• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Jemaat GPM Manusa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sejarah Jemaat GPM Manusa"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Jemaat GPM Manusa

Jemaat Manusa merupakan salah satu jemaat terpencil (daerah pegunungan) yang terisolasi dari keramaian kota. Namun, di balik itu Anugerah Tuhan Yang sangat Luar biasa dengan keindahan alam sangat indah dan unik. Hal yang sangat menarik dari Jemaat Manusa ialah letak Daerah pemukiman yang melengkung kedalam dan menyerupai bentuk kuali.

Secara geografis Jemaat GPM Manusa berada pada klasis Kairatu, Kecamatan Inamosol Kabupaten Seram Bagian Barat yang memiliki batas wilayah pelayanan sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Jemaat Lohia Sapalewa

 Sebelah selatan berbatasan dengan hutan petuanan Jemaat Rambatu  Sebelah barat berbatasan dengan hutan petuanan Jemaat Ririn  Sebelah Timur berbatasan dengan hutan petuanan Jemaat Abio

Jemaat GPM Manusa adalah salah satu dari 32 Jemaat yang ada dalam wilayah Pelayanan Klasis Kairatu. Letak jemaat Manusa jauh dari kota dan kondisi jalan menaiki gunung, menuruni lembah tetapi semangat untuk terus hidup dan berkarya. Untuk mencapai puncak tempat pemukiman Jemaat Manusa harus berjalan kaki satu hari penuh dengan medan berupa menaiki gunung serta menyeberangi sungai atau kali. Jarak dari Manusa ke Pusat Klasis ± 70 Km dengan rincian perjalanan 40 Km ditempuh dengan berjalan kaki dan 24 Km ditempuh dengan kendaraan (Mobil atau Sepeda Motor) dari jemaat Rambatu ke pusat Klasis di Kairatu.

Sejak tahun 1924 Masyarakat Manusa telah mengenal Agama Kristen yang diperkenalkan oleh Penginjil Marthen Tuhehay yang berasal dari desa Kamariang. Pada saat itu masyarakat Manusa menetap di negeri lama yang di kenal dengan nama Nuraitu yang masih hidup tradisional. Namun, mereka merespon dengan baik dan menerimah injil yang di beritakan pada saat itu. Walaupun umat di jemaat Manusa sering berpindah-pindah tempat tinggal tetapi hal yang patut diacungi jempol ialah mereka tetap semangat dan keyakinan pada Tuhan dipegang teguh.

Pada tanggal 5 Desember 1973 penginjil Oktovianus Maanana membuka kampung baru di lokasi yang sampai saat ini menjadi tempat tinggal Masyarakat Manusa. Kegiatan peribadahan pun berlangsung dirumah-rumah. Mereka kemudian membangun gedung Gereja darurat untuk pertama kalinya di lokasi yang menjadi tempat pemukiman Jemaat Manusa hingga saat ini dan diberi nama Elim. Sejak terbentuk hingga saat ini sudah empat kali jemaat GPM Manusa membangun gedung Gereja darurat, tetapi rusak karena kondisi alam yang tidak bersahabat. Pernah mereka memiliki gedung Gereja dengan bentuk setengah permanen yang ditopang oleh perusahan Jayanti Group, tetapi pada tahun 1999 Gereja tersebut rusak karena terjadi longsor. Hingga saat ini umat di Jemaat GPM Manusa masih beribadah di gedung Gereja darurat yang sangat memprihatinkan karena beratapkan daun Rumbia, berdinding gaba-gaba dan berlantaikan tanah. Namun, kondisi ini tidak menyurutkan semangat umat untuk bersekutu dengan Tuhan.

(2)

Seiring berjalannya waktu pertumbuhan dan perkembangan umat pun meningkat, dan banyak perubahan yang terjadi terkait dinamika hidup bergereja. Dalam rangka memaksimalkan pelayanan sesuai aturan penataan organisasi Gereja, maka Jemaat GPM Manusa dimekarkan menjadi 3 Unit pelayanan yaitu unit 1, unit 2 dan unit 3 Pada tahun 1980 oleh Pjl. Loth Lumatalale. Umat dan pelayan terus bergumul dengan dinamika pelayanan yang terjadi dan ketika hadirnya Pjl. Amos Lesiela pada tahun 2004 maka terjadi lagi pemekaran dari 3 unit menjadi 6 unit dan di berikan nama sekaligus pembentukan sektor pelayanan menjadi dua yaitu Sektor Imanuel yang terdiri dari Unit Getsemani, Logos dan Syalom. Sektor Maranatha Yang terdiri dari Unit Syalom, Sion, Efrata. Sejak dibentuknya unit-unit bahkan sektor pelayanan ini maka pelayanan terus berjalan dengan baik walaupun sering terjadi kekosongan pendeta.

Pada tahun 1977 dibentuklah persekutuan kaum bapa dan kaum ibu oleh Pjl Loth Lumatalale yang kemudian di ganti dengan wadah pelayanan laki-laki dan perempuan pada tahun 2011 oleh Pdt Chr Soumokil. Seiring dinamika pelayanan Gereja wadah ini disambut dengan sukacita oleh umat di jemaat Manusa dan sampai saat ini umat terus berproses. Awalnya hanya pada tingkat jemaat tapi kemudian berdasarkan penataan pelayanan Gereja maka telah di mekar menjadi dua sesuai sektor pelayanan. Perkembangan wadah ini dari terbentuk hingga saat ini sangat baik bahkan adanya program-program yang dirancang dan di realisasikan untuk membangun kehidupan bersama.

Umat di Jemaat GPM Manusa telah terlibat dalam sekolah minggu sebelum di bentuknya wadah organisasi. Adanya ruang yang dibuka khusus untuk anak-anak supaya mereka dapat belajar tentang Firman Allah sehingga lebih fokus. Sekolah Minggu terbentuk pada tahun 1957 oleh Pjl. Johanis Latuny, pada saat itu pengasuh yang melayani ialah Bapak Nehemia Neyte dan Bapak Hermanus Souhaly. Seiring berjalannya waktu terjadi penambahan pengasuh, hanya saja mereka bertugas berdasarkan masa periodesasi Majelis Jemaat dan setiap lima tahun terjadi pergantian. Hingga saat ini sudah banyak umat yang pernah terlibat sebagai pengasuh. Sekolah Minggu ini kemudian di kenal dengan SMTPI sehingga proses belajar mengajar memahami firman Tuhan bukan sebatas ibadah sekolah minggu tetapi juga ibadah Tunas yang berlangsung di rumah-rumah. Sejak terbentuk hingga saat ini proses menanam dan menyiram terus berlanjut walaupun masih adanya keterbatasan sarana pendukung berupa buku ajar dan alat peraga. Tahun 2014 telah dilakukan pengadaan buku ajar dan proses bimbingan pengasuh pun dilakukan.

Pada tahun 1988 dibentuklah persekutuan pemuda-pemudi Gereja oleh Pjl. Abinadab Lesiela yang kemudian di kenal dengan organisasi AMGPM. Kepemimpinan pun berganti sesuai waktu periodesasi. Ketika terbentuk di pimpin oleh Bapak Joseph Souhaly kemudian Bapak Jansen Unarapal, Bapak Justen Ruspanah, Bapak Korinus Ruspanah, Jonadab Ruspanah, Bapak Alexander Niak, dan Bapak Erwin Souhaly. Awalnya di beri nama Manusa sesuai nama Jemaat kemudian diganti dengan nama Nuraitu atas kesepakatan bersama dengan alasan mengenang nama kampong sebagai awal benih-benih injil bersemi. Hingga saat ini perkembangan AMGPM Ranting Nuraitu cukup baik. Pemuda-pemudi sangat antuasias dalam menopang pelayanan yang ada karena pemuda adalah tulang punggung Gereja.

(3)

Membangun suatu kehidupan jemaat yang Mandiri bukan saja dalam hal ekonomi tetapi juga dalam hal membentuk dan meningkatkan spiritual Umat dalam bidang teologi. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman umat tentang ibadah bahkan pemahaman tentang Firman Tuhan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pihak Gereja, yaitu terus melakukan pendampingan baik melalui ibadah yang bertolak dari kebenaran Firman Allah dalam Alkitab yang bahasanya disederhanakan sehingga mudah dipahami, dan pastoralia terhadap umat yang melakukan pelanggaran bahkan mengganggu ketentraman jemaat.

Dalam bidang Ekonomi Kemandirian daya, dana dan teologi sebagai pilar pembangunan dan pemberdayaan umat di GPM selama ini dilakukan melalui program-program strategis. Tujuannya adalah jemaat memiliki kemampuan untuk bertumbuh dengan pengelolaan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alamnya demi kemandirian daya. Namun, belum mampu mendukung proses pelayanan bergereja dijemaat secara baik. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan serta lemahnya kesadaran umat tentang pentingnya dukungan daya terhadap pelayanan Gereja. Salah satu penyebab lemahnya dukungan anggota jemaat adalah hidup individual (hanya untuk diri sendiri) sangatlah terasa; kenyataan seperti ini pun berdampak langsung bagi upaya mendukung pelayanan gereja dengan kekuatan finansial (keuangan). Keuangan gereja di jemaat belum mampu untuk membiayai dirinya secara baik. Profesi jemaat dominannya adalah petani dan peramu damar. Untuk menyikapi hal ini maka Majelis jemaat terus melakukan pendampingan terhadap umat bahkan sosialisasi tentang mensyukuri berkat Tuhan dalam natsar pengucapan syukur maupun persepuluhan umat. Selain itu ada kebijakan yang diambil Oleh Majelis Jemaat dalam rangka membangun kehidupan yang mandiri, yaitu melakukan pelatihan bagi umat tentang bagaimana membuat dodol dan anggur. Kegiatan ini dilakukan pada unit maupun wadah-wadah pelayanan yang ada, sehingga dapat memberdayakan kehidupan umat dan menambah pendapatan jemaat dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam yang ada.

Jemaat Manusa berasal dari suku Alune adalah masyarakat adat yang dikenal dengan sebutan “MAHSAMANEHUEY”, berada jauh di pedalaman pulau seram pada wilayah kecamatan Inamosol, Kabupaten Seram bagian Barat. Jemaat Manusa memiliki hubungan persaudaraan yang sangat erat dengan jemaat Rambatu, Rumberu dan Kawatu. Hubungan persaudaraan ini terjadi karena besarnya wilayah petuanan Negeri Manusa. Fakta sejarah membuktikan bahwa jemaat Rambatu, Rumberu daan Kawatu terbentuk dari keturunan orang-orang yang berasal dari jemaat Manusa yang diberi tanggungjawab untuk mengawal sebagian wilayah petuanan. Selain itu, jemaat Manusa memiliki hubungan pela gandong dengan desa Warloin di Seram Utara dan Desa/Jemaat GPM Abio.

Sumber Daya Alam jemaat GPM Manusa sangat banyak. Hanya saja karena letaknya yang cukup jauh bahkan kondisi jalan yang memprihatinkan itu merupakan tantangan bagi umat untuk memasarkan hasil alam yang ada. Hal inilah yang mengakibatkan Sebagian Besar umat di jemaat Manusa masih tergolong masyarakat ekonomi lemah. Ini merupakan pergumulan gereja, oleh sebab itu maka dengan adanya program yang diturunkan oleh pemerintah yaitu kelompok-kelompok usaha yang telah dibentuk bahkan Proyek PNPM maka dapat menambah ekonomi umat. Sedangkan keamanan dan ketertiban sangat baik walaupun

(4)

masih ada riuk-riuk kecil sebagai akibat dari mengkonsumsi Minuman Keras yang berlebihan. Tingkat KDRT pun sudah berkurang karena adanya pendampingan dari pihak Gereja.

Mengingat anggota aasyarakat merupakan warga Gereja, maka perlu dibangun kerjasama untuk menata kehidupan berjemaat dan bermasyarakat. Sebagian besar perangkat Pelayan adalah staf Desa sehingga saling menopang. Di Jemaat GPM Manusa relasi Majelis Jemaat dengan Pemerintah Setempat sangatlah baik. Kerjasama ketika pemerintah Desa menopang program pelayanan yang dilakukan oleh Jemaat yaitu Jumat bersih menata lingkungan dan kegiatan-kegiatan Gerejawi lainnya. Sebaliknya Majelis jemaat juga menopang program dan kegiatan yang di lakukan oleh pemerintah baik fisik maupun nonfisik. Kerjasama nonfisik yaitu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah Desa dengan Majelis Jemaat, hal ini nampak dalam keterlibatan Majelis jemaat menopang Proses pemilihan umum yang telah berlangsung, maupun acara panas pela bahkan keterlibatan pemerintah Desa dalam moment sidang jemaat yang diselenggarakan dari tahun ke tahun.

Daftar Pelayan Jemaat GPM Manusa

PENDETA/PENGINJIL YANG PERNAH MELAYANI DI JEMAAT MANUSA NAMA KETERANGAN

Penginjil Marthen Tuhehay 1924-1932

Penginjil Latuloma 1932-1935

Penginjil Ahasperos Kalahatu 1935-1954

Penginjil Johanis Latuny 1954-1959

Penginjil Salmon Soumokil 1959-1962

Penginjil Lazarus Lekransy 1962-1973

Penginjil Oktofianos Maanana 1973-1975

Penginjil Loth Lumatalale 1975-1986

Peenginjil Abinadab Lesiela 1986-1990

Penginjil Markus Raubun 1990-1999

Penginjil Ridolf Rumahmale 1999-2004

Penginjil Amos Lesiela 2004-2006

Penatua Jafet Latue 2006-2009

Penginjil Corneles Wemay 22-03-2009 s.d. 27-02-2011

Pendeta Christian Soumokil 2011- 2012

Pendeta Ny. S. M. Wattimury/S. S.teol. Maret 2014 sampai sekarang Majelis Jemaat GPM Manusa

Periode 1990 - 1995 Penatua Diaken 1. Simon Maslebu 2. Berkolius Neyte 3. Daniel Wemay 4. Ferdinand Souhaly 1. Gesrson Neyte 2. Hans Matital 3. Melkias Maslebu 4. Dorenci Neyte

(5)

Periode 1995 - 2000 Penatua Diaken 1. Rony Kapitan 2. Ahasperos Maslebu 3. Simon Maslebu 4. Arilius Maslebu 1. Justen Ruspanah 2. Selfina Lumulisanay 3. Gerson Neyte 4. Jansen Unarapal Periode 2000 - 2005 Penatua Diaken 1. Rony Kapitan 2. Ahasperos Maslebu 3. Jafet Latue 4. Korinus Ruspanah 1. Frankois Ruspanah 2. Frederika Pattiasina 3. Gerson Neyte 4. Thomas Latue Periode 2010 - 2015 Penatua Diaken 1. Justen Ruspanah 2. Sefnat Rumahpasal 3. Roby Latue 4. Henderina komsary/Niak 5. Noce Rumahpasal 6. Erasmus Matoke 1. Urias Matoke 2. Krestian Ruspanah 3. Nervalina Kapitan/Souhaly 4. George Matoke 5. Betsina Tanikwele/Neyte 6. Yohanis Neyte Periode 2015 - 2020 Penatua Diaken 1. Justen Ruspanah 2. Krestian Ruspanah 3. Nervalina Kapitan/Souhaly 4. Henderina komsary/Niak 5. Betsina Tanikwele/Neyte 6. Johanis Neyte

1. Roy Mourets Ruspanah 2. Albianti Neyte Tibali 3. Susana Latue/ Ruspanah 4. Sharles Makaruku 5. Ahas Neyte

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur dan mekanisme yang terdapat dalam Panduan Umum Tata Cara Kerjasama Internasional itu hanya mengatur koordinasi vertikal dengan pemerintah pusat, dan

anggota masyarakat setempat serta pendeta Jemaat GPM Negeri Soya. Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah. sejumlah dokumen-dokumen negri atau desa

Kerjasama dan koordinasi juga dilaksanakan dengan beberapa Pemerintah Daerah Kabupaten melalui Dinas terkait yang mau melakukan sinergisitas program dengan Balai

Selain fenomena umum yang diuraikan tersebut, secara khusus peran pemerintah desa yaitu kepala desa (Hukum Tua) belum Nampak dan jelas, peran dimaksud adalah: peran kepala

Majelis Jemaat GPIB “Immanuel” Depok bekerja sama dengan PMI Depok kembali melaksanakan aksi donor darah terbuka untuk umum (masyarakat luas) pada hari Minggu, tanggal

Selain fenomena umum yang diuraikan tersebut, secara khusus peran pemerintah desa yaitu kepala desa (Hukum Tua) belum Nampak dan jelas, peran dimaksud adalah: peran kepala

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Majelis Jemaat berbasis teknologi informasi di lingkungan GKI Immanuel Apo Tugu, merancang dan

Pandangan tersebut disampaikan oleh jemaat MT bahwa disintegrasi terjadi dikarenakan ketidakterimaan kubu bawah akan keputusan yang telah ditetapkan dalam pemilihan kepala desa di desa