• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sinkronisasi_NTT_Buku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sinkronisasi_NTT_Buku"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya buku Sinkronisasi Program

Pengembangan Infrastruktur Provinsi Nusa Tenggara Timur 2010-2014 sebagai salah satu tahap dalam

rangka Pengembangan Infrastruktur di Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbasis Penataan Ruang.

Secara umum, buku ini berisikan pendahuluan, kondisi infrastruktur, rumusan isu strategis, kebutuhan

program utama pengembangan infrastruktur, dan program pengembangan infrastruktur jangka menengah

di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Buku ini disusun berdasarkan hasil kerja Tim antar Departemen tingkat Pusat yang dipimpin oleh Staf

Khusus Menteri Pekerjaan Umum Bapak DR. Ir. M. Saleh Latuconsina, CES dengan Pemerintah Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

telah diselenggarakan di Kota Kupang.

Selanjutnya buku ini akan dimanfaatkan oleh sektor terkait di Pusat dan Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Timur serta Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tim Sinkronisasi

(2)

SAMBUTAN DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH IV

asa syukur kehadirat Allah SWT mengiringi penerbitan Buku Sinkronisasi Program

Pengembangan Infrastruktur Provinsi Nusa Tenggara Timur 2009-2014 ini, karena atas

izin-Nya, kami diberi kesempatan dan kemampuan menyelesaikan penerbitan buku ini.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (mirip seperti GBHN pada era

ORBA) berfungsi sebagai penuntun arah pelaksanaan pembangunan, minimalisasi

ketidakpastian, minimalisasi in-efisiensi sumberdaya, dan penetapan standar dan pengawasan

kualitas.

R

Dengan adanya UU No. 26/2007, RTRWN (PP No. 26/2008) dan RPJPN diharapkan semua program

pembangunan di Indonesia mengacu kepada rencana tersebut tidak hanya bermatra sektoral, tetapi juga

bermatra spasial. Melalui RTRWN dan RPJPN diketahui bagaimana wajah Indonesia yang diinginkan

masyarakat pada 2025 mendatang dan dengan demikian bangsa Indonesia telah memiliki acuan pembangunan

untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Secara garis besar disusunnya RPJPN didasarkan pada tantangan dan

kendala yang ada serta potensi yang dimiliki wilayah dan bangsa Indonesia. Sehingga dirumuskan bahwa visi

RPJPN adalah Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur, yang merupakan penjabaran dari cita-cita

bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, sebagai koridor pemberi arah dan

batasan pembangunan nasional jangka panjang. Strategi untuk melaksanakan misi tersebut dijabarkan secara

bertahap dalam periode lima tahunan (RPJM). Masing-masing tahap mempunyai skala prioritas dan strategi

pembangunan pada periode-periode sebelumnya. Sehingga tetap merupakan program pembangunan yang

berkesinambungan.

Pada saat RTRWN dan RPJPN harus menjadi rujukan bagi daerah, maka semua rencana di daerah

hendaknya, selain untuk mencapai apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan daerah sesuai dengan

kewenangannya juga harus ditujukan dalam rangka mewujudkan RTRWN dan mencapai program

pembangunan yang dirumuskan di dalam RPJP/RPJM Nasional.

Dalam hal ini cukup jelas bahwa sebagai landasan normatif, RTRWN menjadi pedoman untuk:

ƒ

penyusunan RPJPN dan RPJMN;

ƒ

pemanfaatan ruang dan pengendalian;

ƒ

pemanfaatan ruang di Wilayah Nasional;

ƒ

mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar-wilayah provinsi, serta

keserasian antar sektor;

ƒ

penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

ƒ

Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional; dan

ƒ

Penataan Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

(3)

Sedangkan sebagai suatu strategi, RTRW Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota berfungsi untuk

memberikan arah

keterpaduan

pembangunan lintas wilayah dan lintas sektor, dengan

mensinergikan

berbagai kepentingan lintas wilayah (

cross-jurisdiction

) dan lintas sektor (

multi-stakeholders

)

dalam

pemanfaatan ruang

yang berorientasi pada upaya mengurangi ketimpangan dan mempercepat pembangunan

antarwilayah melalui efektivitas pemanfaatan sumberdaya alam secara sinergis dan terpadu.

Salah satu aspek penting di dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang yang dapat berperan sebagai

pendorong tumbuh-kembangnya suatu wilayah adalah perencanaan pembangunan dan pengembangan

infrastruktur. Melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur itulah, struktur ruang suatu wilayah akan

dan dapat terwujud sesuai dengan apa yang telah direncanakan di dalam RTRW. Untuk itu, maka, kegiatan ini

(Sinkronisasi Program Pengembangan Infrastruktur di Provinsi Nusa Tenggara Timur)

menjadi suatu

kebutuhan

bagi semua pihak terkait, agar semua lintas wilayah dan sektor mempunyai pandangan dan

kesepahaman yang sama, bahwa program-program pembangunan apa yang disusun dalam tahun 20

mendatang (RPJP) atau 5 (lima) tahun mendatang (RPJM 2010-2014) ini, benar-benar ditujukan untuk

perwujudan RTRWN dan pencapaian RPJP 2005-2025.

Dalam RTRWN 20 tahun mendatang, diungkapkan bahwa kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang

nasional adalah sebagai berikut:

1. mengembangkan akses perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarkis,

dengan strategi:

9 keterkaitan antar kota, dan perkotaan dengan perdesaan

9 pengembangan pusat pertumbuhan baru

2. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana transportasi, telekomunikasi, listrik, dan

sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Nasional, dgn strategi:

9 keterpaduan sistem jaringan transportasi (darat,penyebrangan, laut, udara), didukung sistem jaringan

telekomunikasi;

9 keterpaduan sistem energi dan ketenagalistrikan;

9 keterpaduan sistem prasarana sumberdaya air.

Sedangkan kebijakan dan strategsi pola ruang nasional adalah sebagai berikut:

1. Pemantapan Kawasan Lindung, dengan strategi:

9 Perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

9 Pencegahan dampak negatif kerusakan lingkungan hidup.

2. Pengembangan Kawasan Budidaya, dengan strategi:

9 Keterpaduan dan penguatan keterkaitan antarkegiatan budidaya untuk peningkatan daya saing dan nilai

tambah nasional;

(4)

3. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional, dengan strategi mempertahankan dan/atau mengembangkan

fungsi strategis nasional secara berkelanjutan (lingkungan hidup, ekonomi, Hankam, sosial budaya,

pengelolaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi).

Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan ruang wilayah nasional dilakukan dengan berpedoman pada

Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Nasional, melalui penyusunan Indikasi Program Utama

Jangka Menengah Lima Tahunan, dengan estimasi pendanaan diatur di dalam RPJM yang bersumber dari

APBN, APBD, Investasi Swasta, dan/atau kerja sama pendanaan. Penyusunan

indikasi program utama

hendaknya difokuskan pada

Fungsi Pengembangan Spasial

untuk program 5 (lima) tahunan dalam periode

20 tahun yang disesuaikan dengan

Pentahapan RPJPN

. Rincian

indikasi program utama

diharapkan dapat

menjawab arahan ruang yang diperlukan oleh program sektoral secara Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Buku ini memberikan gambaran mengenai Rencana Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi

Nusa Tenggara Timur yang dimulai dari kondisi infrastruktur, rumusan issu strategis terkait infrastruktur,

kebutuhan program utama pengembangan infrastruktur, dan program pengembangan infrastruktur jangka

menengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Gambaran tersebut diharapkan dapat menjawab arahan ruang yang

diperlukan oleh program sektoral secara Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Semoga buku ini memberi manfaat dan berguna bagi semua pemangku kepentingan dalam

melaksanakan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Diharapkan pula buku ini menjadi acuan sektor

pelaku pembangunan dan pemangku kepentingan tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Akhirnya rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

memberikan peran dan kontribusinya dalam penyusunan buku ini, khususnya segenap tim sinkronisasi

Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV yang telah sama-sama berkarya hingga membuahkan buku ini.

Jakarta, 2009

Direktur Penataan Ruang Wilayah IV

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….i

SAMBUTAN DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH IV………..ii

DAFTAR ISI………..v

DAFTAR TABEL……….vi

DAFTAR GAMBAR………vi

DAFTAR FOTO………..vi

1. PENDAHULUAN ...1

2

KONDISI INFRASTRUKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ...2

A. Transportasi Darat ...2

C. Transportasi Laut...4

D. Transportasi Udara ...5

E. Sumber

Daya Air ...6

F. Energi

Kelistrikan...9

G. Telekomunikasi dan Informasi...9

3.

RUMUSAN ISU STRATEGIS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ...11

3.1 Rumusan Isu Strategis Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur ...11

3.1.1 Isu-isu Terkait Perwujudan Struktur Ruang Wilayah...11

3.1.2 Isu-isu Terkait Perwujudan Pola Ruang Wilayah ...13

3.1.3 Isu-isu Terkait Perwujudan Kawasan Strategis...14

3.2 Kebutuhan Program Utama Pengembangan Infrastruktur ...15

4.

PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH ...22

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Panjang Jalan (KM) Menurut Status Provins Nusa Tenggara Timur ...2

Tabel 2.2 : Kondisi Jalan (KM) Menurut Status Provinsi NTT Berdasarkan Status Jalan ...3

Tabel 2.3 : Pelabuhan Laut Di Provinsi Nusa Tengara Timur ...4

Tabel 2.4 : Pesebaran Pelabuhan Udara DI Provinsi Nusa Tenggara Timur ... ………. ….6

Tabel 2.5 : Jumlah Daerah Irigasi Menurut Kewenangan Tahun 2005 Di Provinsi Nusa Ternggara Timur . …7

Tabel 2.6 : Sebaran Per Kabupaten Pembangunan Embung Kecil dan Embung Irigasi di Propinsi Nusa

Tenggara Timur s/d Tahun Anggaran 2005...8

Tabel 2.7 : Jumlah daya, pemakaian dan pelanggan PLN Tahun 2005 – 2006...9

Tabel 2.8 : Jumlah Pelanggan Telepon (PSTN) Pemerintah dan Swasta di setiap Kabupaten 2005-2006…..10

Tabel 3.1 : Matriks Kebutuhan Program Utama Terkait Isu Strategis Wilayah Jangka Menengah Provinsi

Nusa Tenggara Timur………15

Tabel 4.1 : Program Pengembangan Infrastruktur Jangka Menengah (2010-2014) di Provinsi

Nusa Tenggara Timur………23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1

: PKN KUPANG ...50

Gambar 5.2

: PKSN ATAMBUA...51

Gambar 5.3

: PKSN

KEFAMENANU ...52

Gambar 5.4

: PKW WAINGAPU ...53

Gambar 5.5

: PKW

MAUMERE DAN PKW ENDE ...54

Gambar 5.6

: PKW

LABUHAN BAJO DAN PKW RUTENG ...55

Gambar 5.7

: PKSN KALABAHI...56

Gambar 5.8

: PKW

SOE

DAN PKW KEFAMENANU ...57

Gambar

5.9 : STRUKTUR RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ...58

DAFTAR FOTO

Foto 1 : Acara Rapat Koordinasi Sinkronisasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Nusa

Tenggara Timur yang di laksanakan di Kota Kupang dengan dihadiri Staf Khusus Menteri

Pekerjaan Umum Bapak DR. Ir. M. Saleh Latuconsina, CES,Wakil Gubernur Provinsi

Maluku dan Direktur Penataan Ruang Wilayah IV ………..………….59

(7)

SINKRONISASI PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1.

PENDAHULUAN

Ketersediaan infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang

antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat

dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai

tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan

daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan Nasional. Departemen

Pekerjaan Umum yang merupakan salah satu departemen yang mempunyai tugas dalam penyelenggaraan

penyediaan infrastruktur, mempunyai komitmen yang kuat agar infrastruktur dapat tersedia dengan memadai

dalam menunjang pembangunan Nasional.

Pengembangan infrastruktur PU dilakukan melalui pendekatan wilayah yang menggunakan piranti Penataan

Ruang, dan dimaksudkan untuk dapat mengikat keterpaduan rencana lintas wilayah dan lintas sektor serta

diantara pemangku kepentingan, sehingga mampu meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat,

mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan dukungan terhadap pengurangan kesenjangan

pertumbuhan antar daerah, antar sektor, serta antar kota dan desa. Dengan pendekatan ini pada gilirannya

diharapkan prasarana PU akan dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kehidupan

sosial budaya masyarakat, peningkatan peran serta swasta dan masyarakat, serta kenyamanan dan kelestarian

lingkungan.

Pelaksanaan sistem perencanaan Tata Ruang adalah menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Indonesia yang

dibagi atas tingkatan Wilayah Nasional, Wilayah Provinsi, dan wilayah Kabupaten/Kota. Pada tingkat Nasional

dihasilkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang membagi habis Wilayah Nasional ke dalam

Rencana Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang. Demikian juga pada tingkat Provinsi dan

kabupaten/kota dihasilkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota yang juga membagi habis wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota ke dalam Rencana Struktur

dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah. Tindak lanjut atau operasionalisasi dari masing-masing Rencana Tata

Ruang Wilayah tersebut pada hakekatnya adalah memanfaatkan ruang wilayah itu sendiri sesuai dengan

rencana tata ruang yang diimplementasikan dalam bentuk program-program pembangunan sektoral dan

pengembangan wilayah.

Pemerintah Pusat sebagai pembina Penataan Ruang kepada Daerah, selama ini lebih banyak terkonsentrasi

memberikan pembinaan dalam pelaksanaan Sistem Perencanaan Tata Ruang saja. Sangat sedikit sekali

pembinaan yang diberikan kepada pelaksanaan Sistem Pemanfaatan Ruang. Hal ini dapat dilihat dari

penyusunan program pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh

(8)

instansi-instansi terkait di Pemerintah Pusat dan di Daerah kurang mengacu pada Rencana Tata Ruang dan

penjabarannya dalam bentuk program. Akibatnya dapat dirasakan bahwa pelaksanaan program pembangunan

sektoral di Daerah kurang terpadu dan kurang bersinergi antar satu sektor dengan sektor lainnya dalam

mengembangkan wilayah. Berkaitan dengan itu, Ditjen Penataan Ruang mulai mengintensifkan pembinaan

pelaksanaan penataan ruang khususnya pada pelaksanaan rencana pemanfaatan ruang dengan menyusun

Sinkronisasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Infrastruktur merupakan salah satu faktor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

pembangunan. Ketersediaan infrastruktur secara memadai akan mendorong berkembangnya aktivitas

masyarakat dan dunia usaha secara lebih mudah dan murah. Jika investasi dapat dilakukan dengan murah

karena tersedianya infrastruktur pendukung, maka investasi akan meningkat sehingga akan merangsang

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan semakin membaik.

A. Transportasi Darat

Transportasi darat yang terdiri dari jalan, jembatan dan pelabuhan penyeberangan/dermaga (ASDP) dan

keselamatan lalu lintas merupakan prasarana angkutan darat yang penting guna memperlancar kegiatan- kegiatan

perekonomian. Pada Tahun 2006 Provinsi NTT telah memiliki jalan sepanjang 17.079,04 km yang terdiri dari jalan

Nasional (7,45 %), jalan Provinsi (10,17 %), dan jalan Kabupaten (75,34 %) dan non status (7 %) yang

tersebar di setiap kabupaten/kota sebagaimana ditunjukan pada Tabel 2.1., sedangkan berdasarkan data

Ditjen Prasarana Wilayah, Dept. Kimpraswil tahun 2006 prosentase kondisi jalan di provinsi NTT berdasarkan

status jalan menunjukkan prosentase ditunjukkan pada tabel 2.43., sedangkan jumlah jembatan yang dapat

dilewati kendaraan di Provinsi NTT sepanjang 2.550 m dengan jembatan konstruksi / beton 712 m

sisanya bambu, kayu dan dianggap tidak ada jembatan 1.752 M.

Tabel 2.1

Panjang Jalan (KM) Menurut Status

Provinsi Nusa Tenggara Timur

No Kabupaten/

Status Jalan Nasional Provinsi Kabupaten Non Status

Total Panjang 1 Sumba Barat 134.31 194.84 831,18 1.160.33 2 Sumba Timur 35.97 432.72 1.101,40 1.570.09 3 Kupang 56.83 404.82 1.169,19 1.630.84 4 TTS 108.29 307.34 1.157,90 1.573.53 5 TTU 45.99 150.34 800,30 996.63 6 Belu 91.90 156.12 678,43 926.35

(9)

7 Alor 104.20 68.00 832,03 1.004.23 8 Lembata 0.00 52.45 608,80 661.25 9 Flores Timur 100.16 176.89 577,38 854.43 10 Sikka 97.88 109.90 748,73 956.51 11 Ende 130.79 160.30 824,50 1.115.59 12 Ngada 107.08 347.16 1.218,05 1.672.29 13 Manggarai* 214.40 283.22 1.695,38 2.193.00 14 Rote Ndao - 84.71 - 84.71 15 Kota Kupang 45.32 10.40 623.54 279.26 Panjang Jalan (Km) 1.273,02 1.737,37 12.866,81 1.201,84 17.079,04

Sumber data: Provinsi NTT Dalam Angka Tahun 2007

*) Termasuk Manggarai Barat

Tabel 2.2

Kondisi Jalan (km) Menurut Status

Provinsi NTT Berdasarkan Status Jalan

Kondisi Jalan

BAIK SEDANG RUSAK RINGAN RUSAK BERAT Total

STATUS JALAN KM % KM % KM % KM % (Km) Nasional 403,28 32% 555,28 43,6% 271,88 21,4% 42,58 3,3% 1.273,02 Provinsi 108,615 4,4% 413,049 16,6% 700,524 28,1% 1.271,163 51,0% 1.737,37 Kabupaten 1.485,900 12,7% 3.233,660 27,7% 4.438,720 38,0% 2.529,500 21,6% 12.866,81 Non Status 1.201,84

Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah, Dept. Kimpraswil Tahun 2007

Berdasarkan data pada

Tabel 2.1

dan

Tabel 2.2

. diatas, perbandingan antara panjang jalan dengan luas wilayah

NTT 0,36 km/km2 dengan kondisi jalan 60 % dalam kondisi rusak (berat dan ringan). Khususnya jalan yang

menjadi kewenangan provinsi disamping prosentase panjang jalan hanya 11% dari total jalan, prosentase kondisi

kerusakannya menunjukkan yang tertinggi daibanding jalan nasional dan kabupaten. Hal ini perlu mendapat

perhatian untuk menunjang kegiatan ekonomi dan membuka keterisolasian daerah terpencil.

Jumlah kendaraan bermotor pada Tahun 2006 tercatat sebanyak 109.723 unit dengan komposisi jenis

kendaraan terdiri atas : roda dua 92.730 unit dan kendaraan roda empat 16.993 unit. Jumlah kendaraan

tersebut dipastikan setiap tahun akan bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan

(10)

kebutuhan masyarakat akan alat transportasi, sehingga perlu peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) melalui angkutan penyeberangan ferry yang

beroperasi pada beberapa dermaga sangat berpengaruh terhadap jumlah penumpang. Pada Tahun

2006 penumpang yang naik diseluruh dermaga sebanyak 3.064.937 penumpang. Dari sejumlah itu,

1.244.173 diantaranya naik dari pelabuhan Bolok/Kupang. Sedangkan dari 3.310.566 yang turun,

1.397.935 turun dipelabuhan yang sama. (Sumber data: Provinsi NTT Dalam Angka 2007). Dari data diatas

peranan ASDP dalam melayani kebutuhan masyarakat sangat penting mengingat provinsi NTT merupakan

daerah kepulauan yang memerlukan transportasi yang cukup.

B. Transportasi Laut

Sebagai wilayah kepulauan peranan transportasi laut sangat penting dan cukup potensial untuk dikembangkan di Provinsi NTT

terdapat lebih dari 42 pulau yang terpencil memerlukan sarana dan prasarana angkutan / perhubungan laut yang memadai. Data arus

kunjungan kapal laut di pelabuhan laut di Provinsi NTT sampai dengan Tahun 2006 sebanyak 1.778.674 kunjungan dan terbanyak di

Kabupaten Flores Timur . Pada tahun tersebut penumpang yang naik di pelabuhan laut sebanyak 2.398.977 penumpang, turun

sebanyak 2.231.355 penumpang. Volume bongkar muat barang dan hewan pada setiap pelabuhan laut paling menonjol di Tenau Kupang,

walaupun khusus untuk muat barang terbanyak di Atapupu (3.049.382 ton). Barang yang dibongkar pada tahun 2006 di Kupang

sebanyak 753.384 ton, sedangkan yang dimuat 702.367 ton. Hewan yang dibongkar 775.990 ekor, sementara yang dimuat 723.458

ekor, kegiatan pelayanan sistem transportasi laut dilayani oleh pelabuhan lokal, regional dan nasional yang tersebar di setiap kabupaten

di Provinsi NTT seperti pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3

Pelabuhan Laut

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pelabuhan No Kabupaten/Kota

Lokal Regional Nasional

1 Kupang Raijua, biu Seba

2 Kota kupang Namosain Tenau (int.) 3 TTS Boking, kolana

4 TTU Wini

5 Belu Atapupu

6 Lembata Lewoleba, Balauring

7 Flores timur Waiwerang, Mananga Larantuka, Waiwadan 8 Sikka Wuring Maumere 9 Ende Maurole Ende / ippi

(11)

10 Ngada Aimere

11 Nagekeo Maumbawa Marapokot 12 Manggarai Mborong Reo

13 Manggarai Barat Nangalili Komodo Labuan bajo 14 Sumba barat Rua

15 Sumba barat daya Waikelo 16 Sumba tengah

17 Sumba timur Mbaing Waingapu 18 Rote ndao Batutua, papela Ba'a

19 Alor Ndao, oelaba Kabir pettoko Robek

Baranusa Kalabahi Maritaing

Sumber Data: Dinas Perhubungan dalam Angka tahun 2007

Dari tabel terlihat penyebaran pelabuhan baik lokal, regional dan nasional cukup tersebar disetiap kabupaten di NTT, namun

perlu peningkatan kualitas prasarana pendukung khususnya pelabuhan lokal yang merupakan jumlah terbesar dari pelabuahn

yang telah ada.

C. Transportasi Udara

Keadaan Provinsi NTT yang terdiri dari pulau-pulau tidak saja membutuhkan angkutan laut tetapi juga perlu ditunjang

oleh kegiatan angkutan udara. Hampir semua kabupaten/kota di Provinsi NTT telah memiliki pelabuhan udara

(lihat tabel.), Jumlah pesawat yang datang pada Tahun 2006 tercatat sebanyak 9.788 unit, mengalami peningkatan

sebesar 61,15 persen dibanding Tahun 2005. Sedangkan jumlah pesawat yang berangkat tercatat 9.739 unit pada

Tahun 2006, meningkat 58,36 persen dari Tahun 2005. Penumpang yang datang meningkat dari 258.319 orang pada

Tahun 2005 menjadi 354.068 orang pada Tahun 2006. Penumpang yang berangkat pada Tahun 2006 meningkat

sekitar 40,93 persen dari tahun sebelumnya. Volume bongkar muat barang melalui pelabuhan udara di Provinsi

NTT Tahun 2006 mengalami peningkatan sebanyak 7.167,24 ton volume bongkar barang, atau meningkat sekitar

48,64 persen dari tahun sebelumnya. Sementara volume muat barang pada tahun yang sama sebesar 5.672,76 ton,

atau meningkat 37,24 persen.

(12)

Tabel 2.4

Persebaran Pelabuhan Udara

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur

No. Kab / kota Nama bandara Kondisi

1 Kota kupang El tari Baik

2 Pulau sabu Terdamu Baik

3 Rote ndao Lekunik Baik

4 Kabupaten belu Haliwen Baik

5 Kabupaten alor Mali Baik

6 Kabupaten lembata Wunopito Baik

7 Flores timur Gewayantana Baik

8 Kabupaten sikka Wai oti Baik

9 Kabupaten ende H.h. Aroeboesman Baik

10 Kabupaten ngada So’a Baik

11 Kab. Manggarai Satartacik Baik

12 Kab.manggarai barat Komodo Baik

13 Kab.sumba barat Tambolaka Baik

14 Kab. Sumba timur Mau hau Baik

15 Mbay –nagekeo Surabaya ii Tidak oprsional

Sumber Data: Dinas Perhubungan dalam Angka tahun 2007

D. Sumber Daya Air

1. Pembangunan Irigasi.

Pembangunan irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat terkait dengan spesifikasi daerah yang berkepulauan dan

struktur tanah dan geolegi yang sangat variatif. Dengan konfigari, topografi berbukit dan bergunung penyebaran daerah irigasi

bersifat memancar dalam luasan yang kecil dan bersifat tadah hujan. Areal potensial lahan basah untuk pengembangan lahan

irigasi seluas 310.093 Ha, dengan tingkat fungsional 40,7 % atau seluas 126.168 Ha. Sebaran dan jumlah daerah irigasi (DI)

sebanyak 1.229 Daerah (data tahun 2005) sebagaimana ditunjukkan pada Table 2.11 berikut ;

Dengan memperhatikan data pada tabel diatas, daerah irigasi yang menjadi kewenangan provinsi hanya 2,9 % dari 1.229

daerah irigasi sesuai data 2005 dengan tingkat fungsional 55,6%. Peranan Pemerintah Provinsi dalam pengembangan dan

pembangunan irigasi di Provinsi NTT sangat diperlukan untuk menunjang perkembangan ekonomi daerah.

(13)

Tabel. 2.5

Jumlah Daerah Irigasi Menurut Kewenangan tahun 2005

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Luas Potensial Luas Fungsional Kewenangan Jumlah ( ha ) ( ha )

Pusat

Provinsi

52

36

133,92

9

31,35

6

Total 1,229 310,093 126,168

Sumber Data: NTT Dalam Angka Tahun 2007

2.

Sarana Prasarana Sumber Daya Air (SDA)

Untuk mengatasi kekurangan air, kekeringan dan konservasi lahan tanah maka pemerintah provinsi NTT mengupayakan

Pembangunan jebakan /tampungan air atau disebut embung yang terdiri dari kecil, embung irigasi dan waduk untuk menampung

air hujan sekaligus sebagai pengendali banjir, peningkatan jumlah air tanah, yang merupakan kebutuhan untuk penyediaan air lahan

basah, lahan kering, penduduk kota dan desa.

Ketersediaan embung yang dibangun sampai dengan tahun 2005 sebanyak 358 buah embung yang terdiri atas embung kecil

sebanyak 334 buah dan embung irigasi sebanyak 24 buah. Kabupaten Kupang memiliki jumlah embung terbanyak 87 buah,

menyusul Kabupaten TTS ada 61 embung dan Kabupaten TTU sebanyak 60 embung

Pengembangan pengelolaan air tanah untuk kegiatan pertanian di Provinsi NTT sampai tahun 2005 berjumlah 940 titik, yang terdiri

dari sumur bor sebanyak 365 titik, sumur gali sebanyak 84 titik dan sumur patek sebanyak 491 titik. Luas areal lahan

potensial yang dapat menggunakan sumber air tanah seluas 74.432 Ha. Pengelolaan sumberdaya air di wilayah Provinsi NTT

hampir 95,17% digunakan untuk keperluan irigasi yaitu 1.979.717x10³ m3, sedangkan 100.549,52 x10³ m3 atau 4,83%

dimanfaatkan untuk kebutuhan dasar penduduk (minum, mandi dan cuci), perkotaan, perdesaan dan peternakan. Hasil evaluasi

menunjukan bahwa kebutuhan air Provinsi NTT sebesar 600 juta m³/bulan, ketersediaan air per bulan hanya mencapai 260 juta m³,

sehingga terjadi kekurangan air per bulan 354 juta m³.

(14)

Tabel.2.6

Sebaran Per Kabupaten Pembangunan Embung Kecil dan Embung Irigasi

di Propinsi Nusa Tenggara Timur s/d Tahun Anggaran 2005

EMBUNG KECIL

EMBUNG IRIGASI APBN APBD BLN JUMLAH

APBN/ BLN TOTAL NO. KABUPATEN Jumlah (Buah) Jumlah (Buah) Jumlah (Buah) Jumlah (Buah) Jumlah (Buah) Jumlah (unit) 1 Kota Kupang - 7 1 8 - 8 2 Kupang 76 7 - 83 4 87 3 TTS 45 11 5 61 - 61 4 TTU 49 9 - 58 2 60 5 Belu 26 - - 26 1 27 6 Rote Ndao - - - - 10 10 7 Alor 4 - - 4 2 6 13 Lembata 10 - - 10 - 10 12 Flores Timur 12 - - 12 - 12 9 Sikka 13 - - 13 2 15 8 Ende 12 - - 12 - 12 10 Ngada 18 - - 18 - 18 11 Manggarai 3 - - 3 - 3 12 Mangrai Barat - - - - - -13 Flores Timur 12 - - 12 - 12 14 Lembata 10 - - 10 - 10 15 Sumba Barat 10 - - 10 1 11 16 Sumba Timur 16 - - 16 2 18 Jumlah 294 34 6 334 24 358

(15)

E. Energi Kelistrikan

Pembangunan energi kelistrikan merupakan prasarana yang penting untuk menunjang kegiatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Secara umum ketersediaan tenaga listrik masih dilayani oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) sementara kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga, industri, perkantoran, perhotelan dan lain-lain belum seluruhnya dapat dilayani, hal ini terlihat dari daya yang dibangkitkan dan jumlah pelanggan yang terlayani pada tabel berikut:

Tabel. 2.7

Jumlah daya, pemakaian dan pelanggan PLN

Tahun 2005 – 2006

Tahun Uraian 2005 2006 Daya di bangkitkan 291.433.622 Kwh 312.658.557 Kwh Pemakaian 261.536.818 Kwh 282.485.903 Kwh Susut Transmisi 21.396.486 Kwh 23.349.223 Kwh Pelanggan 216.898 221.548

Sumber Data: Provinsi NTT Dalam Angka Tahun 2007

Dari data diatas terlihat bahwa penyediaan tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan,

namun belum mampu memenuhi kebutuhan yang terus bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk dan

jumlah rumah tangga dan lain-lain. Jumlah rumah tangga yang dialiri listrik tahun 2006 sebanyak 362.004

rumah tangga, 336.896 oleh PLN dan 25108 menggunakan aliran listrik non PLN, sedangkan 570.759 (61

%) rumah tangga belum terlayani aliran listrik. Disamping itu banyaknya daya yang mengalami susut transmisi dan

distribusi masih sangat tinggi. Hal tersebut perlu mendapat perhatian dengan meningkatkan daya dan

mengurangi susut akibat sistem transmisi serta pencarian energi alternatif dengan memanfaatkan potensi

daerah.

F. Telekomunikasi dan Informasi

Pembangunan Pos dan Telekomunikasi mencakup jangkauan baik pelayanan jasa telekomunikasi ataupun

informasi. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk memperlancar pelayanan-pelayanan berkenan

semakin meningkatnya permintaan akan jasa komunikasi. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah

(16)

kantor pos. Tahun 2006 jumlah kantor pos di NTT sebanyak 15 buah, kantor pos tambahan 6 buah, kantor pos

pembantu 58 buah dan pos desa 41 buah. Surat yang paling banyak dikirim adalah jenis surat biasa sebanyak

1.790.581 lembar, 1.375.556 lembar surat kilat, dan 100.666 lembar surat tercatat. Kabupaten Rote Ndao adalah

daerah yang paling sedikit pelayanan jasa pengiriman surat yaitu sebanyak 18.019 lembar surat untuk semua jenis

surat.

Tabel. 2.8

Jumlah Pelanggan Telepon (PSTN) Pemerintah dan Swasta

di setiap Kabupaten 2005-2006

Pelanggan Pelanggan Telepon Umum

Kabupaten / Kota 2005 2006 2005 2006 2005 2006 01 Sumba Barat 299 309 2.203 2.192 49 45 02 Sumba Timur 286 292 1.456 1.445 56 58 03 Kupang - - - - 04 TTS 194 196 1.784 1.758 37 30 05 TTU 150 175 994 1.301 20 20 06 Belu 375 398 2.272 2.636 73 57 07 Alor 198 231 637 1.252 37 50 08 Lembata 247 270 433 432 11 13 09 Flores Timur 300 344 1.089 1.757 47 47 10 Sikka 489 455 2.120 2.089 73 77 11 Ende 511 538 2.755 2.714 78 77 12 Ngada 128 186 757 1.411 26 24 13 Manggarai 456 459 1.696 2.287 60 61 14 Manggarai Barat 167 209 581 652 21 23 15 Rote Ndao 27 28 336 342 10 9 16 Kota Kupang 2.348 2.457 17.504 17.438 380 349 Jumlah 6.175 6.547 36.617 39.706 978 941

Sumber Data: Dinas Perhubungan dalam Angka tahun 2007

Dari data diatas menunjukan jumlah pelanggan telepon yang dikelolah PT. Telkom (PSTN)

mengalami peningkatan yakni instansi pemerintah sebesar 6 % dan swasta 8 % sementara telepon umum

mengalami penurunan sebanyak 37 unit. Peningkatan yang jumlah pelanggan dan penurunan jumlah telepon

umum tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan telekomunikasi saat ini sangat pesat dengan

(17)

berkembangnya telepon seluler baik oleh PT. Telkom maupun penyedia layanan dari operator swasta .

3.

RUMUSAN ISSU STRATEGIS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

3.1

Rumusan Issu Strategis Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Hasil pembangunan daerah pada tahun sebelumnya telah memperlihatkan berbagai perubahan, baik yang telah

dicapai dengan target maupun yang masih belum mencapai target. Kegiatan yang belum tercapai menuntut

pemecahan masalah yang lebih sistematis dan konsisten. Hasil evaluasi serta permasalahan dan tantangan

pembangunan yang akan dihadapi dalam beberapa tahun ke depan, akan menentukan agenda, sasaran serta

program pembangunan.

Terkait dengan sinkronisasi program pengembangan infrastruktur pada program lima tahun pertama RTRWN (PJM

Tahap I) perlu dirumuskan isu-isu strategis dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :

ƒ

Implikasi arahan kebijakan nasional terhadap wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana dijabarkan

didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) serta indikasi program utama jangka menengah 5

(lima) tahun pertama yang perlu didukung oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan pemerintah

kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;

ƒ

Implikasi rencana program pengembangan sektoral (lintas departemen) di wilayah Provinsi Nusa Tenggara

Timur pada 5 (lima) tahun pertama yang diselaraskan dengan program jangka menengah 5 (lima) tahun

pertama indikasi program utama RTRWN;

ƒ

Potensi dan permasalahan riil wilayah yang perlu diberdayagunakan serta ditangani melalui program

pengembangan sektor infrastruktur

Isu-isu strategis wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dirumuskan dengan pendekatan klasifikasi arahan

pemanfaatan ruang, yaitu :

ƒ

Isu-isu yang terkait dengan upaya perwujudan struktur ruang wilayah;

ƒ

Isu-isu yang terkait dengan upaya perwujudan pola ruang wilayah;

ƒ

Isu-isu yang terkait dengan upaya perwujudan kawasan strategis

3.1.1

Isu-isu terkait Perwujudan Struktur Ruang Wilayah

A. Sistem Perkotaan Nasional

Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam kerangka Tata Ruang Nasional merupakan salah satu Provinsi dalam

wilayah Regional Nusa Tenggara dengan karakteristik spesifik yaitu Provinsi Kepulauan. Sebagai wilayah

kepulauan maka secara geografis dan sosial ekonomi memiliki berbagai aspek kelemahan yang lebih

menonjol dari wilayah lainnya yang berada dalam satu wilayah daratan. Berdasarkan aspek geografis dan

(18)

sosial ekonomi teridentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah

sebagai berikut :

-

Adanya perubahan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menetapkan kota-kota

Nasional, regional dan lokal;

-

Adanya usulan perubahan status jalan dari jalan Kabupaten, Provinsi dan jalan non status ke jalan

Nasional;

-

Adanya kebijakan kebijakan Nasional tentang pengembangan Pulau-Pulau Kecil dan Pulau terluar

wilayah Nasional;

-

Adanya pembangunan prasarana wilayah yang cukup vital yang berdampak pada perubahan

fungsi-fungsi ruang antara lain; pembangunan Bendungan Tilong, pembangunan Bendungan Benanain,

pembangunan Mall Flobamora, rencana pembangunan PLTG Mataloko, Pembangunan KAPET Mbay

di Flores dan lainnya.

-

Masalah kurang berkembangnya atau masih rendahnya intensitas perhubungan, karena masih

terbatasnya prasarana dan sarana transportasi dalam skala regional dan Nasional, khususnya untuk

perhubungan laut. Dimana sebagian besar wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan

kepulauan atau terdiri dari pulau-pulau yang satu sama lain terpisahkan oleh laut;

-

Masalah perbatasan merupakan permasalahan yang serius, karena hal ini menyangkut permasalahan

perekonomian (adanya usaha kerja sama eksplorasi minyak dengan Australia), serta permasalahan

stabilitas Nasional maupun regional. Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut, perlu didukung

oleh prasarana dan sarana penunjang yang memadai;

B. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Isu dalam sektor pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan adalah terkait dengan upaya

mendukung perwujudan system-kota baik PKSN, PKN maupun PKW yang terdapat di Provinsi Nusa

Tenggara Timur untuk kebutuhan dalam lingkup intra dan antar wilayah Provinsi.

pengembangan sistem jaringan transportasi darat dalam RTRWP, maka Kota Kupang sebagai Pusat

Kegiatan Nasional (PKN), Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu dan Labuan Bajo sebagai pusat

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) harus dilihat dari sistem transportasi regional. Dalam sistem tersebut

pengembangan jaringan transportasi diarahkan dibentuk sesuai dengan struktur dalam rencana tata ruang

wilayah, substansi pengembangan sistem jaringan transportasi (darat) menyangkut pada sistem

pengembangan wilayahnya yang menghubungkan masing-masing jenjang pusat-pusat pelayanannya.

Transportasi Darat

Kondisi sarana dan prasrana jalan belum memadai serta aksesibilitas jaringan transportasi darat masih

belum terjangkau secara optimal dan belum dapat menyentuh daerah-daerah hinterland.

(19)

Keterbatasan berbagai fasilitas penunjang pelabuhan, karena dari 13 pelabuhan laut yang ada di Nusa

Tenggara Timur, tercatat hanya 4 pelabuhan yang dilengkapi dengan seluruh fasilitas yang diperlukan

yakni Pelabuhan Tenau di Kupang, Pelabuhan Waingapu, Pelabuhan Kalabahi dan Atapupu Kabupaten

Belu

Transportasi Udara

Permasalahan berkaitan dengan kondisi panjang dan kualitas landasan pacu (run way) di mana selain

Bandar Udara El Tari di Kupang, Maumere, Mauhau di Sumba Timur dan, tidak semuanya mampu

didarati oleh pesawat jenis berbadan lebar

C. Sistem Jaringan Prasarana Energi

Isu dalam bidang sistem jaringan prasarana energi Permasalahan terkait jaringan prasarana energy adalah

terjadinya krisis energi listrik, sehingga di beberapa wilayah sebagian penduduknya belum terlayani listrik,

diantaranya :

ƒ

Belum seimbangnya antara pasokan/suplai energi listrik yang telah beroperasi dengan kebutuhan daya

listrik untuk konsumen. Kemampuan PT. PLN untuk menyediakan daya sangat terbatas di hampir

seluruh pembangkit di wilayah Nusa Tenggara Timur. Pemakaian listrik pada saat beban puncak, sering

kali melampaui perkiraan kemampuan PLN untuk menyediakan pasokan listrik;

D. Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air

Isu strategis dalam bidang pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air, diantaranya :

Kerusakan Daerah Aliran Sungai. DAS Benenain-Noelmina adalah salah satu dari DAS prioritas yang

memiliki nilai hidrologis, ekonomis dan sosial yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan

masyarakat di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama daratan Timor

Belum optimalnya pengembangan jaringan irigasi

3.1.2

Isu-isu terkait Perwujudan Pola Ruang Wilayah

Isu yang terkait dengan perwujudan pola ruang merupakan isu sektoral pengguna ruang. Dalam kegiatan

sinkronisasi program pengembangan infrastruktur di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara Timur, sektor yang

dimaksud adalah sektor pertanian, kehutanan dan pertambangan. Secara garis besar, isu sektor pengguna ruang

ini terkait dengan perwujudan kawasan lindung nasional dan provinsi serta perwujudan pola ruang kawasan

budidaya yang memiliki nilai strategis nasional yang diwujudkan dalam bentuk kawasan andalan.

A. Perwujudan Kawasan Lindung

Adanya indikasi penurunan kualitas dan kuantitas fungsi lindung dan konservasi akibat adanya

kegiatan-kegiatan yang mengganggu fungsi utama kawasan, sehingga diperlukan upaya rehabilitasi, pemantapan dan

pengembangan fungsi konservasi dari kegiatan-kegiatan yang merusak fungsi lindung dan konservasi kawasan

tersebut.

(20)

1. Terdapat eksploitasi hutan di Kabupaten Belu, kondisi ini dapat dilihat dari perubahan fungsi Hutan Lindung

menjadi lahan terbangun, yaitu perkampungan penduduk

2. Pada tahun 2005, Batu Gosok ditetapkan sebagai kawasan wisata komersial, penetapan Batu Gosok

menjasi Kawasan Wisata Komersial perlu ditinjau kembali. Karena saat ini kawasan tersebut masih kawasan

hutan.

3. Sekitar 600 desa yang berlokasi di dalam kawasan hutan dan bahkan di dalam kawasan hutan tersebut juga

telah terbangun kontor instansi pemerintah

4. Terjadinya klaim kawasan hutan oleh masyarakat dan perambahan kawasan hutan oleh masyarakat

5. Masih banyaknya lahan hutan kritis khususnya pada DAS Benenain-Noelmina

B. Perwujudan Kawasan Andalan

Perlunya dukungan infrastruktur transportasi dan perhubungan selain sumberdaya air (irigasi) untuk

pengembangan sektor agribisnis dan agropolitan pada beberapa Gugus Pulau

1. Terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pertokoan khususnya di Kota Kupang

2. Pengembangan lahan pertanian umumnya dengan skala relatif kecil sehingga secara ekonomis

pengembangannya kurang menguntungkan, hal ini disebabkan karena minimnya sumber air bagi usaha

pertanian.

3. Terjadinya konflik pemanfaatan lahan yaitu pertambangan emas di kawasan hutan lindung di Lembata Kab.

Flores Timur dan Ende

4. Perlu ada perencanaan agropolitan, mengingat terdapat beberapa sektor unggulan pertanian, seperti

Jangung dan Jambu mete

3.1.3

Isu-isu Terkait Perwujudan Kawasan Strategis

Isu yang terkait dengan perwujudan kawasan strategis nasional dan provinsi, pada 5(lima) tahun pertama indikasi

program RTRWN

1. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste bahwa wilayah perbatasan kondisinya masih

terbelakang serta terbatasnya sarana dan prasarana di perbatasan baik perhubungan, energi, telekomunikasi,

pemukiman, air bersih

2. Kawasan Perbatasan Laut dan Pulau Terkecil bahwa permasalahan Pulau-pulau kecil di Provinsi Nusa

Tenggara Timur adalah sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau serta

belum tersentuh oleh pelayanan prasarana dasar

3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay, Permasalahan terkait kawasan Kapet Mbay adalah bahwa

kawasan tersebut tidak berkembang secara optimal serta minimnya sarana dan prasarana transportasi di lokasi

Kapet Mbay

(21)

3.2

Kebutuhan Program Utama Pengembangan Infrastruktur

Berdasarkan isu strategis wilayah yang telah diidentifikasi pada sub bab sebelumnya, dapat dirumuskan kebutuhan

program utama pengembangan infrastruktur yang disusun dalam kerangka untuk mengembangkan potensi serta

penyelesaian masalah (solusi) yang telah ternyatakan dalam isu strategis wilayah tersebut.

Seperti yang telah disampaikan dalam sub bab sebelumnya, bahwa penggalian isu strategis wilayah merupakan

penjabaran atas potensi pengembangan yang ada serta kendala atau masalah yang terjadi di wilayah Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Melalui rumusan kebutuhan program utama dapat dilihat keterkaitan program-program

pengembangan infrastruktur antar sektor terkait yang saling mendukung dalam upaya perwujudan rencana struktur

ruang dan pola ruang wilayah sesuai dengan amanat PP No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional.

Pada tabel berikut dapat dilihat rumusan kebutuhan program utama yang dikaitkan dengan isu strategis wilayah

yang ada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk rentang waktu jangka menengah/lima tahunan (Tahun

2010-2014). Disebut sebagai kebutuhan program utama, karena pendetailan program yang berisi uraian kegiatan,

tahun pelaksanaan, indikasi pembiayaan/pendanaan, serta instansi pelaksana akan diuraiakan pada bab

selanjutnya. Yang diuraikan pada sub bab ini hanya merupakan daftar program dalam kelompok besar sesuai mata

program sektoral yang dianggap umum dan representatif mewakili kegiatan/sub kegiatannya.

Tabel 3.1

Matriks Kebutuhan Program Utama Terkait Isu Strategis Wilayah

Jangka Menengah Provinsi Nusa Tenggara Timur

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program

Pengembangan Infrastruktur

Percepatan Pengembangan Kota-Kota Utama Kawasan Perbatasan (PKSN)

• Wilayah perbatasan kondisinya masih terbelakang

• Terbatasnya sarana dan prasarana di perbatasan baik perhubungan, energi, telekomunikasi, pemukiman, air bersih

Cipta Karya

•Pembangunan jalan lingkungan pada kawasan perbatasan

•DED Perencanaan Teknis Pendukung Perkim Kawasan Perbatasan

• Pembangunan PSD Kawasan Perbatasan

• Pembangunan jembatan Kawasan Resetlement eks pengungsi

• Drainase Pada Daerah Genangan Air/Banjir

• Penyediaan Air Minum di Kawasan Perbatasan (Kaw. Strategis)

(22)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

Kota Atambua Bina Marga

• Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas

• Program Pembangunan/Peningkatan Jalan provinsi/kabupaten/kota

SDA

• Pengendali banjir di Kab. Belu

• Penyediaan air baku. Perhubungan

Pengembangan dan peningkatan sistem transportasi

ESDM

Pengembangan PLTU 4x6 MW Revitalisasi dan Percepatan

Pengembangan Kota-kota Pusat Pertumbuhan (PKN & PKW)

Cipta Karya

• Pengembangan Permukiman

• Air Limbah

• Pengembangan Air Minum

• Perpipaan HDPE Dia. 250 mm

• Usulan menjadikan Kabupaten Saburajua dan Kabupaten Rotendao menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

• Untuk tahun 2010 akan direncanakan kegiatan Reklamasi Pantai Kota Kupang dengan luas sebesar 50 Ha

• Masih terdapat penduduk belum terlayani listrik

Bina Marga

Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan

• Pelayanan air bersih bagi masyarakat masih dibawah pelayanan minimum Masih rendahnya penanganan sistim drainase yang berwawasan

lingkungan (ecodrain) dan daerah-daerah genangan di perkotaan.

SDA

•Melangsungkan pendayagunaan SDA yang produktif dan berkelanjutan berupa penyediaan air baku.

• Pengembangan SDA.

• Mengupayakn pendendalian dari daya rusak air, berupa pengendalian banjir

• Detail Design Pengamanan Pantai di Kupang (Namosain dan sekitarnya)

(23)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

Perhubungan

Pengembangan jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai bagian dari sistem jaringan transportasi laut

Perwujudan Sistem Jaringan Jalan untuk mendorong pengembangan Sistem Perkotaan Nasional

Bina Marga

Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan

•Sering terjadi bencana alam baik seperti gempa, Longsor dan pengikisan pesisir pantai khususnya pada daerah pesisir pantai pada Lintas Utara Pulau Flores, Lintas Selatan Pulau Timor.

• Terbatasnya kemampuan Pemerintah Provinsi dalam membiayai

pembangunan jalan dan jembatan

Perhubungan

Pengembangan sistem jaringan dan keselamatan jalan dengan memperhatikan kejelasan pembagian sistem jaringan jalan

Perwujudan Pelabuhan

internasional dan pelabuhan nasional

Bina Marga

Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas

- Pelabuhan Internasional Tenau,

- Pelabuhan Nasional Maumere, Waingapu

•Keterbatasan berbagai fasilitas penunjang pelabuhan, karena dari 13 pelabuhan laut yang ada di NTT, tercatat hanya 4 pelabuhan yang dilengkapi dengan seluruh fasilitas yang diperlukan yakni pelabuhan Tenau di Kupang, pelabuhan Waingapu, pelabuhan Kalabahi dan Atapupu Kabupaten Belu.

Perhubungan

• Pengembangan jaringan prasarana pelabuhan sebagai bagian dari sistem jaringan transportasi laut meliputi :

- prioritas tinggi untuk Pelabuhan Internasional di Kupang,

- Prioritas sedang untuk Pelabuhan Nasional di Labuhan Maumere, dan Waingapu

• Terlaksananya keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan (Implementasi ISPS Code) di Pelabuhan Tenau (Kupang

Perwujudan Bandar Udara Pusat Penyebaran

(24)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

Bina Marga

Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas menuju

- Bandar Udara Eltari dan Bandar Udara Haliwen

- Bandar Udara Wai Oti, Hasan Aroeboesman, dan Mau Hau

• Permasalahan kondisi panjang dan kualitas landasan pacu (run way), tidak semuanya mampu didarati oleh pesawat berbadan lebar, kecuali Bandara El Tari, Maumere, Mauhau dan Tambolaka

Perhubungan

Pengembangan sistem jaringan transportasi udara dengan memperhatikan tatanan kebandarudaraan nasional dengan prioritas penanganan meliputi:

- Bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan sekunder untuk pengembangan wilayah dengan prioritas tinggi di Eltari-Kupang;

- Bandar udara bukan pusat penyebaran dengan skala pelayanan tersier untuk pengembangan wilayah dengan prioritas sedang di bandara Wai Oti -Maumere, Haliwen - Atambua, H. Aroeboesman - Ende, Mau Hau –Waingapu Perwujudan system jaringan

prasarana SDA

SDA

Melangsungkan pendayagunaan SDA yang produktif dan berkelanjutan, berupa :

- OP D.I. Mbay (3.378 ha)

- OP D.I. Penginer (3.862 ha)

- OP D.I. Ngada (3.000 ha)

- Pemb. DI Mbay (lanjutan) (1.700 ha)

- OP Embung di P.Flores

- Air baku Kota Ende

- Air baku Kota Maumere

- Pengaman pantai Kab Ende, Sikka, Ngada

- Pengend banjir Kab Ende, Sikka, Ngada

•Kerusakan Daerah Aliran Sungai. DAS Benenain-Noelmina adalah salah satu dari DAS prioritas yang memiliki nilai hidrologis, ekonomis dan sosial yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat di wilayah Provinsi NTT terutama daratan Timor

• Belum optimalnya pengembangan jaringan irigasi

SDA

Melangsungkan pendayagunaan SDA yang produktif dan berkelanjutan, berupa :

(25)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

- Air Baku Kota Kalabahi Perwujudan sistem jaringan

ketenagalistrikan

-

• Terjadinya krisis energi listrik ESDM

- Program percepatan sector ketenagalistrikan

-Pengembangan sarana dan prasarana ketenagalistrikan (PLTS, PLTMH, Biogas)

- Pengembangan energy Panas Bumi Pengembangan Pengelolaan

Kawasan Lindung Nasional

SDA

Pengendalian Kegiatan di Kawasan Lindung Nasional Mengupayakan konservasi SDA

1 1

• Terjadinya klaim kawasan hutan oleh masyarakat dan perambahan kawasan hutan oleh masyarakat

• Masih banyaknya lahan hutan kritis khususnya pada DAS Benenain-Noelmina

Kehutanan

1. Pengendalian pembangunan kehutanan :

• Penataan batas kawasan hutan

• Pembangunan hutan tanaman

• Deregulasi kebijakan pengelolaan hutan 2. Pengelolaan hutan

• Rencana wilayah pengelolaan hutan seluruh BPKH

• Evaluasi kebijakan penataan ruang kawasan hutan Provinsi

Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan

Cipta Karta

Arah Pengembangan Infrastruktur

- Pengembangan PS Desa Agropolitan

-Penyediaan PS Permukiman perdesaan di P.Kecil/Terpencil

- mbangunan SPAM di Ds Rawan Air /Terpencil

Pe /Pesisir

- Peningkatan infrastruktur di desa tertinggal

•Terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pertokoan khususnya di Kota Kupang

•Pengembangan lahan pertanian umumnya dengan skala relatif kecil sehingga secara ekonomis pengembangannya kurang menguntungkan, hal ini disebabkan

karena minimnya sumber air bagi usaha pertanian.

• Terjadinya konflik pemanfaatan lahan

Bina Marga

- Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer untuk

(26)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

meningkatkan akses Kawasan Andalan Maumere-Ende, Komodo dsk, dan Ruteng dsk SDA

Penyediaan Air Baku, Di Kawasan Andalan (Pariwisata, Perdagangan, Jasa)

- Kawasan Kupang dsk

- Kawasan Komodo dsk yaitu pertambangan emas di

kawasan hutan lindung di Lembata Kab. Flores Timur dan Ende

Pertanian

- Pengembangan JUT pada setra produksi TPH dan jalan produksi perkebunan rakyat dan peternakan

- Kebijakan penambahan baku lahan pertanian:

- Pengembangan sumber air alternative skala kecil untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan

- Optimasi pemanfaatan air irigasi untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan

-Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan pengelola air dan lahan untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

Perwujudan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

-

Bina Marga

- Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam dalam rangka mendorong pengembangan KAPET Mbay

- Usulan peningkatan fungsi dan status jaringan jalan Lintas Utara Pulau Flores

• Kapet Mbay tidak berkembang secara optimal

•Minimnya sarana dan prasarana transportasi di lokasi Kapet Mbay

SDA

- Pengukuran dan Perencanaan Jaringan Irigasi Mbay Kiri 1.375 Ha

- Rehabilitasi Jaringan Irigasi Dl. Mbay Kanan

- Studi Identifikasi Pengendalian Banjir sungai di Kab. Ngada. Nagekeo

- PembangunanPrasarana Pengendalian Banjir S Aesesa

(27)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

Pertanian

- Optimasi pemanfaatan air irigasi untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan

-Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan pengelola air dan lahan untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

- Pengembangan budidaya pertanian Bina Marga

Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas untuk rangka mendorong pengembangan PKSN Atambua SDA

Penyediaan Air Baku, Di Kawasan Kota Pusat Kawasan Strategis Nasional

- Kota Kalabahi

- Kota Atambua Perhubungan

Membuka keterisolasian dan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi daerah-daerah

- Peningkatan aksesibilitas pelayanan angkutan.

-Peningkatan dan pengembangan angkutan perintjs Darat, Laut dan Udara

Cipta Karya

- Pengembangan fasilitas pembangunan jalan setapak serta jalan kecil untuk kendaraan operasional pertahanan

- Jaringan Air Bersih

- Pembuangan Sampah

- Pengembangan Jaringan Air Limbah/Air Kotor SDA

Mengupayakan pendendalian dari daya rusak air, berupa Pengamanan pantai 5 pulau kecil terluar Perhubungan

(28)

No Isu Strategis Sektor dan Kebutuhan Program Pengembangan Infrastruktur

transportasi laut dan udara yang memadai

- Pengembangan Dermaga Jetty, Pendaratan Helikopter (Heliped)

4.

PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

Pada bab sebelumnya telah diuraikan identifikasi isu strategis wilayah yang menjadi kerangka atau dasar

pertimbangan penyusunan program pengembangan infrastruktur di Kepulauan Maluku. Pada prinsipnya

rumusan program pengembangan infrastruktur jangka menengah ini disusun dengan beberapa pertimbangan

mendasar, diantaranya:

a.

Program pengembangan infrastruktur yang disusun didasarkan pada upaya untuk pengembangan potensi

wilayah dan pemberian solusi atas masalah/kendala pengembangan wilayah yang terjadi diProvinsi Nusa

Tenggara Timur, khususnya yang terkait dengan sektor Infrastruktur.

b. Program pengembangan infrastruktur ini disusun untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola

ruang wilayah sesuai dengan amanat RTRWN (PP no 26 Tahun 2008) yang kemudian menjadi acuan

dalam penyusunan RTRW ProvinsiNusa Tenggara Timur.

c. Rumusan program pengembangan infrastruktur yang disusun ini mempertimbangkan keterkaitan antar

sektor penyedia infrastruktur dengan sektor pengguna ruang yang saling mendukung untuk perwujudan

struktur ruang dan pola ruang wilayah. Sektor-sektor yang terlibat diantaranya adalah:

1) Sumberdaya

Air

(SDA)

2)

Bina Marga (BM)

3)

Cipta Karya (CK)

4) Penataan

Ruang

5) Perhubungan

6)

Energi (Kelistrikan)/ ESDM

7) Pertanian

8) Kehutanan

Pada tabel berikut di bawah ini dapat dilihat matrikulasi atau tabel program pengembangan infrastruktur

pada jangka menengah (2010-2014) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Informasi yang disajikan dalam

tabel program ini meliputi:

- Isu Strategis Wilayah

(29)

- Tahun Pelaksanaan (2010-2014)

- Indikasi Sumber Pendanaan, dan

- Instansi

Pelaksana

Tabel 4.1

Program Pengembangan Infrastruktur Jangka

Menengah (2010-2014)

di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana A Perwujudan Struktur Ruang A1 Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional a Percepatan Pengembangan Kota-Kota Utama Kawasan Perbatasan (Penetapana Atambua sebagai PKSN) • Wilayah perbatasan kondisinya masih terbelakang • Terbatasnya sarana dan prasarana di perbatasan baik pemukiman dan air bersih Cipta Karya • Pembangunan jalan lingkungan pada kawasan perbatasan • DED Perencanaan Teknis Pendukung Perkim Kawasan Perbatasan • Pembangunan PSD Kawasan Perbatasan • Pembangunan jembatan Kawasan Resetlement eks pengungsi

•Drainase Pada Daerah Genangan Air/Banjir a. Pemasangan Turap b. Pengadaan Saluran Primer Tertutup c. Pengadaan Saluran Sekunder d. Pembangunan Gorong-Gorong 6M e. Pembuatan Sumur APBN APBD Ditjen CK, Din PU Prov. Kab/kota

(30)

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana Resapan f. Pengerukan Saluran

• Penyediaan Air Minum di Kawasan Perbatasan (Kaw. Strategis)

•Rencana Induk Sistem /Master Plan Air Minum Kota Atambua

Masih terbatasnya infrastruktur jalan dan jembatan di kawasan perbatasan dan daerah terpencil

Bina Marga

•Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas - Halilulik – Atambua - Atambua – Motoain • Program Pembangunan/Peningka tan Jalan provinsi/kabupaten/kota - Waebua - Motamasin - Heliuk - Besikama APBN APBD Ditjen BM, Din PU Prov. • Upaya pengendalian daya rusak air dari kemungkinan

kerusakan akibat banjir dan abrasi pantai/ gelombang pasang

• Masih kurangnya penyediaan sarana dan prasarana air baku di kws perbatasan yang rawan air;

SDA

• Pengendali banjir di Kab. Belu

• Penyediaan air baku.

- OP D.I. Haekesak - OP D.I. Malaka - OP DI Baus - OP DI Bena APBN APBD Ditjen SDA, Din PU Prov. Kurangnya sarana pendukung transportasi kawasan perbatasan Perhubungan Pengembangan dan peningkatan sistem transportasi - Pengembangan bandara haliwen - Pengembangan pelabuhan perluasan APBN APBD Dephub/ Dishub

(31)

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana dermaga Atapupu - Pengembangan angkutan perintis

Masih terdapat desa di kawasan perbatasan yang belum terjangkau oleh listrik ESDM Pengembangan PLTU 4x6 MW APBN APBD Dep.ESDM b Percepatan Pengembangan Kota-Kota Utama Kawasan Perbatasan (Penetapan Kota Kalabahi sebagai PKSN) • Wilayah perbatasan kondisinya masih terbelakang • Terbatasnya sarana dan prasarana di perbatasan baik pemukiman dan air bersih Cipta Karya • Pengembangan Permukiman Perkotaan • Pengembangan Permukiman Perdesaan/ Pengembangan KTP2D • Pengembangan Permukiman kawasan khusus korban bencana

• Pengembangan Permuiman P.terpencil/ perbatasan • Penataan Lingkungan dan Bangunan - Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingk. Permukiman Kumuh - Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingk. Permukiman Nelayan APBN APBD Ditjen CK, Din PU Prov. Kab/kota Masih terbatasnya infrastruktur jalan dan jembatan di kawasan

Bina Marga

Pembangunan/Peningkat an Jalan dan Jembatan

APBN

APBD

Ditjen BM, Din PU

(32)

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan

Instansi Pelaksana

perbatasan dan daerah terpencil provinsi/kabupaten/kota -Jl. Kartini, Jl. Dewi Sartika, Jl. Sudirman, Jl. Panglima Polim, Jl. Gatot Subroto, Jl. Samratulangi, Jl.Pattimura - Kalabahi – Kokar Kab/kota • Upaya pengendalian daya rusak air dari kemungkinan

kerusakan akibat banjir dan abrasi pantai/ gelombang pasang

• Masih kurangnya penyediaan sarana dan prasarana air baku di kws perbatasan yang rawan air; SDA • Pambangunan Embung Kecil • Pembangunan

Bendung dan Jaringan Irigasi D.l Allfa • Pengamanan Pantai di Mali • Studi Identifikasi Pengendalian Banjir sungai • Studi Identifikasi Potensi Mata Air di P. Alor & Kepulauan

APBN APBD Ditjen SDA, Din PU Prov. Kurangnya sarana pendukung transportasi kawasan perbatasan Perhubungan Pengembangan sarana angkutan penyeberangan berkapasitas kecil untuk melayani rute pendek

APBD Dephub/

Dishub

c Percepatan

Pengembangan Kota-Kota Utama Kawasan Perbatasan (Penetapana Kota Kefamenanu sebagai PKSN) • Terbatasnya sarana dan prasarana di perbatasan baik pemukiman dan air bersih Cipta Karya • Pembangunan PSD RSH • Peningkatan Kinerja TPA Sampah • Pendampingan Pemeriksaan Keandalan Fisik Bangunan Gedung APBN APBD Ditjen CK, Din PU Prov. Kab/kota

(33)

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana • Dukungan PSD Kawasan Kumuh dan Nelayan • Dukungan PSD Kawasan Tradisional dan Revitalisasi Kawasan • Penyusunan RTBL • Percontohan dan pendampingan Pembangunan RTH Masih terbatasnya

infrastruktur jalan dan jembatan di kawasan perbatasan dan daerah terpencil

Bina Marga

•Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas Nouimuti – Kefamenanu – Kiupukan • Program Pembangunan/Peningk atan Jalan dan Jembatan provinsi/kabupaten/kota - Kefamenanu – Eban - Kefamenanu - Oelfaub - Maubesi-Wini APBN APBD Ditjen BM, Din PU Prov. Masih kurangnya penyediaan sarana dan prasarana air baku di kws perbatasan yang rawan air;

SDA

• Pembangunan Embung Irigasi Tualene (TahapI)

• Pembangunan

Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Biliuana

• Pembangunan

Bendung dan Jaringan Irigasi D.l. Satap APBN APBD Ditjen SDA, Din PU Prov. Kurangnya sarana pendukung transportasi kawasan perbatasan Perhubungan Pembangunan fasilitas perlengkapan dan keselamatan transportasi jalan terkait dengan peningkatan jaringan

APBN

APBD

Dephub/ Dishub

(34)

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana jalan di yang menghubungkan kota-kota • Pemasangan Traffic Light • Pembangunan Marka Jalan A2 Revitalisasi & Percepatan Pengemb. Kota-kota Pusat Pertumbuhan Nasional 1 Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota Kupang sebagai PKN

• Pelayanan air bersih bagi masyarakat masih dibawah pelayanan minimum. • Masih rendahnya penanganan sistim drainase yang berwawasan lingkungan (ecodrain) dan daerah-daerah genangan di perkotaan. Cipta Karya • Pengembangan Permukiman - Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman Pusat Kota - Peningkatan Kualitas Permukiman - Peningkatan Pasar Pusat dan Pinggiran di Kota Kupang

• Air Limbah

- Pengembangan perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan manual air limbah

- Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistim Of-Site - Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistim On-Site - Penyediaan Sarana sanitasi on site (MCK, Jamban Keluarga, Septik Tank/Cubluk, dll APBN APBD Ditjen CK, Din PU Prov. Kab/kota

(35)

Tahun Pelaksanaan

No Isu Strategis Program/Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014

Indikasi Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana - Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),

dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) • Pengembangan Air Minum - Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistim/Master Plan Penyediaan Air Minum Kota Kupang, Periode 15 Tahun

- Bantuan Manajemen Pengelolaan Air Minum Kepada PDAM

• Perpipaan HDPE Dia. 250 mm

- Pengembangan

Sistem Jaringan Air Minum Kawasan Kota

- Sistem Penyediaan Air Minum: Air Baku

- Pengembangan Sistim Jaringan Air Bersih (Perpipaan dan Non Perpipaan) di Kawasan Desa –Kota

- Pengembangan Sistim Jaringan Air Minum (Perpipaan+Non

Perpipaan) di Kawasan Permukiman

Nelayan Perwujudan dan

peningkatan jalan lingkar Kupang dalam memperlancar arus lalu lintas orang dan barang

Bina Marga

-Menjaga fungsi jalan arteri dan kolektor 1 dalam system jaringan jalan primer dengan penanganan jalan prioritas Kupang – Oesau – Batuputih APBD Ditjen BM, Din PU Prov.

Gambar

Tabel  2.3  Pelabuhan Laut
Gambar 5.1 : PKN KUPANG
Gambar 5.2 : PKSN ATAMBUA
Gambar 5.3 : PKSN KEFAMENANU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kolom 3 : jumlah nama media lain yang dimanfaatkan masyarakat untuk penyebaran informasi di kabupaten/kota tersebut dan berpotensi untuk menjadi mitra dalam kegiatan promosi

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Mahzan Kusri selaku geuchik gampong Lam Ujong mengatakan bahwa kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dibentuk pertama kali pada

Dari tabel diatas dapat dilihat dalam memanfaatkan lahan pekarangan melalui tanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga) terdapat 3 kegiatan yaitu Pendidikan dan Kampanye

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy-experiment) yaitu penelitian yang digunakan untuk mengungkap hubungan sebab akibat dengan

Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung juga termasuk sangat baik dalam segi pelayanan yang memuaskan para pasien Setelah melakukan wawancara dengan perawat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai turunnya tekanan intra ocular(TIO) pada pasien glaukoma yang dilakukan tindakan laser trabekuloplasti selektif (LTS)

Al-Jurjani dalam kitabnya, Ḥikmah at-Tasyrȋ’ wa Falsafatuhu menjelaskan ada empat hikmah yang dikandung oleh syari’at poligami. Kebolehan poligami yang dibatasi sampai

Grafik diatas menunjukkan pula bahwa titik BEP dalam unit dan dalam rupiah untuk penjualan Musi II Aluminium Palembang tahun 2015 terdapat pada titik unit sebesar 411