 – 09.00, dan seterusnya. Pemegang tiket berwarna tidak bisa menaiki Candi Borobudur diluar waktu yang telah ditentukan bagi tiket tersebut.

d. Dengan pemberlakuan tiket berwarna, maka jam kunjungan ke Candi Borobudur diatur dengan jadwal per jamnya dan pengunjung dapat memesan tiket sebelumnya untuk memilih jam berapa dia ingin ke Candi Borobudur.

2. Fasilitas pendukung

a. Setiap pengunjung mendapatkan peta yang berisi fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dan brosur berisi penjelasan singkat mengenai Candi Borobudur ketika membeli tiket masuk.

(27)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 21

b. Harga tiket masuk sudah termasuk kunjungan ke audio visual, kandang gajah, Gusbi, Museum Samudraraksa dan Museum Karmawibhangga.

c. Bagi pengunjung kelompok diharuskan menggunakan jasa guide, sedangkan bagi pengunjung individu disediakan audio-guide dalam bentuk kaset dan pemutarnya yang dapat dipinjamkan ke pengunjung atau dalam bentuk digital yang dapat ditranfer langsung ke dalam alat pemutar musik digital yang dibawa oleh pengunjung.

d. Guide yang digunakan oleh pengunjung kelompok adalah guide resmi yang telah terdaftar menjadi anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia dan juga telah terdaftar sebagai guide Candi Borobudur di instansi pengelola Candi Borobudur, serta telah mendapatkan pelatihan sebagai guide khusus Warisan Budaya Dunia UNESCO.

e. Tur yang diberikan oleh guide harus memberikan penjelasan mengenai peraturan ketika berkunjung ke Candi Borobudur, deskripsi umum Candi Borobudur dan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Apabila pada waktu tertentu, sedang terdapat pekerjaan perbaikan Candi Borobudur, hal tersebut dapat dimasukkan ke dalam rute tur yang diberikan oleh guide untuk lebih memberikan pengetahuan tentang praktek-praktek yang dilakukan untuk merawat Candi Borobudur kepada pengunjung dengan mengindahkan keselamatan pekerja dan pengunjung serta kenyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaaannya.

f. Papan informasi berupa peraturan pengunjung dalam mengunjungi Candi Borobudur diletakkan di dekat loket masuk dan juga ketika akan memasuki areal candi. Peraturan ini juga dapat dicetak di belakang tiket masuk yang diberikan kepada pengunjung.

g. Interpretasi Candi Borobudur dibagi menjadi 4 kategori utama:

i. Gambaran sejarah umum Candi Borobudur dan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

ii. Interpretasi Candi Borobudur sebagai representasi mahakarya kejeniusan manusia (kriteria 1 Warisan Dunia UNESCO).

iii. Interpretasi Candi Borobudur sebagai sebuah pertukaran penting nilai-nilai kemanusiaan, dalam suatu rentang waktu atau wilayah kebudayaan di dunia, terhadap perkembangan di bidang arsitektur atau teknologi, karya seni yang monumental, tata kota, atau desain saujana (kriteria 2 Warisan Dunia UNESCO).

(28)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 22

iv. Interpretasi Candi Borobudur sebagai situs yang secara langsung atau nyata berhubungan dengan kejadian atau tradisi sehari-hari, dengan ide-ide, atau dengan kepercayaan, dengan karya-karya artistik atau kesusastraan yang mempunyai signifikansi universal yang luar biasa (kriteria 6 Warisan Dunia UNESCO).

h. Interpretasi dapat disajikan dalam bentuk film yang dapat ditayangkan di audio visual, berbagai penjelasan mengenai Candi Borobudur yang tersedia di museum, serta papan informasi yang diletakkan di halaman Candi Borobudur. Interpretasi yang disajikan minimal dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).

3. Promosi

Promosi mengenai Candi Borobudur dititikberatkan kepada apa itu Warisan Dunia UNESCO dan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia. Promosi yang dilakukan berupa publikasi buku, iklan di media massa, dan pameran-pameran yang diadakan secara berkala.

4. Pengamanan

a. Pengamanan yang dilakukan bertujuan untuk melindungi Candi Borobudur serta memberikan kenyamanan kepada para pengunjung Candi Borobudur.

b. Pengamanan dilaksanakan oleh satuan pengamanan yang telah mendapatkan wawasan dan pelatihan tentang pengamanan Warisan Dunia.

c. Satuan pengamanan, selain juga memiliki kemampuan untuk melakukan pengamanan terhadap Candi Borobudur serta pelayanan terhadap pengunjung, harus memiliki pengetahuan mengenai sejarah Candi Borobudur dan apa itu Warisan Dunia UNESCO karena satuan pengamanan merupakan petugas yang bersentuhan langsung (selain guide) dengan pengunjung Candi Borobudur.

(29)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 23

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Data perilaku pengunjung didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan juga wawancara tidak mendalam dengan sampel responden untuk mengetahui motivasi, kesan, serta ekspektasi pengunjung ketika mengunjungi Candi Borobudur. Dari data yang didapat, diketahui bahwa tingkat apresiasi pengunjung Candi Borobudur dapat berbeda didasarkan pada apakah pengunjung menggunakan guide atau tidak. Bagi pengunjung yang menggunakan guide, tingkat apresiasi mereka cukup tinggi walaupun mereka juga masih melakukan perilaku negatif ketika berkunjung. Sebaliknya, tingkat apresiasi yang rendah dipertunjukkan oleh pengunjung yang tidak menggunakan guide ketika berkunjung ke Candi Borobudur dengan berbagai perilaku negatif yang mereka lakukan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur masih cukup rendah apabila dikaitkan dengan rendahnya tingkat kunjungan ke audio visual dan museum serta pola alur kunjungan yang lebih condong untuk langsung melihat-lihat di puncak candi daripada berjalan mengitari candi terlebih dahulu. Untuk itu, visitor management yang diterapkan di Candi Borobudur harus mampu mengatasi berbagai permasalahan yang muncul seperti menyebarkan alur kunjungan pengunjung, mengurangi perilaku negatif, dan memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga Candi Borobudur, serta di sisi lain mengakomodasi ekspektasi dan harapan pengunjung ketika mereka mengunjungi Candi Borobudur.

B. Saran

Dari berbagai pembahasan di atas dan juga kesimpulan dari penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk mengontrol perilaku pengunjung Candi Borobusur dan meningkatkan apresiasi mereka terdapat Candi Borobudur adalah sebagai berikut: 1. Alur kunjungan yang biasanya langsung ke area candi, pada pintu tiket diberi

pengarahan tentang alur kunjungan yang telah ditentukan sehingga pola alur kunjungan terarah dan tersebar ke berbagai fasilitas pendukung yang ada di Candi Borobudur, dengan catatan fasilitas pendukung yang tersedia mampu memikat pengunjung.

(30)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 24

2. Melakukan kajian lebih lanjut terkait dengan pembatasan pengunjung dengan metode tiket berwarna ataupun metode lainnya yang terbukti lebih tepat diterapkan dengan kondisi yang ada di Candi Borobudur.

3. Melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas pendukung seperti tempat parkir, toilet dan bangku tempat beristirahat sesuai dengan status Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

4. Menyediakan peta dan brosur gratis kepada pengunjung yang didistribusikan di loket masuk dan diserahkan bersama-sama dengan lembar tiket.

5. Membuat audio-guide dan film audio visual yang sesuai dengan interpretasi Candi

Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

6. Memberikan pelatihan kepada para guide karena tak bisa dipungkiri lagi guide memegang peranan penting dalam pelestarian Candi Borobudur serta dalam memberikan pendidikan kepada para pengunjung karena guide merupakan pihak terdepan dan bersentuhan langsung dengan pengunjung Candi Borobudur sehingga mereka memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai sejarah Candi Borobudur dan apa itu Warisan Dunia UNESCO.

7. Membuat Standard Operating Procedure pemanduan yang dapat digunakan sebagai landasan oleh para guide Candi Borobudur mengenai rute dan hal-hal apa saja yang harus mereka jelaskan dalam memberikan tur kepada para pengunjung Candi Borobudur.

8. Memberikan pendidikan kepada pengunjung mengenai peraturan mengunjungi Candi Borobudur dengan pencetakan papan informasi yang diletakkan di tempat-tempat strategis seperti di loket masuk dan pintu masuk areal candi, serta di belakang tiket masuk yang diberikan kepada para pengunjung.

9. Membuat informasi yang diberikan kepada pengunjung dalam bentuk gambar atau animasi sehingga informasi yang disampaikan menarik dan mudah dicerna.

10. Melakukan identifikasi atribut-atribut yang terkait dengan 3 kriteria Candi Borobudur (kriteria i,ii, dan vi) sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO sehingga nantinya interpretasi yang dilakukan terhadap Candi Borobudur dapat terarah dengan baik.

11. Membuat interpretasi yang berkaitan dengan Candi Borobudur minimal dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

12. Melakukan berbagai kegiatan promosi Candi Borobudur yang berupa publikasi, pembuatan iklan, dan pameran berkala yang menitikberatkan pada apa itu

(31)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 25

Warisan Dunia UNESCO dan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

13. Memberikan pelatihan bagi satuan pengamanan yang bertugas di Candi Borobudur agar memiliki kompetensi dalam melindungi Candi Borobudur dan memberikan pelayanan yang ramah kepada pengunjung, serta memiliki pengetahuan tentang sejarah Candi Borobudur dan apa itu Warisan Dunia sehingga mereka memiliki kualifikasi sebagai satuan pengamanan Warisan Dunia UNESCO.

(32)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 26

DAFTAR PUSTAKA

Laurens, Joyce M. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT Grasindo. Pedersen, Arthur. 2002. World Heritage Manuals No. 1, Managing Tourism at World

Heritage Site: A Practical Manual for World Heritage Site Managers. Paris:

UNESCO World Heritage Center.

Sutarno. 1999. Pemeliharaan Candi Borobudur sebagai Benda Cagar Budaya untuk

Aset Pariwisata. Surakarta. Tugas Akhir.

Tanudirjo, Daud Aris, dkk. 1994. Kualitas Penyajian Warisan Budaya kepada

Masyarakat : Studi Kasus Manajemen Sumberdaya Budaya Candi Borobudur.

Yogyakarta. Studi Penelitian.

Taufik, M, dkk. 2000. Studi Dampak Pemanfaatan Candi Borobudur. Magelang. Studi Penelitian.

Taufik, M. 2005. Minimalisasi Dampak Negatif Pemanfaatan Candi Borobudur sebagai

Obyek Wisata. Yogyakarta. Tesis.

Taufik, M. 2005. Evaluasi Fasilitas Pendukung Wisata di Jalur Pengunjung Kompleks

Candi Borobudur. Magelang. Studi Penelitian.

WHC. 2005. Operational Guidelines for the Implementation of World Heritage

Convention. Paris: UNESCO World Heritage Center.

WHC. 2009. Final Decisions of the 33rd Session of World Heritage Committee. Seville:

(33)

Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur

| 27

Gambar

Tabel 1.1. Perilaku pengunjung wisatawan nusantara pada masa peak season  NUSANTARA (17 sampel)  KELOMPOK (10)  INDIVIDU (7)  AKTIVITAS  GUIDE  (5)  TANPA GUIDE (5)  GUIDE (2)  TANPA GUIDE (5)  Perilaku positif :  Lihat relief   100%  40%  100%  20%  Foto
Tabel 1.2. Perilaku pengunjung wisatawan mancanegara pada masa peak season  MANCANEGARA (20 sampel)  KELOMPOK (10)  INDIVIDU (10)  AKTIVITAS  GUIDE  (5)  TANPA GUIDE (5)  GUIDE (5)  TANPA GUIDE (5)  Perilaku positif :  Lihat relief   100%  80%  100%  80%
Tabel 2.2. Perilaku pengunjung wisatawan mancanegara pada masa weekend  MANCANEGARA (20 sampel)  KELOMPOK (10)  INDIVIDU (10)  AKTIVITAS  GUIDE  (5)  TANPA GUIDE (5)  GUIDE (5)  TANPA GUIDE (5)  Perilaku positif :  Lihat relief   100%  60%  100%  80%  Foto
Tabel 3.2. Perilaku pengunjung wisatawan mancanegara pada masa hari biasa  MANCANEGARA (20 sampel)  KELOMPOK (10)  INDIVIDU (10)  AKTIVITAS  GUIDE  (5)  TANPA GUIDE (5)  GUIDE (5)  TANPA GUIDE (5)  Perilaku positif :  Lihat relief   100%  60%  100%  60%  F
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan

[r]

ANALYSIS OF FLYPAPER EFFECT IN GENERAL ALLOCATION FUND AND REGIONAL ORIGINAL INCOME TO REGIONAL EXPENDITURE1. OF DISTRICTS AND CITIES IN

[r]

Dari penelitian ini ditemukan; (1) pembelajaran PAI dalam kurikulum 2013 telah mengakomodir penyampaian nilai-nilai pendidikan multikultural meliputi; nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penggunaan informasi akuntansi manajemen dalam pengambilan keputusan investasi gedung di dalam

Dari analisis terhadap hasil penelitian Efek Ramadhan di Bursa Efek Indonesia pada bab 5 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa rata-rata return bulan Ramadhan

Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan proses pemberian obat pelengkap oral kepada pasien di ruang rawat IRNA B dengan pelak- sanaan pelayanan o bat pelengkap oral yang