• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Hospitality Management PISSN Vol 11 No 01, 2020: EISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Hospitality Management PISSN Vol 11 No 01, 2020: EISSN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Submitted 8th September 2020 Accepted 15th December 2020

EDUKASI DAN IMPLEMENTASI PROTOKOL CLEAN

HEALTH SAFETY ENVIRONTMENT MELALUI WE

LOVE BALI KEMENPAREKFRAF PADA PROGRAM

10 SANUR – NUSA PENIDA – NUSA LEMBONGAN –

SANUR

Nelsye Lumanauw

Politeknik Internasional Bali nelsye.lumanauw@pib.ac.id

ABSTRAK

Edukasi dan implementasi protokol clean, healthy, safety, environment (CHSE) diselenggarakan oleh Kemenparekraf melalui Program We Love Bali yang terdiri dari 12 program perjalanan, masing-masing berlangsung selama 3 hari 2 malam, ke berbagai obyek Daya Tarik Wisata (DTW) di Bali. Kemenparekraf menyusun panduan protokol CHSE di destinasi wisata melalui WLB pada program 10 dengan rute Sanur – Nusa Penida – Nusa Lembongan – Sanur, mencakup: kriteria peserta, panduan individu, protokol CHSE DTW, protokol CHSE hotel dan protokol CHSE Restoran. Panduan terhadap implementasi protokol CHSE tidak sepenuhnya dijalankan oleh para peserta dan penyedia jasa restoran maupun akomodasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan edukasi dan implementasi protokol CHSE melalui program WLB pada program 10. Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian untuk menganalisis dan mengevaluasi implementasi protokol kesehatan. Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dengan menggunakan instrumen dokumen, pedoman wawancara dan kamera. Kesimpulan secara keseluruhan, edukasi dan implementasi protokol CHSE berjalan dengan baik dan tertib. Namun demikian, masih terjadi kelalaian terhadap panduan-panduan yang sudah diberikan, baik oleh peserta maupun pihak penyelenggara. Kesiapan DTW dalam menerima pengunjung juga harus mendapat perhatian khusus. Peningkatan kesadaran terhadap pentingnya melaksanakan protokol CHSE harus terus dipupuk, sehingga meminimalisir terjadinya kelalaian dan bisa memberi dampak positif di masing-masing lingkungan peserta.

Kata Kunci : Pariwisata Edukasi, Tatanan Baru, Protokol Kesehatan, Kebersihan Kesehatan Keamanan Lingkungan Hidup

ABSTRACT

Education and implementation of clean, healthy, safety, environment (CHSE) protocol was organized by the Ministry of Tourism through We Love Bali Program which consists of 12 travel programs, each lasting 3 days 2 nights to various tourist attractions in Bali. Kemenparekraf compiles the CHSE protocol guidelines in tourist destinations through WLB on program 10 with route Sanur - Nusa Penida - Nusa Lembongan - Sanur, including: participant criteria, individual guidelines, tourist attraction CHSE protocol, hotel CHSE protocol and restaurant CHSE protocol. The education and implementation of the CHSE protocol was not fully implemented by the participants and the restaurant or

(2)

accommodation service providers. The purpose of this study was to determine how the implementation of education and implementation of the CHSE protocol through the WLB program in program 10. Qualitative descriptive analysis method is used in research to analyze and evaluate the implementation of health protocols. Technique of collecting data is through direct observation using document instruments, interview guides and cameras. Overall conclusion, the education and implementation of the CHSE protocol went well and orderly. However, there were still negligence of the guidelines that had been given, both by participants and organizers. The readiness of DTW in receiving visitors must also receive special attention. Raising awareness of the importance of implementing the CHSE protocol must be continuously fostered, so as to minimize negligence and can have a positive impact in each participant's environment.

Keywords: Educational Tourism, New Normal, Health Protocol, Clean Health Safety Environtment

PENDAHULUAN

Pariwisata menjadi sektor paling terdampak akibat pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Lockdown yang dilakukan oleh berbagai negara mengakibatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia bukan saja berkurang, namun hampir tidak ada sama sekali. Terjadi pembatalan besar-besaran atas kedatangan wisatawan mancanegara. Bali sebagai penyumbang terbesar sektor pariwisata di Indonesia menjadi salah satu destinasi yang paling terkena dampaknya, karena pariwisata merupakan sektor unggulan dan sumber pemasukan nomor satu.

Sejak 31 Juli 2020, pariwisata Bali telah dibuka untuk wisatawan domestik, namun keengganan masyarakat untuk melakukan perjalanan masih tinggi. Kelengkapan dokumen seperti hasil rapid test, ketidakpastian jadwal penerbangan, keraguan atas buka atau tidaknya destinasi wisata adalah beberapa alasan keengganan masyarakat. Mobilitas masyarakat yang rendah selama pandemi covid-19 dan ditutupnya tempat-tempat rekreasi serta hiburan memberikan dampat ekonomi cukup besar terhadap sektor pariwisata. Hal ini mengakibatkan terjadinya perlambatan peningkatan kegiatan pariwisata di Bali.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan para stakeholder menggelar program yang disebut We Love Bali (WLB) pada bulan Oktober dan November 2020, sebagai bentuk edukasi dan implementasi protokol clean, healthy, safety, environment (CHSE). Program WLB terdiri dari 12 program perjalanan, masing-masing berlangsung selama 3 hari 2 malam ke berbagai obyek Daya Tarik Wisata (DTW) di Bali. Bali dijadikan proyek percontohan (pilot project) untuk menggerakkan roda perekonomian usaha pariwisata dan memulihkan citra pariwisata. Pada pariwisata edukasi, produk perjalanan merupakan keseluruhan perjalanan wisatawan dari tempat tinggal sampai kembali lagi, sebagai pengalaman pendidikan yang melibatkan semua pemangku kepentingan pariwisata (Wijayanti, 2019:35-40).

Program We Love Bali diharapkan dapat membentuk safety awareness bagi para pelaku usaha di Bali untuk mulai bergerak dan semangat kembali berkarya. Program tersebut juga memberikan edukasi dalam mengimplementasikan protokol kebiasaan baru bagi para peserta, pelaku usaha pariwisata, pengelola destinasi wisata dan masyarakat umum, supaya mengetahui bahwa di Bali telah

(3)

mengimplementasikan protocol CHSE. Protokol kebiasaan baru berbasis CHSE, yaitu kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup di setiap DTW dalam memastikan keamanan wisatawan.

Kemenparekraf juga menyusun panduan protokol CHSE di bidang yang berkaitan dengan pariwisata dan ekonomi kreatif. Panduan implementasi protokol CHSE di destinasi wisata melalui WLB pada program nomer 10 dengan rute Sanur – Nusa Penida – Nusa Lembongan – Sanur, mencakup: kriteria peserta, panduan individu, protokol CHSE DTW, protokol CHSE hotel dan protokol CHSE Restoran. Ketentuan yang termuat dalam panduan tersebut mengacu pada protokol dan panduan yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO) dan World Travel & Tourism Council (WTTC) dalam rangka pencegahan dan penanganan covid-19.

Buku panduan implementasi protokol CHSE di destinasi wisata melalui WLB program 10 dibagikan kepada seluruh peserta yang diselenggarakan pada bulan Oktober dan November 2020, dengan target peserta 4.000 orang. Kelalaian terhadap panduan yang telah dibuat bisa mengakibatkan peserta yang bersangkutan dan peserta lain tidak merasa aman. Kunci keberhasilan pariwisata agar dapat segera rebound adalah pelaksanaan protokol kesehatan berbasis CHSE dengan baik dan disiplin di tiap destinasi tujuan dan pelaku sektor pariwisata (Venuemagz, 2020).

Pelaksanaan adaptasi kebiasaan baru atau new normal memiliki tantangan yang tidak mudah. Tantangan-tantangan tersebut, di antaranya seperti, kepatuhan masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan, kebiasaan masyarakat dalam bersosialisasi secara dekat, ketidakpahaman tentang bahaya virus yang tidak kasat mata, serta munculnya berbagai pendapat melalui media sosial yang kurang mendukung upaya pencegahan protokol kesehatan. Penelitian oleh Fitriana, Simanjuntak, & Dewanti (2020:140) menyebutkan bahwa, pemberian materi yang berhubungan dengan keamanan, kesehatan, dan keselamatan wisatawan dan pelaku usaha wisata dipandang perlu untuk terciptanya pariwisata yang sehat, aman dan nyaman sesuai dengan yang diharapkan pada era new normal ini.

Penelitian oleh Fajri (2020:61) mengungkapkan, saat ini industri pariwisata tidak hanya mengandalkan keunikan dan keindahan sebagai daya tarik utama kepada wisatawan. Penerapan protokol kesehatan terutama dalam penanganan covid-19 merupakan hal yang wajib ada di setiap sudut industri ini.

Penelitian oleh Sugihamretha (2020) menyimpulkan bahwa, kita harus merespon bersama untuk memperlambat penularan, memperkuat ketahanan sistem layanan kesehatan agar wabah covid-19 dapat diatasi dengan cepat. Untuk itu perlu koordinasi/kerjasama semua pihak untuk mengatasi wabah ini. Di tengah upaya untuk mengendalikan penyebaran covid-19, saatnya untuk memikirkan masa depan dan perencanaan pemulihan.

Berbagai tantangan juga terjadi pada pelaksanaan WLB program 10. Implementasi protokol CHSE tidak sepenuhnya dijalankan oleh para peserta dan penyedia jasa restoran maupun akomodasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan edukasi dan implementasi protokol CHSE melalui program WLB pada program 10 dengan rute Sanur – Nusa Penida – Nusa Lembongan – Sanur. Adapun manfaat penelitian ini adalah peningkatan kesadaran masyarakat dan memastikan

(4)

unsur-unsur kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang tinggi terhadap produk dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan.

METODE PENELITIAN

Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis dan mengevaluasi penerapan protokol CHSE melalui WLB pada program 10, yaitu rute Sanur – Nusa Penida – Nusa Lembongan – Sanur. Jenis data kualitatif, berupa uraian informasi yang diperoleh dari informan, seperti penyiapan fasilitas kebersihan dan infrastruktur penunjang keselamatan dan keamanan. Sumber data primer dan sekunder menjadi acuan dalam proses penelitian. Data primer diperoleh secara langsung dari informan, yaitu para peserta program 10 dan pihak akomodasi tempat peserta menginap. Data sekunder berupa artikel-artikel yang diperoleh dari publisitas.

Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dengan menggunakan beberapa instrumen, berupa dokumen, pedoman wawancara dan kamera. Instrumen dokumen diantaranya mencakup buku-buku dan data observasi. Pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah sejumlah pertanyaan tertulis, guna memperoleh data dari informan. Kamera diperlukan untuk mendokumentasikan penerapan protokol CHSE selama pelaksanaan perjalanan wisata edukasi. Sampel pada penelitian kualitatif ini adalah para peserta program WLB program 10.

HASIL DAN DISKUSI Kriteria Peserta

Kriteria peserta WLB program 10 diatur dalam syarat dan ketentuan pelaksanaan berikut.

a. Kegiatan WLB dapat diikuti oleh dosen, guru, mahasiswa, apparatus sipil negara, karyawan perusahaan swasta, karyawan biro perjalanan wisata, kelompok sadar wisata, komunitas hobi, fotografer dan media massa. b. Ketentuan peserta, diantaranya: berusia antara 18-50 tahun dan hanya

diperbolehkan mengikuti satu kali kegiatan, aktif sebagai pengguna media sosial, memiliki kegemaran aktifitas di luar ruang (outdoor), wajib menunjukkan hasil rapid test covid-19 (non reaktif), menyertakan surat persetujuan/ rekomendasi/ dispensasi dari instansi perusahaan, asosiasi atau organisasi tempat bekerja atau bernaung, wajib menandatangani pakta integritas akan menerapkan protokol kesehatan dan mentaati tata tertib yang berlaku selama kegiatan

Program Kegiatan

Bentuk edukasi dan implementasi CHSE melalui WLB pada program 10 Sanur – Nusa Penida – Nusa Lembongan – Sanur, secara garis besar mencakup kegiatan:

Hari 1:

Berangkat dari Pantai Sanur menuju Nusa Penida dengan fast boat, Kebo Iwa. Tiba di Nusa Penida, perjalanan dari pelabuhan menuju Pantai Klingking, kemudian Angel’s Billabong dan Broken Beach. Makan siang disajikan di Restoran Angel’s Billabong. Kunjungan terakhir pada hari pertama adalah di Crystal Bay. Selanjutnya, peserta diantar ke tempat penginapan yang berbeda-beda, yaitu Arsa

(5)

Shanti, Wait Garden dan Sawit Garden. Penjemputan untuk makan malam di Restoran Minang Nusa.

Hari 2:

Peserta melakukan check out. Perjalanan menuju Raja Lima, kemudian Diamond Beach dan Pantai Atuh. Makan siang disajikan di Restoran Star Semabu. Program di Nusa Penida selesai, peserta kemudian menyeberang menuju Nusa Lembongan menggunakan local fast boat. Tiba di Nusa Lembongan, peserta langsung menuju Jembatan Cinta (Jembatan Kuning). Perjalanan dilanjutkan ke budidaya rumput laut, kemudian menuju Dream Beach dan Devil’s Tear. Selanjutnya, peserta diantar menuju penginapan yang berbeda-beda, yaitu The Tanis, Dinatah dan 221 Garden Cottage. Makan malam disajikan di The Tanis.

Hari 3:

Peserta melakukan kegiatan snorkeling, kunjungan ke wisata mangrove dengan menggunakan sampan kayu. Makan siang disajikan di Restoran Sari. Selanjutnya, peserta kembali ke hotel untuk persiapan kembali ke Bali dengan fast boat, Kebo Iwa.

Panduan Individu

Seluruh peserta wajib mengikuti panduan personal. Namun ada kelalaian yang dilakukan peserta, terutama pada panduan jaga jarak.

a. Seluruh peserta WLB harus membawa bukti asli rapid test non-reaktif untuk diserahkan kepada petugas saat registrasi ulang di area parkir Pantai Matahari Terbit Sanur. Petugas juga melakukan pengecekan suhu tubuh kepada seluruh peserta dan tidak diketemukan peserta yang melebihi ketentuan maksimal suhu 37,30◦C. Seluruh peserta yang berjumlah 40 orang dalam kondisi sehat dengan rata-rata suhu 36,2◦C.

b. Perlengkapan masker dan hand sanitizer diberikan kepada seluruh peserta pada saat registrasi kembali dalam goody-bag, beserta dengan buku panduan implementasi CHSE. Masker wajib dipakai pada setiap kegiatan dan hand sanitizer digunakan setiap saat diperlukan, terutama di tempat yang tidak terdapat fasilitas tempat cuci tangan.

c. Ketentuan jaga jarak dipatuhi peserta di tempat yang terdapat penanda khusus. Namun, di tempat-tempat yang tidak ada penanda khusus, para peserta bergerombol dan berdesak-desakan dengan jarak dekat. Contoh, saat sedang menunggu proses registrasi ulang, para peserta duduk berdekatan tanpa ada jarak. Pada saat akan menaiki boat dan memilih tempat duduk, para peserta saling berdesak-desakan. Adapun, pengaturan tempat duduk di dalam boat cukup baik, karena mengosongkan kursi tengah, sehingga jaga jarak satu meter terlaksana. Ketidakpatuhan peserta terhadap jaga jarak juga terjadi pada saat menuju pintu keluar dan turun dari boat. Ketidak disiplinan tersebut terjadi pada keberangkatan dari Sanur menuju Nusa Penida dan Nusa Lembongan kembali ke Sanur. Penerapan jaga jarak diberlakukan di dalam kendaraan mobil selama perjalanan ke setiap DTW dengan mengosongkan kursi tengah, sehingga peserta tidak berhimpitan. Pengaturan alur masuk di setiap lokasi daya tarik wisata sudah dilaksanakan, baik di Nusa Penida maupun Nusa Lembongan. Namun, terdapat satu DTW yang belum menerapkan pengaturan alur, yaitu tempat pemberdayaan rumput laut. Hal ini mengakibatkan, peserta berdesakan dan

(6)

bergerombol saat mengunjungi tempat tersebut, sehingga terjadi kelalaian penerapan CHSE.

d. Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan meggunakan sabun dari air mengalir atau menggunakan hand sanitizer dipatuhi peserta, terutama saat memasuki restoran atau tiba di penginapan. Tidak tersedianya fasilitas tempat cuci tangan di DTW di Nusa Penida dan Lembongan, mengharuskan peserta menggunakan hand sanitizer untuk tetap menjaga kebersihan tangan.

e. Sebagian besar peserta cukup disiplin menggunakan masker, walaupun ada beberapa peserta yang melepas masker dan kemudian ditegur oleh petugas. f. Menerapkan etika bersin dan batuk saat sedang tidak mengenakan masker, sudah dipahami peserta, walaupun pada pelaksanaannya tidak ada yang bersin maupun batuk.

g. Kontak fisik sesama komunitas peserta terjadi pada saat photo bersama dan bercengkerama pada jarak yang sangat dekat.

Protokol CHSE DTW

Panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan di DTW, mencakup:

a. Pintu masuk

1) Pengaturan parkir kendaraan dilakukan oleh petugas sopir dengan baik. 2) Setibanya di DTW, barang-barang bawaan peserta tidak mendapat pengecekan dan pembersihan oleh petugas DTW. Di samping itu, petugas yang berjaga di lokasi DTW terbatas, dikarenakan tidak banyak pengunjung yang mendatangi tempat tersebut selama pandemi covid-19.

3) Pengecekan suhu tubuh terhadap seluruh peserta dilakukan saat memasuki DTW Raja Lima, sedangkan tempat lainnya tidak menerapkan hal tersebut.

4) Peserta menaati panduan terkait penggunaan kamar mandi/toilet di pintu masuk, menjaga dalam keadaan bersih, kering dan tidak bau setelah digunakan.

5) Tidak semua DTW menyediakan fasilitas tempat sampah tertutup di pintu masuk, kecuali saat kunjungan ke hutan mangrove.

6) Panduan terhadap antrean menuju loket dan area DTW dilakukan sebagian peserta dengan jaga jarak dengan orang lain minimal satu meter, walaupun situasi loket dalam keadaan tutup.

b. Fasilitas dan area publik

1) Panduan terhadap aturan posisi duduk dan berdiri yang telah ditetapkan oleh pengelola DTW tidak diikuti oleh seluruh peserta. Beberapa peserta tidak mematuhi aturan dengan duduk dan berdiri saling berhimpitan, terutama saat melakukan photo bersama serta tidak menggunakan masker.

2) Peserta menggunakan kamar mandi/toilet, menjaga kamar mandi/toilet dalam kondisi higienis, bersih, kering dan tidak bau setelah digunakan, dipatuhi oleh peserta.

3) Peserta harus membuang sampah pada tempatnya dan memastikan tempat sampah tertutup kembali setelah digunakan, sudah dipatuhi oleh

(7)

peserta, terutama saat kunjungan ke hutan mangrove. Namun, DTW lainnya tidak menyediakan tempat sampah tertutup di area publik. c. Penyelenggaraan kegiatan wisata

1) Mematuhi dan melaksanakan peraturan dan jaga jarak yang ditetapkan oleh pemandu wisata lokal tidak sepenuhnya ditaati seluruh peserta. Kegirangan terhadap DTW Nusa Penida dan Nusa Lembongan membuat peserta sering lalai menerapkan jaga jarak. Kegiatan photo bersama dilakukan dengan berhimpitan, terutama terhadap sesama komunitasnya.

2) Peserta tetap berada dalam grupnya dilakukan dengan tertib oleh seluruh peserta.

3) Tidak melakukan kontak fisik dengan pengunjung lain dan pemandu wisata lokal, dilakukan dengan baik oleh seluruh peserta.

4) Peserta membawa dan menggunakan hand sanitizer sendiri. Hal ini ditaati dengan baik oleh peserta.

5) Peserta memastikan kepada karyawan dan pemandu wisata lokal bahwa peralatan yang digunakan telah memenuhi standar hygiene dan sanitasi. Sebagian besar produk wisata edukasi yang dikunjungi adalah alam terbuka, sehingga tidak memerlukan banyak peralatan untuk menikmati keindahan alam. Produk wisata edukasi yang menggunakan alat adalah kunjungan ke hutan mangrove, peserta harus menaiki boat untuk menikmati keindahannya. Berdasarkan observasi, penyedia boat sudah melakukan pembersihan dengan disinfektan sebelum digunakan. Namun, setelah kegiatan kunjungan mangrove selesai, petugas tidak melakukan pembersihan atau penyemprotan desinfektan.

6) Peserta yang menggunakan kamar/mandi/toilet, menjaga kamar mandi/toilet di area publik dalam kondisi hygiene, bersih, kering dan tidak bau setelah digunakan.

d. Loket

1) Panduan mematuhi dan melaksanakan pengaturan jarak antrean dan batas konfirmasi/pembelian tiket di loket, dilakukan peserta dengan menjaga jarak antrean saat memasuki area DTW, walaupun tidak ada antrean padat di loket dikarenakan sepinya pengunjung selama pandemi covid-19.

2) Panduan ketika melakukan proses konfirmasi pembelian tiket/paket wisata, tetap menjaga jarak dengan petugas loket minimal satu meter, dilakukan peserta.

3) Panduan menjaga jarak aman minimal satu meter dan tidak berkerumun selama beraktivitas di area loket dilakukan peserta.

4) Setiap peserta mematuhi aturan untuk membawa hand sanitizer masing-masing.

e. Pintu keluar

1) Peserta mengikuti aturan antrean di pintu keluar yang ditetapkan oleh pengelola daya tarik wisata.

2) Peserta dengan tertib menggunakan kamar mandi/toilet di pintu keluar, menjaga kamar mandi/toilet dalam kondisi higienis, bersih, dan tidak bau setelah digunakan.

(8)

3) Peserta membuang sampah di pintu keluar pada tempatnya dan memastikan tempat sampah tertutup kembali setelah digunakan di pintu keluar di DTW hutan mangrove.

Protokol CHSE Hotel

a. Pintu Masuk Area Hotel

1) Pihak transportasi dalam hal ini sopir melaksanakan panduan memakirkan kendaraan sesuai dengan petunjuk dan aturan yang ada. 2) Pada antrean di pintu masuk, peserta menjaga jarak dengan orang lain

minimal satu meter atau melakukan rekayasa teknis seperti pemasangan partisi dan/atau pengaturan alur masuk tamu. Peserta masuk area hotel dengan tertib dan mengikuti aturan yang berlaku, yaitu mencuci tangan dan pemeriksaan suhu badan.

3) Peserta tidak melakukan pembayaran secara langsung, namun berdasarkan observasi hotel masih menerima pembayaran tunai bila ada tamu walking guests melakukan pembayaran langsung.

4) Panduan mengatur lalu lintas dan memastikan tidak ada kerumunan di area parkir sesuai prosedur yang ada, ditaati dengan tertib oleh peserta dengan langsung menuju penginapan setibanya di lokasi.

5) Peserta mengikuti proses panduan melakukan pengukuran suhu tubuh di pintu masuk. Apabila ditemukan suhu ≥ 37,3◦C 2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan masuk kecuali memiliki hasil pemeriksaan reaktif/nonreaktif covid-19 yang masih berlaku. Seluruh peserta masuk dalam kategori aman atau sehat.

b. Lobby (Front Desk dan Concierge)

1) Panduan terhadap tamu memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan dan riwayat perjalanan dalam 14 hari terakhir dengan mengisi formulir selfassessment risiko covid-19, tidak dilakukan. Peserta tidak dimintai informasi hal tersebut oleh petugas hotel, namun langsung dipersilakan masuk kamar setelah melakukan pengecekan suhu tubuh.

2) Peserta yang menggunakan toilet di area lobby menjaga agar tetap higienis, bersih, kering dan tidak bau setelah digunakan.

3) Peserta disarankan memberikan informasi kepada karyawan hotel khususnya resepsionis jika mengalami gangguan kesehatan (demam), batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan/atau sesak nafas. Namun, seluruh peserta dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan terhadap hal tersebut.

c. Restoran/Coffee Shop

1) Peserta mencuci tangan dengan sabun/handsanitizer sebelum dan sesudah masuk restoran: Pihak restoran menyediakan fasilitas tempat cuci tangan sebelum masuk restoran, dan seluruh peserta melaksanakan prosedur tersebut dengan baik.

2) Peserta dengan tertib duduk pada kursi yang telah diatur oleh pihak restoran/coffee shop atau jarak duduk dari orang lain minimal satu meter.

(9)

3) Panduan terhadap tidak menggunakan alat makan bersama-sama, dilakukan peserta. Pihak restoran menyediakan sendok dan garpu dibungkus dengan tisu untuk menjaga higienis peralatan.

4) Panduan untuk tidak berbagi makanan dan minuman dengan orang lain, tidak dilakukan sepenuhnya oleh peserta. Beberapa peserta saling berbagi makanan, dikarenakan tidak mau membuang makanan yang kurang diminati.

5) Panduan saat menikmati makanan dan minuman, peserta melepaskan masker dan menyimpan masker secara pribadi dengan baik dan aman dan tidak meletakkan masker di atas meja makan, tidak sepenuhnya dilakukan peserta. Beberapa peserta meletakkan masker di samping piring makan.

d. Kamar Tamu

1) Panduan terhadap peserta mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer setelah memegang barang publik dalam kamar, dilakukan dengan baik. Ketersediaan tempat cuci tangan dan sabun di kamar hotel, memudahkan peserta menaati aturan ini.

2) Panduan terkait membuang sampah di tempat sampah tertutup yang ada di kamar, dilakukan peserta. Tersedia tempat sampah tertutup di dalam kamar hotel, sehingga peserta melakukan aturan ini dengan baik. 3) AC dalam kamar berfungsi dengan baik dan filter AC dibersihkan

secara berkala. Keadaan AC dan sirkulasi udara di kamar cukup baik dan tidak ada keluhan.

4) Toilet dalam keadaan higienis, bersih, kering, tidak bau dan berfungsi dengan baik, serta dibersihkan sesering mungkin setelah digunakan. Kebersihan toilet di kamar terjaga dengan baik, tidak bau dengan sirkulasi udara yang baik pula.

5) Panduan terhadap peta lokasi jalur evakuasi dan titik kumpul tidak terdapat di dalam kamar hotel. Peserta tidak mendapatkan informasi terkait hal tersebut.

e. Fasilitas Hotel dan Area Publik Lainnya

1) Panduan terhadap peserta mengikuti aturan posisi duduk/posisi beribadah/posisi olah raga di dalam ruang fasilitas hotel lainnya, dilaksakan dengan baik oleh peserta.

2) Panduan terhadap peserta disarankan membawa dan menggunakan peralatan ibadah dan/atau peralatan olahraga pribadi masing-masing, ditaati dengan baik.

3) Panduan terhadap peserta yang menggunakan toilet di area publik penginapan dan menjaga agar tetap higienis, bersih, kering dan tidak bau setelah digunakan, dilakukan dengan baik.

Protokol CHSE Restoran a. Area Pintu Masuk

1) Panduan terhadap perserta wajib mencuci tangan dengan sabun/menggunakan hand sanitizer sebelum memasuki area pelayanan makan dan minum, dilakukan dengan tertib. Petugas restoran mengarahkan peserta yang baru datang untuk menuju fasilitas tempat cuci tangan yang tersedia sebelum memasuki area tempat makan.

(10)

2) Panduan terhadap barang milik tamu dibersihkan disinfektan/cairan pembersih lain yang aman dan sesuai, sebelum masuk ke area pelayanan makan dan minum, tidak dilakukan oleh pihak restoran. Setelah peserta mencuci tangan, petugas restoran langsung mengarahkan peserta ke tempat duduk untuk menunggu sajian makanan dan minuman.

3) Dalam antrean di pintu masuk, peserta melakukan jaga jarak dengan tertib terhadap orang lain minimal satu meter.

b. Pelayanan Makan dan Minum

1) Panduan terhadap duduk pada kursi yang telah diatur oleh pihak restoran/rumah makan atau atur jarak duduk dari orang lain, dilakukan dengan tertib oleh peserta.

2) Panduan untuk tidak menggunakan alat makan bersama-sama, dilakukan oleh peserta. Pihak restoran menyediakan alat makan berupa sendok dan garpu dengan dibungkus tisu untuk menjaga tetap higienis. Peserta menggunakan alat makan tersebut dengan baik dan digunakan secara pribadi.

3) Panduan untuk tidak berbagi makanan dan minuman dengan orang lain, tidak dilakukan sepenuhnya oleh peserta. Beberapa peserta membagikan makanan yang kurang disukai kepada peserta lainnya dengan alasan supaya tidak membuang makanan.

4) Pada saat menikmati makanan dan minuman, tamu melepaskan masker dan menyimpan masker secara pribadi dengan baik dan aman dan tidak meletakkan masker di atas meja makan. Tidak semua peserta menaati panduan ini dan meletakkan masker pribadinya di sebelah piring makan.

5) Peserta menggunakan toilet di area pelayanan makanan dan minum menjaga jarak agar tetap higienis, bersih, kering dan tidak bau setelah digunakan.

6) Peserta membuang sampah bekas makanan dan tisu di tempat sampah serta menjaga tempat sampah tetap tertutup. Pihak restoran menyediakan tempat sampah tertutup, sehingga memudahkan peserta melakukan panduan terkait membuang sampah yang baik.

SIMPULAN

Program WLB memberikan edukasi dalam mengimplementasikan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan hidup di setiap Daya Tarik Wisata (DTW). Secara keseluruhan, edukasi dan implementasi protokol CHSE melalui WLB program 10 berjalan dengan baik dan tertib. Namun demikian, masih terjadi kelalaian terhadap panduan-panduan yang sudah diberikan, baik oleh peserta maupun pihak penyelenggara. Kesiapan DTW dalam menerima pengunjung juga harus mendapat perhatian khusus. Peningkatan kesadaran terhadap pentingnya melaksanakan protokol CHSE harus terus dipupuk, sehingga meminimalisir terjadinya kelalaian dan bisa memberi dampak positif di masing-masing lingkungan peserta.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Fajri, D. D. (2020). Pelatihan Penerapan Protokol Kesehatan Karyawan Hotel di Masa Tatanan Normal Baru. Jurnal Abdimas Pariwisata, 1(2), 59–65.

Fitriana, R., Simanjuntak, D., & Dewanti, R. (2020). Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) dalam Training of Trainers Akademisi Pendamping Desa Wisata. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 138–145.

Sugihamretha, I. D. G. (2020). Respon Kebijakan: Mitigasi Dampak Wabah Covid-19 Pada Sektor Pariwisata. The Indonesian Journal of Development Planning, 4(2), 191–206.

Venuemagz. (2020). Protokol CHSE Menjadi Kunci Kebangkitan Destinasi

Wisata. Diambil 15 November 2020, dari

https://venuemagz.com/news/protokol-chse-menjadi-kunci-kebangkitan-destinasi-wisata/

Wijayanti, A. (2019). Strategi Pengembangan Pariwisata Edukasi Di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Referensi

Dokumen terkait

Dari paparan tersebut dapat dirumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana program pembiasaan yang dilakukan SD IT Insan Utama dalam mendidik dan

 Dari reservoir, air dialirkan melalui pipa distribusi dengan ukuran pipa bervariasi mulai dari 2”, ¼”, ½” menuju daerah layanan di mana untuk pelayanan

Kondisi aspal dan agregat RAP yang sudah lama bisa mengurangi kekuatan dan daya dukung, harusnya perlu ditambah agregat baru untuk mendapatkan kekuatan dan daya dukung yang

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian serta dihubungkan dengan hasil analisis dan pembahasannya, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa strategi

Untuk mengetahui kuat tekan beton ringan yang hanya menggunakan agregat kasar batu apung... Untuk mengetahui kuat tekan mortar

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan (subyek pajak) yang menurut ketentuan peraturan undang-undang perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi dengan alpha = 1% dan 5% menunjukkan keempat variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, mesin berpengaruh positif

Hak menguasai negara menurut UUD 1945 harus dilihat dalam konteks hak dan kewajiban negara sebagai pemilik kekuasaan yang mengemban tugas menciptakan kesejahteraan rakyat. Kedudukan