• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasanuddin Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasanuddin Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

202 Hasanuddin

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh Fitriana

Mahasiswa Magister Pendidikan Biologi PPs Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh Korespondensi: letfan93@yahoo.co.id

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK 12 SPESIES ANGGOTA FAMILIA ASTERACEAE

ABSTRAK: Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan 12 spesies pada familia Asteraceae, menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian adalah 12 spesies Asteraceae dari genus yang berbeda. Parameter yang digunakan adalah ciri morfologi batang, daun, bunga dan jenis stomata. Analisis data adalah melalui perhitungan Indeks Similaritas (IS) dan Indeks Disimilaritas (ID). Selanjutnya, dilakukan Analisis Cluster untuk mengelompokkan tanaman yang yang memiliki kesamaan karakteristik di antara 12 spesies tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak persamaan yang tampak diantara 12 spesies yang diteliti maka semakin dekatlah hubungan yang ada dan apabila semakin besar perbedaan maka semakin jauhlah hubungan yang ada. Hubungan kekerabatan terdekat ditunjukkan pada spesies Elephantopus scaber dan Vernonia cinerea dengan indeks disimilaritas terendah yaitu 28%. Selanjutnya, Tridax procumbens dan Zinnia elegans memiliki indeks disimilaritas 32% dan Eclypta alba dan Tagetes erecta dengan indeks disimilaritas 35%. Hubungan kekerabatan yang paling jauh ditunjukkan oleh kombinasi dari Tridax procumbens, Zinnia elegans, Widelia biflora, Ageratum conyzoides, Hellianthus annuus, Cosmos caudatus, Eclypta alba, Tagetes erecta dan kombinasi dari Elephantopos scaber, Vernonia cinerea, Emilia sanchifolia, Pluchea indica dengan Indeks Disimilaritas tertinggi yaitu 53,5%.

Kata Kunci: Kekerabatan Fenetik, 12 Spesies, and Asteraceae.

KINSHIP FENETIK 12 SPECIES OF ASTERACEAE FAMILY MEMBERS

ABSTRACT: The research order to determine of kinship 12 species in the Asteraceae familia, using descriptive methods. Samples are 12 species of Asteraceae from different genera. The parameters used are morphological stems, leaves, flowers and kind of stomata. Analysis of the data is through the calculation of Similarity Index (IS) and Disimilaritas Index (ID). Furthermore, the cluster analysis to group plants with similar characteristics among 12 species. The results showed that the more similarities seem among the 12 species examined so the closer the relationship, and unless the greater the difference, the more far is the relationship that exists. The closest kinship shown on the species and Vernonia cinerea Elephantopus scaber disimilaritas index low of 28%. Furthermore, Tridax procumbens and Zinnia elegans have disimilaritas index of 32% and Tagetes erecta Eclypta alba and disimilaritas index 35%. The most distant kinship shown by a combination of Tridax procumbens, Zinnia elegans, Widelia biflora, Ageratum conyzoides, Hellianthus annuus, Cosmos caudatus, Eclypta alba, Tagetes erecta and the combination of Elephantopos scaber, Vernonia cinerea, Emilia sanchifolia, Pluchea indica with the highest Disimilaritas Index ie 53.5%.

Keywords: Kekerabatan Fenetik, 12 Spesies, and Asteraceae. PENDAHULUAN

Asteraceae merupakan salah satu familian tumbuhan yang memiliki 1.100 genus dan 20.000 spesies dan tersebar di seluruh dunia (Cronquist, 1981). Sebagian besar spesies dari Asteraceae ini dikenal sebagai tanaman liar, tanaman pagar dan tanaman obat-obatan. Selain itu juga menjadi pe-nyusun vegetasi penutup lantai hutan (Soerjowino-to, 1987). Perawakan Asteraceae herba, semak atau perdu dan jarang sekali berupa pohon, berumur setahun (annual), jarang yang dua tahun

(binnual) atau menahun (parennial). Habitat yang baik adalah derah yang tersinari panas, seperti di padang rumput, tepi jalan, pantai yang berpasir dan juga sering pada tebing yang jurang (Soerjowinoto, 1987). Batang kebanyakan bulat, kokoh, keras, ada juga yang dangkal, berusuk dengan empelur putih, bersayap, bersegi dan bergaris, sering keu-nguan dan berambut (Soerjowinoto, 1987). Daun tunggal terkadang berbagi sangat dalam sehingga menyerupai daun majemuk, tersebar atau

(2)

berhada-pan, kebanyakan tanpa daun penumpu (Nikma, 2013). Bunga Asteraceae merupakan bunga cawan atau bongkol atau seperti bulir pendek, dengan daun-daun pembalut bersama untuk seluruh rang-kaian bunga (Tjitrosoepomo, 2007b). Bunga dalam bongkol kecil dengan daun pembalut, sering dalam satu bongkol yang sama terdapat dua macam bu-nga, yaitu bunga cakram berbentuk tabung dan bunga tepi berbetuk pita. Bunga tepi terdapat da-lam satu lingkaran atau lebih. Semua bunga bisa juga berbetuk tabung, atau bias seluruhnya berben-tuk pita (Nikma, 2013). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui potensi dari familia ini. Diantaranya adalah Ageratum cony-zoides yang telah diketahui memiliki potensi besar sebagai obat multiguna seperti mengobati demam, malaria, sakit tenggorokan, radang paru-paru dan mimisan. Selanjutnya Tegetes erecta juga dikenal sebagai agen biokontrol dalam mengendalikan berbagai macam hama (Utami dan Kumolo, 2011). Elephantopus scaber dikenal memiliki khasiat ob-at yaitu dapob-at mengobob-ati penyakit malaria, demam, keputihan dan sariawan. Selanjutnya seduhan akar Wedelia biflora juga dapat mengobati penyakit keputihan, dan jika dikunyah dengan pinang dapat menyembuhkan sesak napas serta pusing akibat memakan ikan beracun. Kemudian beluntas (Plu-chea indica) juga memiliki kandungan zat antisep-tik pada seluruh bagian tubuhnya (Heyne, 1987). Karena banyaknya potensi yang dimiliki oleh jenis-jenis tumbuhan dari familia ini menjadikan Asteraceae menarik untuk dikaji hubungan kekera-batan berdasarkan morfologi dan anatominya. Me-nentukan hubungan kekerabatan tumbuhan meru-pakan aspek yang dipelajari dalam taksonomi tumbuhan. Kajian hubungan kekerabatan tumbu-han ini oleh berbagai ahli dikaji melalui berbagai pendekatan. Sejalan dengan perkembangan, pende-katan ini semakin diperbaharui yaitu berdasarkan pada, pendekatan kladistik, pendekatan klasifikasi evolusi dan pendekatan fenetik (Rideng, 1989). Penentuan hubungan kekerabatan fenetik secara kualitatif ditentukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki oleh masingmasing takson: dengan menggunakan se-jumlah persamaan karakter (morfologi, anatomi, embriologi, palinologi, sitologi, kimia, biologi re-produksi, ekologi dan fisiologi). Istilah fenetik per-tama kali dikemukakan oleh Cain dan Harrison tahun 1960 bertujuan untuk menunjukkan hubu-ngan kekerabatan dehubu-ngan menggunakan ciri yang sama. Makin besar persamaan di antara makhluk hidup, makin dekat hubungan yang ada, semakin sedikit persamaanya akan semakin jauh hubungan

kekerabatan makhluk hidup (Rideng, 1982). Um-umnya, tumbuhan yang berkerabat dekat mempu-nyai anatomi, morfologi dan proses fisiologi yang mirip (Badaria dalam Maulina, 2011). Karakteri-sasi sifat morfologi merupakan cara determinasi yang paling akurat untuk menilai sifat agronomi dan klasifikasi taksonomi tanaman (Sudarsono dkk., 2012). Rideng (1989) menyebutkan, bahwa anatomi juga merupakan sumber data awal lainnya yang dapat digunakan dalam taksonomi tumbuhan. Anatomi vegetatif lebih banyak digunakan sebagai ciri taksonomi dibandingkan dengan anatomi bu-nga/reproduktif. Anatomi vegetatif biasanya ber-sumber pada daun, batang dan akar. Lebih lanjut Gotto (1982) menyebutkan bahwa paling sedikit ada 50 ciri yang harus dibandingkan. Hubungan kekerabatan antar jenis tanaman dapat dianalisis untuk menentukan sejauh mana ketidakmiripannya dengan cara menghitung koefisien korelasi, indeks kemiripan, jarak taksonomi, dan dapat pula dengan menggunakan analisis kelompok. Secara umum semua cara pengukuran ini bertujuan untuk me-ngetahui kemiripan antar jenis tanaman yang di-bandingkan berdasarkan sejumlah karakter (Ro-mesburg, 1984). Rumusan masalah dalam peneli-tian ini adalah bagaimana hubungan kekerabatan 12 spesies Asteraceae? Tujuan penelitian ini ada-lah mengetahui hubungan kekerabatan 12 spesies pada familia Asteraceae.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah kua-litatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh dianali-sis secara deskriptif, yaitu menggambarkan dan menginterpretasikan kekerabatan 12 spesies Aste-raceae berdasarkan karakter morfologi batang, da-un, bunga dan tipe stomata. Tahapan yang dilaku-kan adalah: 1) Menentudilaku-kan spesies tumbuhan yang akan diamati; 2) Mengidentifikasi morfologi daun, batang dan bunga; 3) Membuat preparat untuk me-ngidentifikasi tipe stomata; 4) Membuat tabel hasil pengamatan; dan 5) Menentukan hubungan keke-rabatan pada tumbuhan yang diamati.

Prosedur Kerja

Pengumpulan spesies sampel dilakukan de-ngan survei eksploratif. Dari setiap STO (Satuan Taksonomi Operasional) dipilih ciri dari setiap tumbuhan sebanyak 50 ciri, yang kemudian dinya-takan dengan angka yang memberikan suatu gam-baran terhadap cirri tersebut.Gamgam-baran tentang ciri pada STO dapat dinyatakan secara sederhana, yai-tu dengan angka (0) bila ciri tersebut tidak ada dan angka (1) diberikan jika ciri yang diamati terdapat pada jenis tersebut.

(3)

Tabel 1. Objek Digunakan dalam Penelitian No Simbol Nama Ilmiah Nama lokal 1. A Elephantopus scaber Tapak leman 2. B Ageratum conyzoides Bandotan 3. C Widelia biflora Seruni laut 4. D Trydax procumbens Cagak langit 5. E Eclypta alba Urang aring 6. F Emilia sanchifolia Jombang

7. G Zinnia elegans Kembang kertas 8. H Helianthus annuus B. matahari 9 I Tagetes Erecta Tahi kotok 10 J Cosmos caudatus Kenikir 11 K Vernonia cinerea Sawi Langit

12. L Pluchea indica Beluntas

Parameter yang Diamati Habitus

Karakter yang diamati pada jenis habitus adalah apakah spesies termasuk ke dalam jenis po-hon, perdu, atau herba.

Daun

Karakter yang diamati pada organ daun ter-diri atas jenis, bentuk, pangkal, tepi, ujung, permu-kaan, pertulangan, dan duduk daun.

Batang

Karakter yang diamati pada organ batang ter-diri atas sifat batang berkayu atau herba, percaba-ngan, warna permukaan, sifat permukaan batang, dan warna getah.

Bunga

Karakter yang diamati pada organ bunga ter-diri atas jenis, rangkaian, letak bunga, keberadaan, jumlah, sifat kelopak, warna, sifat mahkota, tenda bunga, letak benang sari dan jumlah benang sari.

Buah

Karakter yang diamati pada organ buah ter-diri atas jenis, bentuk, permukaan, dan jumlah ru-ang buah.

Biji

Karakter yang diamati pada organ biji terdiri atas warna, bentuk, dan jumlah biji.

Stoma

Pengamatan stoma dilakukan dengan cara penyayat permukaan bawah setiap daun STO. Pengukuran Kemiripan

Penentuan hubungan kekerabatan tanaman Asteraceae dilakukan dengan pengukuran kemiri-pan atau Indeks Similaritas (IS) dan pengukuran ketidakmiripan atau Indeks Disimilaritas (ID) de-ngan menggunakan rumus sebagai berikut:

ID − 100 − IS

IS = (∑ A) + (∑ B) × 100%2(∑ C) Keterangan:

ID = Indeks Disimilaritas IS = Indeks Similaritas

ΣC = Jumlah ciri yang sama pada dua individu yang dibandingkan

ΣA = Jumlah ciri individu A ΣB = Jumlah ciri individu B

Hasil perhitungan tersebut lalu ditabulasikan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada Ta-bel 2. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kesa-maan nilai pada 12 jenis tanaman yang diamati, dilakukan “Analisis Cluster” (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974). Hasil analisis akan disajikan da-lam bentuk “Dendogram”

Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis secara des-kriptif, yaitu menggambarkan dan menginterpreta-sikan hubungan kekerabatan 12 spesies tanaman berdasarkan karakter morfologi batang, daun, bu-nga dan jenis stomata pada Asteraceae.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persamaan dan Perbedaan Ciri Morfologi dan Anatomi STO

Hasil pengamatan terhadap 12 spesies tana-man dari familia Asteraceae yaitu Tridax rocum-bens, Elephantopus scaber, Ageratum conyzoides, Widelia biflora, Eclypta alba, Emilia sanchifolia, Zinnia elegans, Tagetes erecta, Cosmos caudatus, Hellianthus annuus, Vernonia cinerea dan Pluchea indica menunjukkan hasil yang berbeda-beda untuk setiap organ tanaman yang diamati. Adapun parameter yang diamati untuk setiap spesies meli-puti morfologi batang, daun, bunga dan stomata. Parameter yang diamati untuk organ batang, yaitu percabangan batang, arah tumbuh batang, bentuk batang dan permukaan batang. Pada organ daun yang diamati meliputi susunan daun, tata letak da-un, bentuk tangkai dada-un, bangun dada-un, pangkal daun, ujung daun, tepi daun, daging daun dan per-mukaan daun. Pada organ bunga yang diamati an-tara lain kedudukan bunga, jenis bunga, warna bu-nga, dasar bubu-nga, daun pelindung & daun pemba-lut. Pengamatan terhadap stomata yang akan di-amati adalah jenis stomatanya. Dari ciri-ciri morfo-logi dan anatomi yang diamati ada beberapa kesa-maan di antara 12 jenis tanaman yang diteliti yaitu memiliki stomata jenis anomositik, memiliki bu-nga tabung dan memiliki daun pembalut bersama untuk seluruh rangkaian bunga. Perbedaan ciri

(4)

morfologi yang diamati dari 12 jenis tanaman yang diteliti adalah cara percabangan batang, arah tum-buh batang, pangkal batang, permukaan batang, susunan daun, tata letak daun, bentuk tangkai da-un, bangun dada-un, pangkal dada-un, ujung dada-un, tepi daun, daging daun, kedudukan bunga, jenis bunga, warna bunga, dasar bunga, daun pelindung & ben-tuk daun pembalut. Perbedaan ciriciri morfologi yang diamati menunjukkan jauh dekatnya hubu-ngan kekerabatan diantara 12 species. Pendapat ini sesuai dengan yang diungkapkan Rideng (1989) bahwa “Semakin banyak persamaan yang dimiliki diantara makhluk hidup maka semakin dekat hubu-ngan yang ada, semakin besar perbedaan maka semakin jauh hubungan yang ada.”

Pengukuran Kemiripan

Hubungan kekerabatan antar jenis tanaman dapat dianalisis untuk menentukan sejauh mana ketidakmiripannya dengan cara menghitung koefi-sien korelasi, indeks kemiripan, jarak taksonomi, dan dapat pula dengan menggunakan analisis ke-lompok. Secara umum semua cara pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kemiripan antar jenis tanaman yang dibandingkan berdasarkan sejumlah karakter (Romesburg, 1984). Penelitian ini meng-gunakan perhitungan indeks kemiripan untuk me-nentukan sejauh mana hubungan kekerabatan 12 spesies Asteraceae yang diteliti. Romesburg (1984) menjelaskan bahwa perhitungan indeks kemiripan terdiri dari dua yaitu pengukuran kemiripan atau Indeks Similaritas (IS) dan pengukuran ketidak-miripan atau Indeks Disimilaritas (ID). Penentuan kemiripan ini bertujuan untuk mengetahui kemi-ripan dua komunitas tumbuhan. Nilai ID diperoleh dari pengurangan nilai IS dengan bilangan 100; atau ID = IS – 100. Hasil pengukuran ini menun-jukkan bahwa semakin besar indeks similaritas yang dimiliki maka semakin dekat hubungan keke-rabatan antar jenis tanaman. Hal ini didasari oleh sejumlah karakter yang sama pada masing-masing

tanaman sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Loveless (1989) bahwa klasifikasi didasarkan ko-relasi sejumlah besar karakter, sehingga dua tum-buhan yang memiliki sejumlah karakter yang sa-ma dianggap lebih dekat kekerabatannya daripada dua tumbuhan yang hanya memiliki beberapa per-samaan karakter saja.

Berdasarkan Tabel 2. kombinasi jenis Ele-phantopus scaber dan Vernonia cinerea merupa-kan tumbuhan yang memiliki hubungan kekera-batan paling dekat. Hal ini dikarenakan kombinasi spesies ini memiliki indeks dissimilaritas terkecil yaitu 28 % dengan indeks similaritas terbesar 72%. Selanjutnya, tumbuhan yang paling jauh hubungan kekerabatannya adalah Tridax procumbens dan Pluchea indica. Kombinasi spesies ini memiliki indeks dissimilaritas tertinggi yaitu 79 % dengan indeks similaritas terendah 21%. Tingkat hubu-ngan kekerabatan ini bila diurutkan dari a sampai k menunjukkan hubungan kekerabatan yang sema-kin jauh, terlihat dengan indeks disimilaritas yang semakin tinggi. Hasil analisis kekerabatan 12 spe-sies Asteraceae berdasarkan morfologi batang, daun, dan tipe stomata menunjukkan sejumlah per-samaan dan perbedaan karakter pada setiap spe-siesnya. Kombinasi spesies yang berkerabat dekat memiliki banyak persamaan karakter. Sebaliknya, kombinasi spesies yang berkerabat jauh memiliki sedikit persamaan karakter. Pendapat ini sesuai de-ngan yang diungkapkan Rideng (1989) bahwa “Semakin banyak persamaan yang dimiliki dian-tara makhluk hidup maka semakin dekat hubungan yang ada, semakin besar perbedaan maka semakin jauh hubungan yang ada.”

Pengelompokkan Indeks Disimilaritas Menggu-nakan Analisis Cluster

Analisis cluster adalah analisis untuk menge-lompokkan elemen yang mirip sebagai objek pene-penelitian untuk menjadi kelompok (cluster) yang berbeda. Analisis cluster berguna untuk meringkas Tabel 2. Matriks Indeks Similaritas (IS) dan Indeks Dissimilaritas (ID)

(5)

data dengan jalan mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu dian-tara objek-objek yang akan diteliti. Analisis cluster terbagi atas dua metode, yaitu metode hirarki dan me-tode non-hirarki (Sitepu dkk, 2011). Penelitian ini menggunakan analisis cluster dengan metode hirarki. Metode ini dimulai dengan mengelompok-kan data yang mempunyai indeks dissimilaritas terkecil, yaitu Elephantopus scaber (B) dan Verno-nia cinera (K). Kedua spesies ini merupakan objek yang paling dekat karena memiliki indeks disimi-laritas yang paling kecil yaitu 28%. Kemudian diteruskan ke objek lain yang mempunyai kedeka-tan kedua. Demikian seterusnya sehingga kelom-pok akan membentuk semacam “pohon”, dengan hierarki yang jelas antar objek, dari yang paling mirip sampai yang paling tidak mirip. Metode yang digunakan adalah single linkage (pautan tunggal). Metode ini akan menggelompokkan dua objek yang mempunyai jarak terdekat lebih da-hulu. Jadi pada setiap tahapan, banyaknya cluster akan berkurang satu. Hasil berupa single linkage clustering dapat disajikan dalam bentuk dendo-gram (Gambar.1.)

Berdasarkan Gambar 1. terdapat sebelas ke-lompok (cluster) kombinasi spesies tanaman de-ngan masing-masing tingkat hubude-ngan kekeraba-tannya. Sebelas kelompok tersebut yaitu: 1) Kom-binasi spesies B dan K sebagai kelompok “a”; 2) Kombinasi spesies A dan G sebagai kelompok “b”; 3) Kombinasi spesies E dan H sebagai ke-lompok “c”; 4) Kombinasi spesies B, K dan F

se-bagai kelompok “d”; 5) Kombinasi spesies C dan J sebagai kelompok “e”; 6) Kombinasi spesies A, G, dan D sebagai kelompok “f”; 7) Kombinasi spesies C, J, dan I sebagai kelompok “g”; 8) Kombinasi spesies B, K, F dan L sebagai kelompok “h”; 9) Kombinasi spesies A, G, D, C, J dan I sebagai kelompok “i”; 10) Kombinasi spesies A, G, D, C, J, I, E dan H sebagai kelompok “j”; dan 11) Kombinasi spesies A, G, D, C, J, I, E, H, B, K, F dan L sebagai kelompok “k”.

Kelompok “a” merupakan kelompok yang paling berkerabat dekat dengan indeks disimilari-tas terendah yaitu 28%. Dua pasangan yang ter-masuk ke dalam kelompok ini adalah Elephan-topus scaber dan Vernonia cinera. Kedua spesies ini memiliki banyak karakter yang sama, seperti sama-sama memiliki batang bulat yang bersifat herba, arah tumbuh batang tegak, permukaan ba-tang berbulu halus dan baba-tang berwarna hijau. Se-lanjutnya letak daun pada kedua tumbuhan ini ter-sebar, memiliki tangkai daun berbentuk pipih dan tepinya melebar (bersayap), pangkal daun merun-cing, tepi daun bertoreh merdeka, cabang tulang daun mencapai tepi daun, daging daun tipis seperti selaput dan permukaannya berbulu. Bunga pada kedua tumbuhan ini terletak di ujung batang de-ngan daun pelindung yang berbentuk segitiga, ibu tangkai bunganya bercabang-cabang, dan hanya terdiri atas bunga tabung yang berwarna ungu.

Kelompok yang berkerabat dekat lainnya adalah kelompok “b” dengan indeks disimilaritas 32%. Kombinasi spesies dari kelompok ini adalah

Gambar 1: Dendogram Hubungan Kekerabatan 12 Spesies Asteraceae Berdasarkan Karakter Mor-fologi Batang, Daun, Bunga dan Tipe Stomata.

Keterangan: A : Tridax procumbens B : Elephantopus scaber C : Ageratum conyzoides D : Widelia biflora E : Eclypta alba F : Emilia sanchifolia G : Zinnia elegans H : Tagetes erecta I : Cosmos caudatus J : Hellianthus annuus K : Vernonia cinerea L : Pluchea indica

(6)

Tridax procumbens dan Zinnia elegans. Kedua spesies ini memiliki batang berbentuk bulat yang bersifat herba, permukaan batang berbulu halus dan berwarna hijau. Letak daun berseling berhapan, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung da-un rda-uncing, tepi dada-un rata, cabang tulang dada-un ti-dak mencapai tepi daun dan permukaan daun ber-bulu kasar. Karangan bunga dengan bunga pita, bunga tabung berwarna kuning, daun pelindung berbentuk lanset, pangkal daun pelindung tumpul dan dasar bunga berbentuk cawan.

Kelompok “c” adalah kombinasi spesies Eclypta alba dan Tagetes erecta dengan indeks disimilaritas 35 %. Kelompok ini juga termasuk kelompok tumbuhan yang berkerabat dekat. Kedua spesies ini memiliki tipe percabangan simpodial, batang tegak berbentuk bulat dan bersifat herba. Letak daun berhadapan berseling, helaian daun berbentuk lanset, susunan tulang daun menyirip, ujung daun runcing, tepi daun bertoreh merdeka, cabang tuang daun mencapai tepi daun, permukaan daun berbulu kasar. Karangan bunga dengan bu-nga pita dan bubu-nga tabung yang berwarna kuning, daun pelindung berbentuk lanset dan dasar bunga berbentuk cawan.

Kelompok “d” memiliki indeks disimilaritas 36%. Kelompok ini terdiri atas tiga spesies yaitu Elephantopus scaber, Vernonia cinerea dan Emilia sanchifolia. Kesamaan ciri yang dimiliki oleh tiga spesies ini adalah memiliki batang yang tegak, ber-bentuk bulat, bersifat herba dan berwarna hijau. Daun terletak tersebar, memiliki tangkai daun, bentuk tangkai daun pipih dengan tepi yang mele-bar, cabang daun mencapai tepi daun dan daging daun tipis sperti selaput. Bunga terletak di ujung batang dengan ibu tangkai bunga bercabang-cabang. Bunga hanya terdiri dari bunga tabung saja.

Kelompok “e” merupakan kombinasi spesies Ageratum conyzoides dan Hellianthus annuus. Kelompok ini memiliki indeks disimilaritas 36%. Kedua spesies ini memiliki percabangan monopo-dial, batang berbentuk bulat, bersifat herba, ber-warna hijau dan permukaan batang berbeulu halus dan rapat. Daun memiliki tangkai daun yang ber-bentuk setengah lingkaran, ujung daun runcing, tepi daun bertoreh merdeka, daging daun tipis se-perti selaput, permukaan daun berbulu kasar. Bu-nga terletak di ujung batang, pangkal daun pelin-dung runcing, daun pembalut berbentuk bulat dan dasar bunga berbentuk cawan.

Kelompok “f” terdiri atas tiga spesies yaitu, Tridax procumbens, Zinnia elegans dan widelia biflora. Indeks disimilaritas kelompok ini adalah

38%. Kelompok ini memiliki batang berbentuk bulat dan bersifat herba. Letak daun berhadapan, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung daun runcing, daging daun tipis seperti selaput dan per-mukaannya berbulu kasar. Karangan bunga terdiri atas bunga pita dan bunga tabung yang berwarna kuning. Daun pelindung berbentuk lanset dan da-sar bunga berbentuk cawan.

Kelompok “g” juga terdiri atas tiga spesies yaitu Ageratum conyzoides, Hellianthus annuus dan Cosmos caudatus. Indeks disimilaritas pok ini adalah 39,5%. Kesamaan ciri pada kelom-pok ini adalah memiliki batang yang bersifat her-ba, permukaan batang berbulu halus dan batang berwarna hijau. Daun memiliki tangkai daun dan susunan tulang daun menyirip. Bunga terletak di ujung batang, daun pelindung berbentuk bulat te-lur, pangkal daun runcing, daun pembalut berben-tuk bulat, dan dasar bunga berbenberben-tuk cawan.

Kelompok “h” memiliki indeks disimilaritas 43%. Kelompok ini terdiri dari empat speies yaitu Elephantopus scaber, Vernonia cinerea, Emilia sanchifolia dan Pluchea indica. Kesamaan ciri yang dimiliki oleh kelompok ini adalah memiliki batang tegak dan berbentuk bulat. Daun terletak tersebar, memiliki tangkai daun, cabang tulang da-un mencapai tepi dada-un dan daging dada-un tipis seper-ti selaput. Bunga terletak di ujung batang dengan ibu tangkai bunga yang bercabang-cabang. Bunga hanya terdiri dari bunga tabung saja. Kelompok ini sudah memiliki hubungan kekerabatan yang jauh.

Kelompok “i” memiliki hubungan kekeraba-tan yang jauh dengan indeks disimilaritas 44,5%. Kelompok ini terdiri dari enam spesies yang berbe-da berbe-dan merupakan gabungan berbe-dari kelompok “g” dan kelompok “f”. Kelompok “g” terdiri dari Tri-dax procumbens, Zinnia elegans dan widelia biflora. Kelompok “f” terdiri dari Ageratum cony-zoides, Hellianthus annuus dan Cosmos caudatus. Kesamaan ciri yang dimiliki oleh kelompok ini adalah memiliki batang yang bersifat herba. Ujung daun runcing. Bunga terdiri dari bunga tabung. Dasar bunga berbentuk cawan.

Kelompok yang memiliki hubungan kekera-batan yang jauh lainnya adalah kelompok “j” de-ngan indeks disi-milaritas 47,6%. Kelompok ini merupakan gabungan dari kelompok “i” dan ke-lompok “c”. Jumlah spesies dari keke-lompok ini ada-lah delapan spesies yang berbeda. Kelompok “i” terdiri atas Tridax procumbens, Zinnia elegans, widelia biflora, Ageratum conyzoides, Hellianthus annuus dan Cosmos caudatus. Kelompok “c” ter-diri atas Eclypta alba dan Zinnia elegans. Kesama-an ciri yKesama-ang dimiliki oleh kelompok ini adalah

(7)

me-miliki batang yang bersifat herba, ujung daun run-cing, memiliki bunga tabung.

Kelompok “k” terdiri dari 12 spesies yang berbeda. Kelompok ini memiliki indeks disimila-ritas tertinggi yaitu 53,5% dan merupakan kelom-pok yang memiliki hubungan kekerabatan paling jauh. Kelompok ini merupakan gabungan dari ke-lompok “j” dan keke-lompok “h”. Keke-lompok “ j” ter-diri dari Tridax procumbens, Zinnia elegans, wide-lia biflora, Ageratum conyzoides, Helwide-lianthus an-nuus, Cosmos caudatus, Eclypta alba dan Zinnia elegans. Kelompok “h” terdiri atas Elephantopus scaber, Vernonia cinerea, Emilia sanchifolia dan Pluchea indica. Kesamaan ciri yang dimiliki ada-lah memiliki bunga tabung.

Organ tanaman yang memiliki kesamaan ciri morfologi terbanyak pada 12 spesies Asteraceae yang diamati adalah organ bunga. Ciri khusus yang dimiliki bunga Asteraceae adalah memiliki bunga tabung dan daun pembalut. Tumbuhan As-teraceae juga sering terdiri atas dua jenis bunga yaitu bunga tabung dan bunga pita. Bunga ini ada yang berbentuk cawan dan ada juga yang berben-tuk bongkol. Hal ini sesuai dengan yang diungkap-kan Tjitrosoepomo (2007b) yaitu, bunga Asterace-ae merupakan bunga cawan atau bongkol atau se-perti bulir pendek, dengan dadaun pembalut un-tuk seluruh rangkaian bunga. Selanjutnya Nikma (2013) menyebutkan, Asteraceae memiliki bunga dalam bongkol kecil dengan daun pembalut, sering dalam satu bongkol yang sama terdapat dua ma-cam bunga, yaitu bunga cakram berbentuk tabung

dan bunga tepi berbentuk pita. Bunga tepi terdapat dalam satu lingkaran atau lebih. Semua bunga bisa juga berbentuk tabung, atau bisa seluruhnya ber-bentuk pita.

Ciri anatomi yang diamati pada penelitian ini adalah stomata yang terdapat pada organ daun. Stomata merupakan derivat dari sel epidermis ya-itu salah satu susunan sel pada daun. Pengamatan tipe stomata pada 12 spesies Asteraceae menun-jukkan bahwa semua spesies tersebut memiliki tipe stomata yang sama yaitu tipe anomositik. Hidayat (1995) menjelaskan, bahwa stomata jenis anomosi-tik memiliki sel penutup yang dikelilingi oleh se-jumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuk-nya dari sel epidermis lainbentuk-nya.

SIMPULAN

Hubungan kekerabatan terdekat ditunjukkan pada spesies jenis Elephantopus scaber dan Verno-nia cinerea dengan indeks disimilaritas terkecil yaitu 28 %, selanjutnya Tridax procumbens dan Zinnia elegans dengan indeks disimilaritas 32%. Hubungan kekerabatan yang paling jauh ditun-jukkan oleh kombinasi dari Tridax procumbens, Zinnia elegans, Widelia biflora, Ageratum cony-zoides, Hellianthus annuus, Cosmos caudatus, Eclypta alba, Tagetes erecta dan kombinasi dari Elephantopos scaber, Vernonia cinerea, Emilia sanchifolia, Pluchea indica dengan Indeks Disimi-laritas tertinggi yaitu 53,5%. Organ bunga meru-pakan organ tanaman yang paling banyak menun-jukkan kesamaan ciri morfologi.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, M, S. 2010. Pengelolaan Kerang Mangrove Geloina erosa (Solander 1786) Berdasarkan Aspek Biologi di Kawasan Pesisir Barat Kabupaten Aceh Besar. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cronguist, A. 1981. An Integrated System of Clas-sification of Flowering Plants. New York: Colombian University Press.

Fadhilah, Nadya. 2011. Leaf, (Online), (http://nid-yafadhilah-dewindalafmi.blogspot.Com, di-akses 14 September 2013).

Fahmi, Haryani dan Ismanto.2012. Inventarisasi Familia Asteraceae Di Kebun Raya Bogor. Bogor: FMIPA Universitas Pakuan.

Gotto, H. E. 1982. Animal Taxonomi. The Institu-te of Biology’s Studies in Biology. Edward Arnold (Publishers) Ltd, Vol: 143.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Loveless, A. R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi

Tum-buhan untuk Daerah Tropik. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia.

Maulina, N. 2011. “Hubungan Kekerabatan Fene-tik Tujuh Spesies Dari Familia Cucurbitace-ae di Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara”, Skripsi. Banda Aceh: Universi-tas Syiah Kuala.

Mueller-Dombois, D. & H. H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons, New York.

Nikma, R. 2013. Asteraceae, (Online), (http:// rizkaowner.blogspot.com, diakses 18 Juli 2013).

Radford, A. E. 1986. Fundamental of Plants Syste-matics. New York: Harper & Row public-shers.

Rideng, M. I. 1986. Taksonomi Tumbuhan Biji. Ja-karta: Depdikbud Dirjen Dikti Pengemba-ngan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependi-dikan.

(8)

Romesburg, H. C. 1984. Cluster Analysis for Rese-archers. California: Lifetime Learning Publi-cations Belmant.

Sitepu, R.,Irmeilyana dan Gultom, B. 2011. Anali-sis Cluster terhadap Tingkat Pencemaran Udara pada Sektor Industri di Sumatera Sela-tan. Jurnal Penelitian Sains, vol 14 (3): 11-17. Soerjowinoto, Moesa. 1987. Flora Untuk Sekolah

di Indonesia. Jakarta: Pradja Paramita.

Sudarsono, Soenarsih, Djoefri dan Wahyu. 2012. Keragaman Spesies Pala (Myristica spp.) Maluku Utara Berdasarkan Penanda Morfo-logi dan Agronomi. Jurnal Litri, vol 18 (1): 1-9.

Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel & Jaringan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tjitrosoepomo, G. 2007a. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjitrosoepomo, G. 2007b. Taksonomi Tumbuhan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Utami, S. dan Kumolo, F. B. 2011. Jenis-Jenis

Tumbuhan Anggota Familia Asteraceae di Wana Wisata Nglimut Gonoharjo Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Bioma, Vol 13(1): 1-4.

Gambar

Gambar 1: Dendogram  Hubungan  Kekerabatan  12  Spesies  Asteraceae  Berdasarkan  Karakter  Mor- Mor-fologi Batang, Daun, Bunga dan Tipe Stomata.

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu juga diperkuat oleh teori Organ 1988; Podsakoff dan MacKenzie, 2007, dalam Bolino, Turnley, dan Bloodgood (2002), bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB)

“Pengaruh Kuat Geser Matos dan Semen Terhadap Tanah Ekspansif (Studi kasus: Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, Semarang)” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

Pembahasan penanaman refugia pada areal pertanian meliputi cara pengendalian hama secara alami terutama difokuskan dengan pemanfaatan tanaman sebagai upaya konservasi

Optimasi ekstraksi dengan UAE dilakukan terhadap variabel waktu ekstraksi dan kuantitas pelarut.Sedangkan pada metode UMAE, optimasi dilakukan terhadap variabel

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam setiap kegiatan pada usahatani hortikultura di Kelurahana Wailan mulai dari kegiatan pembibitan, pengolahan tanah,

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan petani dari usahatani semangka di lahan gambut Desa Palingkau

Adapun upaya guru untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di Mts Darul Ihsan yaitu bertujuan untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diharapkan sehingga tujuan

Jika pemilihan topik dilakukan dengan baik, maka akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteks yang berarti/bermakna dalam pengembangan