• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN : JURNAL No.3: Desember ')alu ncscmbcr 2011, ISSN Vul. 12 Nu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN : JURNAL No.3: Desember ')alu ncscmbcr 2011, ISSN Vul. 12 Nu"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

01.

12 No.3: Desember 2011

Vul.

12

Nu.3

145- 223

ISSN : 1412-3657

.

')alu

ncscmbcr 2011

,

ISSN

1412-3657

(2)

Vol. 12 No.3: Desember 2011

JURNAL ILMIAH

AgriSains

Penanggung JawablKetua Penyunting

Muh. Basir Cyio Wakil Ketua Penyunting

Burhanuddin Sundu

Koordinator Penyunting Pelaksana/Editor Rusdin Dien

Wakil Koordinator Penyunting Pelaksana/Editor Fachri Loulembah

Dewan Redaksi Kaharuddin Kasim Andi Lagaligo Amar

DamryHB Tim Penyunting/Editor

Muhammad Hamsun Asriani Hasanuddin

Marsetyo Burhanuddin Sundu

Yohan Rusyanlono Sirajudin Abdullah Novalina Serdiali Kesekretariatan Erfianti Sri Astuti

Sekretariat Jurnal

AgriSains Fakultas Pertanian

ISSN : 1412-3657

Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo-Palu Sulawesi Tengab

Telp. (0451) 429738

ReJ..10r: Prof Dr.lr. Muh Basir Cyio, S.E., M.S. -Dekan Fakultas Pertanian:. Prof Dr. Ir. H. Alam Anshary, M.Si PR I : Prof H. Hasan 8asri, M.A., Ph.D. -PR II : Prof. Dr. Syahir Natsir, S.E., M.Si.

PR III : Asmadi Weri, S.H., M.H. ~ PR. IV : Prof lr. Zainuddin Basri, Ph.D. -PR V : If. H. Andi Hasalluddin Azikin, M.Si PD r: Dr. If. Sakka Samudin, M.P. - PD II : Ir. Uswah Hasanah, M.AgBc., Ph.D. - PO In : Dr. Ir. Isakandar Lapandjang, M.P,

(3)

J

U

RN

A

L

AgriSains

ISSN 1412-3657

Volume 12. Nomor 3. Desember 2011

DAFTAR lSI

Profil Honnon Estrogen dan Progesteron Induk Sapi Silangan Simmental-Peranakan Ongole dengan Suplementasi Legum sebagai Sumber Fitoestrogen ... .

... Batseha M

w..

Tiro, Endallg Ba/iarti, R. Djoko Soetrisno dan Kustono Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Status Faali Kambing Kacang ... . ... Padang Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Produksi Karkas Sapi Potong di Sulawesi Tengah ...... Rusdin

Evaluasi Perkembangan Ternak Kambing pada Kelompok Usaha Tani, Bantuan Pemerintah di Kabupaten Poso ... K. Kasim dan l. Laming Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken Berbasis Kerentanan ... Josizian N. W. Scizadwv, Fredinan Ylllianda, Dietriech C. Bengen dan Isdradjad Setyobudiandi

Kesesuaian dan Daya Dlikung Lahan untuk Kegiatan Wisata dan Perikanan di Pantai Kota Makassar Sulawesi Selatan ... . ... Hamzah, Achl1lad Fahrlldin, Heffni Efendi dan Ismlldi Mllchsin Optimasi Pemanfaatan Wisata Bahari bagi Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Berbasis ~'> Mitigasi (Kaslls Kawasan Gili Indah Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa Tenggara Barat)

... Sadikin Amir, Fredinan YllLianda, Dietriech C. Bengen dan lYlenllofati-ia Boer Laju dan Kondisi Sedimentasi pada Ekosistem Terumbu Karang di Pulall Ballang Lompo Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan ... .

... Mutmainnah, Luky Adriallto, Tridoyo Kllsllmastallto dan Fredillan Yulianda Kapasitas Adaptif Ekosistem Lamun (Seaggrass) di Gugus Pulau Guraici Kabupaten

" Halmahera Selatan ... . ... ... Riyadi Subllr, Fredinan Yllliallda, Setyo Budi Susilo dan Acl/mad Fahrudin Kesesuaian Fisik dan Kimia Perairan untuk Budidaya Eucheuma cottoni di Gugus Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali ... Zakira Raihani Ya' La

145 - 153 154- 158 159 - 165 166 - 172 173-181 182 - 191 192-199 200 - 206 207- 215 216 - 223

(4)

J. Agrisains 12 (3) : 113 -181, Desember 2011 ISSN: 1412-3657

PENGELOLAAN

EKOSISTEM MANGROVE

PULAU

-

PULAU KECIL

TAMAN

NASIONAL

BUNAKEN BERBASIS KERENTANAN

Joshiall N. W. Schaduwl

), Fredinan Yulialldtl), Dietriech G. Bengen]), lsdradjad Setyobudiandi2)

1) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Pasca Sarjana IPB, 2) StafPengajar FPIK IPB

ABSTRACT

Mangrove ecosystem has many functions for coastal area, such as, functions of ecology, social and economic. These functions lead to systemic impact toward other coastal ecosystem environment and human life. Through mitigation, this function can be optimized to minimize the degradation of small island environment. This research analyzed the existing condition of mangrove ecosystem, vulnerability of small islands, and also pattern and management strategy of mitigation based on mangrove ecosystem. This research used both primary and secondary data. Primary data was gathered by sampling field observation, questioner, open interview and in-depth interview in the research area. Secondary data was gathered by literature review and from related institutions.

Vulnerability index was analyzed using multi dimensional scaling method whereas vulnerability mapping was analyzed by analysis of geographic information system using the software Archieve

Project 3,3. The results of this research was the mangrove ecosystem of small islands in Taman Nasional Bunaken needs to be better managing, considering the increasing rate of degradation and

threats to these ecosystems. Nain Island was the most vulnerable island toward the threat of damaging ecosystems by human activities and natural factors. Management scheme which can accommodate a variety of problems faced by the mangrove ecosystems of small islands was collaborative management by the government as the leading sector with the highest priority on the management of the ecological dimension.

Key words: Management, mangrove ecosystem, small island, vulnerability.

ABSTRAK

Ekosistem mangrove memiliki banyak fungsi untuk daerah pesisir antara lain fungsi

ekologi, sosial dan ekonomi. Fungsi ini membawa dampak sistemik terhadap Ilngkungan ekosistem pesisir lainnya dan kehidupan manusia. Melalui mitigasi, fungsi ini dapat dioptimalkan untuk

meminimalkan degradasi Iingkungan pulau keci!. Penelitian ini menganalisis kondisi yang ada pada ekosistem mangrove, kerentanan pulau kecil, dan juga pol a dan strategi pengelolaan ekosistem mangrove berbasis mitigasi. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data

primer dikumpulkan melalui sampling, observasi lapangan, quistioner, dan wawaneara terbuka dan

wawaneara mendalam di daerah penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui tinjauan Iiteratur, dan instansi terkait. Indeks kerentanan dianalisis menggunakan metode multi dimensional scaling sedangkan pemetaan kerentanan dianalisis dengan analisis sistem informasi geografis menggunakan perangkat lunak AreView 3.3. Hasil dari penelitian ini adalah ekosistem mangrove pulau-pulau

kecil di Taman Nasional Bunaken harus lebih baik mengelola, mengingat tingkat degradasi dan

ancaman terhadap ekosistem ini semakin meningkat. Pulau Nain adalah pulau yang paling rentan terhadap ancaman merusak ekosistem oleh kegiatan manusia atau faktor alam. Pola pengelolaan yang dapat menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh ekosistem mangrove pulau-pulau kecil adalah colaborative manajemen dengan pemerintah sebagai leading sector dengan prioritas tertinggi pada pengelolaan dimensi ekologi.

(5)

PENDAHULUAN

Memiliki ekosistem mangrove terbesar di dunia sebesar 19% dari luas ekosistem mangrove dunia membuat Indonesia mendapatkan

banyak tantangan dalam pengelolaan ekosistem

mangrove, khususnya yang berada pad a

pulau-pulau kecil (PPK). Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang memiliki fungsi ekologi, sosial, dan ekonomi. Ekosistem ini adalah ekcisistem penting berdampak sistemik terhadap ekosistem lain karena memiliki beragam fungsi dalam ekosistem pesisir. Ekosistem mangrove PPK seringkali mendapat berbagai tantangan, antara lain adalah dampak dari aktivitas manusia yang melakukan pemanfaatan destruktif di sekitar ekosistem mangrove dan faklor alam seperti pemanasan

global serta bencan alam. Oampak dari berbagai

hal yang telah diuraikan tadi dapat menyebabkan

degradasi sumberdaya ekosistem mangrove.

Pengurangan luasan serta menurunnya kualitas perairan ekosistem mangrove adalah ancaman yang serius terhadap suatu kawasan yang penduduknya sangat bergantung terhadap

sumberdaya pesisir.

Luas hUlan mangrove pad a PPK Taman Nasional Bunaken (TNB) sebesar

977 .63 ha yang tersebar pada empat pulau

yaitu Mantehage, Bunaken, Manado Tua, dan Nain. Luas total hutan mangrove di TNB

sekitar 10% dari luas total ekosistem mangrove di Sulawesi Utara. Komunitas mangrove TNB

tennasuk yang lua di Asia Tenggara, indikasinya

masih ditemukan m,angrove yang berukuran besar dengan diameter di alas 1.5 m yang pada

tempat lain sudah jarang ditemukan. Akan

tetapi kondisi sumberdaya ini pad a beberapa tahun terakhir mengalami degradasi yang cukup serius. Pulau Mantehage yang mempunyai luasan mangrove terbesar temyata memiliki laju penurunan luasan mangrove yang mencapai 12% dalam setahun (BTNB 2010).

Sejak beberapa generasi, masyarakat

TNB telah menganggap kayu bakau sebagai bahan bangunan, kayu bakar, makanan dan obat-obatan. Semua pemanfaatan ini bisa berkelanjutan sepanjang pemanfaatannya bersifat non-komersial. Seiring berjalannya

waktu, terjadi perkembangan pasar komersial untuk kayu mangrove sebagai kayu bakar

dan bahan bangunan di Manado, serta untuk

patok pertanian rum put lau!. Akibatnya, terjadi tekanan pemanfaatan/penebangan kayu mangrove

di Pulau-pulau yang ada di TNB. Dalam jangka panjang, hal ini menyebabkan gangguan ekosistem dan sekitamya, seperti terjadinya

abrasi, erosi, sedimentasi, rob, wabah penyakit,

dan hilangnya habitat bagi anakan ikan

ekonomis, termasuk moluska dan udang.

Pada tahun 1995, 8000 m3 kayu mangrove diambil dari dalam TNB, untuk keperluan : Budidaya rumput laut (38%), dijual ke Manado

(35%), kayu bakar setempat (26%), dan Sero

«1%). Kebutuhan mangrove tersebul sebagian

besar diambil dari pulau Mantehage (85%) dan 15% dari daerah Arakan-Wawontulap. Selain ancaman tadi naiknya permukaan laut global dampaknya sudah dirasakan masyarakat

TNB. Laju abrasi dan perbedaan tunggang

pasut dalam 20 tahun terkahir, mengindikasikan

bahwa TNB telah terkena dampak dari

perubahan iklim global.

Melihat akan beragamnya pemlasalahan yang ada pada ekosistem mangrove PPK TNB khususnya yang menyangkut kerentanan PPK, maka upaya mitigasi penting untuk dikaji. Ekosistem mangrove mempunyai peran penting dalam memitigasi degradasi

lingkungan pesisir yang berdampak pada

dimensi ekologi, sosial, dan ekonomi.

Dari be'rbagai pennasalahan yang ada dan akan dihadapi ekosistem mangrove PPK TNB maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Menganalisa kondisi existing ekosistem

mangrove PPK TNB.

b. Menganalisisa faktor kerentanan PPK

TNB melalui penyusunan indeks dan peta kerentanan, serta korelasi pada mas~ng-masing dimensi.

BAHAN DAN METODE

Waktu d;1.n Tempat Penelitian. Penelitian

ini dilakukan pada ekosistem mangrove PPK

TNB Provinsi Sulawesi Utara (Pulau Mantehage, Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, dan Pulau Nain). Letak posisi geografis lokasi penetian adalah antara 1°35'41"-1°32' 16" N

dan 124°50'50"- 124°49'22,6" E. Penelitian

ini dilakukan mulai bulan Juli 20 I O. Ekosistem

mangrove dan masyarakat yang ada di TNB

adalah objek penelitian ini. Pemilihan objek

(6)

penelitian dilakukan sesuai dengan kebutuhan data dan metode yang digunakan untuk

menganalisisnya.

Jenis dan Metode Pengambilan Data.

Pengwnpulan data primer menggunakan metode

pengamatan lapangan

(ob

se

rvasz)

dan metode sampling

(

s

tr

a

tifi

e

d,

cl

u

s

t

e

r

,

random

,

pu

rposi

ve

,

systemati

c

sampling).

Data sosial dan ekonomi

yang terkait dengan kegiatan penelitian ini

akan dikumpulkan di lokasi penelitian dari para responden. Responden dipilih secara

purposiv

e s

ampling

dan

a

ccidenta

l s

ampling.

Pengumpulan data terhadap responden akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

wawancara mendalam

(d

ee

p intervi

e

w)

dengan menggunakan kuisioner.

Data sosial ekonomi dan kelembagaan dikumpulkan secara langsung dengan cara wawancara yang berpedoman pada kuisioner.

Sedangkan untuk profil kependudukan seperti

data jumlah penduduk, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan diperoleh dari kantor desa, kantor kecamatan, dan badan pusat

statistik daerah. Data sosial dan ekonomi ini

akan digunakan dalam beberapa indeks untuk

penentuan nilai kerentanan masing-masing pulau pada PPK kawasan konservasi TNB.

Beberapa indeks yang akan menggunakan data ini antara lain : indeks pertumbuhan

penduduk (lSPP), indeks kepadatan penduduk (lSKP), Indeks Partisipasi Masyarakat (lSPM), Indeks Pemahaman Masyarakat (lSPHM), indeks

tingkat Pendidikan (lSTP), indeks pendapatan masyarakat (ISPDM), Indeks keterpencilan

ekonomi (lSKE), Indeks dampak TNB (lSD1),

dan Indeks kepadatan bangunan (lSLT). Sedangkan untuk indeks dari dimensi

kelembagaan meliputi indeks

kualitas

perencanan (IKKP), indeks kualitas koordinasi (IKKK),

indeks kualitas implementasi

(IKKIM)

,

indeks

kualitas monitoring (IKKM), indeks kualitas

evaluasi (IKKE), Indeks kepatuhan aturan (IKKA), indeks kesiapan infrastruktur (IKKI),

indeks peran perguruaan tinggi (IKP1), indeks pendampingan masyarakat (IKPM).

Untuk menentukan jumlah respond en pad a penelitian ini digunakan persamaan sederhana sebagai berikut (Hlltabarat

et al. 2009):

Z

2

>

(aO.05)

n

-

pq

b

n = jumlah contoh

p = proporsi kelompok yg akan diambil contohnya q = proporsi sisa dalam poplllasi contoh Z = nilai tabel Z dari 1, a dimana a = 0.05 maka Z = 1,96 dibulatkan 2

b = Nilai kritis (10%)

Untuk menganalisa kerentanan dimensi

ekologi pada penelitian ini dibutuhkan data indeks pantai (IEP), indeks keterisolasian pulau (!EKP), indeks luasan zona inti (!ELZ!),

indeks luasan zona pemanfaatan (!ELP), indeks

luasan terumbu karang (!ELTK), indeks luasan mangrove (!ELM), indeks kerapatan mangrove (!EKRM), indeks kepadatan mutlak mangrove (IEKMM), indeks tunggang pasut (lETP), indeks kemiringan lereng (IEKM), indeks tinggi gelombang (IETG), indeks kecepatan

arus (lEKCA), dan.indeks kualitas air (!EKA).

Untuk Pengambilan data vegetasi mangrove menggunakan metode pada

Po

i

nt-Center

e

d

Quarter Method

(PCQM) (Setyobudiandi

et al

.

2009).

Data ini terbagi atas dua jenis data

yaitu primer dan sekunder. Untuk data sekunder

dapat diperoleh dari beberapa instansi seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kota Manado, Badan Taman Nasional Bunaken

(BTNB), World Wild Fund (WWF), Birdlife,

Yayasan Kelola, Fakultas Peikanan dan

IImu kelautan Universitas Sam Ratulangi, serta sumber data yang akurat dan dapat

dipertangungjawabkan secara ilmiah. Analisis Data. Setelah mendapatkan data

yang dibutuhkan tadi, langkah berikutnya adalah melakukan normalisasi terhadap semua variabel utama maupun sub-sub yang menyusun

variabel untuk menyamakan satuan unit-unit

yang digunakan dalam pengukuran. Oleh karena variabel-variabel penyusun indeks yang terukur mempunyai unit yang berbeda-beda

sehingga harus dilakukan normalisasi unit

atau satuan. Rumusan normalisasi sederhana

yang digunakan adalah sebagai berikut: Xij - MinXj

NVij = M xX M· X ,0::; SVIj ::; 1

a ij - In j

NV

=

Normalisasi indeks kerentanan j

=

Indeks kerentanan

(7)

Setelah melakukan nonnalisasi langkah

selanjutnya adalah membuat komposit indeks

kerentanan PPK. Komposit indeks ini dibagi

dalam tiga dimensi yaitu ekologi, sosial-ekonomi

dan kelembagaan. Persamaan selanjutnya adalah

persamaan untuk membuat komposit indeks.

l:~=1

IKi

j

k

KI K

··

=

-"-,.:,----''''-IJ Total atribut

KIK = Komposit Indeks Kerentanan

I = Nama pulau kecil

J = Dirnensi (Ekologi, ekonomi, kelembagaan)

k = Atribut masing-masing dimensi

Pada penelitian 1111 pembobotan

kerentanan dibagi dalam lima kategori antara

lain kerentanan sangat rendah (O.O:o'KIK:':O.2),

kerentanan rendah" (O.2<KIK::S0.4), kerentanan

sedang (0.4<KIK::S0.6), kerentanan tinggi

(O.6<KIK::S0.8), dan kerentanan sangat tinggi

(O.8<KIK::Sl.0). Tingkatan ini merupakan

suatu gambaran potensi ancaman bahaya

terjadinya kerusakan harta benda, sumberdaya,

dan atau I ingkungan di PPK.

Proses pemetaan kerentanan dengan

sistim informasi geografis (SIG) yaitu

mengspasialkan hasil normalisasi atribut

yang selanjutnya dilakukan proses overlay

(tumpang tindih). Software yang digunakan

dalam membuat peta kerentanan ini adalah

Arcview 3.3.

Untuk melihat hubungan antar stasiun

pengamatan penelitian berdasarkan dimensi

ekologi, sosek dan kelembagaan serta variabel

yang diukur digunakan Analisis Komponen

Utama (Principle Components Analysis) dan

Cluster Analysis. Indeks yang digunakan adalah

indeks tertinggi dan terendah masing-masing

atribut setiap dimensi, jadi dalam kasus ini

ada enam indeks dari empat pulau objek

penelitian. PCA merupakan metode statistik

deskriptif yang bemuuan menyaj ikan informasi

maksimum suatu matriks data kedalam bentuk

grafik (Bengen 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi dan Pennasalahan Existing Ekosistem

Mangrove. Jenis mangrove yang ditemukan

di PPK TNB sebanyak sembi Ian spesies

(Avicennia marina, Rhizophora apiculata,

Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata,

Bruguiera gymnorhiza, Sonneratia alba,

Bruguiera sylindrica, Avicennia alba, dan

Xylocmpus granatum) yang terbagi dalam

empat family yaitu Rhizophora:eae, Sonmratiaceae,

Avicenniaceae, danlvieliaceae. Jenis mangrove

terbanyak dan terluas terdapat pada Pulau

Mantehage (9 jenis 4 Family) dengan luas

893.8 ha, sedangkan Pulau Nain memiliki

luasan mangrove terkecil (4.44 hal dengan

nilai kerapatan yang baik tetapi memiliki

ukuran batang mangrove yang relatif keci!.

Untuk kualitas air, pulau Mantehage adalah

pulau dengan keadaan kondisi perairan ekosistem yang kllrang baik dibandingkan

plliau yang lain. Banyaknya bahan pencemar

dari limbah rumah tangga menjadi sumber

pencemaran pulau ini. Untuk laju degradasi

mangrove Pulau Mantehage adalah pulau

dengan laju degradasi tertinggi diikuti Pulau

Bunaken, pulau Nain dan terendah adalah

pulau Manado Tua. Memiliki ekosistem mangrove

terbesar pulau ini memiliki banyak tantangan

dalam pengelolaannya, selain oleh faktor

perubahan iklim seperti kenaikan muka air

laut, tekanan terbesar adalah dari kegiatan

antropogenik yang bersifat destruktif. Tabel I

akan menyajikan karakteristik ekosistem

mangrove PPK TNB secara komprehensif.

Indeks dan Peta Kerentanan. Indeks kerentanan

dimensi ekologi tertinggi terlihat pad a pulau

Bunaken, hal ini dikarenakan pulau ini memiliki

luasan mangrove, terumbu karang dan zona

inti yang kecil, luas zona pemanfaatan yang

besar, dan kualitas perairan mangrove yang

kurang baik, sedangkan indeks ekologi terendah

terlihat pada Pulau Nain yang memiliki kemiringan

lereng, tunggang pasut, arus, gelombang, dan

tingkat pencemaran yang rendah ditambah

luasan terumbu karang yang besar. Untuk

dimensi sosek dan kelembagaan Pulau Nain

memiliki tingkat kerentanan teritinggi dikarenakan

pulau ini memiliki kepadatan penduduk dan

bangunan yang tinggi, serta partisipasi masyarakat

dan tingkat pendidikan yang rendah. Pada

dimensi kelembagaan Pulau Nain memiliki

kualitas tatakelola, infrastruktur, dan pelibatan perguruan tinggi yang kurang baik. Pulau

Mantehage pad a kedua dimensi ini berada

pad a tingkat kerentanan yang rendah. Dari

(8)

hasil komposit indeks kerentanan setiap dimensi

pulau Nain adalah pulau yang memiliki tingkat

kerentanan tinggi, sedangkan Pulau Manado

Tua dengan tingkat kerentanan sedang, kemudian

Pulau Mantehage dan Bunakenpada tingkat

kerentanan rendah. Selanjutnya akan ditampiikan

graftk indeks dan peta kerentanan PPK TNB.

Korelasi Karakteristik Indeks Kerentanan.

Hasil analisis matriks korelasi seperti yang

nampak pada Tabel. 3 memperlihatkan bahwa

ragam pad a sumbu utama pertama hingga

ke dua mencapai 99% dari ragam total. Hal ini

berarti tersisa 1% ragam yang tidak dijelaskan

oleh sumbu-sumbu berikutnya Urrtuk mempermudah

intepretasi maka hanya dua sumbu yang digunakan

untuk menjelaskan keragaman atribut berdasarakan

nilai

eig

e

nvalue

.

Hasil analisa PCA memperlihatkan

bahwa infonnasi penting terhadap sumbu

terpusat pada 2 sumbu utama dengan kontribusi

82% dan 17%. Pada gambar ini terlihat bahwa

Pulau Manado Tua dan Bunaken memilki

kecenderungan karakteristik yang sama terhadap

IELM, ISPM, dan

nuu

,

terhadap ISKP dan

IKKM memiliki kecenderung kemiripan

tetapi sangat kecil, sedangkan pulau Mantehage

mengalami keterpencilan karena memiliki

kemiringan lereng yang sangat landai dibandingkan

pulau-pulau yang lain. Untuk pulau Nain

dicirikan oleh kepadatan penduduk yang

sangat tinggi dan kualitas monitoring yang

sangat rendah dari dimensi kelembagaan.

Tabel. 2 memperlihatkan korelasi masing

-masing karakteristik indeks yang ada. Luasan

mangrove berkorelasi positif tertinggi dengan

partisipasi masyarakat hal ini terlihat dari

semakin meningkatnya partispasi masyarakat

dalam mengkonservasi ekosistem mangrove

maka luasan mangrove akan semakin baik,

sedangkan luasan mangrove berkorelasi negatif

dengan kemiringan lereng (R=-O.98), hal ini

terlihat pada pulau-pulau dengan kemiringan

lereng tinggi memiliki luasan mangrove yang

kecil dibandingkan pulau dengan kemiringan

lereng kecil (Iandai). Penyebaran mangrove

kearah daratan dipengaruhi oleh masuknya

air tawar dan kountur tanah. Semua ini berkaitan

dengan genangan air yang ada pada suatu

kawasan. Pulau dengan topograft rendah akan

lebih mudah menahan air dibandingkan pulau

dengan topograft tinggi. Selain itu korelasi

positifjuga terlihat pada partisipasi masyarakat

dan kesiapan infrastruktur (R=O.99), rendahnya

infrastruktur membuat masyarakat tidak bisa

berbuat banyak terhadap program atau kegiatan

konservasi. Rendahnya kesiapan infrastruktur

juga melemahkan kualitas monitoring (R=O.84)

yang dalam hal ini membutuhkan biaya dan

sumberdaya yang cukup besar.

Tabel 1. Karakteristik Ekosistem Mangrove PPK TNB

Pulau (m) 0 IndilOOm' KM (ha) L

L

Sp LFm (mg! ISS L) (mg! N03-L) N (mg! L) P04-P (%!fDM hn)

Mantehae 1.54 43.54 893.8 9 4 38 0.050 0.239 12.61 Bunaken 1.71 36.19 71.5 5 4 37 0.047 0.054 1.86 Manado 2.04 23.98 7.8 2 2 27 0.023 0.033 0.02 Iua Nain 1.02 75.65 4.4 2 2 27 0.019 0.028 1.01 Keterangan : D : Jarak pohon, KM : Kepadatan Mutlak, L :Luasan Mangrove Sp : Spesies, Fm : Family, DM : Degradasi mangrove. 177

(9)

Tabel2. Matriks Korelasi Indeks Kerentanan [ELM [EKL [SKP [SPM [KKM [KK[ [ELM -0.9876 0.3716 0.9586 0.5565 0.9173 [EKL -0.9876 -0.430 I -0.9817 -0.6434 -0.9528 ISKP 0.3716 -0.4301 0.5942 0.9302 0.6813 ISPM 0.9586 -0.9817 0.5942 I 0.7689 0.9926 IKKM 0.5565 -0.6434 0.9302 0.7689 1 0.8410 IKKI 0.9173 -0.9528 0.6813 0.9926 0.8410 I

Tabel 3. Akar Ciri (Eigenvalue) dan Persentase Ragam pada Komponen Utama Eigenvalues Value % of variability Cumulative %

=

1,0

"

=

0,8

"

~

=

~ 0,6 ~ ~ ~ 0,4 ~

'"

=

0,2

-ekologi 4.9166 0.8194 0.8194 sasek 2 1.0318 0.1720 0.9914 3 0.05 I 6 0.0086 1.0000 kelembagaan 4 0.0000 0.0000 1.0000 IK PPK 5 6 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000 iii Mantehage iii Bunaken Y' Manado Tua iiNain

Gambar I. Indeks Kerentanan Pulau-Pulau Kecil Taman Nasioanal Bunaken

z

J

---.... _ ---... d~ ....-•• _

"

,

+

0

.

'~'.'A'_'" <":"_u_._,~ .",~" J,,'''''''''''' '" "'" "'..",,"',,~

Gambar 2. Peta Kerentanan Pulau-pulau Kecil T:<man Nasional Bunaken

(10)

1

---

'

-

5

-

;i;~t-:~

-

axe-s

-,

~-

n-d

--;-{-•• -%-) . -

-

i

~

:

~:~a~o

-

t

~~

--

·

--

~endrogr~

~

----

---

-

-

l\

,

I • Nain 1 , 1 3. Bunaken

I

4. Mantehage • Mm,.h.g.

I

II

+

tSKP 0,5 ~L \ y '<.l\KKM

l

-0:

'

--

--

-

~

.,~~!

M

·

3 \ • BunaKen

t

.

"".'oM

-1 -1,5 4

-,

-2

°

2 ~---+--~-~-~- -+---+- ---, ._ axe 1 (82% ) .-> L -_ __ O:,..1 _ _ _ 0:,..2 _ _ 0::.,,3 ~~x...o_,4 _ _ 0.5 _ _ o,e 0,7 A B

Gambar. 3. A. Karelasi indeks kerentanan pada Kampanen Utama

B. Dendagram Klasifikasi Hirarki Berdasarkan rndeks Kerentanan

Untuk melihat pengelompokan pulau

berdasarkan karakteristiknya maka dilanjutkan dengan

cluster

analysis

(Gambar 3B). Terdapat tiga kelompok pada analisis ini, kelompok yang pertama adalah Pulau Bunaken dan Manado Tua, dan kelompok lainnya masing-masing

adalah pulau Nain dan Mantehage yang mempunyai

eiri khas dan karakteristik yang berbeda-beda. Pulau Mantehage dengan luasan mangrove

yang sangat besar tapi mempunyai kemiringan

lereng yang sangat kecil dan pulau Nain dengan indeks kesiapan infrastruktur dan partispasi masyarakat yang sangat rendah. Hal ini terlihat pada indeks dan peta kerentanan

PPK

dirnana pulau Nain dan Mantehage memiliki nilai tertinggi dan terendah, sedangkan dua pulau lainnya memiliki nilai yang tidakjauh berbeda.

Arahan Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Mitigasi. Pelestarian hutan mangrove merupakan suatu usaha yang

sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena

kegiatan tersebut sangat membutuhkan sikap

akomodalif terhadap segenap pihak baik

yang berada di sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasamya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat

akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan kepada masyarakat

yang sangat rentan terhadap sumberdaya mangrove, diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan dem ikian, yang perlu

diperhatikan adalah menjadikan masyarakat

sebagai komponen utama penggerak pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi

masyarakat terhadap keberadaan hutan

mangrove perlu untuk diarahkan kepada eara pandang masyarakat akan pentingnya

sumberdaya ekosistem mangrove.

Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian mangrove, terdapat beberapa konsep yang dapat diterapkan untuk memberikan legitimasi dan pengertian bahwa mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan

agar dapat tetap lestari. Konsep tersebut adalah:

(I) perlindungan dan pelestarian ekosistem

mangrove, dengan menunjuk suatu kawasan ekosistem mangrove untuk merljadi kawasan

hutan moratorium, dan sebagai suatu bentuk

sabuk hijau di sepanjang pantai (2) rehabilitasi ekosistem mangrove, dengan melakukan penghijauan terhadap bagian yang rusak sehingga dapat men gem balikan nilai estetika

dan nilai fungsi ekologis kawasan hutan mangrove yang telah rusak.

Selain kedua konsep di alas, faktor yang juga sangat berkaitan dengan pola pengelolaan dan merupakan titik sentral dalam pembangunan berbasis masyarakat adalah perilaku manusia. Karena melalui perilakulah manusia berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungan sekitamya, dirnana

(11)

banyak prila\.'U manusia dapat mempengaruhi

kelestarian lingkungan sumberdaya alam.

Untuk itu diperlukan suatu strategi pengelolaan

dengan keterl ibatan masyarakat sebagai subyek

pembangunan/pengelolaan kawasan pesisir

terutama kawasan mangrove sehingga segenap

permasalahan yang terdapat di TNB yang

dapat mengancam keberlanjutan pengelolaan

dan kelestarian hutan mangrove di wilayah

tersebut.

Menindak lanjuti pola pengelolaan yang telah dikaj i sebelumnya maka strategi

pengelolaan ekosistem mangrove yang dilakukan

haruslah bersifat kolaboratif dengan pihak

pemerintah sebagai motor penggeraknya.

Adapun strategi dan implementasi yang perlu

dikembangkan kaitannya dengan peningkatan

kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan

sumberdaya ekosistem mangrove di TNB

dalam upaya penanganan permasalahan yang terdapat di TNB adalah sebagai berikut:

A. Rehabilitasi dan Pelestarian Ekosistem

Mangrove TN Bunaken berbasis Masyarakat

Melakukan inventarisasi sebaran dan

kondisi hutan mangrove yang mengalami

kerusakan.

Melakukan berbagai kegiatan rehabilitasi

hutan mangrove dengan menanami

daerah-daerah yang telah rusak sesuai

dengan skala prioritas yang telah ditetapkan.

- Mengkaji ulang dan mengembangkan

kriteria pengkaj ian dan pengawasan

kegiatan pelestarian hutan mangrove

yang praktis dan mudah.

. Melakukan kajian terhadap pembukaan

lahan untuk tambak, pemukiman dan

pertanian.

Menyusun dan menyebarluaskan panduan

teknik rehabilitasi (penanaman) dan

pelestarian hutan mangrove secara lestari

dan bijaksana.

Menyebarluaskan hasil-hasil penelitian

kegiatan rehabilitasi dan pelestarian

hutan mangrove dalam bahasa yang

mudah dipahami oleh masyarakat sekitar

kawasan TNB.

Menyebarluaskan infonnasi dalam

melakukan pemanfaatan secara lestari

terhadap jenis-jenis flora dan fauna yang

bemilai ekonomis dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan.

B. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove dengan melakukan

pelatihan-pelatihan keterampilan dengan

materi yang mudah dipahami meliputi: manfaat dan fungsi hutan mangrove,

pengenalan ragam jenis tumbuhan mangrove dan kegunaannya, teknik pemilihan buah,

pembibitan, penanaman, pemeliharaan,

dan penebangan.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat

ten tang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan

mangrove dengan melakukan berbagai

penyuluhan dan pemberian materi panduan

tentang undang-undang dalam pengelolaan hutan mangrove.

Membentuk Kelom)Xlk Swadaya Masyarakat

(KSM) dalam rangka menjalankan program

pelestarian ekosistem mangrove, penyerl:arluasan

infonnasi peraturan perundang-undangan,

teknik rehabilitasi dan pelestarian hutan

mangrove serta pemanfaatannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kondisi ekosistem mangrove pada

PPK TNB dalam keadaan kurang baik dari

segi kualitas dan kuantitas. Tiga dari em pat

pulau memiliki ekosistem mangrove yang

sangat kecil dengan kondisi perairan sekitar

mangrove yang mulai tercemar. Faktor penting yang mempengaruhi kerentanan PPK khususnya

ekosistem mangrove adalah luasan mangrove,

kemiringan lereng, partisipasi masyarakat,

kepadatan penduduk, kesiapan infrastmktur

dan kualitas monitoring terhadap kawasan

konservasi TNB. Pola pengelolaan yang

mengakomodir selumh kepentingan dan

permasalahan yang ada di PPK TNB adalah

pola pengelolaan kolaboratif yang melibatkan

seluruh

stakeholders

sebagai pengelola dengan memperbaiki fungsi kontrol terhadap semua

kegiatan pengelolaan yang ada.

Dengan melihat berbagai pennasalahan

yang dihadapi PPK TNB, khususnya ekosistem mangrove maka perlu penelitian lebih lanjut 180

(12)

untuk melihat pengaruh perubahan iklim terhadap PPK khususnya

sea

level rise

.

Mengingat kawasan TNB yang begitu luas

maka penelitian kedepannya bisa menjangkau

seluruh desa yang masuk dalam kawasan TNB.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen DO. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik Slimberdaya Pesisir. Bogor:

PKSPL.IPB.

[BTNBJ Balai Taman Nasional Bunaken. 2010. Rencana Pengelolaan langka Panjang Taman Nasional

Bunaken Periode Tahun 1996-202\ (Review) Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Balai Taman Nasional Bunaken. Kementrian kehutanan. Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi alam.

Hutabarat AA, Fredinan Y, Achmad F, Sri H, Kusharjani. 2009. Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor : Pusdiklat Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Secem-Korea International

Cooperation Agency.

Ma1czweski 1, Sanchez M, Bojorquez LA, Delhumeau O. 1997. Multicriteria group decision making model. Environmenlal Planning and Management, 40: 349-374.

Setyobudiandi I, Sulistiono, Fredinan Y, Cecep K, Sigit H, Ario D, Agustinus S, Bahtiar. 2009. Sampling dan

Analisis Data Perikanan dan Kelautan. Boger: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan . Institus

Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Ekosistem Mangrove PPK TNB
Gambar 2. Peta Kerentanan  Pulau-pulau Kecil T:&lt;man  Nasional Bunaken  178

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan mencakup nama-nama anggota keluarga, jenis kelamin; umur; fisiologi; nama-nama makanan yang ditabukan; nama-nama makanan yang ditabukan bagi: bayi,

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau

PT Greenspan Packaging System sudah baik, hal ini dapat dilihat dari pembagian tanggung jawab fung- sional diantaranya fungsi penjualan terpisah dengan fungsi gudang untuk

· Diperoleh hasil penelitian bahwa variabel keputusan investasi, secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yang dilihat dari

Secara umum sistem basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan

1) KUR melalui lembaga linkage dengan pola channeling berdasarkan dengan lampiran Permenko No. 8 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat:.. Lembaga

Berdasarkan Rencana Jangka Menengah Tahun 2010-2012 Kampung Totokaton Kecamatan Punggur pelaksanna pembangunan berdasarkan hasil identifikasi, pemetaan swadaya dan

Reputasi penjamin emisi, prosentase penawaran saham, dan nilai penawaran saham berasosiasi secara statistis signifikan dengan return 15 hari seudah IPO dan kinerja