• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HAS IL D AN PEMBAHAS AN Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HAS IL D AN PEMBAHAS AN

4.1 Analisis Data dan Pembahasan

4.1.1 Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 Tabel 4.1

Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 Periode Juli 2006 – Juni 2008

Periode Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 1 4554 2 3876 3 3675 4 3437 5 2389 6 2073 7 2340 8 3212 9 2744 10 3579 11 4280 12 4875 13 4254 14 3978 15 3275 16 2580 17 2378 18 1860 19 1934 20 2578 21 3096 22 3356 23 3978 24 4576 Sumber : OLT. Metal Works

(2)

4.1.2 Pola Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100

Gambar 4.1 Pola Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 Periode Juli 2006 – Juni 2008

Sumber : OLT. Metal Works

4.1.3 Hasil Perhitungan Peramalan

Dari pola data permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 dapat dilihat, bahwa pola permintaan bersifat musiman, dimana terdapat penurunan dan peningkatan permintaan terhadap produk pada periode-periode tertentu. Oleh sebab itu tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba peramalan dengan beberapa metode dengan maksud untuk menemukan metode peramalan yang memiliki tingkat error terkecil. M etode yang ada adalah metode :

(3)

B. M etode Peramalan Exponential Smoothing Adjusted for Trend and Seasonal Variation: Winter's Method

C. M etode Peramalan Double Moving Average D. M etode Peramalan Single Eksponential Smoothing E. M etode Peramalan Double Eksponential Smoothing

Perhitungan peramalan dilakukan dengan menggunakan program Minitab versi 15. perhitungan sendiri dapat dilihat pada bagian lampiran L.1 sampai L.17. Dari peramalan itu sendiri ditemukan statistika ketepatan peramalan MAD, M SE, dan MAPE yang selanjutnya akan dicari nilai terkecilnya. Perbandingan statistika ketepatan peramalan dari metode-metode tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Nilai M AD, M SE, dan MAPE Penjualan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100

Hidaku Safety Belt MAPE MAD MS E

Dekomposisi 3,9 120,5 48276,0

Winters` Eksponential

Smoothing 4,8 144,1 43022,6

Double Moving Average 22,0 661,0 536579,0 Single Smoothing

Eksponential 14,0 440,0 278960,0

Double Smoothing

Eksponential 16,0 464,0 312345,0

Sumber: Pengolahan Data

4.1.4 Analisis Peramalan

Dalam melakukan peramalan penjualan, yang pertama kali dilakukan adalah mengambil data penjualan berkala selama 2 tahun, tentu saja makin

(4)

banyak data yang diambil atau makin baru data makin baik atau lebih mendekati kenyataan peramalan itu. Setelah menyusun data penjualan menjadi sebuah grafik maka dapat ditentukan atau diperkirakan pola data dari penjualan perusahaan.

Untuk produk Hidaku Safety Belt, dapat dilihat bahwa pola penjualan bersifat musiman (Seasonal), dimana tingkat penjualan mengalami penurunan dan peningkatan pada periode tertentu tiap tahunnya. Oleh sebab itu peramalan yang paling tepat untuk diuji coba adalah metode dekomposisi dan metode eksponential smoothing winters`. Akan tetapi tidak ada salahnya bila melakukan percobaan dengan metode peramalan yang lain untuk amanya.

Dari hasil perhitungan yang ada kita mengambil perbandingan statistika peramalan M APE untuk dipakai sebagai penentu metode mana yang memiliki nilai error yang terkecil, dan didapatkan nilai M APE terkecil menggunakan metode dekomposisi dengan nilai 3,9. Hasil peramalan pada periode selanjutnya adalah sebesar : 4.013,47 produk. Dibulatkan menjadi 4.014 produk.

4.1.5 Menentukan Lot Sizing

Setelah dilakukan peramalan dan melakukan perbandingan statistika ketepatan peramalan, maka didapatkan bahwa metode peramalan yang terbaik adalah dengan menggunakan metode dekomposisi. Hasil peramalan untuk periode kedepan digunakan untuk menentukan lot sizing yang lebih effisien

(5)

untuk perusahaan. Perbandingan akan dilakukan pada tiap bahan baku produk dengan menggunakan metode EOQ dan POQ.

4.1.6 S truktur Produk dan Lead Time Pengiriman Bahan Baku

Produksi Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 dilakukan dengan menyusun subpart-subpart menjadi satu kesatuan yang bekerja. Dimana dalam membuat subpart produk yang ada, proses produksi didominasi oleh proses Metal Works, yaitu dengan cara melakukan perubahan bentuk material baja. Proses produksi juga didominasi oleh banyaknya stasiun assembling yang dilakukan oleh pekerja manusia (tidak otomatis). Secara keseluruhan proses produksi dapat dilihat pada gambar 4.2

(6)

Gambar 4.2 Assembly Chart produk Hidaku Safety Belt tipe ETA-100 Sumber : OLT.Metal Works

Dapat dilihat pada gambar produk terdiri dari beberapa subpart, yaitu :

1. Belt 2. Plat Belt

(7)

3. Gasper B1 dan B2 4. Gasper A

5. Penyangga Belt 6. Kait

7. Iong Kupu-Kupu A dan B 8. Tambang

9. Letter D 10. Selongsong

Dari proses produksi dilakukan oleh OLT. Metal Works, bahan baku utama yang digunakan adalah baja pelat. Dimana baja pelat yang digunakkan memiliki spesifikasi :

- Baja pelat yang berukuran standar panjang 2,4 meter dan lebar 1,2 meter dengan berbagai ketebalan yang berbeda. Ketebalan baja pelat yang digunakan adalah : 4 mm ; 1,5 mm ; 0,5 mm. Baja pelat dalam hal ini digunakan sebagai bahan utama yang digunakan sebagai penopang berat pemakai. Ketebalan baja pelat yang berbeda-beda digunakan karena adanya variasi bentuk komponen yang disesuaikan dengan ketahanan baja tersebut terhadap tekanan.

- Belt yang terbuat dari nilon sintetis yang digunakan untuk menahan beban tubuh. Belt sendiri didapatkan dari supplier asal luar negri, terutama Korea.

(8)

- Tambang yang juga terbuat dari nilon sintetis dengan kegunaan yang sama dengan belt.

Selain bahan baku utama diatas, terdapat beberapa bahan baku tambahan, yaitu :

- Timah yang digunakkan dalam proses galvanisasi. Timah yang telah digalvanisasi menjadi pelapis bagi baja pelat yang berfungsi utama untuk mempercantik komponen serta mencegah baja berkarat. Dalam kasus ini timah tidak diperhitungkan sebab proses galvanisasi yang menggunakan bahan timah dilakukan dengan jasa outsourcing.

- Per, merupakan bahan tambahan yang digunakkan untuk menyangga bagian iong kupu-kupu dengan kait.

- Keling digunakkan sebagai penyambung komponen yang memerlukan kekuatan tahanan yang lebih.

- Pelapis Tambang digunakkan agar tambang berada para jalur yang tepat. Berbahan dasar plastik.

- Benang untuk menjahit belt serta label. Benang dan label tidak diperhitungkan dalam melakukan effisiensi biaya inventory sebab tidak mengambil lokasi penyimpanan yang signifikan dan mudah didapatkan.

Dari bahan baku yang ada terdapat waktu tunggu (Lead Time) yang berbeda-beda antar bahan. M asalah yang paling kentara adalah karena adanya bahan baku yang khusus diambil dari luar negeri, yaitu dari Korea. Bahan baku tersebut adalah belt dan tambang sintesis. Hal ini menyebabkan Lead Time

(9)

kedua bahan baku ini menjadi jauh lebih lama dari bahan yang lain. Jumlah kelipatan pemesanan kedua bahan baku ini pun dihitung besar sebab supplier sendiri merupakan supplier yang besar dan tidak ingin menjual dalam jumlah yang sedikit. Data waktu tunggu (Lead time) serta jumlah kelipatan pemesanan OLT.Metal works adalah :

Tabel 4.3 Lead Time dan Jumlah kelipatan pemesanan Bahan Baku Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100

No Bahan Baku Lead Time Jumlah Kelipatan 1 Baja Pelat 5 Hari 50 Kg

2 Belt 20 Hari 100 Kg

3 Tambang 20 Hari 100 Kg

4 Per 2 Hari 5 Kg

5 Keling 3 Hari 10 Kg

6 Pelapis Tambang 2 Hari 5 Kg Sumber: OLT. Metal Works

Beberapa hal yang perlu ditambahkan adalah :

- Bahan baku baja pelat tidak harus disimpan dalam gudang perusahaan. Apabila perusahaan merasa tidak memerlukanya atau tidak ada lokasi penyimpanan, perusahaan dapat menjual baja pelat kepada pihak pengecer atau bahan ke supplier kembali, hanya saja hal ini tidak disarankan apabila dilakukan dalam jumlah yang besar, sebab penjualan kembali dikenakan tarif harga yang lebih murah.

- Lead Time bahan baku belt dan tambang memakan waktu yang sama, sebab proses shipping dari korea menggunakan kapal yang sama, oleh sebab itu

(10)

untuk memesan bahan baku ini pelu dilakukan pada saat yang dekat atau bersamaan.

- Bahan baku Timah, benang, dan label tidak diperhitungkan sebab bahan baku timah merupakan proses outsourcing, sedangkan bahan baku benang dan label mudah didapatkan dan hanya mengambil lokasi yang minim.

4.1.7 Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dan Periodic Order Quantiy (POQ)

Perhitungan EOQ dan POQ dilakukan untuk mengendalikan persediaan, dimana kedua teknik ini berkaitan erat dengan minimalisasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. EOQ sendiri dirumuskan dengan :

H DS Q= 2

Dimana : Q = Jumlah optimal barang per pesanan (EOQ) D = Permintaan S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan h D d L d ROP = Χ =

Dimana : ROP = Titik pemesanan ulang (reorder point) d = Permintaan per hari

L = Lead Time

(11)

h = Jumlah hari kerja satu periode Sedangkan rumus POQ adalah sebagai berikut :

Dalam menentukan EOQ dan POQ perusahaan kedepan digunakanlah peramalan penjualan periode selanjutnya, serta perhitungan biaya simpan untuk bahan baku dengan membuat persentase perkiraan biaya.

Perusahaan OLT. Metal Works sendiri tidak memiliki sebuah catatan khusus mengenai pengeluaran yang fix mengenai biaya yang dikeluarkan dalam menangani bahan baku, khususnya mengenai biaya pemesanan dan penyimpanan. Oleh sebab itu diperlukanlah brainstorming secara khusus dengan pihak perusahaan, serta menjelaskan hal yang diperlukan seperti persentase biaya terhadap nilai persediaan, serta kategori biaya itu sendiri, seperti : biaya apa sajakah yang termasuk dalam biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Dari hasil wawancara dengan perusahaan, maka dapat disusun rincian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berhubungan dengan sistem persediaan. Tabel 4.4 berisi mengenai persentase biaya terhadap nilai persediaan, dan tabel 4.5 berisi mengenai biaya pemesanan perusahaan, yang termasuk didalamnya adalah biaya telepon, faks, surat, dll; dan biaya penyimpanan perusahaan yang didapatkan dengan cara melakukan

) (hari rata taanrata Permi EOQ POQ − = η

(12)

perbandingan antara luas area untuk menyimpan bahan baku tersebut, dan banyaknya bahan baku yang dapat disimpan di area tersebut.

Tabel 4.4

Persentase biaya OLT. Metal Works terhadap nilai persediaan

Sumber: OLT. Metal Works

Tabel 4.5

Biaya Pemesanan dan Penyimpanan OLT. Metal Works

Bahan Baku Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Sebelum Kelonggaran Biaya Penyimpanan Dengan Kelonggaran Baja Pelat Rp.20.000,- Rp.80,- Rp.93,60 Belt Rp.75.000,- Rp.90,- Rp.105,30 Tambang Rp.75.000,- Rp.90,- Rp.105,30 Per Rp.3.000,- Rp.50,- Rp.58,50 Keling Rp.4.000,- Rp.50,- Rp.58,50 Pelapis Tambang Rp.3.000,- Rp.50,- Rp.58,50 Sumber: OLT. Metal Works

Setelah biaya sudah ditentukan, yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan berapa berat yang diperlukan dari masing-masing bahan baku untuk memproduksi satu buah unit Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100. Berat

Kategori Biaya Persentase biaya terhadap nilai persediaan Biaya Penyimpanan, termasuk

didalamnya biaya operasi dan asuransi 5 % Biaya Penanganan bahan baku, termasuk

didalamnya penyusutan peralatan, sewa peralatan, listrik

5 %

Biaya Tenaga kerja tambahan 2 %

Biaya investasi 5 %

(13)

dari masing-masing bahan baku untuk memproduksi satu buah unit safety belt dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Berat Bahan Baku Untuk M emproduksi Satu Unit Safety Belt Bahan Baku Berat Bahan Baku (Kg)

Baja Pelat 0,300 Belt 0,100 Tambang 0,120 Per 0,010 Keling 0,015 Pelapis Tambang 0,012

Sumber: OLT. Metal Works

Dari tabel 4.3, 4.5, dan 4.6 dapat disusun perhitungan EOQ dan POQ perusahaan dengan hasil dari masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

EOQ, ROP, dan POQ Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 Bahan Baku EOQ (Kg) ROP (Kg) POQ (Kg)

Baja Pelat 750 241 800 Belt 800 322 900 Tambang 900 386 900 Per 65 4 70 Keling 100 8 110 Pelapis Tambang 75 4 80

Perkiraan Peramalan Bulan 25 = 4014 Buah Unit Hari kerja satu periode = 25 hari

Sumber: Pengolahan Data

Beberapa contoh perhitungan untuk mendapatkan nila EOQ, ROP, dan POQ perusahaan bagi Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100 adalah sebagai berikut:

(14)

¾ Bahan Baku Baja Pelat

Perkiraan permintaan pada periode ke-25 = 4.014 buah unit Hari Kerja per periode = 25 Hari

Penggunaan bahan baku satu unit = 0,3 Kg

Penggunaan bahan baku untuk periode ke-25 = 0,3 X 4.014 = 1.204,2 Kg Dibulatkan menjadi = 1.205 Kg

• EOQ (Economic Order Quantity)

H DS Q= 2

Dimana : Q = Jumlah optimal barang per pesanan (EOQ) D = Permintaan S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan 6 , 93 20000 205 . 1 2× × = Q 605 . 717 = Q Kg

Karena dalam melakukan pemesanan supplier menentukan kelipatan sebesar 50 Kg, maka :

750 =

Q Kg

• ROP (Reorder Point)

h D d L d ROP = × =

(15)

Dimana : ROP = Titik pemesanan ulang (reorder point) D = Permintaan per hari

L = Lead Time

D = Permintaan satu periode h = Jumlah hari kerja satu periode

25 205 . 1 = d = 48,2 Kg 5 2 , 48 × = ROP = 241 Kg

• POQ (Periodic Order Quantity)

Rata taanRata Per EOQ POQ − = min 306 , 15 49 750 = = POQ

Pembulatan POQ menjadi = 16

Jumlah unit yang dipesan = 16 X 49 = 784 Kg Pemesanan dengan kelipatan dari supplier = 800 Kg ¾ Bahan Baku Belt

Perkiraan permintaan pada periode ke-25 = 4.014 buah unit Hari Kerja per periode = 25 Hari

Penggunaan bahan baku satu unit = 0,1 Kg

Penggunaan bahan baku untuk periode ke-25 = 0,1 X 4.014 = 401,4 Kg Dibulatkan menjadi = 402 Kg

(16)

• EOQ (Economic Order Quantity)

H DS Q= 2

Dimana : Q = Jumlah optimal barang per pesanan (EOQ) D = Permintaan S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan 3 , 105 75000 402 2× × = Q 736 , 756 = Q Kg

Karena dalam melakukan pemesanan supplier menentukan kelipatas sebesar 100 Kg, maka :

800 =

Q Kg

• ROP (Reorder Point)

h D d L d ROP = × =

Dimana : ROP = Titik pemesanan ulang (reorder point) D = Permintaan per hari

L = Lead Time

D = Permintaan satu periode h = Jumlah hari kerja satu periode

25 402 =

(17)

20 08 , 16 × = ROP = 321,6 Kg Dibulatkan menjadi = 322 Kg • POQ (Periodic Order Quantity)

Rata taanRata Per EOQ POQ − = min 059 . 47 17 800 = = POQ

Pembulatan POQ menjadi = 48

Jumlah unit yang dipesan = 48 X 17 = 816 Kg Pemesanan dengan kelipatan dari supplier = 900 Kg

Untuk melihat lebih jelasnya perhitungan dapat dilihat pada lembar lampiran L.18, dimana perhitungan dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel.

4.1.8 Perhitungan Biaya Dengan Bantuan Tabel MRP

Setelah didapatkan nilai EOQ dan POQ dari masing-masing bahan baku, yang selanjutnya dilakukan adalah membandingkan total biaya yang dikeluarkan dari kedua metode terhadap masing-masing bahan baku. Total biaya didapat dari penambahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan pada periode ke-25. Untuk perhitungan biaya dimana terdapat kekurangan persediaan (Stockout Cost) dipilih metode yang tidak mengalami kekurangan persediaan atau dengan stockout cost yang lebih kecil. Prioritas pemilihan metode lot sizing diutamakan kepada metode dengan biaya yang lebih kecil dan tidak mengalami kekurangan persediaan saat barang tiba. Tabel M RP

(18)

selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran L.19 sampai L.24. Perbandingan biaya masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9.

Tabel 4.8 Total Biaya Persediaan Dengan Teknik EOQ

EOQ

Bahan Baku Biaya Pesan Biaya Simpan Total Biaya Baja Pelat Rp.20.000,- Rp.966.420,- Rp.986.420,- Belt Rp.75.000,- Rp.1.524.218,- Rp.1.599.218,- Tambang Rp.75.000,- Rp.1,684.800,- Rp.1.759.800,- Per Rp.3.000,- Rp.57.037,- Rp.60.037,50 Keling Rp.4.000,- Rp.89.212,- Rp.93.212,50 Pelapis Tambang Rp.3.000,- Rp.71.662,- Rp.74.662,50 Rp.4.573.350,50 Sumber : Pengolahan Data

Tabel 4.9 Total Biaya Persediaan Dengan Teknik POQ

POQ

Bahan Baku Biaya Pesan Biaya Simpan Total Biaya Baja Pelat Rp.20.000,- Rp.1.055.340,- Rp.1.075.340,- Belt Rp.75.000,- Rp.1.787.468,- Rp.1.862.468,0 Tambang Rp.75.000,- Rp.1.684.800,- Rp.1.759.800,- Per Rp.3.000,- Rp.64.350,- Rp.67,350,- Keling Rp.4.000,- Rp.103.837,50 Rp.107,837,50 Pelapis Tambang Rp.3.000,- Rp.78.975,- Rp.81,975,- Rp.4.954.770,50 Sumber : Pengolahan Data

(19)

4.1.9 Analisis Teknik Lot Sizing

Dalam menjalankan sistem persediaan, OLT. Metal Works tidak memiliki standar sistem yang tinggi. Yang ada dalam sistem hanyalah melakukan pencatatan bahan baku yang masuk dan keluar, sedangkan pencatatan atau data masa lalu mengenai biaya pemesanan dan biaya penyimpanan tidaklah ada atau minim adanya. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam menekan biaya, dimana pemesanan kembali dilakukan hanya denga n visual saja, yaitu apabila dilihat sepertinya terdapat bahan baku sudah mau habis barulah dilakukan pemesanan kembali. Resiko yang terburuk adalah adanya kekurangan bahan baku yang akan menimbulkan biaya Stockout. Keadaan ini diperburuk dengan adanya bahan baku dengan waktu lead time yang lama bisa menyebabkan proses produksi berhenti total.

Dalam melakukan penentuan teknik lot size terbaik, diperlukan beberapa data dari perusahaan, yatu : bahan baku, struktur produk, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, kelipatan pemesanan dari supplier, dan lead time.

Dari perbandingan biaya antara teknik POQ dan EOQ yang dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9 dapat dipadukan menjadi teknik lot size yang paling optimal dan dapat digunakan oleh OLT. Metal Works untuk mengurangi biaya yang berhubungan dengan sistem persediaan bahan baku perusahaan. Untuk jenis bahan baku dan teknik lot size yang paling tepat dapat dilihat pada tabel 4.10.

(20)

Tabel 4.10

Teknik Lot size Optimal OLT. Metal Works Bahan Baku Teknik

Lot Sizing Biaya Pesan Biaya Simpan Total Biaya Baja Pelat EOQ Rp.20.000,- Rp.966.420,- Rp.986.420,- Belt EOQ Rp.75.000,- Rp.1.524.218,- Rp.1.599.218,- Tambang EOQ/POQ Rp.75.000,- Rp.1,684.800,- Rp.1.759.800,-

Per EOQ Rp.3.000,- Rp.57.037,- Rp.60.037,50

Keling EOQ Rp.4.000,- Rp.89.212,- Rp.93.212,50 Pelapis Tambang EOQ Rp.3.000,- Rp.71.662,- Rp.74.662,50

Total Rp.4.573.350,50

Sumber : Pengolahan Data

Total biaya yang didapatkan dari teknik lot size lot size yang optimal lalu dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Penghitungan biaya yang dikeluarkan menggunakan asumsi perusahaan tidak memiliki safety stock, sehingga persediaan bahan baku dimulai dari nol. Perusahaan tidak memberikan perincian biaya penyimpanan yang dikeluarkan, tapi menurut pihak perusahaan, total biaya peresediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp.6.000.000,-

Walau data mengenai total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak 100% tepat, perbedaan total biaya sebesar Rp.6.000.000 – Rp.4.573.350,50 = Rp.1.426.649.50 cukup besar untuk diambil kesimpulan bahwa metode M RP yang diterapkan lebih baik daripada sistem persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

(21)

4.1.10 Manajemen

Setelah perusahaan melakukan perhitungan pemesanan bahan baku yang meminimalisasi biaya, yang selanjutnya dilakukan adalah menetapkan strategi manajemen yang mendukung jalanya proses produksi dengan baik. Hal ini dapat tercipta dengan jalan merumuskan strategi pemasaran dengan baik. Dalam merumuskan strategi pemasaran yang baik, diperlukanlah analisis terhada lingkungan yang mempengaruhi perusahaan, baik secara internal, eksternal, mikro maupun makro. Dimana dari analisis yang ada akan digunakan untuk merumuskan strategi yang baru beserta implementasinya bagi perusahaan.

4.1.11 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan analisis atau studi secara mendalam mengenai keadaan lingkungan yang berada di dalam perusahaan. Analisis ini sendiri dari 4 elemen utaman , yaitu penjualan, pemasaran, SDM dan sumber daya keuangan. Dengan melakukan analisis dari 4 elemen dasar perusahaan ini, dapat dilihat kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang ada, sehingga pihak perusahaan dapat memanipulasi kekuatan yang ada dan mengatasi atau meminimalisasi kelemahan yang ada.

(22)

1. Penjualan

Permasalahan sedang dihadapi oleh OLT. Metal Works karena munculnya persaingan baru dari luar negri, yaitu dari negara yang industrinya sedang berkembang pesat, China. Pangsa penjualan OLT. Metal Works yang melakukan penjualan dengan agen-agen distribusi menurun sebesar 5-10 %. Penurunan pada penjualan memang tidaklah terlalu dramatais atau “free fall” . Akan tetapi harus diingat bahwa perusahaan mendapat pukulan bukan pada pangsa pasar yang menurun, tetapi pada keuntungan perusahaan yang menurun. Disebabkan karena perusahaan tidak dapat menaikkan harga terlalu tinggi sedangkan harga bahan baku tetap naik. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan langkah strategis bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan penjualan, atau setidaknya meningkatkan pendapatan.

2. Pemasaran

Pemasaran dilakukan dengan melakukan penawaran pada agen-agen distribusi yang lalu akan memberikan penawarannya kembali pada perusahaan konstruksi, pekerja bangunan atau gedung baru. Pemasaran hanya dilakukan kepada agen saja, sebab memang ada kebijakan perusahaan tidak melakukan penjualan ke konsumen secara langsung. Jaringan pemasaran perusahaan bisa dibilang cukup besar sebab tidak mencakup daerah Jakarta saja, tetapi mencakup daerah M edan, Bandung, dan kota-kota besar yang sedang mengadakan pembangunan.

(23)

Pemasaran tidak pernah dilakukan secara besar-besaran seperti melakukan iklan di TV atau koran, sebab produk safety belt ini bersifat wajib atau standar bagi proses pembangunan atau konstruksi. Umumnya perusahaan konstruksi atau bangunan-lah yang mencari produk ini, dan pemasaranya menjadi bersifat mouth to mouth, oleh sebab itu diperlukanlah jaringan yang baik dengan para agen atau toko-toko yang mengambil produk ini agar tercipta goodwill yang baik antara perusahaan dengan pihak distributor. Perusahaan juga menyediakan bonus bagi para distributor yang memborong produknya, dimana bonus dapat diambil akhir tahun atau periode tertentu secara akumulasi.

M asalah terjadi pada perusahaan karena harga merupakan faktor yang lebih kuat dari faktor pemasaran, jadi walaupun jaringan dengan distributor sudah baik, agen-agen dapat berpindah ke produk safety belt lain apabila terdapat produk yang harganya jauh lebih murah walaupun kualitasnya buruk.

3. Sumber Daya keuangan

Sumber daya keuangan masih bisa dikatakan baik, sebab perusahaan masih dapat melakukan kerjanya secara konsisten walau persaingan produk makin meningkat. Pendanaan perusahaan dilakukan secara pribadi sebab perusahaan merupakan PO atau perusahaan perorangan. Hal ini memberikan keuntungan dan kerugian masing-masing bagi OLT. Metal Works. Keuntungannya adalah laba produksi diambil oleh satu pihak saja, hal ini memberikan cara kerja dan kempemimpinan yang simpel tanpa

(24)

campur tangan banyak pihak. Akan tetapi perusahaan juga memiliki kerugian, yaitu perusahaan menjadi sulit berkembang, sebab dana untuk membuat jaringan baru sulit dipenuhi. Perusahaan juga harus menanggung sendiri apabila ada kerugian yang dialami. Akan tetapi akibat perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga. Oleh karena keterbatasan dana ini, haruslah diadakan langkah strategis yang diharapkan dapat menambah penjualan produk.

4. Sumber Daya M anusia

Pekerja OLT. Metal Works tergolong sedikit dimana hal ini disebabkan karena OLT. Metal Works adalah sebuah Home Industry. Berhubung OLT. Metal Works adalah sebuah home industry, pekerja yang ada kebanyakan pekerja yang memiliki hubungan dekat dengan sang pemilik, hal ini menyebabkan pekerjaan dilakukan dengan santai dan baik. Pekerja berjumlah 20 orang termasuk kantor dan pabriknya dimana pekerja pabrik merupakan para pekerja yang sudah lama berada di bidangnya, sehingga memiliki keterampilan tinggi. Keuntungan lain yang didapat adalah sudah ada kepercayaan tinggi antara atasan dengan bawahan, sebab pekerjanya tinggal dekat daerah produksinya (pekerja saling berkerabat/keluarga dengan pekerja lain). Hal ini memberikan aktivitas perusahaan terus dapat berjalan dengan baik.

(25)

4.1.12 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal mengadakan analisa atau studi mendalam terhadap kondisi lingkungan di luar perusahaan, kondisi yang dinilai adalah kondisi yang dapat memberikan pengaruh peluang (Opportunities) ataupun ancaman (Threat) secara langsung kepada perusahaan. Dari analisis ini perusahaan dapat melakukan strategi lanjutan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara optimal.

A. Lingkungan makro

Lingkungan makro merupakan sebuah analisa mengenai keadaan diluar perusahaan yang memiliki timbal balik dan saling mempengaruhi bagi perusahaan. Lingkungan makro yang ada meliputi :

1. Ekonomi

Kenaikan harga di Indonesia menyebabkan naiknya harga bahan-bahan baku perusahaan. Hal ini juga akan mempengaruhi biaya lain perusahaan, seperti listrik, air, dan terutama biaya operasional. Kenaikan biaya ini pastilah akan mempengaruhi harga produk dan dapat mengurangi penjualan produk. Keadaan ekonomi diperburuk dengan adanya peningkatan bahan bakar minyak yang meningkatkan biaya operasional perusahaan, memang harga bahan bakar sudah kembali normal menjadi lima ribu rupiah, akan tetapi kerusakan yang ditimbulkan sangatlah besar, sebab walau harga minyak sudah turun,

(26)

harga bahan baku tidak turun kembali seperti sedia kala. Peningkatan biaya ini haruslah ditanggulangi dengan adanya strategi lebih lanjut. 2. Teknologi

Kemajuan teknologi di Indonesia sangatlah cepat, begitu pula dengan perkembangan teknologi industri. Perkembangan ini merupakan ancaman bagi perusahaan yang tidak dapat melakukan adopsi teknologi baru sehingga akan ketinggalan dari para pesaingnya. Salah satu alasan utama dari gagalnya atau tidak dapatnya perusahaan mengadopsi teknologi yang baru adalah karena adanya keterbatasan dana. Dalam pasaran produkn safety belt, perusahaan masih menggunakan tenaga manusia sebagai fokus utamanya, berbeda dengan produk dari Jepang yang sudah melakukan otomatisasi dengan fokus mesin. Akan tetapi perbedaan teknologi ini tidak mempengaruhi penjualan pada perusahaan, sebab pasar di Jepang dan pasar di Indonesia berbeda,dimana Indonesia tidak terlalu memperhatikan kualitas produknya. OLT. Metal Works sendiri bukannya tidak memperhatikan kualitas produknya, tapi memang pasar di Indonesia yang memang lebih mengutamakan harga dibanding kualitas memaksa perusahaan untuk memakai teknologi yang sekarang digunakan. Hal ini disebabkan karena teknologi berjalan searah dengan harga, apabila teknologi yang digunakan makin canggih, harga pun umumnya akan meningkat pula (produk Jepang canggih tapi mahal, sedangkan produk Indonesia tidak terlalu canggih tapi harganya murah. Bila OLT. Metal Works memakai

(27)

teknologi Jepang, produk tidak dapat bersaing dengan produk yang lebih murah di Indonesia.

3. Sosial budaya

Perubahan sosial budaya tidak mempengaruhi langsung pada perusahaan dan dampaknya kecil akan tetapi apabila terjadi perubahan yang besar maka harus menjadi bahan perhatian.

4. Politik

Politik di Indonesia masih mengalami banyak ketidak jelasan dengan adanya peraturan-peraturan dan kebijakan baru yang kadang sudah disosialisasikan tapi tidak dijalankan dengan baik, hal itu akan membuat perusahaan harus berhati-hati pada peraturan daerah. Pemerintahan sendiri sedang mengalami banyak masalah dengan adanya gempuran dari dalam dan luar negeri, mulai dari standar harga bahan baku, harga bahan bakan minyak, pajak, dll. M au tidak mau perusahaan pastilah terkena imbas yang besar. Belum lagi sebentar lagi akan diadakannya pemilihan umum naik daerah, ke-presidenan, dll, dimana dampak politik akan menjadi sangat besar bagi perusahaan, sebab budget akan lebih banyak dikeluarkan ke accecories pemilu dan membuat penjualan produk berkurang.

B. Lingkungan mikro

Analisa lingkungan mikro adalah sebuah analisa lanjutan dari lingkungan makro, dimana dengan adanya analisa lingkungan mikro,

(28)

perusahaan dapat merumuskan strategis lebih lanjut untuk meraih keuntungan yang optimal.

1. Ancaman pendatang baru

Ancaman pendatang baru relatif kecil, memang untuk masuk ke pasar ini mudah dan tidak memerlukan dana yang sangat besar, akan tetapi entry barrier yang terbesar datang dari faktor distribusi produk, sebab agen-agen distributor sudah memiliki jaringan yang kuat dengan para pemain lama. Bila pendatang baru tidak memiliki keunggulan yang baik (terutama dalam masalah harga), dipastikan akan mengalami kesulitan saat pertama kali memasuki pasar.

Pendatang baru yang mungkin berhasil datang dari luar negeri, yaitu dari China. Dengan keunggulanya di bidang industri produsen dari China dapat memproduksi dengan biaya yang lebih murah sehingga harga pun bersifat kompetitif. Akan tetapi produk dari China mengorbankan satu hal, yaitu kualitas, dimana produk memiliki kekuatan dibawah standar dan dapat menimbulkan kecelakaan bagi pemakai. Sayang sekali di Indonesia benar-benar tidak mengindahkan standar keamanan.

2. Posisi tawar menawar pemasok

Bahan baku pada OLT.Metal Works tidak diproduksi sendiri, dan didatangkan melalui supplier yang ada. Oleh sebab itu, perusahaan sangat bergantung pada supplier, akan tetapi kekuatan menawar

(29)

supplier tidak terlalu kuat, sebab banyak supplier yang ada, terutama supplier baja pelat.

3. Posisi tawar menawar pembeli

Area penjualan meliputi kota-kota besar di Indonesia dan pangsa pasar dapat dikatakan relatif besar. Tentu saja hal itu tidak menjamin posisi persaingan safety belt, dapat dilihat dari kecenderungan perusahaan yang mengalami penurunan penjualan per tahun, hal ini disebabkan karena terdapat pesaing dengan produk serupa. Dalam melakukan pembelian umumnya yang menjadi faktor utama pembelian adalah kualitas VS harga produk, hal itu pulalah yang terjadi dalam industri ini, dimana pada pasar di Indonesia kecenderungan faktor harga lebih baik daripada kualitas, walaupun hal itu tidak signifikan. Hal itulah yang dihadapi oleh OLT. Metal Works dimana perusahaan ingin mempertahankan kualitas produk sekaligus mengurangi harga produk. 4. Produk pengganti

Produk pengganti adalah faktor berbahaya bagi suatu pasar tertentu, sebab perusahaan sulit mengatur selera masyarakat akan suatu produk maupun penggantinya. Akan tetapi dalam pasar safety belt produk pengganti belumlah ada, atau bila ada pun produk penggantinya adalah tali tambang yang digunakan dengan mengikatnya pada struktur bangunan (tentu saja dibawah standar pembangunan). Oleh sebab itu perusahaan masih tergolong sedikit, sehingga perushaan tidak terlalu mengambil perhatiannya.

(30)

5. Persaingan industri

Persaingan industri safety belt tergolong mid level crowded, atau tidak terlalu ramai, dimana pasar dikuasai oleh para pemain lama yang sudah berada di Indonesia saat tahap pembangunan dimulai (tahun 1990-an). Beberapa pesaingnya adalah : PT. Spanset Amandira Internusa, Karya M itra, dan M etro Tehnik.

4.1.13 Evaluasi Faktor Internal

Dilakukan pengkategorian faktor-faktor internal perusahaan menjadi kekuatan dan kelemahan secara fungsional. Analisis faktor internal dapat dilihat pada tabel 4.11 dan 4.12

Tabel 4.11 Faktor-Faktor Kekuatan OLT. Metal Works

No. Faktor Kekuatan Perusahaan

1 Produk yang berkualitas 2 Harga yang kompetitif

3 Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan 4 Jaringan distribusi yang luas mencakup kota-kota besar 5 Banyak pengalaman (sudah lama berdiri)

6 Jaringan supplier yang baik 7 Pekerja yang terampil

8 Penggunaan lokasi pabrik secara optimal Sumber : OLT. Metal Works

(31)

Penjelasan mengenai faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Produk yang berkualitas, dimana produk dibuat dengan bahan baku dengan kualitas internasional dan dikerjakan oleh para pekerja yang terampil.

2. Harga produk yang dapat dibilang sesuai dengan keinginan masyarakat dengan tetap menjaga kualitas produk tetap tinggi.

3. Jaringan distribusi dijalankan oleh para pekerja yang masih merupakan kerabat atau teman dekat, sehingga misscommunication dapat dihindari. 4. Jaringan distribusi bukan hanya ada di Jakarta saja, tapi ada di beberapa

kota besar lainya seperti Bandung, M edan, dll.

5. Perusahaan sudah berdiri sejak tahun 1985 yang membuatnya sudah mengerti seluk beluk usaha dan lebih bisa menghadapi masalah.

6. Jaringan supplier yang besar dengan harga yang murah dengan kualitas bahan baku yang baik. Jaringan juga dapat dikatakan sangat baik, karena dapat mempertahankan hubungan kerja sama dengan supplier di Korea.

7. Pekerja bekerja dengan luwes dan giat serta memiliki standar kerja yang tinggi, walaupun pihak manajemen kurang melakukan kontrol. 8. Area pabrik dapat dipergunakan dengan optimal, yaitu dengan

mempergunakan lahan yang kecil untuk melakukan penyimpanan bahan baku yang tidak sedikit.

(32)

Tabel 4.12 Faktor-Faktor Kelemahan OLT. Metal Works No. Faktor Kelemahan Perusahaan

1 Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran 2 Tidak adanya sistem manajemen yang pasti

3 Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas 4 Tidak adanya sistem peramalan penjualan

5 Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti

6 Pekerja kadang-kadang diberikan terlalu besar kepercayaan atau kebebasan

Sumber : OLT. Metal Works

Penjelasan mengenai faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan hanya melakukan sedikit pemasaran, hal ini dikarenakan perusahaan tidak mengeluarkan dana tambahan untuk membuat advertising tambahan. Pemasaran yang dilakukan hanyalah dengan bantuan agen-agen penjualan saja, dimana agen ini lebih memfokuskan hanya pada mouth to mouth advertising dan koneksi dengan perusahaan konstruksi.

2. Karena OLT. Metal Works merupakan perusahaan Home Industry perusahaan memiliki sistem manajemen yang apa adanya. Walaupun perusahaan memiliki pekerja dengan tugasnya masing-masing, sering terjadi ketidak jelasan pemegang kendali suatu divisi atau jobdesk.

3. Perusahaan memiliki dana terbatas yang menyebabkan sulitnya membuka jaringan distribusi yang baru, apalagi dengan adanya ketidakpastian perekonomian.

(33)

4. Perusahaan tidak melakukan perhitungan penjualan untuk periode ke depan, yang menyebabkan perusahaan kesulitan dalam menentukan strategi yang tepat.

5. Perusahaan tidak memiliki sistem persediaan yang baik, bahkan dalam melakukan restock perusahaan hanya melakukan pemeriksaan secara visual saja. Walaupun pencatatan bahan baku tetap dilakukan, tapi dengan tidak adanya sistem persediaan yang baik, perusahaan mengalami peningkatan biaya penyimpanan bahan baku.

6. Pekerja diberikan kepercayaan terlalu banyak oleh perusahaan, hal itu menyebabkan para pekerja yang baru masuk menjadi kurang disiplin.

4.1.14 Evaluasi Faktor Eksternal

Dilakukan pengkategorian faktor-faktor lingkungan diluar perusahaan yang berpotensi menjadi peluang ataupun ancaman. Faktor-faktor yang ada dapat dilihat pada tabel 4.13 dan 4.14.

Tabel 4.13 Faktor-Faktor Peluang OLT. Metal Works

No. Faktor Peluang Perusahaan

1 Banyaknya pembangunan di masa yang akan datang 2 Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru

3 Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk keselamatan

4 Banyak munculnya supplier baru 5 Pola konsumsi di Indonesia Sumber : OLT. Metal Works

(34)

Penjelasan mengenai faktor-faktor peluang yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan akan mengalami peningkatan penjualan apabila pembangunan banyak dilakukan, sebab perusahaan konstruksi pasti akan mencari produk keselamatan untuk pekerjanya.

2. Jaringan industri diperluas untuk meningkatkan penjualan produk, dilakukan khususnya ke daerah-daerah besar yang direncanakan akan melakukan banyak proyek pembangunan.

3. Perusahaan konstruksi di Indonesia masih banyak yang tidak memiliki standar keamanan untuk diterapkan ke para pekerjanya, dimana umumnya pekerja hanya diberikan alat pengikat seadanya, misalnya : tambang. Dengan adanya kesadaran perusahaan konstruksi, penjualan pasti akan meningkat.

4. Dengan banyaknya supplier bahan baku yang muncul, harga bahan baku pasti akan menurun, sebab para supplier pasti akan melakukan persaingan juga. Dengan munculnya supplier yang baru ini, perusahaan juga dapat melakukan perbandingan harga dan kualitas bahan baku dengan lebih mudah.

5. Para konsumen di Indonesia umumnya memiliki kecenderungan untuk tidak menjaga barangnya. Hal ini memberikan peningkatan penjualan sebab permintaan pasti akan terus ada dari perusahaan konstruksi karena produknya harus diganti.

(35)

Tabel 4.14 Faktor-Faktor Ancaman OLT. Metal Works

No. Faktor Ancaman Perusahaan

1 Kondisi ekonomi yang tidak menentu

2 M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah 3 Kondisi politik yang tidak menentu

4 Teknologi belum canggih

5 Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang Sumber : OLT. Metal Works

Penjelasan mengenai faktor-faktor ancaman yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Keadaan ekonomi di Indonesia sering mengalami perubahan drastis akibat pengaruh dari dalam ataupun luar negri. Baru-baru ini terjadi peningkatan harga bensin sampai Rp.6.500 yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.

2. Terdapat kompetitor baru yang masuk ke pasar Indonesia dengan proses produksi yang lebih murah dan tentu saja mempengaruhi harga barang yang diproduksinya. Akan tetapi walaupun harga barang murah, kualitas yang diberikan berada di bawah standar dan sayangnya pasar di Indonesia yang lebih memilih harga ketimbang kualitas, memberikan celah bagi pesaing dari China ini melakukan penetrasi pasar.

3. Kondisi politik yang tidak menentu memang merupakan suatu krisis yang dialami oleh semua pihak di belahan dunia. Untuk OLT. Metal Works hal ini memberikan pengaruh kepada tingkat pembangunan di Indonesia, sebab akibat adanya banyak nilai negatif politik di Indonesia, contoh : teroris,

(36)

banyak investor dari luar yang menarik dananya untuk melakukan pembangunan di Indonesia.

4. Selagi perusahaan masih memakai teknik produksi manual, para pesaing besar mulai mengaplikasikan tenaga mesin sedikit demi sedikit.

5. Pesaing lama banyak yang mulai mengaplikasikan teknik pemasaran baru seperti menggunakan internet untuk melakukan penjualan, dll. Hal ini tentu saja memberikan penurunan pangsa pasar bagi OLT. Metal Works.

4.1.15 Ekstrasi Faktor Internal dan Eksternal

Dari evaluasi faktor internal dan eksternal yang sudah disusun, perusahaan lalu mengekstrasi faktor internal dan eksternal seperti pada tabel 4.15 dan 4.16.

Tabel 4.15 Ekstraksi Faktor Internal OLT. Metal Works No. Faktor Internal Perusahaan

S-1 Produk yang berkualitas S-2 Harga yang kompetitif

S-3 Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan S-4 Jaringan supplier yang baik

S-5 Pekerja yang terampil

W-1 Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran W-2 Tidak adanya sistem manajemen yang pasti

W-3 Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas W-4 Tidak adanya sistem peramalan penjualan

W-5 Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti Sumber : OLT. Metal Works

(37)

Tabel 4.16 Ekstraksi Faktor Eksternal OLT. Metal Works No. Faktor Eksternal Perusahaan

O-1 Banyaknya pembangunan di masa yang akan datang O-2 Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru

O-3 Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk keselamatan

O-4 Banyak munculnya supplier baru O-5 Pola konsumsi di Indonesia

T-1 Kondisi ekonomi yang tidak menentu

T-2 M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah T-3 Teknologi belum canggih

T-4 Kondisi politik yang tidak menentu

T-5 Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang Sumber : OLT. Metal Works

4.1.16 Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal

Ekstraksi faktor internal dan eksternal perusahaan yang sudah dirumuskan lalu disusun menjadi sebuah kuisioner untuk mengetahui bobot-bobot terhadap faktor-faktor yang ada. Kuisioner disusun dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan untuk membandingkan tiap faktor dan diberikan ke perusahaan untuk diisi. Bobot penilaian digunakan untuk membandingkan faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap perusahaan. Hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.17 sampai tabel 4.22.

(38)

Tabel 4.17 Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Faktor Internal OLT. Metal Works

No Faktor Internal Perusahaan Lebih

Kuat

Bobot (1-3)

1 A.Produk yang berkualitas B 2

B.Harga yang kompetitif

2 A.Produk yang berkualitas A 3

B.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan

3 A.Produk yang berkualitas B 2

B.Jaringan supplier yang baik

4 A.Produk yang berkualitas B 2

B.Pekerja yang terampil

5 A.Produk yang berkualitas A 3

B.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran

6 A.Produk yang berkualitas B 3

B.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti

7 A.Produk yang berkualitas A 2

B.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas

8 A.Produk yang berkualitas A 2

B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan

9 A.Produk yang berkualitas A 3

B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti

10 A.Harga yang kompetitif A 3

B.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan

11 A.Harga yang kompetitif B 3

B.Jaringan supplier yang baik

12 A.Harga yang kompetitif A 1

B.Pekerja yang terampil

13 A.Harga yang kompetitif A 2

B.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran

14 A.Harga yang kompetitif A 3

B.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti

15 A.Harga yang kompetitif A 3

B.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas

16 A.Harga yang kompetitif A 3

(39)

Tabel 4.18 Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Faktor Internal OLT. Metal Works (Lanjutan 1)

17 A.Harga yang kompetitif A 2

B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti 18 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan A 1

B.Jaringan supplier yang baik

19 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan A 2

B.Pekerja yang terampil

20 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan A 3 B.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran 21 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan B 2 B.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti 22 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan B 2 B.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas 23 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan A 3 B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan 24 A.Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan B 1 B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti

25 A.Jaringan supplier yang baik A 3

B.Pekerja yang terampil

26 A.Jaringan supplier yang baik A 2

B.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran

27 A.Jaringan supplier yang baik B 1

B.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti

28 A.Jaringan supplier yang baik A 3

B.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas

29 A.Jaringan supplier yang baik A 2

B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan

30 A.Jaringan supplier yang baik B 3

B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti

31 A.Pekerja yang terampil A 1

B.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran

32 A.Pekerja yang terampil B 2

B.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti

33 A.Pekerja yang terampil B 2

(40)

Tabel 4.19 Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Faktor Internal OLT. Metal Works (Lanjutan 2)

34 A.Pekerja yang terampil A 3

B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan

35 A.Pekerja yang terampil B 3

B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti 36 A.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran B 2 B.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti 37 A.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran B 2 B.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas 38 A.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran A 3 B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan 39 A.Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran B 2 B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti 40 A.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti A 3 B.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas 41 A.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti A 1 B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan 42 A.Tidak adanya sistem manajemen yang pasti A 2 B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti 43 A.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas A 2 B.Tidak adanya sistem peramalan penjualan 44 A.Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas A 2 B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti 45 A.Tidak adanya sistem peramalan penjualan B 3 B.Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti Sumber : OLT. Metal Works

(41)

Tabel 4.20 Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal OLT. Metal Works

No Faktor Eksternal Perusahaan Lebih

Kuat

Bobot (1-3) 1 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang A 3

B.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru 2 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang A 2

B.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan

3 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang B 3

B.Banyak munculnya supplier baru

4 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang B 3

B.Pola konsumsi di Indonesia

5 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang A 1

B.Kondisi ekonomi yang tidak menentu

6 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang B 3 B.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah 7 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang B 3

B.Teknologi belum canggih

8 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang A 2

B.Kondisi politik yang tidak menentu

9 A.Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang A 2 B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang 10 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru B 2

B.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan

11 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru B 3

B.Banyak munculnya supplier baru

12 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru B 3

B.Pola konsumsi di Indonesia

13 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru A 2

B.Kondisi ekonomi yang tidak menentu

14 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru B 3 B.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah 15 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru B 2

(42)

Tabel 4.21 hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal OLT. Metal Works (Lanjutan 1)

16 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru A 3

B.Kondisi politik yang tidak menentu

17 A.Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru A 2 B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang 18

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan A 1

B.Banyak munculnya supplier baru

19

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan B 2

B.Pola konsumsi di Indonesia

20

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan A 3

B.Kondisi ekonomi yang tidak menentu

21

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan A 2

B.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah 22

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan B 2

B.Teknologi belum canggih

23

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan A 3

B.Kondisi politik yang tidak menentu

24

A.Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan A 2

B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang

25 A.Banyak munculnya supplier baru B 1

B.Pola konsumsi di Indonesia

26 A.Banyak munculnya supplier baru A 2

B.Kondisi ekonomi yang tidak menentu

27 A.Banyak munculnya supplier baru B 2

B.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah

28 A.Banyak munculnya supplier baru B 1

B.Teknologi belum canggih

29 A.Banyak munculnya supplier baru A 2

(43)

Tabel 4.22 Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal OLT. Metal Works (Lanjutan 2)

30 A.Banyak munculnya supplier baru B 2

B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang

31 A.Pola konsumsi di Indonesia A 3

B.Kondisi ekonomi yang tidak menentu

32 A.Pola konsumsi di Indonesia A 1

B.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah

33 A.Pola konsumsi di Indonesia B 3

B.Teknologi belum canggih

34 A.Pola konsumsi di Indonesia A 3

B.Kondisi politik yang tidak menentu

35 A.Pola konsumsi di Indonesia A 3

B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang

36 A.Kondisi ekonomi yang tidak menentu B 3

B.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah

37 A.Kondisi ekonomi yang tidak menentu B 3

B.Teknologi belum canggih

38 A.Kondisi ekonomi yang tidak menentu B 1

B.Kondisi politik yang tidak menentu

39 A.Kondisi ekonomi yang tidak menentu A 2

B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang 40 A.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah A 1

B.Teknologi belum canggih

41 A.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah B 3

B.Kondisi politik yang tidak menentu

42 A.M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah A 2 B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang

43 A.Teknologi belum canggih A 3

B.Kondisi politik yang tidak menentu

44 A.Teknologi belum canggih A 2

B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang

45 A.Kondisi politik yang tidak menentu B 3

B.Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang Sumber : OLT. Metal Works

(44)

Selanjutnya perusahaan juga diberikan kuisioner mengenai skor terhadap faktor internal dan eksternal perusahaan. Kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.23dan 4.24.

Tabel 4.23 Hasil Kuisioner Scoring Faktor Internal OLT. Metal Works

No. Faktor Internal Perusahaan Skor

S-1 Produk yang berkualitas 4

S-2 Harga yang kompetitif 4

S-3 Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh kepercayaan 3

S-4 Jaringan supplier yang baik 3

S-5 Pekerja yang terampil 4

W-1 Tidak dilakukan pemasaran produk secara besar-besaran 1 W-2 Tidak adanya sistem manajemen yang pasti 2 W-3 Perusahaan Home Industry yang memiliki dana terbatas 2 W-4 Tidak adanya sistem peramalan penjualan 1 W-5 Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang pasti 1 Sumber : OLT. Metal Works

(45)

Tabel 4.24 Hasil Kuisioner Scoring Faktor Eksternal OLT. Metal Works

No. Faktor Eksternal Perusahaan Skor

O-1 Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang akan datang 4 O-2 Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan baru 3 O-3

Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya produk

keselamatan 3

O-4 Banyak munculnya supplier baru 3

O-5 Pola konsumsi di Indonesia 4

T-1 Kondisi ekonomi yang tidak menentu 1

T-2 M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang lebih murah 1

T-3 Teknologi belum canggih 2

T-4 Kondisi politik yang tidak menentu 1

T-5 Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang 1 Sumber : OLT. Metal Works

4.1.17 Penentuan Bobot Faktor Internal dan Eksternal Dengan Perbandingan Berpasangan

Dari kuisioner yang didapat dilakukanlah dengan penyusunan data untuk menentukan bobot faktor internal dan eksternal yang lalu akan dinormalisasikan untuk mendapatkan bobot akhir yang akan dipakai dalam perhitungan IFAS dan EFAS. Perhitungan bobot faktor internal dan eksternal dapat dilihat tabel 4.25 sampail 4.28.

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)

4.1.18 Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis)

Tahap selanjutnya adalah melakukan penyusunan matriks IFAS dan EFAS dengan menggunakan nilai dari Scoring faktor dan juga nilai bobot normalisasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Hasil perhitungan matriks IFAS dan EFAS dapat dilihat pada tabel 4.29 dan 4.30

Tabel 4.29 M atriks IFAS OLT. Metal Works

No. Faktor Internal Perusahaan Skor Bobot

Bobot X Rating

S-1 Produk yang berkualitas 4 0,11 0,44

S-2 Harga yang kompetitif 4 0,16 0,64

S-3

Jaringan distribusi yang kuat yang didasari oleh

kepercayaan 3 0,08 0,24

S-4 Jaringan supplier yang baik 3 0,15 0,45

S-5 Pekerja yang terampil 4 0,07 0,28

W-1

Tidak dilakukan pemasaran produk secara

besar-besaran 1 0,06 0,06

W-2 Tidak adanya sistem manajemen yang pasti 2 0,13 0,26 W-3

Perusahaan Home Industry yang memiliki dana

terbatas 2 0,08 0,16

W-4 Tidak adanya sistem peramalan penjualan 1 0,04 0,04 W-5

Tidak adanya sistem penanganan bahan baku yang

pasti 1 0,12 0,12

1,00 2,69 Sumber: Pengolahan Kuisioner

(51)

Tabel 4.30 M atriks EFAS OLT. Metal Work

No. Faktor Eksternal Perusahaan Skor Bobot

Bobot X Rating O-1

Kemungkinan banyaknya pembangunan di masa yang

akan datang 4 0,08 0,32

O-2

Luasnya jaringan distribusi di daerah pembangunan

baru 3 0,07 0,14

O-3

Perusahaan konstruksi makin menyadari pentingnya

produk keselamatan 3 0,11 0,33

O-4 Banyak munculnya supplier baru 3 0,11 0,33

O-5 Pola konsumsi di Indonesia 4 0,14 0,56

T-1 Kondisi ekonomi yang tidak menentu 1 0,05 0,05 T-2

M asuknya kompetitor dengan proses produksi yang

lebih murah 1 0,13 0,39

T-3 Teknologi belum canggih 2 0,17 0,34

T-4 Kondisi politik yang tidak menentu 1 0,06 0,06 T-5 Banyak kompetitor lama yang lebih berkembang 1 0,08 0,08

1,00 2,60 Sumber: Pengolahan Kuisioner

4.1.19 Matriks S WOT

Faktor-faktor internal dan eksternal disusun untuk membuat matriks SWOT yang akan menciptakan alternatif-alternatif strategi. Gambar matriks SWOT dapat dilihat pada gambar 4.3

(52)

Gambar 4.3 M atrik SWOT OLT.Metal Works Sumber : Pengolahan Data

Berikut adalah penjelasan masing-masing strategi: • Strategi S-O

Pengembangan pasar dilakukan dengan cara memperluas jaringan distribusi diarea geografis yang mengalami banyaknya pembangunan dimasa yang akan datang, dengan menekankan produk yang berkualitas dan harga yang kompetitif. Dengan kata

(53)

lain mengambil pangsa pasar baru didaerah yang belum pernah disupplai produk.

• Strategi S-T

M eningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan melakukan pengembangan produk yang lama dengan menekan biaya produksi dengan tetap memegang kualitas produk. Hal ini didukung dengan adanya jaringan supplier yang baik.

• Strategi W-O

M elakukan pemasaran sebaik mungkin dengan harapan untuk menyadarkan perusahaan konstruksi sadar akan pentingnya peralatan keselamatan. Hal ini akan memberikan pangsa pasar yang lebih besar bagi perusahaan.

Perusahaan juga dapat melakukan peminjaman uang di bank untuk membiayai pemasaran produk ke area geografis yang baru untuk membuka cabang distribusi.

• Strategi W-T

M elakukan pengurangan biaya operasional agar perusahaan dapat mempertahankan tingkat kompetitifnya yang berhubungan dengan mempertahankan laba perusahaan.

Dari matriks SWOT diatas, perusahaan sebaiknya menjalankan strategi S-O, yaitu strategi pengembangan pasar untuk memperluas jaringan distribusi ke daerah-daerah baru yang akan mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan. Perusahaan harus terus mempertahankan tingkat

(54)

kualitas produk dan menjaga ke-kompetitifan harga produk. Apa bila memungkinkan perusahaan dapat melakukan pemangkasan biaya dengan mengganti bahan baku yang sebelumnya didatangkan dari luar negeri dengan bahan baku dari dalam negeri, tentu saja dengan kualitas yang sesuai standar.

4.1.20 Matriks Internal Eksternal (MIE)

Berdasarkan pengolahan data, maka OLT. Metal Works berada pada sel ke-5. Dimana penilaian IFAS dan EFAS adalah 2,69 dan 2,60. Letak nilai IFAS dan EFAS dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 M atriks Internal Eksternal OLT.Metal Works Sumber : Pengolahan Data

(55)

Dalam sel ke-5 ini perusahaan berada dalam tahap Stability, dimana strategi yang paling tepat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar dilakukan dengan tujuan meningkatkan pangsa pasar pada pasar yang telah dimiliki oleh perusahaan dengan cara mengambil konsumen yang sebelumnya bukan pelanggan menjadi pelanggan, dilakukan dengan melakukan pemasaran secara gencar dengan menekankan kualitas dan harga yang kompetitif.

Selain itu apabila memungkinkan perusahaan juga dapat menambahkan jenis produk yang ada. Perusahaan dalam sel ini merupakan perusahaan yang berada pada industri moderate attractive industry, dimana strategi perusahaan lebih memiliki kecenderungan stabil, sehingga perusahaan lebih bersifat defensif, yaitu untuk mempertahankan penjualan atau laba perusahaan.

Selain strategi diatas, perusahaan juga dapat melakukan perluasan pasar, fasilitas produksi, dan teknologi melalui pengembangan internal ataupun eksternal melalui akuisis atau jointventure dengan perusahaan di industri yang sama, tentu saja strategi tambahan ini dilakukan apabila perusahaan memang merasa perlu melakukannya, sebab perlu diingat pada sel kelima perusahaan lebih cenderung bersifat defensif atau menginginkan kestabilan.

Analisis ini tentu saja mendukung analisis dari implementasi sistem peramalan dan inventory industri perusahaan, sebab sistem peramalan dan inventory yang telah disusun memang diadakan untuk menanggulangi kejadian pengurangan laba dan penjualan akibat datangnya kompetitor dari China.

(56)

4.1.21 Proses Pengambilan Keputusan

Setelah melewati tahap pencocokan dengan menggunakan metode matriks SWOT, matriks Internal Eksternal, dan matriks Grand Strategy, dipilihlah strategi yang lebih diprioritaskan daripada strategi yang lainnya. Pilihan strategi dapat dilihat pada tabel 4.31.

Tabel 4.31 Alternatif Strategi

Alternatif Strategi Peringkat Prioritas Keterangan Peringkat

Pengembangan Pasar 4 Pasti Harus

Diimplementasikan Penetrasi Pasar 3 Kemungkinan Harus

Diimplementasikan Pengembangan Produk 2

Kemungkinan Tidak Harus

Diimplementasikan

Turnaround 1 Seharusnya Tidak

Diimplementasikan Sumber : pengolahan data

Beberapa pemikiran dalam pengambilan keputusan adalah :

- M atriks internal eksternal yang berada pada sel ke-5 menekankan bahwa perusahaan berada pada keadaan stability, dimana perusahaan lebih bersifat defensif dan lebih memikirkan bagaiman cara perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan keuntungan yang diperoleh. Strategi yang digunakan adalah melakukan penetrasi pasar dan pengembangan pasar, sebab kedua buah strategi memberikan peningkatan pangsa pasar melalui pemasaran maupun perluasan ke daerah yang baru.

(57)

- M atriks SWOT memiliki analisis yang mendukung analisis matriks internal eksternal, yaitu dengan menggunakan strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.

- Strategi Turnaround tidak disarankan, sebab mengurangi biaya operasional perusahaan tidak mudah dan malah mungkin mempengaruhi kinerja para pekerja yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas produk. Strategi ini digunakan sebagai jaga-jaga apabila terdapat ancaman yang mendesak.

(58)
(59)

Dari hasil matriks QSPM , didapatkan hasil dimana strategi pengembangan pasar memiliki nilai ketertarikan yang tinggi. Akan tetapi perlu diperhatikan juga bahwa nilai ketertarikan strategi yang lain tidak terlalu jauh berbeda dengan strategi pengembangan pasar, oleh sebab itu perusahaan dapat melakukan ketiga strategi ini, toh ketiga strategi ini berasal muasal dari kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan adanya strategi ini diharapkan perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasarnya dan mendapatkan keuntungan dari implemetasi yang baik dan benar.

4.2 Usul Penerapan

Dari kedua buah analisis, baik dari teknik industri dan manajemen, didapatkan beberapa usulan implementasi, yaitu :

1. Perusahaan melakukan uji peramalan dengan menggunakan metode komposisi yang dilakukan secara berkala. Hasil peramalan itu lalu digunakan lebih lanjut untuk menentukan lot size bahan baku perusahaan. Setelah perhitungan dilakukan perusahaan sebaiknya mencocokan dengan pengeluaran biaya penyimpanan perusahaan pada periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagian mana yang salah dari sistem persediaan perusahaan. Perbandingan ini juga dilakukan untuk mengkomunikasikan pada seluruh pihak perusahaan, bahwa perubahan yang dilakukan bukanlah hanya asal implementasi saja, tapi ada hitunganya.

2. Dalam menerapkan sistem persediaan diatas, tidaklah mungkin dapat terwujud apabila tidak dilakukan dengan pengawasan dari manajer tingkat atas dengan

(60)

ketat, oleh sebab itu faktor-faktor internal perusahaan, terutama sistem manajemen yang masih terkesan kurang formal harus diperbaiki.

3. Penerapan sistem persediaan diatas dilakukan untuk mengurangi biaya persediaan bahan baku, yang nantinya akan berpengaruh langsung atau tidak langsung pada harga produk dan juga keuntungan perusahaan. Akan tetapi sistem tersebut harus didukung dengan adanya alternatif strategi yang baru untuk mempertahankan pangsa pasar, yang dimana dapat dilihat pada data penjualan mengalami penurunan walau tidak drastis tahun ke tahun.

4. Strategi yang dipakai adalah strategi pengembangan pasar, yaitu melakukan perluasan jaringan distribusi pasar ke daerah-daerah yang belum pernah dicapai oleh perusahaan. Perluasan dilakukan ke daerah-daerah pengembangan yang baru, seperti : pulau Sumatra dan Kalimantan.

5. Untuk menerapkan strategi ini, perusahaan diharapkan melakukan pemasaran besar-besaran , bukan hanya melkakukan pemasaran melalui mouth to mouth saja. Berhubung perusahaan mengalami kekurangan dana akibat ukuran perusahaan yang kecil, apabila berkenan perusahaan dapat melakukan peminjaman uang ke bank untuk membiayai pemasaran. Pemasaran sendiri dilakukan melalui sarana newspaper , dan selebaran.

6. Apabila perusahaan tidak memiliki cukup dana atau memiliki pertimbangan yang lain, alternatif strategi yang dapat digunakan adalah menggunakan srategi penetrasi pasar, yaitu meningkatkan pangsa pasar pada area yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Strategi ini juga mengandalkan pemasaran besar-besaran, tapi dengan pertimbangan “main di kandang sendiri” perusahaan sudah lebih

(61)

mengetahui seluk-beluk pemasaran yang baik. Target utamanya adalah perusahaan konstruksi di Jakarta dan kota besar lainya yang belum menyadari pentingnya menggunakan safety belt.

Gambar

Gambar 4.1 Pola Data Permintaan Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100   Periode Juli 2006 – Juni 2008
Gambar 4.2 Assembly Chart produk Hidaku Safety Belt tipe ETA-100  Sumber : OLT.Metal Works
Tabel 4.3 Lead Time dan Jumlah kelipatan pemesanan  Bahan Baku Hidaku Safety Belt Tipe ETA-100
Tabel 4.9 Total Biaya Persediaan Dengan Teknik POQ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Inilah makna ucapan Ibnu ‘Athaillah, “Ia menyibukkan diri melakukan segala yang diperintahkan, tanpa memikirkan apa yang telah dijaminkan untuknya.” Berkat kesadaran dan

Berdasarkan hasil regresi linier pada model 2 tersebut, diketahui nilai β dari variabel toleransi risiko adalah sebesar 0.684 untuk variabel dependennya adalah √y, yang mana hal

(2006) menyebutkan bahwa berat telur lebih rendah ketika ayam mengkonsumsi protein yang berkurang, bahkan bila disuplementasi Lisin, Metionin, Treonin, dan

kemampuan keruangan siswa terhadap hasil belajar kimia dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan scientific materi pokok senyawa hidrokarbon siswa kelas X-K SMA Negeri 5

keteguhan patah dengan bertambahnya komposisi perekat baik perekat kulit kayu akasia maupun gambir disebabkan karena adanya kandungan senyawa fenol yang

Hasil uji korelasi dengan menggunakan SPSS terdapat hubungan positif dan signifikan antara kelima variable bebas, yakni variabeltangible, reliability, responsiveness,

Indikator kualitas pelayanan yang paling mempengaruhi minat beli konsumen adalah karyawan Toko Aksesoris Stroberi cenderung bersikap jutek atau kurang ramah pada

Berikut ini merupakan salah satu contoh pengujian pada halaman diagnosis, skenario pertama yaitu mengakses sistem pakar diagnosis tanaman jeruk keprok siem, maka akan