TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENULISAN KLAUSULA BAKU
DALAM LEAFLET
PROPERTTMENURUT UIYDANG-TINDANG
NOMOR
STAHUN
1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
OIeh :
Hj. Fatria Khairo,
S.TP., S.H.,M.H..)
Abstrak
:-
TinjauanYundis
terhadap Penulisan Klausula Baku dalamLeaflet
PrapertyMenurut Undang-UndangNomor
8
Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen*erupa[an
suatu pencantuman klausula baku yang terdapat dalam Lea/letProperty
dan telah melanggardari
ketentuan Pasal 18UUPK
tentang Larangan Pencantuman Klausula Baku yaitu Pasal 18 ayat(l)
huruf
c, yang isinya menyatakan, otahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atasbarang
dan/ataujasayang
dibeli
oleh
konsumen", Pasal18 ayat
(1) huruf g,-yan1isinya
me-nyatakan,"tunduknya
konsumen kepada peraturan yang berupa afuran baru, tambalian, lanlutan, dan/atan pengubahanlanjutan
yang dibuat
sepihak
oleh
peiaku
usahadalam
masa konsumen memanfaatkanjasa yang dibelinya",
dan Pasal 18 ayat(2),
yangisinya, "pelaku
usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secarajelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.,,
Sanksi
Hukum
terhadap Penulisan Klausula Baku dalam Lea/letProperty
Menurut Undang-UndangNomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumendipat dilihat
dalam pasal62
ay'x
(l)
Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang isinya, "pelaku uiaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling tamaillima)
tahun penjara atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (duamiliar
rup;ah).,,Kata kunci: Penulisan klausula baku dalam leaflet
property
Abstratc:
Overview
Juridical
against
Writing Clause Baku in Leaflet PropertyAccording
toLaw
No. 8of
1999on
Consumer Protection is an inclusion o_f standard-clauses-coitained
in L"eafletproperty
and has violated
theprovisions
of Article
18
of BFL
on
Prohibition
inclusian
of-Clause'Bata,t ngmelyArticle
18paragraph (1)
c,stating,
"that businessesare
entitledto
reject ihe handover to the money paidfor
the goods and/
or
services purchased by consumers",Artille
tBparagraph
(1)letter
g,
stoting,
"the subiection
of
consumerto
regulaiions
thatform
new
rulis,
oddilioni,ol, secondaryand
/
or
alteration
of
the
advanced*oi"
unilaterally by
businessesin
thefuture
consumersto
use servicesbought
",
andArticle
1Bparagraph (2), the
contents,,,businesies areprohibited
include standard clausesthat location
or
shapeX ainicutt
visible
ar
cannot
beread
clearly,
or
the disclosure of which isdfficult
to understand. ,,-
Enforcing the Writing
ClauseBaku in
LeaJlet PropertyAccording
toLaw
No.I
of
1999 on Consumer Protection canbefound
inArticle
62paragriph
(1)of
the Cinsumerprotection Act
tke contents, "businessesthat violate
theprovisions referred
to in Article
lB
shall
be punishedwith
imPrisonment of
Jive
(5)
years
imprisonmentor a
maximumfine
of Rp.
2,A0a,OIiO,AOO.OO lnuobillion)."
Keyword
:
Writing standard clauses inproperty
leafletJarnal Lex Llbrum, VoL II, No, 2, Juni 2016, hal 279 - 288
,d.
PendahuluanManusia merupakan
makhluk hidup
yangtidak
terlepasdari
suatukebutuhan,
kebutuhandisini
merupakan suatu kebutuhan guna untuk melangsungkan kehidupannya. Menurut tingkat kepentingannya, bahwa kebutuhan manusia ter-bagimenjadi2,yaitu:
1.
Kebutuhan Pokok; Kebutuhan Pokok di-sebutjuga
Kebutuhan
Primer,
dimana dalam kebutuhanPrimer
ini
merupakanhal
yang
sangatpenting
dalamkehidu-pan
manusia, seperti kebutuhanMaka-nan
(Pangan),Pakaian
(Sandang), dan Rumah (Papan).2.
Kebutuhan Tambahan; kebutuhanTam-bahan disebut
juga
dengan kebutuhan Sekunder dan kebutuhan Tersier. Kebu-tuhan Sekundermeliputi
(alattulis,
me-ja,
sepatu,dan
sebagainya) sedangkan kebutuhan Tersier lebih menekankan pa-da kebutuhan akan sesuatu yang bernilaimewah atau mahal, misalnya
(mobil,motor,
perhiasan,dan
sebagainya).Di-mana dalam
hal
memenuhi
kebutuhan Tambahan, apabila kebutuhanpokok
te-lah
terpenuhi, maka kebutuhan Tamba-han dapat dipenuhi.Namun, dari beberapa kebutuhan manusia sebagaimana yang telah penulis uraikan diatas, bahwa salah satu kebutuhan pokok yang
menja-di
kesulitan manusiauntuk
memenuhinyayain
kebutuhan Papan(rumah
danlatau tempat ting-gal), karena saatini
untuk membeli rumahterbi-lang
cukup mahal ditambah
dengan harganya setiap tahun semakin naik.Hal ini
jika
dilihat
dari beberapa tahun be-lakangan,di
Indonesia telahterjadi
peningkatan pada sektor perdagangan dan bisnis. Pada sektorbisnis yang paling terlihat
kenaikannya yaitu bidang Property,l dimana banyak sekalitransak-si
jual-beli
baik secara tunai maupun sale credit, padahaljika
melihat darijenis
kebutuhan manu-sia,property
ini
rnerupakan salah satukebutu-han Pokok (Primer) yang
harusdipenuhi
oleh manusia. I\4akadari
itu,
untuk lebih
memudah-kan
manusia
agar dapat memenuhi kebutuhan Propefty, banyak jasa pengembang yangmem-,: 1
Prof. R. Subekti, Kata Pengantar Cetakan Kesebelas
Irawan Rachmadi-Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,2Al4, hal. vii.
280
berikan solusi
bagi
yangingin
membelinya de-ngan cara sistern sale credit, sale credit merupa-kan pemberian kredit untuk pembelian suatu ba-rang dan nasabah akan menerima loarangterse-but'.
Hal ini
pula yang membuat bisnis Property menjadi sangat digemari oleh para Investor,se-lain
sifat dari investasi Property yang iebihSus-tainable,
artinya
dapat berlahan
dalam waktu yang lamalberj angka panj ang, investasi Propertyjuga
Potensial.Froperty
yang dimaksud adalah berupa Rumah, Perumahan, Ruko,Villa,
Tanah dan Apartement.Pasar Property
di
Indonesiajuga
lumayan menarik,hal
ini
disebabkan karena Investornya masih didominasi oleh para pengusaha PropertyLokal.
Selainitu,
kucuran dana asingjuga
terusmengalir
deraske
bidang
Property
Nasional. Maka tidak bisadipungkiri
bahwa investasiPro-perty
sangat menguntungkan.Melihat
peluang tersebut,itu
berarti
Propertydi
Indonesia akan terus bertumbuh dan bertumbuh lagi.Idealnya, perkembangan
teknologi
infor-masi dan komunikasi
juga
berjalan pesat seiring berjalannyalaju
pembangunan nasionaldi
sega-la bidang, hal
ini
menuntut agar mesyarakat ber-gerak dengan cepat dan efisien dalammemenu-hi
kebutuhan hidupnya.3 Maka dariitu,
sebagian besar pelalcir usaha sering menggunakan Media Massabaik
Vledia Cetak seperti (Majalah,Ko-ran Brosur, Leaflet dan
sebagainya) maupunMedia Elektronik
seperti(TV,
Radio,
Internet,dan
sebagainya)untuk
memasarkan produk yang dihasilkandengan
cara memasang iklan.a Dengan adanyaiklan,
maka pelaku usaha akan menemukan carayalg
mudah untukmem-perkenalkan
dan
mernasarkanproduk
barang danlataujasa yang
ditawarkan
kepada konsu-men, dan dengan cara tersebut juga mereka akan dapat menjalankan usahanya secaralancar
de-ngan berbagai
keuntunganbesar
yang
diper-oleh.
Bahkan terkadang
pelaku
usaha
sering menghalalkan segala cara dalammempromosi-kan
barang
danlataujasa
yang
ditawarkannya kepada konsumen dengan maksud agarkonsu-2 Dr.
Rudyanti Dorotea Tobing, Hukum, Konsunten dan
Masyarakat, LaksBang Mediatama, Yogyakarta, 2015,
hal. 38.
3 Eli
Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Kansumen,
Gra-ha Ilmu, Yogyakarta,20l5, hal. 80.
o
Tinjauan Yuridis Terhadap Penulisan Klausa Baka Dalam Leafler properry... Fitris Klr@iro
ga tulisan
mengenai"Perubahan
Harga
Jual
Sewaktu-waktu dapat berubah tanpa
pemberito-huan
terlebih dahulu".Membaca tulisan yang terdapat pada leaf-let
property
tersebut, terbukti bahwa pada bebe-rapasisi
menunjukkan adanya kelemahan padakonsumen
sehinggakonsumen
tidak
mempu-nyai kedudukan yang 'oaman" dibandingkande-ngan
kedudukan produsen
yang
relatif
lebihkuat.
Padahal sepertiyang
kita
ketahui
bahwa konsumen samahalnya
denganRaja,
semesti-nya diinterpretasikan secarakritis,
Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Konsumense-lalu
dikontruksikan dalam kerangka konsumtif.Artinya,
cenderungmenjadi korban
dalam hu-bunganjual beli dengan produsen.Meskipun
di
Indonesia saatini
telah
adaUndang-Undang yang mengatur
tentang
perlin-dungan konsumen.
Namun
dalam
praktiknya, masih banyak para pelaku usaha yangmencan-tumkan klausula
tersebut,
penyimpangan-pe-nyimpanganmasih
sajaterjadi.
Seperti halnya penyimpangan terhadap penulisan KlausulaBa-ku
dalam Leaflet Property yang telah ponulisje-laskan diatas.
Maka
dari
itu, hal inilah
yang
membuatpenulis berinisiatif dan
ingin
menelaah lebihlanjut terkait
dengan TinjauanYuridis
terhadap Penulisan Klausula Baku dalam Leafletproper-fl
Menurut
Undang-UndangNomor
8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagai obj ek penelitian hukum.B.
PermasalahanBerdasarkan
pada
uraian latar
belakang masalah diatas,maka
perlu
dirumuskan
suatu permasalahanyang
disusun
secara sistematis, sehingga memberikan gambaran yangjelas
danmemudahkan pemahaman
terhadap
masalah yangditeliti.
Masalah-masalah
yang
akan dibahas dan dicoba ditemukan jawabannya dalam penelitian hukum yang dilakukan adalah :1.
Bagaimana
Tinjauan
Yuridis
terhadap PenulisanKlausula Baku
dalamLeaflet
Property Menurut
Undang-UndangNo-mor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ?2.
Bagaimana SanksiHukum
terhadappe-nulisan Klausula
Baku
dalam
Leaflet
men
tertarik
dan berminatuntuk membeli,
se-hinggu pelaku
usahabisa
meraup keuntungan yang besar. Sebagai contoh adalah melaluiiklan
pelaku
usaha sering'mempromosikan
barang dan/ataujasa yang ditawarkannya denganinfor-masi yang terlalu
berlebihan,
dan
informasiyang
disampaikantidak
sesuai dengan kondisi dan keadaan wujud aslinya.Dapat dikatakan bahwa promosi
itu
meru-pakan intisari dan ujung tombak dari pemasaran, terutama pada zaman sekarang dimanapersai-ngan
semakin keras.
Keberhasilan pemasaran suatu produk banyak ditentukan dari usaha pro-mosinya sehinggatidak
heran perusahaan yangberhasil seringkali
menggunakanlebih
banyak dananya untuk promosi daripada untuk pembua-tanproduk.'
Dalam
bukunyaAlvin
Toffler
membahas bangkitnya industri rakyat. Ia meramalkan nega-r:adan dunia
akanditandai
dengan pengusaha yang bekerja dengan teknologitinggi
di
lingku-ngan yang murah,
yakni
rumah mereka, danse-jak
20 tahun pandanganToffler
itu, bisnisruma-han telah menjadi fenomena yang terus berkem-baug.
Berkaitan dengan
iklan
promosi suatuba-rang
dan/ataujasa yang dimuat
dalam Leaflet, dapat dikatakanpula
bahwaLeaflet
merupakantulisan
yangdimuat
dalam selebaran kertasse-bagai bentuk
iklan
untuk mempromosikan suatu barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,isti-lah
Leaflet
sama halnya dengan Brosur, pelaku usaha sering mencantumkan klausula bakudida-lam Leaflet
tersebut yangisinya
berbunyi.?e-ntbahan dapat
terjadi
Sewaktu-waktu danMe-ntpakan
Hak
Penuh Developer danBrosur ini
tidak
bisa diJadikanalat
dan bukti hukum,, darrtulisan
ini
dibuat sedemikian kecilnya serta dile-takkan ditempat yang terkadang konsumensulit
rmtuk dapat membacanya bahkan bahasanyaju-ga
sulit
untuk
dimengertioleh
sebagian orang,serta
tulisan
lain
seperti
"(Iang
Tanda Jadi
(UanS
lfuka)
dianggap hangus dan tidak dapat dilrembalikanApabila persyaratan atau
beikasKPR tidak
dilengkapi
Selambat-lambatnya 2(fua)
minggu setelah TandaJadi'tidak
hanyaitu
saja klausula yang pelaku usaha cantumkan dalam Leaflet, bahkan pelaku usaha memuat ju-'Jeffiey P. Davidson, Kiat Pemasaran Ampuh BagiJurnal Lex Librum, VoL II, No. 2, Juni 2016, hal 279 - 288
Property Menurut
Undang-UndangNo-mor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?C.
Pembahasan1.
Tinjauan Yuridis
terhadap
PenulisanKlausula
Baku
dalam Leaflet
PropertyMenurut
Undang-Undang Nomor
8
Ta-hun
1999
tentang Perlindungan
Konsu-men
Ahli
hukum
Indonesia,
Mariam
Darus Badrulzamanmenyimpulkan bahwa
perjanjian standaritu
bertentangan dengan asas kebebasanberkontrak
yang
bertanggungjawab,
terlebih-lebih lagi ditinjau dari
asas-asashukum
nasio-nal,
dimanaakhirnya
kepentingan masyarakat-lah yang didahulukan.6Sutan Remy Sjahdeini berpendapat dalam kenyataannya KUHPerdata sendiri memberikan pembatasan-pembatasan terhadap asas kebeba-san berkontrak
itu.
Misalnya terdapat ketentuanyang
mengatakan, suafuperjanjian
tidak
dapatditarik
kembali
selain dengankata
sepakat ke-dua belah pihak atau karena alasan lain yangdi-nyatakan dengan Undang-Undang. KUHPerdata
juga
menyebutkantiga
alasanyang
dapatme-nyebabkan suatu perjanjian,
yakni
paksaan(dwang), kekhilafan
(dwaling),
dan
perjanjian(bedrog).
Ketiga
alasanini
dimaksudkan oleh Undang-Undang sebagai pembatasan terhadap berlakunya asas kebebasan berkontrak. 7Berdasarkan
judul
penelitian
ini,
bahwa dalamLeaJlet
Property
terdapat
Pencantuman Klausula baku yang menyimpang dari ketentuan PencantumanKlausula baku dalam Pasal
18Undang-Undang
Nomor 8
Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen,berikut
penulis
urai-kan dibawahini,
yaitu:-
Perubahan dapatterjadi
Sewaktu-waktudan
Merupakan
Hak
Penuh
Developer danBrosur
ini
tidak
bisadijadikan alat
dan bukti hulatm.
-
Uang
TandaJadi
(Uang Muka)
diang-gap
hangusdan tidak dapat
dikembali-kan Apabila persyaratan
atau
berkas 6Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat dari Perjanjian Baku
(Standar),Bina-cipta, 1986, hal. 54.
Tshidartu, Loc.Cit., hal.
122,
282
KPR
tidak dilengkapi
Selambat-lambat-nya 2 (dua) minggu setelah Tanda Jadi.-
Perubahan
Harga
Jual
Sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuanter-lebih
dohulu.Bahkan
tulisan
tersebutkerap
diletakkan pada posisi yangsulit untuk dilihat
karenatuli-sannya sangat
kecil
dengan menggunakanuku-ran
font
kuranglebih
8
(delapan) ukuranhuruf
dan
biasanyapada
posisi paling
bawah
pada LeafletProperty
sertajika
dibaca tulisanterse-but
cukup
sulit
untuk
dimengerti.Hal ini
jelas telah menyimpang dari suatu aturan perundang-undangan yang berlaku.Sebagaimana
Ketentuan
Pencantuman Klausula Baku berdasarka Undang-UndangNo-mor 8
Tahun
1999 tentang PerlindunganKon-sumen pada Pasal 18 adalah:8
o
Pasal 18Undang-Undang Nomor
8Tahun
1999 tentang
Peilindungan
Konsumene (1) Pelaku usaha dalam menawarkan barangdan/atau
jasa
yang ditujukan
untuk
di-perdagangkan
dilarang membuat
atau mencantumkanklausula
baku
pada
se-tiap
dokumen dan/atau perjanjian apabi-la:a.
Menyatakan pengalihan tanggung ja-wab pelaku usaha;b.
Menyatakan bahwa
pelaku
usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yangdibeli
oleh konsumen;c.
Menyatakan bahwa
pelaku
usaha berhak menolak penyerahan kembaliuang yang
dibayarkan atas
barang danlataujasa yangdibeli
olehkonsu-men;
dalamLeaflet Property
tulisan klausulabaku
berupa*Uang
TandaJadi
(UangMuka)
dianggap hangusdan tidak
dapat
dikembalikanApa-bila
persyaratan
atau berkas
KPRt idak di I en gkapi S el amb at -l amb atny a 2 (dua) minggu setelah Tanda
Jadi".
d.
Menyatakan pemberian kuasa
dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupuntidak
lang-sunguntuk
melakukan segalatinda-8
Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
ten-tang Perlindungan Konsumen,LN Tahun 1999
No.
42,TLN No. 3821., Loc.Cit.
e
Tinjauan Yuridis Terhadap Penulisan Klaasa Eaku Dalans tr ea$et propergt...
kan
sepihakyang berkaitan
denganbarang
yang dibeli oleh
konsumensecara angsuran;
e.
Mengatur perihal
pembuktian
atashilangnya kegunaan barang atau
pe-.
manfaatan jasa yangdibeli
oleh kon-sumen;i
f.
Memberi hak
kepadapelaku
usaha ,',
untuk
mengurangi manfaat jasa ataui
mengurangi harta
kekayaan konsu-men yang menjadi obyekjual
beli ja-sa;g.
Menyatakan tunduknya
konsumen kepada peraturan yang berupa aturanbaru,
tambahan,
lanjutan
danlatau. pengubahan lanjutan yang dibuatse-pihak
oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkanjasa
yangdibelinya; dalam
LeaJlet
Property berupa tulisan "Perubahan dapatter-jadi
Sewaktu-waktudan
Merupakan Hak Penuh Developer dan Brosurini
tidak bisa dijadikan alat dan
bukti hukum".h.
Menyatakan bahwa konsumenmem-beri
kuasa kepada pelaku usahaun-tuk
pembebananhak
tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadapbarang
yang dibeli oleh
konsumensecara angsuran;
(2)
Pelaku
usaha
dilarang
mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknyasulit
terlihat
atautidak
dapat dibacase-cara
jelas,
atau yang pengungkapannyasulit
dimengerti;dalamLea/let property
tulisan dengan font
kecil
dan letaknyadi
paling bawah leaflet seperti "Perubahan
Harga
Jual
Sewaktu-waktudapat
beru-bah tanpa pemberitahuan terlebihdahu-lu",
(3)
Setiap klausula baku yang telahditetap-kan oleh
pelaku
usahapada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentu-an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat
(2)
dinyatakanbatal demi
hu-kum.(4)
Pelaku usahawajib
menyesuaikan klau-sula baku yang bertentangan dengan un-dang-undang ini,Fitri$ Khairo
o
Penjelasan Pasal 18Undang-Undang
No-mor
8Tahun
1999tentang Perlindu-ngan
Konsumen
Ayat
(1)"larangan
ini
dimalaudkan
untuk
me-nenpatkan
kedudukan konsumen setara denganpelalru
usaha berdasarkanprin-s ip kebebas an berkontrak ".t o
Apabila
kita
mencermati substansi Pa-sal 18 ayat(l),
yaitu larangan membuat danl atau mencantumkan klausula baku padase-tiap
dokumen dan/atau perjanjian yang me-nyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha(huruf a),
seharusnya laranganterse-but
dibatasi hanya
untuk jangka waktu
4 (empat) tahun sesuai ketentuanPasal27
hu-ruf
e
ULIPK.
Pasalini
menentukan pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggungjawab
atas kerugian yangdi-derita
konsumen,apabila
lewatnya jangka waktu penuntutan4
(empat) tahun sejak ba-rangdibeli
atau lewatnya jangkawaktu yang diperjanjikan. Oleh karenaitu,
ketentuanini
berlebihan, karena sama sekali menutup
ke-mungkinan
bagi
pelaku
usahauntuk
lepasdari
tanggungjawab
dengan caramencan-tumkannya dalam klausula
baku
seperti itu.l IMenyangkut
larangan mencantumkan klausulabaku
yang menyatakan bahwape-laku
usaha berhak menolak
penyerahan kembali barang yangdibeli
konsumen seba-gaimanatersebut dalam Pasal 18 huruf b,se-baiknya ada batas waktu yang wajar.
Hal
ini
merupakan pasangan
dari
larangan klausula baku yang menyatakan bahwa pelaku usahaberhak menolak
penyerahankembali
uangyang
dibayarkan atas barang dan/atau jasayang
dibeli
oleh
konsumen(huruf c).
Jadi, pelaku usaha dilarang untuk tidak menerima kembali barang yang sudah dijualnya danti-dak mengembalikan uang yang telah
diteri-manya sebagai pembayaran atas barang ter-sebut,
tetapi tentu
sajajika
pengembalianto
lbid.
11
Ahmadi Miru dan Sutarmqn Yoda, Hufum
perlindu-ngan Konsumen, PT,RajaGrafindo Persada, Iakarta, Z0I5,
Jurnal Lex Librum, Vol. II, No. 2, Juni 2016, hal 279 - 288 '2 lbid", hal, 1 I
l.
t3 lbid. t4 lbtd, '5 lbtd,,hal, 112, t6 lbid, 284barang tersebut dengan aiasan-alasan y311g
dibenarkan oleh hukum. 12
Larangan dalam
huruf
d
dari Pasai 18ayat
(1)
sudahtepat. Klausuia
baku
yangberisikan
pemberian kuasadari
konsumen kepada pelaku usaha untuk melakukansega-la
tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barangdibeli
secara angsuran adalah tidakadil.
Disamping
itu,
dapat dikualifikasikan sebagai penyalahgunaan keadaan kot1sufi1en,demikian
juga
ketentuan Pasall8
ayat
(i)
huruf
f
dan huruf h.13Ketentuan larangan membuat klausurla
baku bagi pelaku usaha yang tersebut dalam
huruf
e dari Pasal 18 ayat (1), tampak perlupula direvisi.
Laranganbagi
pelaku
usahamembuat klausula
baku
dalamhuruf
e
se-harusnyatidak
hanya berkenaan dengan hi-langnya kegunaan barang atau pemanfaatall jasa yangdibeli
oleh konsumen, tetapi juga perihal berkurangnya kegunaan barang ataujasa.
Sehinggabunyi
lengkapnya larangan tersebutyaitu,
"mengafur perihal pembukti-an atas hilangnya dan berkurangrya keguna-an barkeguna-ang atau pemkeguna-anfaatkeguna-an jasa ykeguna-ang dibcli oleh konsumen".l4Apabiia
larangan klausula baku terba-tas hanya padaperihal
hilangnya kegunaari barang ataujasa,
maka pelaku usaha dapnt memanfaatkan kelemahan aturanyang
adadengan menunjuk pada perseraian berkuran.g-nya kegunaan barang atau jasa
di
dalamsua-tu klausula baku.ls
Khusus menyangkut larairgan
dalarn Pasal 18 ayat(1) huruf g
dapat dimenger-ti bahwa ketentuanini
dimaksudkan untuktne-lindungi
konsumen, akantetapi
dengan ke-tentuanini
banyak pelaku
usaha "merasa" dirugikan, misalnya pihak pelaku usahaFr-o-perty.16
Berkenaan dengan hal terscbut" k-r--tei'i-tuan Pasal 18
ayat
(l)
huruf g
dapat l,crlriditelaah
kembali,
rnengingat
perlindungrir konsumenyang
dimaksud
clalam undang-undangini
tidak harus berprhak padakepeir-tingan
konsumenyang
merugikankepenti-ngan pelaku usaha.
Sesuai asas keseimb-ngan dalam hukum perlindungan konsumen, seharusnya kepentingan semuapihak
harusdilindungi
termasuk kepentingan pemerintahdalam
pembangunan nasional_dan
harus mendapat porsi yang seimbang.lTBerkenaan dengan hal tersebut,
Ahma-di Miru
mengatakan bahwa,praktik
pembu-atan klausulabaku
yang sekarang bertenta-ngan ketentuan debertenta-ngan Pasal 18 ayat (1)hu-ruf
g tersebut sudah berlangsung sejak lama, sehingga ketentuan Pasal 18 ayat (1)huruf
g tersebut tentu saja dimaksudkan untukmela-rang
praktik
pembuatanklausula
semacam " 18Itu.
Jika
mencermati ketentuan dalamPa-sal 18
ayat(2),
bahwa ketentuan Larangan Pencantuman Klausula baku yang letak atau bentuknyasulit terlihat
atautidak
dapatdi-baca secara
jelas,
atau yangpengungkapan-nya sulit
dimengerti,Artinya
perjanjian ter-sebut hanya dibaca sekilas, tanpa dipahami secaramendalam
konsekuensi yuridisnya, yang membuat konsumen seringtidak
tahuapa yar.g menj adi haknya.
Mengenai
pasal
18
ayat(3)
dan ayat(4)
menurut penulis sudah tepat karena me-ngatur tentang perihal akibat hukum dan pe-ngaturan yang tegas untuk mewajibkan bagipelaku
usaha menyesuaikanklausula
bakuyang
bertentangan dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen.2.
SanksiHukum
terhadap Penulisan
Klau-sula
Baku
dalam
LeaJletProperty
Menu-rut
Undang-Undang
Nomor
I
Tahun
1999 tentang
Perlindungan
Konsumen Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapijustru
sebaliknya perlindu-ngan konsumen dapat mendorongiklim
berusa-ha yang seberusa-hat yang mendorong lahirnya perusa-haanyang
tangguhdalam
menghadapi persai-nganmelalui
penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.r'Di
sampingitu,
Undang-Undang tentangt7 lbid, tE lbrd, te lbid.,hal" 28?,
Tinjauan Yuridis Terhadap Penulisan Klausa Baku Dalam Leaflct property...
Perlindungan Konsumen
ini
dalam pelaksanaan-nya tetap memberikan perhatian khusus kepada pelaku usahakecil
dan menengah.Hal itu
dila-kukanmelalui
upayapembilaan
dan penerapan sanksi atas pelanggarannya.'uSebagaimana
yang
tercantumdalam
Ba-gian
Kedua
Undang-undangNomor
8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bahwa terhadap pelanggaran Penulisan Klausula Bakudapat dikenakan Sanksi Pidana
sebagaimana yang diatur dalam Pasal:2l-
Pasal 61 yang isinya, o'Penuntutan pida-na dapat dilakukan terhadap pelaku usa-ha dan/atau pengurusnya."-
Pasal62
ayat(1)
yang isinya,
,,pelakuusaha
yang
melanggar ketentuanseba-gaimana dimaksud dalam pasal
8;
pasal9;
Pasal 10; Pasal 13 ayat(2);
pasal 15; Pasal 17 ayat(1) huruf
a, hurufb,
huruf
c,
huruf
edan
ayat(2);
dan Pasal 18di-pidana dengan pidana penjara
paling
la-ma 5(lima)
tahun atau pidana dendapa-ling
banyakRp.
2.000.000.000,00 (duamiliar
rupiah)."Yang
termasuk padatindak
pidana yangdiancam
denganpidana penjarq^paling
lamalima
tahun pada Pasal 18, yaitu:zz Sehubungandengan Standar
Kontrak
adalah
penggunaan Klausula baku23 seperti pada Penulisan Klausulabaku dalam Leaflet Property yang telah melang-garlmenyimpang dari ketentuan Undang-undang
Nomor
8
Tahun 1999
tentang
perlindunganKonsumen, adalah sebagai berikut:24
1)
Pasal 18 ayat (1) huruf c yang isinya me-nyatakan,"bahwapelaku
usaha
berhak menolak penyerahan kembali uang yangdibayarkan
atas barang
danlatau jasa yangdibeli
olehkonsumen.""
2)
Pasal 18 ayat
(1) huruf
g
yang
isinya menyatakan,"tunduknya
konsumen ke-pada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan,lanjutan,
dan/atau penguba-n lbid, 2t lbid.,hal,2g4-2g5. z lbid.,har. r48-149. a Janus Sidabalok, Loc.Cit.,hal. 22.u
Indonesia, (lndang-LlndangNomor
I
Tahun tgggten-ang Perlindungan Konsumez, LN Tahun 1999 No. 42,
TLN No, 3821., Loc.Cit.
8lbid.
F'itri* Khairo
han
lanjutan
yang dibuat
sepihak olehpelaku usaha dalam masa
konsumen memanfaatkan j asa yang dibeli t7y a."263)
Pasal 18 ayat
(2)
yang isinya,
"pelaku usahadilarang
mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknyasulit
ter-lihat
atau tidak dapat dibaca secara jelas,atau yang pengungkapannya
sulit
dime-ngerti."27Penyimpangan/Sreianggaran
dalam
peng-gunaan Klausula bakuini
telah dipertegas kon-sekuensi yuridisnya oleh Fasal 18 ayat(3)
yang isinya "Setiap Kl.ausula baku yang telah ditetap-kan oleh pelaku usaha pada dokumen atau per-jary'ian yang memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat
(!)
dan ayat(2)
dinyatakan BatalDemi
Ftrukum".28Menyimak
larangan-laranganyang
diaturdi
dalam beberapa Pasaldari
Undang-UndangNomor
B
Tahun L999
tentang
Perlindungan Konsumen di atas, dapat dipahami bahwa:zei.
tarangan-laranganitu
mempertegaspe-laksaaaan
kewajiban
produsen*peiakuusaha.
2.
Larangan-larangan itujuga
dimaksudkanuntuk
melindungi dua
macamkepenti-ngan,
yaitu
kepentingan
ufiiuru
yangberkaitan dengan perekonomian
dan pernbangunan nasional, dan kepentingan individu, yang berkaitan dengan hak-hak konsurnen.3.
Disamping
ifu,
larangan-larangan itu
menunjukkan kepada produsen
bahwamereka rnempunyai tanggung
jawabsebagai produsen-pelaku
usaha
seku-rang-kurangnya dalam dua aspek, yaitu: Pertama, bertanggung jawab untuk men-ciptakaniklim
berusaha yang sehat, baik antara sesama pelaku usaha maupun an-tara pelaku usaha dan masyarakat konsu-men. Dengan dipenuhinya larangan-lara-ngan tersebut maka hal-hal yangmenim-bulkan
distorsi
pasar, persaingan tidak sehat, danhal lain
yang potensial untukmenrsak
struktur
kehidupan
perekono-mian
nasional dapat dihindarkan.
De-26 lbtd. 27 lbid, 2t lbid. 2e
Jurnal Lex Librum, VoL II, No, 2, Juni 2016, haL 279'288
ngan demikian, roda pembangunail nasi-onal dapat berjalan dengan baik.
Ini
ber-arti
tugas,kewajiban,
dan tanggung ja-wab setiap pelaku usahalah untuksenan-tiasa
mewujudkaniklini
benisaha yaug sehat.3oKedua,
bertanggungjawab
melindungi masyarakat konsutnenbaik
sendiri-sen-diri
maupun keseluriilian ilai i kr;l:rltn1':L i-nan timbulnya
ke.nigian
terhadapditi
konsumen ataupun harta bendanya' De-ngan
ini
dimaksudkan pula bahwa tugasuntuk
menjaga kesejahteraan rakyatme-lalui
penyediaan kebutuhan ','ang baik, sehat,dan
berkualitas ji.rga metupakan tanggung jawab produsen sei;agai pelaku usaha. Produsen sebzrgaipelaku
usahamempunyai tanggung jaivab terhadap
se-gala bentuk kerugian yarrg di*lerita.
kon-sunlen karena memakai atarl
mellgon-sumsi produknya yang menirnbuikanke-. 3l
flrglan"
Maka
secaratidak
langsung, bah'*'a k*t-sumen dalamhal
ini
telah dirugikari haknvase-bagaimana
yang tertera
didalarn Pasai4
padahuruf (d), huruf (g),
danhuruf
(h)
Llnd.rng-Un-dangNomor
8
Tahun
1999 tentangPerlindu-,gu,
Kortumen
yang isinya:32-
Pasal4
huruf
(d.;"Hak
untrik
didengar pendapatdan
keluhannya atas
bararrgdanl atauj asa yang rli gunakan.
"
-
Pasal4 huruf (g)
"Hak
untuk
diperlaku-kan
ataudilayani
secara}:cla,
iarr
jt-riur'serta tidak diskriminatil ."
-
Pasal4 huruf (h) "Hak
untirkmendapat-kan
kompensasi,
ganti
rugi,
daniatau penggantian apabila b'arang daniatarl jasayang diterima
tidak
sesuai denganper-janjian
atau
tidak
seL;a-uatirratla nresil-nya."Serta
pelaku
usahajuga
teiah
inengabat-kan
kewajibannya sebagaipeiaku
usahaseLra-gaimana yang telah
diatur
dalam Pasai7 irliruf
(c)
dan
huruf
(g)
yang isinya
adalah si:bagai berikut.:r3-
Pasai 7 huruf (c), "Vlcrnpcrlaki;kat'i atarr'n lhict.,hal. 80.
t' tbid.
3' Janus Sidabalok, Loc"Cil., hal. 264 "
"
Ibid.,hal" 265. 286melayani konsumen
secarabenar
danjujw
serta tidakdiskriminatif."
-
Pasal7 huruf
(g),
"Memberi
kompensa-si;
ganti
rugi;
danlatau penggantian ataskerugian akibat penggunaan, pemakaian,
dan
pemanfaatanbarang
dan/atau jasa yang diperdagangkan."D.
PenutupBerdasarkan uraian yang telah dikemuka-kan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
dita-rik
kesimpulan dan saran-Saran sebagai berikut:1.
Kesimpulan
a.
TinjauanYuridis
terhadap PenulisanKlausula
Baku
dalam
Leaflet
Pro-perty
Menurut
Undang-UndangNo-mor
8 Tahun 1999 tentang Perlindu-ngan Konsumen, Ketentuan Yangdi-langgar terhadap Penulisan Klausula baku dalam Leaflet Property, dianta-ranya: Pasal 18 aYat (1)
huruf
c;
Pa-sal 18 ayat(1)
huruf
g;Pasal 18 aYat(2).
b.
Sanksi
Hukum
terhadap
PenulisanKlausula
Baku
dalam
Leaflet
Pro-perty
Menurut
Undang-UndangNo-mor
8 Tahun 1999 tentang Perlindu-ngan Konsumen, terdaPat dalam Pa-sal 62 ayat(1)
beruPa sanksi Pidana penjarapaling
lama
5
(lima)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00(dua
miliar
ruPi-ah).2.
Saran-Sarana.
Sebaiknya Pemerintah
melakukan pengawasan secaraintensif
terhadap Pelaksanaan Undang-UndangNomor
8
Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen agar dapat berjalan secaraefektif.
b. Pelaku usaha seharusnya daPat
me-mahami
tentangteori
berwirausaha dalam dunia bisnisdi
negara hukum agar dapat memberikantitik
keseim-bangan dalam
bertransaksi
antara produsen dan konsumen sebagaima-na yang ditegaskan dalam asas kebe' basan berkontrak,Tinjaaan Yaridis Terhadap Penulisan Klausa Baku Dalam Leaflet proryrty..,
konsumen dalam dunia perdagangan dan
bisnis
terutamadi
bidangPro-perty
agar
tidak
mudah
dikelabuioleh pelaku
usahadan
sadar akanFitria Khaho
haknya menjadi konsumen serta
kri-tis
dalam mendapatkan tawaran dariiklan-iklan
yang dipromosikan.DAFTAR
PUSTAKA
Buku-buku
:Agus Brotosusilo, makalah "Aspek-Aspek Perlindungan terhadap Konsumen dalam Sistem
Huhtm
di Indonesia",
YLKI-USAID,
Jakarta, 1998.Ahmadi
Miru
dan SutarmanYodo,
Hukum PerlindunganKonsumen,PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta,2015.Calina
Tri
Siwi, Hulatm Perlindungan Konsumen, SinarGrafika,
Jakarta,20ll.
chinur
Arrasjid, Dasar-Dasarllmu Huhtm,
sinar Grafika, Jakarta, 2009.Eli
wwia
Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen,Graha Ilmu,yogyakarta,
2015.lrvan
Mawxdi,
Dinamika
Sengketa HukumAdministrasi
(MewujudkanElectroral
Justice Dalam Ker angka Ne garaHuhtm
D emokras i, Rangkang Education, Yogyakarta, 20 t 4.Janus Sidabalok, Hulru.n Perlindungan Konsumen
di
Indonesia,PT.
CitraAditya Bakti,
Bandung, 2014.Ieffrey
P. Davidson,Kiat
Pemasaran AmpuhBagi
BisnisRumahan,Abdi
Tandur,
Jakarta,!996.
M.
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika,Jakarta,ZOl4.
Mariam
Darus
Badrulzaman,Perlindungan terhadap
KonsumenDitihat dari
Perjanjian
Balru
(Standar), Binacipta, 1 986.RSubekti, Kata
Pengantar
Cetakan Kesebelaslrawan
Rachmadi-Anekaperjanjian,
pT,
CitraAditya
Bakti, Bandung, 2014.Rudyanti Dorotea Tobing, Hulrum, Konsumen dan Masyarakat,LaksBang Mediatama, yogyakarta, 2015.
shidarta,
Huhtm
P erl indungan Konsumez, Grasindo, Jakarta, 2000.St. Remy Syahdeini dalam tulisan Janus Sidabalok, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan
yang
seimbang bagi Para Pihak dalam
perjanjian Kredit
Bank,IBI,
Jakarta.Peraturan Perundanq-UndEnsan
:Undang-Undang