• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MANAJEMEN OUT PUT MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH. Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN MANAJEMEN OUT PUT MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH. Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

76

Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag.

Abstrak : Manajemen output merupakan hasil dari proses pendidikan, maka implementasi dari teori-teori itu perlu dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis, terencana, efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya out put dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan non akademik (non academic achievement).

Kata kunci : Manajemen Out put I. Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua lini kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain perubahan itu membawa manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi, juga membawa manusia ke dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Agar mampu bergerak dalam persaingan global, maka sebagai bangsa perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu peningkatan SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam era globalisasi.

Usaha peningkatan SDM itu dilakukan melalui pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas dengan cara: 1. Pengembangan dan perubahan kurikulum, 2. Perbaikan sarana pendidikan, 3. Pengembangan dan pengadaan materi ajar, 4. Sistem evaluasi, 5. Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan. Usaha-usaha tersebut diwujudkan melalui perubahan paradigma dimana pola sentralistik digantikan dengan pola desentralistik

(2)

atau otonomi daerah berupa penyerahan sebagian besar kewenangan pengelolaan pendidikan ke pemerintah kabupaten/kota dan bahkan kepada sekolah. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000.

Dengan otonomi sekolah, personil-personil sekolah akan mendapat kebebasan dalam mengembangkan hal-hal yang bersifat edukatif dan konstruktif, dengan tidak terpaku pada hal-hal yang bersifat administratif. Melalui otonomi sekolah peningkatan manajemen pendidikan dituntut agar supaya segera dilakukan reposisi manajemen pengelolaannya seperti input, proses, dan output. Dalam usaha ini dituntut adanya seorang manager yang mempunyai kemampuan dalam pengelolaan serta tanggap dalam situasi perkembangan dewasa ini.

Seorang manager dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah-sekolah, tentunya seorang kepala sekolah yang mempunyai kewenangan mengenai hal tersebut. Kepala sekolah harus mampu mengarahkan segala sumber daya dan fasilitas yang ada guna mencapai tujuan tak terkecuali dalam hal kemampuan kepala sekolah untuk mampu melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam mengembangkan lembaga pendidikan.

Dari analisa yang dikemukakan di atas, maka penulis akan mencoba membahas tentang manajemen out put sebagai sebuah sentral yang sangat dibutuhkan dari hasil pengelolaan pendidikan. Untuk itu, rumusan dan batasan masalahnya akan difokuskan pada pengaruh input dan proses terhadap out put pendidikan, hal-hal yang terkait dengan out put pendidikan.

II. Pembahasan

1. Pengaruh In put

In Put pendidikan di sekolah perlu memiliki beberapa aspek yang dikemas dalam rangka meningkatkan mutu dan tujuan pendidikan. Input pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam:

a. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran, mutu yang jelas.

b. Sumber daya yang tersedia dan memadai (dana, SDM, Peralatan dan perlengkapan).

(3)

d. Memiliki harapan dan prestasi yang tinggi. e. Fokus pada pelanggan/siswa.

f. Input manajemen. (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:18).

Secara formal sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan hingga sampai pada pemilikan karakter mutu oleh sekolah.

Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan di sekolah.Tanpa sumber daya yang memadai proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara baik dan pada gilirannya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumber daya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya), dengan penegasan bahwa sumber daya selebihnya tidak mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah tanpa campur tangan sumber daya manusia.

Sekolah yang mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Guru memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan keterbatasan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah. Sedang peserta didik juga mempunyai motivasi untuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Harapan tinggi dari ketiga unsur sekolah ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu dinamis dan selalu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Pelanggan, terutama siswa, harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari semua ini adalah bahwa penyiapan input dan

(4)

proses belajar-mengajar harus benar-benar mewujudkan sosok utuh, mutu dan kepuasan yang diharapkan dari siswa sebagai out put pendidikan.

Sekolah yang memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Input manajemen yang dimaksud meliputi tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan yang jelas bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.

2.Pengaruh Proses

Sekolah yang efektif umumnya memiliki karakteristik proses sebagai berikut :

a. Proses belajar-mengajar yang efektifitasnya tinggi. b. Kepemimpinan sekolah yang kuat.

c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. d. Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif. e. Sekolah memiliki budaya mutu.

f. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis. g. Sekolah memiliki kemandirian.

h. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat. i. Sekolah memiliki transparansi manajemen.

j. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah.

k. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. l. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.

m. Komunikasi yang baik.

n. Sekolah memiliki akuntabilitas. (Departemen Pendidikan Nasinal, 2001:20).

Sekolah yang memiliki efektifitas proses belajar-mengajar yang tinggi, ditunjukkan oleh sifat yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik, bukan sekedar memorisasi dan recall, dimana bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan tetapi menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga

(5)

tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati dan serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

PBM yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to life together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). (Sudarwan Danim, 2002:179).

Kepala sekolah yang memiliki peranan yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.

Sekolah yang memiliki lingkungan yang aman, tertib dan nyaman sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning) karena itu sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini, peranan kepala sekolah sangat penting sekali.

Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanya merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga sampai pada imbal jasa merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.

Budaya mutu tertanam di hati sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut: (a).Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan,(b). Kewenangan harus sebatas tanggung jawab, (c). Hasil harus diikuti penghargaan, (d). Kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, (e). Warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya, (f) Atmosfir keadilan harus ditanamkan, (g). Imbal jasa harus sepadan

(6)

dengan nilai pekerjaannya dan, (h). Warga sekolah merasa memiliki sekolah.

Karakteristik yang telah dijelaskan di atas merupakan bagian yang sangat penting di dalam mempengaruhi manajemen output. Dimana manajemen output yang diharapkan tentunya harus memiliki komponen-komponen penunjang di dalam pelaksanaannya. Setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan umum maupun pendidikan Islam, tentunya memiliki tujuan dan sasaran yang telah direncanakan, salah satu tujuan yang diharapkan tercermin pada hasil /output pendidikan itu sendiri.

Lembaga pendidikan yang tidak memiliki tujuan yang jelas, tentu pula tidak mengusahakan manajemen input, proses yang baik, sehingga output lembaga itu juga tidak mempunyai relevansi dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam menata manajemen output, input dan proses tidak dilaksanakan secara terencana, terarah dan terorganisir. Maka niscaya tidak akan menghasilkan output yang memadai terlebih lagi outcome pendidikan.

Selain itu pula masih ada komponen yang harus diperhatikan seperti sekolah memiliki team work, kemandirian, partisipasi masyarakat dan warga sekolah, transparansi manajemen, kemauan untuk berubah, melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, komunikasi yang baik dan akuntabilitas. Ini semua merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan komponen sebelumnya yang telah dijelaskan dalam rangka menunjang keberhasilan output pendidikan. Olehnya itu, bilamana semua unsur tersebut di atas dilaksanakan dengan baik akan melahirkan output pendidikan yang dapat bersaing dalam era globalisasi dan informasi.

3.Output Pendidikan

Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya out put dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan non akademik (non academic achievement). (Oteng Sutisna, 1983:145).

(7)

Untuk menunjang manajemen output, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pelaksanaannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudarwan Danim sebagai berikut :

a. Membangun aliansi yang kuat dengan persatuan guru.

b. Kekuasaan dan kewenangan kepala sekolah harus efektif dalam mendefinisikan tugas-tugas yang baru, memilih staf dan mengkreasi lingkungan belajar.

c. Mendorong terciptanya otonomi dalam pembuatan keputusan kepala sekolah.

d. Mengkomunikasikan tujuan, menentukan poko-pokok sasaran, dan memberi informasi yang akurat.

e. Menciptakan komunikasi yang dinamis antara staf sekolah dan pejabat pendidikan.

f. Memberikan peluang kepada sekolah untuk bereksperimen dan membuat keputusan-keputusan yang beresiko.

g. Memodifikasi keputusan-keputusan pejabat struktural pendidikan. h. Kepala sekolah melibatkan guru-guru dalam pengambilan keputusan. i. Mengembangkan kaidah akuntabilitas bagi sekolah.

j. Memberikan peluang yang luas bagi kepala sekolah, guru, staf dan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.

k.Menggunakan pendekatan prestasi,misalnya dalam bidang pemberian imbalan jasa.

Prestasi akademik yang dicapai oleh sekolah dapat dilihat seperti: NEM, Lomba karya ilmiah remaja, lomba bahasa ingggris, kimia fisika, biologi dan matematika, cara-cara berpikir (kritis, kreatif, rasional, induktif, deduktif dan ilmiah). Prestasi output non akademik seperti : keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian dan kepramukaan.

Apa yang telah dikemukakan oleh Sudarwan Danim, merupakan unsur-unsur yang penting dalam manajemen output. Karena output merupakan hasil dari proses pendidikan, maka implementasi dari teori-teori itu perlu dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis, terencana, efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

(8)

P a n u t u p

Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan dan menunjang pelaksanaan proses manajemen output, maka harus didukung oleh input pendidikan, seperti : kebijakan, tujuan dan sasaran, mutu yang jelas, tersedianya sumber daya baik sumber daya manusia, dana maupun sarana dan prasarana, memiliki harapan prestasi yang tinggi serta fokus pada pelanggan dan mempunyai staf yang berkompeten dan berdedikasi yang tinggi.

2. Selain dari input, maka prosespun mempunyai peranan penting dalam menata dan melahirkan output pendidikan. Diantara proses itu yang harus diperhatikan adalah proses belajar-mengajar, kepemimpinan sekolah yang kuat, lingkungan sekolah yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, memiliki budaya mutu, memiliki kemandirian, peran serta masyarakat yang tinggi, memiliki transparansi manajemen, mempunyai kemampuan untuk berubah, melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan, responsif tehadap kebutuhan dan memiliki akuntabilitas.

3. Manajemen output harus ditata dan difokuskan pada aspek membangun aliansi yang kuat dengan persatuan guru, kepala sekolah harus memiliki tugas-tugas yang jelas, mendorong terciptanya otonomi dalam pengambilan keputusan, mempunyai komunikasi tujuan, sasaran dan informasi yang akurat, menciptakan komunikasi yang dinamis antara guru dan siswa serta staf/karyawan.

Daftar Rujukan

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Cet. I. Bandung: CV. Pustaka Setia.

(9)

Departemen Agama RI. 2002. Modul dan Model Pelatihan Pengawas Pendidikan Agama Islam. t. et. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,Buku Konsep dan Pelaksanaan. Edisi 3, Revisi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Duhou,Ibtisam Abu, 2002. School Based Management diterjemahkan oleh Noryamin, dkk., dengan judul Manajemen Berbasis Sekolah. Cet. I, Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu.

S. Supriono-Ahmad Sapari. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar, Melalui Pemberdayaan Masyarakat,Otonomi Sekolah dan Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM. Ce. I. Surabaya: Kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF-UNESCO.

Supriyoko, Ki. Hentikan RUU Sistem Pendidikan Nasional. surat kabar Kompas, nomor 253 tahun ke-38, senin 17 maret 2003.

Sutisna,Oteng. 1983. Administrasi Pendidikan,Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Cet. 2. Bandung: Angkasa.

Tilaar,H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Cet. 2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

---. 2001. Manajemen Pendidikan Nasional,Kajian Pendidikan Masa Depan. Cet.V. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh sikap individu dan perilaku teman sebaya terhadap praktek safety riding pada remaja (study kasus siswa

Penjelasan lebih detil, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kebutuhan fisiologi, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan akan afiliasi atau diterima oleh

Selanjutnya, alasan yang kedua adalah pengetahuan akan keberagaman yang terdapat pada individu (subyek penelitian) tadi membuat peneliti tersadar akan pentingnya

Tanggapan responden terhadap keadaan air laut di Pantai Takisung sebanyak 36 (12%) responden menyatakan bahwa air laut keruh dan berwarna kekuningan, sedang

Selama berlangsungnya proses kreatif itu, orang juga mengalami kepuasan secara bathin (Bastomi, 1990:12).Ditinjau dari faktor pendorong remaja dapat digolongkan menjadi

Pertemuan ini adalah pemberian treatment pertama. Ketika guru menyampaikan bahwa akan ada game dalam proses pembelajaran siswa menyambut dengan begitu antusias. Meskipun

Pertumbuhan karang keras di perairan Teluk Manado cukup baik dan beranekaragam jenis dengan nilai rerata persentase tutupan diperkirakan sekitar 45-50% berdasarkan hasil visual

 Orang yang menerima pembayaran – Menerima tamu dan menerima pembayaran,Membuat kuitansi untuk tamu dan menulis lunas pada faktur,kemudian kuitansi diberikan ke tamu dan