• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN MAZE TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK PRA SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK PEMBINA K.H DEWANTARA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN MAZE TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK PRA SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK PEMBINA K.H DEWANTARA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERMAINAN MAZE TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK PRA SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK PEMBINA

K.H DEWANTARA KOTA GORONTALO

JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Keperawatan

OLEH

CINANGSIH HASAN NIM : 841411039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Cinangsih Hasan, 2015. Pengaruh Permainan Maze Terhadap Tumbuh Kembang Anak Prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara, Kelurahan Libuo, Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr.Zuhriana K Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns., M.Kep.

Lemahnya fungsi kognitif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satu stimulasi yang cocok untuk mengembangkan fungsi kognitif anak adalah Permainan maze. Maze merupakan suatu permainan anak untuk mencari, menelusuri dan memilih jalan menuju tempat yang ditentukan dengan memakai media tertentu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif anak prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara.

Rancangan penelitian Pra Eksperimen, menggunakan metode pendekatan One Group Pretest and Posttest Design. Populasi berjumlah 20 siswa, Tehnik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan kriteria sampel, didapatkan 14 siswa sebagai sampel. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi checklist. Analisa data menggunakan uji T berpasangan, karena data berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara nilai rerata sebelum diberi permainan maze yaitu 58,28 dan setelah diberi permainan maze didapatkan rerata dengan nilai 93,50, dengan nilai p value 0,000 α(<0,05).

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan ada pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif anak prasekolah.

Saran pada pihak sekolah diharapkan untuk menyadari bahwa pentingnya permainan maze diterapkan pada anak untuk meningkatkan perkembangan fungsi kognitif anak prasekolah

Kata Kunci : Permainan Maze, Tumbuh Kembang, Fungsi Kognitif. Daftar Pustaka : 36 buah (2005-2015)

(6)
(7)

SUMMARY

PENGARUH PERMAINAN MAZE TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH DI TK PEMBINA K.H DEWANTARA KOTA

GORONTALO

Cinangsih Hasan1, Zuhriana K. Yusuf2, Nasrun Pakaya3 Email: Cinangsihhasan@yahoo.co.id

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Cinangsih Hasan, 2015. Pengaruh Permainan Maze Terhadap Tumbuh Kembang Anak Prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara, Kelurahan Libuo, Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr.Zuhriana K Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns., M.Kep.

Lemahnya fungsi kognitif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satu stimulasi yang cocok untuk mengembangkan fungsi kognitif anak adalah Permainan maze. Maze merupakan suatu permainan anak untuk mencari, menelusuri dan memilih jalan menuju tempat yang ditentukan dengan memakai media tertentu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif anak prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara.

Rancangan penelitian Pra Eksperimen, menggunakan metode pendekatan One Group Pretest and Posttest Design. Populasi berjumlah 20 siswa, Tehnik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan kriteria sampel, didapatkan 14 siswa sebagai sampel. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi checklist. Analisa data menggunakan uji T berpasangan, karena data berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara nilai rerata sebelum diberi permainan maze yaitu 58,28 dan setelah diberi permainan maze didapatkan rerata dengan nilai 93,50, dengan nilai p value 0,000 α(<0,05).

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan ada pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif anak prasekolah.Saran pada pihak sekolah diharapkan untuk menyadari bahwa pentingnya permainan maze diterapkan pada anak untuk meningkatkan perkembangan fungsi kognitif anak prasekolah.

Kata Kunci : Permainan Maze, Tumbuh Kembang, Fungsi Kognitif. Daftar Pustaka : 36 buah (2005-2015)

(8)

PENDAHULUAN

Peraturan pemerintah No 58 tahun 2009 (PERMEN, No. 58 tahun 2009) tentang aspek kognitif menyebutkan: dalam tingkat pencapaian perkembangan (TPP) untuk pemahaman tentang konsep, bentuk, warna, ukuran, dan pola, anak dapat mengenal dan membedakan warna dasar merah, kuning, biru, mengenal bentuk geometri (segitiga, lingkaran, dan segiempat) menyusun dari besar-kecil atau sebaliknya (dalam Rosita dan Yuniarni, 2011:2)1.

Menurut hasil kajian neurologi, bahwa: “perkembangan kognitif pada anak usia 4 tahun mencapai 50%, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun, oleh karena itu, anak-anak pada rentang usia ini wajib mendapat perhatian khusus keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangan guna mengoptimalkan kecerdasan anak” (Rista, 2013:2)2.

Menurut Depkes RI (2006), bahwa: “0,4 Juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara, sedangkan menurut Dinkes (2006), sebesar 85.779 (62,02%) anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan” (Yuanita, Widati, dan Rahmawaty, 2012:17)3.

Anak membutuhkan stimulasi untuk melatih otaknya agar kebutuhan kognitif anak dapat dipenuhi, salah satu stimulasi yang cocok untuk anak adalah bermain. Maze merupakan sejenis permainan puzzle yaitu bermain teka-teki, permainannya disini mencari jejak, anak-anak akan mencari jalan keluar untuk sebuah permainan sehingga membuat anak penasaran dan

1

Rosita, D., dan F.D. Yuniarni. 2012. Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah. Jurnal Stikes 2(5):2

2

Rista, A. 2013. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Jurnal Keperawatan. Volume 2(5):2.

3

Yuanita, S., A. Widati., dan D.W. Rahmawaty. 2012. Pengaruh Terapi Bermain: Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan 6(3):17-18

(9)

rasa ingin tahu yang besar dapat membantu anak untuk berfikir dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan permainan ini, selain itu permainan maze dapat melatih konsetrasi, imajinasi dan kreativitasnya.

Berdasarkan observasi awal peneliti pada tanggal 7 maret 2015 yaitu di Taman Kanak-kanak (TK) Pembina K.H Dewantara Kelurahan Libuo, didapatkan bahwa murid yang berada di TK tersebut berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari anak-anak yang berumur 4 dan 5 tahun, laki-laki berjumlah 10 siswa dan perempuan berjumlah 10 siswa, TK Pembina K.H Dewantara.

Hasil observasi langsung, didapatkan hanya 3 dari 20 siswa yang dapat menemukan jalan keluar dan 17 siswa tidak dapat menemukan jalan keluar pada permainan maze tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimen yang bertujuan untuk melihat pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif anak dengan menggunakan metode pendekatan One Group Pretest and Posttest Design.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa dan siswi di Taman Kanak-Kanak Pembina K.H Dewatara (anak Prasekolah), Kelurahan Libuo, Kota Gorontalo yang berjumlah 20 siswa. yang menjadi sampel berjumlah 14 siswa yang terdiri atas siswa-siswi yang berumur 4 dan 5 tahun (anak prasekolah). Tehnik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah Sampling Jenuh/Total Sampling,.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1) Bersedia sebagai responden

2) Berada ditempat saat pengambilan data

3) Dalam penelitian ini yang diukur fungsi kognitif anak

Tehnik Analisa Data

Analisa data digunakan dengan analisis univariat dan bivariat 1. Analisis univariat

(10)

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel, karakteristik responden dalam penelitian yaitu usia dan jenis kelamin. 2. Analisis bivariat

Analisa data terlebih dahulu dilakukan dengan uji normalitas data. Kemudian jika data terdistribusi normal, maka analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji T Berpasangan.

Dalam penelitian ini, Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji T Berpasangan. Dengan menggunakan rumus (Riyanto, 2011:117)4, sebagai berikut:

Keterangan :

δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) SDδ = standar deviasi dari δ (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) n = banyaknya sampel

DF = n-1

HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Umur Jumlah (n) Presentase (%)

3-4 thn 5-6 thn 12 2 85,7 14,3 Total 14 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.1 diatas bahwa responden dengan umur 3-4 tahun berjumlah 12 responden (85,7%), dan responden dengan umur 5-6 tahun berjumlah 2 responden (14,3%).

4

Riyanto, A. 2011. Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika

t =

𝛿𝛿 𝑆𝑆𝑆𝑆𝛿𝛿 /√𝑛𝑛

(11)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%)

Laki-laki Perempuan 4 10 28,6 71,4 Total 14 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 4 responden (28,6%), dan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 10 responden (71,4%).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Fungsi Kognitif Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan (Pretest dan Posttest)

Sebelum Diberi Permainan Maze Setelah Diberi Permainan Maze Fungsi Kognitif N % Fungsi Kognitif N % Baik Cukup Kurang 3 2 9 21,4 4,3 64,3 Baik Cukup Kurang 13 0 1 92,9 0 7,1 Total 14 100 Total 14 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa fungsi kognitif responden pada saat pretest yang masuk dalam kategorik baik adalah 3 responden (21,4%), untuk kategorik cukup berjumlah 2 responden (4,3%), kemudian kategorik kurang berjumlah 9 responden (64,3%), sedangkan setelah diberi perlakuan (posttest) mengalami peningkatan yaitu untuk kategorik baik menjadi 13 responden (92,9%), untuk kriteria cukup sudah tidak ada responden yang masuk dalam kriteria cukup, dan untuk kriteria kurang berjumlah 1 responden (7,1%).

Penelitian ini untuk membuktikan pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang (fungsi kognitif) anak Prasekolah di TK Pembina.K.H Dewantara adalah uji T berpasangan, setelah dilakukan uji normalitas, data dalam penelitian ini

(12)

didapatkan hasil pada uji Shapiro-Wilk dengan nilai signifikan 0,071 α(>0,05) yaitu artinya data yang didapatkan terdistribusi normal karena data yang diperoleh lebih besar dari α(0,05), sehingga uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T berpasangan.

Tabel 4. Pengaruh Permainan Maze Terhadap Tumbuh Kembang (Fungsi Kognitif) anak Prasekolah di TK Pembina.K.H Dewantara.

n Perbedaan

Rerata ± Sb P value Sebelum diberi permainan

maze

Setelah diberi permainan maze 14 14 58,29 ± 25,19 93,50 ± 17,94 0,000

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji T berpasangan pada tabel diatas, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi P value yaitu 0,000 α(<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh permainan maze terhadap fungsi kognitif anak prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa responden yang mencapai 3 indikator penilaian tanpa bantuan, jumlah responden yang tadinya pada saat pretest yaitu 3 responden (21,4%) dan pada saat posttest berubah berjumlah 13 responden (92,9%), kemudian untuk kriteria kurang yaitu responden yang tidak mencapai 3 indikator penilaian, yang tadinya pada saat pretest berjumlah 9 responden (64,3%) berubah menjadi 1 responden (7,1%) pada saat posttest.

Perubahan tersebut dapat terjadi karena hal berikut: saat awal penelitian (pretest) didapatkan 3 responden dengan kriteria baik sebab mereka dapat menemukan jalan keluar, mengelompokkan bentuk dan warna yang sama tanpa

(13)

bantuan, saat penelitian hari ketiga didapatkan bahwa terdapat 1 responden dengan kriteria cukup menjadi kriteria baik hanya dengan dua kali perlakuan atau diberi permainan maze, dan juga didapatkan 1 responden yang awalnya dengan kriteria kurang menjadi kriteria baik dengan dua kali perlakuan, saat penelitian yang hari keempat didapatkan 2 responden yang awalnya dengan kriteria kurang berubah menjadi kriteria baik dengan tiga kali perlakuan, saat penelitian hari ke lima didapatkan 1 responden yang awalnya masuk dalam kriteria cukup berubah menjadi kriteria baik dengan empat kali perlakuan, kemudian saat penelitian hari ke enam didapatkan 3 responden yang saat pretest masuk dalam kriteria kurang berubah menjadi kriteria baik setelah diberi permainan maze sebanyak lima kali, dan pada saat penelitian hari ke tujuh diperoleh hasil 2 responden dengan kriteria kurang pada pretest berubah menjadi kriteria baik saat diberi permainan maze sebanyak enam kali, dan saat penilaian terakhir (posttest) diperoleh hasil 13 responden masuk dalam kriteria baik dan 1 tidak mengalami perubahan.

Menurut peneliti peningkatan kognitif yang terjadi disetiap perlakuan disebabkan oleh karena responden belajar dari permainan maze yang menyebabkan kognitif responden meningkat setelah diberi perlakuan, Hal sejalan dengan teori Samsiah, (2009)5 yang mengatakan bahwa: “dari maze anak akan belajar, misalnya maze tentang warna dan bentuk. Anak dapat belajar tentang warna dan bentuk yang ada. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya lebih mengesankan bagi anak dibanding dengan pengetahuan yang di hafalkan (Samsiah, 2009:24-26)5.

Peningkatan kognitif ini juga disebabkan kognitif setiap responden berbeda-beda, dibuktikan dengan responden yang belum diberi perlakuan sudah masuk dalam kriteria baik, ada juga responden yang hanya diberi perlakuan sebanyak 2 kali sudah mengerti dan memahami permainan, selain itu ada juga responden yang harus diberi perlakuan berulang baru dapat memahami dan mengerti permainan yang diberikan, hal ini disebabkan oleh usia responden yaitu responden yang

5

Samsiah, 2009. Pengembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah. Cahaya Mentari Nasution

(14)

berusia 5 tahun lebih cepat mengerti dari pada responden yang berusia 4 tahun, sehingga menyebabkan responden dengan usia 5 tahun sebelum diberi perlakuan sudah mencapai kriteria penilaian yang ditentukan, sedangkan responden dengan usia 4 tahun harus diberi perlakuan satu atau berulang-ulang baru dapat mencapai kriteria penilaian.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori hasil kajian neurologi yaitu perkembangan kognitif anak sesuai usianya, hal ini disebabkan karena perkembangan kognitif pada anak usia 4 tahun mencapai 50%, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun (Rista, 2013:2)2, oleh karena itu responden dengan usia 5 tahun lebih cepat memahami dan belajar karena kognitif responden sudah mencapai lebih dari 50%, dan responden dengan usia 4 tahun harus diberi stimulasi yang berulang disebabkan kognitif anak baru mencapai 50%.

Berdasarkan penjelasan diatas, juga didapatkan 1 responden tidak mengalami perubahan walaupun sudah diberi perlakuan berulang sebanyak 6 kali perlakuan, hal ini disebabkan responden tidak fokus pada penjelasan peneliti, selain itu responden tersebut lebih tertarik pada teman-temannya yang bermain diluar ruangan, dan responden lebih senang mengganggu teman-temannya, sehingga responden tidak memperhatikan peneliti.

Menurut peneliti untuk hasil penelitian satu responden yang tidak mengalami perubahan walaupun sudah diberi perlakuan selama 6 hari berturut-turut, disebabkan oleh karena responden tersebut berusia 4 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, responden dengan usia 4 tahun memerlukan stimulasi yang tepat agar perkembangan responden tersebut sesuai dengan perkembangan teman-teman yang seumuran dengan responden, selain itu responden berjenis kelamin laki-laki, kemungkinan permainan yang peneliti berikan tidak membuat responden tertarik.

2

Rista, A. 2013. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Jurnal Keperawatan. Volume 2(5):2.

(15)

Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Krutetskii (dalam Mutamman dan Budiarto, 2012)6, bahwa: “perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan kesamaan berfikir. Sedangkan Laki-laki mempunyai kemampuan matematika dan mekanika”.

Berdasarkan uji statitistik menggunakan uji T berpasangan pada tabel 4.5, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi P value yaitu 0,000 α(<0,05) dimana terdapat perbedaan rerata bermakna sebelum diberi permainan maze adalah 58,28 dan setelah diberikan permainan maze adalah 93,50, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan maze terhadap fungsi kognitif anak prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara.

Menurut peneliti, permainan maze merupakan salah satu stimulasi yang dapat diberikan pada anak, yang membantu tumbuh kembang anak, yaitu anak dapat melatih koordinasi mata, tangan, dan logika, melatih kesabaran serta memberi pengetahuan, dan permainan maze merupakan salah satu permainan yang dapat membantu anak untuk membedakan bentuk dan warna.

6

Mutamman dan Budiarto, 2012. Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Analisa Logika di SMA Yogyakarta. Jurnal Kesehatan 2(2):36

(16)

PENUTUP Kesimpulan

1. Perbedaan tumbuh kembang pada fungsi kognitif anak sebelum dan setelah diberikan permainan maze yaitu ditinjau dari nilai rerata sebelum diberi permainan maze yaitu 58,28 dan setelah diberi permainan maze didapatkan rerata dengan nilai 93,50.

2. Ada pengaruh permainan maze terhadap tumbuh kembang khususnya fungsi kognitif setelah diberikan permainan maze pada anak prasekolah di TK Pembina K.H Dewantara Kota Gorontalo, dengan nilai signifikan P value sebesar 0.000 α(< 0.05).

Saran

1. Bagi Sekolah

Diharapkan kepada guru untuk menyadari bahwa pentingnya permainan maze diterapkan pada sekolah untuk meningkatkan perkembangan fungsi kognitif anak prasekolah

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat memperkenalkan permainan maze dalam materi kuliah keperawatan anak untuk stimulasi tumbuh kembang anak prasekolah.

3. Bagi Peneliti Selajutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang pengaruh permainan maze terhadap perkembangan motorik anak.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional.Yogyakarta: JAVALITERA

Ariyanti, F., L. Edia., dan K. Noory. 2006. Diary. Jakarta: Mizan Meida Utama. Heriantoko, B.C. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan

Menggunakan Media Permainan Maze Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas Ii Di Slb/C Tpa Jember. Jurnal Pendidikan.

Cahyaingsih, D.S. 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Trans Info Media

Dahlan, T. 2010. Games Sains Kreatif dan Menyenangkan. Jakarta Selatan: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka.

Darainy. 2012. Analisis Keberhasilan Terapi Bermain Terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retradasi Mental Sedang. Jurnal Kesehatan 2(45):1

FIP-UPI, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT.IMTIMA

Hidayat, A.A. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis data.Jakarta: Salemba Medika

HP Setiawan, D., H. Prasetyo., H. Santoso., F. Isnun., Muhsi., H.C. Anwar., Alfian., N. Febriana., Tiarningsih., A.R. Rustyana., dan D.R. Prastiyani., 2014. Keperawatan Anak Dan Tumbuh Kembang (Pengkajian dan Pengukuran). Yogyakarta: Nuha Mdika

I G.A.K, A., Udani., A. Marhaeni., dan N. Jampel. 2014. Implementasi Teknik Maze Untuk Mengembangkan Kreativitas Dan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B2 Tk Shanti Kumara Iii Sempidi Mengwi Badung 3(10):8

I Gede, S.A. 2012. Pengguna Metode Kecerdasan Buatan Runut Maju Dalam Memecahkan Permasalahan Game Labirin. Jurnal ilmu computer 1(5):37

(18)

Kennedy, J.F. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogayakarta: D-MEDIKA Lismadiana. 2013. Peran Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini. Jurnal

Ilmiah Keolahragaan 3(2):11-12

Made, P.D. dan L.K. Pande Ary Susilawati. 2014. Pengaruh Ngulat Tipat Taluh terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak Usia 6-7 Tahun. Jurnal Psikologi Udayana 2(1):227-240

Marmi, S,ST., dan R. Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus. Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Montalalu, B.E.F. 2008.Materi Pokok Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka

Mutamman dan Budiarto, 2012. Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Analisa Logika di SMA Yogyakarta. Jurnal Kesehatan 2(2):36

Nanda, E. 2012. Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui Permainan “Maze” Kata Di Taman Kanak-Kanak Padang. Jurnal Pesona Paud 1(1):45. Ngatiyo. 2008. Membelajarkan Anak Usa Dini Melalui Bermain. Jurnal

Cakrawala Kependidikan 2(6):162.

Patricia, A., dan A.G. Perry. 2010. Fundamental of Nursing, 7 th edition. Jakarta: Salemba Medika

Pratiknya, A.W. 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Keedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Rachmawati, Y., dan K, Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak.Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP

Rahma, D. 2013. Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Flannel Es Krim. SPEKTRUM PLS 1(I):45

Rinaldi, J. 2014. Ratusan Game Edukatif Untuk Anak Usia 0-3 tahun. Jogjakarta: DIVA Press

Rista, A. 2013. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Jurnal Keperawatan. Volume 2(5):2.

(19)

Riyanto, A. 2011. Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika

Rosita, D., dan F.D. Yuniarni. 2012. Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah. Jurnal Stikes 2(5):2

Samsiah, 2009. Pengembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah. Cahaya Mentari Nasution

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Syamsudin, H. 2014. Brain Game Untuk Balita. Jakarta: MEDIA PRESSINDO Syopiansyah, J.P., Y. Durachaman, M. Qomarul. 2008. Algoritma Cellular

Automata (Ca) Dan Backtracking Untuk Simulasi Pencarian Jalan Pada Maze. Jurnal Fasilkom 2(6):203

Tyas, A. 2005. Buku Latihan Anak Tingkat Pemula Labirin. Jakarta: PT Gramedia Uno, H., H. Sofyan., dan Atmowidjo. 2004. Landasan Pembelajaran (Teori Dan

Praktek). Jakarta: KDT

Utami, R., Budi., dan V. Sulistianingrum. 2014. Pengetahuan Orang Tua Tentang Bermain Dengan Tindak Pemilihan Alat Permainan Anak Balita Umur 3-5 Tahun di Paud Jeruk Kelurahan Patihan Kota Madiun. Jurnal Stikes 25(1):59

Wiyani, N.A. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogykarta: Gava Media

Yuanita, S., A. Widati., dan D.W. Rahmawaty. 2012. Pengaruh Terapi Bermain: Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan 6(3):17-18

Yulia, E. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan pembelajaran Matematika Menggunakan Media Maze Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas DIV/C. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus 1(1):387

(20)

Gambar

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Fungsi Kognitif Sebelum dan  Sesudah Diberikan Perlakuan (Pretest dan Posttest)
Tabel 4. Pengaruh Permainan Maze Terhadap Tumbuh Kembang (Fungsi  Kognitif) anak Prasekolah di TK Pembina.K.H Dewantara

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui aktivitas guru melalui penerapan metode bercerita menggunakan media wayang kardus dapat meningkatkan pemahaman

(1999) menyatakan bahwa akar permasalahan dalam kesulitan penerapan sistem ERP berasal dari dua masalah : perusahaan tidak membuat strategi yang tepat untuk

Web Real Time Communination (WebRTC) merupakan proyek open source yang mendukung komunikasi pertukaran data secara real-time sehingga memungkinkan untuk dibangun suatu sistem

Secara teoritis, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka menyelesaikan

Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat banyak, termasuk kebijakan kesehatan. Tanpa sosialisasi yang baik

Teknik pengumpulan data melalui wawancara (interview) dan observasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, menggunakan metode kualitatif Pengolahan

Sebagai bahan rujukan penulis untuk melakukan wawancara kepada para hakim Pengadilan Agama Banjarmasin mengenai pemberian radd harta warisan terhadap suami atau istri, maka

(b) pembinaan, pengawasan dan pengendalian pegawai berkala berbasis kinerja dan produktivitas peningkatan pelaksanaan anggaran secara terencana, efektif dan efisein (c)