• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH JEMAAT GPM WAIPIRIT

Jemaat GPM Waipirit adalah salah satu jemaat di Klasis Kairatu dan merupakan “pintu masuk – keluar Pulau Seram. Perjalanan dari jemaat Wiapirit menuju pusat Klasis di Kairatu menempuh jarak 3 Km. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda empat, roda tiga, dan kendaraan roda dua.

Secara geografis jemaat Waipirit terletak pada kabupaten Seram Bagian Barat kecamatan Kairatu yang memiliki batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan petuanan jemaat Hatusua dan Dusun/ Jemaat Kawatu  Sebelah selatan berbatasan dengan laut Seram

 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Waimital dan Dusun Telaga  Sebelah barat berbatasan dengan Jemaat Hatusua.

Jemaat GPM Waipirit secara historis merupakan jemaat yang terbentuk oleh adanya program transmigrasi lokal penduduk oleh Pemerintah Daerah Maluku. Masyarakatnya berasal dari Desa Paperu, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 1965, sebanyak 40 KK dengan jumlah jiwa 150 orang. Mereka menempati wilayah seluas 97,25 Ha, yang dibebaskan oleh pemerintah daerah provinsi Maluku dari wilayah petuanan Negeri Hatusua.

Awal kehadirannya, warga jemaat waipirit belum memiliki gedung Gereja untuk beribadah begitu pula dengan tenaga pendeta untuk melayani. Beberapa kali, warga jemaat memilih beribadah bersama di gedung Gereja Jemaat GPM Hatusua, dan di gedung Gereja Jemaat GPM Kairatu. Sedangkan untuk ibadah selanjutnya mereka tetap melakukan persekutuan ibadah minggu yang pada awalnya berlangsung di barak atau asrama (tempat tinggal mereka). Ibadah yang pertama terjadi tepat pada hari minggu tanggal 10 maret 1965. Bpk. J. BERNARD ( salah seorang mantan penatua, yang ikut dalam kelompok translok pada saat itu) dipercayakan untuk melayani jemaat ini. Pada tahun kedua, warga mulai membangun sebuah gedung Gereja darurat untuk beribadah. Atas permintaan warga untuk pelayanan pastoralia, pihak Klasis dan Majelis Jemaat Kairatu kemudian menugaskan dua orang penatua dan diaken untuk bisa melayani warga jemaat waipirit untuk sementara sampai di tugaskannya seorang pendeta. Salah seorang pelayan dengan status pendeta detaser kemudian melayani jemaat waipirit yakni Pdt. Soumokil. Beliau di gantikan oleh Pdt. Umnehopa, setelah itu Pdt. Bram Hukubun sampai dengan akhir tahun 1970 jemaat GPM Waipirit mendapat seorang penghentar jemaat tetap yakni penginjil Anthony Radianto. Setelah itu diangkatlah Majelis Jemaat ; penatua dan syamas pertama dari warga jemaat waipirit, yaitu 1). Bpk . Jacop. Soukotta, dan 2). Bpk M Luhukay ; sebagai penatua 1). Bpk Paulus Souhuat dan 2). Bpk Semuel Soukotta, sebagai diaken. Setelah itu periodisasi penghentar jemaat dan majelis jemaat berganti sesuai dengan mekanisme organisasi gereja GPM.

Seiring perkembangan dan pertumbuhan jemaat, timbullah inisiatif jemaat untuk memilik sebuah gedung Gereja permanent yang representatif. Untuk mewujudkan cita – cita tersebut, maka dibentuklah panitia pembangunan gedung Gereja yang diketuai oleh Bapak B.O Soukotta. Panitia dan semua anggota jemaat dengan semangat bekerja keras, dibawah kepemimpinan penghentar jemaat Nn Nety Pattirajawane Sm,Th dan oleh pertolongan Tuhan Jesus Kristus kepala Gereja, pada tanggal 15 januari 1978, Gereja yang dibangun oleh jemaat tersebut diresmikan dan ditabiskan oleh badan pekerja harian sinode GPM, bersama Pemerintah Daerah Maluku, dan di beri nama MENORAH Yang artinya “ Tujuh Kaki Dian “ yang sama artinya dengan “ Imanuel “ Tuhan Beserta Kita “.

(2)

Dalam perkembangannya, ternyata kapasitas gedung Gereja sudah tidak mampu menampung umat untuk beribadah. Bertepatan dengan penyelenggaraan sidang klasis GPM Kairatu ke XXVI Tahun 1995, dimana jemaat Waipirit sebagai Tuan Rumah penyelenggara, maka dilakukanlah rehabilitasi perluasan gedung Gereja, mengalami penambahan panjang 6 m dan balkon. Kondisinya sebagaimana sekarang ini.

Untuk memaksimalkan pelayanan dan merupakan bagian dari penataan suatu organisasi dalam hal ini Gereja, maka pada Tahun 1986 Jemaat GPM Waipirit di mekar menjadi tiga unit pelayanan yaitu unit satu, unit dua dan unit tiga oleh Pdt. H. Koipuy dan pada tahun 1987 berdasarkan keputusan sidang jemaat maka ketiga unit ini diberi nama yaitu Unit Syalom, Unit Pniel dan Unit Ebenhaizer. Oada sidang jemaat ke XX tahun 2010, salah satu hasil keputusan sidang yaitu pemekaran unit dan pembentukan sektor menjadi dua sektor dan 6 Unit pelayanan yaitu sektor Galilea yang terdiri dari unit satu,unit dua dan unit tiga, sedangkan sektor Efrata yang terdiri dari unit empat, unit lima dan unit enam. dan ketika persidangan ke XXII Jemaat GPM Waipirit tahun 2012 berdasarkan keputusan sidang jemaat maka unit- unit diberi nama yaitu pada Sektor Galilea terdiri dari unit Syalom, unit Eden, dan unit Elim sedangkan Sektor Efrata yang terdiri dari unit Damsik, Unit Petra, dan Unit Imanuel. Berdasarkan peraturan Gereja maka pembentukan unit-unit pelayanan sesuai jumlah kepala keluarga yaitu satu unit terdiri dari 15-25 KK.

Sejak dibentuknya unit-unit bahkan sektor pelayanan maka proses pelayanan sangat terarah sehingga tiap-tiap unit bahkan sektor dapat mengatur pelayanannya secara maksimal sesuai tupoksi. adanya kesadaran umat untuk terus bersaksi dan melayani. Untuk lebih memaksimalkan pelayanan maka dibentuklah persekutuan kaum bapa dan kaum ibu yang kemudian di ganti dengan nama wadah pelayanan laki-laki dan perempuan, seiring dinamika pelayanan Gereja. persekutuan kaum bapa di bentuk pada tanggal 4 mei 1997 oleh Pdt Uni Resimanuk Sm,Th sedangkan Persekutuan kaum ibu ini dibentuk pada tahun 1968 oleh Pdt Umnehopa Sm,Th. awalnya hanya pada tingkat jemaat namun seiring perkembangan Gereja maka pada tahun 2010 telah di bagi menjadi dua sesuai sektor pelayanan dan disambut dengan sukcita oleh umat di jemaat Waipirit dan sampai saat ini umat terus berproses. perkembangan wadah ini dari terbentuk hingga saat ini sangat baik adanya kemitraan yang terus dibangun antara laki dan perempuan. Setelah adanya persekutuan untuk orang dewasa laki-laki dan perempuan maka adanya ruang yang dibuka khusus untuk anak-anak supaya mereka dapat memahami kehendak Allah di dalam Alkitab. Seiring berjalannya waktu maka Terbentuklah SMTPI pada tahun 1967 dan dipimpin oleh seorang pengasuh yaitu bapak Paulus Souhuwat dan kemudian bertambahnya seorang pengasuh. Pada tahun 1978 terjadi penambahan pengasuh dari waktu ke waktu. Pada tanggal 28 April 1996 SMTPI di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak dan kelompok Remaja,dan pada tahun 2005 SMTPI di bagi ke sub jenjang. Hingga saat ini jumlah pengasuh di jemaat GPM Waipirit 24 orang. Sejak terbentuk hingga saat ini proses SMTPI terus berlanjut dan sesuai perkembangan zaman juga letaknya dekat pusat klasis maka proses Sekolah minggu tunas pekabaran injil dilengkapi dengan media baik buku maupun alat peraga, bahkan telah menggunakan teknologi VCD player untuk menampilkan gambar atau Film yang berhubungan dengan cerita Alkitab bagi anak-anak. Pada tanggal 10 Agustus 1986 dibentuklah organisasi AMGPM oleh Pdt Hermanus Koipuy dan Diberi nama “Toma”. Pemberian nama dengan alasan pemuda-pemudi Gereja harus siap menghadapi tantangan “Toma” maju pantang mundur. Sejak di bentuk hingga saat ini kepemimpinanpun berganti sesuai masa periodesasi,awalnya dipimpin oleh Bpk. M. Pormes, Sdr.P. Soukotta, Sdr.B. Souhuwat, Sdr.J. Sokotta, Sdr.H. Lekatompessy, Sdr.A. Maelisa, Sdr.Y.Luhukay (alm), Sdr. W. Luhukay/S, Sdr. Y. Lawalata. Sejak terbentuk hingga saat ini perkembangan AMGPM Ranting Toma tergolog aktif dalam menopang kegiatan dan program baik oleh Gereja maupun Pemerintah Desa.

(3)

Dalam rangka menunjang seluruh eksistensi dan aktifitas pelaksanaan program dan pelayanan Gereja yang selalu berkembang sesuai kebutuhan anggota jemaat dan institusi, maka dengan sendirinya Gereja dituntut untuk dapat mandiri secara teologi, ekonomi, maupun sosial budaya. Gereja dikatakan mandiri apabila umat mengalami pembaharuan dalam hidup dan berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi dari Gereja tersebut. Langkah-langkah yang diambil adalah adanya ibadah-ibadah yang dilakukan didalam jemaat, kekunjungan pastoralia, memberikan pemahaman terhadap umat tentang persepuluhan. Pembinaan terhadap keluarga Kristen melalui binakel dan sampai saat ini proses pelayanan ini terus berlangsung secara maksimal karena Pihak Gereja lebih berusaha sungguh-sungguh.

Kemandirian teologi dari sisi ketersediaan kompetensi anggota jemaat dan pelayan yang memiliki latar belakang theologi sangat sedikit. Namun, pemahaman dan pengetahuan teologi yang dimiliki oleh anggota jemaat khususnya sesuai ajaran Alkitabiah dan dogma Kristen, menunjukan kemajuan yang sangat berarti. Hal ini terbukti dari meningkatnya kesadaran, partisispasi dan respons anggota jemaat terhadap berbagai program Gereja. Panggilan bersekutu, melayani dan bersaksi melalui aktifitas peribadahan, juga kesadaran dan kesediaan anggota jemaat dalam menyongsong pelayanan Sakramen Gereja dan pastoralia. Terlebih kerelaan jemaat untuk memberi nazar syukur dan persepuluhan serta donasi jemaat lainnya, yang selalu meningkat dari waktu ke waktu.

Kemandirian Jemaat Waipirit dalam hal dana, sudah boleh tercapai dalam kurun waktu 5 periodesasi majelis jemaat terakhir ini. APBJ Waipirit mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Kemandirian dibidang daya belum tercapai karena masih rendahnya sumber daya manusia anggota jemaat, yang sebagian besar masih berusia muda dan menekuni pendidikan pada jenjang SMA dan sebagian di perguruan Tinggi.

Majelis jemaat telah mengambil langkah untuk membangun kehidupan jemaat yang mandiri. Adanya pemeliharaan sapi jemaat yang digaduh pada beberapa Keluarga, adanya dana bergulir yang diberikan dari kas jemaat yang kemudian dikelola oleh umat. Kemudian proses pemberdayaan terhadap umat pada masing-masing unit berdasarkan keputusan sidang jemaat yaitu suntikan dana dari kas jemaat untuk pemberdayaan.

Seiring perkembangan zaman maka selalu saja ada perubahan namun kehidupan sosial budaya anggota jemaat GPM Waipirit secara umum sangat baik. Walaupun ada beberapa aspek yang secara serius mendapat perhatian Gereja untuk digumuli dan dilakukan Pembinaan pelayanan secara berkelanjutan. Di Jemaat Waipirit masih ada umat yang dapat dikategorikan Ekonomi lemah, untuk menyikapi hal ini maka Gereja dalam berbagai pelayanan dan pembinaan tetap memotivasi jemaat untuk kreatif berusaha dan bekerja. Hal ini terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang tersedia dalam berbagai sektor dan langkah ini direspons secara baik oleh umat, bahkan terlibat dalam sosialisasi tentang pemberdayaan melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi khususnya untuk meningkatkan perekonomian umat. Situasi ketertiban dan keamanan dalam wilayah pelayanan jemaat Waipirit sangat kondusif walaupun belum maksimal, baik pengaruh minuman keras maupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah berkurang. Hal ini karena telah timbul kesadaran umat tentang kesehatan dan ketentraman hidup melalui sosialisasi serta pendampingan oleh Majelis Jemaat. Kondisi ini menunjukan bahwa umat di jemaat Waipirit sudah menyadari tentang hidup yang selalu rukun dan damai untuk menghadirkan sukacita bagi dunia. Jemaat dan masyarakat tidak dapat dilepas-pisakan, warga Gereja adalah warga masyarakat dan Gereja hadir di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu maka pentingnya membangun relasi dan komunikasi. Sejauh ini hubungan antara Majelis Jemaat dengan pemerintah Desa tergolong sangat

(4)

baik. Hal ini nampak dalam setiap program maupun kegiatan Gerejawi melibatkan Pemerintah Desa begitu juga sebaliknya. Bentuk kerjasama Majelis Jemaat dengan pemerintah Desa dapat dilihat pada persekutuan Tibaku untuk menata kehidupan bersama dalam Negeri dan Jemaat, dengan rancangan program yang di buat bertolak dari konteks hidup umat yang juga adalah warga masyarakat. Bahkan kordinasi yang dibangun oleh pemerintah Desa dan Majelis Jemaat dalam Rangka Perayaan 50 tahun Ulang Tahun Negeri Waipirit. Hal ini menunjukan dalam dinamika hidup ini adanya rasa saling membutuhkan realita ini yang dibangun dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat di Jemaat Waipirit.

Daftar Pelayan Jemaat GPM Waipirit

PENDETA YANG PERNAH MELAYANI DI JEMAAT WAIPIRIT

No. NAMA KETERANGAN

1 Pendeta Soumokil 1966 – 1967 ( Pdt detaser)

2 Pendeta umnehopa , Sm,Th 1968 (pdt detaser)

3 Pendeta Bram Hukubun Sm,Th 1969 (pdt detaser)

4 Penginjil Anthony Radianto (1970-1974)

5 Pendeta Nn Netty Pattirajawane,Sm.Th (1975-agustus 1978) 6 Pendeta Nn Ety Wattimena,Sm.Th agustus 1984-mei 1984 7 Pendeta Nn Hobertina Salakory,S.Th mei 1984- juni 1985 8 Pendeta Hermanus Koipuy, Sm.Th Juni 1985-agustus 1995 9 Pendeta uni resimanuk ,Sm.Th Agustus 1995- oktober 2004 10 Pendeta sulyanto P.A Elwarin,S.th Oktober 2004- juni 2010

11 Pendeta Ny.M.Pelupessy/L 25 juni 2010- sekarang

Majelis Jemaat GPM Waipirit Periode 1965-1970

Penatu Diaken

1. Jacob Soukotta 1. Misael Luhukay

Periode 1970 - 1974 Penatua Diaken 1. Jacob Soukotta 2. Semuel Soukotta 1. Paulus Souhuwat 2. Mozes Road Periode 1974 - 1979 Penatua Diaken 1. Jacob Soukotta 2. Semuel Soukotta 1. Paulus Souhuwat 2. Mozes Road Periode 1979 -1985 Penatua Diaken 1 Otniel Luhukay 2 Max.R.Joseph 1. Benoni.O.Soukotta 2. Simon Lopulalan

(5)

Periode 1985 - 1990 Penatua Diaken 1. Otniel Luhukay 2. Max.R.Joseph 1. Benoni.O.Soukotta 2. Simon Lopulalan Periode 1990 - 1995 Penatua Diaken 1. Simon Mailissa 2. Mateis Mailissa 3. Yuliana Joseph 1. George Lawalata 2. Simon Luhukay 3. Yosina Talakua Periode 1995 - 2000 Penatua Diaken 1. George Lawalata 2. Semuel Lawalata 3. Frangky Maelissa 1. Simon Luhukay 2. Yosina Talakua 3. Alfer Bernard Periode 2000 - 2005 Penatua Diaken 1. Niko. Talakua 2. Alex.Luhukay 3. Frangky Maelissa 1. Roberth.J.Hiskya 2. Yuliana Luhukay 3. Jhon Tahya Periode 2005 - 2010 Penatua Diaken 1. Elisa Maipauw 2. Jhon Tahya 3. Benoni Soukotta 4. Any Amanupunyo 5. Nelci Latuperissa/S 1. Adonia Soukotta 2. Costavina Luhukay/L 3. Grita .A.Luhukay/P 4. Yuliana Luhukay/S 5. Jefry Badar Periode 2010-2015 Penatua Diaken 1. Benoni Soukotta 2. Mesak Pormes 3. Martinus Luhukay 4. Roberth. J.Hiskya 5. Elisa Maipauw 6. Johan Mayaut 1. Costavina Luhukay/L 2. Mienctje Soukotta/P 3. George Soulissa 4. Christina Talakua/K 5. Adonia Soukotta/L 6. Hendrik Pattipawaej

(6)

Periode 2015 - 2020 Penatua Diaken 1. Hengki.Pattiasina 2. Mesak Pormes 3. Martinus Luhukay 4. Roberth.J. Hiskya 5. Matheos Pelaury 6. Simon Luhukay 1. George Solissa 2. Hendrik Patipawaej 3. Mienctje.Soukotta/P 4. Selina.Palapessy/N 5. Jefry.Badar 6. Hani .D. Soukotta/T

Referensi

Dokumen terkait

Jemaat adalah sebagai gambaran satu tubuh yang terdiri dari banyak anggota dengan peranan yang berbeda adalah bagian perlengkapan untuk saling melayani dan membangun persekutuan

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada warga jemaat GPIB Gideon Kelapadua Depok maka Bidang Inforkom dan Litbang akan melakukan survey dan pembaharuan data jemaat yang di

Demi menunjang acara tersebut, mohon partisipasi warga jemaat atas pencarian dana berupa aksi parkir pada setiap ibadah hari minggu mulai tanggal 13 September – 25 Oktober

Kedua Apakah saudara bersedia mentaati semua aturan gereja dan berjanji untuk tetap setia menjalankan tugas sebagai Diaken dan Penatua di GPIB Jemaat “Horeb” DKI

Kantoria & Pemain Musik: Disampaikan kepada warga Jemaat yang rindu untuk melayani dalam bentuk Kantoria dan Pemain Musik agar menghubungi Bidang Ibadah

Pastor Marcus Schäfer sudah melayani lebih dari 10 tahun di FeG Moabit, tetapi baru mulai dekat dengan jemaat Imanuel semenjak beberapa tahun terakhir ini, ketika kita sedang

Diberitahukan kepada warga jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan bahwa demi alasan keamanan lingkungan gereja, maka terhitung mulai 1 Pebruari 2017 untuk sementara pintu

Kedua : Apakah saudara bersedia mentaati semua aturan gereja dan berjanji untuk tetap setia menjalankan tugas sebagai Diaken dan Penatua di GPIB Jemaat SAWANGAN Depok,