• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

380

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga

Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian

Etnoarkeologi

Made Reisa Anggarini1, I Wayan Redig2, Rochtri Agung Bawono3

123

Program Studi Arkeologi Universitas Udayana

1

[email:arkeologresa08@gmail.com] 2[redig_bali@yahoo.co.id] 3[email:

rabawono@gmail.com]

*Corresponding Author

Abstract

The art of making sculpture had become one of tradition in society in which its development from pre-Hindu period until Modern-Balinese period can be apprehended. This study aimed to investigate the relationship between periodization from each sculpture shape and function and the factor that trigger the development of its shape and function. Furthermore, there were three temples in Keramas village that was investigated in this study namely, Besakih Keramas Temple, Kebo Edan Temple, and Puseh Ampingan Temple.These temple were used because of some special and unique remain sculptures that could be related to each period of each special heritage statues invented in these three temples. Beside spot observation, interviews, and field survey, and library study, the writer also used several analyses as the core in solving the problem of this study. Among others were; iconography, echonoplastic, echonology analyses, and study of athno-archaelogy.

Based on the elaboration the writer could conclude that the use of statue as the media of worshiping had changed and developed either in its shape as well as in its style of decoration, in accordance to the development of art making sculpture of each period. Though this art of making sculpture has changed in its shape but it is still used as the media of worshiping and appreciating the holy sole of the ancestors.

Key Words: periodization, sculpture function, sculpture shape

1. Latar Belakang

Bali merupakan sebuah pulau yang dikenal dengan keragaman etnik dan budayanya yang tergolong unik, dengan jati diri yang khas. Konsep spiritual yang kuat, serta local genius, telah membuat kebudayaan Bali pada masa lampau maupun di masa sekarang masih menjadi suatu tradisi yang maih tetap dilestarikan. Keberadaan kebudayaan Bali yang mencakup unsur-unsur yang sangat beragam, membuat kehidupan masyarakat Bali menjadi sangat menonjol, dengan kebudayaan yang saat ini masih memperlihatkan corak atau ciri khas yang berakar dari sejarah di masa lampau.

(2)

381

Proses kemajuan suatu peradaban manusia ditandai dengan tumbuh kembangnya penciptaan akal manusia, mulai dari tingkat primitif atau sederhana menuju ke tingkat penyempurnaan. Terkait dengan perkembangan fisik manusia dan penempatan budayanya, akan menjadi suatu ciri khas yang menandai adanya kemajuan peradaban manusia pada zamannya masing-masing yang dapat dibuktikan keberadaannya melalui bukti bendanya (Widana, 1994 : 11).

Adanya bukti di atas memberikan petunjuk bahwa masuknya unsur kesenian, khususnya seni arca, yang difungsikan sebagai perwujudan leluhur telah dikenal oleh nenek moyang, serta menjadi bukti bahwa telah masuknya Hinduisme maupun

Budhisme ke Bali khususnya di Desa Keramas, telah memberikan gambaran bahwa seni

arca semakin tumbuh meluas dan berkembang pesat. Seni arca merupakan hasil karya manusia dan mempunyai makna yang begitu sakral, dengan kata lain bahwa seni arca dapat dipergunakan untuk menelusuri kehidupan beragama yang dianut dan berkembang di daerah tersebut. Kenyataan bahwa kehidupan masyarakat yang berlatar belakang, tradisi megalitik merupakan landasan yang kuat dalam penyembahan kepada roh leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Pada sebagian besar pura-pura di Bali masih tersimpan unsur-unsur peninggalan megalitik, dalam arti yang luas mencakup Zaman Prasejarah dan Zaman Sejarah, hingga saat ini rupanya masih terus berkelanjutan.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, dari ketiga pura ini terdapat peninggalan seni arca yang cukup bervariasi dan diperkirakan telah cukup mewakili dari penggambaran bentuk arca pada masing-masing periode, selain itu pula telah diketahui bahwa penelitian terhadap tinggalan arkeologi di pura ini terbilang sangat minim dan belum ada yang membahas mengenai keterkaitan perkembangan bentuk dan fungsi arca di Desa Keramas, yang masih disakralkan dan masih dijadikan media pemujaan oleh masyarakat setempat. Berbicara mengenai tradisi di Bali tentu sangat menarik sekali apabila masyarakat Desa Keramas lebih mengetahui mengenai asal mula munculnya tradisi yang saat ini masih berlangsung di Desa tersebut. Melalui peninggalan-peninggalan seni arca, penulis bermaksud untuk mengungkap kaitan antara perkembangan bentuk dan fungsi, pada media arca pemujaan pada Periode Pra-Hindu hingga Bali Modern, yang terdapat di Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, serta di Pura Puseh Ampingan Desa Keramas.

(3)

382

2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan hasil penjajakan dan survei yang telah dilakukan di Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan mengenai perkembangan bentuk dan fungsi seni arca sebagai media pemujaan dalam tradisi penghormatan terhadap roh suci leluhur menimbulkan beberapa pertanyaan diantaranya ;

1. Bagaimana perkembangan bentuk arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?

2. Bagaimana perkembangan fungsi pada arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas? 3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada

arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum pada penelitian ini, bertujuan untuk dapat menghubungkan kaitan antara periodisasi dari masing-masing bentuk dan fungsi arca, dengan faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada arca leluhur, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan penjelasan yang lebih jelas kepada para intelektual dan generasi muda, mengenai peninggalan seni arca yang tersebar disetiap daerah di Bali pada umumnya dan di Desa Keramas pada khususnya. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk dapat menjawab ketiga permasalahan yang terdapat pada penelitian ini.

4. Metode Penelitian

Beberapa metode penelitian sangat diperlukan dalam menjabarkan dan menganalisis permasalahan yang telah diajukan yakni terkait dengan bentuk, fungsi, dan faktor penyebab perkembangan bentuk dan fungsi pada arca pemujaan. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang didapat dijelaskan secara deskriptif, menurut Taylor penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang disajikan secara deskripsi baik dalam bentuk ungkapan atau kata yang dipaparkan secara lisan, yang diperoleh melalui pengamatan terhadap perilaku dari orang-orang disekitar tempat penelitian.

(4)

383

Sehubungan dengan penelitian ini, adapun sumber data yang digunakan yakni berupa sumber data primer dan sekunder, sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penelitian ini ialah artefak yang berupa arca tradisi pemujaan leluhur yang masih difungsikan, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa informan, seperti Pemangku Pura, Kepala Desa

di Desa Keramas, Penyungsung Pura, Pengemong dan Pengempon Pura, masyarakat

setempat, serta beberapa Instansi Kepurbakalaan yang mengetahui dan memahami permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Sedangkan data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari sumber data tertulis berupa artikel, tulisan ilmiah, laoporan penelitian, serta beberapa buku penunjang yang berkaitan dengan artefak di Tiga Pura di Desa Keramas.

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik obeservasi, studi pustaka, dan teknik wawancara. Melalui hasil data yang telah terkumpul untuk selanjutnya dikembangkan dengan menerapkan teori struktural-fungsional dan teori estetika, dalam penerapan kedua teori digunakan beberapa analisis diantaranya analisis kualitatif, analisis ikonografi, analisis ikonologi, analisis ikonoplastik dan studi etnoarkeologi sehingga memudahkan penulis dalam mengkaji dan memecahkan permasalahan yang diteliti.

5. Hasil dan Pembahasan

a. Periodisasi dan Perkembangan Bentuk Arca Pemujaan pada Tiga Pura di Desa Keramas

Melalui pembabakan periodisasi pada arca pemujaan dari tiga pura dapat ditelusuri bahwa bentuk awal media pemujaan di Desa Keramas sudah ada sejak periode pra-Hindu, hal tersebut dibuktikan melalui bentuk media pemujaan dari periode pra hindu yang terdapat di Pura Besakih Keramas, arca primitif di pura ini digambarkan dengan wujud menyerupai manusia, dan penggarapannya bentuk arcanya tergolong masih sangat sederhana.

Berlanjut pada periode berikutnya yakni periode Bali Kuno penggambaran arca yang dahulunya masih tergolong sederhana kini telah mengalami perkembangan, masuknya pengaruh India ke Bali pada umumnya dan di Desa Keramas pada khususnya, mengakibatkan terjadinya percampuran wujud arca yang sebelumnya

(5)

384

sederhana mulai mengalami penyempurnaan anatomi tubuh dalam bentuk tiga dimensi dan dua dimensi, akan tetapi arca-arca pada periode Bali Kuno ini wujud arca yang diciptakan memperlihatkan anatomi tubuh manusia namun digambarkan menyerupai tokoh dewa-dewi. Arca-arca yang memiliki karakter tersebut diperlihatkan pada arca perwujudan yang terdapat di Pura Kebo Edan Keramas dan Pura Puseh Ampingan.

b. Perkembangan Fungsi Arca Leluhur pada Tiga Pura di Desa Keramas

Arca primitif merupakan media pemujaan yang difungsikan sebagai media penghubung antara kerabat yang ditinggalkan maupun masyarakatnya, sebagai wujud penghormatan terhadap arwah nenek moyang dan sosok seorang pemimpin yang telah meninggal, maka dibuatkan suatu media penghubung dalam bentuk arca pemujaan. Masyarakat pada masa itu memiliki kepercayaan terhadap kekuatan yang berasal diluar kemampuan manusia, oleh karena itu media pemujaan yang diwujudkan dalam bentuk arca primitif ini dianggap dapat memberikan perlindungan bahkan kesejahteraan terhadap para pemujanya.

Kepercayaan yang diwujudkan dalam bentuk arca pemujaan pada tiga pura di Desa Keramas ini, pada dasarnya bila ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya, masih memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dimana bentuk-bentuk tertentu yang menandai masing-masing periodenya dipahatkan dengan wujud tersendiri, begitu pula dengan fungsi serta kegunaan dari arca-arca pemujaan tersebut meski wujud yang diciptakan dari masa ke masa terlihat memiliki beberapa perbedaan, namun pada dasarnya bentuk yang ditampilkan masih dalam bentuk patung yang tentunya difungsikan sebagai simbol dari wujud penghormatan dari pemujaan terhadap roh suci leluhur, bahkan masih terus berlanjut di masa sekarang meski wujud yang ditampilkan lebih banyak menekankan pada unsur simbol tertentu yang dikaitkan dengan simbol perwujudan dari roh leluhur atau tokoh yang dihormati yang telah meninggal.

c. Faktor Penyebab Terjadinya Perkembangan Bentuk dan Fungsi Arca Leluhur pada Tiga Pura di Desa Keramas

Munculnya penciptaan di bidang seni dalam bentuk benda budaya pada tiga pura di Desa Keramas berupa media pemujaan terhadap roh leluhur, yang penggunaannya masih difungsikan hingga saat ini, diakibatkan karena adanya beberapa faktor penyebab,

(6)

385

faktor-faktor tersebut diantaranya adalah adanya unsur local genius pada tatanan masyarakat, adanya akulturasi budaya, kemampuan masyarakat ketika itu dalam hal menyerap unsur-unsur budaya luar tidak diserap begitu saja, namun unsur-unsur budaya luar diterima ini telah bercampur dengan budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat pada masa itu. Penggabungan antara unsur budaya lokal dengan unsur budaya luar ini mengakibatkan terwujudnya suatu hasil karya seni yang secara terus menerus mengalami perkembangan khususnya dalam bidang kesenian yang juga difungsikan sebagai media keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Simpulan

a. Berbicara mengenai bentuk-bentuk arca pemujaan yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas, berdasarkan pembabakan atau periodisasi mengenai karakter arca pemujaan secara umum, arca-arca pemujaan yang terdapat pada Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan ini dapat digolongkan pada tiga periode diantaranya, periode pra-Hindu, periode Bali Kuno dan periode Bali Madya.

b. Media arca pemujaan yang diwujudkan dalam bentuk arca primitif pada Pura Besakih Keramas, yang digambarkan meyerupai wujud manusia dan beberapa arca perwujudan pada Pura Kebo Edan dan arca pendeta pada Pura Ampingan yang dalam penggambarannya menyerupai wujud dewa-dewi, merupakan bentuk media pemujaan yang terdapat di Desa Keramas.

c. Media yang diciptakan sebagai wujud penghormatan masyarakat kepada para leluhurnya, tradisi yang telah dilaksanakan jauh sejak zaman pra-Hindu ini secara perlahan terus berlanjut, bahkan telah menjadi suatu kebiasaan yang masih berlanjut hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Widana, I Gusti Ketut. 1994. ʺMenyikapi Aliran Kepercayaan Sistem Religi dan Upacara Keagamaanʺ. Memahami Aliran Kepercayaan. Denpasar : PT. BP. Halaman 11.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian Mochamad Miswar Hadibin dengan adanya pembuatan video profil Sekolah Menengah Kejuruan Taruna Bangsa Pati yang berbasis multimedia, dapat digunakan

Perubahan berat paru-paru tikus yang terjadi pada penelitian ini dapat disebabkan oleh bahan-bahan partikel berbahaya atau radikal bebas yang masuk ke dalam

Pada hemimetabolisme, perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabolisme juga

kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi daya pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi kekuatan struktur tanah dan kegiatan selain

Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa semester IV Program Studi Ilmu Gizi FK UNDIP diharapkan akan dapat merumuskan dan menjelaskan masalah gizi pada

7) Dokumen lainnya yang ditentukan dalam dokumen lelang 8) Surat Pernyataan Kebenaran Dokumen Penawaran. Catatan : Jika ada permintaan surat pernyataan yang tidak disediakan didalam

(20 markah) 2- Penghasilan spesifikasi rekabentuk mempunyai beberapa kaedah (prosedur) untuk menjayakan proses merekabentukC. Bezakan analisis oUienif dengan

Klambu 50.000.000 APBD Perubahan September sd Desember 26 Penataan Lingkungan Desa Gubug.