ISSN 1978-4864
Editorial Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung HPS ke XXXVI Forita Dyah Arianti Melirik Potensi Lahan Kering Untuk Produksi Pangan Masa Depan
Joko Pramono Intensifikasi Lahan Kering Melalui
Pola Tanam Tumpangsari Sodiq Jauhari Usaha Tani Konservasi di Lahan Kering Untuk Pertanian Berkelanjutan
Agus Hermawan Sistem Pertanian Integrasi Tanaman dan Ternak di Lahan Kering
Teguh Prasetyo Aspek Rawan Menuju Industri Sapi Perah Prima
di Kabupaten Boyolali Susanto Prawirodigdo Pengendalian Penyakit Patah Leher Pada Pertanaman Padi Lahan Kering
Yulianto Strategi Mengendalikan Hama Penyakit Utama Tanaman Kedelai Khairil Anwar Peran Penyuluhan dalam Mendukung Pertanian Lahan kering
Wahyudi Hariyanto Rekayasa Kelembagaan untuk Mengembangkan Pertanian Lahan kering
Cahyati Setyani Carica dan Kawista Sumberdaya Genetik
Khas Lahan Kering Jawa Tengah Sri Rustini dan Arif Susila Mengelola Lahan Kering Untuk Kesejahteraan Petani Warsana dan Parti Khosiyah Cara Jitu Petani Dataran Tinggi Tetap Meraih Untung Pada Musim Kemarau
Aryana Citra K, Dian MY dan Agus H Menyediakan Bahan Panan Melalui Industri Mocaf Sularno
Vol. 9 No. 2 Tahun 2016
Taman T
eknologi Per
tanian
S
how window
Penanggung Jawab:
Ketua Redaksi: Anggota Redaksi:
Editor:
Design Grafis: Dok.
Foto: Administrasi: Alamat:
Telp.: Faximile: Website: email:
Penerbit: Sumber Dana :
DR. Ir. Moh. Ismail Wahab, MS.
Drs. Wahyudi Hariyanto, M.Si. Dra. Herwinarni EM, M.Si, Indrie Ambarsari, SP, M.Sc, Ir. Parluhutan Sirait, MM, Ir. Sherly Sisca Piay, MP. Prof.Dr.Ir. Agus Hermawan, M.Si, Dr. Ir. Joko Pramono, MP, Ir. Muryanto, M.Si. Dadang Suhendar.
Eko Budi Prayitno, S.Sos. Parti Khosiyah, A.Md. Jl. BPTP No. 40 Sidomulyo Ungaran; 024-6924965; 024-6924966; htpp://jateng.litbang.deptan.go.id; bptp-jateng@litbang.deptan.go.id; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.
DIPA 2016.
Wakil Penanggung Jawab: Dr.Dra. Forita D.A, MS.
EDITORIAL
ahan kering kini mulai dilirik kembali, walaupun
potensinya belum optimal dibandingkan dengan lahan
L
sawah. Menyusutnya lahan pertanian sawah akibat alih
fungsi serta jumlah penduduk yang terus meningkat menuntut
agar ekstensifikasi pertanian untuk mendukung ketersediaan
pangan utama segera dilakukan. Oleh karenanya potensi
lahan kering yang selama ini terpinggirkan mulai dioptimalkan
pemanfaatannya. Intervensi inovasi teknologi perlu dilakukan
agar lahan kering menjadi lahan pertanian yang produktif untuk
mendukung kebutuhan pangan penduduk.
Edisi Warta Inovasi kali ini mengambil tema prospek pertanian
lahan kering dan teknologi pendukung. Beberapa inovasi
teknologi yang diintroduksikan di lahan kering, seperti padi
gogo, sistem integrasi tanaman ternak, peran kelembagaan
penyuluhan, serta teknologi pendukung lainnya kami sajikan
dalam penerbitan kali ini. Artikel yang diulas mencoba
mengeksplorasi potensi lahan kering dari berbagai sudut
pandang para peneliti dan penyuluh.
Praktek usaha tani lahan kering tanpa adanya upaya
konservasi yang memadai di DAS hulu akan menyebabkan
terjadinya erosi, longsor, dan degradasi lahan sampai pada
tahap kritis. Untuk itu, apabila potensi lahan kering dapat
dikelola dengan optimal maka akan bermanfaat sebagai
penyedia kebutuhan pangan utama bagi masyarakat yang
selama ini masih didominasi oleh pertanian lahan sawah.
Redaksi
abupaten Boyolali Jawa Tengah menjadi tuan rumah Hari
K
Pangan Sedunia (HPS) ke 36 yang akan dilaksanakan
pada tangga 28-30 Oktober 2016. Tema Nasional HPS
a d a l a h
Beragam kegiatan pameran, Dem Area dan Gelar Teknologi
yang telah dipersiapkan oleh Balitbangtan Kementerian
Pertanian. Teknologi Jarwo Super, salah satu teknologi budidaya
padi yang akan didemonstrasikan dalam HPS nanti. Selain itu,
juga disiapkan gelar teknologi aneka komoditas di areal seluas 16
hektar yang dilaksanakan di lingkungan Pemkab. Boyolali.
“ M E M B A N G U N K E D A U L ATA N PA N G A N
BERKELANJUTAN MENGANTISIPASI ERA PERUBAHAN
IKLIM”.
World Food Day
Wujud Partisipasi Indonesia dalam menyediakan pangan bagi dunia
Kepala Badan Litbang Pertanian (Dr.Ir. Muhammad Syakir) meluncurkan logo Hari Pangan Sedunia yang akan diperingati
Kabupten Boyolali, salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terpilih
menjadi tuan rumah peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 36.
Terpilihnya Boyolali sebagai pusat peringatan HPS memiliki pertimbangan
bahwa daerah ini tumbuh beranekaragam pangan yang bisa dikembangkan
untuk mendukung kedaulatan pangan.
Inovasi Teknologi Pertanian
Mendukung Hari Pangan Sedunia Ke XXXVI
Oleh: Forita Dyah Arianti
e m e n t r i a n P e r t a n i a n ( K e m e n t a n ) mencanangkan peringatan HPS ke-36
K
sebagai Hari Pangan Indonesia yang akan dipusatkan di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Keanekaragaman pangan yang tumbuh di wilayah Boyolali menjadi pertimbangan terpilihnya daerah itu sebagai tuan rumah di HPS 2016. Hal tersebut menunjukkan bukti diversifikasi pangan yang bisa dikembangkan untuk menopang kedaulatan pangan. Presiden Joko Widodo direncanakan membuka peringatan HPS tersebut. Tema HPS Internasional adalah 'Climate is Changing, Food Agriculture Must Too' dan tema HPS Nasional adalah 'Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan Mengantisipasi Era Perubahan Iklim'. HPS diperingati setiap 16 Oktober.Peringatan HPS didasari adanya ancaman krisis pangan yang menjadi sorotan dunia. Pertambahan populasi masyarakat Indonesia dan dunia serta
berkurangnya lahan pertanian membuat banyak menunjukkan kebersatuan semangat dalam pihak memberikan perhatian khusus terhadap mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. kecukupan stok pangan. Hal ini makin serius setelah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan terjadinya persoalan iklim maupun force majeure Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian lain yang membuat status gawat darurat pangan (Kementan) M. Syakir dalam konferensi pers dunia makin nyata. Perubahan iklim berakibat pada Sosialisasi HPS ke – 36 menekankan soal pentingnya ketidakmenentuan periode tanam dan panen. mengedepankan diversifikasi dibarengi teknologi.
Hari pangan sedunia memanglah sebuah
Membangun Kedaulatan Pangan
mome nt u m be s ar y ang d ip e ring at i u nt u kS t r a t e g i y a n g d a p a t d i t e m p u h u n t u k menekankan betapa pentingnya pangan bagi
mewujudkan kedaulatan pangan adalah dengan keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini.
pendekatan produksi dan konsumsi pangan. Sistem Bukan hanya ketersediaan bahan pangan yang
produksi yang ditopang oleh indusri pertanian di diperjuangkan akan tetapi kunci dari kesehatan dan
perdesaan akan meningkatkan nilai tambah produk keamanan bahan pangan berada di tangan petani.
pertanian. Selain itu, industri pertanian juga Betapa tidak, residu bahan kimia akibat sistem
menciptakan lapangan kerja sehingga dapat budidaya sangatlah rentan jika dilakukan secara
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani berlebihan.
dan keluarganya. Dari sisi konsumsi dua hal penting Hari Pangan Sedunia diperingati dengan tujuan yang harus dibangun adalah menurunkan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian pertumbuhan penduduk melalui revitalisasi keluarga penduduk dunia akan pentingnya penanganan berencana (KB) dan diversifikasi pangan.
masalah pangan baik ditingkat nasional, regional maupun global. Penyelenggaraan peringatan Hari Pangan Sedunia merupakan konsekuensi (hal yang wajib) karena keikutsertaan Indonesia sebagai anggota FAO. Acara peringatan Hari Pangan Sedunia diselenggarakan lintas Kementrian dan sebagai vocal point FAO di Indonesia, Menteri Pertanian memutuskan Kementerian Pertanian sebagai leading institution (Departemen Utama) dalam penyelenggara Hari Pangan Sedunia.
Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi koordinator pelaksanaan HPS sebagai focal point Food and Agriculture Organization (FAO). Kementerian pelaksana HPS lainnya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) (Kompas , 2016)
Pada HPS kali ini di canangkan Logo HPS dengan Ilustrasi daun yang menggambarkan seperti orang yang besorak ketika mencapai kedaulatan
pangan. Adanya logo paten ini penting untuk Pertumbuhan Varietas Kedelai Devon 1 dan Dena 1
Jagung Prolifik
Pola konsumsi pangan yang bermutu, gizi seimbang, mensyaratkan perlunya diversfikasi (penganekaragaman) pangan dalam menu sehari-hari. Pada sisi lain penyadaran akan pentingnya konsumsi pangan beraneka ragam menyebabkan ketergantungan terhadap satu jenis pangan (beras) dapat dihindari sehingga akan mencegah ancaman ketahanan pangan (Gayatri, 2014)
Kecukupan pangan juga harus memenuhi
Sejarah Peringatan Hari Pangan Sedunia
kaidah tersedianya pangan yang murah (harga
terjangkau), tersedia setiap saat dalam jumlah yang Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tahunnya cukup dan bisa diakses siapa saja. Untuk menjamin pada tanggal 16 Oktober, tanggal tersebut merupakan itu, negara tidak cukup hanya berorientasi food self tanggal didirikannya Organisasi Pangan dan sufficient, sebab melimpahnya pangan belum tentu Pertanian/FAO/Food and Agriculture Organization menjamin terpenuhinya pangan rakyat, terutama (FAO didirikan tgl 16 Oktober 1945).
bagi kelompok rentan. Yang harus dikembangkan
Sejarah peringatan hari pangan sedunia berawal adalah penguasaan sistem produksi, distribusi dan
dari konferensi FAO ke-20, pada bulan Nopember konsumsi.
1976 di Roma yang menghasilkan resolusi No. 179 I t u l a h s e b a b n y a p e r h a t i a n k i t a p e r l u mengenai World Food Day (Hari Pangan Sedunia). diprioritaskan pada tiga aspek, pertama peningkatan Pada konferesi FAO tersebut Dr. Pal Romany ketersediaan pangan yang diikuti dengan upaya (Menteri Pertanian dan Pangan Hongaria) memiliki pembenahan sistem distribusi dan konsumsi pangan peran penting dalam usulan ide perayaan Hari untuk mendekatkan pangan pada masyarakat. Pangan Sedunia, karena yang mengusulkan ide serta Kedua, peningkataan pendapatan masyarakat gagasan perayaan Hari Pangan Sedunia. Resolusi ini (utamanya masyarakat miskin) agar mampu kemudian disetujui oleh 147 negara anggota FAO memperbesar aksesbilitas (keterjangkauan) pangan. (Food and Agriculture Organization) termasuk Ketiga peningkatan pengetahuan tentang pangan Indonesia, yang memutuskan bahwa mulai tahun beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) agar 1981 semua negara anggota FAO akan memperingati masyarakat kita bisa memperbaiki konsumsi HPS setiap tanggal 16 Oktober.
sekaligus kesehatan mereka.
Pepaya Merah delima
Berawal dari 1981, Peringatan Hari Pangan digunakan adalah pelatihan dan temu lapang. Metode ini memungkinkan terjadinya dialog antara Sedunia mengambil berbagai tema pada peringatan
pembicara/penyaji untuk menyampaikan informasi setiap tahunnya, hal tersebut bertujuan untuk
(inovasi teknologi) kepada sasaran/pengguna dan memfokuskan pada bagian terpenting dari dunia
menerima umpan balik atau saran masukan dari pangan yang sedang membutuhkan perhatian ekstra,
pengguna (Badan Litbang Pertanian, 2013). berikut tema HPS pada 10 tahun terakhir
ditunjukkan pada Tabel 1.: Seperti pada peringatan HPS sebelumnya Balitbangtan mempersiapkan gelar teknologi. Gelar
Kiprah Badan Litbangtan dalam HPS
teknologi bertemakan: “Inovasi Pertanian LahanBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menerapkan dan mengembangkan berbagai metode diseminasi untuk mensosialisasikan hasil-hasil penelitian/pengkajian teknologi pertanian kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkannya. Diseminasi inovasi teknologi pertanian yang ditujukan kepada pelaku utama dan pelaku usaha kegiatan pertanian berkaitan erat dengan penggunaan metode diseminasi dan atau metode penyuluhan pertanian. Adapun tujuan m e t o d e d i s e m i n a s i a d a l a h u n t u k memperagakan/mendemonstrasikan keunggulan teknologi yang didiseminasikan dibandingkan dengan teknologi eksisting, salah satunya adalah metode Gelar Teknologi.
Gelar Teknologi merupakan suatu kegiatan untuk memperagakan teknologi pertanian unggul dari hasil penelitian dan pengkajian yang sudah matang di lahan petani dan dilaksanakan oleh kelompok tani atau anggotanya dengan bimbingan teknis sehari-hari oleh penyuluh pertanian lapangan, sedangkan peneliti dan penyuluh pertanian BPTP berperan sebagai narasumber. Dengan demikian, anggota kelompok tani pelaksana Gelar Teknologi dan petani lainnya dapat melihat serta menilai keunggulan teknologi yang diterapkan pada luasan skala ekononi. Metode diseminasi lainnya yang biasa
Petani Desa Trayu, Kec. Banyudono, Kab. Boyolali sedang mempersiapkan benih untuk tanam perdana padi di lokasi Gelar Teknologi HPS ke 36. Sumber : Ekonomi Bisnis , 2016
Tabel 1. Tema Hari Pangan Sedunia Pada 10 Tahun Terakhir
Tahun Tema Hari Pangan Sedunia
2015 Perlindungan sosial dan pertanian: memutus siklus kemiskinan pedesaan
Social Protection and agriculture: breaking the cycle of rural poverty
2014 Pertanian keluarga: Memberi makan dunia, merawat Bumi
Family Farming: Feeding the world, caring for the earth
2013 Sistem Pangan Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi
Sustainable Food Systems for Food Security and Nutrition
2012 Koperasi Pertanian -Kunci Untuk Memberi Pangan Dunia
Agricultural Cooperatives -Key to Feeding The World
2011 Harga Pangan dari Krisis Menujukestabilan Food Prices from Crisis to Stability
2010 Bersama-sama Melawan Kelaparan
United Against Hunger
2009 Mencapai keamanan pangan pada masa krisis Achieving food security in times of crisis
2008 Keamanan Pangan Dunia: Tantangan Perubahan Iklim dan Bioenergi
World Food Security: the Challenges of Climate Change and Bioenergy
2007 Hak untuk Pangan The Right to Food
Kering Merespon Perubahan Iklim dalam rangka Kedaulatan Pangan dan Kemandirian Pangan'. Gelar teknologi aneka komoditas dilaksanakan di areal seluas 12,5 hektare di lingkungan Kantor Pemerintah Kabupaten Boyolali. Dalam melaksanakan gelar teknologi Balitbangtan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Boyolali dan Kementrian Kelautan Perikanan. Di samping Gelar teknologi lahan kering, Balitbangtan juga melaksanakan pameran teknologi berupa dem area seluas 100 ha. Menampilkan teknik budidaya padi menggunakan varietas unggul baru padi secara modern ramah lingkungan dengan sistem Jajar Legowo Super yang dilaksanakan di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Gelar teknologi di lahan kering
G e l a r T e k n o l o g i d i l a h a n k e r i n g dikelompokkan ke dalam beberapa klaster, yaitu: teknologi budidaya, manajemen,
pascapanen, dan pengolahan untuk tanaman saat panen ( Bima 3, Bima 9 , Bima 19 URI), pangan, perkebunan, hortikultura, dan peternakan, dilengkapi alsintan pemipil jagung tanpa kupas dilengkapi dengan pelatihan inovasi pertanian; dan dan alsintan pencacah (Chopper) limbah jagung gelar pangan nusantara. untuk pakan ternak; dan produk olahan jagung yang keseluruhannya merupakan inovasi
Budidaya, manajemen, pascapanen, dan
Balitbangtan dari Balitserealia, BB Mektan,
pengolahan tanaman pangan unggulan Puslitbangnak, dan BB Pascapanen;
1. Calon VUB jagung tongkol dua (prolifik), jagung HJ 3. Teknologi pertanian ramah lingkungan berbasis 29, HJ 27 inovasi Balitserealia, Balitbangtan; tanaman jagung (Balingtan);
2. VUB jagung dengan biomasa tinggi yang stay green
Tanaman padi Varietas INPARI 30
Perkembangan
4. Varietas unggul kacang kedelai tahan naungan dan tahan kekeringan dilengkapi dengan teknologi pengendalian hama secara hayati (Feromon Litura/Ferograyak). Adapun varietas kedelai dari Balai Penelitian Aneka Umbi dan Kacang yang di tanam adalah varietas Demas, Dering, Dena 1, Devon 1, Grobogan dan Anjasmoro;
5. Varietas kedelai dari BB Biogen yang di tanam adalah varietas Bio Soy 3, Bio Soy 2, Bio Soy 5,Bio Soy 9, dan M soy 2, M soy 9, M Soy 6, M soy 10, M soy 11, M soy 12;
6. Varietas unggul kacang tanah yang di tanam: Takar 2, Kancil, Hipoma 1, Hipoma 2, Talam 3; 7. Varietas pangan fungsional berbasis sorgum,
jali, dan aneka umbi disertai dengan produk olahan sorgum, jali, dan umbi yang sehat inovasi dari Balitbangtan melalui Balitserealia, BB Biogen, dan BPTP dari beberapa propinsi di Indonesia.
Budidaya, manajemen, pascapanen, dan pengolahan tanaman hortikultura
unggulan
1. Varietas unggul tanaman pepaya merah delima Pancasona, Sembrani dan dari Balitbu-Balitbangtan seluas 1,7 ha sebagai
3. Varietas unggul cabai yang di tanam di lokasi HPS “Icon Kabupaten Boyolali“. Pepaya merah delima,
berupa cabai merah Kencana dan cabai rawit memiliki ukuran buah sedang, panjang 21-30 cm
varietas Kusuma, Prima dan Rabani; dan lingkar buah 30-40 cm, bobot buah : 0,8 -1,9
kg, warna daging buah orange kemerahan, rasa 4. Aneka tanaman sayuran daun ( slada, sledri, manis, tekstur daging kenyal, umur panen buah kangkung, sawi, bunga kol, brokoli dan Kobis) dan pertama 7-8 bulan setelah tanam, dan agak tahan tanaman sayuran buah (tomat, terung, buncis, terhada hama Trips dan Apid; kacang koro, kacang gude, kacang panjang, timun
dan okra); 2. Varietas unggul Bawang Merah off season yang
dapat ditanam pada musim hujan yang 5. Jambore varietas hortikultura (aneka tanaman merupakan inovasi Balitbangtan melalui Balitsa. sayuran dan buah dataran rendah) yang Adapun varietas bawang merah yang di tanam di merupakan inovasi anak negeri dari mitra lokasi gelar teknologi adalah: Trisula, Bima, (swasta) dikoordinasikan oleh Direktorat Jendral Hortikultura. Berikut a d a l a h d a t a u n t u k jambore varietas dr EWINO dan PT Maju Makmur:
Ÿ Cabai Keriting Kastilo:
produksi tnggi dan t a h a n t e r h a d a p Phythoptora;
Ÿ Cabai Keriting Laba: buah berbobot dan tahan Phythoptora;
Ÿ C a b a i B e s a r G a d a : kualitas buah prima dan produksi tinggi;
Ÿ C a b a i B e s a r P i l a r : produksi tinggi dan tahan layu Phytoptora;
Ÿ Cabai Rawit Dewata: u m u r G e n j a h d a n Pedas;
Keminas;
Salah satu model budidaya hortikultura intensif di lahan sempit
Model budidaya
sayuran wall garden yang sudah banyak dipraktekkan oleh masyarakat
Ÿ Melon Gracia: tahan Gemini Virus dan Kresek dengan kegiatan optimalisasi Pemanfatan
Daun (DM); Pekarangan dalam menjamin keersediaan pangan
yang berkelanjutan ditingkat rumah tangga yang
Ÿ Melon Madesta: tahan Gemini Virus dan Kresek bertujuan unuk meningkatkan keragaman dan
Daun (DM); kualitas konsumsi pangan masyarakat agar lebih
beragam, bergizi seimbang dan aman guna
Ÿ Semangka TAFUMA: tahan layu Fusarium dan
menunjang hdup sehat yang aktif dan produktif Manis;
serta mengurangi keergantungan terhadap bahan
Ÿ Semangka Legita: manis dan Produksi Tinggi; pangan pokok beras. Kegiatan yang dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman
Ÿ Bawang Merah sintetik: produksi tinggi;
sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka umbi,
Ÿ Jagung manis KIMMIE: kadar gula tinggi. s a y u r a n , b u a h s e r t a b u d i d a y a i k a n seagaitambahan untuk ketersediaan sumber 6. Teknologi budidaya hortikultura intensif di lahan
karbohidrat, vitamin , mineral dan protein sempit dengan sistem Lorong (Pergola): tumpang bagikelurga pada suatu lokasi kawasan yang saling sari, dan vertikultur beragam tanaman sayuran, berdekatan. Dengan demikian akan terbentuk Walkaponik, hidroponik, wall garden, polybag, sebuah kawasan yang kaya akan suber pangan bedengan, dan tabulampot serta beragam olahan
yang di produksi sendri dalam kawasan tersebut . pangan dan minuman sehat berbasis sayuran dan
buah; Dem area Teknologi Budidaya Varietas
Unggul Baru Padi
7. Drip irrigation dalam sistem tata kelola budidaya
hortikultura sayuran (inovasi dari Perguruan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tinggi dan Balitbangtan). (Balitbangtan) telah menghasilkan berbagai teknologi guna mewujudkan ketahanan pangan,
Kawasan tanaman biofarmaka dan
khususnya program peningkatan produksi padipangan keluaraga untuk pemenuhan
nasional. Teknologi tersebut antara lain Teknologikesehatan dan kebutuhan rumah tangga
Jajar Legowo Super. Teknologi Jajar Legowo Super adalah teknologi budidaya terpadu padi sawah irigasi 1. Tanaman biofarmakaberbasis tanam jajar legowo 2:1.Teknologi super ini dihasilkan oleh Balitbangtan setelah melalui Jenis tanaman yang di tanam pada kawasan
penelitian dan pengkajian pada berbagai lokasi di biofarma merupakan tanaman yang bisa
Indonesia. Menurut Ali Jamil, dkk (2016) dan BB dimanfaatkan untuk kesehatan dan kecantikan
Padi (2009) Selain menggunakan sistem tanam jajar dan bisa juga sebagai obat herbal. Terdapat sekitar
legowo 2:1 sebagai basis penerapan di lapangan, 50 jenis tanaman bifarmaka yang dikembangkan
bagian penting dari Teknologi Jajar Legowo Super yaitu: Sambang darah, bunga matahari, sambung
adalah: nyawa, lavender, ginseng, cocor bebek, tapak dara,
binahong, jerul lemon, kumis kucing, Rosela,
a. VarietasUnggul Baru (VUB) potensi hasil tinggi; ceplok piring, tapak liman, lidah buaya dan sirih
belanda, lemonggras, lidah mertua, brojo lintang, b. Biodekomposer, diberikan pada saat pengolahan Zodia, Jahe, Ganda Rusa, keji beling, kitolod, tanah;
handeuleum, Clausena, Nilam, Kitajam, Som
c. Pupuk hayati sebagai seed treatment dan Jawa, Daun Jinten, melati mini, Sutra bombay,
pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat melati, sirih merah
Uji Tanah Sawah (PUTS); 2. Tanaman Sayuran untuk Kebutuhan
d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Rumah Tangga
(OPT) menggunakan pestisida nabati dan Dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan di pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali, Jawa Tengah dilaksanakan berbagai upaya salah serta
satunya melalui Implementasi program
e. Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk tanam Percepatan Penganekaragaman Pangan (P2KP)
Irigasi tetes, teknologi hemat air yang cocok di terapkan di lahan kering
Daftar Bacaan
Ali Jamil,S. Abdurachman, P. Sasmita, Zulkifli Zaini , dkk, 2016. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Jajar Legowo Super.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian, 2013. Panduan umum pelaksanaan penelitian dan pengkajian serta program informasi, komunikasi dan diseminasi di BPTP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009. Cara tanam jajar legowo. Informasi Ringkas. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. Sukamandi. Gayatri, I.C.2014. Mewujudkan Kedaulaan Pangan. TARUBUDAYA Majalah BP2KP . Jawa Tengah, Vol 4. No.1, 2014.
(jarwo transplanter) dan panen (combine harvester) Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih, Pemkab Boyolali (BKP3K, BP3K, dan Diperta), POPT, Teknologi Jajar Legowo Super telah diuji Perguruan Tinggi, produsen benih, dan para petani keunggulannya melalui dem area seluas 50 ha pada pemilik lahan lokasi gelar teknologi.
lahan sawah irigasi di Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat, musim tanam 2016, dengan melibatkan Untuk percepatan diseminasi teknologi Jarwo Gapoktan setempat. Berdasarkan panen ubinan tim Super diawali dengan kegiatan Sosialisasi yang terpadu BPS Indramayu, Peneliti Balitbangtan, dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2016 di Desa Badan Ketahahan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Trayu, Kecamatan Banyudono yang diikuti oleh Indramayu, UPTD Kecamatan Bangodua, dan petani pemilik dan penggarap lahan serta PPL baik Gapoktan peserta demarea, varietas Inpari-30 dari kecamatan Banyudono maupun PPL Ciherang Sub-1 ternyata mempunyai potensi Kabupaten Boyolali. Selanjutnya dilakukan produksi 13,9 ton GKP/ha,varietas Inpari-32 HDB Bimbingan Teknis Penerapan Teknologi Jarwo Super 14,4 ton GKP/ha, dan varietas Inpari-33 12,4 ton dan Varietas Unggul Baru Padi pada 27-28 Juni GKP/ha, sedangkan produktivitas varietas Ciherang 2016. Bimbingan Teknis diikui oleh sekitar 100 yang diusahakan petani di luar dem area hanya 7,0 peserta yang terdiri dari Kelompok tani, PPL, Staf ton GKP/ha ( Ali Jamil dkk, 2016). Teknis Dinas Peratanian Kabupaten Boyolali, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dalam rangka mendukung pelaksanaan HPS ke- Propinsi, BPTPH, BB Padi, BB Mekanisasi Pertanian, 36 Balitbangtan melakukan Dem area teknologi BB SDLP, Puslitbang Tanaman Pangan, BBP2TP dan budidaya Varietas Unggul Baru Padi dengan “Sistem BPTP Jawa Tengah.
Jarwo Super” dilaksanakan di desa Trayu dan desa
Tajungsari Kecamatan Banyudono, Kabupaten Direncanakan hasil dari gelar teknologi ini Boyolali. VUB padi yang ditanam adalah INPARI 30, adalah output benih VUB padi kelas ES seluas 30 ha INPARI 32, dan INPARI 33 (inovasi Balitbangtan dan calon benih seluas 70 ha yang telah dilakukan melalui BB padi) dengan potensi hasil di atas 10 kerjasama dengan produsen benih untuk proses ton/ha. Area gelar teknologi seluas 100 ha ini sertifikasi calon benih menjadi benih bersertifikat. direncanakan untuk lokasi panen Presiden Republik Produsen benih tersebut adalah CV. Putra Utama Indonesia Joko WIdodo pada Acara puncak Perkasa (Pati) dan PT. Uwos Nusantara (Klaten).*** peringatan HPS, 28-29 Oktober 2016. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan melibatkan Tim Balitbangtan,
Dem area Inovasi Teknologi Jajar Legowo Super dilaksanakan di desa Trayu dan desa Tajungsari
Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali dalam rangka mendukung HPS ke 36.
ebutuhan bahan pangan utama, khususnya bagi upaya peningkatan produksi pangan. Semakin padi, jagung, dan kedelai (PAJALE), akan meningkatnya alih fungsi lahan, maka peluang
K
terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan menggunakan lahan sawah untuk usaha pertanian penduduk di Indonesia. Pertumbuhan penduduk di semakin menyempit sehingga pengalihan usaha ke Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 1,49%/tahun. lahan kering semakin diperlukan. Lahankering Komoditi pangan khususnya padi memiliki peran merupakan salah satu agroekosistem yang penting dalam ketahanan pangan di Indonesia, mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian, karena sebagian besar penduduknya (245 juta) baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman pmasih bergantung pada beras sebagai makanan tahunan dan peternakan. Kedepan pemerintah harus pokok. permintaan beras 25 tahun kedepan akan memberi perhatian dan porsi yang lebih dari aspek meningkat hingga 20%, dan untuk memenuhinya pendanaan untuk pengembangan pertanian di lahan-memerlukan pekerjaan yang tidak mudah. Untuk itu lahan sub optimal termasuk di dalamnya lahan kering Peningkatan produktivitas dan produksi tanaman sebagai pertumbuhan baru produksi pangan.pangan khususnya padi mulai tahun 2015 menjadi
Potensi Lahankering
perhatian serius pemerintah, hal ini terkait dengantarget swasembada PAJALE pada tahun 2017. Berdasarkan Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Bahan pangan beras sebagian besar diproduksi di Indonesia skala 1:1.000.000 (Pusat Penelitian dan lahan sawah beririgasi teknis dengan tingkat Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2001), kesuburan tanah cukup tinggi. Karakteristik Indonesia memiliki daratan sekitar 188,20 juta ha, budidaya padi sawah seperti itu membatasi peluang terdiri atas 148 juta ha lahankering (78%) dan 40,20 peningkatan produksi beras melalui perluasan areal juta ha lahanbasah (22%). Dari total luas lahankering sawah, karena sempitnya lahan cadangan yang sesuai 148 juta ha, yang sesuai untuk budidaya pertanian untuk dijadikan sawah dan semakin ketatnya hanya sekitar 76,22 juta ha (52%), sebagian besar persaingan dalam menggunakan air untuk berbagai terdapat di dataran rendah 70,71 juta ha (93%) dan keperluan, seperti industri, pertambangan, sisanya di dataran tinggi. Di wilayah dataran rendah, rumahtangga, dan lainnya. Fenomena yang terus lahan datar sampai bergelombang (lereng < 15%) berlangsung saat ini adalah masih berlangsungnya yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan alih fungsi lahan pertanian sawah untuk keperluan mencakup 23,26 juta ha sedang pada lahan dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, lereng 15−30%, lebih sesuai untuk tanaman tahunan industri, dan perumahan. Konversi lahan yang (47,45 juta ha). Di dataran tinggi, lahan yang sesuai mencapai 113.000 hektar per tahun, menjadi kendala untuk tanaman pangan hanya sekitar 2,07 juta ha,
Potensi lahan kering untuk usaha pertanian kedepan sangat menjanjikan. Mengingat
semakin menyusutnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan jalan tol,
industri, dan perumahan. Potensi ini baik untuk tanaman pangan khususnya padi, jagung,
dan kedelai (PAJALE). Untuk itu perlu dukungan inovasi teknologi yang sesuai
Oleh: Joko Pramono
Untuk Produksi Pangan Masa Depan
dan untuk tanaman tahunan 3,44 juta ha.
Data tersebut memberikan gambaran bahwa lahankering potensinya masih cukup besar, sedangkan yang digunakan untuk lahan pertanian masih kecil, walaupun tidak semua lahan kering sesuai untuk pertanian, terutama karena adanya faktor pembatas tanah seperti kemiringan lahan dan tingkat kesuburan yang rendah. Selain mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan kering memiliki kelerengan curam, dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar terdapat di wilayah bergunung (kelerengan>30%) dan berbukit (kelerengan 15−30%), dengan luas masing-masing 51,30 juta ha dan 36,90 juta ha (3). Lahankering berlereng curam sangat peka terhadap erosi, terutama apabila diusahakan untuk tanaman pangan semusim. Keterbatasan air pada lahan kering juga mengakibatkan usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.
Pengembangan lahan kering untuk usaha pertanian perlu mempertimbangkan karateristik masing-masing lahankering dan penggunaan acuan kesesuaian lahan dengan komoditas yang akan dikembangkan. Aspek-aspek yang perlu dipersiapkan untuk mengembangkan pertanian lahan kering sebagai prasyarat antara lain: a) pemetaan kemampuan dan kesesuai lahan, b) pewilayahan komoditas untuk lahan kering beriklim kering, c) analisis usaha tani atau keuntungan terhadap biaya, d) optimalisasi pemanfaatan lahan, dan e) aplikasi agroteknologi (bahan pembenah tanah dan pemupukan yang memadai, penataan pola tanam, konservasi tanah dan air, pemanenan air, pertanian terpadu integrasi tanaman dan ternak).
Pilihan Komoditas Lahan Kering
Pilihan komoditas pangan utama yang cukup adaptif untuk dikembangkan di lahan kering, di
POTENSI LAHANKERING
MELIRIK
Umur tanaman ±111 hari
Bentuk tanaman Tegak Tinggi tanaman ± 107 cm Daun bendera Tegak Bentuk gabah Sedang Warna gabah Kuning jerami Kerontokan Sedang Kerebahan Tahan
Tekstur nasi Pulen
Kadar amilosa 20,3%
Berat 1000 butir ± 24,5 gram
Rata-rata hasil 4,6 ton/ha GKG
Potensi hasil 7,4 ton/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama
·Agak tahan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2
·Agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit · Tahan terhadap penyakit blas ras 133 · Agak tahan penyakit blas ras 73, 173 dan 033
Cekaman abiotik Agak rentan terhadap kekeringan dan rentan terhadap keracunan Almunium
Anjuran tanam Baik ditanam di lahan kering dataran rendah sampai sedang <700 m dpl
Tahun dilepas 2011
Deskripsi padi varietas Inpago 7
antaranya padi gogo, jagung dan kedelai. Disamping itu komoditas pangan alternatif seperti sorghum, dan kacang hijau juga cukup adaptif di lahan kering. Kunci keberhasilan pengembangan pertanian di lahan kering antara lain adalah penerapan inovasi teknologi budidaya yang tepat (tepat waktu tanam, tepat pilihan komoditas, tepat pengelolaan) dan pemanfaatan lengas tanah yang efisien. Aplikasi mulsa sisa tanaman pada musim tanam sebelumnya dapat dipraktekkan untuk
mengurangi hilangnya air dari permukaan tanah mendukung pertanian lahan kering. (evaporasi) pada lahan kering beriklim kering.
Peran Balitbangtan dalam
Teknologi embung untuk memanen air dimusim
Pengembangan Pertanian Lahan Kering
penghujan dan memanfaatkannya di musim kemarauUnit Pelaksana Teknis (UPT) Balitbangtan siap perlu didukung pengembangannya oleh pemerintah
mendukung program intensifikasi pertanian lahan pusat, daerah bahkan swasta. Di Jawa Tengah sejak
kering di Jawa Tengah. Setidaknyaa ada dua UPT 2006 melalui dana Pemerintah Daerah dan dana
Balitbangtan yang ada di Jawa Tengah, yaitu BPTP Corporate Social Responsbility (CSR) dari BUMN
Jawa Tengah dan Balai Penelitian Lingkungan dan swasta telah dibangun embung bio-membran
Pertanian (Balingtan) yang ada di Pati. BPTP Jawa sebanyak 45 buah, dan sudah banyak dimanfaatkan
Tengah memiliki tugas menyiapkan inovasi teknologi oleh masyarakat untuk mendukung usahatani
pertanian lahan kering, dan pendampingan tanaman pangan dan hortikutura. Sinergi program
penerapan inovasi teknologi, sedangkan Balingtan pembangunan sarana prasarana pertanian seperti
menyediakan inovasi teknologi budidaya tanaman embung untuk mendukung pengembangan
pangan yang ramah lingkungan, seperti inovasi pertanian lahan kering kedepan perlu diperbanyak
budidaya padi rendah emisi. porsinya. Mulai tahun 2015 Provnsi Jawa Tengah
juga akan membangun 1000 embung untuk Inovasi Padi Gogo
I n o v a s i t e k n o l o g i u n t u k m e n d u k u n g pengembangkan produksi padi dilahan kering yang menonjol, yaitu varietas padi gogo tahan kekeringan seperti Inpago 1 sampai dengan Inpago 10. Keberadaan varietas unggul baru padi gogo ini untuk memperbaiki produktivitas dan kualitas beras dari varietas padi gogo yang telah dilepas sebelumnya. Produktivitas demplot PTT padi gogo di lahan kering sebagai tanaman sela hutan jati di Blora menunjukkan capaian poduktivitas sebesar 3,1 t/ha (Situ Patenggang); 3,9 t/ha (Batutegi); 3,23 t/ha (situ Bagendit).
Hasil uji adaptasi padi gogo di beberapa wilayah di Jawa Tengah menunjukkan respon masyarakat yang cukup baik terhadap pengembangan padi Situbagendit dan Inpago 5. Unit produksi benih sumber (UPBS) BPTP Jawa Tengah telah menyebarkan varietas uggul padi Inpago 5 tersebut
Umur tanaman ±115 hari Bentuk tanaman Tegak Tinggi tanaman ±104 cm Daun bendera Agak tegak Bentuk gabah Sedang Warna gabah Kuning bersih
Kerontokan Sedang
Kerebahan Agak tahan
Tekstur nasi Sedang
Kadar amilosa 25 %
Berat 1000 butir 24,7 gram
Rata-rata hasil 4 t/ha GKG Potensi hasil
7,3 t/ha GKG Ketahanan
terhadap Penyakit
·Tahan terhadap penyakit blas ras 033
·Agak tahan terhadap blas ras 133 dan 073 Cekaman abiotik Agak toleran
kekeringan dan keracunan AI pada tingkat 60 ppm AI 3+ Tahun dilepas 2013
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Deskripsi padi Inpago 10
Embung, sangat diperlukan untuk ketersediaan air saat musim kemarau
Demplot PTT padi gogo (Situ patenggang, situ bagendit, dan Batutegi) di kabupaten Blora ditanam di sela hutan jati. Respon masyarakat juga cukup tinggi terhadap pengembangan padi gogo di sekitar hutan
kepada petani kurang lebih 42,655 ton atau setara dengan lebih 1.200 ha pada tahun 2014. Sebagian benih Inpago 5 dikembangkan di lahan kering disela tanaman hutan melalui program Integrated Farming oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Jagung Komposit di Lahan Kering
Balitbangtan telah melepas beberapa jagung komposit yang relatif adaptif dikembangkan di Lahan kering. Beberapa varietas tersebut antara lain: Bisma, Lamuru, Srikandi kuning, dan Arjuna. Hasil pengujian di kabupaten Blora dengan memanfaatkan
teknologi embung, untuk varietas Sukmaraga tersebut sebagian milik perhutani. Untuk mampu menghasilkan pipilan kering sebesar 4,7 memanfaatkan lahan perhutani melalui budidaya t/ha, Srikandi kuning sebesar 4,3 t/ha setara dengan tanaman di sela diantara tanaman hutan muda, BPTP caapaian varietas`jagung hibrida C-22 sebesar 4,9 Jawa Tengah telah melakukan uji coba budidaya t/ha (9). Hasil kajian yang dilaporkan menunjukkan kedelai di lahan hutan. Masalah utama budidaya bahwa provitas jagung komposit yang diusahakan di kedelai di lahan kering utamanya terkait degan lahan kering iklim kering di NTB masih bisa
mencapai 8,26 t/ha (Lamuru), 7,54 t/ha (Arjuna), dan 7,19 t/ha untuk Srikandi kuning. Hasil adaptasi jagung komposit Bisma di lahan kering pasir pantai di Kebumen menunjukkan bahwa dengan pola pengelolaan petani produktivitas mencapai 4,77 t/ha pipilan kering setara dengan jagung hibrida yang mencapai 4,87 t/ha, namun apabila pengelolaan ditingkatkan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) hasil Bisma mencapai 6,0 t/ha (6). Beberapa informasi hasil pengkajian diatas menunjukkan bahwa varietas unggul jagung komposit Balitbangtan cukup sesuai untuk dikembangan di lahan sub optimal, karena lebih adaptif terhadap kondisi biofisik lahan yang kurang subur dan cekaman air. Keuntungan lain mengembangkan jagung komposit di kawasan lahan kering, petani dapat memanfaatkan hasil panen musim sebelumnya untuk digunakan sebagai benih pada musim berikutnya.
Kedelai Adaptif LahanKering
Lahan kering yang potensial untuk usaha pertanian terbagi menjadi lahan kering masam, dan lahan kering iklim kering. Lahan kering iklim kering di Jawa Tengah banyak terdapat di kabupaten Blora, Rembang, Pati, Grobogan, Boyolali, Kebumen dan Wonogiri. Sebagian lahan kering iklim kering
Tanggal dilepas 25 Februari 2000
Umur 50% keluar rambut : 55 hari Masak fisiologis 90 - 95 hari
Batang Tegap Warna batang Hijau
Tinggi tanaman + 190 cm (160 - 210 cm) Daun Panjang
Warna daun Hijau Keragaman tanaman Agak seragam Perakaran Baik
Malai Semi kompak
Warna rambut Coklat keunguan (75%) Tongkol Panjang dan silindris Tinggi letak tongkol : + 90 cm (85 - 110 cm) Kelobot Tertutup dengan baik (75%) Tipe biji Mutiara (flint)
Warna biji Kuning Baris biji Lurus Jumlah baris/tongkol 12 - 16 baris Bobot 1000 biji + 275 g Rata-rata hasil 5,6 t/ha Potensi hasil 7,6 t/ha
Ketahanan Cukup tahan terhadap penyakit bulai
(Penonosclerospora maydis) dan karat
Daerah sebaran Dataran rendah sampai 600 m dpl.
Deskripsi varietas jagung Lamuru
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jagung varietas Lamuru yang dikembangkan di NTT mampu berproduksi 8,26 t/ha.
Sumber: Balai Penelitian
T
anaman Serealia
kedelai hingga masak fisiologis. Hasil pengujian kedelai dilahan kering sebagai tanaman sela tanaman hutan jati di KPH Telawa, masih mampu menghasilkan produktivitas sebesar 2,13 t/ha setara
monokultur dengan varietas Grobogan dan 2,26 t/ha kekeringan.Ketersediaan inovasi terutama varietas untuk varietas Anjasmoro, dan 2,06 t/ha untuk kedelai yang tahan kekeringan dan sesuai untuk varietas Argomulyo. dikembangkan di lahan kering masam akan membuka peluang yang lebih luas bagi pemanfaaatan M a s a l a h u t a m a y a n g d i h a d a p i d a l a m
lahan sub-optimal untuk budidaya komoditas pangan mengembangkan budidaya kedelai di lahankering
utama. masam adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah,
cekaman kekeringan pada pertanaman akhir musim Peluang untuk memenuhi kebutuhan pangan hujan (MHII), gangguan hama, gulma dan penyakit. nasional yang bersumber dari tanaman semusim Perakitan varietas kedelai adaptifl ahankering masam sebagai sumber pangan utama seperti padi, jagung, lebihdiarahkan untuk mendapatkan varietas yang dan kedele dengan memanfaatkan potensi toleran kemasaman tanah dan toleran kekeringan lahankering masih terbuka. Terdapat banyak kendala serta mempunyai sifat-sifat agronomi yang baik dalam mengembangkan lahan kering sebagai lahan (tanaman kokoh, tinggi, tidak mudah rebah, polong alternatif untuk memproduksi pangan di Indonesia. banyak,ukuran biji besar atau sedang). Saat ini Berbagai kendala yang melekat pada karakteristik terdapat 7 varietas unggul kedelai adaptif lahan lahan tersebut maka perlu dicarikan solusi k e r i n g m a s a m , y a i t u v a r i e t a s S l a m e t , pemecahannya. Kunci untuk mengatasi berbagai Sindoro,Tanggamus, Sibayak, Nanti, Ratai dan kendala pengembangan lahan kering sebagai sentra Seulawah. Dayah asil varietas-varietas tersebut 2,2- pertumbuhan produksi pangan masa depan adalah 2,5 t/ha pada lahan kering agak masam (PH 5,5, AL tersedianya inovasi. Untuk itu lembaga penelitian 30-35%). Varietas tersebut umumnya berumur Kementan dan perguruan tinggi harus bersinergi sedang (86-93 hari) Enam varietas berukuran biji untuk menciptakan inovasi-inovasi yang aplikatif dan sedang (10,5-12,7g/100 biji) dan satu varietas adaptif dikembangkan di lahankering. Peran (Seulawah) berbiji kecil (9,5/100biji). Tiga varietas pemerintah dalam mendorong pengembangan yaitu Nanti, Ratai, dan Seulawah tahan penyakit pertanian lahan kering adalah melalui political will karat, sedangkan empat varietas yaitu Tanggamus, yang konsisten.***
N a n t i , R a t a i , d a n S e u l a w a h t o l e r a n
Deskripsi varietas unggul kedelai Anjasmoro
Dilepas tahun 22 Oktober 2001 Daya hasil 2,03–2,25 t/ha Warna bunga Ungu
Warna kulit biji Kuning Bentuk daun Oval Ukuran daun Lebar
Umur berbunga 35,7–39,4 hari Umur polong masak 82,5–92,5 hari Tinggi tanaman 64 -68 cm Bobot 100 biji 14,8–15,3 g Kandungan protein 41,8–42,1% Kandungan lemak 17,2–18,6% Kerebahan Tahan rebah
Ketahanan thd penyakit Moderat terhadap karat daun Sifat-sifat lain Polong tidak mudah pecah
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Daftar Bacaan
Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan teknologi Pengelolaan lahankering Mendukung Pengadaan Pangan
Nasional. Jurnal Litbang Pertanian. Balitkabi.2010.Varietas Unggul Kedelai Adaptif Lahan Sawah, Lahan Kering Masam dan Lahan Rawa Pasang Surut. Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2002. Lahankering untuk pertanian. Dalam A. Abdurachman, Mappaona, dan Saleh (Ed.). Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Minardi, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering untuk Pengembangan Pertanian Pangan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Tanah Pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 26 Pebruari 2009.
Murtilaksono, K dan S. Anwar. 2014. Potensi, Kendala dan Strategi Pemanfaataan Lahan Kering Masam untuk Pertanian Padi, Jagung,
Kedelai, Peternakan, Perkebunan dengan Menggunakan Teknologi Tepat guna dan Spesifk Lokasi. Makalah Seminar Nasional Lahan Sub-optimal. Palembang 26-27 September 2014. Pramono, J., Subiharta dan B. Utomo.2011. Peningkatan Produktivitas Jagung di Lahan Pasir Pantai melalui Introduksi Jagung Bersari Bebas dan Perbaikan Budidaya. Dalam. Setiani, dkk. (Edt). Prosiding Semiloka “Penguatan Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Antispasi Perubahan Iklim untuk Peningkatan Produksi Pangan. Balai Besar Pengajian dan Pegembangan Teknologi Pertanian-Pemerintah Provinsi Jawa Tengah – Universtas Sebelas Maret. Prayudi, B., T. Sudaryono, Suprapto, T.Prasetyo, Yulianto, A. Hermawan dan Sartono. 2012. Laporan Kegiatan Sosialisasi dan Gelar Teknologi Budidaya Kedelai di Kawasan Hutan. Balai Pengkajian Teeknologi Petanian. Jawa Tengah. Ungaran. Suhendra, Z. 2013. Luas Lahan Pertanian RI Cuma Seperempat dari Thailand.http://finance.detik.com/read/2013/06/14/103533/2273277/4/luas-lahan-pertanian-ri-cuma-seperempat-dari-thailand.
Suprapto, S. Jauhari dan M.N. Setiapermas. 2010. Budidaya Jagung di Lahan Kering dengan Pemanfaatan Embung pada Musim Kemarau di
Blora Jawa Tengah. Dalam Kasim, dkk. (Edt). Pengembangan Inovasi Pertanian Lahan Marjinal. Pemberdayaan dan pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian di Lahan Marjinal Mendorong Tercapainya Petani Mandiri dan Tangguh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Suriadi, A., B.T.R. Erawati dan M.Nazai. 2014. Prroduktivitas Jagung Komposit Berpengairan Springkler sebagai Pangan dan Pakan di Lahan Kering Iklim Kering NTB. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 17 (3):197-209.
Toha, H.M., Widyantoro dan L.M. Zarwazi. Pengembangan Padi Gogo Sebagai Tanaman Tumpangsari Hutan Jati Muda di Kabupaten Blora. Zaini, Z., I.A. Rumati, D.W. Soegandodan Y. Kato. 2015. Unfavorable Rice Land Securing national Rice production in Indonesia. International
Proccedings ICFORD. Bogor. Indonesia.
Jagung, yang ditanam di
lahan kering juga mampu berproduksi tinggi
urangnya perhatian dan pengetahuan petani Bappeda Blora, 2002). Kawasan hutan Kabupaten t e r h a d a p p e r t a n i a n l a h a n k e r i n g Blora hampir mencapai 49%. Yang terdiri-dari
K
menyebabkan produktifitas lahan menjadi 89.411,52 ha hutan milik negara dan 1005 ha hutan rendah. Usaha peningkatan produktifitas lahan rakyat. Sawah 25,30% atau 46.208,47 ha yang pertanian di kawasan lahan kering harus dipadukan sebagian besar merupakan sawah lahan kering tadah dengan usaha konservasi tanah dan air agar stabilitas hujan. Sedangkan tanaman pangan di Kabupaten dan keberlanjutan produksi dapat dipertahankan Blora merupakan komoditas utama untuk (Johari Sasa dkk, 1988). Berbagai kebijakan tentang mencukupi kebutuhan pangan . Tanaman pangan pengelolaan sumberdaya lahan telah diberlakukan merupakan tanaman semusim yang sangat rentan pemerintah dalam bentuk undang-undang maupum terhadap kekeringan . Kebutuhan air untuk tanaman peraturan pemerintah. Tetapi kebutuhan lahan pangan pada musim penghujan relatif terpenuhi oleh diluar sektor pertanian terus meningkat untuk curah hujan, baik secara langsung maupun melalui berbagai kepentingan diluar sektor pertanian. aliran permukaan . Sebaliknya pada musim kemarau Perambahan hutan untuk keperluan diluar sektor kondisi air sangat terbatas, sehingga diperlukan pertanian banyak dilakukan di Kabupaten Blora, pemilihan komoditas yang sesuai dengan sehingga menyebabkan hutan gundul yang berakibat kemampuan pemberian air agar ketersediaan air degradasi lahan. Degradasi lahan bisa berlangsung yang terbatas dapat dimanfaatkan secara optimal. secara alamiah, tetapi bisa juga akibat kegiatan yang Menurut Karama, 2002. pada kelompok wilayah dilakukan oleh manusia. hutan (di daerah timur Jawa Tengah yang meliputi Blora merupakan salah satu Kabupaten di daerah Rembang dan Blora) terdapat 8 bulan Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 1820 km² berturt-turut bulan kering dari bulan April sampai atau sekitar 5,5% dari luas propinsi Jawa Tengah dengan Nopember, sehingga wilayah ini rawan serta memiliki tipe iklim C” dengan bulan basah kekeringan. Oleh karena itu kelebihan air pada antara 2-3 bulan dan bulan kering 9 – 10 bulan musim penghujan perlu dikelola dengan cara pertahun, Jumlah curah hujan berkisar 1470 mm/th ( disimpan untuk dimanfaatkan pada musimKebutuhan air untuk tanaman pangan pada musim penghujan relatif terpenuhi oleh
curah hujan, baik secara langsung maupun melalui aliran permukaan. Tetapi pada
musim kemarau air sangat terbatas, sehingga diperlukan pemilihan komoditas yang
sesuai dengan kemampuan pemberian air agar ketersediaan air yang terbatas
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Intensifikasi
Usaha Tani
Lahan Kering
Melalui Penataan Pola Tanam
di Kawasan Embung Kabupaten Blora
ketersediaan pasokan air yang ada di kawasan embung semi permanen, dengan cara di glontor dan dikocor pada saat fase kritis tanaman, dimana sistem pengairan dilakukan pada fase pertumbuhan dalam kondisi tanaman membutuhkan air. Komoditas yang digunakan adalah bawang merah, cabe kriting dan jagung. Pelaksana kegiatan dilahan petani sejumlah 7 petani kooperator pada skala usahatani dengan mengutamakan partisipatif aktif dari petani terhadap kemarau. Menurut Amien, 1966. pengelolaan air
semua kegiatan. Luas pengkajian yang dilakukan untuk pertanian dapat dilakukan dengan
bawang merah 0,5 Ha, cabe merah 0,5 dan jagung 1 penampungan dalam waduk, bendung, embung
ha.Model pola tanam usahatani lahan kering di maupun sumur resapan yang dibuat sesuai dengan kawasan embung adalah
keperluanya, sehingga air dapat dimanfaatkan pada Pola petani ( padi-Jagung-bero)
saat diperlukan. Padi – Jagung – Bawang merah
Hampir semua Kecamatan di Kabupaten Blora Padi _ Jagung –Cabe kriting Telah dibuat embung bahkan sampai ke desa. Padi_ Jagung _ Jagung Beberapa jenis penampungan air yang biasa
Untuk pola tanam petani (Padi- Jagung-bero) dilakukan oleh petani antara lain; embung gali,
pengelolaanya sesuai dengan teknologi petani (cara sumur usahatani dan bendung. Sejak akhir tahun
petani) karena petani menanam 2 kali saja dalam 2005 telah dibuat sebanyak lebih kurang 468 buah
setahun. Tanaman ketiga adalah tanaman introduksi yang terdiri dari sumur usahatani, embung gali dan
dengan memanfaatkan air embung tersedia. bendung (Dispertan Blora, 2005). Namun
pembuatan embung ini belum dimanfaatkan petani
Hasil Usaha Tani Tanaman Pangan dan
secara optimal.
Sayuran di Kawasan Embung.
Dengan telah banyaknya dibangun embung
Embung di Desa Getas merupakan embung perlu kiranya pemanfaatan air secara effisien agar dengan model bendung kecil. Ada semacam saluran tidak terjadi pemborosan. Penggunaan air air ( sungai kecil) yang pada musim kemarau tidak dikemudian hari dilakukan dengan pendekatan ada airnya. Saluran air (sungai kecil) di buat dam pengelolaan sumberdaya air dan penataan pola (tempat bendung air dimusim hujan) untuk tanam yang baik, sehingga keseimbangan pasokan menampung air yang dapat mendistribusikan dan kebutuhan air untuk aktifitas usahatani di lahan kebutuhan air di sejumlah area lahan pertanian yang kering dapat terjaga ( Hidayat Pawitan dkk, 1996). dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas 21 ha. Embung ini dibuat sejak tahun 2006
Model Pola Tanam Introduksi di
oleh Dinas Pertanian Kabupaten Blora dan langsungKawasan Intensifikasi Lahan Kering di
dapat dimanfaatkan. Sebelum ada embung petaniKawasan Embung
hanya dapat menanam satu kali satu tahun, setelahada embung petani dapat menanam 2 kali setahun Pemanfaatan embung dengan optimalisasi
dengan pola padi-palawija (jagung-bero). Upaya penggunaan air pada tanaman pangan dilakukan di
optimalisasi pengggunaan air dimulai pada MK. Desa Getas Kec. Kradenan, Kab. Blora pada musim
2006 menjadi 3 kali tanam pada tahun yang sama. Kemarau. Pelaksanaan kegiatan dimulai setelah pola
Diintroduksikan tanaman pangan (jagung) dan tanam petani yang kedua selesaia panen, tepatnya
sayuran pada pola tanam ketiga sehingga p o l a t a n a m a n y a menjadi padi-jagung- jagung, padi-jagung - bawang merah dan padi-jagung - cabe merah, sebagai upaya effisiensi pemanfaatan air.
Pada pola tanam pertama padi – jagung yang ditanam sendiri MK-I. Sistem pengairan oleh petani, rata-rata hasil padi musim rendengan 4 d i l a k u k a n d e n g a n t/ha dengan harga rata-rata per kg Rp.1300,- m e m a n f a a t k a n didapatkan hasil penjualan Rp. 5.200.000,- dan Tabel 1.Uraian KomponenTeknologi Introduksi
Uraian Komoditas
Jagung Bawangmerah Cabe kriting
Varietas Sukmaraga Bima TM- 999 Jaraktanam 40 x 80 cm 15 x 20 cm 60 x 50 Pupuk - Urea - SP-36 - KCl - Pukan 300 kg/ha 100 kg/ha 100 kg/ha 2 ton/ha 80 kg/ha 50 kg/ha 50 kg/ha 3 ton/ha 50 kg/ha 65 kg/ha 100 kg/ha 2 ton/ha Pengendalian H/P Konsep PHT Konsep PHT Konsep PHT
Polatanam Komoditas Padi (GKG) Jagung petani Jagung introduksi Cabemerah kriting Bawang merah Pd-jg Pd-jg-jg Pd-jg-cabe Pd-jg-bw 4 ton/ha 4ton/ha 4 ton/ha 4 ton/ha 2,5 ton/ha 2,5 ton/ha 2,5 ton/ha 2,5 ton/ha -4,4 ton/ha -4,6 ton/ha -10,4 ton/ha
Tabel 2. Hasil Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran di Desa Getas MK-1 Kab. Blora
Sumber: data primer Keterangan : Pd= Padi Jg =Jagung
Bw = Bawangmerah
dikurangi upah dan saprodi sebesar Rp. Petani baru pertama kali menanam cabe kriting 2.134.000,-, sehingga petani mendapat keuntungan merah dan bawang merah sehingga keberadaan Rp. 3.066.000. Rata-rata hasil jagung petani dengan hama dan penyakit masih relatif sedikit. Selanjutnya menggunakan varietas lokal mendapatkan 2,5 t/ha untuk bawang merah mendapatkan hasil rata-rata dengan harga per kg. Rp.1.000,- sehingga petani 10,4 t/ha dengan harga Rp. 3.000,- mendapatkan mendapatkan harga penjualan Rp. 2.500.000,- hasil penjualan sebesar Rp. 30.400.000,- yang dengan biaya produksi yang dikeluarkan lebih kurang dikurangi modal usaha sebesar Rp.14.070.000,- Rp. 1.450.000,- petani mendapatkan keuntungan sehingga diperoleh keuntungan Rp.16.330.000,-. Rp.1.050.000,-. Karena kondisi lahan selanjutnya Dengan pengelolaan air embung dan pola tanaman bera sehingga total pendapatan petani Rp. secara baik dapat meningkatkan indek pertanaman 3.066.000 + 1.050.000,- = Rp.4.116.000,- per dari pola tanam palawija-bero menjadi
padi-tahun. padi/polowijo-polowijo/sayuran dalam setahun
sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan Pada pola tanam jagung ketiga varietas
petani. sukmaraga dengan pemberian air dikocor
mendapatkan hasil 4,2 t/ha dengan harga per kg Penataan pola tanam usahatani kawasan lahan Rp.1.200,- sehingga hasil penjualan Rp. 4.600.000,- kering tadah hujan dengan memanfaatkan per hektar dikurangi biaya produksi sebesar ketersediaan air embung dapat meningkatkan indek R p . 1 . 8 6 0 . 0 0 0 , - s e l a n j u t n y a m e n d a p a t k a n pertana mandari 200% menjadi 300 % dan dapat keuntungan sebesar Rp. 2.740.000,-. Lebih lanjut meningkatkan pendapatan lebih dari 50 persen, hasil penanaman cabe merah kriting didapatkan hasil 4,6 jagung introduksi varietas sukmaraga 4,2 ton/ha, ton/ha dengan harga saat panen rata-rata Rp.4000,- bawang merah 10,4 t/ha dan cabe merah kriting 4,6 didapatkan hasil penjualan Rp. 17.600.000,- per t/ha. Harga pada saat panen bawang merah Rp. hektar dikurangi biaya produksi Rp.9.050.000,- 3000/kg, Rp.1200/kg untuk jagung dan harga cabe sehingga mendapatkan keuntungan Rp.8.550.000,-. kriting merah saat panen Rp. 4.000,-***
Daftar Bacaan
Amien,I. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Air Melalui Pembangunan Pertanian Wilayah Hulu DAS. Makalah disampaikan pada paparan banjir dan kekeringan DAS Kali Garang Semarang. Puslittanak Bogor. Bappeda Kabupaten Blora, 2002. Neraca Sumberdaya Alam Daerah (NSAD). Kabupaten Blora. Dipertan Kabupaten Blora, 2005. LaporanDinasPertanian 2004. KabupatenBlora. Hidayat,P., Irsallas,HSuharno, R Boer, Handoko, J.S. Baharsyah. 1996. Implementasi Pendekatan Strategis dan Taktis Gerakan Hemat Air. Proseding Seminar Nasional Pemantapan Gerakan Hemat Air untuk Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Air. Johari Sasa, Rober L. W., MarsusiN, Subiharta, Nainy A.K., Een Rukmanah dan A.M. Fagi. 1988. Pola Tanam konservasi di DAS Jratunseluna Bagian Hulu. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian lahan Kering da Konservasi di DAS. P3HTA Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Salatiga. Karama.s, G. Irianto, S>HA. Syahbudin, WS. Ningtyas. 2002. Karakteristik dampak El-nino terhadap Pertanian di Indonesia. Sosialisasi Hasil Analisis Data Iklim untuk Antisipasi Dampak El-nino.
Jenis kegiatan
Komoditas Padi Jagung pola
petani
Introduksi
jagung Cabe keiting Bawang merah Benih Pengolahan tanah Cabutbenih Pesemaian Tanam Penyiangan Pengairan Ajir Pupuk kandang Saprodi Panen/prosesing Rp 210.000,- Rp 700.000,- Rp 100.000,- - Rp 187.500,- Rp 78.000,- Rp 50.000,- - - Rp 610.000,- Rp 200.000,- Rp.100.000,- Rp.700.000,- - - Rp.250.000,- - Rp.100.000,- - - Rp.250.000,- Rp.100.000,- Rp.100.000,- Rp. 700.000,- - - Rp.250.000,- Rp.100.000,- Rp.100.000,- - - Rp.610.000,- Rp.100.000,- Rp.3000.000,- Rp.1500.000,- - Rp 300.000,- Rp 300.000,- Rp 500.000,- Rp 600.000,- Rp 600.000,- Rp 600.000,- Rp 1.550.000,- Rp 400.000,- Rp.6000.000,- Rp.1.500.000,- - - Rp.470.000.,- Rp.500.000,- Rp.800.000,- - Rp.1.800.000,- Rp.1.550.000,- Rp.1.450.000,- Jumlah Rp.2.139.000, - Rp.1.450.000, - Rp.1860.000,- RP.9.050.000,- Rp.14.070.000. Hasil produksi Rp.5.200.000, - Rp.2.500.000, - Rp.4.600.000, Rp.17.600.000, Rp.30.400.000 Keuntungan Rp.3.061.000, - Rp.1.050.000, - Rp.2.740.000, - Rp.8.550.000,- Rp.16.360.000
Tabel 3. Analisis Usahatani Tanaman Pangan dan Sayuran Petani Desa Getas Kec. Kradenan Blora MK -1 Kab. Blora
Jagung salah satu komoditas pangan utama yang
menjadi capaian swasembada Pemerintah.
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
Peningkatan Kedaulatan Pangan -
menggerakkan sektor-sektor strategis
bagian dari Nawacita Ketujuh
ekonomi domestik. Poin pertama dari program esuai dengan kampanyenya, Presiden dan tersebut adalah “Peningkatan Kedaulatan Wakil Presiden terpilih menjalankan sembilan Pangan”. Kedaulatan pangan yang dimaksud harus
S
program prioritasnya (Nawacita) selama dapat dicerminkan oleh kekuatan untuk mengatur periode 2014-2019. Program prioritas ketujuh dari masalah pangan secara mandiri:Nawacita yang dijalankan oleh Kabinet Kerja yang
Dari sejumlah komoditas pangan, pemerintah dipimpin oleh, Jokowidodo – Yusuf Kalla adalah
melalui Kementerian Pertanian telah menetapkan tujuh komoditas pangan utama yaitu padi, jagung, kedelai, tebu, daging, bawang merah, dan cabai. Pencapaian swasembada dari ketujuh komoditas pangan utama tersebut telah menjadi bagian dari Program Strategis Nasional tahun 2015-2019. Tiga dari tujuh komoditas pangan tersebut (padi, jagung, dan kedelai) dipandang mempunyai dimensi ekonomi, sosial, dan politik penting bagi bangsa Indonesia, sehingga pencapaian swasembadanya dipercepat dan ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2 0 1 7 . O p e r a s i o n a l i s a s i p e n c a p a i a n t a r g e t swasembada ketiga komoditas pangan tersebut dilaksanakan secara serius melalui program Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai (Upsus Pajale). Upaya khusus all in pajale dilakukan melalui penyediaan dana yang cukup, pengerahan tenaga, perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersedian benih unggul yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu, harga), bantuan traktor dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan, panen dan pascapanen termasuk kepastian pemasarannya.
Komoditas pangan, khususnya pajale, bawang merah, dan cabai merah, selama ini banyak dikembangkan di lahan sawah irigasi. Masalahnya luas lahan sawah irigasi yang terletak di bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) terus menyusut akibat
Prioritas pemerintahan Jokowi-Yusuf Kalla adalah swasembada pangan, yang selama
ini banyak dikembangkan di lahan sawah irigasi. Namun luas lahan irigasi terus
menyusut akibat alih fungsi maupun kemampuan daya dukungnya. Untuk itu perlu
lahan kering sebagai lahan alternatif dalam memproduksi bahan pangan.
alih fungsi dalam bentuk penyempitan luas lahan DAS hulu. .
maupun penurunan kemampuan daya dukungnya
Model Usahatani Konservasi Lahan
Laju penyusutan lahan sawah irigasi tersebut
Kering
mencapai 110 ribu hektar per tahun (Rozi, 1997).
Diperkirakan pasokan pangan pada tahun-tahun Secara umum dikenal tiga metode usaha mendatang tidak lagi dapat digantungkan pada lahan konservasi lahan, yaitu sipil teknis/mekanik, sawah irigasi yang umumnya terletak di DAS hilir vegetatif/metode biologi, dan kimia (Arsyad, 2010). (Minardi, 2009; Hermawan dan Basuki, 2014). Metode konservasi kimia menyangkut penggunaan Untuk itu perlu lahan alternatif, salah satunya adalah preparat kimia sintetik atau alami untuk lahan kering yang terletak pada kawasan berlereng di meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah DAS hulu. Lahan kering merupakan lahan yang tidak erosi. Metode kimia jarang digunakan karena mahal pernah mengalami penggenangan, baik secara (Arsyad, 2010).
permanen maupun musiman dengan sumber air dari
Konservasi mekanik/sipil teknis adalah hujan atau irigasi (Notohadiprawiro T. 1989).
pembuatan bangunan pencegah erosi dan manipulasi mekanik pada permukaan tanah. Contoh dari
Urgensi Pengembangan Lahan Kering
konservasi mekanik ini adalah penataan lahan,
Berlereng di DAS hulu
pembuatan teras, pengaturan aliran air dengan saluran pembuangan air/SPA, bangunan terjunan S e l a i n s e b a g a i l a h a n a l t e r n a t i f u n t u k
air/BTA, serta dam pengendali. Teknik konservasi memproduksi bahan pangan, pengembangan lahan
mekanik cukup efektif dalam mengendalikan erosi kering berlereng di DAS hulu juga perlu dilakukan
hingga di bawah batas yang diperbolehkan (13.8 mengingat perannya sebagai penyangga pemenuhan
t o n / h a / t h ) ( H a r y a t i e t a l . , 1 9 9 3 ) , t e t a p i kebutuhan air irigasi di hilir. Pengalaman
membutuhkan tenaga kerja dan biaya tinggi. menunjukkan bahwa praktek usaha tani tanpa upaya
konservasi yang memadai di DAS hulu telah
Sebagai alternatif dikembangkan konservasi menyebabkan terjadinya erosi, longsor, dan
vegetative. Konservasi vegetatif adalah penggunaan degradasi lahan hingga tahap kritis (Setiani dan
tanaman dan tumbuhan untuk melindungi tanah dari Hermawan. 1998). Pembukaan hutan di lahan kering daya perusak butir hujan yang jatuh dan air yang berlereng di DAS bagian hulu sendiri berakar pada
mengalir di permukaan, memperbesar kapasitas pertambahan jumlah penduduk dan tuntutan untuk
infiltrasi dan menahan air aliran permukaan. mencukupi kebutuhan pangan. Padahal hutan di
Konservasi lahan vegetatif misalnya adalah hulu DAS sejatinya berfungsi sebagai daerah
pengaturan pola tanam, penanaman tanaman keras, tangkapan air hujan, mengatur tata air, menahan
rumput dan leguminosa pohon sebagai penguat teras, t a n a h p a d a d a e r a h - d a e r a h c u r a m , s e r t a penanaman secara strip/pertanaman lorong, dan
(
mengendalikan erosi tanah Reksohadiprodjo dan
penutup tanah. Konservasi ini efisien dalam hal Prabowo. 1981). tenaga kerja, misalnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penedapan pertanaman lorong hanya 6% dari Kerusakan lahan di DAS hulu juga telah
pembuatan teras bangku, dan tetap dapat menyebabkan terjadinya peningkatan frekuensi
menurunkan erosi, walaupun membutuhkan waktu banjir dan sedimentasi di saluran irigasi di hilir pada
lebih lama agar dapat berfungsi optimnal musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau.
(Notohadiprawiro, 1989). Dengan demikian untuk menjamin keberlanjutan
usaha pertanian dan penyediaan bahan pangan Walaupun teknik konservasi vegetative cukup diperlukan perhatian yang lebih besar terhadap
efektif dalam menekan erosi, dalam banyak kasus pengembangan usahatani konservasi di lahan kering