• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA OTAK BERAT DENGAN MASALAH PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA OTAK BERAT DENGAN MASALAH PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA OTAK BERAT DENGAN MASALAH PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL

DI RUANG HCU MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

OLEH:

SRI TUTUT PURWATI 171210036

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA OTAK BERAT DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN PERFUSI

JARINGAN SEREBRAL

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang

Oleh:

SRI TUTUT PURWATI 171210036

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2020

(3)
(4)
(5)
(6)

i vi

(7)
(8)
(9)

MOTTO

Mulailah dari mana kita berada, Gunakan apa yang kita miliki, Lakukan apa yang kita bisa!!

PERSEMBAHAN

Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku, dalam meraih cita-cita saya.

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk, Bapak dan Ibu terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir, hingga saya sudah sebesar ini, terima kasih juga atas limpahan doa yang tak berkesudahan. Serta segala hal yang telah kalian lakukan, semua yang terbaik.

Terima kasih juga yang tak terhingga untuk para dosen pembimbing, Bapak/Ibu yang dengan sabar melayani saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih juga untuk semua pihak yang mendukung keberhasilan Karya Tulis Ilmiah saya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Ucapan terima kasih ini saya persembahkan juga untuk seluruh teman-teman saya, terima kasih untuk memori yang kita rajut setiap harinya, atas tawa yang setiap hari kita miliki, dan atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa kuliah selama 3 tahun ini menjadi lebih berarti. Semoga saat-saat indah itu akan selalu menjadi kenangan yang paling indah.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera Otak Berat dengan Masalah Keperawatan Perubahan Perfusi Jaringan Serebral” sesuai dengan waktu yang ditentukan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Insan Cendekia Medika Jombang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat H. Imam Fatoni SKM.,MM. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Insan Cendekia Medika Jombang dan selaku pembimbing utama dan Maharani Tri Puspitasari,S.Kep.,Ns.MM selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes ICMe Jombang dan dosen pembimbing dua Dwi Puji Wijayanti,S.Kep.,Ns.M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Dan tidak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulis sangat diharapkan demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.

Jombang, Agustus 2020 Penulis

(11)

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA OTAK BERAT DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN PERFUSI

JARINGAN SEREBRAL Oleh:

SRI TUTUT PURWATI

Penyakit Cidera Otak Berat (COB) merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran disebabkan oleh benturan atau hentakan yang sangat keras pada kepala atau adanya objek tertentu yang masuk menembus tengkorak, misalnya serpihan tulang tengkorak yang retak atau peluru sehingga pasien mengalami pendarahan yang sangat hebat dan hipoksia yang bisa mengalami salah satunya perubahan perfusi jaringan serebral. Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Cidera Otak Berat (COB) dengan masalah perubahan perfusi jaringan serebral di Ruang HCU MELATI RSUD Bangil Pasuruan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus. Subjek penelitian ini adalah 2 pasien Cidera Otak Berat (COB) dengan masalah perubahan perfusi jaringan serebral di Ruang HCU MELATI RSUD Bangil Pasuruan. Tekhnik pengumpulan data dideskriptifkan secara naratif dan dilakukan dengan tekhnik wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,), observasi, dan pemeriksaan fisik.

Hasil studi kasus pada klien Ny. M dan Tn. S dengan Cidera Otak Berat (COB), didapatkan satu diagnosa yang diprioritas yakni perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan odema otak. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan pasien keduanya sudah sadarkan diri tetapi perawatan pengobatan masih lanjut. Intervensi keperawatan yang diserahkan pada Ny. M dan Tn. S dengan diagnose evolusi perfusi jaringan serebral dengan odema otak ialah NOC: 1. Vital sign dalam rentang normal, 2. Tidak ada firasat TIK, 3. Komunikasi verbal jelas, konsentrasi, dan orientasi baik, 4. Kesadaran dan GCS normal. NIC: 1.Memonitoring desakan intrakranium.

Kesimpulan dari kasus Ny. M dan Tn. S dengan Cidera Otak Berat (COB) adalah masalah teratasi sebagian. Saran dari studi kasus ini yaitu diharapkan keluarga klien harus ikut berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan serta bisa menerima dan melaksanakan perturan yang telah dietapkan di ruangan

Kata kunci: Asuhan keperawatan, Cidera Otak Berat (COB), perubahan perfusi jaringan serebral.

(12)

ABSTRACT

NURSING CARE FOR HEAVY BRAIN INJURY CLIENTS WITH NURSING PROBLEMS CHANGE CEREBRAL

NETWORK PERFUSION By:

SRI TUTUT PURWATI

Serious Brain Injury Disease (COB) is a sudden blow or impact to the head with or without loss of consciousness caused by a very violent impact or beating on the head or by certain objects that have entered the skull, for example, fractured skull fractures or bullets so that the patient experiences very heavy bleeding and hypoxia that can experience one of them changes in cerebral tissue perfusion. The purpose of this study was to carry out nursing care for clients who experienced severe brain injury (COB) with changes in cerebral tissue perfusion in the HCU MELATI Room at Bangil Pasuruan Hospital.

This research uses descriptive method in the form of case studies. The subjects of this study were 2 patients with severe brain injury (COB) with changes in cerebral tissue perfusion in the HCU MELATI Room at Bangil Pasuruan Hospital. Data collection techniques are described in a narrative manner and are carried out by interviewing techniques (the results of the history contain the client's identity, main complaint, current medical history, past medical history), observation, and physical examination.

The results of a case study on Mrs. M and Mr. S with Serious Brain Injury (COB), obtained one priority diagnosis, namely changes in cerebral tissue perfusion associated with brain odema. After 3 days of nursing care, it was found that both patients were conscious but still continuing medical treatment. Nursing intervention submitted to Mrs. M and Mr. S with the diagnosis of the evolution of cerebral tissue perfusion with brain odema is NOC: 1. Vital sign within normal ranges, 2. No intuition for ICT, 3. Clear verbal communication, concentration, and good orientation, 4. Consciousness and normal GCS. NIC: 1.Memonitoring intracranial pressure.

The conclusion of the case of Mrs. M and Mr. S with Severe Brain Injury (COB) is a partially resolved problem. The suggestion from this case study is that it is hoped that the client's family must participate in care and treatment in an effort to accelerate the healing process and be able to accept and carry out the rules that have been set in the room.

Keywords: Nursing care, severe brain injury (COB), changes in cerebral tissue perfus

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LATAR ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI... iv

SURAT PERNYATAAN... v

LEMBAR PERSETUJUAN... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

MOTTO DAN PEMBAHASAN ... xi

RIWAYAT HIDUP ... xiii

KATA PENGANTAR ... iv

MOTTO... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

ABSTRAK ... xviii ABSTRACT ... xix BAB 1 Pendahuluan ... 1 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Rumusan masalah... 3 1.3 Tujuan masalah ... 3 1.4 Manfaat ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Konsep Cedera Otak Berat ... 5

2.2 Konsep Dasar Gangguan Perfusi Jaringan Serebral... 17

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Cedera Otak Berat ... 18

BAB 3 Metode Penelitian ... 23

3.1 Desain penelitian ... 23

3.2 Batasan istilah ... 23

3.3 Partisipasi ... 24

3.4 Lokasi dan waktu penelitian... 24

3.5 Pengumpulan data ... 25

3.6 Uji keabsahan data ... 25

3.7 Analisa data ... 26

3.8 Etika penelitian... 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 29 4.2 Pembahasan ... 46 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 49 5.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA xiv

(14)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Pathway ...13

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow ... 6 Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan (Nanda NOC dan NIC 2015) ... 21 Tabel 4.1 Identitas klien dengan Cidera Otak Berat (COB). ... 29 Tabel 4.2 Daftar riwayat penyakit klien dengan Cidera Otak Berat (COB). .... 30 Tabel 4.3 Daftar pola kesehatan klien dengan Cidera Otak Berat (COB). ... 31 Tabel 4.4 Daftar pemeriksaan fisik pasien dengan Cidera Otak Berat (COB). 32 Tabel 4.5 Daftar pemeriksaan diagnostik pasien dengan Cidera

Otak Berat (COB). ... 35 Tabel 4.6 Daftar pemeriksaan laboratorium pasien dengan

Cidera Otak Berat (COB). ... 35 Tabel 4.7 Daftar terapi obat pasien dengan Cidera Otak Berat (COB). ... 36

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cedera otak berat suatu kondisi yang memiliki skor GCS 3-8 mengalami penurunan kesadaran selama lebih dari 24jam dan mengalami penurunan neurologis. Cedera otak berat dapat mengakibatkan amnesia, kesadaran, gangguan pada pancaindra. Cedera otak berat disebabkan oleh benturan keras ke kepala sehingga mengakibatkan perdarahan pada kepala bagian pembuluh darah otak. Benturan tersebut juga mengakibatkan terputusnya kontinuitas otak, jaringan otak, otot atau vaskuler. Pendarahan kepala bagian dalam dapat mengakibatkan peningkatan intrakranial sehingga terjadi penurunan suplai darah, ketika suplai darah menurun jaringan otak tidak mendapatkan oksugen yang cukup. Penurunan produk oksigen meng akibatakan gangguan metabolisme sehingga produksi asam laktat meningkat dan terjadi edema otakk dan akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan serebral.

Berdasarkan keterangan dari WHO masing-masing tahun di Amerika Serikat nyaris 1.500.000 permasalahan cedera kepala. Dari jumlah itu 80.000 diantaranya merasakan kecacatan dan 50.000 orang meninggal dunia. Saat ini di Amerika ada sekitar 5.300.000 orang dengan kecacatan dampak cedera kepala (Moore & Argur, 2015). Berdasarkan keterangan dari DEPKES RI tahun 2016 penderita Cedera benak berat selama 1,79%. Riset Kesehatan Daerah selama (RISKESDAS) Tahun 2018 prevelensi cedera kepala didaerah Jawa Timur menjangkau 46,4% dan adalahcedera terbanyak

(17)

kedua dipulau jawa. Data yang dihimpun dari ruangan HCU Melati RSUD Bangil Pasuruan sekitar bulan desember 2017 samapi januari 2018 jumlah penderita cedera benak berat menjangkau 82 penderita laki-laki dan 6 penderita wanita yang merasakan edema serebri.

Cedera otak berat disebabkan oleh benturan atau sentakan keras ke kepala sehingga mengakibatakan perdarahan pada kepala bagian dalam yakni pada pembuluh darah otak. Benturan tersebut juga mengakibakan terputusnya kontinuitas kulit, jaringan kulit, otot atau vaskuler. Perdarahan pada kepala bagian dalam mengakibatkan peningkatan intrakranial sehingga terjadi penurunan suplai darah. Ketika suplai darah menurun jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Penurunan produksi oksigen akan mengakibatkan gangguan metabolisme sehingga produksi asam laktat meningkat dan terjadi edema otak dan akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan serebral. (Martono et al,2016)

Penanganan cedera kepala berat harus dilakukan secepat mungkin. penanganan awal Pengobatan cedera kepala berat yang utama untuk menstabilkan kondisi penderita. Langkahnya meliputi; Pemeriksaan (airway) untuk mengatasi sumbatan jalan napas dengan menstabilkan kondisi leher dan tulang belakang menggunakan bidai leher (neck brace). pemeriksaan (breathing) berikan oksigenasi dengan baik, jika perlu berikan ventilasi yang adekuat. Pemeriksaan (circulation) lakukan pemeriksaan akral, nadi, CRT (Capillary Refill Time), lalu menghentikan pendarahan jika terdapat luka terbuka pada kepala akan dibersihkan, memberi obat penghilang nyeri. Memasang gips bila penderita mengalami patah tulang,

(18)

memberikan obat-obatan seperti obat anti kejang dan diuretik guna mengurangi peningkatan tekanan dalam otak akibat adanya penumpukan cairan dalam kepala. Pemantauan kondisi pasien ketika keadaan penderita sudah stabil, dokter akan tetap melakukan pemantaan ketat terhadap pasien yaitu tanda-tanda vital seperti laju pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, kadar oksigen dalam darah, tingkat kesadaran, ukuran pupil mata. Reaksi pupil terhadap cahaya, kekuatan pergerakan tangan dan kaki. Penanganan selanjutnya tindakan pemeriksaan CT scan prosedur kraniotomi merupakan salah satu tipe operasi yang dilakukan untuk menangani cedera otak berat.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada klien cedera benak berat dengan masalah evolusi perfusi jaringan serebral

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada klien Cedera Otak Berat di ruang HCU (High Care Unit) Melati RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan eksklusif dalam studi ini merupakan:

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Cedera Otak Berat di ruang HCU Melati (High Care Unit) Melati RSUD Bangil Pasuruan. 2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien Cedera Otak Berat di

(19)

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Cedera Otak Berat di ruang HCU Melati (High Care Unit) RSUD Bangil Pasuruan.

4. Melakukan perbuatan keperawatan pada klien Cedera Otak Berat di ruang HCU Melati (High Care Unit) RSUD Bangil Pasuruan.

5. Melakukan evalusi keperawatan pada klien Cedera Otak Berat di ruang HCU Melati (High Care Unit) RSUD Bangil Pasuruan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Pengembangan ilmu keperawatan terutama bersangkutan dengan standart keperawatan profesional dengan asuhan keperawatan pada klien Cedera Otak Berat dengan masalah evolusi perfusi jaringan serebral.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi dosen institusi edukasi

Memberikan pengertian, pengetahuan, dan eksklusif dalam menyikapi dan mengatasi andai ada penderita Cedera Otak Berat.

2. Bagi Perawat

Bahan masukan dan tambahan menyeluruh yang berkembang dalam intervensi keperawatan pada klien dengan masalah evolusi perfusi jaringan serebral.

3. Peneliti selanjutnya

Referensi guna karya tulis selanjutnya dengan masalah dan tema yang bertolak belakang seperti : faktor-faktor yang memprovokasi klien dengan evolusi perfusi jaringan serebral dan masalah-masalah yang hadir pada klien Cedera Otak Berat.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep cedera benak berat

2.1.1 Definisi

Cedera Otak Berat (COB) Adalah sebuah trauma yang terjadi pada faedah otak disertai atau tanpa perdarahan instertitial otak, namun kontinuitas benak tidak terputus. Cedera kepala ialah suatu suasana dimana terjadi benturan dibagian kepala yang mengkibatkan kehilangan kesadaran. (Putri, 2016).

Cedera kepala ialah suatu trauma yang terjadi pada faedah otak dampak adanya benturan keras dibagian kepala disertai perdarahan didalam substansi benak akan namun kontinuitas benak tidak terputus (Muttaqin, 2015). Cedera kepala adalahcedera yang mencakup trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. (Morton,2012).

2.1.2 Klasifikasi

Cedera Otak Berat (COB) mempunyai skor GCS 3-8 menyebabkan kehilangan kesadaran dan terjadi amnesia lebih dari 24jam. Juga mencakup kontusio serebral laserasi atau hematoma intrakranial.

Cedera Otak Sedang (COS) mempunyai skor GCS 9-12 menyebabkan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30menit tetapi tidak cukup 24jam. Dan bisa mengakibatakan fraktur tengkorak

Cedera Otak Ringan (COR) mempunyai skor GCS 13-15 bisa terjadi kehilangan kesadaran atau amnnesia tetapi tidak cukup dari 30menit.

(21)

Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow:

Dewasa Respon Bayi dan anak-anak Buka Mata (Eye)

Spontan 4 Spontan

Berdasarkan perintah verbaal 3 Berdasarkan suara

Berdasarkan rangsangan nyeri 2 Berdasarkan rangsangan nyeri Tidak memberi respon 1 Tidak memberi respon

Respon verbal

Orientasi baik 5 Senyum,orientasi terhadap obyek

Percakapan kacau 4 Menangis tetapi dapat ditenangkan

Kata-kata kacau 3 Menangis dan tidak dapat ditenangkan

Mengerang 2 Mengerang dan agitatif Tidak memberi respon 1 Tidak memberi respons

Respon Motorik Menurut perintah 6 Aktif

Melokasi rangsang nyeri 5 Melokalisir rangsang nyeri Menjauhi rangsang nyeri 4 Menjauhi rangsang nyeri Fleksi abnormal 3 Fleksi abnormal

Ekstensi abnormal 2 Ekstensi abnormal Tidak memberi respon 1 Tidak memberi respon

(22)

Skor 14-15 12-13 11-12 8-10 <5 Kondisi Composmentis Apatis Somnolent Stupor Koma

2.1.3 Etiologi

Mekanisme cedera kepala mencakup cedera akselerasi, deselerasi, akselerasi-deselerasi, coup-countre coup, dan cedera rotasional (Satyanegara, 2010)

1) Cedera Akselerasi terjadi andai obyek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak (misal, perangkat pemukul menghantam kepala atau peluru yang ditembakkan ke kepala).

2) Cedera Deselerasi terjadi andai kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti permasalahan jatuh atau tabrakan mobil saat kepala membentur kaca depan mobil.

3) Cedera Akselerasi-deselerasi tidak jarang terjadi dalam permasalahan kecelakaan kendaraan bermotor dan episode kekerasan fisik.

4) Cedera coup-countre coup terjadi andai kepala terbentur yang mengakibatkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat tentang area tulang tengkorak yang bertentangan serta lokasi kepala yang kesatu kali terbentur. Sebagai misal pasien dipukul dibagian belakang kepala.

5) Cedera rotasional terjadi andai pukulan/benturan mengakibatkan otak berputar dalam rongga tengkorak, yang menyebabkan peregangan atau robeknya neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi benak dengan unsur dalam tengkorak.

(23)

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada pengecekan klinis biasa yang digunakan untuk menilai cedera kepala memakai pemeriksaan GCS (Glasgown Coma Scale) yang dikelompokkan menjadi cedera kepala ringan, sedang dan berat laksana diatas. Nyeri yang menetap atau setempat, seringkali menunjukkan adanya fraktur. (Smeltzer, suzunna, 2002)

1 ) Fraktur kubuh kranial mengakibatkan bengkak pada selama fraktur. 2 ) Fraktur dasar tengkorak dicurigai saat CSS terbit dari telinga dan hidung. 3 ) Laserasi atau kontusio otak diperlihatkan oleh cairan spinal berdarah. Kondisi Cedera Kepala yang bisa terjadi antara lain:

1) Komosio serebri

Tidak terdapat jaringan benak yang rusak, tetapi melulu kehilangan faedah otak sesaat (pingsang<10menit) atau amnesia pasca cedera kepala.

2) Kontusio serebri

Adanya kerusukan jaringan benak dan faedah otak (pingsan>10 menit) atau ada lesi neurologik yang jelas. Konstusio serebri tidak jarang terjadi dan mayoritas terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun bisa terjadi pada masing-masing bagian dari otak. Kontusio serebri dalam waktu sejumlah jam atau hari, bisa merubah menjadi perdarahan intraserebral yang memerlukan tindakan operasi. (Brain Injury Association Michigan)

(24)

3) Laserasi serebri

Kerusakan benak yan luas disertai robekan durameter serta fraktur tersingkap pada kranium. (Brain Injury Association of Michigen)

4) Epidural Hematom (EDH)

Hematom antara durameter dan tulang, seringkali sumber perdarahannya ialah robeknya arteri meningea media. Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan ketidaksamaan neurologis sisi kiri dan kanan (hemiparese/ plegi, pupil anisor, reflex patologis satu sisi). Gambaran CT Scan lokasi hiperdens dengan format bikonvek atau lentikuler diantara sutura. Jika perdarahan >20cc atau >1cm midline shift >5mm dilaksanakan operasi guna menghentikan perdarahan.

5) Subdural hematom (SDH)

Hematom dibawah lapisan durameter dengan sumber perdarahan bisa berasal dari Bridging vein, a/v cortical, sinus venous. Subdural hematom ialah terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, bisa terjadi akut dan kronik. Terjadi dampak pecahnya pembuluh darah vena , perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut bisa terjadi dalam 48 jam – 2hari, 2 minggu atau sejumlah bulan. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, bingung, mengantuk, beranggapan lambat, kejang dan udem pupil, dan secara klinis ditandai dengan penurunan kesadaran, sertai adanya lateralisasi yang sangat sering berupa hemiparese/plegi. Pada pengecekan CT Scan diperoleh gambaran hiperdens yang berupa bulan sabit (cresent). Indiksi operasi andai perdarahan tebalnya >1 cm dan terjadi pergeseran garis tengah >5mm

(25)

6) Subarachnoid Hemarrhage (SAH)

Merupakan perdarahan fokal didaerah subarachnoid. Gejala klinisnya serupa kontusio serebri. Pada pengecekan CT Scan diperoleh lesi hiperdens yang mengekor arah girus-girus serebri di wilayah yang berdampingan dengan hematom. Hanya diserahkan terapi konservatif, tidak membutuhkan terapi operatif. (Misulis KE, Head TC)

7) Intracerebral Hemorrhage (ICH)

Perdarahan intracerebral ialah perdarahan yang terjadi pada jaringan benak biasanya dampak robekan pembuluh darah yang terdapat dalam jaringan otak. Pada pengecekan CT Scan diperoleh kesi perdarahan diantara neuron benak yang relatif normal. Indikasi dilaksanakan operasi adanya wilayah hiperdens, diameter >3cm, perifer, adanya pergeseran garis tengah.

8) Fraktur basis krani (Misulis KE,Head TC)

Fraktur dari dasar tengkorak,biasanya melibatkan tulang temporal, oksipital,sphenoid dan etmoid. Terbagi menjadi fraktur basis krani anterior dan posterior. Pada fraktur anterior melibatkan tulang etmoid dan sphenoid, sementara pada fraktur posterior melibatkan tulang temporal, oksipital dan sejumlah bagian tulang sphenoid. Tanda ada fraktur basis krani antara lain:

a) Ekimosis periorbital (Racoon’s eyes) b) Ekimosis mastoid (Battle’a sign)

c) Keluar darah beserta cairan serebrospinal dari hidung atau telinga (rinore atau otore)

(26)

2.1.5 Patofisiologi

Trauma pada kepala diakibatkan oleh benturan benda tumpul maupun benda tajam. Benturan keras yang terjadi pada kepala menyebabkan perdarahan pada kepala unsur dalam yaitu pada unsur pembuluh darah otak. Benturan itu juga dapat mengakibatkan terputusnya kontinuitas kulit, jaringan kulit, otot atau vaskuler. Perdarahan pada kepala unsur dalam menyebabkan peningkatan intrakranial sehingga menyebabkan penurunan suplai darah. Ketika suplai darah menurun jaringan benak tidak menemukan oksigen yang cukup. Otak yang mengalami kelemahan oksigen akan merasakan ganguan metabolisme sehingga buatan asam laktat bertambah dan terjadi edema benak dan akan mengakibatkan perubahan perfusi jaringan serebral.

(27)

GGGghGambar 2.1. Skema Pathway Ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral Kebocoran cairan kapiler Oedema paru Penumpukan cairan/secret Difusi O2 terhambat Ketidakefektifan bersihan jalan napas Ketidakefektifan pola napas Cardiac output Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Odem otak

Kecelakaan Lalu Lintas

Cedera Kepala

Cedera Otak primer

Kontusio cerebri Kerusakan sel otak

Gangguan autoregulasi Rangsangan simpatis

Aliran darah keotak

O2 Gangguan

metabolisme tek.pemb.darah pulmonal Tek. Hidrostatik

Terjadi benturan benda asing

Terdapat luka dikepala Rusaknya bagian kulit Kerusakan integritas jaringan kulit Cedera Otak Sekunder

Asam laktat

Tahanan vaskuler sistemik & TD

(28)

2.1.7 Pemeriksaan penunjang.

1) Laboratorium : darah lengkap, kimia darah, koagulasi, urinalisis, BGA, skrining toksikologi pada urine.

2) CT Scan kepala : hasil pemeriksaan ditemukan adanya edema serebral, perdarahan, fraktur, dan lesi. Pemriksaan CT Scan diidikasikan untuk pasien GCS < 13 pada saat initial assesment, GCS < 15 setelah dua jam dari onset kejadian, suspect open atau despressed skull fracture, terdapat gejala fraktur basis kranii, post-traumatic seizure, defisit neurologi fokal, dan muntah lebih dari satu kali (National Institute for Health and Care Excellence/NICE,2014)

3) X-Ray kepala dan spinal: dilakukan dengan tujuan umtuk melihat adanya fraktur

4) MRI: Hasil MRI kemungkinan ditemukan adanya edema dan perdarahan pada pasien, tetapi MRI jarang diindikasikan untuk pasien yang tidak stabil, menggunakan ventilator, tidak kooperatif, pasien dalam kondisi trauma akut.

5) Angiografi: pemeriksaan angiografi digunakan untuk melihat adanya trauma serebrovaskular atau trombosis.

6) Foto toraks

7) Pemeriksaan EKG 12 lead. 2.1.8 Penatalaksanaan

1) Jalan nafas (airway)

a) Lakukan imobilitasasi servikal dengan cara jaw thrust atau menggunakan servical collar.

(29)

b) Kaji apakah ada suara gurgling, snoring, dan stridor

c) Jika terdapat gigi yang lepas atau fragmen tulang dijalan napas akibat trauma diwajah, segera ambil

d) Buka jalan napas, jika GCS < 8 maka lakukan intubasi endotrakeal e) Lakukan suction jika terdapat darah, saliva, atau muntahan pada jalan

napas.

f) Lakukan slang orogastrik untuk dekompresi isi ambung (jangan gunakan slang nasogastrik)

2) Pernapasan (breathing)

a) Pertahankan saturasi oksigen > 95% dengan pemberian suplemen oksigen.

b) Pertahankan frekuensi pernapasan normal (eukapnea) dengan PaCO2 antara 35-38 mmHg.

c) Cegah hiperventilasi kecuali jika terjadi herniasi d) Monitoring end-tidal carbon

e) Pertimbangan penggunaan agen blokade neuromuskular jika pasien mengalami kesulitan ventilasi.

f) Lakukan dekompresi dengan jarum ukuran 12G jika ditemukan tekanan pneumotoraks (pneumothorax tension)

g) Jika terdapat kondisi kondisi pneumotoraks dan hemotoraks yang mengancam nyawa, lakukan tindakan drainase pada ICS 5 pada midaksila arterior.

(30)

3) Sirkulasi (circulation)

a) Pertahankan status normovolemia pada pasien(jaga tekanan arteri antara 70-90 mmHg)

b) Pertahankan perfusi serebral >70mmHg

c) Pada pasien dengan trauma selain penetrasi atau trauma tumpul, tekanan darah sistolik hendaknya minimal 60 mmHg

d) Pada pasien dengan trauma selain penetrasi atau trauma tumpul, tekanan darah sistolik hendaknya minimal 60 mmHg

e) Berikan tambahan cairan isotonik atau produk darah sesuai dengan kebutuhan pasien

f) Jika nadi pasien tidak teraba, maka berikan bolus cairan 250cc sampai nadi teraba

g) Pasang kateter urin untuk menitoring pengeluaran urin (terutama jika pasien diberikan diuretik)

4) Disability, lakukan monitoring status GCS (Glasgown Coma Scale) secara berkala, respons, pupil, nadi, pernapasan, dan tekanan darah. 5) Segera menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik penunjang. 6) Cegah jangan sampai terjadi peningkatan TIK dengan pemberian sedasi

atau analgesik, pemberian diuretik osmotik (monitol), posisikan pasien head elevation 300,minimalisasi stimulasi eksternal.

7) Fasilitasi pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan (evakuasi hematom, lobektomi, kranitomi)

8) Cegah jangan sampai terjadi kejang. 9) Pertahankan suhu tubuh normal

(31)

10) Pemberian obat yaitu Diuretik osmotik, Loop diuretik, Analgesik, Antibiotik, Antihipertensi.

2.1.9 Masalah keperawatan

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral 2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 3) Ketidakefektifan pola napas

4) Ketidakefektifan bersihan jalan napas 5) Kerusakan integritas jaringan kulit 2.1.10 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada cedera otak berat yaitu perdarahan yang terjadi didalam otak baik cedera kepala terbuka maupun tertutup. Perdarahan yang terjadi didalam otak mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang berakibat pada sel neuro dan vaskuler tertekan. Perdarahan yang terjadi didalam kepala dapat mengakibatkan penurunan kesadaran (Corwin,2015).

2.2 Konsep dasar gangguan perfusi jaringan serebral 2.2.1 Pengertian perfusi jaringan serebral

Perfusi jaringan serebral ialah suatu suasana dimana seseorang merasakan penurunan pemasokan oksigen kedalam otak. Hal itu diakibatkan karena adanya sumbatan atau pecahnya kontinuitas pembuluh darah yang terdapat diotak. Sumbatan atau pecahnya kontinuitas pembuluh darah akibatnya adanya benturan yang paling keras pada unsur kepala atau benda asing yang masuk dan merusak pembuluh darah otak.

(32)

2.2.2 Etiologi

1) Waktu tromboplastin parsial abnormal. 2) Waktu protombin abnormal

3) Segmen ventikular kriakinetik 4) Ateros klerosis aortic

5) Diseksi arteri 6) Miksoma atrial 7) Tumor otak 8) Stenosis karotis 9) Aneuresis maserebri

2.2.3 Tanda-tanda penambahan tekanan intraknial (TIK) 1) Hipertensi

2) Perubahan motorik dan sensorik 3) Perubahan bicara 4) Kejang 5) Hipertemi 6) Bradicardia 7) Pupil edema 8) Muntah proyektif

(33)

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Cedera Otak Berat (COB) 2.3.1 Pengkajian

1) Identitas Klien

Terdiri dari Nama; Alamat; Umur; Status; Diagnosa medis; Tanggal MRS; Keluarga yang dihubungi; Catatan kedatangan; no RM; Keluhan Utama; Pasien merasakan penurunan kesadaran

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Adakah riwayat luka berat yang tentang kepala contoh benturan keras dan trauma di kepala seringkali mengalami penurunan kesadaran, konvulsi, muntah, sakit kepala, lemah, serta koma.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Adakah riwayat hiperkapnea, riwayat cedera kepala sebelmnya, diabetes melitus, anemia, penyakit jantung.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Adakah riwayat penyakit degeneratif hipertensi dan diabetes militus. 5) Riwayat Psikososial

Siapa pengasuh klien, interaksi soisal, rekan bermain, peran ibu, kepercayaan agama atau budaya.

2.3.2 Pola faedah kesehatan. 1) Pola Persepsi

Menggambarkan perpespi family pasien terhadap penyakit yang diderita pasien mengenai pengetahuan dan penatalaksanaan penderita cedera benak berat dengan evolusi perfusi jaringan serebral.

(34)

2) Pola Nutrisi

Penderita cedera benak berat asing mengeluh dengan anokresi, mual, muntah yang menyebabkan berat badan menurun.

3) Pola Eliminasi

Pola penyingkiran terjadi sebab perubahan pola berkemih (polyuria,nokturia,anuria) letih, lemah, susah bergerak/berjalan, kram otot, tonus otat menurun.

4) Pola Aktivitas/istirahat

Pola aktivitas/istirahat klien tidak sadarkan diri (koma), lemah, susah bergerak, tonus otot menurun.

5) Nilai Keyakinan

Hasil cerminan tentang cedera benak berat mengenai penyakit yang diderita menurut keterangan dari agama dan kepercayaan, kecemasan, dan destinasi kesembuhan dan asa akan sakitnya.

2.3.3 Pemeriksaan fisik Comprehensif Body Sistem 1) (Breathing) B1

Pada inspeksi, didapatkan klien lemah, sesak nafas dan peningkatan frekuensi nafas. Saat auskultasi terdengar suara tambahan yaitu ronchi dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).

2) (Blood) B2

Pada klien cedera otak berat biasanya sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan shock hipovolemik. Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >180 mmHg).

(35)

3) (Brain) B3

Pasien koma GCS:1-X-X (verbal tidak biasa dikaji karena menggunakan respirator). Sklera putih, pupildatasis/midriasis kanan. Terjadi cedera kepala bagian kanan dan ada epidural hematom kanan, post trepanasi.

4) (Bladder) B4

Klien terpasang kateter dengan produksi urin+ 1.500 cc/hari. 5) (Bowel) B5

Klien untuk makan dn minum dibantu dengan susu lewat NGT dan cairannya infus.

6) (Bone) B6

Klien untuk bergerak sendi terbatas, hemiplegi kiri. Ekstreminasi atas dan bawah terdapat luka lecet. Akral hangat,tugor cukup, warna kulit pucat.

(36)

2.3.4 Diagnosa keperawatan

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan (Nanda NOC dan NIC 2015)

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Perubahan perfusi jaringan serebral b/d odema otak

Definisi:

Penurunan sirkulasi darah yang dapat mengganggu otak.

Batasan Karakteristik: 1. Keterlambatan luka

perifer.

2. Nyeri ekstremitas 3. Penurunan nadi perifer 4. Perubahan fungsi

motorik

5. Ridak ada nadi perifer 6. Klaudikasi intermiten

Faktor yang berhubungan 1.Stenosis karotik 2.Embolism 3.Cedera kepala 4.Stenosis mitral 5.Neoplasma otak 6.Keabnormalan masa protombin/masa tromboplastin parsial 7.Penurunan kepala ventrikel kiri 8.Asteroklerosis dada 9. Tumor otak 10. Efek samping tindakan

Tekanan darah sistole Tekanan darah dastole Tekanan nadi

Tekanan darah rata-rata Kekuatan nadi karotis kanan

Kekuatan nadi karotis kiri Kekuatan nadi brakialis kanan

Kekuatan nadi brakialis kiri

Kekuatan nadi femoralis kanan

Kekuatan nadi fermoralis kiri

Saturasi oksigen Edema perifer

Suara nafas tambahan Ansietas

Distensi vena leher Bising pembuluh darah besar

Perawatan sirkulasi: alat bantu mekanik 1.Lakukan penilaian sirkulsiperifer secara komprehensif(seperti mengecek nadi perifer,edema,waktu pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas) 2. Monitor kemampuan sensori dan kognitif 3. Monitor

ketidaknyamanan atau nyeri dada

4. Evaluasi tekanan arteri pulmonal, tekanan darah sistemik, cardiac output 5. Observasi tanda-tanda hemodialisis

6. Berikan anti keagulan dn antitrombolitik sesuai instruksi

7. Berikan transfusi darah yang sesuai

8. Monitor nilai elektrolit, BUN, dan kreatinin setiap hari

9. Monitor intake dan output cairan

(37)

2.3.5 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah suatu perbuatan atau penatalaksanaan perencanaan perbuatan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya. Penatalaksanaan mencakup tindakan yang dilaksanakan perawat, mengobservasi respon klien sekitar dan sesudah tindakan asuhan keperawatan, pendokumentasian (Rohman,2016)

2.3.6 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalahtahapan guna menilai apakah rencana keperawatan cocok dengan rencana yang ditetepkan dalam destinasi keperawatan. Di samping itu penilaian bertujuan untuk mengerjakan pengkajian ulang (Padila,2016)

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang akan dipakai dalam studi permasalahan ini ialah penelitiannya tentang kedudukan obyek yang diteliti, subyeknya dapat individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat yang berkaitan dalam sebuah unsur yang lebih eksklusif dari borongan individu. Yang bertjuan guna memberi cerminan lengkap mengenai latar belakangnya, sifat, serta ciri khas yang khas dari permasalahan yang dianalisis (Nazir, 2015)

Dalam studi permasalahan ini penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien Cedera Otak Berat (COB) dengan masalah evolusi perfusi jaringan serebral di ruang HCU Melati (High Care Unit) RSUD Bangil, Pasuruan.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi permasalahan ini merupakan:

1) Asuhan keperawatan adalahserangkaian pekerjaan keperawatan yang direncanakan, pengimplementasi dari rencana perbuatan asuhan keperawatan dan penilaian dari semua tindakan yang sudah diserahkan kepada klien.

2) Klien ialah seseorang yang menerima pelayanan secara profesional dari pribadi atau suatu kelompok. Dalam studi permasalahan ini, subyek yang dianalisis terdiri dari dua pasien dengan masalah keperawatan dan diagnosaa

(39)

3) Medis yang sama yaitu Cedera Otak Berat (COB) dengan masalah evolusi perfusi jaringan serebral.

4) Cedera Otak Berat (COB): Traumatic Brain Injury (TBI) ialah terjadi sebab kekuatan mekanik luar mengakibatkan disfungsi benak yang berasal dari pukulan keras ke kepala atau luar tubuh salah satunya ialah penyebab kematian atau kecacatan dan mayoritas terjadi dampak kecelakaan kemudian lintas.

5) Perubahan perfusi jaringan serebral ialah perubahan yang terjadi pada otak disebabkan karena benak mengalami kelemahan oksigen.

3.3 Partisipan

Partisipasi ialah orang-orang ikut berperan atau berpartisipasi atau ikut serta pada sebuah kegiatan. Partisipan yang ikut dalam riset ini terdiri dari 2 orang klien yang diasuh di ruang HCU Melati (High Care Unit) RSUD Bangil, Pasuruan. 2 orang klien dengan diagnosa Cedera Otak Berat (COB) dengan masalah evolusi perfusi jaringan serebral.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.4.1 Lokasi Penelitian

Tempat yang dipakai untuk merangkai KTI studi permasalahan ini merupakan di RSUD Bangil Jl. Raya Raci Masangan No. 9 Bangil Ruang HCU Melati (High Care Unit) dalam waktu 3 hari.

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dipakai untuk pen yusunan KTI studi kasus merupakan studi kasus pribadi (dirumah sakit) waktu semenjak klien kesatu kali masuk lokasi tinggal sakit sampai kembali dan atau klien yang diasuh minimal 3hari.

(40)

3.5 Pengumpulan Data

Dalam studi permasalahan ini metode pendataan data yang digunakan ialah 1) Wawancara

Sumber yang didapat dari hasil wawancara dengan family pasien dan perawat

2) Observasi

Penelitian mengerjakan pemeriksaan memakai metode had to toe dengan IPPA: Inspeksi (melihat), Palpasi (meraba), Perkusi (mengetuk), Auskultasi (mendengarkan) pada anggota tubuh klien.

3) Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan kelompok informasi dari sebuah dokumen. Sumbernya dapat berupa laporan, daftar harian, potret biografi, dan lain-lain. Pada arsip ini, penelitian mengoleksi data yang didapatkan dari hasil wawancara untuk keluarga pasien, daftar hasil keperawatan, pengecekan penunjang

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam studi kasus dilaksanakan dengan:

a) Memperpanjang masa-masa pengamatan: dalam permasalahan waktunya yang di tentukan yakni 3 hari, andai belum menjangkau validasi yang diharapkan maka waktu guna mendekatkan data studi kasus dapat diperpanjang satu hari. Sehingga yang dibutuhkan yaitu 4 hari dalam studi permasalahan ini.

b) Metode triangulasi adalahpengumpulan data dengan penggabungan dari sekian banyak teknik pendataan data dan sumber data yang ada.

(41)

Dalam studi permasalahan ini dipakai penggabungan teknik pendataan data laksana dari wawancara, observasi dan dari studi dokumentasi. 3.7 Analisa Data

Proses mengoleksi data dan merangkai data kedalam bentuk penyusunan karya tulis ilmiah sehingga menyusun sebuah tema dan pengarang dapat merangkai hipotesa kerja. Data dari mula sampai akhir diteliti oleh penulis. Analisa data dilaksanakan dengan merangkai hasil wawancara, asuhan keperawatan, pengecekan penunjang sampai membentuk suatu tema. Dari hasil wawancara dengan family pasien, mengobservasi klien, dan arsip penelitian menemukan data dari data tersebut peneliti dang mencocokkan dengan riset dan teori-teori yang telah ada sebelumnya.

Urutan yang dipakai dalam meneliti yaitu: a) Pengumpulan Data

Data yang didapatkan dari wawancara dengan family pasien, hasil observasi dengan pasien dan arsip keperawatan dikoleksi sehingga menyusun tema. Dari data itu dapat dikelompokkan menjadi satu sampai-sampai menjadi suatu laporan asuhan keperawatan. Sedangkan isi data berisi mengenai klien, pengkajian, diagnosis, perencanaan (intervensi), penatalaksaan (implementasi) dan evaluasi.

b) Mereduksi Data

Data yang didapatkan dari wawancara dengan family pasien, hasil observasi dengan pasien dan arsip keperawatan dikoleksi sehingga menyusun tema. Dari data itu dapat dikelompokkan menjadi satu

(42)

sampai-sampai menjadi suatu laporan asuhan keperawatan, lantas penulis dapat mencocokkan dengan data sebelumnya atau dari buku-buku keperawatan c) Penyajian Data

Penulis menyajikan data dalam format narasi, tabel dan gambar yang didapatkan dari data obyek dan subyek, sumber informasi, data yang bersangkutan dengan klien dipastikan kerahasiaannya.

d) Kesimpulan

Data didapatkan dari wawancara, observasi, arsip kemudian kelompok sampai dapat suatu tema. Dan tema itu penulis dapat membuat suatu laporan asuhan keperawatan. Isi dari laporan keperawatan itu berisi: pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi. Kemudian laporan asuhan keperawatan dikomparasikan dengan laporan yang telah ada dan buku-buku keperawatan lainnya untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada masalah ini.

3.8 Etika Penelitian

Prinsip etik yang perlu disematkan dalam riset antara lain: 1) Prinsip manfaat

2) Prinsip saling menghargai 3) Prinsip keadilan

(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Tempat Pengumpulan Data

Pengkajian dilaksanakan di RSUD Bangil Jl. Raya Raci Masangan No. 9 Bangil Ruang HCU MELATI, dengan kapasitas 18 lokasi tidur dan terdiri 18 perawat dan disertai ruangan AC yang paling bersih dan luas.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien

Tabel 4.1 Identitas klien dengan Cidera Otak Berat (COB).

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2

Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Alamat Suku/bangsa Tanggal MRS Tanggal pengkajian Jam masuk No. RM Diagnosa masuk Ny. M 65 tahun Islam SD

Ibu rumah tangga Kawin Gejugjati, Lekok Jawa/WNI 05-04-2020 05-04-2020 19.30 WIB 00-36-XX COB Tn. S 45 tahun Islam SMP Sopir truk Kawin Dermo,Bangil Jawa/WNI 11-04-2020 11-04-2020 10.45 WIB 00-22-XX COB 28

(44)

2. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Daftar riwayat penyakit klien dengan Cidera Otak Berat (COB).

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2

Keluhan Utama Klien tidak sadarkan diri Klien tidak sadarkan diri Riwayat penyakit sekarang Keluarga pasien Mengatakan pasien mau membeli kebutuhan rumah tangga di toko terdekat ada pengendara motor dengan kecepatan tinggi menabrak seorang ibu terdapat pendarahan di kepalanya dan tidak sadarkan diri. Pasien langsung di bawa ke Puskesmas Grati Pasuruan dilakukan rawat luka dan di rujuk ke RSUD Bangil Pasuruan guna pemeriksaan lebih lanjut. Pasien mengatakan paginya pasien pamit

mau kerja ambil pasir dan

dikarenakan mengantuk, pasien menabrak motor di depannya pasien tidak sadarkan diri dan kepalanya mengalami pendarahan. Dan akhirnya pasien dibawa ke RSUD Bangil Pasuruan langsung di periksa dokter dan dilakuka perawatan. Riwayat penyakit dahulu Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya Riwayat keluarga Keluarga pasien

mengatakan tidak pernah mengalami ini sebelumnya

Keluarga pasien Mengatakan mengalami ini sebelumnya Riwayat psikososial pasien hanya dapat bed

rest/istirahat total di tempat tidur dan tidak dapat aktivitas dari sebelumnya.

Pasien hanya dapat istirahat

total di lokasi tidur

Pengkajian spiritual Keluarga pasien selalu berikhtiar bermunculan

Keluarga pasien selalu berdoa demi

(45)

batin untuk kesembuhannya, pasien jarang mengerjakan beribadah. kesembuhan pasien.

Sumber: Data primer April 2020.

3. Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/ pendekatan system) Tabel 4.3 Daftar pola kesehatan klien dengan Cidera Otak Berat (COB).

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2

Pola nutrisi Keluarga klien mengatakan

sebelum sakit selera makan

3x/hari dengan menu nasi,

sayur, lauk-pauk, buah dan

minum air putih 1.500 ml/hari.Ketika sakit, klien terpasang NGT/ selang makan yang masuk hanya susu dan air putih lewat selang sonde.

Keluarga klien mengatakan sebelum sakit makan 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk-pauk. Ketika saat

sakit klien terpasang NGT makan minum lewat sonde. Yang masuk di sonde hanya

susu dan air putih.

Pola eliminasi Keluarga pasien mengatakan dirumah BAK 6x/hari, warna kuning jernih, dan BAB 1x/hari warna kuning, bau khas feses. Saat sakit pasien BAK terpasang kateter dengan jumlah per 6 jam sebanyak 1.500 cc/jam. BAB 1x/hari pada pagi hari lembek, warna kuning.

Keluarga pasien mengatakan dirumah BAK 4x/hari, warna kuning jernih, dan BAB 1x/hari keras, warna kuning, bau khas feses. Ketika di rumah sakit, pasien BAK terpasang kateter

dengan jumlahnya 1.000 cc/hari. BAB keras bau khas feses, warna kuning. Pola istirahat/tidur Disaat klien Ny. M ketika

dirumah, keluarga klien mengatakan melakukan aktivitas dengan mandiri tetapi di rumah sakit, klien semua aktivitas dibantu oleh keluarganya.

Disaat klien Tn. S ketika dirumah, keluarga klien mengatakan selalu melakukan aktivitas dengan mandiri. Dan disaat sakit semua aktivitas dibantu oleh keluarganya.

(46)

Pola aktivitas Keluarga pasien Ny. M mengatakan sudah tidak ingin menginginkan anak karena umurnya sudah tua.

Ny.M sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.

Keluarga pasien Tn. S mengatakan masih ada keinginan untuk melakukan hubungan seksual, Tn. S sudah menikah dan mempunyai2 orang anak.

Sumber: Data primer April 2020

4. Pemeriksaan fisik (head toe-to/ pendekatan sistem).

Tabel 4.4 Daftar pemeriksaan fisik pasien dengan Cidera Otak Berat (COB).

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2

S N TD RR SPO2 GCS 37 129 x/menit 95/52 mmHg 26 x/menit 82% 1-1-1 36,6 110 x/ menit 100/78 mmHg 28 x/menit 86 % 1-1-1

Kesadaran Koma CRT > 2 detik Koma RT > 2 detik Keadaan umum Lemah, tidak muntah,

terdapat luka di kepala sebelah kiri bawah dan odema di dahi kanan..

Lemah, muntah, terdapat luka di kepala kanan atas. Pemeriksaan fisik

Komprehensif body sistem

(Breathing) B1 Pada inspeksi,

didapatkan klien lemah, sesak nafas dan

peningkatan frekuensi nafas

Pada inspeksi, didapatkan klien lemah, sesak nafas dan peningkatan frekuensi nafas (Blood) B2 Tekanan darah

biasanya mengalami peningkatan Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan

(Brain) B3 Pasien koma

GCS:1-X-X (verbal tidak biasa dikaji karena

menggunakan respirator)

Terjadi cedera kepala bagian kanan dan ada epidural hematom kanan, post trepanasi.

(47)

(Bladder) B4 Klien terpasang kateter dengan produksi urin+ 1.500 cc/hari

Klien terpasang kateter dengan produksi urin+ 1.500 cc/hari (Bowel) B5 Klien untuk makan dan

minum dibantu dengan susu lewat NGT dan cairannya infus

Klien untuk makan dan minum dibantu dengan susu lewat NGT dan

cairannya infus (Bone) B6 Klien untuk bergerak

sendi terbatas, hemiplegi kiri

Akral hangat,tugor cukup, warna kulit pucat

Sumber: Data primer April 2020

5. Pemeriksaan Diagnostik.

Tabel 4.5 Daftar pemeriksaan diagnostik pasien dengan Cidera Otak Berat (COB).

Pemeriksaan diagnostik Ny. M Pemeriksaan diagnostik Tn. S 1. Laboratorium: Terlampir

2. Foto rontgent: foto thorax AP, cervical AP/ lat ankle D: Tanggal 5 April 2020.

3. Pemeriksaan laboratorium: Tanggal 5 April 2020.

1. Laboratorium: Terlampir. 2. Foto rontgent: foto thorax AP

tanggal: 10 April 2020. 3. Pemeriksaan laboratorium:

Tanggal 10 April 2020 Sumber: Data primer April 2020.

(48)

Tabel 4.6 Daftar pemeriksaan laboratorium pasien dengan Cidera Otak Berat (COB).

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

HEMATOLOGI DL Leukosit (WBC) Klien 1 22,25 Klien 2 21,20 3,70-10,1 Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Netrofil % Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Eritrosit (RBC) Hemoglobin (HGB) Hematokrit (HCT) MCV MCH MCHC RDW PLT MPV 19,3 1,2 1,1 0,1 0,1 86,9 5,5 5,0 0,6 0,5 4,880 14,60 44,90 92,00 29,90 32.50 13,20 246 6,9 18,8 1,6 1,2 0,1 0,3 88,2 5,3 5,6 0,2 0,2 5,662 15,30 45,60 94,10 28,30 32,20 12,20 228 8,4 % % % % % 106 / μL g/dL % μm3 Pg g/dL % 103 / μL fL 39,3-73,7 18,0-48,3 4,40-12,7 0,600-7,30 0,00-1,70 4,6-6,2 13,5-18,0 40-54 81,1-96,0 27,0-31,2 31,8-35,4 11,5-14,5 155-366 6,90-10,6 KIMIA KLINIK ELEKTROLIT ELEKTROLIT SERUM Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl) Kalsium Ion 143,70 3,96 101,40 1,186 142,60 4,00 98,50 1,280 Mmol/L Mmol/L Mmol/L Mmol/L 135-147 3,5-5 95-105 1,16-1,32

Tabel 4.7 Daftar terapi obat pasien dengan Cidera Otak Berat (COB).

Klien 1 Klien 2

Inf. Ns 20 tpm Inf. Ns 20 tpm

Inj. Mannitol Inf. Mannitol

Inj.Pumpitor (IV) 3x40 mg Inj. Antrain (IV) 3x1 gram Inj. Ondansentron (IV) 2x4 mg Inj. Formacin (IV) 2x2 gram Inj. Santagesic (IV) 3x1 gram Inj. Ondansentron (IV) 3x4 gram Inj. Ceftriaxon (IV) 3x1 gram

Inj. Citicollin (IV) 2x500 mg Inj. Piracetam (IV) 3x3 gram Sumber: Rekam medik April 2020.

(49)

4.1.3 Analisa Data Klien 1

Data Etiologi Masalah

Data subyektif: Klien tidak sadar

Data obyektif : Keadaan umum jelek, lemah, muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma GCS 1-1-1, CRT > 2 detik. TTV TD: 100/78 mmHg N: 110 x/menit S: 36,6 RR: 28 x/menit SPO2: 86 %:

Klien tampak lemah, terdapat luka di kepala dengan kedalaman 6 cm dan terpasang infus Ns 20 tpm.

Odema otak Perubahan perfusi jaringan

serebral

Klien 2

Data subyektif: Klien tidak sadar

Data obyektif : Keadaan umum jelek, lemah, muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma GCS 1-1-1, CRT > 2 detik. TTV TD: 100/78 mmHg N: 110 x/menit S: 36,6 RR: 28 x/menit SPO2: 86 %:

Klien tampak lemah, terdapat luka di kepala dengan kedalaman 6 cm dan terpasang infus Ns 20 tpm.

Odema otak Perubahan perfusi jaringan

(50)

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah

Klien 1

Data subyektif: klien tidak sadarkan diri.

Data obyektif: Keadaan umum lemah, tidak muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma GCS 1-1-1, CRT > 2 detik. TTV TD: 95/52 mmHg N: 129 x/menit S: 37 RR: 26 x/menit SPO2: 82 %

Klien tampak lemah, akral hangat, terdapat luka di bagian kepala dengan kedalaman 4 cm, terpasang infus Ns 20 tpm. Perubahan perfusi jaringan serebral Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan odema otak.

Klien 2

Data subyektif: Klien tidak sadar

Data obyektif:

Keadaan umum lemah, muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma, GCS 1-1-1, CRT > 2 detik. TTV TD: 100/78 mmHg N: 110 x/menit S: 36,6 RR: 28 x/menit SPO2: 86 %

Klien tampak lemah, muntah, terdapat luka di kepala dengan kedalaman 6 cm dan terpasang infus Ns 20 tpm. Perubahan perfusi jaringan serebral Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan odema otak.

(51)

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan NOC NIC

Klien 1 Ny. M

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan odema otak.

Tujuan: Setelah dilakukan

asuhan keperawatan 3x24

jam di harapkan tidak mengalami odema otak. Kriteria hasil: 1. Tekanan darah systole 2. Tekanan darah diastole 3. Kekuatan nadi karotis kanan 4.Kekuatan nadi brakialis kanan 5. Saturasi oksigen 6. Suara nafas tambahan

7. Distensi vena leher 8. Edema perifer Penilaian: 1. Sangat tergangu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu

Perawatan sirkulasi: alat bantu mekanik

1. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (seperti mengecek nadi perifer, edema, waktu pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas).

2. Monitor kemampuan sensori dan kognitif. 3. Monitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri dada.

4. Evaluasi tekanan arteri pulmonal, tekanan darah sistemik, cardiac output.

5. Berikan tranfusi darah yang sesuai.

Diagnosis Keperawatan NOC NIC

Klien 2 Tn. S

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan odema otak.

Tujuan: Setelah dilakukan

asuhan keperawatan 3x24

jam di harapkan tidak mengalami odema otak. Kriteria hasil: 1. Tekanan darah systole 2. Tekanan darah diastole 3. Kekuatan nadi karotis

Perawatan sirkulasi: alat bantu mekanik

1. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (seperti mengecek nadi perifer, edema, waktu pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas).

2. Monitor kemampuan sensori dan kognitif. 3. Monitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri dada.

(52)

kanan 4.Kekuatan nadi brakialis kanan 5. Saturasi oksigen 6. Suara nafas tambahan

7. Distensi vena leher 8. Edema perifer Penilaian: 1. Sangat terganggu. 2. Banyak terganggu. 3. Cukup terganggu. 4. Sedikit terganggu. 5. Tidak terganggu

4. Evaluasi tekanan arteri pulmonal, tekanan darah sistemik, cardiac output.

5. Berikan tranfusi darah yang sesuai.

4.1.6 Implementasi Keperawatan Klien 1 Ny. M

Implementasi

Waktu Hari/tanggal Hari/tanggal Hari/tanggal Paraf 5 April 2020 6 April 2020 8 April 2020

20.00 Melakukan bina hubungan saling percaya pada keluarga pasien untuk menjalin kerja sama yang baik dan komunikasi terapeutik. 14.00 Melakukan rawat luka dengan pembersih yang tidak beracun. drainase luka dengan cairan NaCl. 08.00 Melakukan rawat luka dengan pembersih yang tidak beracun. drainase luka dengan cairan NaCl. 20.15 Mengobservasi tanda-tanda penurunan perfusi jaringan serebral. 14.30Mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien yaitu bagian kepala lebih tinggi dari badan. 08.30Melakukan verbed setiap hari untuk mencegah terjadinya infeksi dan luka baru atau decubitus. 20.45 Memonitor oksigen sesuai instruksi dokter. 14.45 Mengobservasi tanda-tanda penurunan perfusi 09.00Mengatur posisi nyaman bagi klien (semi fowler).

(53)

jaringan serebral. 21.00 Mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien. 15.00Memonitor oksigen sesuai instruksi dokter. 09.30Memonitor tanda-tanda TIK. 21.15 Melakukan kolaborasi obatobatan (injeksi iv Ondansentron 40 mg, santagesic 1 gram, ceftriaxone 1 gram, citicollin 500 mg, piracetam 3 gram. 15.30Melakukan kolaborasi tindakan obatobatan ondansentron 40 mg, ceftriaxone 1 gram, santagesic 1 gram, citicollin 500 mg. 09.45Melakukan kolaborasi obat-obatan piracetam 3x1 gram, kalnex 3x500 mg, phenytoin 2x1 ampul. 21.45 Mengkaji tingkat kesadaran klien. 16.00Mengkaji tingkat kesadaran klien. 10.00Mengkaji tingkat kesadaran klien. 22.00 Memonitor tanda-tanda TIK. 6.10Memonitor tanda-tanda TIK. 10.15Memonitor oksigen sesuai instruksi dokter. Klien 2 Tn. S

Waktu Hari/tanggal Hari/tanggal Hari/tanggal Paraf 10 April 2020 11 April 2020 12 April 2020

08.00 Melakukan bina hubungan saling percaya pada keluarga pasien untuk menjalin kerja sama yang baik dan komunikasi terapeutik. 15.00 Melakukan rawat luka dengan pembersih yang tidak beracun. drainase luka dengan cairan NaCl.

21.00 Melakukan rawat luka dengan pembersih yang tidak beracun. drainase luka dengan cairan NaCl.

(54)

08.15 Mengobservasi tanda-tanda penurunan perfusi jaringan serebral. 15.30Melakukan personal oral hygiene 21.30Melakukan verbed setiap hari untuk mencegah terjadinya infeksi dan luka baru atau decubitus. 08.45 Memonitor oksigen sesuai instruksi dokter. 15.45Mengganti verbed klien untuk mencegah infeksi 22.00Melakukan tranfusi darah 09..00 Mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien. 16.00Memonitor oksigen sesuai instruksi dokter. 22.30Memonitor tanda-tanda TIK. 09.15 Melakukan kolaborasi obat- obatan (injeksi iv antrain 1 gram, ondansentron 4 gram, formacin 2 gram). 16.30Melakukan kolaborasi tindakan obat- obatan antrain 1 gram, ondansentron 4 mg, formacin 2 gram). 22.45Melakukan kolaborasi obat-obatan piracetam 3x1 gram, kalnex 3x500 mg, phenytoin 2x1 ampul. 09.45 Mengkaji tingkat kesadaran klien. 17.00Melaukan mobilisasi ROM aktif seperti miring kanan 5 menit, kiri 5 menit. 23.00Mengkaji tingkat kesadaran klien 10.00 Memonitor tanda- tanda TIK. 17.10Melakukan pemberian oksige Nrbm 10 liter/menit. 23.15Memonitor oksigen sesuai instruksi dokter. 10.30 Melakukan transfui drah 18.00 Menilai tingkat kesadaran klien. 23.30Melakukan mobilisasi ROM aktif seperti fleksi, ekstensi,

(55)

miring kanan, kiri. Sumber: Data Primer April 2020.

4.1.7 Evaluasi Keperawatan

EVALUASI Hari 1 Hari 2 Hari 3

5 April 2020 6 April 2020 7 April 2020 Klien 1 (Ny.

M)

S:Klien tidak sadar O:Keadaan umum jelek, lemah, tidak muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma, GCS: 1-1-1 TTV TD: 95/52 mmHg N : 129 x/menit S : 37 RR: 26 x/menit SPO2: 82 % -Klien tampak lemah, -Akral hangat, - Terdapat luka di kepala dengan kedalaman 5 cm, -Terpasang infus pump cairan Ns Rate 42, limit 500, dan mannitol grojok. -Terpasang oksigen Nrbm 10 liter/meni, -Terpasang DC 500 cc/jam. -Terpasang NGT -Terpasang syring S: Klien mengatakan nyeri luka jahitan di kepalanya. O:Keadaan umum cukup, lemah, kesadaran delirium GCS: 3-2-3 TTV TD:100/84 mmHg N: 100 x/menit S: 37 RR:24 x/menit SPO2: 86 % -Klien keadaan cukup - Terpasang infus pump cairan Ns Rate 42, limit 500, dan mannitol grojok. -Terpasang oksigen Nrbm 8 liter/menit. -Terpasang DC 400 cc/jam -Terpasang NGT -Terpasang syring Pump A:Masalah teratasi Sebagian P: Lanjutkan intervensi. a.Mengkaji S: Klien mengatakan badan semua kaku. O:Keadaan umum cukup, lemah, mukosa bibir kering, kesadaran somnolen GCS 4-4-5 TTV TD:110/90mmHg N: 88 x/menit S: 36,8 RR: 24 x/menit SPO2: 88 %. -Klien keadaan cukup. -Terpasang infus pump RL dengan rate 24, limit500, dan cairan mannitol 20 tpm. -Terpasang DC 400 cc/jam -Terpasang NGT -Terpasang oksigen Nrbm 8 liter/menit. -Terpasang syring pump. A:Masalah teratasi Sebagian P: Lanjutkan intervensi. a.Memonitor

(56)

pump. A:Masalah belum Teratasi P Lanjutkan intervensi a. Mengkaji observasi evaluasi tandatanda penurunan serebral. b.Mempertahankan pemberian oksigen Nrbm sesuai instruksi dokter. c. Memonitor vital sign serta tingkat kesadaran. d. Memonitor tanda-tanda TIK. observasi tanda-tanda penurunan serebral. b. Memonitor tanda-tanda TIK. c. Memonitor vital sign. d. Mempertahankan pemberian oksigen Nrbm. tanda-tanda TIK. b.Memonitor vital sign.

EVALUASI Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3

10 April 2020 11 April 2020 12 April 2020 Klien 2 (Tn.S) S:Pasien tidak

sadar O:Keadaan umum jelek, lemah, muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma, GCS 1-1-1, CRT > 2 detik. TTV TD:100/78 mmHg N: 110 x/menit S: 36,6 RR: 28 x/menit SPO2: 86 % Klien tampak S:Klien belum Sadar O:Keadaan umum lemah, kesadaran koma GCS: 1- 1-1 TTV TD:100/70 mmHg N: x/90menit S: 36 RR:26 x/menit SPO2: 88 % Klien keadaan cukup Terpasang infus pump cairan Ns Rate 42, limit S:Klien mengatakan nyeri luka jahitan di kepala dan badan terasa kaku. O:Keadaan umum cukup, lemah, mukosa bibir kering. Kesadaran somnolen GCS 3-5-5 TTV TD:110/88mmHg N: 85 x/menit S: 36,7 RR: 24 x/menit

(57)

lemah Terdapat luka di kepala Terpasang infus pump Ns dengan Rate 42 dan limit 500, mannitol grojok Terpasang DC Terpasang NGT Terpasang drain Terpasang syring pump A:Masalah belum teratasi. P:Lanjutkan intervensi a. Mengkaji observasi evaluasi tandatanda penurunan serebral. b. Mempertahankan pemberian oksigen Nrbm sesuai instruksi dokter. c.Memonitor vital sign serta tingkat kesadaran. d.Memonitor tandatanda TIK . e.Mengkolaborasi pemberian obatobatan. 500, dan mannitol grojok. Terpasang oksigen Nrbm 9 liter/menit. Terpasag DC 300 cc/jam Terpasang NGT. Terpasang syring pump. A:Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan intervensi. a.Memonitor tanda-tanda TIK. b. Memonitor vital sign. c. Mengkolaborasi pemberian obatobatan. d. Melakukan transfuse darah. SPO2: 90 %. Klien keadaan cukup. Terpasang infus pump RL dengan rate 24, limit500, dan cairan mannitol 20 tpm. Terpasang oksigen nasal 4 liter/menit. Terpasang syring pump. A:Masalah teratasi sebagian. P:Lanjutkan intervensi. a.Memonitor vital sign b.Memonitor saturasi oksigen c. Menilai kesadaran pasien. d. Mengkolaborasi obat-obatan.

(58)

4.2 Pembahasan

Pada bab ini berisi komparasi antara tinjauan buku dengan tinjauan yang disajikan untuk membalas tujuan khusus. Semua temuan persaan maupun perbedaan diuraikan dengan konsep Pembahasan dibentuk sesuai engan destinasi husus, ulasan mengandung tentang kenapa (why), dan bagaimana (how). Urutan penelitian ialah F-T-O (Fakta- Teori- Opini). 4.2.1 Pengkajian

1. Data subyektif

Pada tinjauan kasus, pengkajian yang dilaksanakan oleh peneliti pada klien nama Ny.M umur 70 tahun yang merasakan Cidera Otak Berat (COB), diperoleh data subyektif klien tidak sadarkan diri. Sedangkan data subyektif klen Tn. S sama tidak sadarkan diri.

Berdasarkan keterangan dari peneliti, dari data subjektif, klien 2 lebih parah dari pada klien 1 yaitu merasakan pendarahan yang sangat tidak sedikit luka dalamnya menjangkau 4 cm tepatnya di kepala unsur kanan bawah dan merasakan muntah. Sedangkan klien 1 pun mengalami pendarahan, namun tidak tidak sedikit ada luka dalamnya 6 cm, namun tidak muntah.

2. Data obyektif

Klien 1: Keadaan umum lemah, tidak muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma, GCS 1-1-1, CRT < 2 detik. TTV klien TD: 95/52 mmHg, N: 129 x/menit, S: 37, RR: 26 x/menit, SPO2: 82%, akral hangat, ada luka di kepala belakang dengan kedalaman 4 cm.

(59)

Klien 2: Keadaan umum tidak sadarkan diri, muntah, mukosa bibir kering, kesadaran koma, GCS: 1-1-1, CRT < 2 detik, TTV TD: 100/78 mmHg, N: 110 x/menit, S: 36,6; RR: 28 x/menit, SPO2: 86%. Akral hangat, ada luka di kepala belakang degan kedalaman 6 cm. Berdasarkan keterangan dari peneliti, menurut kenyataan pada saat riset dan teori memiliki keserupaan yaitu klien 1 dan klien 2 merasakan tidak sadar, kesadaran koma, GCS 1-1-1 namun perbedaannya klien 1 tidak muntah tetapi, klien 2 merasakan muntah. SPO2: 86%. Akral hangat, ada luka di kepala belakang degan kedalaman 6 cm.

Berdasarkan keterangan dari peneliti, menurut kenyataan pada saat riset dan teori memiliki keserupaan yaitu klien 1 dan klien 2 merasakan tidak sadar, kesadaran koma, GCS 1-1-1 namun perbedaannya klien 1 tidak muntah tetapi, klien 2 merasakan muntah.

3. Pemeriksaan diagnostik

Pada pengecekan laboratorium yang didapatkan dari hasil leukosit (WBC) diperoleh klien 1 yakni 27,20 dan klien 2 yakni 22,25. Sedangkan nilai normalnya leukosit 3,70-10,1. Jadi 2 klien merasakan peningkatan leukositnya. Jadi 2 klien mesti meminimalisir leukositnya dengan santap makanan yang omega 3 laksana ikan salmon, ikan forel, yang berisi aktioksidn, vitamin C.

Setelah dilaksanakan foto CT-scant klien 1 ada benturan paling hebat dan dirasakan odema benak besar, merasakan pendarahan hebat. Sedangkan klien 2 pun ada benturan tetapi, tidak separah klien 1. Klien 2 merasakan odema namun kecil pun mengalami pendarahan.

(60)

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data dari riset ini, diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2 mengindikasikan perubahan perfusi jaringan serebral bersangkutan dengan odema otak. Berdasarkan keterangan dari peneliti klien 1 dan klien 2 didiagnosa evolusi perfusi jaringan serebral dampak odema otak sebab ada benturan dan sama-sama merasakan pendarahan. Klien 1 tidak muntah, namun klien 2 merasakan muntah.

Berdasarkan keterangan dari Arif Mutaqin (2008) diagnosa yang hadir pada klien Cidera Otak Berat (COB) ialah perubahan perfusi jaringan serebral bersangkutan dengan odema otak.

Berdasarkan pendapat peneliti, pada klien dengan Cidera Otak Berat (COB) dengan evolusi perfusi jaringan serebral bersangkutan dengan odema otak, ditemukan pada evaluasi kesadaran, GCS (Gasgloe Coma Skale)klien dan merasakan pendarahan yang banyak, muntah proyektil, dan vital sign. 4.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diserahkan pada Ny. M dan Tn. S dengan diagnose evolusi perfusi jaringan serebral dengan odema otak ialah NOC: 1. Vital sign dalam rentang normal, 2. Tidak ada firasat TIK, 3. Komunikasi verbal jelas, konsentrasi, dan orientasi baik, 4. Kesadaran dan GCS normal. NIC: 1.Memonitoring desakan intrakranium.

Berdasarkan keterangan dari Corwin (2009) dalam bukunyapada bab yang membicarakan mengenahi asuhan keperawatn pasien Cidera Otak Berat (COB) dengan diagnosa evolusi perfusi jaringan serebral, intervensi

Gambar

Tabel 2.1 Pathway  ..............................................................................................13
Tabel 2.1   Skala Koma Glasgow  ......................................................................
Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow:
Tabel  4.2  Daftar  riwayat  penyakit  klien  dengan  Cidera  Otak  Berat  (COB).
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

AKUNTANSI 1 Edi Wahyudin, M.Pd... AKUNTANSI 1 Heliyanti

direncanakan bersifat daktail. Untuk mendapatkan sistem struktur yang daktail, disarankan Perencanaan Kapasitas. Pada prosedur Perencanaan Kapasitas ini, elemen-elemen

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah Ramadhan pada perusahaan sub sektor Food and Beverages yang terdaftar di

Berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan oleh anak-anak secara umum, ujaran yang keluar dari anak usia 2-4 tahun belum terlalu jelas, penggunaan huruf- huruf belum

Gambar L3.4 Tampilan Layar Menu Informasi Data Property L3-4 Gambar L3.5 Tampilan Layar Menu Detil Data Property L3-5 Gambar L3.6 Tampilan Layar Menu Ubah Data Property L3-6

PENGGUNAAN MED IA SOSIAL TWITTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PEMBELAJAR BAHASA PERANCIS.. Universitas Pendidikan Indonesia

Walisongo Semarang.. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain

Penelitian ini berangkat dari fenomena sebuah sekolah yang menggunakan kosep sekolah alam yang mengaplikasikan pembelajaran integratif dalam semua mata pelajaran,