• Tidak ada hasil yang ditemukan

fisiologi nyeri.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "fisiologi nyeri.pdf"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1

2.1 FISIOLOGI NYERIFISIOLOGI NYERI Definisi nyeri berdasarkan

Definisi nyeri berdasarkan International Association foInternational Association for the r the Study of Study of PainPain (IASP, 1979) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan (IASP, 1979) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan  jaringan

 jaringan1,21,2. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada  pemeriksaan

 pemeriksaan fisik fisik sepenuhnya sepenuhnya serta serta tes tes laboratorium laboratorium mengarahkan mengarahkan kita kita padapada kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada  pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan  pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan

gangguan komunikasi

gangguan komunikasi2,3,26,27,28 2,3,26,27,28 

Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau  paska

 paska pembedahan pembedahan harus harus dilakukan dilakukan penanganan penanganan nyeri nyeri yang yang sempurna, sempurna, karenakarena dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik (MSR) dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi  pasiennya.

 pasiennya. Hal Hal ini ini akan akan merugikan merugikan pasien pasien akibat akibat timbulnya timbulnya perubahan perubahan fisiologifisiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti

dan psikologi pasien itu sendiri, seperti ..

1,2,3,29,30 1,2,3,29,30

• Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putusPerubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa

asa

::

• Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan lukaPerubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka •

• Plastisitas neural (kornudorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasiPlastisitas neural (kornudorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga meningkatkan kepekaan nyeri

sehingga meningkatkan kepekaan nyeri

• Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardiAktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi •

(2)

Gambar 2.1-1. Efek fisiologis dan psikologis yang berhubungan dengan nyeri Gambar 2.1-1. Efek fisiologis dan psikologis yang berhubungan dengan nyeri akut akibat kerusakan jaringan yang disebabkan oleh proses akut akibat kerusakan jaringan yang disebabkan oleh proses pembedahan atau trauma

pembedahan atau trauma3131..

 Nyeri

 Nyeri pembedahan pembedahan sedikitnya sedikitnya mengalami mengalami dua dua perubahan, perubahan, pertama pertama akibatakibat  pembedahan itu sendiri

 pembedahan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan nosiseptif yang menyebabkan rangsangan nosiseptif dan yang keduadan yang kedua setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar operasi, setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar operasi, dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia (prostaglandin, histamin, serotonin, dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia (prostaglandin, histamin, serotonin,  bradikinin,

 bradikinin, substansi substansi P P dan dan lekotrein) lekotrein) oleh oleh jaringan jaringan yang yang rusak rusak dan dan sel-selsel-sel inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan inilah yang berperan pada proses inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan inilah yang berperan pada proses transduksi dari nyeri

(3)

2.2 MEKANISME NYERI

 Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan  jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari  perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser  fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak 28,33

Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat  perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi

.

28,33

.

2.2.1 Sensitisasi Perifer

Cidera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K +, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor . Beberapa komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif  terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers)33,34

Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E .

2 akan mereduksi ambang

aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan  pada reseptor spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi  perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan

(4)

Gambar 2.2-1. Mekanisme sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral34.

2.2.2 Sensitisasi Sentral

Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor  di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer   bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cidera.

Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor  ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis (activity dependent ), kemudian terjadi perubahan molekuler  neuron (transcription dependent )33

Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input (kerusakan  jaringan). Dalam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masif kedalam medulla spinalis, ini akan menyebabkan jaringan saraf didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif. Reaksi ini akan menyebabkan munculnya rangsangan nyeri akibat stimulus non noksius dan pada daerah yang jauh dari jaringan cedera juga akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri

.

33

(5)

2.3 NOSISEPTOR (RESEPTOR NYERI)

 Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit, otot,  persendian, viseral dan vaskular. Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung jawab terhadap kehadiran stimulus noksius yang berasal dari kimia, suhu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal, nosiseptor tidak aktif  sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang cukup untuk melampaui ambang batas stimulus (resting). Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak  (skrining fungsi) ke SSP untuk interpretasi nyeri3,28,35,36 

Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal interneuron dan saraf projeksi yang membawa informasi nosiseptif ke pusat yang lebih tinggi pada batang otak dan thalamus. Berbeda dengan reseptor sensorik  lainnya, reseptor nyeri tidak bisa beradaptasi. Kegagalan reseptor nyeri  beradaptasi adalah untuk proteksi karena hal tersebut bisa menyebabkan individu untuk tetap awas pada kerusakan jaringan yang berkelanjutan. Setelah kerusakan terjadi, nyeri biasanya minimal. Mula datang nyeri pada jaringan karena iskemi akut berhubungan dengan kecepatan metabolisme. Sebagai contoh, nyeri terjadi  pada saat beraktifitas kerena iskemia otot skeletal pada 15 sampai 20 detik tapi  pada iskemia kulit bisa terjadai pada 20 sampai 30 menit

.

3,28,36 

Tipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda.  Nosiseptor C tertentu dan nosiseptor A-delta bereaksi hanya pada stimulus panas atau dingin, dimana yang lainnya bereaksi pada stimulus yang banyak (kimia,  panas, dingin). Beberapa reseptor A-beta mempunyai aktivitas nociceptor-like. Serat –serat sensorik mekanoreseptor bisa diikutkan untuk transmisi sinyal yang akan menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi inflamasi dan produk- produknya. Allodynia mekanikal (nyeri atau sensasi terbakar karena sentuhan

ringan) dihasilkan mekanoreseptor A-beta

.

3,28,36 

 Nosiseptor viseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didesain hanya sebagai reseptor nyeri karena organ dalam jarang terpapar pada keadaan yang  potensial merusak. Banyak stimulus yang sifatnya merusak (memotong, membakar, kepitan) tidak menghasilkan nyeri bila dilakukan pada struktur  viseralis. Selain itu inflamasi, iskemia, regangan mesenterik, dilatasi, atau spasme viseralis bisa menyebabkan spasme berat. Stimulus ini biasanya dihubungkan

(6)

dengan proses patologis, dan nyeri yang dicetuskan untuk mempertahankan fungsi3,28,36 .

2.4 PERJALANAN NYERI (NOCICEPTIVE PATHWAY)

Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat  proses komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri)1,3,30,37 .

2.4.1 Proses Transduksi

Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi  perifer 1,3,30,35,37 .

2.4.2 Proses Transmisi

Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya

(7)

impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri1,3,30,35,37 .

2.4.3 Proses Modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik  endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu  posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak.

Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior  sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk  analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang1,3,30,35,37 .

2.4.4 Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik 1,3,30,35,37 .

(8)

Gambar 2.4-1. Pain Pathway36 .

2.5 MEKANISME KERJA OBAT ANALGETIK

Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa  prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi  penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak 

terjadi1,3

Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas ini akan menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi, edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga prostaglandin

.

Parasetamol

Ketorolak Parasetamol Parasetamol

(9)

meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu rangsangan nyeri (nosiseptif)1,3

Enzim siklooksigenase (COX) adalah suatu enzim yang mengkatalisis sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari enzim COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi) maupun yang negatif (ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan). Aktifitas COX dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu ubiquitously dan constitutive yang diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan inflamasi COX-2. COX-1 terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim ginjal dan  platelet. Enzim ini penting dalam proses homeostatik seperti agregasi platelet,

keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi ginjal. Sebaliknya, COX-2 bersifat inducible dan diekspresikan terutama pada tempat trauma (otak dan ginjal) dan menimbulkan inflamasi, demam, nyeri dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang transien di medulla spinalis dalam merespon inflamasi pembedahan mungkin  penting dalam sensitisasi sentral

.

1,3,27 

.

2.6 KLASIFIKASI NYERI

Kejadian nyeri memiliki sifat yang unik pada setiap individual bahkan jika cedera fisik tersebut identik pada individual lainnya. Adanya takut, marah, kecemasan, depresi dan kelelahan akan mempengaruhi bagaimana nyeri itu dirasakan. Subjektifitas nyeri membuat sulitnya mengkategorikan nyeri dan mengerti mekanisme nyeri itu sendiri. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasi nyeri adalah berdasarkan durasi (akut, kronik),  patofisiologi (nosiseptif, nyeri neuropatik) dan etiologi (paska pembedahan,

kanker)1,3.

2.6.1 Nyeri Akut dan Kronik

 Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas resting stimulus istirahat.  Nyeri akut ini dialami segera setelah pembedahan sampai tujuh hari2. Sedangkan nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang dialami

(10)

 pasien paling tidak 1 – 6 bulan. Nyeri kronik malignan biasanya disertai kelainan  patologis dan indikasi sebagai penyakit yang life-limiting disease seperti kanker, end-stage organ dysfunction, atau infeksi HIV. Nyeri kronik kemungkinan mempunyai baik elemen nosiseptif dan neuropatik. Nyeri kronik nonmalignan (nyeri punggung, migrain, artritis, diabetik neuropati) sering tidak disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan perubahan neuroplastik yang terjadi pada lokasi sekitar (dorsal horn pada spinal cord) akan membuat pengobatan menjadi lebih sulit2,3,26,27 

Pasien dengan nyeri akut atau kronis bisa memperlihatkan tanda dan gejala sistem saraf otonom (takikardi, tekanan darah yang meningkat, diaforesis, nafas cepat) pada saat nyeri muncul. Guarding biasa dijumpai pada nyeri kronis yang menunjukkan allodinia. Meskipun begitu, muncul ataupun hilangnya tanda dan gejala otonom tidak menunjukkan ada atau tidaknya nyeri

.

3,26,27 

.

2.6.2 Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik

 Nyeri organik bisa dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik  dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer  (saraf yang bertanggung jawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif   biasanya memberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid 1,2,3,26,27 

 Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf  aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik terhadap analgesik opioid 

.

1,2,3,26,27 

.

2.6.3 Nyeri Viseral

 Nyeri viseral biasanya menjalar dan mengarah ke daerah permukaan tubuh  jauh dari tempat nyeri namun berasal dari dermatom yang sama dengan asal nyeri. Sering kali, nyeri viseral terjadi seperti kontraksi ritmis otot polos. Nyeri viseral seperti keram sering bersamaan dengan gastroenteritis, penyakit kantung empedu, obstruksi ureteral, menstruasi, dan distensi uterus pada tahap pertama persalinan.

(11)

 Nyeri viseral, seperti nyeri somatik dalam, mencetuskan refleks kontraksi otot-otot lurik sekitar, yang membuat dinding perut tegang ketika proses inflamasi terjadi pada peritoneum. Nyeri viseral karena invasi malignan dari organ lunak  dan keras sering digambarkan dengan nyeri difus, menggrogoti, atau keram jika organ lunak terkena dan nyeri tajam bila organ padat terkena3,26,27 

Penyebab nyeri viseral termasuk iskemia, peregangan ligamen, spasme otot polos, distensi struktur lunak seperti kantung empedu, saluran empedu, atau ureter. Distensi pada organ lunak terjadi nyeri karena peregangan jaringan dan mungkin iskemia karena kompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan distensi berlebih dari jaringan

.

3,26,27 

Rangsang nyeri yang berasal dari sebagian besar abdomen dan toraks menjalar melalui serat aferen yang berjalan bersamaan dengan sistem saraf  simpatis, dimana rangsang dari esofagus, trakea dan faring melalui aferen vagus dan glossopharyngeal, impuls dari struktur yang lebih dalam pada pelvis dihantar  melalui nervus parasimpatis di sakral. Impuls nyeri dari jantung menjalar dari sistem saraf simpatis ke bagian tengah ganglia cervical, ganglion stellate, dan  bagian pertama dari empat dan lima ganglion thorasik dari sistem simpatis. Impuls ini masuk ke spinal cord melalui nervus torak ke 2, 3, 4 dan 5. Penyebab impuls nyeri yang berasal dari jantung hampir semua berasal dari iskemia miokard. Parenkim otak, hati, dan alveoli paru adalah tanpa reseptor. Adapun, bronkus dan  pleura parietal sangat sensitif pada nyeri

.

3,26,27 

.

2.6.4 Nyeri Somatik

 Nyeri somatik digambarkan dengan nyeri yang tajam, menusuk, mudah dilokalisasi dan rasa terbakar yang biasanya berasal dari kulit, jaringan subkutan, membran mukosa, otot skeletal, tendon, tulang dan peritoneum. Nyeri insisi  bedah, tahap kedua persalinan, atau iritasi peritoneal adalah nyeri somatik.

Penyakit yang menyebar pada dinding parietal, yang menyebabkan rasa nyeri menusuk disampaikan oleh nervus spinalis. Pada bagian ini dinding parietal menyerupai kulit dimana dipersarafi secara luas oleh nervus spinalis. Adapun, insisi pada peritoneum parietal sangatlah nyeri, dimana insisi pada peritoneum

(12)

viseralis tidak nyeri sama sekali. Berbeda dengan nyeri viseral, nyeri parietal  biasanya terlokalisasi langsung pada daerah yang rusak 1,3,26,27 

Munculnya jalur nyeri viseral dan parietal menghasilkan lokalisasi dari nyeri dari viseral pada daerah permukaan tubuh pada waktu yang sama. Sebagai contoh, rangsang nyeri berasal dari apendiks yang inflamasi melalui serat – serat nyeri pada sistem saraf simpatis ke rantai simpatis lalu ke spinal cord pada T10 ke T11. Nyeri ini menjalar ke daerah umbilikus dan nyeri menusuk dan kram sebagai karakternya. Sebagai tambahan, rangsangan nyeri berasal dari peritoneum parietal dimana inflamasi apendiks menyentuh dinding abdomen, rangsangan ini melewati nervus spinalis masuk ke spinal cord pada L1 sampai L2. Nyeri menusuk   berlokasi langsung pada permukaan peritoneal yang teriritasi di kuadran kanan  bawah

.

3,26,27 

.

2.7 PENILAIAN NYERI

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri paska pembedahan yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan1,2,38 .

(13)

Ada beberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang ini1,2,38,39,40,41,42 1. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

:

Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan gangguan komunikasi, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.

Gambar 2.7-1. Wong Baker Faces Pain Rating Scale

2. Verbal Rating Scale (VRS)

Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala lima  poin ; tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

(14)

3.  Numerical Rating Scale (NRS)

Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978, dimana  pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan

angka 0 – 5 atau 0 – 10, dimana angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan nyeri yang hebat.

Gambar 2.7-3. Numerical Rating Scale

4. Visual Analogue Scale (VAS)

Skala yang pertama sekali dikemukakan oleh Keele pada tahun 1948 yang merupakan skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis (0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan nyeri hebat. Pasien diminta untuk membuat tanda digaris tersebut untuk mengekspresikan nyeri yang dirasakan. Penggunaan skala VAS lebih gampang, efisien dan lebih mudah dipahami oleh penderita dibandingkan dengan skala lainnya. Penggunaan VAS telah direkomendasikan oleh Coll dkk karena selain telah digunakan secara luas, VAS juga secara metodologis kualitasnya lebih baik, dimana juga  penggunaannya realtif mudah, hanya dengan menggunakan beberapa kata sehingga kosa kata tidak menjadi permasalahan. Willianson dkk juga melakukan kajian pustaka atas tiga skala ukur nyeri dan menarik kesimpulan  bahwa VAS secara statistik paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data dalam bentuk rasio. Nilai VAS antara 0 – 4 cm dianggap sebagai tingkat nyeri yang rendah dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana analgesia. Nilai VAS > 4 dianggap nyeri sedang menuju berat sehingga pasien merasa tidak 

(15)

nyaman sehingga perlu diberikan obat analgesic penyelamat ( rescue analgetic).

Gambar 2.7-4. Visual Analogue Scale

2.8 PENANGANAN NYERI

Penanganan nyeri paska pembedahan yang efektif harus mengetahui  patofisiologi dan  pain pathway sehingga penanganan nyeri dapat dilakukan dengan cara farmakoterapi (multimodal analgesia), pembedahan, serta juga terlibat didalamnya perawatan yang baik dan teknik non-farmakologi (fisioterapi,  psikoterapi)2,29.

2.8.1 Farmakologis

Modalitas analgetik paska pembedahan termasuk didalamnya analgesik  oral parenteral, blok saraf perifer, blok neuroaksial dengan anestesi lokal dan opioid intraspinal1

Pemilihan teknik analgesia secara umum berdasarkan tiga hal yaitu pasien,  prosedur dan pelaksanaannya. Ada empat grup utama dari obat-obatan analgetik 

yang digunakan untuk penanganan nyeri paska pembedahan .

1,2

(16)
(17)

Tabel 2.8-2. Pilihan terapi untuk penanganan nyeri berdasarkan jenis operasi2

Pedoman terapi pemberian analgesia untuk penanganan nyeri paska  pembedahan berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakan penderita

yang direkomendasikan oleh WHO dan WFSA. Dimana terapi analgesia yang diberikan pada intensitas nyeri yang lebih rendah, dapat digunakan sebagai tambahan analgesia pada tingkat nyeri yang lebih tinggi.

(18)

2.8.1.1 Analgesia Multimodal

Analgesia multimodal menggunakan dua atau lebih obat analgetik yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda untuk mencapai efek analgetik yang maksimal tanpa dijumpainya peningkatan efek samping dibandingkan dengan  peningkatan dosis pada satu obat saja. Dimana analgesi multimodal melakukan

intervensi nyeri secara berkelanjutan pada ketiga proses perjalanan nyeri, yakni1,2,29,30,43

• Penekanan pada proses tranduksi dengan menggunakan AINS :

• Penekanan pada proses transmisi dengan anestetik lokal (regional) • Peningkatan proses modulasi dengan opioid 

Analgesia multimodal merupakan suatu pilihan yang dimungkinkan dengan penggunaan parasetamol dan AINS sebagai kombinasi dengan opioid atau anestesi lokal untuk menurunkan tingkat intensitas nyeri pada pasien-pasien yang mengalami nyeri paska pembedahan ditingkat sedang sampai berat2. Analgesia multimodal selain harus diberikan secepatnya (early analgesia), juga harus disertai dengan inforced mobilization (early ambulation) disertai dengan  pemberian nutrisi nutrisi oral secepatnya (early alimentation)43.

2.8.1.2 Analgesia Preemptif 

Analgesia preemptif artinya mengobati nyeri sebelum terjadi, terutama ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi (pre-operasi). Pemberian analgesia sebelum onset dari rangsangan melukai untuk mencegah sensistisasi sentral dan membatasi pengalaman nyeri selanjutnya. Analgesia  preemptif mencegah kaskade neural awal yang dapat membawa keuntungan  jangka panjang dengan menghilangkan hipersensitifitas yang ditimbulkan oleh rangsangan luka. Dengan cara demikian keluhan nyeri paska bedah akan sangat menurun dibandingkan dengan keluhan nyeri paska pembedahan tanpa memakai cara analgesia preemptif. Bisa diberikan obat tunggal, misalnya opioid, ketorolak, maupun dikombinasikan dengan opioid atau AINS lainnya, dilakukan 20 – 30 menit sebelum tindakan operasi1,30,37,44,45,46,47 .

(19)

2.8.1.3 PCA (Patient Control Analgesia)

Pasien dikontrol nyerinya dengan memberikan obat analgesik itu sendiri dengan memakai alat (pump), dosis diberikan sesuai dengan tingkatan nyeri yang dirasakan. PCA bisa diberikan dengan cara Intravenous Patient Control Analgesia (IVPCA) atau Patient Control Epidural Analgesia (PCEA), namun dengan cara ini memerlukan biaya yang mahal baik peralatan maupun tindakannya1,30,44.

2.8.1.4 Parasetamol

Parasetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik, dimana kombinasi parasetamol dengan opioid dapat digunakan untuk penanganan nyeri berat paska pembedahan dan terapi paliatif pada pasien-pasien penderita kanker. Onset analgesia dari parasetamol 8 menit setelah pemberian intravena, efek puncak tercapai dalam 30 – 45 menit dan durasi analgesia 4 – 6 jam serta waktu pemberian intravena 2 – 15 menit. Parasetamol termasuk dalam kelas “aniline analgesics” dan termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non steroid  (masih ada perbedaan pendapat). Parasetamol memiliki efek anti inflamasi yang sedikit dibandingkan dengan obat AINS lainnya. Akan tetapi parasetamol bekerja dengan mekanisme yang sama dengan obat AINS lainnya (menghambat sintesa  prostaglandin). Parasetamol juga lebih baik ditoleransi dibandingkan aspirin dan obat AINS lainnya pada pasien-pasien dengan sekresi asam lambung yang  berlebihan atau pasien dengan masa perdarahan yang memanjang48,49,50,51,52.

Gambar 2.8-1. Rumus Bangun Parasetamol53.

(20)

Dosis pada orang dewasa sebesar 500 – 1000 mg, dengan dosis maksimum direkomendasi 4000 mg perhari. Pada dosis ini parasetamol aman digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa54,55

Mekanisme kerja utama dari parasetamol adalah menghambat siklooksigenase (COX) dan selektif terhadap COX-2. Analgetik dan antipiretik  dari parasetamol sebanding dengan aspirin dan obat AINS lainnya, akan tetapi aktifitas anti inflamasi perifernya dibatasi oleh beberapa faktor, dimana diantaranya terdapat kadar peroksida yang tinggi di lesi inflamasi. Oleh karena itu selektifitas akan COX-2 tidak secara signifikan menghambat produksi pro-clotting tromboxane. Parasetamol menurunkan bentuk oksidasi dari enzim COX, yang melindungi dari pembentukan kimiawi bentuk pro-inflammatory. Ini juga akan menurunkan jumlah dari prostaglandin E

.

2 di SSP, akibatnya menurunkan batas

ambang hipotalamus di pusat termoregulasi56,57,58 

Parasetamol menghambat kerja COX dengan dua jalur, yang pertama  bekerja dengan cara menghambat COX-3 (variant dari COX-1). Enzim COX-3 ini

hampir sama dengan enzim COX lainnya dengan menghasilkan kimiawi pro-inflammatory dan penghambat selektif oleh parasetamol. Jalur kedua bekerja seperti aspirin dengan memblok siklooksigenase, dimana didalam lingkungan inflamasi dengan konsentrasi peroksida yang tinggi dan melindungi aksi kerja  parasetamol dalam keadaan oksidasi tinggi. Ini berarti bahwa parasetamol tidak 

memiliki efek langsung pada tempat inflamasi, akan tetapi bereaksi di SSP dimana keadaan lingkungan tidak teroksidasi. Namun mekanisme kerja pasti dari  parasetamol di COX-3 masih diperdebatkan

.

59,60

Bioavailibilitas dari parasetamol adalah 100%. Parasetamol dimetabolisme di hati dengan tiga jalur metabolik, yakni glucuronidation 40%, sulfation 20-40% dan N-hydroxylation serta GSH konjugasi 15%, dengan obat dan metabolitnya diekskresikan melalui ginjal

.

61,62

Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung, tidak mempengaruhi koagulasi darah atau fungsi ginjal. Parasetamol dipercaya aman digunakan pada wanita hamil (tidak mempengaruhi penutupan ductus arteriosus), tidak seperti efek yang ditimbulkan oleh penggunaan obat AINS. Tidak seperti aspirin, parasetamol tidak berhubungan dengan resiko

(21)

 penyebab sindroma Reye pada anak-anak dengan penyakit virus63,64,65. Satu-satunya efek samping dari penggunaan parasetamol adalah resiko terjadi hepatotoksik dan gangguan gastrointestinal pada penggunaan dosis tinggi, yaitu diatas 20.000 mg perhari63.

2.8.1.5 Ketorolak

Ketorolak atau ketorolak trometamin merupakan obat golongan anti inflamasi non steroid, yang masuk kedalam golongan derivate heterocyclic acetic acid dimana secara struktur kimia berhubungan dengan indometasin. Ketorolak  menunjukkan efek analgesia yang poten tetapi hanya memiliki aktifitas anti inflamasi yang sedang bila diberikan secara intramuskular atau intravena. Ketorolak dapat dipakai sebagai analgesia paska pembedahan sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan opioid, dimana ketorolak mempotensiasi aksi nosiseptif dari opioid 3,6,11,66,67 .

Gambar 2.8-2. Rumus Bangun Ketorolak66 .

(±) – 5 – benzoyl - 2,3 – dihydro - 1H – pyrrolizine – 1 – carboxylic acid, 2 - amino – 2 (hydroxymethyl) - 1,3 – propanediol

Mekanisme kerja utama dari ketorolak adalah menghambat sistesa  prostaglandin dengan berperan sebagai penghambat kompetitif dari enzim siklooksigenase (COX) dan menghasilkan efek analgesia. Seperti AINS pada umumnya, ketorolak merupakan penghambat COX non selektif. Efek  analgesianya 200 – 800 kali lebih poten dibandingkan dengan pemberian aspirin, indometasin, naproksen dan fenil butazon pada beberapa percobaan di hewan.

(22)

Sedangkan efek anti inflamasinya kurang dibandingkan efek analgesianya, dimana efek anti inflamasinya hampir sama dengan indometasin11,66 

Setelah injeksi intramuskular dan intravena, onset analgesia tercapai dalam waktu 10 menit dengan efek puncak 30 – 60 menit dan durasi analgesia 6 – 8  jam dengan waktu pemberian intravena > 15 detik. Bioavailibilitas dari ketorolak 

100% dengan semua jalur pemberian baik intravena maupun intramuskular. Metabolisme berkonjugasi dengan asam glukoronik dan para hidroksilasi di hati. Obat dan hasil metabolitnya akan diekskresikan melalui ginjal 90% dan bilier  sekitar 10%

.

66,68 

Efek samping dari ketorolak bisa bermacam-macam, yaitu .

3,11,66,67 

1. Secara umum

:

Bronkospasme yang mengancam jiwa pada pasien dengan penyakit nasal  poliposis, asma dan sensitif terhadap aspirin. Dapat juga terjadi edema laring,

anafilaksis, edema lidah, demam dan flushing. 2. Fungsi platelet dan hemostatik 

Ketorolak menghambat asam arakhidonat dan kolagen sehingga mencetuskan agregasi platelet sehingga waktu perdarahan dapat meningkat pada pasien yang mendapatkan anestesi spinal, akan tetapi tidak pada pasien yang mendapat anestesi umum. Perbedaan ini dimungkinkan karena reflek status hiperkoagulasi yang dihasilkan respon neuroendokrin karena stress  pembedahan berbeda pada anestesi umum dan anestesi spinal. Dapat juga

terjadi purpura, trombositopeni, epistaksis, anemia dan leukopeni. 3. Gastrointestinal

Dapat menimbulkan erosi mukosa gastrointestinal, perforasi, mual, muntah, dispepsia, konstipasi, diare, melena, anoreksia dan pankreatitis.

4. Kardiovaskuler 

Hipertensi, palpitasi, pallor dan syncope 5. Dermatologi

(23)

6.  Neurologi

 Nyeri kepala, pusing, somnolen, berkeringat, kejang, vertigo, tremor, halusinasi, euforia, insomnia dan gelisah.

7. Pernafasan

Dispnu, asma, edema paru, rhinitis dan batuk  8. Urogenital

Gagal ginjal akut dan poliuri.

2.8.2 Non-Farmakologis

Ada beberapa metode metode non-farmakologi yang digunakan untuk  membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan terapi fisik  (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupunktur untuk nyeri kronik (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi psikologis (musik, hipnosis, terapi kognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik pada sistem saraf (TENS, Spinal Cord Stimulation, Intracerebral Stimulation)1,2.

(24)

2.9

KERANGKA TEORI

Gambar 2.9-1. Skema Kerangka Teori

PEMBEDAHAN SEKSIO SESARIA

CEDERA JARINGAN STIMULUS NOKSIUS KETOROLAK INTRAVENA PARACETAMOL INTRAVENA

PAIN PATHWAY

PROSES TRANSDUKSI PROSES TRANSMISI PROSES MODULASI

PERSEPSI NYERI (OTAK)

NYERI PASKA PEMBEDAHAN Sensitisasi Sentral

( Allodynia)

 ALLODYNIA HYPERALGESIA

Berat Badan, BMI, Umur, Suku dan Pendidikan

Sensitisasi Perifer (Hyperalgesia) PERIFER

• Inhibisi transduksi neural • Menurunkan mediator

inflamasi

• Inhibisi prostaglandin • Inhibisi aktifitas enzim

siklooksigenase

SENTRAL

• Blokade aktifitas neural

di dorsal horn

• Modulasi neurotransmitter

excitatory

• Aktifasi jalurdescending

(25)

2.10 KERANGKA KONSEP

Gambar 2.10-1. Skema Kerangka Konsep

PEMBEDAHAN

STIMULUS NOKSIUS

ANALGESIA

VAS

NYERI PASKA BEDAH

Gambar

Gambar 2.1-1. Efek fisiologis dan psikologis yang berhubungan dengan nyeriGambar 2.1-1
Gambar 2.2-1. Mekanisme sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral 34 .
Gambar 2.4-1. Pain Pathway 36  .
Gambar 2.7-1. Wong Baker Faces Pain Rating Scale
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka tindakan menurunkan nyeri haid yang mudah dilakukan responden yang mengalami dismenore yaitu melakukan hidroterapi.hidroterapi ini

<p style="text-align: justify;">Jabatan Fungsional Auditor Kepegawaian diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

"erawatan berkala dapat anda lakukan terhadap bagian bagian rumah untuk menghindari kerusakan besar, perawatan berkala ini mungkin akan memerlukan biaya yang cukup besar, tapi

efisien, dan tidak mempengaruhi perkembangan psikologis anak untuk mengetahui motif anak SD di Surabaya dalam menonton tayangan program acara Opera Anak di Trans 7

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Rosmaliah, 2004) yaitu cacing yang mengisap darah pada usus akan menyebabkan tubuh kehilangan volume darah dalam setiap

Mekanisme Bonus, Tunneling Incentive Dan Debt Covenant Pada Indikasi Melakukan Transfer Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 dan dilarutkan dan dilarutkan dalam 25 mL dalam 25 mL akuades akuades -Dilelehkan -Dilelehkan asam stearat asam stearat pada suhu pada suhu 60 60

Berdasarkan data terdahulu tentang pentingnya penilaian kualitas hidup penderita karsinoma nasofaring dan penilaian kualitas hidup yang selama ini dilakukan di sentra kami