• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGONTROLAN PRESSURE DAN TEMPERATURE PADA FURNACE UNIT ALKYLASI PT. PERTAMINA RU III PLAJU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENGONTROLAN PRESSURE DAN TEMPERATURE PADA FURNACE UNIT ALKYLASI PT. PERTAMINA RU III PLAJU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGONTROLAN PRESSURE DAN TEMPERATURE PADA FURNACE UNIT ALKYLASI PT. PERTAMINA RU III PLAJU

Oleh : Normaliaty Fithri & Ibnu Hajar Fakultas Teknik Universitas Bina Darma

Abstract : Improvement of residents amount and civilization of world cause requirement of energi progressively increase. This matter claim the availibility of source of energi the adequateness. In this time, gas and oil are the source of pledge energi and at most required in various life sectors. In other side, gas and oil are energi which do not earn to be innovated. This matter race efficient and effective effort to fulfill requirement of gas and oil. PT. PERTAMINA ( Persero ) as one of the peripatetic company in the field of industry isn't it continue to share active for the agenda of fulfilling requirement of gas and oil. Usage of exploited domestic Gas Earth for the power station of ( PLN), industrial raw material ( manure, other industrial and petrochemical), factory fuel, gas fuel for the household of ( LPG and Gas Town) and gas fuel for transportation.

Abstrak : Peningkatan jumlah penduduk dan peradaban dunia menyebabkan kebutuhan akan energi semakin bertambah. Hal ini menuntut ketersediaan sumber energi yang memadai. Saat ini, minyak dan gas bumi merupakan sumber energi andalan dan paling banyak dibutuhkan di berbagai sektor kehidupan. Di lain sisi, minyak dan gas bumi adalah energi yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini memacu usaha-usaha yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi. PT. PERTAMINA ( Persero ) sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perminyakan terus berperan aktif dalam rangka memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi. Penggunaan Gas Bumi domestik dimanfaatkan untuk pembangkit listrik (PLN), bahan baku industri (pupuk, petrokimia dan industri lain), bahan bakar kilang, bahan bakar gas untuk rumah tangga (LPG dan Gas Kota) dan bahan bakar gas untuk transportasi.

Keywords : Pressure, Temperature, Furnace.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Peningkatan jumlah penduduk dan peradaban dunia menyebabkan kebutuhan akan energi semakin bertambah. Hal ini menuntut ketersediaan sumber energi yang memadai. Saat ini, minyak dan gas bumi merupakan sumber energi andalan dan paling banyak dibutuhkan di berbagai sektor kehidupan. Di lain sisi, minyak dan gas bumi adalah energi yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini memacu usaha-usaha yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi.

PT. PERTAMINA ( Persero ) sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perminyakan terus berperan aktif dalam rangka memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi. Penggunaan Gas Bumi domestik dimanfaatkan untuk pembangkit listrik (PLN), bahan baku industri (pupuk, petrokimia dan industri lain), bahan bakar kilang, bahan bakar gas untuk rumah tangga (LPG dan Gas Kota) dan bahan bakar gas untuk transportasi.

Kebijakan umum pemanfaatan gas bumi nasional yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam rangka mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik serta pemenuhan komitmen ekspor adalah memprioritaskan pemanfaatan Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mendorong pembangunan infrastruktur Gas Bumi secara bertahap dan terjadwal.

(2)

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sistem pengontrolan pressure dan temperature pada furnace unit alkylasi PT. PERTAMINA RU III PLAJU.

1.3. Batasan masalah

Batasan masalah pada penulisan ini adalah membahas tentang sistem kerja peralatan yang digunakan dalam proses pengontrolan pressure dan temperature pada furnace unit alkylasi PT. PERTAMINA RU III PLAJU.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Tekanan

Tekanan adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya per satuan luas. Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas. Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. (Handbook Pertamina; 2006).

Pada pengukuran tekanan ada beberapa hal pokok yang harus diketahui yaitu : a. Prinsip pengukuran tekanan.

b. Tipe pengukuran tekanan. c. Instalasi piranti ukur tekanan. d. Kalibrasi tekanan.

2.1.1. Prinsip pengukuran tekanan

Tekanan adalah gaya setiap satuan luas. Di dalam kegiatan industri, tekanan biasa dinyatakan dengan head.

Head adalah tekanan yang diberikan oleh tinggi cairan tertentu. Dalam pengukuran, tekanan dibedakan menjadi tekanan mutlak ( absolute ) dan tekanan relative ( Gauge ). (Handbook Pertamina; 2006). Tekanan relatif (gauge pressure ) Tekanan Atmosfer Tekanan vakum Waktu Tekanan

(3)

2.1.2. Tipe pengukuran tekanan

Ada beberapa tipe pengukuran tekanan, diantaranya yaitu: - Tipe kolom cairan

- Tipe elastis - Tipe elektrik

2.1.2.1. Tipe kolom cairan

Variasi tipe kolom cairan adalah: tipe pipa-U, tipe pipa miring, tipe tekanan differensial. Prinsip pengukuran dengan manometer pipa-U terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 tipe pipa-U

Perbedaan tinggi cairan (h) disebabkan oleh perbedaan tekanan. 2.1.2.2. Tipe elastisitas

Banyak jenis sensor yang dipakai pada tipe ini. Tipe sensor elastisitas secara umum dapat dibedakan menjadi:

- Diafragma - Pipa bourdon - Bellows 2.1.2.2.1. Diafragma

Tipe diafragma secara garis besar dibangun oleh dua membrane elastis. Ketika dua tekanan berbeda dikenakan pada kedua membrane, terjadi perubahan posisi yang berhubungan langsung dengan perbedaan tekanan. (http://www.google.co.sensor)

2.1.2.2.2. Pipa bourdon

Sensor tipe ini adalah tipe sensor yang berbentuk seperti selenoida yang melingkar setengah putaran. (http://www.google.co.sensor)

2.1.2.2.3. Bellows

Sensor tipe ini adalah tipe sensor yang berbentuk pipa yang sisinya berlekuk-lekuk sehingga dapat memanjang ataupun memendek.

(4)

Jika tekanan dikenakan pada bagian luar bellows, ujung bebas akan tertekan dan secara keseluruhan pipa akan memendek. Besar gerak pemendekan pipa sebanding dengan besar tekanan yang dikenakan. (http://www.google.co.sensor)

Gambar 2.3 Bellows 2.1.2.3. Tipe Elektrik

Tipe ini adalah jenis sensor tekanan yang menggunakan daya listrik. Ada berbagai jenis sensor tekanan dengan tipe elektrik ini yaitu tipe sensor regangan dan tipe piezo-electric.

2.1.2.4. Tipe Sensor Regangan (Strain-Gauge)

Cara kerja sensor ini adalah dengan memanfaatkan regangan kawat. Defleksi diafragma akibat terkena tekanan yang meregangkan kawat yang dilekatkan padanya, sehingga resistansi kawat berubah sebanding dengan tekanan.

2.1.2.5. Tipe Piezo-Electric

Berbeda dengan jenis regangan, sensor jenis ini bekerja dengan listrik yang dihasilkan. Sensor tekanan tipe ini bekerja berdasarkan efek piezo-electric, yaitu efek listrik yang dihasilkan sebanding dengan besar gaya yang menekan. (http://www.google.co.sensor)

(5)

2.1.3. Instalasi Piranti Ukur Tekanan

Pengukuran tekanan fluida dibedakan dengan yang berviskositas tinggi dan fluida korosif. (Handbook Pertamina; 2006).

2.1.3.1. Pengukuran Tekanan Fluida Viskositas Tinggi

Untuk pengukuran fluida viskositas tinggi terdapat dua cara pengukuran, antara lain : a. Remote-seal Type Pressure Transmitter

Fluida terukur dari seal liquid dipisahkan oleh diafragma. Pipa kapiler yang dipakai untuk hubungan ke transmitter maksimum lima meter.

b. Reguler Type Pressure Transmitter

Cara pengukuran berikut ini memakai seal pot (tangki pemisah cairan) yang dipasang antara transmitter dan fluida terukur.

- Untuk meredam tekanan yang plugtasi maka digunakan pig tail pressure gate filter

- Untuk mencegah media yang diukur yang bersentuhan dengan peralatan 2.1.3.2. Pengukuran Tekanan Fluida Korosif

Ada dua tipe untuk pengukuran tekanan fluida korosif, yaitu : a. Remote-seal Type Pressure Transmitter

Diafragma dibuat dari bahan tahan korosi, misal monel, dll. Demikian pula flange dibuat dari bahan baja tahan karat (stainless steel) yang dilapisi monel, tantalum, atau bahan lain yang tahan terhadap korosi.

b. Purging

Saluran penghubung antara pipa fluida dan transmitter dialiri udara atau gas nitrogen pada laju alir rendah agar pengaruh pada hasil pengukuran besar.

2.1.4. Kalibrasi Tekanan

Biasanya pengkalibrasian tekanan dilakukan dengan piranti ukur standart seperti manometer pipa-U atau juga dead weight gauge calibrator. Gambar berikut ini adalah gambar variasi pipa-U untuk keperluan dan pengukuran. Di dalam pemakaian industri proses, manometer pipa-U kurang praktis jika digunakan dalam industri. Gambar berikut ini menyajikan jenis dead weight calibrator.

(6)

Gambar 2.5 Dead weight calibrator

System control yang dipakai untuk pengukuran tekanan gas pada unit Alkylasi adalah system control DCS atau Distributed Control System. Berikut ini adalah bagian alat control pengukuran pressure gas. (Handbook Pertamina; 2006).

2.2. Transmitter

24PT709 adalah transmitter yang dipakai untuk pengiriman sinyal pengukuran ke control room. Dimana sinyal yang dikirim oleh transmitter ini akan di control oleh DCS. Sinyal-sinyal ini didapat dari besar ataupun kecilnya tekanan yang diukur oleh transmitter itu sendiri. (Handbook Pertamina; 2006).

Gambar 2.6 Press Transmitter

2.3. DCS ( Distributed Control System)

DCS adalah alat control yang mengontrol setiap unit dan termasuk juga mengontrol tekanan dengan tag number 24PC709. Hasil pengukuran tekanan juga dapat diamati oleh operator atau HIS (Human Interface Station). Pengontrolannya ada pada FCS atau Field Control Station. (Handbook Pertamina; 2006).

2.4. Control Valve

2.4.1. Bagian-bagian Control Valve 2.4.1.1. Actuator

Bagian yang membuka penutup valve (ini yang mudah dilihat secara fisik di lapangan, letaknya di bagian atas valve, besar dank has). Actuator ini ada yang digerakkan secara Pneumatic, Elektrik dan hydraulic.

a. Pneumatic (memakai air compressor), memakai udara bertekanan untuk membuka valve.

b. Elektrik-hydraulic (memakai listrik), atau bisa juga manual. Misal MOV itu hubungannya sama electrical actuator. MOV itu valve yang dilengkapi dengan electrical motor dengan system reduction gear. Jadi, electrical sinyal dari DCS menggerakkan gear dalam

(7)

electric motor untuk membuka atau menutup valve. Atau solenoid valve misalnya, biasanya menggunakan electrical actuator tapi tidak memakai motor. Valve menggunakan spring yang digerakkan oleh gaya electromagnetic dari solenoide yang mengelilingi spring tersebut. Solenoid valve juga digunakan untuk flow atau press valve yang berfungsi juga sebagai shut down valve. (Handbook Pertamina; 2006).

Manfaat pneumatic :

a. Fluida yang digunakan bisa sangat ringan sehingga supply hosesnya tidak berat.

b. Karena fluida yang digunakan biasanya hanya udara, tidak perlu pipa return untuk fluida yang digunakan dan bocor (bila ada bocor).

Manfaat Hydraulic :

Densitas energy lebih tinggi karena pressure yang digunakan juga biasanya lebih tinggi. 2.4.1.2. Valve / Valve Body Assembly

Komponen mekanis yang menentukan besarnya flow ke proses karena fungsi control valve buat throttling, maka valve yang dipakai adalah valve tipe throttling (globe, butterfly, diaphragm, camflex, dsb) untuk high pressure application biasanya dilengkapi dengan positioner untuk menghilangkan gejala hysteresis (perbedaan bukaan valve dengan manipulated variable), misalnya angel body (untuk flashing). Pemilihan valve itu tergantung berdasarkan jenis, kalau yang biasa di power plant memakai high pressure globe valve, kalau liq korosif memakai diaphragm, yang jelas pemilihan didasarkan pressure drop, viscous, korosif, slurry atau tidal slurry. Berdasarkan tipe-tipe valve dan kegunaannya.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, angel body untuk flashing dan high pressure, butterfly untuk high flowrate dan low pressure drop. Gate/ball valve jarang digunakan untuk control valve karena hanya bisa close dan open, jadi biasanya dipakai untuk quick opening.

(Handbook Pertamina; 2006).

2.4.2. Karakteristik Aliran Control Valve

Agar mencapai pengontrolan yang baik lope control seharusnya mempunyai personalitas tetap ini berarti seluruh proses (didefinisikan sebagai kombinasi dari sensor / transmitter / unit proses/valve) seharusnya mempunyai gain, konstanta waktu, dan dead time sekonstan mungkin. Sistem yang mempunyai personalitas tetap disebut system linear.

Sifat alamiah kebanyakan proses adalah nonlinear, maka sensor / transmitter / unit proses juga nonlinear. Karakteristik aliran control valve: hubungan antara aliran melalui valve dan posisi valve yang divariasikan dari 0 - 100%.

(8)

Ada 2 tinjauan untuk karakteristik aliran control valve :

a. Karakteristik aliran inheren (inherent flow characteristic) : berhubungan dengan pressure drop (PD) yang melewati katup tetap.

b. Karakteristik aliran terpasang (installed flow characteristics) : karakteristik yang diobservasi saat katup berada dalam berbagai PD dan perubahan lain dalam system.

Gambar 2.7 Control Valve 2.5. Thermocouple

Prinsip kerja Thermocouple adalah berdasarkan fenomena timbulnya tegangan listrik apabila terdapat perbedaan temperature antara dua buah sambungan (junction) pada loop yang dibentuk oleh dua buah logam yang berbeda sesuai dengan persamaan :

E = XAB (TS- TR )

Dimana : E = Tegangan listrik yang dibangkitkan ( V ) XAB = Konstanta thermoelectric

TS = Temperature sambungan sensor ( ◦c )

TR = Temperature sambungan referensi ( ◦c )

Pada system thermocouple ini bekerja tiga macam efek yang saling berkaitan yaitu :

a. Efek Seeback : apabila temperature pada ke dua junction berbeda, maka akan timbul arus listrik yang besarnya tergantung pada beda temperature antara kedua junction. b. Efek Peltier : apabila pada kawat thermocouple mengalir arus listrik, maka temperature pada

(9)

c.Efek Thomson : apabila arus listrik mengalir pada kawat thermocouple yang mempunyai gradient temperature sepanjang kawat (ada aliran kalor), maka kalor akan dibangkitkan pada setiap titik dimana arah arus listrik sama dengan arah aliran kalor, dan kalor akan diserap pada arah sebaliknya.

(Handbook Pertamina; 2006). 2.6. Furnace

Furnace adalah salah satu alat pemanas yang mengkonsumsi bahan bakar minyak (fuel oil atau fuel gas) dengan jumlah yang sangat besar. Pada funace unit alkylasi diguanakanlah bahan bakar fuel gas. Pengoperasian mesin dan pemakaian bahan bakar secara optimal akan menghindari pemborosan energi. Oleh sebab itu diperlukan system control yang baik pada furnace, terutama pada aliran bahan bakar, aliran udara (air flow) dan temperatur. Apabila alat ini tidak dapat bekerja, maka sama saja dengan mengharuskan unit alkylasi untuk berhenti.

Dalam kerja praktek ini, dilakukan proses pengaturan terhadap temperatur furnace dalam proses pemanasan heating oil untuk reboiler dan heat exchanger, dimana di dalam reboiler dan heat exchanger itu terjadi proses pemisahan fraksi minyak. Sumber panas diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar gas (fuel gas). Panas hasil pembakaran sebagian digunakan untuk memanaskan heating oil dan sebagian lagi hilang melalui dinding furnace maupun cerobong asap (stack).

Apabila terjadi kenaikan tekanan maka efek yang langsung terasa adalah operator tidak dapat mendekati furnace karena sangat panas, aliran udara dari dalam furnace menuju keluar. Kemudian aliran balik lainnya terjadi, panas akan keluar bergabung dengan molekul udara luar yang terdapat banyak oksigen dan uap bahan bakar yang tidak terlihat tapi ada maka akan terjadi explosition. Oleh karena itu sangat vital bahaya yang ditimbulkan apabila tekanan tidak terjaga dengan ketat.

Dengan adanya sistem pengendalian pada furnace ini diharapkan dapat menghemat pemakaian bahan bakar sehingga dapat menghemat biaya operasi.

(Handbook Pertamina; 2006).

(10)

V-4 V-5 E-1 E-2 2 4F C7 4 2 2 4P C7 0 9 2 4T C7 4 8 2 4P C7 3 1 P-3 8/3 9 9-1 2 6 5 0 T/D 4.2 3 K GF U E L G A S 2 2 4 ◦ C 8.2 6 T/D 1.9 3 K G 2 2 2 C 6.0 K G 1 9 3.7 C 1 8 8 C 2 1 0.6 C 2 2 8 C 2 5 6 C A U T O R E B 7-1/2/3/4/5 H E 6-1 R E B 7-1/2/3/4/5 H E 6-1 A U T O C A S C A D E A U T O V-1 V-3 Gambar 2.8 Furnace 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dan pengumpulan data dilakukan di PT. PERTAMINA RU III PLAJUFas Eng,

Unit Alkylasi CD & GP Plaju Palembang.

3.2. Metode Penelitian

Dalam melakukan Penelitian ini, untuk mendapatkan data-data dan informasi, maka dapat digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Riset Lapangan (Field Research)

Merupakan pengumpulan data yang dibutuhkan dengan cara mendapatkan keterangan langsung dari perusahaan dan pihak-pihak intern perusahaan yang mempunyai wewenang memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penulisan ini.

b. Riset pustaka (Library Research)

Yaitu pengumpulan data dengan jalan mempelajari buku-buku literature serta sumber yang berhubungan dengan objek permasalahan.

4. PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan Umum

Pengontrolan tekanan pada furnace ini berkaitan dengan pengontrolan temperatur pada furnace. Pemanasan di furnace ini membutuhkan api yang cukup sesuai dengan banyaknya bahan

(11)

baku yang di proses. Sistem pengontrolan temperatur pada furnace dikaskade dengan pengaturan tekanan.

Nilai dari PV adalah nilai value yang sering berubah-ubah untuk mencapai nilai tekanan atau temperature yang maksimum, pada unit ini nilai tekanan atau temperatur harus mencapai harga dari nilai tekanan atau temperatur yang telah di setting atau yang telah ditetapkan SV (Set Value). Nilai dari tekanan atau temperatur ini akan mempengaruhi pengiriman gas untuk pengapian di furnace.

Apabila nilai ini telah mencapai nilai SV, maka tekanan gas telah mencapai harga maksimum. Nilai dari SV adalah nilai ketetapan yang diatur untuk pengiriman gas ke furnace sebagai pengapian pada furnace. Nilai yang diatur harus sesuai dengan banyak atau sedikitnya bahan baku yang akan di olah pada pabrik. Karena tekanan gas ini berfungsi untuk besar atau kecilnya api pada furnace. Gas yang dihasilkan untuk pengapian di furnace adalah jenis fuel gas.

Nilai MV adalah nilai maksimum yang berfungsi sebagai indikator, apabila nilai variable telah mencapai nilai yang telah diatur SV maka MV akan mengalami perubahan.

Nilai tekanan yang variable adalah 2,40 kg/cm2 , nilai tekanan ini dipicu agar mencapai harga nilai-nilai yang telah diatur yaitu 2,45 kg/cm2 , sebelum nilai 2,40 tersebut mencapai harga nilai set value gas terus ditahan agar mencapai nilai set value, dan valve akan menahan gas sehingga tekanan akan terus naik.

Valve yang dikontrol akan mengontrol gas sehingga nilai 2,45 tercapai dan system control akan terus mengendalikan valve. Valve ini akan membuka bila nilai set telah tercapai atau nilai 2,45 kg/cm2 . Seandainya nilai set value belum dicapai maka gas akan terus diatur dan ditahan sehingga nilai tersebut dicapai dan setelah nilai set value dicapai maka MV akan berubah, hal inilah yang menyebabkan valve membuka untuk pengiriman gas/fuel gas ke furnace.

Hal yang sama dapat dilakukan dalam pengaturan temperature pada furnace. Karena system pengaturan temperature dan tekanan di kaskade maka di dalam pengaturannya hanya di pilih salah satu saja.

4.1.2. System Pengontrolan Temperatur pada Furnace

Dengan pengontrolan temperatur pada furnace, api untuk pemanasan bisa dikontrol sesuai dengan suhu yang dideteksi oleh sensor temperatur. Sistem control memberikan petunjuk bila suhu pemanasan terlalu tinggi ataupun rendah, maka tekanan gas diatur sedemikian rupa, sehingga api tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Alat ukur temperatur pada furnace adalah thermocouple dengan tag number 24TE748.

a. Temperatur Element (24TE748)

TE748 adalah tag number untuk Temperatur Element yang dipakai pada pengontrolan di furnace. Jenis thermocouple ini adalah jenis K, yang berfungsi untuk mendeteksi suhu dan merasakan besar kecilnya temperatur pada pemanasan di furnace. Bila suhu semakin tinggi, sensor ini akan

(12)

memberikan sinyal kepada system control untuk mengurangi api untuk pemanasan, bila suhu yang dideteksi semakin rendah, maka sensor thermocouple memberikan sinyal ke pengontrol tekanan untuk memperbesar aliran gas yang dimanfaatkan untuk menambah besarnya api pada furnace.

b. Temperatur Control (24TC748)

TC adalah system control yang mengatur sinyal hasil pengukuran temperatur melalui DCS (Distributed Control System). DCS terdiri dari HIS (Human Interface Station) dan untuk mengontrol unit FCS (Field Control Station). Type DCS yang digunakan pada Unit Alkylasi adalah DCS 3000. 4.1.3. System Pengontrolan Pressure pada Furnace

Alat ukur tekanan pada furnace adalah Pressure Transmitter (24PT709), Pressure Control (24PC709), Pressure Valve (24PV709).

a. Pressure Transmitter (24PT709)

Pressure transmitter adalah transmitter yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke system control. Sinyal yang dikirimkan ini akan diterima DCS sebagai system control yang akan mengatur pengontrolan pressure gas di furnace. Dimana gas itu berfungsi untuk pengapian di furnace.

b. Pressure Control (24PC709)

Pressure control pada furnace berfungsi untuk pengontrolan yang akan mengatur system kerja pressure sehingga tekanan diatur agar gas untuk pengapian tetap seimbang dengan temperatur di furnace. System control yang dipakai adalah DCS (Distributed Control System) yang mengatur tekanan Fuel gas ke Unit furnace.

c. Pressure Valve (24PV709)

Pressure Valve adalah alat yang mengatur besar kecilnya tekanan fuel gas yang dikirim untuk pengapian di furnace. Valve yang dipakai adalah jenis ATO (Air to Open) yang berwarna hijau yang fungsinya untuk mempertahankan tekanan sehingga nilai pressure mendapatkan hasil yang maksimal.

4.1.4. System Pengontrolan Kaskade antara Pengaturan Tekanan dan Temperatur

Kerja antara pengaturan tekanan dan temperatur sangat berkaitan karena dipasang secara paralel. Hal inilah yang menyebabkan nilai ukur temperature bisa mengontrol kerja pengaturan pressure di furnace. Temperatur dideteksi dan dirasakan oleh thermocouple, sehingga pengukuran suhu pada pemanasan furnace yang menyebabkan pressure bertambah ataupun berkurang.

Jika suhu yang dirasakan pada oleh thermocouple naik system control akan mengatur pressure pada valve sehingga suhu yang naik tersebut akan mempengaruhi tekanan dan mengurangi fuel gas untuk pengapian di furnace.

(13)

Jika suhu yang dirasakan pada oleh thermocouple turun, maka system control akan mempengaruhi pengaturan tekanan sehingga fuel gas untuk pengapian di furnace ditambah/diperbesar.

Hal-hal ini berguna agar setiap pemanasan di furnace tetap seimbang antara bahan baku yang sedang dimasak di reboiler dengan pengapian di furnace agar tetap stabil karena bahan baku yang sedikit tidak mungkin dipanasi di reboiler dengan panasan yang sangat besar, hal ini bisa menyebabkan kerusakan pada reboiler akibat panas yang berlebihan.

4.2. Pengambilan Data

4.2.1 Pengukuran Pressure Fuel Gas ke Furnace :

- PV ( Process Value ) : 2,40 – 2,45 kg/cm2 - SV ( Set Value ) : 2,45 kg/cm2 - MV ( Measuring Value ) : 0,0 %

(Data PT. PERTAMINA RU III PLAJU Fas Eng, Unit Alkylasi CD & GP Tahun 2010) 4.2.2 Pengukuran Temperature Outlet Furnace :

- PV ( Process Value ) : 217 – 220 °C - SV ( Set Value ) : 220 °C - MV ( Measuring Value ) : 0,0 %

(Data PT. PERTAMINA RU III PLAJU Fas Eng, Unit Alkylasi CD & GP Tahun 2010)

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Jika tekanan dan temperature meningkat, valve dikontrol untuk mengurangi gas karena gas tersebut mempengaruhi besarnya pengapian pada furnace.

b. Jika tekanan dan temperature menurun, valve dikontrol untuk menambah gas agar pengapian pada furnace diperbesar.

c. Nilai pressure yang harus dicapai adalah sebesar 2,45 kg/cm2 dan untuk nilai temperature sebesar 220 °C.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Considine, D.M. Process Instrument and Control Handbook.. Mc.Graw Hill Book International, Singapore, 1987.

George C. Barney. Intelligent Instrumentation.. Prentice Hall International, United Kingdom, 1988. Praptowidodo, Prof.V.S. Pengilangan Minyak Bumi, Pengolahan Pertama dan Lanjutan, Treating

Technology,. Bandung. Penerbit ITB, 1999.

Stephanopoulus, Geoerge. Chemical process Control, An Introduction to Theory and Practice. Prentice Hall International, Singapore, 1984.

http://www.google.co.sensor

LAMPIRAN

Furnace Control Valve

Transmitter Control Valve

(15)

Gambar

Gambar 2.1 tekanan relative dan mutlak
Gambar 2.2 tipe pipa-U
Gambar 2.3 Bellows
Gambar 2.7 Control Valve

Referensi

Dokumen terkait

Bagi BPI, proses yang terlibat untuk dikaji dan ditambahbaik adalah proses pengambilan pelajar (yang tidak berjaya mendapat mana-mana tempat) bagi setiap IPTA. Sila rujuk Lampiran

Abstrak 6HWLDS EDGDQ XVDKD \DQJ VHGDQJ EHUNHPEDQJ SDVWL PHPLOLNL internal control \DQJ GLJXQDNDQ VHEDJDL VDUDQD SHQJHQGDOLDQ +DO WHUVHEXW EHUWXMXDQ DJDU NHJLDWDQ GDSDW GLODNXNDQ

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan yaitu kepadatan makrozoobenthos lebih tinggi ditemukan pada lokasi tertutup dibandingkan di lokasi terbuka yaitu 56.65 ind/m

MONY WARMAN Kodya Bukittinggi, pada tanggal 28 September 1961 SMKN 1 Padang Panjang Pendidikan Jasmani 26... LINDA NOFRITA Padang Panjang, 12 Januari 1965 SDN 09 Guguk Malintang

 Jika kepala sekolah baru diangkat dari salah satu PTK aktuif di sekolah, maka selanjutnya pilih PTK yang menjadi kepala sekolah baru dan isikan data tugas tambahan sebagai kepala

jangan lupa cuci tangan setelah pem fisik atau penatalaksanaan IVFD aminophilin dalam D5... diagnosis saat OSCE jiwa adalah diagnosis multiaksial.Aksis I, II, III, IV,

Didepan mata persoalan nelayan semakin memprihatinkan ketika banyak anak muda yang kemudian tidak ingin lagi menjadi nelayan dan lebih memilih menjadi tenaga buruh dikota-kota

Peneliti sengaja memilih Kabupaten Sidoarjo karena dari karakteristik Kabupaten Sidoarjo sebagai kota industri, Kabupaten Sidoarjo mempunyai potensi penerimaan pajak reklame