• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROSEDUR PELAYANAN OBAT PELENGKAP ORAL DI RUANG RAWAT IRNA B PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PROSEDUR PELAYANAN OBAT PELENGKAP ORAL DI RUANG RAWAT IRNA B PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

A research had been performed in order to get general description of the service of an oral complementary drug in the nursing ward of IRNA B of Perjan RS Dr. Cipto M angunkusumo and it evaluated the operation of the oral complementary drug service was, and also found out the correlation of the orderly medication instruction writing of the oral complementary drug, the orderly operation of the process of the oral complementary drug procurement, drug preservation, drug preparation, the hand-over the oral complementary drug to a patient, and Communication, Information and Education (CIE) in the nursing ward of IRNA B relation to the orderly operation of oral complementary drug service procedure. The research used the cross sectional method of survey which was descriptive and analytic in its nature. The research showed that 74,81% of the patients medication instruction writing in pre-scription did not fit the requirements in administration writing and medication in-formation completely. 67,94% of the patients bought the prescription (76% -100% ) form the drug store in RSCM , 42,75% of patients kept the 76% -100% of their drug in the pharmacy depot, 42,75% of patients prepared the 76% -100% of patient pre-pared the 76% -100% of their drug in unites of doses by the pharmacy depot. 64,12% of the patients were given their drug by nurses directly, and finished to swallow the drug according to its use direction, and there was none of the patients who got CIE service from a pharmacist. The operation of the oral complementary drug service in the nursing ward of IRNA B was evaluated as less appropriate to the procedure. It could be concluded that there is significant correlation between medication instruc-tion writing, the orderly operainstruc-tion of the process of the oral complementary drug preservation, the drug preparation, the hand-over the oral complementary drug to a patient in the nursing ward of IRNA B with the orderly operation of oral complemen-tary drug service procedure; and there is no correlation between the procurement of the oral complementary drug, the orderly operation of CIE in the nursing ward of IRNA B with the orderly operation of oral complementary drug service procedure.

Key Words : evaluate; IRNA B; complementary drug; service; procedure; nursing ward; RSCM .

Har ianto* , Itet Lestar i* , Laswety B.* *

* Depar temen Far masi UI

* * Per jan RS Dr . Cipto M angunkusumo

EVALUASI PELAKSAN AAN PROSEDUR

PELAYAN AN OBAT PELEN GKAP ORAL

DI RUAN G RAW AT IRN A B PERJAN

RS DR. CIPTO M AN GUN KUSUM O

JAKARTA

(2)

PEN D A HULUA N

LA TA R BELA KA NG

Sejalan dengan pesatnya pem-bangunan rumah sakit di Indonesia p ad a akhir-akhir ini, d i samp ing semakin meningkatnya arus infor-masi, mend o ro ng berbag ai p eru-bahan termasuk p erueru-bahan p ad a tingkat sosial, ekonomi dan pendi-dikan. Perubahan ini meningkatkan p ula tuntutan m asy arakat akan layanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit.

Rumah sakit merupakan institusi dimana seluruh lapisan masyarakat bisa datang untuk memperoleh upaya penyembuhan. Upaya ini merupakan fung si utam a rum ah sakit p ad a umumnya.

M ening katny a tuntutan d an kebutuhan masyarakat dalam pela-yanan kesehatan, meliputi pening-katan dan penyempurnaan fungsi dan peranan instalasi farmasi di rumah sakit y ang bertug as. Pelay anan Instalasi Farmasi di RSCM meliputi p elay anan farm asi untuk p asien rawat inap dan rawat jalan.

Keg iatan p elay anan farm asi raw at inap merupakan salah satu keg iatan p elay anan kefarm asian kepada pasien dengan berorientasi kepada pelayanan kesehatan pasien inap di ruang perawatan. Tujuannya ialah agar diperoleh pelayanan obat yang paripurna sehingga obat dapat tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat w aktu dan tepat harga serta pasien mend ap at p elayanan p enyuluhan

yang dianggap perlu oleh farmasis yang pada akhirnya didapat pengo-batan pasien yang efektif, efisien, aman, rasio nal, bermutu d an ter-jangkau.

Pelayanan farmasi untuk pasien raw at inap d ilaksanakan d i Depo Farmasi Instalasi Pelayanan Medis dan bekerja sama dengan Apotek di RSCM.

Pelaksanaan pelayanan farmasi di ruang rawat Instalasi Rawat Inap B harus selalu d ip antau. Belum tercapainya pelayanan farmasi satu pintu serta ikut berperannya profesi kesehatan y ang lang sung berhu-bungan dengan perawatan penderita d i rum ah sakit tentuny a d ap at menimbulkan berbagai masalah yang menjadi kendala dalam melaksana-kan pro sed ur tertulis yang sud ah dibuat dan disepakati bersama oleh pihak rumah sakit.

Apabila pelaksanaan pelayanan obat khususnya di ruang rawat tidak sesuai lagi dengan tata laksana yang ditetapkan oleh rumah sakit maka perlu dicarikan penyebabnya untuk kem ud ian d iusulkan p erbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam up ay a m ening katkan p elay anan kefarmasian khususnya d i ruang raw at IRNA B mengingat IRNA B merupakan proyek percontohan di RSCM.

(3)

TUJUA N PENELITIA N

1. Tujuan umum

a. Untuk mempero leh gambaran umum tentang pelayanan obat pe-lengkap oral di ruang rawat IRNA B p erjan IRS: D r. Cip to M ang un-kusumo.

b. Untuk menilai samp ai sejauh mana pelaksanaan pelayanan o bat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara penulisan instruksi pengo -batan obat pelengkap oral di ruang raw at IRNA B dengan pelaksanaan pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan proses pengadaan obat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B dengan pelaksanaan pela-y anan o bat p eleng kap o ral pela-y ang sesuai dengan prosedur.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan proses penyim-panan obat pelengkap oral di ruang raw at IRNA B dengan pelaksanaan pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan proses penyiapan

obat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B dengan pelaksanaan pela-yanan obat pelengkap oral yang se-suai dengan prosedur.

e. Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan proses pemberian obat pelengkap oral kepada pasien di ruang rawat IRNA B dengan pelak-sanaan pelayanan o bat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

f. Untuk mengetahui hubungan antara p elaksanaan KIE d i ruang raw at IRNA B dengan pelaksanaan pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

M A NFA A T

1. Bagi rumah sakit

M emberi masukan meng enai kondisi pelaksanaan pelayanan o bat p elengkap o ral d i ruang raw at IRN A B Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan men-jadi bahan pertimbangan dalam perbaikan pelayanan o bat pe-leng kap o ral d i ruang raw at d alam rang ka terbentukny a sistem pelayanan farmasi satu pintu.

2. Bagi institusi akademis

(4)

HIPO TESIS

1. Ada hubungan antara penulisan instruksi pengobatan dengan pelak-sanaan pelayanan o bat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

2. A d a hubung an antara p elak-sanaan p ro ses p eng ad aan o bat dengan pelaksanaan pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

3. Ada hubungan antara pelaksana-an proses penyimppelaksana-anpelaksana-an obat dengpelaksana-an pelaksanaan pelayanan obat pelengkap o ral yang sesuai d engan pro -sedur.

4. A d a hubung an antara p elak-sanaan proses penyiapan obat dengan pelaksanaan pelayanan obat pelengkap o ral yang sesuai d engan pro -sedur.

5. A da hubungan antara pelaksa-naan proses pemberian obat dengan

pelaksanaan pelayanan obat pelengkap o ral yang sesuai d engan pro -sedur.

6. A da hubungan antara pelaksa-naan KIE d eng an p elaksapelaksa-naan pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur.

DEFINISI OPERA SIONA L

1. V ariabel bebas

a. Penulisan instruksi pengobatan Definisi operasional :

Penulisan instruksi pengobatan ad alah pro ses penulisan instruksi pengobatan berupa obat pelengkap o ral d alam resep , rekam m ed ik, kardeks meliputi administrasi dokter (nama dokter, unit raw at, tanggal), administrasi pasien (nama pasien, umur), informasi obat (nama obat, kad ar p o tensi, bentuk sed iaan, aturan pakai).

Skala : Ordinal M ETODOLOGI PENELITIA N

KERA N G KA KO N SEP

Perangkat Proses pelayanan Pelayanan

(5)

Kategori :

1. Sangat baik : bila ad mini-strasi dokter dan pasien, infor-masi obat tertulis lengkap pada resep; info rmasi o bat tersebut sesuai dengan rekam medik dan kardeks (nilai = 15).

2. Baik : bila ad m inistrasi dokter dan pasien, informasi obat tid ak tertulis leng kap p ad a resep ; info rm asi o bat sesuai dengan rekam medik dan atau kardeks (nilai = 10).

3. Kurang baik : bila admini-strasi dokter dan pasien, infor-masi obat tertulis lengkap pada resep; info rmasi o bat tersebut tid ak sesuai d eng an rekam medik dan atau kardeks (nilai = 5).

4. Buruk : bila ad ministrasi dokter dan pasien, informasi obat tid ak tertulis leng kap p ad a resep ; info rm asi o bat tid ak sesuai dengan rekam medik dan atau kardeks (nilai = 0).

b. Pengadaan obat Definisi operasional :

Peng ad aan o bat ad alah hasil penebusan resep obat pelengkap oral untuk pasien oleh keluarga pasien di apotek RSCM.

Skala : Ordinal Kategori :

1. Sangat baik : bila 76% - 100% jumlah obat di resep ditebus di apotek RSCM (nilai = 15). 2. Baik : bila 51% - 75% jumlah obat di resep ditebus di apotek RSCM (nilai = 10).

3. Kurang baik : bila 26 - 50% jumlah obat di resep ditebus di apotek RSCM (nilai = 5).

4. Buruk : bila 0 - 25% jumlah obat di resep ditebus di apotek RSCM (nilai = 0).

c. Penyimpanan obat Definisi operasional :

Penyimpanan obat adalah proses penyimpanan o bat pelengkap o ral pasien yang telah ditebus di depo farmasi.

Skala : Ordinal Kategori :

1. Sangat baik : bila 76% - 100% obat disimpan di depo farmasi (nilai = 20).

2. Baik : bila 51 % - 75% obat disimpan di depo farmasi (nilai = 10).

3. Kurang baik : bila 26% - 50% obat disimpan di depo farmasi (nilai = 5).

4. Buruk : bila 0% - 25% obat disimpan di depo farmasi (nilai = 0).

d. Penyiapan obat Definisi operasional :

Penyiapan o bat ad alah pro ses penyiapan obat pelengkap oral yang telah ditebus untuk diminum pasien oleh depo farmasi secara unit dosis.

Skala : Ordinal Kategori :

1. Sangat baik : bila 76% - 100% obat disiapkan oleh depo farmasi (nilai = 20).

(6)

(nilai = 10).

3. Kurang baik : bila 26% - 50% obat disiapkan oleh depo farmasi (nilai = 5).

4. Buruk : bila 0% - 25% obat d isiap kan o leh d ep o farmasi (nilai = 0).

e. Pemberian obat Definisi operasional :

Pemberian o bat adalah pro ses pemberian obat pelengkap oral yang telah ditebus untuk diminum oleh pasien oleh perawat.

Skala : Ordinal Kategori :

1. Sangat baik : bila o bat di-berikan oleh peraw at, langsung dan habis diminum oleh pasien (nilai = 15).

2. Baik : bila o bat d iberikan oleh peraw at tetapi tidak lang-sung dan atau habis diminum oleh pasien (nilai =10).

3. Kurang baik : bila obat di-berikan tid ak o leh p eraw at, selalu diminum tepat waktu dan dihabiskan sesuai anjuran dok-ter/ perawat/ etiket (nilai = 5). 4. Buruk : bila obat diberikan tid ak o leh p eraw at, d iminum tidak tepat waktu dan atau tidak d ihabiskan sesuai d engan an-juran d o kter/ p eraw at/ y ang tertera di etiket (nilai= 0).

f. K omunikasi, inf ormasi dan edukasi

Definisi operasional :

KIE ad alah p ro ses p elayanan farmasi klinik dari apoteker meliputi

konseling tentang obat yang diguna-kan o leh p asien selam a d iraw at sehingga keluarga pasien mengetahui nama obat, aturan pakai, khasiat, efek samping obat pelengkap oral.

Skala : Ordinal Kategori :

1. Sangat baik : bila keluarga pasien mendapatkan pelayanan KIE sehing g a m eng etahui/ p aham sebany ak 76% - 100% mengenai obat yang diberikan (nilai = 15).

2. Baik : bila keluarga pasien mend ap atkan p elay anan KIE sehingga mengetahui/ p aham sebanyak 51% - 75% mengenai obat yang diberikan (nilai = 10). 3. Kurang baik : bila keluarga pasien mendapatkan pelayanan KIE sehing g a m eng etahui/ paham sekitar 26% - 50% menge-nai obat yang diberikan (nilai = 5).

4. Buruk : bila keluarga pasien mend ap atkan p elay anan KIE sehingga mengetahui/ p aham sekitar 0% - 25% mengenai obat yang diberikan (nilai = 0).

2. V ariabel terikat

Pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur

Definisi operasional :

(7)

d i ruang raw at inap d engan p ro -sedurnya.

Skala : Ordinal Kategori :

1. Sangat sesuai : bila jumlah to tal hasil p enilaian keenam variabel bebas rata-rata berkisar antara 81 - 100.

2. Sesuai : bila jumlah total hasil penilaian keenam variabel bebas rata-rata berkisar antara 61 - 80. 3. Kurang sesuai : bila jumlah to tal hasil p enilaian keenam variabel bebas rata-rata berkisar antara 41 - 60.

4. Tid ak sesuai : bila jumlah to tal hasil p enilaian keenam variabel bebas rata-rata berkisar 0 - 40.

JENIS PENELITIA N

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai secara cross sectional yang bersifat d eskrip tif d an analitik m elalui penelusuran proses pelayanan obat pelengkap oral yang telah dilaksa-nakan di ruang rawat IRNA B.

PO PULA SI D A N SA M PEL

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret - Mei 2003 dengan meto de purposive sampling dimana sampel yang dipilih yang memenuhi kriteria p enelitian. Sed ang kan populasi adalah semua pasien yang d iraw at d i ruang raw at IRN A B RSCM.

LOKA SI PENELITIA N

Penelitian ini d ilakukan d i Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, khusus-nya di depo farmasi IRNA B unit/ instalasi/ ruang an y ang terkait dengan pelayanan farmasi di ruang rawat IRNA B kelas II dan III lantai V dan VI, kanan dan kiri.

Penelitian ini akan d ilakukan d engan d ua cara, yaitu mengum-p ulkan d ata mengum-p rimer d an d ata se-kunder.

HA SIL dan PEM BA HA SA N

D EPKRIPSI PELA YA N A N

1. Penulisan instruksi pengobatan berupa obat pelengkap oral, untuk sebanyak 74,81 % pasien termasuk d alam kateg o ri buruk, untuk sebany ak 0,76% p asien termasuk kurang baik, sebanyak 22,14% pasien termasuk dalam kategori baik dan untuk sebany ak 2,29% p asien termasuk sangat baik.

2. Pengadaan obat pelengkap oral, untuk sebany ak 67,94% p asien termasuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 17,56% pasien termasuk dalam kategori baik, sebanyak 6,87% p asien term asuk d alam kateg o ri kurang baik d an untuk sebanyak 7,63% p asien term asuk d alam kategori buruk.

(8)

dalam katego ri baik, 6,11% pasien termasuk dalam kategori kurang baik dan untuk 39,69% pasien termasuk dalam kategori buruk.

4. Penyiapan obat pelengkap oral, untuk sebany ak 42,75% p asien termasuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 11,45% pasien termasuk dalam kategori baik, 6,11 % pasien termasuk dalam kategori kurang baik dan untuk 39,69% pasien termasuk dalam kategori buruk.

5. Pemberian obat pelengkap oral, untuk sebany ak 64,12% p asien termasuk dalam kategori sangat baik, 3,05% pasien termasuk baik, 26,72% pasien kurang baik dan untuk 6,11% pasien termasuk kategori buruk. 6. Ko m unikasi, Info rm asi d an Ed ukasi, untuk seluruh p asien termasuk dalam kategori buruk. 7. Berdasarkan jumlah total hasil p enilaian keenam v ariabel bebas untuk sebany ak 1,53% p asien termasuk d alam kateg o ri sang at sesuai, 32,82% p asien term asuk kategori sesuai, 17,56% kurang sesuai, 48,09% termasuk d alam kateg o ri tidak sesuai.

D A TA PELEN G KA P

1. Keleng kap an info rm asi o bat pada resep; tercantumkan nama obat dan aturan pakai pada semua resep (650 resep ), bentuk sed iaan p ad a 37,85 % resep, kadar / potensi pada 24,15% resep , ad minitrasi d o kter

pada 78,92% dan administrasi pasien pada 96,00%.

2. Kesesuaian informasi obat pada resep; nama obat pada resep sesuai d engan o rd er d o kter p ad a rekam medik sebanyak 67,54% (439 resep) sedangkan yang sesuai dengan order dokter pada kardeks sebanyak 80,92 % (526 resep).

3. Nama obat berdasarkan penu-lisan nama generic pada resep; se-banyak 65,14% tertulis nama generik pada resep, sebanyak 34,88% tertulis nama paten pada resep.

4. Penebusan resep ; sebagian besar resep d itebus d i ap o tek RSCM (83,54%), sebanyak 9,38% resep yang tidak ditebus di apotek RSCM dan sebanyak 7,08% resep yang tid ak ditebus.

5. Seluruh rekam m ed ik d an kardeks tidak dicantumkan secara lengkap info rmasi o bat pelengkap oral yang digunakan pasien.

6. Sebany ak 45,56% (61 p asien) memiliki rekam medik yang infor-masi obatnya sesuai dengan kardeks. 7. Sampel pasien yang diraw at di ruang rawat kelas II sebanyak 49,62% (65 pasien) sedangkan pasien yang d iraw at p ad a ruang raw at raw at kelas III sebanyak 50,3% (66 pasien). 8. Sebanyak 61.07% (80 keluarga pasien) telah mendapatkan informasi mengenai prosedur obat pelengkap oral dari pihak rumah sakit

(9)

mengenai obat pelengkap oral yang d ig unakan p asien d ari d o kter peraw at.

1O .Sebagian besar keluarga pasien (94,66% ) m eng ang g ap p erluny a d iberikan KIE berup a ko nseling tentang o bat pelengkap o ral yang digunakan pasien.

11. Pengetahuan keluarga p asien terbanyak (67,94%) ialah mengenai aturan pakai o bat pelengkap o ral yang digunakan pasien.

12. Kepuasan pasien atas pelayanan o bat p eleng kap o ral; sebany ak 41,99% (55 pasien) merasa sangat p uas, 48,09% (63 p asien) merasa kurang puas, 5,34% (7 pasien) merasa tidak puas dan 4,58% (6 pasien) tidak menjaw ab.

13. Tenaga pelaksana yang berhu-bung an d eng an p elay anan o bat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B ialah 57 orang dokter, 171 orang tenaga peraw at dan 7 orang tenaga farmasi (1 orang apoteker, 5 orang asisten ap o teker d an 1 o rang p e-karya).

14. Sarana d an p rasarana d ep o farmasi IRNA B masih sangat se-d erhana se-d an kurang mense-d ukung terhadap efektifitas dan kelancaran pelayanan khususnya penyiapan obat secara unit dosis di ruang perawatan.

PEN ILA IA N

Dari p enelitian terhad ap 131 pasien diperoleh jumlah total nilai

hasil evaluasi terhadap pelayanan o bat p eleng kap o ral y ang sesuai d engan p ro sed ur d i ruang raw at yaitu sebesar 6045 dengan rata-rata hitung 46,15.

Dengan demikian hasil evaluasi terhadap pelayanan obat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B termasuk dalam kategori kurang sesuai dengan prosedur.

HUBUNGA N A NTA RA V A RIA BEL BEBA S DA N V A RIA BEL TERIKA T

1. H ubung an antara p enulisan instruksi pengobatan dengan pela-y anan o bat p eleng kap o ral pela-y ang sesuai dengan prosedur. Diperoleh nilai Chi square hitung > Chi square tabel (91.40 > 16,92) m aka H a diterima artinya ada hubungan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa sem akin leng kap d an sesuainy a instruksi pengo batan yang d ibuat d o kter mengakibatkan p elayanan obat pelengkap oral di ruang rawat semakin sesuai dengan prosedur.

(10)

-sedur yang ada karena kurangnya info rmasi d ari pihak rumah sakit, ketergantungan pelaksanaan proses ini dengan dana yang dimiliki pasien dan obat yang disediakan oleh apotek RSCM yang tanpa pengendalian dari instalasi rumah sakit.

3. Hubungan antara penyimpanan obat dengan pelayanan obat pelengkap o ral yang sesuai d engan pro -sed ur. Dipero leh nilai Chi square hitung > Chi square tabel (139,05 > 16,92) maka Ha diterima, artinya ada hubungan y ang bermakna. H al ini menunjukkan bahw a semakin leng-kapnya obat yang disimpan pasien di depo farmasi mengakibatkan pela-yanan obat pelengkap oral di ruang raw at semakin sesuai dengan pro-sedur.

4. Hubungan antara penyiapan obat dengan pelayanan o bat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur. Diperoleh Chi Square hitung > Chi square tabel (139,05 > 16,92) maka Ha diterima, artinya ada hubungan yang bemakna. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lengkapnya obat pasien yang d isiap kan o leh d ep o farm asi m eng akibatkan p elay anan o bat p eleng kap o ral d i ruang raw at semakin sesuai dengan prosedur. 5. Hubung an antara p emberian obat dengan pelayanan obat pelengkap o ral yang sesuai d engan pro -sed ur. Dipero leh nilai Chi square hitung > Chi square tabel (42,75 > 16,92) maka Ha diterima, artinya ada hubungan y ang bermakna. H al ini menunjukkan bahw a semakin

leng-kap nya o bat yang d iberikan o leh perawat kepada pasien dan diminum sesuai d engan pakainya mengaki-batkan pelayanan o bat pelengkap o ral semakin sesuai d eng an p ro -sedur.

6. Hubungan antara KIE dengan pelayanan obat pelengkap oral yang sesuai dengan prosedur. Diperoleh nilai Chi Square hitung < Chi square tabel maka Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna. Hal ini menunjukkan kualifikasi pelaksanaan KIE o leh ap o teker tid ak memp e-ngaruhi kesesuaian pelayanan obat pelengkap oral yang diselenggarakan d i ruang raw at d engan p ro sed ur yang ada. Konseling belum dapat di-jalankan o leh ap o teker karena kurangnya tenaga ap o teker yang disediakan pihak rumah sakit dalam melaksanakan p elayanan farmasi klinik di ruang rawat IRNA B.

KESIM PULA N dan SA RA N

KESIM PULA N

1. Pelaksanaan p elay anan o bat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B d inilai kurang sesuai d eng an prosedur.

2. A d a hubungan antara ko nd isi penulisan instruksi pengobatan obat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B d engan p elaksanaan p elayanan o bat p eleng kap o ral y ang sesuai dengan prosedur.

(11)

pelengkap oral di ruang rawat IRNA B d engan p elaksanaan p elayanan o bat p eleng kap o ral y ang sesuai dengan prosedur.

4. A d a hubung an antara p elak-sanaan p ro ses p enyimp anan o bat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B d engan p elaksanaan p elayanan o bat p eleng kap o ral y ang sesuai dengan prosedur.

5. A d a hubung an antara p elak-sanaan p ro ses p eny iap an o bat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B d engan p elaksanaan p elayanan o bat p eleng kap o ral y ang sesuai dengan prosedur.

6. A d a hubung an antara p elak-sanaan p ro ses p em berian o bat pelengkap oral di ruang rawat IRNA B d engan p elaksanaan p elayanan o bat p eleng kap o ral y ang sesuai dengan prosedur.

7. Tid ak ad a hubung an antara p elaksanaan KIE d i ruang raw at IRNA B dengan pelaksanaan pela-y anan o bat p eleng kap o ral pela-y ang sesuai dengan prosedur.

SA RA N

1. D ep o farm asi IRN A B harus menjadi penanggung jawab tunggal dalam mengelola keseluruhan obat di ruang rawat IRNA B.

2. Perlunya dibuatkan resep dalam rangkap 3 di IRNA B untuk mem-permudah dalam melakukan evaluasi pola penggunaan obat penderita.

3. Perlunya penambahan personel yang ada khususnya tenaga apoteker untuk menambah jam buka d ep o farmasi d an menjalankan farmasi klinik secara bertahap.

4. Perlunya pengembangan sarana dan prasarana depo farmasi secara memadai dan sesuai kebutuhan. 5. Perlunya p eninjauan kembali prosedur dan sistem distribusi yang d isesuaikan d eng an sarana d an prasarana. Meningkatkan sosialisasi prosedur kepada semua pihak atau petugas yang berkepentingan dan membuat prosedur tertulis di ruang raw at.

6. Perluny a d ilakukan p ember-dayaan Panitia Farmasi dan Terapi dan segera menyusun formularium, kebijakan penulisan resep d engan jenis obat generik.

DA FTA R PUSTA KA

A merican Society of Hospital Phar-macist. 1980. M odel Quality Assur-ance Program for Hospital Pharma-cists. M o ntg o m ery A v enue Washington, DC. hal 8-9. Anief, M. 1998. Manajemen Farmasi,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

A nsell, HC. 1989. Pengantar Bentuk dan Sediaan Farmasi, Ed.4. Pener-jemah: Farida Ibrahim Universi-tas Ind o nesia Press, Jakarta. Hal. 1.

(12)

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Sutomo, Surabaya. Hal. 1, 20-25.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1978. Surat Keputusan M enteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1 3 4 /M E N K E S /S K /I V /7 8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1989. Surat Keputusan M enteri Kesehatan Republik Indonesia No. 0 8 5 /M E N K E S /P E R /I /8 9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1990. Pedoman Pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Direkto rat Jend eral Pelayanan M ed ik. D it. RS. Khusus d an Sw asta, Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1991. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Direkto rat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan. Depar-temen Kesehatan Republik Indo-nesia, Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1994. Peraturan M enteri Kesehatan Republik Indonesia N o. 553/B/ M ENKES/SK/IV /94. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1994. Surat Keputusan M enteri Kesehatan Republik Indonesia No. 539/M ENKES/SK/V I/94 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 1998. Surat Keputusan M enteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1 6 4 /B /M E N K E S /P E R /I I /9 8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, Departemen Kesehatan RI. 2002. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Direkto rat Jend eral Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Brown, TR. 1992. Handbook of Institu-tional Pharmacy Practices. Ameri-can Society of Hospital Pharma-cist. Bethesda. Hal 19-58. Gennaro, AR. 1990. Remington

Phar-maceutical Science, Marck Publ. Co. Pensylvania, Hal. 1715-1756. Hasan, EW. 1986. Hospital Pharmacy. 5th ed. Lea & Febiger.

Philadel-phia.

Hilman, I. 1989. Peran Farmasi Rumah Sakit dalam M enunjang Program Jaminan M utu Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Departemen Kese-hatan Republik Ind o nesia, Ja-karta.

Masjhur JS. 2001. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sebagai Pengelola Tunggal Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit. Makalah dalam Fo-rum Temu Ilmiah Farmasi Rumah Sakit, Bandung.

Peraturan Pemerintah Republik Indo-nesia No.32 tahun 1996.

(13)

Sarjaini, J. 1986. Beberapa Faktor yang M enyebabkan Sisa Obat di Rumah Sakit. Majalah Kesehatan Masya-rakat. Dep artemen Kesehatan No.35 Jakarta Hal 12.

Silalahi, B. 1989. Prinsip M anajemen Rumah Sakit. Lembaga Pengem-bangan Manajemen Indo nesia, Jakarta.

Snook, D. 1992. Hospital, W hat they are & How they work, 2nd ed. An

As-pen Publication, Maryland.

Surat Keputusan Dir. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo No.2269/ Tu.K/ 34/ VIII/ 1998.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk melebur 1 Kg Aluminium adalah 25 menit pada temperature mencapai 701 o C dengan konsumsi bahan bakar sebanyak 1,48

Menurut Wijaya (2004) sesungguhnya istilah virginitas lebih menampakkan masalah purity (kesucian), yaitu cara seseorang menjaga kemurnian dirinya dan

Setiap pengembangan BUMP seluas 10.000 hektar akan menambah produksi padi nasional sebesar 30.000 ton per tahun. Penambahan produksi padi tersebut akan meningkatkan permintaan

Selain itu, tanah dapat didefinisikan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &amp; berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman

Skenario use case aplikasi Gitar chord Untuk Pemula yang berbasis mobile dimana aktor yang menggunakan aplikasi ini adalah gitaris pemula, disini system

Šola kot institucija z oblikovanjem enotne filozofije glede sodelovanja s starši omogoča, da so starši, ne glede na to, s kom sodelujejo (s katerim učiteljem ali

Inventarisasi Hama Dan Musuh Alami Pada Tanaman Jagung Farah Fauzia 051510401130; 2013; 45 halaman; Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Dalam pelaksanaan tindakan, pada tahap perencanaan peneliti menusun perngkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data yang terdiri dari: satu Silabus, enam