• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENUNJANG DESA WANAGIRI SEBAGAI DESA WISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENUNJANG DESA WANAGIRI SEBAGAI DESA WISATA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM

MENUNJANG DESA WANAGIRI SEBAGAI DESA WISATA

Sanusi Mulyadiharja1, Nyoman Wijana2, Ketut Srie Marhaeni Julyasih3

1,2,3Staf Pengajar pada Jurusan Biologi Perikanan dan Kelautan FMIPA Undiksha

Email: sanusi.mulyadiharja@undiksha.ac.id

ABSTRACT

The objectives of this community service are (1) increasing the knowledge and understanding of the community, especially the Wanagiri Village Tourism Awareness Group (PokDarwis) towards the environment; and (2) optimizing the use of the carrying capacity of the environment to be developed as an attraction for tourist villages in Wanagiri village. The number of participants was 10 from the tourism awareness group (Darwis) The approach used is the Total Ergonomic Approach (PET) with the methods of lectures, discussions, training (drill), and FGD. The conclusions of this community service activity are: (1) Dissemination of knowledge, understanding and skills about the concept of tourism villages and innovation in the use of the environment in developing tourist villages, these community service participants are able to increase knowledge about tourism concepts, management of tourist attractions, and the development plan of the existing Taman Gumi Banten forest and waterfall to support the development of a tourist village; (2) There are various efforts that can be made in the development of the Taman Gumi Banten forest as one of the support for the tourism village, namely a) Labeling each existing plant, b) making a vegetation map, c) creating a GPS point for vegetation, and d) providing description of existing plants. (3) For waterfall tourism objects, it is necessary to maintain the quality of the waterfall, the authenticity of the location of the waterfall, to give an explanation to visitors about the supernatural things in the waterfall area, so that visitors do not arbitrarily behave at the location of the tourist attraction.

Keywords:Conservation, Utilization, Environment, Wanagiri Village ABSTRAK

Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya kelompok sadar wisata (PokDarwis) desa Wanagiri terhadap lingkungan hidup; dan (2) mengoptimalkan pemanfaatan daya dukung lingkungan hidup untuk dikembangkan menjadi daya tarik desa wisata di desa Wanagiri. Jumlah peserta ada sebanyak 10 orang dari kelompok Darwis. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Ergonomi Total (PET) dengan metode metode ceramah, diskusi, pelatihan (drill), dan FGD. Simpulan dari kegiatan P2M ini adalah: (1) Deseminasi pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang konsep desa wisata dan inovasi dalam pemanfaatan lingkungan hidup dalam pengembangan desa wisata, para peserta P2M mampu menambah pengetahuan tentag konsep wisata, pengelolaan daya tarik wisata, dan rancangan pengembangan hutan Taman Gumi Banten dan Air terjun yang ada sebagai penunjang pengembangan desa wisata; (2) Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan hutan Taman Gumi Banten sebagai salah satu penunjang desa wisata yakni a) Memberikan label pada setiap tumbuhan yang ada, b) membuat peta vegetasi, c) membuat GPS titik tumbuh tumbuhan, dan d) memberikan deskripsi terhadap tumbuhan yang ada. (3) Pada onjek wisata Air terjun,perlu dilakukan untuk dijaga kualitas air terjun, keaslian lokasi air terjun, diberikan penjelasan kepada pengunjung hal-hal supernatural di kawasan air terjun, sehingga pengunjung tidak secara sembarangan berprilaku di lokasi objek wisata.

Kata Kunci:Pelestarian, Pemanfaatan, Lingkungan Hidup, Desa Wanagiri

PENDAHULUAN

Secara Geografis dan secara administratif Desa Wanagiri merupakan salah satu dari 129 Desa di Kabupaten Buleleng, dan

memiliki luas Wilayah 15,75 km2. Secara topopografis terletak pada ketinggiaan 1.220 meter di atas permukaan laut (dpl). Posisi desa Wanagiri adalah berbukit yang terletak pada bagian selatan Kecamatan Sukasada,

(2)

Kabupaten Buleleng berbatasan langsung dengan sebelah barat Desa Gobleg Kecamatan Banjar, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Pegayaman, sebelah Utara Desa Gitgit, Sambangan dan Ambengan, serta sebelah selatan Desa Pancasari. Lahan yang ada di desa seluruhnya merupakan tanah kering/kegalan.

Jumlah penduduk desa

Wanagiri berdasarkan profil desa tahun 2014 sebesar 3.811 jiwa yang terdiri dari 1.927 laki-laki dan 1.884 perempua. Berdasarkan Keputusan Bupati Buleleng Nomor 430/405/HK/2017, tentang Desa Wisata Kabupaten Buleleng terdapat 31 desa yang ditetapkan menjadi desa wisata, Salah satu di antaranya adalah desa Wanagiri sebagai desa wisata. Yang menarik atraksi yang ada di desa Wanagiri, adalah adanya satwa liar yakni kera ekor panjang yang cukup ramah ketika didekati oleh wisatawan yang berkunjung. Desa ini di kelilingi oleh Danau Tamblingan, sehingga memberikan nilai lebih terhadap view yang dimiliki oleh desa ini. Desa ini juga memiliki wisata agro, wisata selfie. tempat kuliner seperti warung kopi, warung bakso, warung sate, dan restoran yang memberikan ragam pilihan bagi wisatawan yang berkunjung, hotel dan homestay yang diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menginap. Dengan demikian Desa Wanagiri memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai desa wisata.

Ahmad S. Fauzi selaku Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan wilayah Jawa-Bali-Nusra menyatakan bahwa pihaknya saat ini fokus melakukan pengelolaan hutan desa di Kecamatan Sukasada. Pengelolaan kawasan hutan desa tahap pertama melibatkan ratusan masyarakat pada 15 desa disekitar kawasan hutan yang ada di Kabupaten Jembrana, Buleleng, Bangli dan Karangasem. Tapi pada kenyataannya hanya terrealisasi 7 (tujuh) desa di Kabupaten Buleleng dengan Sk Gubernur Bali No. 2017/03-L/HK/2005 tanggal 30 Oktober 2015 Hak pengelolaan Hutan Desa

(HPHD) seluas 30.041 ha dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yaitu Desa Tejakula (Kecamatan Tejakula) seluas 353 ha, desa Lemukih seluas 988 ha, Desa Galungan 712 ha, dan Desa Sudaji 90 ha. Ketiga desa ini berada di Kecmaatan Sawan. Sedangkan Desa Wanagiri seluas 250 ha dan Desa Selat seluas 522 ha kedua desa ini termasuk di wilayah Kecamatan Sukasada. Dan di wilayah Kecamatan Busungbiu hutan desa juga ditetapkan berlokasi di Desa Telaga dengan luas 96 ha. Saat ini di Kecamatan Sukasada ada enam hutan desa yang sudah mengantongi ijin untuk dikelola oleh desa adat. Keenam hutan itu meliputi hutan desa Wanagiri, Selat, Ambengan, Sambangan, Panji dan desa Panji Anom. Diharapkan seluruh stakeholder mendukung program pengelolaan hutan desa ini.

Pengalihan pengelolaan hutan dari pemerintah kepada desa adat, dimaksudkan agar hutan itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, yang salah satu di antaranya adalah sebagai penunjang desa wisata. Ada beberapa desa adat merencanakan hutan itu digunakan untuk obyek wisata, di sisi lain, ada desa yang akan menggunakan hutan itu sebagai hutan tumpangsari. Banyak program-program yang dirancang oleh desa adat setelah turunnya kebijakan pemerintah untuk pengelolaan hutan kepada desa adat. Dengan adanya obyek wisata alternatif yang akan dikembangkan oleh desa adat, dimaksudkan untuk menambah kedatangan wisatawan untuk mengunjungi desa itu sendiri. Dengan adanya pertambahan kunjungan wisatawan, berarti income akan bertambah, sehingga ekonomi pedesaan akan berkembang dan diharapkan dapat menunjang kesejahteraan masyaraat.

Salah satu di antara yang dapat diperkenalkan adalah jenis tumbuhan langka, tumbuhan berguna (baik sebagai tumbuhan untuk keperluan sandang, pangan, papan, obat-obatan, upacara, dan industri). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah banyak

(3)

dilakukan oleh Wijana dan Setiawan (2017 dan 2018a) dengan dihasilkannya peta pencaran spesies tumbuhan langka di Hutan Wisata

Monkey Forest, Penglipuran, dan Alas Kedaton.

Hasil penelitian tahun kedua menunjukkan bahwa pola konservasi berbasis kearifan lokal berorientasi pada awig-awig, mitos, religius,

tenget (angker), tonya (mahluk penghuni), dan

kesadaran masyarakat setempat. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Wijana dan Setiawan (2018b) tentang tumbuhan simbol tubuh menunjukkan bahwa secara tradisi pada desa

Bali Age Tenganan Pegringsingan tidak

menggunakan tumbuhan simbol tubuh dalam

upacara pengabenan (upacara kremasi jenazah).

Penggunaan spesies tumbuhan yang ada di desa

Bali Age Tenganan Pegringsingan ini, tidak

mempengaruhi atas rusaknya hutan adat yang ada di desa tersebut, hutan adat tetap lestari.

Ada beberapa kawasan hutan yang ada di daerah wewidangan desa adat Wanagiri, di antaranya adalah (1) di hutan Pucak Wanagiri (di sekitar kuliner Puncak/sebelah timur desa Wanagiri), (2) di lokasi air terjun Banyumala, (3) Air Terjun Banyuwana Amertha, (4) Air Terjun Pucak Manik, dan (5) Air Terjun Cemara. Keempat air terjun ini masih sangat alami dengan airnya yang sangat jernih, dan lingkungan yang sangat sejuk dan segar. Sementara ini belum ada data hasil penelitian yang terkait dengan komposisi spesies vegetasi hutan yang ada di daerah wewidangan desa adat Wanagiri. Demikian pula hal-hal yang menyangkut tentang manfaat, tumbuhan langka, dan ensiklopedianya.

Dari uraian di atas, berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat adalah: (1) Belum ada data base terkait dengan inventarisasi spesies tumbuhan yang ada di hutan wewidangan desa Wanagiri. (2) Belum dimanfaatkan spesies tumbuhan yang ada di dalam ekosistem hutan sebagai penunjang pengembangan desa wisata. (3) Pemandangan alam yang sangat elegan, belum dimanfaatkan

secara optimal dalam mempromosikan desa wisata di desa Wanagiri. (4) Belum adanya strategi yang disusun secara detail dan tertulis untuk mengembangkan desa wisata di desa wanagiri. (5) Pemberdayaan sumber daya manusia belum secara optimal dilakukan untuk menunjang pengembangan desa Wanagiri sebagai desa wisata. dan (6) Belum optimalnya pengelolaan lingkungan hidup untuk dimanfaatkan sebagai objek wisata. Dari identifikasi masalah tersebut, tujuan pengabdian masyarakat ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya kelompok sadar wisata (PokDarwis) desa Wanagiri terhadap lingkungan hidup; dan (2) mengoptimalkan pemanfaatan daya dukung lingkungan hidup untuk dikembangkan menjadi daya tarik desa wisata di desa Wanagiri.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah Pendekatan Ergonomi Total (Wijana, 2008). Pendekatan Ergonomi Total (PET) adalah suatu bentuk pendekatan dalam pemecahan masalah dengan menggunakan kaidah-kaidah ergonomi berupa TTG (Teknologi Tepat Guna) dan SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipasi) sebagai dasar acuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga efektivitas dapat tercapai, menimbulkan rasa nyaman, kondisi tubuh tetap dalam keadaan sehat, dan efesiensi pada segala aspek dapat terrealisasi.

Mengacu pada pendekatan di atas, maka metode yang digunakan dalam kegiatan P2M ini adalah metode ceramah, diskusi, pelatihan

(drill), dan FGD. Kegiatan pengabdian

masyarakat ini dievaluasi keberhasilannya dengan cara (1) kehadiran peserta yang terlihat dari daftar hadir, (2) kuesioner, (3) Lembar Observasi, dan (4) aktivitas peserta.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Kegiatan

Dari rencana awal tentang jumlah peserta yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sekitar 20 orang. Namun dengan kondisi pendemi Covid 19, berdasarkan hasil diskusi dengan bapak Perbekel, disepakati bahwa peserta yang dilibatkan dalam kegiatan ini diambil sebesar 50% dari rencana awal yaitu sebanyak 10 orang dengan mengambil peserta dari Kelompok Sadar Wisata (Pok Darwis) Desa Wanagiri. Jadi jumlah peserta dari kegiatan ini dihadiri oleh 10 orang peserta (10 orang kelompok darwis, daftar hadir lihat lampiran).

Hasil pengabdian masyarakat ini dilihat dari aktivitas kegiatan yang dilaksanakan, nampaknya memberikan hasil yang sangat memuaskan. Indikator yang dapat digunakan adalah (1) Peserta secara antusias mengikuti kegiatan pelatihan di ruang tertutup yaitu di kantor kepala desa Wanagiri, berupa acara ceramah dan pemberian pengetahuan tentang konsep desa wisata, konsep pemanfaatan lingkungan dalam pegembangan desa wisata, inovasi pengembangan lingkungan hidup untuk objek wisata, dan pemanfaatan hutan sebagai objek wisata alteratif. (2) Ada sejumlah

pertanyaan yang diajukan oleh peserta yang berkaitan dengan konsep pariwisata (desa wisata) dan rencana pengembangan desa wisata yang relevan ke depan. Pertanyaan yang cukup menarik adalah pertanyaan yang menyangkut tentang pengembangan dan strategi menghadapi situasi pada masa pandemi covid 19 ini terkait kelesuan di bidang pariwisata. (3) Adanya interaksi aktif antara peserta-peserta, dan peserta – penyelenggara (nara sumber); (4) Sambutan dari bapak Perbekel, pengelola hutan Taman Gumi Banten yang hadir di lapangan, dan PokDarwis yang ikut dalam kegiatan di kantor Perbekel, memberikan apresiasi yang positif terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Demikian pula dengan ketua PokDarwis dan para peserta pada saat sesi tanya jawab. (5) Permohonan dari peserta yaitu ketua BUMDES dan sekaligus sebagai pengeloa desa wisata setempat, memohon kegiatan yang sama dilakukan juga di masa mendatang, terutama menyangkut berbagai keterampilan yang menunjang desa wisata dan peran kelompok Darwis.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan implementasi desa wisata dan inovasi pengembangan wisata dapat diterima secara apresiatif.

Gambar 1. Suasana Pembukaan dan Pendampingan dalam Pelaksanaan P2M di Desa Wanagiri, Sukasada, Buleleng

Produk Kegiatan

Produk kegiatan ini adalah berupa (1) Beberapa contoh tumbuhan yang ada di seputar objek wisata (Air Terjun), (2) Tinjauan Lapangan (Taman Gumi Banten), (3) Diskusi di Lapangan (Taman Gumi Banten). dan (4) Partisipasi peserta dalam mengikuti kegiatan P2M ini di Kantor Kepala Desa.

A. Beberapa contoh Tumbuhan

Beberapa contoh tumbuhan yang ada di sekitar objek wisata Air Terjun Banyuwana disajikan pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1. Beberapa Contoh Tumbuhan di Sekitar Objek Wisata Air Terjun Banyuwana

No. Nama Tumbuhan Familia Gambar Nama Daerah Nama Ilmiah

1. Yeh-yeh Saurauia pendula Actinidiaceae

2. Rasamala Altingia excelsa Altingiaceaae

3. Dau/ rau Dracontomelum mangiferum

Anacardiaceae

4. Kepohpoh/ gerok Buchanania arborescens Anacardiaceae

5. Poh kedis/ poh lutung

Mangifera gedebe Anacardiaceae

A. Deskripsi tumbuhan di hutan Taman Gumi Banten

Tabel 2. Deskripsi Tumbuhan yang Ada di Hutan Taman Gumi Banten 1. Kaliampuak (Eugenia densiflora BI.)

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnolopsida Ordo : Myrtales Familia : Myrtaceae Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia densiflora

Tumbuhan dengan tinggi 10-15 m. Memiliki batang yang berkayu (lignosus), silindris, kulit kasar, batang berwarna coklat kehitaman. Duduk daun berhadapan dan bertangkai. Daun bertulang menyirip dan memiliki daun dengan tepi rata. Buah menyerupai jambu air dan berwarna keputihan.

(6)

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Familia : Phyllanthaceae Genus : Baccaurea

Spesies : Baccaurea racemosa

Tumbuhan ini memiliki tinggi 10-25 m dengan diameter 91 cm. Batangnya tegak berkayu berbentuk bulat, batang sedikit berbulu dan kasar, percabangan pada tanaman ini bersifat sympodial. Memiliki Daun tunggal, letak daun tersebar, bentuk daun lonjong, tepi daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal daun membulat dengan pertulangan menyirip. Bunga kepundung majemuk, berbentuk buliran-buliran terpadu pada ranting.

3. Mangga Hutan/Poh Santog (Mangifera sp.)

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Familia : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : Mangifera sp.

Tumbuhan ini mencapai tinggi 25 m. Akarnya memiliki sistem perakaran tunggang, strukturnya kuat. Batang besar berkayu, berbentuk bulat panjang seperti silindris, kasar, berwarna coklat, arah tumbuhnya tegak lurus. Daunnya tunggal tidak lengkap, tidak memiliki pelepah daun. Termasuk ke dalam perbungaan majemuk tak terbatas, bunga lengkap. Buahnya berukuran kecil, daging buah memiliki serabut.

4. Teep (Artocarpus elasticus Reinw.)

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus elastic

Tumbuhan dengan tinggi 25-30 m dengan diameter batang hingga 80 cm. daunnya berukuran besar dengan panjang hingga 40 cm, tunggal, menyirip permukaan daun bertekstur kasar. Buahnya majemuk dan dilindungi dengan kulit buah yang berduri lunak.

5. Ae (Ficus racemose L.) Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Familia : Moraceae Genus : Ficus

Spesies : Ficus racemosa

Tumbuhan dengan tinggi hingga 40 m. Berdaun hijau tua, halus dan mengkilap, panjang dan permukaan daun berbulu dengan bentung meruncing. Buah bergerombol pada batang pohon, berukuran kecil dan banyak, berwarna merah jika sudah masak.

B. Tinjauan Lapangan Tinjauan lapangan dilakukan di Taman

(7)

hutan yang akan dikembangkan menjadi bentuk taman atau camping ground, yang mana di dalam hutan tersebut akan dikembangkan berbagai tumbuhan yang terkait dengan

tumbuhan banten. Di samping itu akan dikembangkan juga tumbuhan tumbuhan obat. Tinjauan lapangan dilakukan di hutan Taman Gumi Banten.

Gambar 1. Tinjauan Lapangan Hutan Gumi Banten C. Rapat Koordinasi di lapangan

Pada saat dilakukan tinjauan di lapangan Taman Gumi Banten, dilanjutkan dengan rapat koordinasi dalam diskusi pengembangan Taman Gumi Banten sebagai objek wisata. Dalam diskusi tersebut menyatakan bahwa tumbuh-tumbuhan yang ada di Taman Gumi Banten

dapat dimanfaatkan sebagai informasi berbagai jenis tumbuhan yang ada, dan dapat digunakan pengenalan spesies tumbuhan kepada masyarakat. Rencana tahun berikutnya adalah dilanjutkan dengan kegiatan labelisasi dan pemetaan vegetasi.

Gambar 2. Rapat Koordinasi dengan Pengelola Hutan Taman Gumi Banten D. Hasil Pelatihan

Pengisian kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui kebermanfaatan pelaksanaan kegiatan P2M ini. Pengisian kuesioner ini

dilaksanakan di kantor perbekel desa Wanagiri. Pengisi kuesioner ini adalah dari peserta PokDarwis sebanyak 10 orang. Hasil dari isian kuesioner ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Kuesioner yang Diisi oleh Peserta P2M

No Pertanyaan Jawaban Jumlah

Peserta

Ya Tidak

1 Apakah topik yang diberikan dalam kegiatan P2M ini sudah relevan dengan kebutuhan kelompok?

10 -

2 Apakah dalam penyajian materi ini sudah jelas? 10 -

3 Adakah materi yang disajikan itu ada di luar program yang telah dimiliki oleh kelompok?

10 -

4 Apakah materi yang disajikan itu bisa diimplementasikan di masa mendatang?

10 -

5 Apakah materi yang disajikan itu bisa dimanfaatkan untuk pengembangan desa wisata?

10 -

6 Apakah materi yang diberikan itu ada hal-hal yang dipandang inovatif

10 -

7 Apakah materi yang diberikan itu mengikuti perkembangan pariwisata saat ini?

10 -

8 Perlukan materi ini diberikan lagi di masa mendatang? 10 -

80 0

Data kuesioner di atas diisi oleh 10 orang peserta P2M. Berdasar data di atas ada

sebanyak 80 orang (100%) yang menyatakan bahwa topik materi yang diberikan relevan

(8)

dengan kebutuhan kelompok, materi yang diberikan sangat jelas, sesuai dengan program yang mereka miliki, bersifat inovatif, dan dinyatakan pula bahwa materi ini masih diperlukan pada masa-masa mendatang.. Adanya penambahan pengetahuan yang mereka peroleh dalam hal pengembangan objek wisata dan keterampilan pengenalan tumbuhan (identitas dan manfaat). Ada beberapa menyampaikan saran bahwa pemberian materi ini perlu disertai dengan contoh-contoh konkrit yang bisa dikembangkan di masa mendatang. Hal yang bersifat inovatif yang bisa dikerjakan oleh kelompok. Labelisasi nama-nama tumbuhan perlu dilakukan di lakukan. Pada tahun berikutnya, agar disertai dengan peta vegetasinya.

Pembahasan

Kuesioner yang diberikan kepada peserta P2M menunjukkan hal sebagai bukti keikutserta mereka dengan aktivitas yang aktif. Saat pemerian materi dan pendampingan secara langsung di lapangan menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, karena partisipasi mereka dalam melaksanakan dan mengerjakan penyusunan strategi dan program kerja sangat aktif.

Dari kuesioner yang diisi oleh peserta P2M menyatakan bahwa secara keseluruhan mereka menyatakan kegiatan P2M ini memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan maupun keterampilan mereka. Kegiatan P2M ini sudah menyentuh keperluan yang diinginkan oleh peserta. Hal ini menyangkut pemberian keterampilan pembuatan strategi dan program kerja, di mana keterampilan semacam ini belum pernah dia pelajari, dan dari sisi kebutuhan, hal ini sangat diperlukan untuk keperluan kegiatan pengembangan wisata di masa mendatang. Ada sebanyak 96,25% yang menyatakan bahwa topik materi yang diberikan relevan dengan kebutuhan kelompok, materi yang diberikan sangat jelas,

sesuai dengan program yang mereka miliki, bersifat inovatif, dan dinyatakan pula bahwa materi ini masih diperlukan pada masa-masa mendatang. Yang lagi 3,75% memberikan saran bahwa pemberian materi ini perlu disertai dengan contoh-contoh konkrit yang bisa dikembangkan di masa mendatang. Hal yang bersifat inovatif yang bisa dikerjakan oleh kelompok.

Semua kondisi di atas sangat relevan dengan konsep dari desa wisata seperti definisi yang disampaikan oleh Soemarno (2010) yaitu Desa Wisata merupakan Suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya

Lebih lanjut Soemarno (2010) menyatakan bahwa penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain sebagai berikut (1) Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. (2) Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan local, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. (3) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. (4) Keamanan di desa tersebut terjamin. (5) Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. (6) Beriklim sejuk atau dingin. (7) Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.

(9)

Pemnafaatan lingkungan hdiup sebagai alternative pengembangan desa wisata adalah sesuai dengan arahan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng. Arahan ini diberikan pada saat pertemuan FGD di desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Dalam arahan tersebut dinyatakan tentang pentingnya pemanfaatan lingkungan hidup sebagai objek wisata. Dalam pemanfaatan lingkungan hidup tersebut tetap menjaga kelestarian lingkungan. Untuk di Bali, peran kearifan local sangat penting untuk diperhatikan, terutama memahami tentang konsep filosofi Tri Hita Karana.

SIMPULAN

Simpulan dari kegiatan P2M ini adalah: (1) Deseminasi pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang konsep desa wisata dan inovasi dalam pemanfaatan lingkungan hidup dalam pengembangan desa wisata, para peserta P2M mampu menambah pengetahuan tentag konsep wisata, pengelolaan daya tarik wisata, dan rancangan pengembangan hutan Taman Gumi Banten dan Air terjun yang ada sebagai penunjang pengembangan desa wisata; (2) Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan hutan Taman Gumi Banten sebagai salah satu penunjang desa wisata yakni a) Memberikan label pada setiap tumbuhan yang ada, b) membuat peta vegetasi, c) membuat GPS titik tumbuh tumbuhan, dan d) memberikan deskripsi terhadap tumbuhan yang ada. (3) Pada onjek wisata Air terjun,perlu dilakukan untuk dijaga kualitas air terjun, keaslian lokasi air terjun, diberikan penjelasan kepada pengunjung hal-hal supernatural di kawasan air terjun, sehingga pengunjung tidak secara sembarangan berprilaku di lokasi objek wisata. Dari simpulan di atas ada beberapa saran yang dapat disampaikan: (1) Diperlukan kajian akademis oleh staf dosen Undiksha dan universitas lainnya untuk dapat mengembangkan lebih jauh desa Wanagiri sebagai desa wisata. (2) Implementasi dari hasil diskusi dalam pelaksanaan P2M ini

perlu diujicobakan dan diadakan koordinasi lebih jauh dengan seluruh stakeholder yang ada, sehingga pengabdian masyarakat ini tidqk hanya pada tatanan pengabdian semata.

DAFTAR RUJUKAN

Adiputra. N. Sutjana, D.P. Widana K, Manuaba A, O Neill. 1977. Participatory Ergonomics in Agriculture. Case Study in Batunya Village Bali, Indonesia. In Khalid, H.M. editor. Proceeding of 5th

SEAES Confrence, 6-7 Nov.

Kualalumpur : IEA Press : IEA Press. p. 463-467.

Anonimus. (2018).

(http://www.gianyarkab.go.id/fasilitas/ pariwisata-2/) diakses tanggal 9 Desember 2018

Dibyosaputro, Suprapto. (1998). Geomorfologi

Dasar. Fakultas Geografi, Univetsitas

Gadjah Mada: Yogyakarta

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng. (2009). Direktori Hotel, Pondok Wisata, Rumah Makan, Restoran dan Bar, Kabuapten Buleleng Tahun 2009. Singaraja: Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Kodyat, H. (1983). Sejarah Pariwisata dan Perkembangnannya di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Manuaba, A. 1999. Penerapan Pendekatan Ergonomi Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Makalah disampaikan pada seminar nasional ergonomi reevaluasi

Penerapan ergonomi dalam

Membangkitkan Kinerja Industri, Surabaya tanggal 23 Nopember 1999. Manuaba, A. (2005). Total Ergonomics

Enhancing Productivity, Product Quality and Customer Satisfication. Makalah disampaikan pada Quality Enhancement of Manufacture and Hospitality System, Yogyakarta tanggal 30 April 2005.

Profil Desa Ambengan Tahun 2017

Sunaryo, Bambang. (2013).

(10)

PariwisataKonsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama. Wijana, Nyoman. (2008). Pembelajaran Sains

Melalui Pendekatan Ergonomi

Mengurangi Keluhan

Muskuloskeletal, Kebosanan Dan

Kelelahan Serta Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa SD 1 Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Disertasi. Tidak Diterbitkan.

Gambar

Gambar 1. Suasana Pembukaan dan Pendampingan dalam Pelaksanaan P2M di Desa Wanagiri, Sukasada,  Buleleng
Tabel 1. Beberapa Contoh Tumbuhan di Sekitar Objek Wisata Air Terjun Banyuwana
Gambar 1. Tinjauan Lapangan Hutan Gumi Banten   C.  Rapat Koordinasi di lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah hasil desain tulangan longitudinal maupun tulangan geser pada kolom diperoleh data Dari concrete frame design ETABS v.9.01, diambil contoh perhitungan desain kolom

Jaringan SUTM adalah jaringan distribusi tenaga listrik 3 fasa 20 KV yang merupakan jaringan pendistribusian tenaga listrik tegangan menengah yang keluar dari Gardu induk

Kaitannya dengan hal di atas, seorang santri ngenger patuh pada seorang kiai bukanlah karena atas dasar adab murid terhadap gurunya, melainkan juga sifat charisma yang

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter yang

Sam Ruben and Martin Kamen co- discovered the isotope carbon-14 on February 27, 1940, at the University of California Radiation Laboratory, Berkeley, when they bombarded graphite in

Berdasarkan wawancara penulis dengan Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekanbaru mengenai cara yang diterapkan dalam pelaksanaan keamanan

prasarana unuk mendukung kegiatan transportasi laut dan udara • Pengembangan jaringan prasarana Pelabuhan Nasional di Labuhan Maumere Perhubungan • Pengembangan sistem

NPV digunakan untuk menilai selisih nilai sekarang suatu investasi dengan nilai sekarang perolehan kas bersih di masa yang akan mendatang. Perhitungan net present