FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN DESA WISATA KUNGKUK
DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE
LIVELIHOOD APPROACH
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Dina Sisilia Nilasari
175020101111001
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DESA WISATA KUNGKUK DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD APPROACH
Dina Sisilia Nilasari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]
ABSTRAK
Desa mempunyai peran yang begitu besar pada pembangunan daerah yang berkelanjutan. Pembangunan desa yang berkelanjutan sangat penting supaya sumber daya yang tersedia tetap ada, tidak terjadi kelangkaan yang telah dimanfaatkan oleh individu atau kelompok elit bahkan asing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembangunan Desa Wisata Kungkuk dalam perspektif Sustainable Livelihood Approach (SLA) dan mengetahui faktor internal yang mendominasi di Desa Wisata Kungkuk. Latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk yaitu pada tahun 2000 pertanian jeruk dan apel sudah tidak berjaya seperti dulu karena harga apel menurun, selain itu produktivitas apel dan jeruk menurun karena umur pohon apel dan jeruk sudah tua yaitu sekitar 40-50 tahun. Dengan latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk itu, maka terdapat problem yaitu pengelolaan Desa Wisata oleh masyarakat yang tidak mengerti tentang konsep wisata, dari yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani. Metode analisis data yang digunakan adalah metode statistik deskriptif berisi pengujian-pengujian data yang diperoleh dari hasil jawaban responden yang diterima kemudian dianalisis dengan menggunakan spss dan excel secara deskriptif kuantitatif dilakukan dengan memberi skor 1 sampai 5 dengan skala likert. Teknik scoring digunakan untuk mengukur aset, kemudian menggunakan diagram pentagon yang dimiliki desa wisata kungkuk. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh hasil faktor yang paling mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk yaitu aset alam sebesar 93.53%, aset sosial sebesar 79.08%, yang ketiga aset aset fisik 68,37%, aset manusia 64,97% , aset keuangan 58,43%. Kata Kunci: Desa Wisata Kungkuk, Sustainable Livelihood Approach, Desa wisata
ABSTRACT
Villages have a considerable contribution to sustainable regional developments. Sustainable village development is essential for preventing resource scarcity after being used by individuals, elites, or even foreigners. The purposes of this research are to identify the condition of Kungkuk tourism village development in the perspective of Sustainable Livelihood Approach (SLA) and to identify the dominating internal factor in the village. The background of the development of the tourism village is that the declining success of orange and apple farming caused by the decreasing price of apples and productivity of the trees due to their age, 40 to 50 years. However, the development is hampered by problems that the tourism effort is managed by people who worked as farmers and do not know about the concept of tourism. The data of this research were harvested from 5-point Liker scaled questionnaires and analyzed using quantitative descriptive statistics in SPSS and Microsoft Excel. Scoring technique and a pentagon diagram were used to identify and measure the village’s assets. This study finds that the dominant factor for the village’s success in developing itself into a tourism village is the natural asset (93.53%), followed by social asset (79.08%), physical asset (68.37%), human asset 64,97% and financial asset (58.43%).
Keywords: Kungkuk Tourism Village, Sustainable Livelihood Approach, Tourism Village
A. PENDAHULUAN
Desa mempunyai peran yang begitu besar pada pembangunan daerah yang berkelanjutan. Desa mempunyai sumberdaya alam yang melimpah, pembangunan desa yang berkelanjutan sangat penting supaya sumber daya yang tersedia tetap ada, tidak terjadi kelangkaan yang telah dimanfaatkan oleh individu atau kelompok elit bahkan asing. Tantangan pembangunan desa yang berkelanjutan adalah mencari upaya guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mempergunakan sumberdaya alam sebaik-baiknya dan tidak merusak lingkungan.
Salah satu kota di Jawa Timur yang identik dengan sektor pariwisata yaitu Kota Batu yang dikenal dengan sebutan Belanda sebagai De klein Switzerland, memiliki banyak desa wisata.
Berjarak 6 km dari pusat Kota Batu, terdapat Desa Wisata Kungkuk yang sudah dikembangkan sejak tahun 2007. Kungkuk terletak di Kecamatan Bumiaji, diantara gunung Arjuno di sebelah Utara dan Gunung Panderman di sebelah selatan. Matapencaharian masyarakat adalah petani apel, jeruk dan sayur-sayuran. Pada zaman dahulu Desa Wisata Kungkuk dijadikan perkebunan jeruk dan apel yang dirawat sejak tahun 1970 oleh masyarakat sampai tahun 2000.
Latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk yaitu pada tahun 2000 pertanian jeruk dan apel sudah tidak berjaya seperti dulu karena harga apel menurun, selain itu produktivitas apel dan jeruk menurun karena umur pohon apel dan jeruk sudah tua yaitu sekitar 40-50 tahun. Dengan latar belakang terbentuknya Desa Wisata Kungkuk itu, maka terdapat problem yaitu pengelolaan Desa Wisata oleh masyarakat yang tidak mengerti tentang konsep wisata, dari yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani. Selain itu Desa Wisata Kungkuk umumnya dikelola oleh masyarakat dengan pendidikan SMA. Terdapat lembaga - lembaga yang terlibat dalam pengembanagan desa wisata, yaitu struktur organisasi desa wisata kungkuk yang terdiri dari 3 anggota, POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata), dan karang taruna Desa Wisata Kungkuk. Pengelolaan desa wisata dengan modal sosial yang cukup baik yang ditunjukkan dengan kerukunan dan gotong royong antar warga, dukungan dari instansi pemerintah seperti Perhutani, masyarakat Kungkuk, dan karang taruna. Menurut data BPS Kota Batu (BPS, 2017) terdapat kunjungan sekitar 4.852 pengunjung, dan pada tahun 2018 terdapat 13.656 pengunjung.
Gambar 1. 1:Jumlah Kunjungan Wisatawan menurut Tempat Wisata dan Wisata Oleh-Oleh di Kota Batu tahun 2017
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu
Gambar 1. 2:Jumlah Kunjungan Desa Wisata Kungkuk menurut Tempat Wisata dan Wisata Oleh - Oleh di Kota Batu Tahun 2018
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu
Permasalahan dalam pengembangan Desa Wisata Kungkuk yaitu terdapat peningkatan jumlah wisatawan lokal pada tahun 2018, dan terdapat 176 wisatawan mancanegara, hal tersebut menjadi kendala karena kemampuan masyarakat dalam berbahasa Inggris sangat minim. Selain itu pro dan kontra masyarakat ada beberapa yang tidak mau lagi lahannya dijadikan dalam paket wisata, karena pernah terjadi kerusakan pada lahan mereka, misalnya pohon jeruk yang patah, sehingga pemilik lokasi lahan merasa dirugikan. Beberapa masyarakat ada yang tidak mau rumahnya dijadikan homestay, karena wisatawan yang tidak menjaga kebersihan. Selain itu, permasalahan yang dialami di Desa Wisata Kungkuk yaitu wisatawan datang hanya pada moment-moment tertentu saja.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Desa Wisata Kungkuk, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan Pendekatan Sustainable Livelihood Approach”. Pendekatan berkelanjutan di Desa Wisata Kungkuk, Kota Batu bertumpu pada lima aspek dalam pengembangan model, yaitu, sosial, alam, manusia, fisik, dan ekonomi dengan rumusan masalah bagaimana kondisi pembangunan Desa Wisata Kungkuk dalam perspektif SLA ? dan faktor internal apa yang paling mendominasi di Desa Wisata Kungkuk ?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan desa wisata berdasarkan pendekatan SLA.
B. TINJAUAN PUSTAKA Teori Human Capital
Human Capital didefinisikan sebagai investasi dalam konteks manusia yang meliputi keterampilan, nilai, dan kesehatan yang dihasilkan dari expenditure dengan memperoleh pendidikan, acara pelatihan di tempat kerja, dan pelayanan untuk kesehatan. Modal manusia menurut (Rosen, 1999) adalah penanaman modal yang dibuat oleh individu untuk meningkatkan produktivitas mereka. Modal manusia menurut (Fitzsimons, 1999) merupakan sebuah konsep yang pertama kali muncul pada tahun 1776 di bidang ilmu ekonomi klasik.
Indikator yang paling umum digunakan untuk mengukur status komparatif pembangunan sosio-ekonomi dipaparkan pada laporan tahunan UNDP dengan judul Human Development Report. Intisari pada laporan Human Development dimulai pada tahun 1990, adalah penciptaan dan penyempurnaan Human Development Index (HDI). Human Development Index disingkat HDI adalah indeks yang menghitung perolehan pembangunan sosio-ekonomi suatu negara, yang menggabungkan bidang kesehatan, pendidikan, dan pendapatan riil per kapita yang disesuaikan.
Teori Dualisme Ekonomi
Sir Arthur Lewis (1954) menggunakan konsep ekonomi dualistik sebagai dasar teori penawaran tenaga kerja tentang migrasi desa-kota. Lewis membedakan antara sektor subsisten pedesaan berpenghasilan rendah dengan populasi surplus, dan sektor kapitalis perkotaan yang berkembang. Ekonomi perkotaan menyerap tenaga kerja dari daerah pedesaan (menahan upah perkotaan) sampai surplus pedesaan habis. Berdasarkan model Lewis, perekonomian terbelakang terdiri atas dua sektor: sektor subsisten pedesaan yang tradisional dan kelebihan penduduk, yang dicirikan produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol (zero marginal labor productivity), situasi yang digolongkan Lewis sebagai surplus tenaga kerja karena tenaga kerjanya dapat diambil dari sektor pertanian tradisional tanpa mengakibatkan kerugian ourput apapun, dan sektor industri modern perkotaan yang sangat produktif sebagai sektor yang menampung transfer tenaga kerja dari sektor subsisten secara berangsur-angsur.
Sustainable Livelihood Approach
Ide sustainable livelihoods pertama kali diperkenalkan oleh Brundtland Commission on Environment and Development sebagai cara untuk menghubungkan pertimbangan sosial ekonomi dan ekologi dalam struktur yang kohesif dan relevan dengan kebijakan. UNCED tahun 1992 memperluas konsep tersebut, terutama dalam konteks Agenda 21, dan mengadvokasi pencapaian mata pencaharian yang berkelanjutan sebagai tujuan luas untuk pengentasan kemiskinan. Dinyatakan bahwa sustainable livelihood dapat berfungsi sebagai faktor pengintegrasian yang memungkinkan kebijakan untuk menangani pembangunan, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, dan pengentasan kemiskinan secara bersamaan.(Morse, McNamara and Acholo, 2013).
Konsep Desa Wisata
Menurut Lane, pariwisata pedesaan murni diartikan sebagai jenis pariwisata yang ada di wilayah pedesaan. Pedford mengartikan pariwisata pedesaan meliputi adat istiadat, nilai, tradisi, kepercayaan, dan warisan bersama. OECD (Muryadi and Christensen, Clayton M., Bower, 1994) menyatakan pariwisata pedesaan harus:
a. Terletak di daerah pedesaan;
b. Secara fungsional pedesaan, dibangun di atas fitur-fitur khusus pedesaan: usaha kecil, ruang terbuka, kontak dengan alam, warisan budaya masyarakat "tradisional", adat istiadat, kepercayaan.
c. Skala pedesaan, baik dalam hal bangunan dan permukiman biasanya berskala kecil; d. Berkarakter tradisional dan terhubung dengan masyarakat lokal. Dikembangkan untuk
kebaikan jangka panjang daerah tersebut;
e. Berkelanjutan - dalam arti bahwa perkembangannya harus membantu keberlanjutan karakter pedesaan khusus dari suatu daerah, dan dalam arti bahwa itu pembangunan harus berkelanjutan dalam penggunaan sumber dayanya.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang dilakukan di desa Kungkuk yang berada di Jalan Semeru, Dusun Kungkuk, Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Data yang digunakan merupakan data primer pada masyarakat desa wisata Kungkuk data tersebut meliputi Lima aset dalam SLA yang terdiri dari aset alam, aset manusia, aset keuangan, aset sosial dan aset fisik merupakan variabel pada konsep aset penghidupan, Populasi dalam penelitian adalah RT 005 masyarakat Desa Wisata Kungkuk Jalan Semeru yang berjumlah 60 rumah tangga. Pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling jenis simple random sampling. Cara menentukan ukuran sampel dalam penelitian yaitu dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Issac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Pada penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan tabel dari Issac dan Michael dengan menggunakan tingkat kesalahan 5%, dengan jumlah populasi 60, maka jumlah sampelnya 51.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik survei melalui penyebaran kuisioner. Skala pengukuran menggunakan skala likert yang berfungsi untuk menilai pemikiran, dan tanggapan narasumber mengenai kejadian sosial. Metode analisis dalam penelitian yaitu uji validitas, uji reliabilitas dan metode statistik deskriptif berisi pengujian-pengujian data yang diperoleh dari hasil
jawaban responden yang diterima kemudian dianalisis dengan menggunakan spss dan excel secara deskriptif kuantitatif dilakukan dengan memberi skor 1 sampai 5 dengan skala likert. Teknik skoring digunakan untuk mengukur aset, jawaban diberikan skoring, berikut contoh skoring:
1. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 5 2. Setuju (S) diberikan skor 4
3. Cukup Setuju (CS) diberikan skor 3 4. Tidak Setuju (TS) diberikan skor 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) diberikan skor 1
Kemudian menggunakan diagram pentagon yang dimiliki desa wisata kungkuk yang didapatkan dari hasil skoring, hasil skoring pada aset alam dijumlahkan, kemudian dicari skor maksimal, skor maksimal berdasarkan jumlah pertanyaan. Pada penelitian aset alam terdapat 2 pertanyaan, sehingga skor maksimal yang didapatkan yaitu 2X5=10, dikalikan 5 karena skor maksimal yang didapatkan pada setiap pertanyaan yaitu 5 sangat setuju. Setelah dimasukkan skor maksimal, kemudian dibentuk kedalam % dengan rumus total skoring responden/skor maksimal dikalikan 100. Setelah muncul hasilnya dalam % pada setiap jawaban responden, kemudian di rata-rata pada excel dengan rumus =AVERAGE(hasil persen responden 1: hasil persen responden 51). Kemudian cara tersebut dilakukan pada aset manusia, aset keuangan, aset fisik, dan aset sosial. Setelah muncul hasil persen dalam setiap aset, kemudian dimasukkan pada diagram pentagon sesuai dengan jumlah angka persenannya.
Gambar 3. 1:Diagram Pentagon Aset
Sumber: Diolah Penulis, 2020
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Batu secara astronomis terletak diantara 122°17’ sampai dengan 122°57’ Bujur Timur dan 7°44’ sampai dengan 8°26’ Lintang Selatan, memiliki tiga kecamatan diantarannya yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Desa Wisata Kungkuk merupakan lokasi dalam penelitian, salah satu dusun yang terletak di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji dekat dengan Gunung Arjuno di ketinggian 800 m - 1.150 m. Luas Desa Punten 2.46 km2, terdiri dari 8 RW dan 36 RT, batas wilayah administratif Desa Punten yaitu disebelah utara berbatasan dengan Desa Tulungrejo, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidomulyo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumbergondo dan Desa Bulukerto, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunungsari, memiliki 4 dusun yaitu: Dusun Kungkuk, Dusun Gempol, Dusun Payan, dan Dusun Krajan.
Gambar 4. 1:Lokasi Penelitian
Sumber: Google Maps,2020
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian merupakan warga desa wisata Kungkuk yang berjumlah 51 orang. Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden didapatkan data identitas responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, pekerjaan, penghasilan, dan kepemilikan lahan. Berikut karakteristik responden dengan jumlah 51 orang hasil dari penelitian di desa wisata Kungkuk:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden dalam penelitian di desa wisata Kungkuk yang berjumlah 51 orang yaitu perempuan. Bertempat tinggal di Dusun Kungkuk jalan semeru RT 005/RW 006.
2. Usia
Gambar 4.2 menggambarkan usia responden dalam penelitian yang dilakukan di desa wisata Kungkuk dalam persen. Dari gambar 4.2 responden yang berusia 24-30 tahun 4%. Responden yang berusia 31-37 tahun berjumlah 27%, responden dengan usia 38-44 tahun berjumlah 12%. Responden dengan usia 45-51 tahun berjumlah 24%, dan responden dengan usia >51 tahun berjumlah 33%.
Gambar 4. 2:Daftar Responden berdasarkan Usia (%)
Sumber: Penulis, 2020
3. Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga
Gambar 4.3 merupakan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dalam %. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga responden lulusan SD sebesar 61%. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga lulusan lulusan SMP sebesar 19%, lulusan SMA sebesar 16%. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga lulusan sarjana sebesar 4%.
Gambar 4. 3:Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga (%)
Sumber: Penulis, 2020 4. Pekerjaan
Gambar 4.4 menjelaskan tentang pekerjaan kepala rumah tangga responden penelitian di desa wisata Kungkuk dalam %. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani sebesar 86%, sebagai wiraswasta sebesar 10%. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai pegawai negeri sipil/karyawan swasta sebesar 4%. Mayoritas pekerjaan kepala rumah tangga responden penelitian di desa wisata Kungkuk bekerja sebagai petani, pertanian tersebut meliputi pertanian buah-buahan (apel, jeruk, jambu merah), pertanian sayuran, dan pertanian bunga. merupakan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dalam %.
Gambar 4.5 menjelaskan tentang pekerjaan responden sebagai petani sebesar 21%, pekerjaan responden sebagai wiraswasta sebesar 18%. Pekerjaan responden sebagai pegawai negeri/karyawan swasta sebesar 2%. Pekerjaan responden lainnya sebesar 59%, lainnya disini tidak bekerja melainkan menjadi ibu rumah tangga.
Gambar 4. 4: Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (%)
Sumber: Penulis, 2020
Gambar 4. 5: Pekerjaan Responden (%)
5. Penghasilan Keluarga
Gambar 4.6 menunjukkan penghasilan keluarga responden dalam %, penghasilan keluarga <1.000.000 sebesar 25%. Penghasilan keluarga sebesar 1.000.000-3.000.000 sebesar 65%. Penghasilan keluarga 4.000.000-6.000.000 sebesar 8% dan penghasilan keluarga 7.000.000-9.000.000 sebesar 2%.
Gambar 4. 6: Penghasilan Keluarga (%)
Sumber: Penulis, 2020 6. Kepemilikan Lahan
Kepemilikan lahan responden di kampung wisata Kungkuk dijelaskan pada gambar 4.7. Kepemilikan lahan responden sebesar 0.5 hektar berjumlah 41 orang. Kepemilikan lahan responden 0.5-1 hektar berjumlah 7 orang, dan kepemilikan lahan responden >1 hektar berjumlah 3 orang.
Gambar 4. 7: Kepemilikan Lahan (%)
Sumber: Penulis, 2020
Hasil
1. Uji Validitas
Instrumen pertanyaan pada penelitian dilakukan uji validitas, hasil uji validitas dilihat dari nilai signifikansi. Uji validitas menggunakan Pearson Correlation. Instrumen pertanyaan dikatakan valid apabila nilai signifikansi menunjukkan <0.05 dan Pearson Correlation bernilai positif. Pada tabel 4.8 menunjukkan hasil validitas pada 16 item pertanyaan. Hasil nilai signifikansi 16 pertanyaan menunjukkan <0.05 dan Pearson Correlation menunjukkan positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen pertanyaan dengan jumlah 16 pertanyaan penelitian valid.
Tabel 4.1: Hasil Uji Validitas
Pertanyaan Nilai Signifikansi Keterangan
Pertanyaan 1 .000 VALID
Pertanyaan 2 .000 VALID
Pertanyaan 4 .000 VALID Pertanyaan 5 .009 VALID Pertanyaan 6 .007 VALID Pertanyaan 7 .000 VALID Pertanyaan 8 .001 VALID Pertanyaan 9 .010 VALID Pertanyaan 10 .000 VALID Pertanyaan 11 .000 VALID Pertanyaan 12 .000 VALID Pertanyaan 13 .009 VALID Pertanyaan 14 .000 VALID Pertanyaan 15 .000 VALID Pertanyaan 16 .000 VALID Sumber: Peneliti, 2020 2. Uji Reliabilitas
Instrumen pertanyaan pada penelitian dilakukan uji reliabilitas, hasil uji reliabilitas dilihat dari nilai signifikansi. Instrumen pertanyaan dikatakan reliable atau konsisten apabila nilai CronbachAlpha>0.60. Pada tabel 4.9 menunjukkan hasil reliabilitas pada 16 item pertanyaan. Hasil nilai CronbachAlpha 16 pertanyaan menunjukkan >60. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen pertanyaan dengan jumlah 16 pertanyaan penelitian valid.
Tabel 4.2:Hasil Uji Reliabilitas
Pertanyaan Nilai Cronbach's Alpha Keterangan
Pertanyaan 1 .816 RELIABEL Pertanyaan 2 .817 RELIABEL Pertanyaan 3 .831 RELIABEL Pertanyaan 4 .805 RELIABEL Pertanyaan 5 .824 RELIABEL Pertanyaan 6 .844 RELIABEL Pertanyaan 7 .805 RELIABEL Pertanyaan 8 .826 RELIABEL Pertanyaan 9 .833 RELIABEL Pertanyaan 10 .817 RELIABEL Pertanyaan 11 .805 RELIABEL Pertanyaan 12 .805 RELIABEL Pertanyaan 13 .824 RELIABEL Pertanyaan 14 .817 RELIABEL Pertanyaan 15 .831 RELIABEL Pertanyaan 16 .824 RELIABEL Sumber: Peneliti,2020
3. Diagram Pentagon Aset
Tabel 4.10 menunjukkan hasil dari penelitian, diperoleh hasil faktor yang paling mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk yang paling besar yaitu aset alam sebesar 93.53%, yang kedua aset sosial sebesar 79.08%. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk urutan ketiga yaitu aset fisik. Urutan ke 4 faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk adalah aset manusia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk yang paling rendah yaitu aset keuangan.
Tabel 4.3:Hasil Penelitian
Aset %
Aset Manusia 64.97%
Aset Keuangan 58.43%
Aset Sosial 79.08%
Aset Fisik 68.37%
Sumber: Peneliti, 2020
Gambar 4.8 menunjukkan diagram pentagon desa wisata Kungkuk, hasil dari penelitian berupa aset yang dimiliki desa wisata Kungkuk digambarkan melalui diagram pentagon aset. Dari hasil penelitian ke 5 aset yaitu aset alam, aset manusia, aset keuangan, aset fisik, dan aset sossial, kemudian dimasukkan dalam diagram pentagon. Pada diagram pentagon apabila garis pentagon menunjukkan semakin keluar, maka aset tersebut yang memiliki level tertinggi terlihat pada gambar 4.9, dari kelima aset yang memiliki level tertinggi atau mendominasi adalah aset alam, dan yang tidak mendominasi atau paling rendah yaitu aset keuangan.
Gambar 4. 8: Diagram Pentagon Desa Wisata Kungkuk
Sumber: Penulis, 2020
4. Kondisi pembangunan Desa Wisata Kungkuk dalam perspektif SLA
Sustainable livelihood dapat berfungsi sebagai faktor pengintegrasian yang memungkinkan kebijakan untuk menangani pembangunan, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, dan pengentasan kemiskinan secara bersamaan. Demi tercapainya tujuan pembangunan desa wisata Kungkuk kelima aset sustainable livelihood approach yaitu aset alam, aset manusia, aset keuangan, aset sosial dan aset fisik harus dimanfaatkan secara maksimal. Apabila pembangunan desa wisata sudah dilakukan secara maksimal, dampaknya akan sangat besar terhadap masyarakat desa wisata Kungkuk.
a) Aset Alam
Aset alam di desa wisata Kungkuk adalah dataran tinggi sehingga masyarakat mayoritas bermatapencaharian sebagai petani, diantarannya petani buah-buahan (apel,jeruk,dan lain-lainnya), sayuran, dan petani bunga. Di desa wisata Kungkuk tersedia air bersih, dan air untuk irigasi yang sangat melimpah karena dekat dengan sumber air brantas. Aset alam sangat penting dalam desa wisata Kungkuk, selain karena pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, aset alam dalam pengembangan desa wisata sangat dibutuhkan karena paket-paket wisata yang tersedia merupakan paket-paket yang berasal dari alam, contohnya paket wisata edukasi pertanian, petik apel, petik jeruk, berkemah, outbound paket trail dan lain sebagainya.
Dalam pengembangan dan pembangunan desa wisata Kungkuk tentunya tidak hanya dampak positif saja yang dirasakan oleh warga, tetapi dampak negatif dari wisata juga dirasakan oleh masyarakat. Diantarannya kurangnya kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan, menyebabkan kerusakan lahan dan tanaman, contohnya pada saat wisata petik jeruk lahan menjadi padat karena banyak pengunjung yang datang, selain itu menyebabkan ranting-ranting dari pohon jeruk banyak yang patah. Paket petik buah-buahan seperti apel, jeruk ketika banyak pengunjung yang datang pengunjung kurang menjaga kebersihan, seperti sampah setelah memetik kemudian memakan buah banyak berserakan, meskipun sudah disediakan tempat sampah oleh pengelola, kesadaran akan kebersihan pengunjung masih kurang.
Sumber daya alam yang dimiliki desa wisata Kungkuk agar berkelanjutan yaitu mensosialisasikan kepada pengunjung desa wisata Kungkuk untuk tetap menjaga kebersihan, dan
melestarikan lingkungan. Dengan adanya paket pertanian dan petik buah dapat dilakukan rehabilitasi terhadap lahan untuk menjaga kesuburan tanah dan tetap produktif khususnya dalam produk pertanian seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman. Selain itu, menjaga daerah resapan di kampung wisata Kungkuk sangat penting, lokasi desa wisata Kungkuk yang tinggi berpotensi terjadi longsor. Maka dari itu, reboisasi dengan menanami pohon dan tidak menebang pohon secara liar di hutan desa wisata Kungkuk yang biasanya dijadikah alih fungsi lahan untuk pertanian. Penggunaan pupuk yang tidak berlebihan supaya tidak terjadi pencemaran air, untuk menjaga kesuburan tanah menggunakan pupuk organik.
b) Aset Manusia
Aset manusia sangat dibutuhkan dalam mengelola desa wisata, di desa wisata Kungkuk berdasarkan data penelitian pada gambar 4.4 tingkat pendidikan kepala rumah tangga mayoritas lulusan SD dengan presentase 61%. Dari data tersebut menggambarkan bahwa masyarakat desa wisata Kungkuk pendidikannya rendah, sehingga dapat berpengaruh terhadap aset manusia dalam mengelola desa wisata Kungkuk. Dengan pendidikan yang rendah, pekerjaan masyarakat desa wisata Kungkuk yaitu di bidang pertanian dijelaskan pada gambar 4.5 bahwa 86% pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani. Masyarakat bekerja sebagai petani karena tidak membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, apabila dihubungkan dengan tingkat pendidikan. Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang pertanian secara turun temurun dari orang tua. Dari gambar 4.5 menunjukkan 14% masyarakat yang bekerja diluar sektor pertanian.
Pendidikan yang rendah mencerminkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki rendah, contohnya dalam keterampilan berbahasa asing. Dalam pembangunan desa wisata Kungkuk, keterampilan berbahasa sangat penting karena terdapat pengunjung luar negeri yang datang di kampung wisata Kungkuk. Pada gambar 4.3 dari data peneliti usia responden mayoritas >51 tahun sebesar 33 % hal itu menunjukkan dengan usia masyarakat >51 tahun untuk menerima pengetahuan keterampilan berbahasa inggris sangat sedikit. Ketika ada pengunjung luar negeri yang datang ke desa wisata Kungkuk, pemilik homestay kesulitan untuk berbicara dengan bahasa asing. Sumber daya manusia agar bekelanjutan yaitu meningkatkan keterampilan dalam berbahasa asing kepada pengelola, dan masyarakat agar keuntungan lebih maksimal tidak perlu bekerja sama dengan pihak luar.
Selain itu dengan adanya desa wisata Kungkuk bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang dengan pendidikan rendah ataupun bisa untuk menambah penghasilan pendapatan keluarga misalnya menjadi pedagang ketika ada wisatawan, selain itu di desa wisata Kungkuk terdapat home industry, masyarakat bisa bekerja di home industry untuk menambah penghasilan. Selain itu pelatihan kepariwisataan untuk pengelola dan masyarakat perlu dilakukan agar desa wisata Kungkuk pengelolaannya lebih baik dan dapat bersaing dengan desa wisata lainnya yang ada di Kota Batu.
c) Aset Keuangan
Pada Gambar 4.7 dari data penelitian responden di desa wisata Kungkuk, 65% masyarakat berpendapatan antara 1.000.000-3.000.000. Masyarakat dengan pendapatan <1.000.000 sebesar 25%, masyarakat dengan pendapatan <1.000.000 memperoleh bantuan dari pemerintah. Pendapatan yang diperoleh dari desa wisata Kungkuk yang dirasakan masyarakat cukup membantu untuk menambah penghasilan, paket-paket wisata mayoritas dengan harga 25.000/orang. Apabila pengunjungnya banyak dan wisata dilakukan beberapa hari, pendapatan yang diterima masyarakat desa wisata Kungkuk akan banyak. Dampaknya ekonomi keluaga baik, dan mempunyai tabungan dari tambahan pekerjaan. Penambahan pendapatan untuk masyarakat desa wisata Kungkuk dapat dimaksimalkan dengan promosi-promosi di internet, web, media sosial, iklan, dan lain-lain serta pelayanan dan fasilitas di desa wisata Kungkuk dapat dimaksimalkan agar pengunjung bisa rekreasi dengan waktu yang lama, dan kembali lagi untuk rekreasi di kampung wisata Kungkuk.
d) Aset Sosial
Organisasi untuk pembangunan dan pengembangan desa wisata Kungkuk sangat diperlukan dan harus jelas agar mempermudah dalam pengelolaan. Gambar 4.2 merupakan struktur organisasi pengelolaan desa wisata Kungkuk, lembaga desa wisata kungkuk yang terdiri dari 25 orang pada tahun 2014 pernah diubah menjadi sistem kelompok kerja (POKJA), dengan tujuan untuk mempermudah ketua dalam mengkoordinir, karena sebelum diubah menjadi sistem pokja sering terjadi kecemburuan sosial dikarenakan pembagian tugas yang tidak merata. Sistem pokja adalah
sistem komunitas yang diseusaikan dengan paket-paket wisata. Misalnya paket budaya, yang terlibat dalam komunitas tersebut adalah komunitas seni desa wisata Kungkuk, contoh lainnya paket homestay, yang terlibat dalam komunitas adalah komunitas pemilik homestay. Selain itu ada organisasi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) sesuai amanat walikota Batu pada tahun 2010, organisasi POKDARWIS merupakan organisasi yang dibentuk Desa Punten dengan anggota setiap dusun. Tugas POKDARWIS yaitu membentuk program desa wisata dengan potensi yang dimiliki setiap desa.
Pembangunan desa wisata Kungkuk juga melibatkan seluruh masyarakat desa wisata Kungkuk. Masyarakat desa wisata Kungkuk setiap hari Kamis selalu berkumpul di acara tahlilan. Dengan acara tahlilan yang diselenggarakan setiap 1 minggu sekali setiap hari Kamis masyarakat berdiskusi dengan pengelola desa wisata Kungkuk. Diskusi tersebut biasanya membahas tentang kedatangan tamu seperti jumlah tamu, jenis paket yang dipilih dan penempatan wisatawan di lahan dan dirumah masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui apabila akan kedatangan wisatawan. Dengan adanya diskusi diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat untuk pengembangan desa wisata Kungkuk, apabila akan ada kunjungan ke desa wisata Kungkuk, masyarakat biasanya membersihkan jalan supaya bersih
Kesuksesan pembangunan dibutuhkan kerjasama semua pihak, diantaranya dukungan pemerintah. Dukungan dari pemerintah Kota Batu melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberikan bantuan kepada desa wisata Kungkuk berupa pembangunan fisik seperti gazebo, toilet, dan outdoor outbound. Pemerintah Kota Batu juga sering mengadakan seminar-seminar tentang pengelolaan pariwisata yang diselenggarakan oleh kota ataupun provinsi. Biasanya diadakan pelatihan di hotel-hotel, masyarakat desa wisata Kungkuk sering mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan kota ataupun provinsi. Masyarakat yang mengikuti bergantian, disesuaikan dengan tema pelatihan.
e) Aset Fisik
Kualitas jalan di desa wisata Kungkuk dalam kondisi baik, jalan menanjak terbuat dari semen yang sangat tebal. Jalan di gazebo sudah berpaving, transportasi umum sepanjang desa wisata Kungkuk tersedia, petunjuk jalan sepanjang desa wisata Kungkuk juga sudah jelas. Tempat beribadah pengunjung yang data di kampung wisata Kungkuk sudah tersedia. Selain itu, jarak ke tempat pendidikan dan kesehatan dekat, mudah dijangkau. Bantuan aset fisik dari pemerintah Kota Batu seperti gazebo, toilet, dan outdoor outbond sudah terawat dengan baik sampai sekarang.
Meskipun jalanan di sepanjang desa wisata Kungkuk bersih, tidak ada sampah yang berserakan, jumlah tempat sampah yang tersedia di jalan hanya sedikit. Dengan adanya covid pada zaman sekarang, sarana prasarana di desa wisata Kungkuk kurang, contohnya seperti tempat mencuci tangan yang tersedia. Bantuan aset fisik berupa outdoor outbond sistemnya masih bongkar pasang, pengelola desa wisata Kungkuk berharap bisa meningkatkan sarana dan prasarana untuk kenyamanan pengunjung. Diharapkan pemerintah Kota Batu bisa memfasilitasi pengelolaan desa wisata.
5. Gambaran peningkatan kesejahteraan masyarakat dari keberadaan Desa Wisata Kungkuk
Desa wisata Kungkuk memberikan manfaat secara langsung bagi kesejahteraan masyarakat dengan adanya kegiatan usaha pariwisata. Masyarakat desa wisata Kungkuk pekerjaan utamanya sebagai petani dan dalam kegiatan pariwisata melibatkan masyarakat secara langsung sebagai pekerja pariwisata. Keikutsertaan masyarakat dalam desa wisata Kungkuk memberikan peningkatan kesejahteraan khususnya dalam bidang ekonomi yaitu bertambahnya variasi dalam pekerjaan dan menjadi sumber pendapatan bagi keluarga. Variasi lapangan usaha pariwisata pada masyarakat desa wisata Kungkuk yaitu, tempat penginapan (home stay), home industry, jasa pramuwisata (pemandu). Masyarakat menjadikan usaha pariwisata sebagai pekerjaan tambahan atau pekerjaan sampingan. Pemandu adalah pekerjaan yang paling banyak memerlukan orang dalam kegiatan wisata di desa wisata Kungkuk.
Model dua sektor oleh Lewis merupakan teori yang megemukakan bahwa surplus tenaga kerja dari sektor pertanian tradisional ditransfer ke sektor industri modern yang pertumbuhannya menyerap kelebihan tenaga kerja, mendorong industrialisasi, dan menggerakkan pembangunan berkelanjutan. Dengan adanya desa wisata Kungkuk menyebabkan dualisme ekonomi pada masyarakat, masyarakat sudah tercukupi untuk bekerja di desa wisata Kungkuk tidak harus bekerja ke luar. Apabila masyarakat mengalami pengangguran musiman karena bekerja di sektor pertanian,
masyarakat biasanya ikut bekerja di home industry CV Putri Alin Jaya. CV. Putri Alin Jaya mendirikan usaha rumahan yang memproduksi keripik tempe, keripik bayam dan emping jahe yang memiliki 15 karyawan. Masyarakat yang bekerja di home industry bekerja selama 8 jam dengan mendapatkan upah tiap harinya yaitu Rp. 35.000. Untuk pemasaran produk CV. Putri Alin Jaya di seluruh tempat wisata yang ada di kota Batu, Jombang, Kediri dan menggunakan social media seperti internet seperti facebook, blog, dan pemesanan lewat whatsapp.
Gambar 4. 9:Home Industry Alin Jaya
Sumber: Pemilik Alin Jaya, 2018
Sumber: Peneliti, 2021
Jenis usaha home stay pada masyarakat desa wisata Kungkuk merupakan paket wisata yang paling menguntungkan. Seperti rumah Ibu Jumiati dan Bapak Arifin yang memiliki rumah yang terdapat dua kamar, pada setiap kamar terdapat kamar mandi yang sudah ada water heater. Harga paket home stay ada 2, yaitu paket home stay dengan tidur lesehan dan tidak lesehan. Biasanya tidur lesehan dikhususkan tamu anak-anak, sedangkan yang tidur tidak lesehan dikhususkan tamu dewasa. Harga paket home stay tidur lesehan tiap orang yaitu Rp 70.000/hari, sedangkan paket home stay tidur tidak lesehan yaitu Rp 100.000/hari. Biasanya tamu yang sering menginap adalah anak sekolah dengan jumlah pada 1 rumah yaitu 10 orang, rata-rata anak sekolah yang menginap 2 hari, Ibu Jumiati dalam 2 hari mendapatkan Rp 1.400.000
Gambar 4. 12:Home Stay Ibu Jumiati dan Bapak Arifin
Pekerjaan sebagai pemandu yang paling banyak memerlukan orang dalam kegiatan wisata di desa wisata Kungkuk. Pemandu ada dalam jenis paket wisata edukasi pertanian sayur, edukasi bisnis, wisata petik apel, jeruk dan tanaman, pemandu outbond. Masyarakat tidak hanya bekerja di satu pekerjaan saja yaitu pertanian, tetapi masyarakat ketika ada pengunjung yang datang ke desa wisata Kungkuk dijadikan paket wisata misalnya dalam pertanian terdapat wisata edukasi pertanian. Masyarakat desa wisata kungkuk yang lahannya dijadikan paket wisata menjadi pemandu kepada pengunjung menjelaskan bagaimana cara menanam pada pertanian, merawat dan memanen. Selain itu terdapat paket wisata petik apel dan jeruk, masyarakat yang memiliki lahan yang ditanami apel dan jeruk mendapatkan keuntungan dari paket wisata petik buah.
Petik apel dan petik jeruk merupakan wisata yang disediakan oleh desa wisata kungkuk yang berasal dari kebun milik petani. Harga paket apel di desa wisata Kungkuk yaitu Rp.25.000 untuk 1 kg. Petani akan mendapatkan uang dari tiket masuk dan dari buah yang dibeli pengunjung untuk dibawa pulang. Biaya tiket masuk paket wisata tanaman yaitu Rp 15.000, paket wisata tanaman. Jika dalam 1 hari terdapat wisatawan 10 orang untuk memetik apel, jeruk, ataupun tanaman maka pemilik lahan mendapatkan Rp 250.000/hari
Gambar 4. 13:Wisata Edukasi Pertanian
Sumber: Pengelola Desa Wisata Kungkuk, 2018
D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1 Aset yang paling mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk yang paling besar yaitu aset alam dengan presentase 93,53%, yang kedua aset sosial dengan presentase 79.08%, ketiga aset fisik dengan presentase 68.37%, keempat aset manusia dengan presentase 64.97% dan kelima aset keuangan dengan presentase 58.43%. Aset alam yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata Kungkuk dengan presentase tinggi dikarenakan paket wisata mayoritas dari alam, selain pertanian merupakan pekerjaan masyarakat karena lahan di desa wisata Kungkuk yang subur dan tersedia air yang melimpah, pertanian dijadikan paket wisata. Agar tetap berkelanjutan, pemerintah daerah Kota Batu mengatur tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan pada peraturan daerah Kota Batu nomor 14 tahun 2012
2 Masyarakat menjadikan usaha pariwisata sebagai pekerjaan tambahan atau pekerjaan sampingan. Keikutsertaan masyarakat dalam desa wisata Kungkuk memberikan peningkatan kesejahteraan khususnya dalam bidang ekonomi yaitu bertambahnya variasi dalam pekerjaan dan menjadi sumber pendapatan bagi keluarga. Variasi lapangan usaha pariwisata pada masyarakat desa wisata Kungkuk yaitu, tempat penginapan (home stay), home industry, jasa pramuwisata (pemandu). Terjadi dualisme ekonomi, masyarakat bekerja pada 2 sektor sehingga masyarakat sudah tercukupi untuk bekerja di desa wisata Kungkuk, tidak perlu bekerja di luar desa wisata Kungkuk.
Saran
1 Saran untuk pemerintah
Memberikan pelatihan berbahasa asing kepada masyarakat desa wisata Kungkuk secara rutin, pelatihan keterampilan tentang agroindustri, pelatihan pengelolaan desa wisata, pelatihan tentang teknologi untuk mendukung promosi desa wisata, dan dukungan pemerintah dalam hal promosi desa wisata yang ada di Kota Batu
2 Saran untuk pengelola desa wisata
Lebih aktif dalam penggunaan sosial media, radio, dan web, agar lebih dikenal dan lebih up to date.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D. R., Setiawan, B., Koestiono, D., & Muhaimin, A. W. (2019). Peningkatan Kinerja Agroindustri Pisang dengan Pendekatan Sustainable Livelihoods. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 3(3), 647–666. https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2019.003.03.20 Bull. A. 1995. The Economics of Travel and Tourism. Second Edition. Longman
Ivanova, M. (2019) Travel Marketing, Tourism Economics and the Airline Product. An Introduction to Theory and Practice, Journal of Revenue and Pricing Management. doi: 10.1057/s41272-018-00173-3.
Kurnianingsih, N. A., & Wahyu, D. (2014). Sustainable livelihood : penanganan rural poor di india. 1, 75–82.
Morse, S., McNamara, N. and Acholo, M. (2013) Sustainable Livelihood Approach: A Critical Analysis of Theory and Practice. Geographical Paper 189, University of Reading, November.
Muryadi, A. D. and Christensen, Clayton M., Bower, J. L. (1994) ‘OECD’, 843(4), pp.963–
964.Available at:
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttps://www.lhv.nl/actueel/nieuws/hui sartsen-problemen-de-ggz-groter-dan-ooit.
Parmawati, R., Saktiawan, Y., Wibowo, F. A. A., & Kurnianto, A. S. (2018). Analysis of Village Tourism Development in Sawahan, Trenggalek Regency, Indonesia: A Sustainable
Livelihood Approach. E-Journal of Tourism, 5(1), 46.
https://doi.org/10.24922/eot.v5i1.35181
Parmawati, R. et al. (2012) ‘Level of Sustainable Livelihood Approach at Central Agriculture City of Batu’, J. Basic Appl. Sci. Res, 2(6), pp. 5631–5635. doi: 10.6084/m9.figshare.6265259.v1.
Putu Mardana, I. B. (2014). Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dengan the Sustainable Livelihood Approach Berbasis Budaya Lokal Di Daerah Lahan Kering Nusa Penida Klungkung-Bali. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(1), 371–379. https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v3i1.2927
Putu, P., Santoso, A., & Agustino, P. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Kurang Mampu dengan Metode Sustainable Livelihoods Approach ( SLA ) di Desa Penglumbaran ,. 2(April), 1–7. Sati, V. P. and Vangchhia, L. (2017) A Sustainable Livelihood Approach to Poverty Reduction:An
Empirical Analysis of Mizoram, the Eastern Extension of the Himalaya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tang, Q., Bennett, S. J., Xu, Y., & Li, Y. (2013). Agricultural practices and sustainable livelihoods: Rural transformation within the Loess Plateau, China. Applied Geography, 41, 15–23. https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2013.03.007
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi (edisi kesebelas, jilid I). Jakarta : Erlangga
Tribe, John. The Economics of Recreation, Leisure, and Tourism. Third Edition. Elsevier. Oxford. 2005
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2017/12/2.-Menteri-Desa_Percepatan-Pembangunan.pdf (online), diakses pada 4 Desember 2019 pukul 19:51 WIB
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data_pub/0000/api_pub/43/da_02/1. diakses pada 4 Desember 2019 pukul 19:51 WIB
https://batukota.bps.go.id/statictable/2019/01/08/366/jumlah-kunjungan-wisatawan-menurut-tempat-wisata-dan-wisata-oleh-oleh-di-kota-batu-2017.html diakses pada 4 Desember 2019 pukul 19:51 WIB