• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka

2. 1.1 Skizofrenia

A. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “skizo” yang artinya retak atau pecah, dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian dari penggabungan dua arti kata tersebut seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan pada jiwanya. (Hawari,2003)

Skizofrenia adalah suatu penyakit gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi kerja otak sehingga sepanjang kehidupan individu tersebut dapat ditandai dengan terjadinya penurunan kemampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), mengalami kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari dan dapat menyebabkan timbulnya pikiran, presepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu (Nasional Institute Health, 2009).

B. Etiologi

Menurut Maramis (2009) penyebab skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan teori somatogenik dan teori psikogenik.

1. Teori somatogenik a. Keturunan

Telah terdapat bukti dari penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40-60%, kembar 2 telur 2-15% dan kembar 1 telur 61-86%. Dalam hal ini, diduga potensi kejadian skizofrenia diturunkan melalui generasif.

(2)

b. Endokrin

Teori ini diutarakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimaterium.Tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

c. Metabolisme

Teori ini dikemukakan berdasarkan tanda-tanda dari penderita skizofrenia yang tampak pucat, tidak sehat, ujung ekstremitas sedikit sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.

d. Teori saraf pusat

Penyebab skizofrenia ditujukan pada kelainan sistem saraf pusat (SSP) yang terletak di diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungkin disebaban oleh perubahan postmortem atau merupakan artefak pada waktu membuat sediaan.

2. Teori psikogenik a. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah karena tidak ditemukanya kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada sususan saraf pusat (SSP) tetapi Ia mengakui bahwa suatu konstitusi inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut Meyer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah atau maladaptasi. Sehingga, timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan penderita skizofrenia tersebut akan menjauhkan diri dari kenyataan

(3)

b. Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat kelemahan ego yang terjadi karena penyebab psikogenik atau somatogenik.Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme.Kehilangan kapasitas untuk pemindahan sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

c. Teori Bleuler

Teori tersebut menonjolkan gejala utama pada skizofrenia yaitu terdapatnya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.

d. Teori lain

Teori ini menjelaskan skizofrenia merupakan suatu sindrom yang dapat disebakan oleh berbagai macam penyebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti aterosklerosis otak dan penyakit lainya yang belum diketahui.

C. Gejala Klinis

Gambaran gangguan jiwa skizofenia beraneka ragam mulai dari gangguan pada alam pikir, perasaan dan prilaku yang mencolok.Gejala skizofreia dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif (Hawari, 2003).

1. Gejala positif skizofrenia

a. Delusi atau waham yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinanya itu tidak rasional, namun penderita tetap menyakini kebenaranya.

(4)

b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan, misalnya penderita mendengar suara-suara ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara itu.

c. Kekacauan alam fikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraanya. Misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti alur pikiranya. d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara

dengan semangat dan gembira berlebihan.

e. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.

f. Pikiranya penuh kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.

g. Menyimpan rasa permusuhan. 2. Gejala negatif skizofrenia

a. Alam perasaan (affect) tumpul dan datar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.

b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming). c. Kontak emosional amat miskin sukar diajak bicara, pendiam. d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.

e. Sulit dalam berfikir abstrak. f. Pola pikir stereotip.

g. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu).

(5)

D. Klasifikasi

Menurut Maramis (2009) gangguan skizofrenia dibagi menjadi beberapa kelompok klasifikasi, antara lain sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid ini merupakan jenis skizofrenia yang sering ditemukan di Negara manapun. Gejala yang paling menonjol pada skizofrenia jenis ini adalah waham primer disertai dengan waham-waham skunder dan halusinasi. Waham-waham tersebut relatif lebih stabil, sering bersifat paranoid, biasanya disertai dengan halusinasi pendengaran dan gangguan-gangguan persepsi. Selain itu juga didapatkan adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek, emosi dan kemauan. Pasian tersebut lebih mudah tersinggung, suka menyindir dan kurang percaya dengan orang lain.

2. Skizofrenia Hebefrenik

Skizofrenia hebefrenik merupakan skizofrenia dengan perubahan afektif yang jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang. Gejala yang paling menonjol pada skizofrenia jenis ini adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan, dan adanya depersonalisasi disertai gangguan psikomotor sepertineologisme.

3. Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia katatonik ini merupakan gambaran yang esensial, dominan dan dapat bervariasi antara kondisi ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor atau antara sifat penurut yang otomatis dan negavisme.

4. Skizofrenia Tidak Terinci

Skizofrenia jenis ini merupakan skizofrenia yang tidak khas yaitu kondisi yang mencakup kriteria diagnosis umum untuk skizofrenia tanpa gambaran predomiansi yang jelas untuk suatu kelompok diagnosis yang khas.

(6)

5. Depresi Pasca Skizofrenia

Skizofrenia jenis ini merupakan suatu episode depresi yang mungkin berlangsung lama dan biasanya akan timbul setelah suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya.

6. Skizofrenia Residu

Jenis skizofrenia timbul setelah pernah mengalami salah satu jenis skizofrenia lainnya dan ditandai dengan gejala negatif, antara lain kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, kemiskinan pembicaraan, penurunan ekspresi nonverbal, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

7. Skizofrenia Simpleks

Skizofrenia simpleks adalah suatu kelainan yang tidak lazim, ada perkembangan yang bersifat bertahap tapi progresif mengenai keadaan tingkah laku, ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh.

E. Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit pada skizofrenia memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan PPDGJ-III, yaitu sebagai berikut:

1. Subkronik: terdapat simtom-simtom prodromal, aktif, dan residual, terjadi terus-menerus antara enam bulan sampai dua tahun

2. Kronik: sama dengan subkronik hanya saja waktunya lebih dari dua tahun

3. Subkronik dengan eksaserbasi: terjadi kekambuhan pada perjalanan subkronik pada fase residual

(7)

4. Kronik dengan eksaserbasi akut: terjadi kekambuhan pada perjalanan kronik pada fase residual

5. Remisi: terdapat riwayat skizofrenia, bebas dari semua gejala (masa pengobatan atau tidak). Perbedaan skizofrenia dengan tak ada gangguan jiwa membutuhkan penentuan keseluruhan tingkat fungsi, lamanya episode terakhir, lamanya total gangguan, dan apakah pengobatan profilaktif dilakukan.

F. Kriteria Diagnosis Skizofrenia

Kriteria diagnosis skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III mengutarakan bahwa harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

1. a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

b. “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikiranya (insertion) atau isi pikiranya diambil keluar oleh seseuatu dari luar dirinya (withdrawal), dan

c. “thought broadcasting” = isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

2. a. “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

b. “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengarui oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

c. “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya”= secara jelas

(8)

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

d. “delusional preseption” = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

3. a. Halusinasi auditorik :

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien, atau

- mendiskusikan prihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara, atau

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. 4. Waham-waham menetap jenis lainya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya prihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan atau kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit terdapat dua gejala di bawah ini yang harus selalau ada secara jelas :

1. Halusinasi yang menetap dari panca indra saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setelah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme

(9)

3. Prilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme dan stupor;

4. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Terdapat gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurang waktu satu bulan atau lebih(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek prilaku pribadi (personal behavior) bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbd attitude), dan penarikan diri secara sosial.

2.1.2 Tingkat Pendidikan a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran agar dapat mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadianya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan serta sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Notoatmojo, 2007;Hasbullah, 2008).

(10)

Pendidikan memiliki 3 jalur yaitu terdiri atas jalur formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi satu sama lain. Jenjang pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Dikti, 2010).

1. Tingkat Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (Sembilan) tahun pertama masa sekolah yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).Tingkat pendidikan dasar menyediakan pendidikan umum yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat seperti sikap, pengetahuan dan keterampilan menengah (Dikti,2010).

2. Tingkat Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan yang dapat diikuti setelah menyelesaikan pendidikan dasar selama minimal 9 (Sembilan) tahun dan dilanjutkan selama 3 (tiga) tahun pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasa Aliyah Kejurusan (MAK) dan bentuk lain yang sederajat (Dikti, 2010). 3. Tingkat Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang dapat diikuti setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diadakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berupa sekolah tinggi, politeknik, universitas dan institute (Dikti, 2010).

(11)

2. 2 KerangkaTeori

Gambar 1. Kerangka Teori Tingkat Pendidikan: Rendah Tinggi Teori Psikogenik: -Teori Adolf Meyer -Teori Sigmunt Freud -Teori Bluller -Teori Lain Teori Somatogenik: -Keturunan -Endokrin -Metabolisme -Sistem Saraf Pusat Skizofrenia

(12)

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.RM Soedjarwadi Klaten tahun 2014.

Tingkat Pendidikan Rendah Tingkat Pendidikan Tinggi Skizofrenia Tidak Skizofrenia Tidak Skizofrenia Skizofrenia Tingkat Pendidikan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori  Tingkat Pendidikan: Rendah Tinggi Teori Psikogenik: -Teori Adolf  Meyer -Teori Sigmunt Freud -Teori Bluller -Teori Lain Teori Somatogenik: -Keturunan -Endokrin -Metabolisme -Sistem Saraf Pusat  Skizofrenia
Gambar 2. Kerangka Konsep  2.5 Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate , periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada

Penelitian yang dilakukan oleh Winata (2012) tentang Analisis Usaha Peternakan Tasya Lovebird di Kartasura, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam aspek non

Geometry and Building Flat (GBF) yang dapat digunakan sebagai media pendukung belajar siswa dalam pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang dan

Dari kedua model isoterm tersebut, yang paling sesuai untuk adsorpsi logam kromium menggunakan adsorben zeolit alam terakti- vasi kimia fisik secara asam adalah

Secara keseluruhan hasil analisis kepuasan pelanggan dengan menggunakan metode IPA pada 27 atribut secara umum rata-rata tingkat kesesuaian dari seluruh dimensi belum ada

Perencanaan dan Evaluasi Kinerja Perangkat Daerah - Dinas Kearsipan dan Perpustakaan. Kegiatan Penyediaan Perlengkapan Pendukung

Dalam proses unique selling proposition yang dimiliki didalam buku ini adalah buku katalog berukuran 23cm x 23cm, serta menjelaskan tentang sejarah singkat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam yang berjudul “Peningkatan Akurasi