• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

(2)

ii

K

K

K

A

A

A

T

T

T

A

A

A

P

P

P

E

E

E

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

T

T

T

A

A

A

R

R

R

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPwBI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Mei 2012 Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Lukdir Gultom Deputi Direktur

(3)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

I

I

I

S

S

S

I

I

I

Halaman Judul --- i

Kata Pengantar --- ii

Daftar Isi --- iii

Daftar Grafik --- v

Daftar Tabel --- vii

Ringkasan Umum --- ix

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Sisi Permintaan --- 2

1.2 Sisi Penawaran --- 6

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum --- 11

2.2 Inflasi Kota Kupang --- 14

2.3 Inflasi Kota Maumere --- 17

BOKS 1. PREFERENSI DAN PENGARUH KEBIJAKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) --- 19

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Perkembangan Bank Umum --- 22

3.1.1 Kondisi Umum --- 22

3.1.2 Intermediasi Perbankan --- 23

3.1.3 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) --- 31

3.2 Perkembangan BPR --- 32

3.3 Sistem Pembayaran --- 35

3.3.1 Kondisi Umum --- 35

3.3.2 Transaksi Non Tunai --- 36

3.3.3 Transaksi Tunai --- 37

BOKS 2. LOAN TO VALUE (LTV) KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) DAN DOWN PAYMENT (DP) KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KKB) 40

BOKS 3. PANDUAN PENUKARAN UANG LAYAK EDAR --- 42

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum --- 44

4.2 Pendapatan Daerah --- 45

(4)

iv

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum --- 49 5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --- 49 5.3 Perkembangan Kesejahteraan --- 51 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

6.1 Pertumbuhan Ekonomi --- 55 6.2 Inflasi --- 56

BOKS 4. REVISI INFLASI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 ; KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN BBM BERSUBSIDI DAN EKSPEKTASI INFLASI --- 58

(5)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

G

G

G

R

R

R

A

A

A

F

F

F

I

I

I

K

K

K

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT --- 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT --- 1

Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan --- 2

Grafik 1.4 Struktur Sisi Penawaran --- 2

Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan --- 2

Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --- 3

Grafik 1.7 Nilai Tukar Petani --- 3

Grafik 1.8 Kredit Konsumsi --- 3

Grafik 1.9 Perkembangan IKE --- 3

Grafik 1.10 Kredit Investasi --- 4

Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT --- 4

Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Industri --- 5

Grafik 1.13 PDRB Ekspor-Impor --- 5

Grafik 1.14 Perkembangan Bongkar Muat --- 5

Grafik 1.15 Negara Tujuan Ekspor --- 6

Grafik 1.16 Pengiriman Ternak --- 7

Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran --- 7

Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR --- 7

Grafik 1.19 Perkembangan Arus Bongkar --- 8

Grafik 1.20 Jumlah Tamu Hotel --- 8

Grafik 1.21 Penumpang Angkutan Laut --- 9

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --- 11

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT --- 11

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Tw 1-2012 NTT --- 11

Grafik 2.4 Inflasi NTT dan Nasional --- 12

Grafik 2.5 Struktur Inflasi Bulanan NTT --- 13

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang --- 14

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang --- 15

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Kupang --- 16

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere --- 17

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere --- 17

Grafik 3.1 Komposisi DPK --- 26

(6)

vi

Grafik 3.3 Komposisi Kredit --- 28

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga --- 28

Grafik 3.5 Perkembangan LDR --- 30

Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan --- 30

Grafik 3.7 Perkembangan NPL --- 30

Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja --- 30

Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Kliring --- 36

Grafik 3.10 Perkembangan Cek/BG Kosong --- 36

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai --- 38

Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT --- 44

Grafik 4.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT --- 45

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Tahun 2012 --- 46

Grafik 4.4 Realisasi Belanja Tahun 2012 --- 47

Grafik 5.1 Perkembangan Tenaga Kerja NTT --- 50

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT --- 52

Grafik 5.3 Perkembangan NTP NTT --- 53

Grafik 6.1 Harga Emas di Pasar Internasional --- 57

(7)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

T

T

T

A

A

A

B

B

B

E

E

E

L

L

L

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT --- 9

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran --- 10

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran --- 10

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan --- 10

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Permintaan --- 10

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --- 10

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok --- 13

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok --- 16

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok --- 18

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan --- 22

Tabel 3.2 Jumlah Bank per Kabupaten --- 23

Tabel 3.3 Perkembangan Komponen DPK --- 24

Tabel 3.4 Pertumbuhan Dana Tabungan (yoy) --- 25

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit --- 26

Tabel 3.6 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan per Kabupaten (yoy) 27 Tabel 3.7 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral --- 29

Tabel 3.8 Perkembangan Komponen Kredit UMKM --- 31

Tabel 3.9 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral --- 32

Tabel 3.10 Perkembangan Usaha BPR --- 33

Tabel 3.11 Perkembangan Kredit BPR --- 33

Tabel 3.12 Perkembangan Kredit Sektoral BPR --- 34

Tabel 3.13 Perkembangan Transaksi Tunai --- 35

Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Non Tunai --- 36

Tabel 3.15 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain --- 38

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2012 --- 48

Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan --- 50

Tabel 5.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT --- 51

Tabel 5.3 Perkembangan IPM NTT --- 53

Tabel 5.4 Penduduk Miskin NTT --- 54

Tabel 6.1 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur --- 55

(8)

viii

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id

(9)

Ringkasan Umum

Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I-2012

9

99 EEEKKKOOONNNOOOMMMIIIMMMAAAKKKRRROOORRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Laju pertumbuhan ekonomi triwulan I-2012 tercatat sebesar 5,42% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,53% (yoy). Struktur perekonomian NTT masih tetap belum mengalami perubahan, didominasi oleh sektor pertanian, sector perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa-jasa. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 80,13% angka PDRB periode laporan. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi masih sangat dominan, terutama konsumsi rumah tangga dan pemerintah.

Secara triwulanan, perekonomian NTT menurun 5,10% (qtq) dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan ekonomi paling tinggi terjadi pada sektor keuangan yang mencapai 12,08% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa 9,57% (qtq) dan sektor listrik dan air dengan 9,30% (qtq). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kegiatan konsumsi pemerintah yakni sebesar 28,68% (qtq), dan investasi sebesar 19,47% (qtq).

9

99 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNIIINNNFFFLLLAAASSSIIIRRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pergerakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di NTT turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan Kota Kupang pada akhir triwulan I-2012 sebesar 3,11% (yoy), sementara inflasi Maumere berada pada level 6,21% (yoy) sehingga pada akhir triwulan I-2012 inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada level 3,60% (yoy). Tekanan inflasi selama triwulan laporan paling tinggi terjadi pada bulan Januari. Pada Januari 2012, inflasi month to month tercatat sebesar 0,59%, sementara bulan Februari dan Maret masing-masing sebesar 0,19% dan 0,26%. Tekanan inflasi pada bulan Januari disebabkan oleh tekanan harga pada komoditi sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan sebagai dampak dari tingginya curah hujan di Kota Kupang pada awal tahun. Sementara bulan Februari, pergerakan harga pada hampir semua kelompok barang relatif stabil, kecuali kelompok perumahan. Sedangkan pada bulan Maret harga barang terkoreksi khususnya pada kelompok sandang, dimana pada pada bulan April terdapat momen paskah sehingga pada Maret harga sandang sudah mulai terkoreksi.

(10)

x

9

99 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNPPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNNDDDAAANNNSSSIIISSSTTTEEEMMMPPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Perkembangan kinerja perbankan NTT pada triwulan awal tahun 2012 mengalami peningkatan yang positif. Perkembangan indikator utama perbankan yaitu asset, dana masyarakat dan kredit mengalami peningkatan signifikan. Total asset perbankan NTT pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan sebesar 28,60% dengan nominal asset mencapai Rp 17,77 triliun. Penghimpunan DPK oleh perbankan umum tercatat sebesar Rp 13,43 triliun atau meningkat 24,45% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun 2011 (yoy). Selain disebabkan oleh penambahan jumlah bank maupun pembukaan kantor bank, peningkatan penghimpunan DPK secara umum merupakan indikasi dari meningkatnya kesadaran masyarakat NTT terhadap perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan NTT posisi awal tahun 2012 meningkat sebesar 27,52% (yoy). Pertumbuhan kredit perbankan NTT baik kredit produktif berjenis modal kerja dan investasi maupun kredit non produktif berjenis kredit konsumsi meningkat signifikan dibandingkan tahun 2011.

Kebutuhan uang kartal menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Melambatnya aktivitas ekonomi masyarakat NTT pada triwulan I-2012 yang merupakan pola cyclical tercermin dari aktivitas sistem pembayaran tunai. Pada triwulan I-2012 terlihat bahwa di NTT terjadi net inflow dimana jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan uang di Provinsi NTT pada triwulan laporan relatif berkurang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut merefleksikan aktivitas ekonomi NTT yang cenderung melambat pada awal tahun.

9

99 KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNNPPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

Rencana anggaran tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup sigfikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Rencana Belanja anggaran tahun 2012 tercatat sebesar Rp 2,15 triliun, mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 1,35 triliun. Kenaikan rencana anggaran tahun 2012 mencapai 59,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain rencana belanja, pos pendapatan diperkirakan juga mengalami kenaikan yang sangat tinggi, yaitu sebesar 71,02% dari Rp 1,29 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 2,21 triliun pada tahun 2012.

9

99 KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNNDDDAAANNNKKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Pertumbuhan aktivitas ekonomi di wilayah NTT yang menunjukkan tren meningkat membawa dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Pada Februari 2012 tingkat pengangguran di

(11)

wilayah NTT mengalami penurunan dibandingkan Februari 2011. Secara struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja.

9

99 PPPRRROOOSSSPPPEEEKKKPPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II 2012 diperkirakan akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,2 ± 1% (yoy). Di sisi lain, secara triwulanan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,0 ± 1% (qtq). Pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh permintaan domestik, khususnya investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi diyakini akan mengalami peningkatan kinerja melengkapi konsumsi yang tetap menjadi penopang utama pertumbuhan. Dari sisi penawaran, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian diperkirakan akan cukup berkontribusi seiring memasuki musim panen tabama.

Pada triwulan II 2012, tekanan inflasi dari faktor musiman akan meningkat. Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran 3,92±1% (yoy) setelah pada triwulan I 2012 berada pada tingkat 3,60% (yoy). Seiring musim panen tabama pada triwulan II 2012, harga bahan makanan lokal diproyeksikan akan mengalami penurunan. Namun demikian, pada akhir periode triwulan akan terdapat masa liburan sekolah yang dapat meningkatkan permintaan atas beberapa barang dan jasa.

(12)

xii

Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)

- NTT 8.68 6.55 4.37 4.68 3.60

- Kupang 8.98 6.66 4.25 4.32 3.11

- Maumere 7.15 6.00 5.00 6.59 6.21

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,122 3,284 3,375 3,468

- Pertanian 1,171 1,200 1,187 1,204 1,203 - Pertambangan dan Penggalian 40.41 42.93 46.04 47.00 43.05 - Industri Pengolahan 44 46 48 50 47 - Listrik, gas dan air bersih 13.75 14.32 15.24 16.11 14.61 - Bangunan 186 209 214 218 202 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 534.48 577.66 595.05 608.33 573.04 - Pengangkutan dan komunikasi 235 244 256 261 251 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 115.77 123.12 132.51 140.26 123.32 - Jasa 782 828 882 924 835 Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 4.94 7.38 5.73 4.53 5.42 Ekspor - Impor*

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.69 5.51 4.74 5.16 3.48 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 19.19 9.82 28.89 26.16 7.69 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 12.04 0.04 0.04 0.01 0.00 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 23.90 0.06 0.19 0.03 0.00 Sistem Pembayaran

Inflow (miliar Rp) 674.69 455.26 516.98 480.43 1,130.96 Outflow (miliar Rp) 276.46 711.48 1046.39 1660.48 286.81 Netflow (miliar Rp) 398.23 -256.22 -529.42 -1,180.05 844.15 MRUK (miliar Rp) 300.01 284.82 240.45 313.60 345.72 Uang Palsu (ribu Rp) 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 Nominal Kliring (miliar Rp) 406.10 432.38 433.79 358.09 432.79

Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan :

1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002

Tw.I-12

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tw.IV-11 Tw.III-11

INFLASI DAN PDRB

(13)

PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 13.82 14.96 16.17 16.69 17.77

DPK (Rp Triliun) 10.79 11.42 11.83 12.75 13.43 - Tabungan (Rp Triliun) 5.10 5.33 5.67 7.20 6.25 - Giro (Rp Triliun) 2.92 2.96 2.85 2.54 3.40 - Deposito (Rp Triliun) 2.77 3.11 3.31 3.02 3.78 Kredit (Rp Triliun) 8.22 8.97 9.69 10.19 10.48 - Modal Kerja 2.15 2.35 2.62 2.70 2.70 - Konsumsi 5.67 6.18 6.58 6.88 7.14 - Investasi 0.40 0.44 0.49 0.60 0.64 LDR 76.14% 78.55% 81.91% 79.87% 78.02% NPLs 2.34% 2.33% 2.04% 1.42% 1.66%

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.14 2.28 2.50 2.57 2.63

BPR

Total Aset (Rp Miliar) 158.50 163.04 177.10 200.15 203.23

DPK (Rp Miliar) 113.60 117.76 126.19 142.92 145.73 - Tabungan (Rp Miliar) 44.06 44.33 49.01 54.26 55.49 - Deposito (Rp Miliar) 69.54 73.43 77.18 88.67 90.24 Kredit (Rp Miliar) 124.02 131.72 145.02 152.11 153.80 - Modal Kerja 54.76 63.93 78.58 70.27 70.47 - Konsumsi 52.13 49.36 49.44 57.27 24.51 - Investasi 17.13 18.43 17.00 24.56 58.81 Kredit UMKM (Rp Miliar) 124.02 131.72 145.02 152.11 153.80 Rasio NPL Gross 4.74% 4.13% 4.54% 3.66% 5.28% LDR 109.17% 111.86% 114.93% 106.43% 105.53%

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)

Tw.I-12

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tw.IV-11 Tw.III-11

Tw.II-11

(14)

0% 25% 50% 75% 100% I II III IV I 2011 2012 Jasa Keu, Sewa, dan Jasa Angk & Kom PHR Bangunan Listrik dan Air Industri Tambang Pertanian

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

E

E

E

K

K

K

O

O

O

N

N

N

O

O

O

M

M

M

I

I

I

M

M

M

A

A

A

K

K

K

R

R

R

O

O

O

R

R

R

E

E

E

G

G

G

I

I

I

O

O

O

N

N

N

A

A

A

L

L

L

Laju perekonomian tahunan NTT pada triwulan laporan secara umum meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi triwulan I-2012 tercatat sebesar 5,42% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,53% (yoy). Struktur perekonomian NTT masih tetap belum

mengalami perubahan, didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa-jasa. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 80,13% angka PDRB periode laporan. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi masih sangat dominan, terutama konsumsi rumah tangga dan pemerintah.

Dari total pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 yang sebesar 5,42% (yoy), 31,55% disumbangkan oleh sektor jasa (mencapai 1,71%), kemudian 22,80% atau sebesar 1,24% disumbangkan oleh sektor PHR, dan

disusul sektor pertanian dengan 19,00% atau menyumbang 1,03% angka pertumbuhan. Dari sisi penggunaan, total aktivitas konsumsi di NTT (rumah tangga, pemerintah, swasta) masih mendominasi sumbangan angka pertumbuhan, sedangkan ekspor mulai menunjukkan peningkatan peranannya. Adapun investasi relatif kecil peranannya dalam menyumbang angka pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, impor masih memberikan sumbangan negatif yang cukup besar,

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT

(15)

5,58% 1,67% 1,75% ‐2,51% ‐6,09% Konsumsi Investasi Ekspor Impor Perubahan stok

mengingat sebagian besar barang yang dikonsumsi bukan berasal dari produksi NTT.

Secara triwulanan, perekonomian NTT menurun 5,10% (qtq) dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan ekonomi paling tinggi terjadi pada sektor keuangan yang mencapai 12,08% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa 9,57% (qtq) dan sektor listrik dan air dengan 9,30% (qtq). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kegiatan konsumsi pemerintah yakni sebesar 28,68% (qtq), dan investasi sebesar 19,47% (qtq).

1.1 Sisi Permintaan

Konsumsi masih menjadi sumber utama penopang pertumbuhan. Laju pertumbuhan konsumsi secara tahunan pun tercatat mengalami peningkatan. Besarnya andil konsumsi seiring dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,25% dan Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus meningkat dibandingkan kondisi yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara

itu, investasi tetap menunjukan perkembangan positif dengan andil sebesar 1,67%.

Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Grafik 1.4 Struktur Sisi Penawaran Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Pertanian 36,56% Pertambangan 1,31% Industri  Pengolahan 1,41% Listrik,Gas dan  Air 0,44% Bangunan  (konstruksi) 6,13% PHR 17,41% Transp & Kom 7,61% Keuangan dan  Persewaan 3,75% Jasa‐jasa 25,38% Rmh tangga 82,43% Swasta 4,22% Pemerintah 17,94% Investasi 13,99% Net ekspor -20,70%

(16)

1. Konsumsi

Laju pertumbuhan konsumsi tumbuh lebih tinggi dibandingkan kinerja tahunan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total pada periode laporan tumbuh sebesar 5,33% (yoy), mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,48% (yoy). Meningkatnya konsumsi terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah seiring Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus mengalami peningkatan. Hasil Survei Konsumen juga menggambarkan bahwa pada triwulan I 2012 merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi barang. Mayoritas responden survei berpendapat bahwa kondisi ekonomi pada periode laporan lebih baik dibandingkan periode sebelumnya (Sumber : Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur).

Grafik 1.8 Kredit Konsumsi Grafik 1.9 Perkembangan IKE Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.7 Nilai Tukar Petani

101  102  103  115 120 125 130 135 140 145 150 II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Indeks yang Diterima Petani Indeks yang Dibayar Petani NTP (axis kanan) 17.500  18.000  18.500  19.000  19.500  20.000  20.500  21.000  ‐ 2.000  4.000  6.000  8.000  10.000  12.000  14.000  16.000  1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2010 2011 2012 ri b u  kw h Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% ‐ 1.000  2.000  3.000  4.000  5.000  6.000  7.000  8.000  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Kredit Konsumsi (Miliar) Growth YoY (Aksis Kanan) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2011 2012 Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja

(17)

Konsumsi yang cukup masih juga dilakukan oleh sektor swasta seiring tumbuhnya investasi. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi listrik sektor bisnis di seluruh NTT pada triwulan laporan sebesar 8,69% (yoy) dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, outstanding pembiayaan kredit konsumtif perbankan di NTT tumbuh 25,99% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

2. Investasi

Investasi menunjukkan kinerja yang cukup terjaga. Investasi di NTT pada triwulan laporan tumbuh 12,73% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan Sebelumnya yang mencapai 15,99% (yoy). Andil investasi sedikit menurun dari 2,38% pada triwulan lalu menjadi 1,67%. Namun demikian, apabila melihat pertumbuhan secara triwulanan, terjadi penurunan investasi sebesar 19,47% (qtq).

Relatif melambatnya investasi di NTT pada periode laporan merupakan dampak dari turunnya realisasi belanja modal pemerintah dan swasta. Hal ini sejalan dengan selesainya realisasi beberapa proyek infrastruktur yang merupakan bagian dari belanja modal. Sesuai siklusnya, realisasi proyek pada awal tahun relatif rendah.

Andil sektor swasta dalam investasi awal tahun cukup menonjol yang diindikasikan dengan peningkatan pembiayaan investasi dari perbankan. Outstanding kredit investasi pada akhir Maret 2012 tercatat tumbuh 61,17% (yoy) atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 54,39% (yoy). Dari sektor bangunan juga diperoleh informasi terjadinya

Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT diolah

Sumber : KPw BI Prov. NTT Grafik 1.10 Kredit Investasi

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% ‐ 100  200  300  400  500  600  700  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Kredit Investasi (Miliar) Growth YoY (Aksis Kanan) 40.000  70.000  100.000  130.000  160.000  190.000  220.000  250.000  280.000  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 konsumsi semen Ton

(18)

lalu. Indikasi peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari peningkatan konsumsi pada sektor industri sebagaimana data yang diperoleh dari PT PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur.

3. Net Ekspor

Kinerja ekspor-impor NTT masih diwarnai dengan angka defisit yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan, angka defisit ekspor-impor NTT mencapai Rp 681,28 miliar. Jumlah tersebut meningkat 16,35% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 814,53 miliar. Secara umum hal tersebut terjadi karena pengaruh peningkatan konsumsi masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi. Selama beberapa tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ekspor PDRB NTT selalu lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan impor. Ketimpangan kinerja ekspor dan impor di NTT tercermin dari kinerja di pelabuhan yang lebih diwarnai kegiatan unloading (bongkar muatan).

Grafik 1.13 PDRB Ekspor - Impor

Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Industri

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Sumber : PLN Wilayah NTT

Grafik 1.14 Perkembangan Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo Tenau 100 105 110 115 120 125 130 135 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010 2011 2012 ri b u  kw h Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan *) Proyeksi -1.300 -1.200 -1.100 -1.000 -900 -800 -700 -600 -500 -300 100 500 900 1.300 1.700 2.100 2.500 I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 R p m ilia r

Impor Ekspor Net Ekspor (axis kanan)

Rp m ili a r ‐140.000 ‐120.000 ‐100.000 ‐80.000 ‐60.000 ‐40.000 ‐20.000 0 0  20.000  40.000  60.000  80.000  100.000  120.000  140.000  160.000  I II III IV I 2011 2012 (ton) (ton)

(19)

0% 20% 40% 60% 80% 100% I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012

EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA Khusus untuk ekspor luar negeri, ekspor pada triwulan I 2012 sebagian besar masih ditujukan ke negara Timor Leste dengan komoditas yang dominan adalah kebutuhan sehari-hari. Sedangkan negara berikutnya adalah negara Cina, dimana komoditi ekspor yang

dominan adalah hasil tambang bahan galian c, berupa batu-batu (marmer, batu hias) dan biji mangan mentah. Pengiriman dilakukan melalui pelabuhan Tenau ataupun langsung menuju Pelabuhan Atapupu. Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan I 2012 mencapai 7,69 ribu ton atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 26,16 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, 49,85% ditujukan ke Timor Leste.

1

1..22 SSiissiiPPeennaawwaarraann

Dari sisi penawaran, kontribusi tiga sektor utama relatif masih dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT pada periode laporan adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel & restoran, serta sektor pertanian.

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian sedikit terakselerasi dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja sektor pertanian pasca kontraksi selama semester I 2011 terus berlanjut. Kinerja sektor pertanian pada periode laporan tercatat sebesar 2,74% (yoy), sedikit meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang hanya 2,68% (yoy). Penyebab utama membaiknya kinerja sektor pertanian adalah subsektor perikanan seiring dengan cuaca yang kondusif. Sementara itu, subsektor peternakan sedikit mengalami penurunan kinerja yang terindikasi dari menurunnya jumlah pengiriman hewan keluar NTT yang dilakukan lewat jalur laut sebesar 12,11% (yoy) dibandingkan kondisi tahun lalu.

Sumber : KPw BI Prov. NTT

(20)

0  2.000  4.000  6.000  8.000  10.000  12.000  14.000  16.000  18.000  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Loading Ternak Ekor

2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor PHR terus membaik. Pada triwulan laporan, sektor PHR tumbuh 7,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,43% (yoy). Hal ini terutama dikarenakan meningkatnya laju pertumbuhan seluruh subsektor PHR, kecuali subsektor restoran. Subsektor perdagangan meningkat dari 6,43% (yoy) menjadi 7,23% (yoy). Meningkatnya kinerja sektor PHR juga terkonfirmasi oleh meningkatnya pertumbuhan tahunan outstanding penyaluran kredit perbankan kepada sektor PHR. Peningkatan penyaluran kredit sektor PHR pada periode laporan tercatat sebesar tercatat 19,78% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar 13,90% (yoy). Perbaikan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran pun terkonfirmasi oleh membaiknya omset penjualan eceran sebagaimana diperoleh dari hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : SPE, KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.16 Pengiriman Ternak

Sumber : PT.Pelindo diolah

Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR

‐40% ‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% ‐ 200  400  600  800  1.000  1.200  1.400  1.600  1.800  2.000  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Kredit PHR (Miliar) Growth YoY (Aksis Kanan) ‐ 2.000  4.000  6.000  8.000  10.000  12.000  2011 2012 barang kerajinan bahan kimia alt tulis bahan bakar pakaian makanan Alt Rmh Tangga suku cadang konstruksi (Rp Juta)

(21)

s

Walaupun sektor perdagangan mengalami pertumbuhan, hal tersebut tidak diiringi dengan peningkatan volume impor (unloading). Sementara itu, membaiknya kinerja sektor pariwisata menjadi pendorong kinerja perhotelan. Data BPS menunjukkan jumlah wisatawan/tamu hotel yang mencapai 15.738 orang pada triwulan laporan atau mengalami peningkatan sebesar 0,67% (yoy).

3. Jasa-jasa dan sektor lainnya

Kinerja sektor jasa-jasa masih ditopang oleh jasa pemerintahan. Kegiatan jasa pemerintahan pada triwulan laporan meningkat hingga 7,12% (yoy). Kinerja tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,77% (yoy). Penopang utama subsektor jasa pemerintahan umum adalah realisasi belanja dan gaji pemerintahan pada triwulan laporan.

Selain tiga sektor utama tersebut, sektor bangunan juga mencatatkan pertumbuhan cukup baik pada periode laporan. Sektor bangunan tercatat meningkat sebesar 8,52% (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya konsumsi swasta.

Kinerja sektor transportasi pada triwulan I 2012 juga mengalami peningkatan. Sektor transportasi mencatat pertumbuhan sebesar 6,82% (yoy) atau mengalami akselerasi dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 4,87% (yoy). Meningkatnya sektor transportasi tercermin dari perkembangan jumlah penumpang kapal selama triwulan laporan yang naik 11,15% (yoy). 0  20.000  40.000  60.000  80.000  100.000  120.000  140.000  160.000  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Unloading Ton

Grafik 1.19 Perkembangan Arus Bongkar Grafik 1.20 Jumlah Tamu Hotel

Sumber : BPS Provinsi NTT 2.000 7.000 12.000 17.000 22.000 27.000 I II III IV I 2011 2012 Jumlah Tamu

(22)

Kinerja sektor industri selama periode laporan sedikit mengalami pertumbuhan. Bila pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 4,63% (yoy), maka pada triwulan laporan tercatat menjadi 4,96%. Sumber utama peningkatan tersebut adalah berasal dari industri makanan dan minuman. Lebih dari 78% kinerja sektor industri NTT ditentukan oleh industri makanan dan minuman.

Kinerja sektor keuangan sangat bergantung pada lembaga perbankan. Intermediasi perbankan pada triwulan I 2012 mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 79,87% menjadi 78,02%. Laju pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat sedikit melambat dari 24,95% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 24,45% (yoy). Demikian pula penyaluran kredit, tumbuh 27,52% (yoy) dari sebelumnya 29,29% (yoy). Kondisi diatas mendorong pertumbuhan sektor keuangan sebesar 6,52% (yoy) pada periode laporan.

Grafik 1.21 Penumpang Angkutan Laut

Sumber : PT Pelindo Tenau 0  10.000  20.000  30.000  40.000  50.000  60.000  70.000  80.000  90.000  I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Jumlah Penumpang Orang

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT

(23)

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Permintaan

(24)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

P

P

P

E

E

E

R

R

R

K

K

K

E

E

E

M

M

M

B

B

B

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

I

I

I

N

N

N

F

F

F

L

L

L

A

A

A

S

S

S

I

I

I

2 2..11 KKoonnddiissiiUUmmuumm

Pergerakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di NTT turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi terjadi pada 2 (dua) kota penghitungan inflasi yaitu Kupang dan Maumere. Inflasi tahunan Kota Kupang pada akhir triwulan I-2012 sebesar 3,11% (yoy), sementara inflasi Maumere berada pada level 6,21%

(yoy) sehingga pada akhir triwulan I-2012 inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada level 3,60% (yoy).

‐2% ‐1% 0% 1% 2% 3% BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK &  TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS  & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI  DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI  DAN JASA  K 1.77% 1.25% 1.23% 2.74% 0.30% 0.69% ‐1.03% 0.59% 0.19% 0.26%

Jan‐12 Feb‐12 Mar‐12

Secara triwulanan, NTT mengalami inflasi sebesar 1,03% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi quartalan pada triwulan IV-2012 yaitu 1,29%. Inflasi tertinggi terdapat pada kelompok sandang sebesar 2,74%, diikuti dengan bahan makanan dan makanan jadi dengan inflasi quartalan masing-masing sebesar

‐2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2010 2011 2012 yoy NTT mtm ntt

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Tw1-2012 NTT

(25)

1,77% dan 1,25%. Berbeda dengan 6 (enam) kelompok inflasi lainnya, inflasi pada kelompok transpor bernilai negatif atau mengalami deflasi sebesar 1,03%.

Tekanan inflasi selama triwulan laporan paling tinggi terjadi pada bulan Januari. Pada Januari 2012, inflasi month to month tercatat sebesar 0,59%, sementara bulan Februari dan Maret masing-masing sebesar 0,19% dan 0,26%. Tekanan inflasi pada bulan Januari disebabkan oleh tekanan harga pada komoditi sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan sebagai dampak dari tingginya curah hujan di Kota Kupang pada awal tahun. Sementara bulan Februari, pergerakan harga pada hampir semua kelompok barang relatif stabil, kecuali kelompok perumahan. Sedangkan pada bulan Maret harga barang terkoreksi khususnya pada kelompok sandang, dimana pada pada bulan April terdapat momen paskah sehingga pada Maret harga sandang sudah mulai terkoreksi.

Inflasi NTT pada triwulan I-2012 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional. Secara umum, tingkat inflasi kota-kota di NTT termasuk kategori kota yang tergolong memiliki persistensi yang cukup tinggi. Namun pada triwulan I-2012, justru inflasi nasional diatas inflasi NTT. Besarnya bobot inflasi Kota Kupang dalam perhitungan inflasi NTT terlihat

I II III IV I II III IV I year on year Nasional 3.43% 5.05% 5.80% 6.96% 6.65% 5.54% 4.61% 3.79% 3.97% NTT 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% Kupang 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% Maumere 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% year to date Nasional 0.99% 2.42% 5.28% 6.96% 0.70% 1.06% 2.97% 3.79% 0.88% NTT 3.06% 5.42% 8.65% 9.72% 2.09% 2.37% 3.35% 4.68% 1.03% Kupang 3.25% 5.56% 8.81% 9.97% 2.32% 2.39% 3.16% 4.32% 1.13% Maumere 2.11% 4.68% 7.84% 8.48% 0.86% 2.29% 4.37% 6.59% 0.49% Inflasi 2010 2011 2012 Sumber : BPS diolah

Grafik 2.4 Inflasi NTT dan Nasional Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2010 2011 2012 yoy Nasional yoy kupang yoy Maumere

(26)

dari rendahnya inflasi Kota Kupang dibandingkan dengan inflasi nasional pada triwulan laporan, sedangkan inflasi Kota Maumere masih persisten tinggi diatas inflasi nasional. Pergerakan tarif angkutan udara dari Kupang pada awal tahun yang turun cukup tajam dibandingkan dengan akhir tahun 2011 menjadi penyebab utama rendahnya pencapaian inflasi selama triwulan laporan.

0.54% 0.21% ‐0.22% 0.23% 0.27% 0.87% 0.46% ‐0.37% 0.01% ‐0.66% 1.95% 0.59% 0.19%0.26% ‐0.90% ‐0.60% ‐0.30% 0.00% 0.30% 0.60% 0.90% 1.20% 1.50% 1.80% 2.10%

feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2011 2012 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA KESEHATAN SANDANG PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK &  TEMBAKAU BAHAN MAKANAN UMUM

Tingginya tingkat fluktuasi inflasi di Kupang, tidak terlepas dari kondisi geografis yang dikelilingi oleh laut, ketergantungan pada kelancaran jalur pelayaran akan sangat menentukan. Kemudian, hampir seluruh barang kebutuhan konsumsi masyarakat NTT berasal dari provinsi lain, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Oleh karena tingkat ketergantungan kepada daerah-daerah tersebut cukup tinggi, menyebabkan kedua kota di NTT rentan terhadap fluktuasi harga. Selain itu, fluktuasi tarif angkutan udara akibat faktor seasonal menjadi driver inflasi di NTT. Disamping tekanan secara regional, sumber tekanan inflasi tahun 2012 secara nasional adalah kebijakan kenaikan atau pembatasan BBM bersubsidi (boks 1)

I II III IV I

UMUM 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60%

BAHAN MAKANAN 14.01% 9.84% 4.07% 0.49% -1.71% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.74% 7.27% 4.99% 4.83% 3.82% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.06% 5.45% 4.48% 4.64% 4.17%

SANDANG 4.88% 6.67% 9.39% 11.60% 14.49%

KESEHATAN 6.32% 5.94% 6.31% 5.41% 4.22%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.49% 4.34% 5.46% 2.79% 4.07% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 1.55% 1.86% 11.42% 10.08%

2012 2011

Komoditi

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.5 Struktur Inflasi Bulanan NTT

(27)

2.2 Inflasi Kota Kupang

Pergerakan harga di Kota Kupang cenderung menurun pada awal tahun 2012. Inflasi Kota Kupang pada akhir triwulan I-2012 sebesar 3,11% (yoy). Laju inflasi tahunan jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang mencapai 8,98% (yoy). Rendahnya pencapaian inflasi pada triwulan laporan bersumber pada deflasi yang

terjadi pada kelompok bahan makanan selama triwulan laporan. Inflasi tahunan paling tinggi terjadi pada kelompok sandang yang mencapai 15,59% diikuti dengan kelompok transpor yang mencatatkan inflasi tahunan sebesar 11,49%. Inflasi kelompok transportasi paling tinggi dialami oleh tarif angkutan udara, kemudian untuk kelompok sandang disumbangkan oleh kenaikan harga emas. Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 3,72%. Penurunan harga paling signifikan terjadi pada komoditi ikan segar, sayuran dan bumbu-bumbuan. Sedangkan khusus untuk beras, memasuki awal tahun mengalami kenaikan harga walaupun kenaikan tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Fenomena kenaikan harga beras bukan hanya terjadi di Kupang. Harga beras di Makasar dan NTB juga sudah mulai merangkak naik akibat meningkatnya permintaan beras dari Jawa (Sumber : Rakorwil TPID Balnustra). Sehingga untuk mencukupi kebutuhan beras di Jawa, para pedagang besar harus mengambil dari luar daerah.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang

Sumber : BPS diolah ‐2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2010 2011 2012 yoy Kupang mtm Kupang

(28)

‐4% ‐2% 0% 2% 4% umum bahan makanan makanan jadi,rokok,tembakau perumahan,listrik,air sandang kesehatan pendidikan,rekreasi,olah  raga transpor,komunikasi,jasa 1.13% 2.23% 1.22% 1.32% 2.50% 0.04% 0.56% ‐1.17%

Selama triwulan I-2012 terjadi perubahan indeks IHK sebesar 1,13% (qtq), turun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau bahkan bila dibandingkan dengan triwulan 2011. Tekanan inflasi tertinggi selama triwulan I-2012 terjadi pada kelompok sandang dengan perubahan indeks sebesar 2,50% diikuti dengan kelompok bahan makanan yang mengalami perubahan indeks sebesar 2,23%. Tekanan harga pada komoditi bumbu-bumbuan menjadi salah satu penyumbang terbesar pada inflasi bahan makanan selain komoditi beras. Pada triwulan laporan terjadi deflasi pada kelompok transport dengan perubahan indeks sebesar 1,17%. Penurunan tarif angkutan udara dengan pemberlakuan tarid promo menjadi sumber utama terjadinya deflasi pada kelompok transpor. Tekanan inflasi Kota Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan inflasi bulanan mencapai 0,54%, dan kemudian melemah pada dua bulan setelahnya. Tingginya inflasi pada Januari 2012, bersumber pada kenaikan harga komoditi sayuran dan bumbu seperti sawi putih dan cabe rawit. Komoditi beras mengalami tekanan harga walaupun kenaikannya tidak signifikan. Sementara pada bulan Februari tekanan inflasi bersumber pada kelompok perumahan khususnya pada tarif sewa rumah dan kenaikan harga semen. Sedangkan pada bulan Maret.

Pada kelompok volatile food (VF) selama triwulan I-2012, tekanan inflasi tertinggi disumbangkan oleh kelompok sayur-sayuran terutama komoditi wortel, sawi putih, bayam dan tomat sayur dengan sumbangan masing-masing komoditi sebesar 0,20%, 0,19%, 0,11% dan 0,11%. Tekanan harga pada komoditi jenis sayuran disebabkan curah hujan di Kota Kupang pada awal tahun relatif tinggi

(29)

sehingga komoditi yang rentan terhadap cuaca mengalami penurunan produksi yang membuat harga terkoreksi cukup tinggi. Komoditi beras yang biasanya mengalami kenaikan cukup tinggi diawal tahun, pergerakannya cukup stabil walaupun terjadi kenaikan namun tidak terlalu signifikan.

‐10 ‐5 0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010 2011 2012 %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan  pendekatan sub kelompok)

(2) 0  2  4  6  8  10  12  14  16  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010 2011 2012 %,yoy

Adm Price Volatile Food Core

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

Inflasi kelompok administered prices selama triwulan I-2012 tercatat minus atau deflasi. Hal ini kelompok transpor pada triwulan laporan memberikan sumbangan deflasi, yang disebabkan adanya penurunan tarif angkutan udara dan pemberian harga promo untuk menarik penumpang, karena pada bulan-bulan awal tahun biasanya terjadi penurunan permintaan untuk jenis angkutan udara. Tekanan harga pada komoditi rokok putih dan bahan bakar rumah tangga yang tidak berdampak signifikan untuk mengkoreksi angka deflasi pada kelompok

administered price. Sementara tekanan core inflation paling tinggi dipengaruhi

oleh inflasi kelompok perumahan. Kenaikan harga komoditi semen pada awal tahun pada kisaran 10% menyumbangkan inflasi pada triwulan I-2012 sebesar 0,26%. Sementara itu, pemberlakuan tarif sewa rumah yang baru pada awal tahun memicu terjadinya inflasi yang cukup tinggi pada tarif sewa rumah dengan sumbangan sebesar 0,10%.

I II III IV I

UMUM 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11%

BAHAN MAKANAN 14.69% 10.42% 3.97% -1.13% -3.72% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.19% 6.68% 4.51% 4.62% 3.97% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.27% 5.56% 4.26% 4.50% 4.34%

SANDANG 4.87% 7.15% 10.23% 12.76% 15.59%

KESEHATAN 7.28% 6.38% 6.94% 5.86% 4.27%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88% 4.96% 5.65% 2.46% 3.52% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8.83% 1.68% 1.99% 13.30% 11.49%

KOMODITI 2011 2012

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Kupang

(30)

2.3 Inflasi Kota Maumere

Searah dengan pergerakan inflasi Kota Kupang, tekanan harga di Maumere pada triwulan laporan cenderung melemah. Inflasi tahunan Maumere pada akhir triwulan laporan sebesar 6,21% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang mencapai 7,15% (yoy) dan akhir tahun 2011 yang mencapai 6,59% (yoy). Kelompok barang yang

mengalami inflasi tertinggi pada akhir triwulan I-2012 adalah kelompok bahan makanan dengan inflasi tahunan sebesar 10,12% (yoy) diikuti dengan kelompok sandang yang mengalami inflasi tahunan sebesar 8,43% (yoy).

‐4% ‐2% 0% 2% 4% 6% umum bahan makanan makanan … perumahan,listrik,air sandang kesehatan pendidikan,rekreasi,olah … transpor,komunikasi,jasa 0.49% ‐0.51% 1.43% 0.79% 4.21% 1.78% 1.35% ‐0.09%

Secara triwulanan, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang dengan inflasi triwulanan sebesar 4,21% (qtq) sedangkan untuk inflasi pada kelompok bahan makanan tercatat negatif atau mengalami deflasi sebesar 0,51% (qtq). Selama triwulan I-2012, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan inflasi bulanan sebesar 0,82% (mtm) sementara bulan Februari tekanan harga melemah dengan inflasi sebesar 0,09% (mtm). Bahkan pada bulan Maret

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere

Sumber : BPS diolah ‐2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2010 2011 2012 yoy Maumere mtm Maumere

(31)

2012, Kota Maumere mengalami deflasi yang cukup rendah mencapai 0,41% (mtm). Berbeda dengan Kota Kupang, tekanan inflasi Kota Maumere pada bulan Januari disumbang oleh kenaikan harga komoditi beras. Sumbangan komoditi beras dalam inflasi bulan Januari sebesar 2,01% (mtm). Sementara pemicu terjadi deflasi yang cukup rendah di bulan Maret adalah turunnya harga komoditi ikan segar, dimana komoditi ikan segar mempunyai pengaruh yang cukup tinggi dalam menggerakkan inflasi di Kota Maumere.

I II III IV I

UMUM 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21%

BAHAN MAKANAN 10.13% 6.69% 4.56% 9.47% 10.12%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.82% 10.62% 7.78% 6.06% 3.05% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.04% 4.94% 5.60% 5.35% 3.30%

SANDANG 4.95% 4.01% 4.67% 5.08% 8.43%

KESEHATAN 1.27% 3.59% 2.80% 2.85% 3.93%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.42% 1.03% 4.49% 4.60% 7.05% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1.32% 0.75% 1.16% 0.37% 1.75% 2012

KOMODITI 2011

(32)

PREFERENSI DAN PENGARUH

KEBIJAKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu barang penunjang yang sangat mempengaruhi gejolak ekonomi, khususnya fluktuasi harga komoditi. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pergerakan harga premium berdampak pada pergerakan inflasi Kota Kupang. Kenaikan harga premium pada tahun 2005 dan 2008 mendorong inflasi pada level yang lebih tinggi. Dampak kebijakan kenaikan harga BBM

direspon secara langsung (first round effect) dengan adanya lonjakan inflasi pada bulan yang bersangkutan. Bahkan dampak lanjutannya (second round effect) terlihat sampai dengan beberapa bulan setelahnya.

Wacana untuk menaikkan atau melakukan pembatasan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada awal tahun 2012 menyebabkan banyak kekhawatiran dari semua kalangan. Untuk mengetahui preferensi masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang terhadap beberapa opsi kebijakan BBM, maka dilakukan survei dengan mengambil 200 sampel dari 200 rumah tangga di Kota Kupang pada bulan Maret 2012.

Dari 200 sampel rumah tangga di Kota Kupang, sebagian besar responden (78,05%) menggunakan sepeda motor untuk aktivitas sehari-hari, sementara 15,5% menggunakan mobil pribadi dan sisanya sebesar 6,00% menggunakan angkutan umum untuk mobilitas sehari-hari. Jarak tempuh yang relatif pendek

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 20% ‐ 1,000  2,000  3,000  4,000  5,000  6,000  7,000  200 3 200 4 200 5 200 6 200 7 200 8 200 9 201 0 201 1 201 2 harga premium inflasi kupang  yoy BOKS 1

Grafik 1. Perkembangan Harga Premium dan Inflasi Kota Kupang

Sumber : BPS diolah

Grafik 2. Penggunaan Moda Transportasi

Sumber : Data Primer

Sepeda  Motor 78.50% Mobil 15.50% Kend.  Umum 6.00%

(33)

serta tingkat kemacetan yang sangat rendah di Kota Kupang menyebabkan orang lebih memilih penggunaan kendaraan roda dua sebagai moda transportasinya dibandingkan dengan kendaraan umum.

Penggunaan BBM bersubsidi masih mendominasi

di Kota Kupang. Berdasarkan hasil survei sebanyak 93,5% responden masih menggunakan premium dan solar (5,4%) untuk bahan bakar kendaraan bermotornya. Pengguna BBM non subsidi jenis pertamax hanya sebesar 1,1% dari total

responden. Ironisnya, dari responden pengguna mobil pribadi tidak ada satupun yang menggunakan pertamax.

Total pengeluaran untuk pembelian BBM perbulan masyarakat Kota Kupang sebagian besar pada di kisaran Rp 100.000 – Rp 500.000 (58,42%) diikuti dengan total pengeluaran sebesar kurang dari Rp 100.000,00 per bulan (20,53%) dan sisanya menyebutkan bahwa memerlukan uang lebih dari Rp 500.000,00 per bulan yang dialokasikan untuk pembelian BBM. Biaya yang dialokasikan untuk pembelian BBM tergolong cukup tinggi untuk wilayah Kota Kupang yang rata-rata pendapatan per kapita tahun 2009 yang sebesar Rp 11.511.961,00 per tahun atau Rp 959.330,00 per bulan.

Dengan besarnya alokasi BBM dalam biaya rumah tangga, maka jika ada kebijakan kenaikan atau pembatasan BBM bersubsidi, sebanyak 42,00% rumah tangga akan melakukan penyesuaian pengeluaran pada kelompok konsumsi lainnya. Prioritas pertama yang disesuaikan adalah pengeluaran pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, diikuti dengan penyesuaian pengeluaran pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Pemilihan kelompok bahan makanan dan makanan jadi sebagai prioritas pertama karena kebutuhan rumah tangga paling besar terdapat pada kelompok dimaksud. Sementara untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dinilai sebagai kebutuhan tersier atau pelengkap.

Apabila secara terpaksa pemerintah akan membuat kebijakan terkait dengan BBM bersubsidi dan menawarkan tiga opsi kebijakan BBM maka sebagian besar responden (67,88%) lebih memilih opsi kenaikan harga BBM (premium dan solar)

Grafik 3. Pengeluaran untuk BBM per bulan

Sumber : Data Primer

20.53% 58.42% 15.26% 3.68%1.58% 0.53% < Rp 100 rb Rp 100rb ‐ Rp 500rb Rp 500rb ‐ Rp 1jt Rp 1jt ‐ Rp 1,5jt Rp 1,5jt ‐ Rp 2jt > Rp 2jt

(34)

menjadi Rp 6.000,00 per liter. Diikuti dengan pembatasan BBM bersubsidi (beralih ke pertamax) sebesar 22,28% responden dan sisanya sebesar 9,84% memilih

harga BBM (premium dan solar) disesuaikan dengan harga pasar dan disubsidi Rp 2.000,00 per liter.

Pemilihan opsi kenaikan harga BBM menjadi Rp 6.000,00 dinilai paling memungkinkan dan paling tidak memberatkan secara ekonomi dibandingkan dengan dua opsi lainnya karena pada tahun 2008, harga BBM jenis premium sempat dinaikkan menjadi Rp 6.000,00 per liter pada saat harga minyak dunia sangat

tinggi, jauh melebihi asumsi harga minyak dunia dalam APBN. Namun, seiring dengan pelemahan harga minyak dunia maka dilakukan koreksi harga BBM secara bertahap sehingga pada bulan Mei 2009 harga kembali pada level Rp 4.500,00 per liter dan bertahan sampai dengan saat ini.

Kebijakan BBM yang sampai saat ini masih ditahan menunggu pergerakan harga minyak dunia belum berpengaruh terhadap tekanan inflasi di NTT. Inflasi di NTT secara dominan masih digerakkan oleh komponen volatile food. Namun apabila ada opsi kenaikan harga BBM menjadi Rp 6.000,00 diperkirakan hal tersebut akan memicu inflasi pada level yang lebih tinggi dengan sumbangan inflasi first round effect sebesar 0,88% dan second round effect sebesar 0,90%.

Kenaikan harga  BBM menjadi  Rp 6.000 67.88% BBM sesuai  harga pasar dgn  subsidi Rp  2.000 9.84% Pembatasan  BBM bersubsidi 22.28%

Sumber : Data Primer

Grafik 4. Preferensi kebijakan BBM

Tabel 1. Proyeksi Inflasi NTT dan Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

(35)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

I

I

I

P

P

P

E

E

E

R

R

R

B

B

B

A

A

A

N

N

N

K

K

K

A

A

A

N

N

N

D

D

D

A

A

A

N

N

N

S

S

S

I

I

I

S

S

S

T

T

T

E

E

E

M

M

M

P

P

P

E

E

E

M

M

M

B

B

B

A

A

A

Y

Y

Y

A

A

A

R

R

R

A

A

A

N

N

N

3 3..11 PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANNBBAANNKKUUMMUUMM 3 3..11..11.. KKoonnddiissiiUUmmuumm

Perkembangan kinerja perbankan NTT pada triwulan awal tahun 2012 mengalami peningkatan yang positif. Perkembangan indikator utama perbankan yaitu asset, dana masyarakat dan kredit mengalami peningkatan signifikan. Total asset perbankan NTT pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan sebesar 28,60% dengan nominal asset mencapai Rp 17,77 triliun. Sejalan dengan peningkatan total asset, penghimpunan dana masyarakat melalui rekening Tabungan, Deposito dan Giro mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 24,45%. Indikator lainnya, yaitu penyaluran kredit perbankan NTT pada awal tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang positif dengan kenaikan sebesar 27,52% dengan outstanding kredit mencapai Rp 10,48 triliun.

Meningkatnya jumlah bank yang beroperasi di wilayah NTT merupakan pendorong tren peningkatan kinerja perbankan pada level yang relatif tinggi. Selama tahun 2011 terdapat dua bank baru yang beroperasi di wilayah NTT yaitu Bank CIMB Niaga pada bulan Mei 2011 dan Bank Pundi pada bulan Juni 2011. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2011, jumlah bank yang beroperasi di NTT berjumlah 26 bank, yang terdiri dari 17 Bank Umum dan 9

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

indikator 2010 2011 2012

utama I II III IV I II III IV I

Aset (miliar) 11,836.32 12,228.45 12,520.21 13,252.33 13,816.23 14,961.89 16,171.74 16,686.64 17,767.42 y-o-y 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73% 22.35% 29.17% 25.91% 28.60% Kredit (miliar) 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,478.0610,187.94 y-o-y 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% DPK (miliar) 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70 11,826.96 12,754.89 13,429.61 y-o-y 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% LDR 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14% 78.55% 81.90% 79.87% 78.02% NPL 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34% 2.33% 2.04% 1.42% 1.66%

(36)

Bank Perkreditan Rakyat dengan rincian per kabupaten sebagaimana tabel dibawah.

3

3..11..22.. IInntteerrmmeeddiiaassiiPPeerrbbaannkkaann

Pertumbuhan penghimpunan dana pada rekening giro, deposito maupun tabungan yang meningkat signifikan berdampak pada peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan umum NTT. Pada triwulan laporan, penghimpunan DPK oleh perbankan umum tercatat sebesar Rp 13,43 triliun atau meningkat 24,45% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun 2011 (yoy). Selain disebabkan oleh penambahan jumlah bank maupun pembukaan kantor bank, peningkatan penghimpunan DPK secara umum merupakan indikasi dari meningkatnya kesadaran masyarakat NTT terhadap perbankan.

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.2 Jumlah Bank Per Kabupaten

Daerah BUMN Swasta

Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 4 12

Kota/Kabupaten

‐ Kota/Kabupaten Kupang 1 4 12

‐ Kabupaten Sumba Barat 1 3 1

‐ Kabupaten Sumba Timur 1 3 1

‐ Kabupaten TTS 1 3 2

‐ Kabupaten TTU 1 3 1

‐ Kabupaten Belu 1 4 3

‐ Kabupaten Alor 1 3 0

‐ Kabupaten Lembata 1 3 0

‐ Kabupaten Flores Timur 1 3 2

‐ Kabupaten Sikka 1 4 2

‐ Kabupaten Sabu Raijua 1 1 0

‐ Kabupaten Ende 1 4 1

‐ Kabupaten Ngada 1 3 1

‐ Kabupaten Manggarai 1 4 1

‐ Kabupaten Rote Ndao 1 2 0

‐ Kabupaten Manggarai Barat 1 3 0

‐ Kabupaten Sumba Barat Daya 1 2 0

‐ Kabupaten Sumba Tengah 1 0 0

‐ Kabupaten Nagekeo 1 1 0

‐ Kabupaten Manggarai Timur 1 1 0

JUMLAH PERBANKAN

1. 2.

(37)

Penghimpunan dana pada rekening giro mengalami kenaikan sebesar 16,52% (yoy). Kenaikan dana pada rekening giro selain bersumber dari peningkatan dana pemerintah yang berasal dari dana APBN maupun dana APBD untuk tahun anggaran 2012 juga berasal kepemilikan dana pihak swasta. Peningkatan kepemilikan giro oleh swasta mengalami kenaikan mencapai 39,26%, sementara penempatan giro oleh pemerintah meningkat sebesar 13,06%. Peningkatan penempatan giro oleh pihak swasta yang cukup tinggi belum mampu merubah struktur kepemilikan giro yang masih didominasi oleh penempatan pemerintah dengan porsi sebesar 79,05% sementara pihak swasta sebesar 9,46%, sedangkan untuk perseorangan dan lain-lain sebesar 11,49%.

Pertumbuhan dana pada rekening tabungan meningkat sebesar 22,50% (yoy). Dana masyarakat yang ditempatkan dalam rekening tabungan pada triwulan I-2012 mencapai Rp 6,25 triliun, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan terjadi penurunan penempatan dana pada rekening tabungan sebesar 13,14%,

shifting sebagian dana pemerintah dari rekening tabungan ke rekening

deposito dan tabungan untuk karena baru permulaan tahun dan realisasi anggaran pemerintah masih minim menjadi faktor pendorong menurunnya pertumbuhan dana tabungan. Secara perseorangan, penurunan dana tabungan merupakan dampak dari tingginya konsumsi masyarakat pada akhir tahun 2011 sebagai dampak dari perayaan Natal dan Tahun Baru. Sebagian masyarakat menggunakan dana dari tabungannya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pada akhir tahun. Kondisi serupa terjadi pada semua

Tabel 3.3 Perkembangan Komponen DPK

Sumber : KPwBI Prov. NTT

2010 2011 2012 I II III IV I II III IV I DPK 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70 11,826.96 12,754.89 13,429.61 y-o-y 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% Giro 2,499.54 2,901.17 2,831.37 1,963.11 2,916.83 2,985.66 2,851.61 2,538.81 3,398.59 y-o-y -1.63% 3.33% 3.34% -3.22% 16.69% 2.91% 0.71% 29.33% 16.52% Deposito 2,251.18 2,269.67 2,265.93 2,597.01 2,771.36 3,106.35 3,309.02 3,019.11 3,780.04 y-o-y 17.70% 14.07% 8.56% 32.98% 23.11% 36.86% 46.03% 16.25% 36.40% Tabungan 4,479.78 4,596.56 4,731.69 5,647.97 5,102.91 5,330.70 5,666.32 7,196.97 6,250.97 y-o-y 17.42% 14.16% 13.03% 9.93% 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% DPK (miliar)

(38)

kabupaten di wilayah NTT, dengan penurunan penempatan dana tabungan terbesar di Kabupaten Lembata (-31,88%) diikuti Kabupaten TTU (-21,66%).

Dibandingkan kedua rekening lain, penempatan dana pada rekening deposito mengalami kenaikan yang paling tinggi. Secara tahunan (yoy) penempatan dana pada rekening deposito mengalami kenaikan mencapai 36,40%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan akhir tahun 2011 yang hanya sebesar 16,25%. Peningkatan dana tertinggi adalah pada golongan pemilik pemerintah dengan kenaikan mencapai 58,93%, sementara golongan perseorangan mengalami peningkatan sebesar 23,43%. Imbal jasa yang relatif besar dibandingkan dengan kedua rekening yang lain diperkirakan menjadi salah satu pertimbangan masyarakat dalam menempatkan excess

liquidity-nya pada rekening deposito.

Komposisi penghimpunan DPK perbankan NTT masih didominasi oleh penghimpunan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, komposisi dana tabungan mencapai 46,55%, sementara dana pada rekening giro sebesar 25,31% dan deposito sebesar 28,15%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, komposisi penempatan dana pada rekening tabungan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan akselerasi pertumbuhan pada masing-masing rekening berbeda signifikan. Akselerasi pertumbuhan

Tabel 3.4 Pertumbuhan Dana Tabungan (yoy)

Sumber : KPwBI Prov. NTT

I II III IV yoy qtq

Kab. Timor-Tengah Selatan 12.15% 9.53% 30.63% 25.52% 16.16% -15.18% Kab. Timor-Tengah Utara -2.37% 8.68% 15.77% 25.51% 22.29% -21.66%

Kab. Belu 12.10% 5.65% 6.36% 50.20% 32.49% -15.13%

Kab. Alor 12.51% 20.89% 22.07% 34.35% 31.69% -10.50%

Kab. Flores Timur -1.23% 5.75% 8.73% 16.46% 14.12% -7.39%

Kab. Sikka 8.69% 17.54% 23.37% 23.81% 19.33% -12.01%

Kab. Ende 10.54% 9.73% 15.91% 22.74% 15.58% -13.70%

Kab. Ngada 1.24% 10.35% 18.10% 25.28% 20.70% -13.19%

Kab. Manggarai 6.79% 6.62% 10.02% 8.91% 9.46% -16.17%

Kab. Sumba Timur 12.37% 27.30% 27.02% 40.72% 36.03% -17.73% Kab. Sumba Barat 2.73% 16.91% 17.94% 25.89% 28.43% -14.58% Kab. Lembata 48.69% 46.97% 115.47% 17.80% 10.10% -31.88%

Kab. Rote 65.43% 79.48% 57.71% 26.78% 38.52% -17.12%

Kab. Manggarai Barat -5.04% 36.49% 22.38% 71.10% 68.84% -21.86%

Kota Kupang 22.09% 19.93% 21.61% 30.73% 24.85% -11.47%

TOTAL 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% -13.14% TW I-2012

Gambar

Grafik 1.8 Kredit Konsumsi  Grafik 1.9 Perkembangan IKE Sumber : BPS Provinsi NTT diolah  Sumber : PLN Wilayah NTT
Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT
Grafik 1.13 PDRB Ekspor - Impor
Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian ilmu ekonomi,

mengembangkannya. Pada saat ini tenaga kependidikan menggunakan model pembelajaran berbasis WEB. Dikarenakan sudah banyak penyebaran secara langsung virus corona tanpa kita

Faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi dalam penelitian ini ada sepuluh faktor yang terdiri dari Harga, Kualitas layanan, Kualitas produk (rasa dan varian),

Demikian laporan pelaksanaan program I Quick Wins Renstra Polri Triwulan II bulan Juni Tahun 2016 tentang “Penertiban dan Penegakan Hukum Organisasi Radikal dan Anti Pancasila”

Kajian yang dilakukan oleh Andri Ramadhan hanya fokus untuk menyelesaikan permasalahan sistem persamaan linear dalam bentuk riil dengan menggunakan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jember

Hasil penelitian memperlihatkan, pada konsentrasi LAS dalam medium yang digunakan (20 ppm), waktu adaptasi dan pertumbuhan bakteri Acinetobacter sp telah menunjukkan