sehingga harga yang diterima oleh petani lebih besar.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup masyarakat secara umum adalah indeks pembangunan manusia (IPM). Pergerakan angka IPM NTT terus mengalami pertumbuhan meskipun secara nasional peringkat Provinsi NTT masih belum mengalami peningkatan dimana sampai dengan tahun 2010 NTT masih menduduki peringkat ke 31 dari 33 provinsi, diatas Nusa Tenggara Timur dan Papua. Angka IPM pada tahun 2010 tercatat sebesar 67,26 sedangkan tahun 2009 lalu 66,60.
Membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat juga berdampak terhadap perkembangan tingkat kemiskinan di NTT. Jumlah penduduk miskin
Grafik 5.3 Perkembangan NTP NTT
Sumber : www.bps.go.id
Tabel 5.3 Perkembangan IPM NTT
Sumber : www.bps.go.id 100 101 101 102 102 103 103 104 104 120 122 124 126 128 130 132 134 136 138 140 142 144 146 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010 2011 2012 NTP - axis kanan Indeks yang dibayar Indeks yang diterima
Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010*)
63.6 64.83 65.36 66.15 66.6 67.26
- Angka Harapan Hidup (tahun) 64.9 66.5 66.7 67 67.3 67.5
- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6.3 6.4 6.4 6.6 6.6 7
- Angka Melek Huruf (persen) 85.6 86.5 87.25 87.66 87.96 88.59 - Pengeluaran Riil/Kapita disesuaikan
(Rp.000) 589.8 591.2 594.3 599.9 602.6 603.8
relatif mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 lalu. Pada tahun 2011, jumlah penduduk miskin tercatat berjumlah 1,01 juta jiwa yang terkonsentrasi di wilayah pedesaan sebesar 895,87 ribu jiwa, sisanya di perkotaan. Secara prosentase, jumlah penduduk miskin di NTT sebesar 21,23%, turun dari tahun 2010 yang mencapai 23,03%. Besarnya jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan, mengandung implikasi bahwa pemerataan pertumbuhan ekonomi belum berjalan sebagaimanamestinya.
Tabel 5.4 Penduduk Miskin NTT
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2005 133.5 1,037.7 1,171.2 17.85 30.46 28.19 2006 148.0 1,125.9 1,273.9 18.77 31.68 29.34 2007 124.9 1,038.7 1,163.6 16.41 29.95 27.51 2008 119.30 979.10 1 098.3 15.50 27.88 25.65 2009 109.40 903.70 1 013.1 14.01 25.35 23.31 2010 107.40 906.70 1 014.10 13.57 25.10 23.03 2011 117.04 895.87 1 012.90 12.50 23.36 21.23
Sumber:Diolah dari data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
B
BBAAABBB VVVIII
P
PPRRROOOSSSPPPEEEKKKPPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
6 6..11.. PPeerrttuummbbuuhhaannEEkkoonnoommiiEkonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II 2012 diperkirakan akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II 2012 akan berada pada kisaran 4,2 ± 1% (yoy). Di sisi lain, secara triwulanan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,0 ± 1% (qtq). Investasi diyakini akan mengalami peningkatan kinerja melengkapi konsumsi yang tetap menjadi penopang utama pertumbuhan. Dari sisi penawaran, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian diperkirakan akan cukup berkontribusi seiring memasuki musim panen tabama.
Aspek Pertumbuhan
Triwulan I Penyebab Pertumbuhan
Ekspektasi triwulan mendatang Keterangan Ekspektasi Kegiatan Usaha (umum)
Melambat Turunnya permintaan
eksternal Meningkat
Permintaan domestic dan eksternal
Volume
produksi Meningkat
Kondisi cuaca yang lebih
mendukung Meningkat Kondisi cuaca yang kondusif
Nilai
penjualan Menurun
Penurunan harga komoditas
unggulan Meningkat
Peningkatan harga komoditas unggulan
Kapasitas
produksi Menurun
Prospek permintaan yang
memburuk Meningkat
Prospek permintaan yang membaik
Tenaga kerja Tetap Faktor musiman Sedikit
meningkat Faktor musiman (proyek)
Volume
pesanan Sedikit melambat
Menurunnya harga komoditas dan prospek ekonomi dunia
Sedikit meningkat Membaiknya prospek ekonomi dunia Harga jual komoditas unggulan
Menurun Menurunnya permintaan dari
negara maju dan berkembang Tetap
Stabilnya permintaan dari negara maju dan berkembang
Kondisi
keuangan Sedikit terganggu
Turunnya penjualan ke pasar
global Membaik Dampak kenaikan harga
Akses kredit Melambat
Koreksi prospek usaha dalam jangka pendek, terkait penurunan permintaan komoditas
Meningkat Prospek permintaan membaik
Situasi bisnis Sedikit melambat Menurunnya permintaan dari
negara maju dan berkembang Membaik
Prospek permintaan membaik
Tabel 6.1 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh permintaan domestik, khususnya investasi dan konsumsi pemerintah. Permintaan domestik diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi, walaupun secara negatif sudah terpengaruh oleh penurunan harga komoditas unggulan sejak pertengahan tahun. Ekspor diperkirakan melambat karena kondisi dan prospek permintaan eksternal yang semakin memburuk. Dari sisi permintaan, investasi diperkirakan akan meningkat karena pelaku usaha masih optimis atas prospek jangka menengah-panjang walaupun permintaan eksternal masih dibayangi lemahnya pemulihan perekonomian global, serta ditunjang oleh pemberian predikat investment grade untuk Indonesia.
Pelaku usaha masih terlihat optimis untuk meningkatkan kinerja dari sisi volume. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I 2012, secara umum kegiatan usaha diperkirakan tumbuh cukup baik. Faktor musiman dan dukungan iklim yang cukup baik menunjang pertumbuhan volume produksi, namun dari sisi permintaan masih terkendala pertumbuhan ekonomi global masih lemah dan permintaan domestik yang tertahan kemungkinan adanya shock biaya energi. Meskipun demikian, investasi diperkirakan masih berlanjut pada triwulan II 2012.
Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor diperkirakan melemah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor untuk tahun 2012 menurun. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2012, hanya sebesar 3,5%, turun dari tahun 2011 yang sebesar 3,9%. Pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan melambat dari 9,2% di tahun 2011 menjadi 8,2% di tahun 2012. India diperkirakan mengalami perlambatan dari 7,2% menjadi 6,9%, dan Malaysia dari 5,1% menjadi 4,4%.
6
6..22.. IInnffllaassii
Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran 3,92±1% (yoy) setelah pada triwulan I 2012 berada pada tingkat 3,60% (yoy). Selain dipengaruhi tekanan inflasi yang bersifat fundamental, kenaikan inflasi tahunan juga disebabkan oleh efek tahun dasar (base year effect). Adapun dampak kebijakan pembatasan subsidi BBM setidaknya akan menambah inflasi NTT sedikitnya sebesar 1,78%.
Terdapat kemungkinan kenaikan harga administered prices. Setelah penundaan kenaikan harga BBM pada 1 April lalu, pemerintah masih mewacanakan untuk melakukan kebijakan terkait BBM bersubsidi sebagai cara untuk memperbaiki kondisi fiskal. Salah satu opsi kebijakan tersebut adalah pembatasan BBM bersubsidi untuk mobil pribadi dengan kapasitas mesin tertentu. Jika pembatasan tersebut diperhitungkan dalam keranjang konsumsi perhitungan inflasi, maka akan terdapat dampak langsung dari kebijakan tersebut berupa kenaikan nilai konsumsi pada bensin, sehingga akan menyebabkan kenaikan harga secara umum. Terlepas dari jadi tidaknya pemerintah membatasi BBM, ekspektasi terhadap hal tersebut telah berimplikasi pada kenaikan harga.
Pada triwulan II 2012, tekanan inflasi dari faktor musiman akan meningkat. Seiring musim panen tabama pada triwulan II 2012, harga bahan makanan lokal diproyeksikan akan mengalami penurunan. Namun demikian, pada akhir periode triewulan akan terdapat masa liburan sekolah yang dapat meningkatkan permintaan atas beberapa barang dan jasa.
Grafik 6.1 Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber : Bloomberg 1.386,35 1.508,86 1.703,51 1.683,21 1.690,34 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 I II III IV I 2011 2012 USD/OZ
Grafik 6.2 Minyak WTI di Pasar Internasional
Sumber : Bloomberg 93,93 102,52 89,71 94,01 102,81 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 I II III IV I 2011 2012 USD/Barrel
REVISI INFLASI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 ;
KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN BBM BERSUBSIDI DAN EKSPEKTASI INFLASI
Berganti-gantinya skema kebijakan pemerintah terkait Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi memberikan dampak terhadap proyeksi inflasi Nusa Tenggara Timur. Proyeksi awal base inflasi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012 sebagaimana dijelaskan pada Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV 2011 diperkirakan sebesar 5,94%. Namun demikian, seiring dengan batalnya berbagai skema kebijakan BBM bersubsidi untuk masyarakat sedikit menekan ekspektasi inflasi, khususnya bagi masyarakat Kota Kupang.
Inflasi Kota Kupang pada tahun 2012 diproyeksikan berada pada kisaran 5,19% ± 1% (yoy), sementara inflasi Kota Maumere diproyeksikan masih tinggi di kisaran 6,96% ± 1% (yoy). Berdasarkan perhitungan bobot masing-masing kota, maka inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan gabungan kedua kota tersebut akan berada pada kisaran 5,48% ± 1% (yoy).
Tabel 1. Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Periode Pertumbuhan Ekonomi (% yoy) Inflasi (% yoy) 2011 Triwulan I 4.9 8.69 Triwulan II 7.4 6.56 Triwulan III 5.7 4.37 Triwulan IV 4.5 4.68 2011 5.6 4.68 2012 Triwulan I 5.4 3.60 Triwulan II * 4.2 3.92 Triwulan III * 5.4 4.63 Triwulan IV * 5.6 5.48 2012* *) Forecast 5.2 5.48
Hal yang perlu menjadi catatan, bahwa besaran inflasi tersebut di atas merupakan proyeksi inflasi dasar tanpa memperhitungkan dampak kebijakan pemerintah terhadap BBM bersubsidi (base inflation). Jika kebijakan tersebut diterapkan maka akan mendorong tingkat inflasi sesuai skenario yang diambil pemerintah.
BOKS 4
Saat ini beberapa skema kebijakan BBM bersubsidi yang diwacanakan pemerintah adalah : (1) Kenaikan harga BBM bersubsidi, sesuai amanat UU APBN-P pasal 7 ayat 6A yang memberikan ruang bagi pemerintah untuk mengubah harga BBM dengan catatan jika harga minyak mentah Indonesia (ICP) selama 6 bulan terakhir mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 15 persen dari asumsi USD105 per barel, dan (2) Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan dengan kapasitas silinder tertentu.
Terkait dengan wacana kenaikan harga BBM, beberapa komponen masyarakat menilai bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi (jika memang memenuhi persyaratan pasal 7 ayat 6A UU APBN-P) yang ideal adalah sebesar Rp1.500,00 atau harga BBM bersubsidi menjadi Rp6.000,00 sebagaimana sebelum diturunkan harganya pada 1 Desember 2008. Jika opsi ini yang diambil pemerintah, maka berdasarkan asessment yang dilakukan akan menambah inflasi NTT pada kisaran 1,78% (lihat tabel 2. Proyeksi Inflasi NTT dan Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi).
Tabel 2. Proyeksi Inflasi NTT dan Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
Adapun jika kebijakan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi diterapkan, maka secara kalkulasi sederhana akan menyebabkan masyarakat yang terkena dampak kebijakan tersebut “terpaksa” mengkonsumsi BBM nonsubsidi yang harganya lebih dari dua kali lipatnya harga BBM bersubsidi. Dalam hal ini terjadi, pemerintah dipastikan akan menerapkannya terlebih dahulu di wilayah Jawa-Bali. Namun demikian, tekanan inflasi di NTT dipastikan akan lebih tinggi lagi karena ketergantungan NTT terhadap barang-barang dari Pulau Jawa yang begitu tinggi.