• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk membaca proposal ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk membaca proposal ini."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Pimpinan

di

Tempat

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Salam bahagia untuk Maros lebih baik,

Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk membaca proposal ini.

Kami dari kelompok kerja AMPL Sanitasi 2013 dalam program Memorandum Program

Sanitasi bermaksud memberi informasi dan menawarkan peran pihak swasta dan CSR dalam

pembangunan daerah menunju cita Maros lebih baik. Program terlampir merupakan program

kerja yang telah menjadi solusi hasil olahan dan analisis kebutuhan utama daerah dan

terintegrasi menjadi program jangka menengah daerah dalam penangan sanitasi.

Semoga harapan kerja sama seluruh unsur daerah mampu menjadi stake holder pembangunan

yang tepat.

Mari berbuat untuk daerah Kabupaten Maros yang lebih baik.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting

dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan

kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam

kehidupan

sehari-hari.

Dimana

kondisi

sanitasi

di

Indonesia

masih

memprihatinkan, meskipun akses terhadap sanitasi dasar mencapai 90,5 % di

perkotaan dan 67 % di pedesaan, namun akses terhadap sanitasi setempat yang

aman (septic tank) baru mencapai 71, 06 % di perkotaan dan 32,47 % di

pedesaan. Alokasi pendanaan sector sanitasi pun masih sangat rendah, yaitu 2,4

% dari total anggaran Kementrian PU atau 0,86 % dari APBN.

Proses keikutsertaan kegiatan PPSP

Kab. Maros mempunyai komitmen ikut serta dalam program Percepatan

Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dan dengan serius membenahi

kondisi sarana sanitasi kota yang tertuang dalam Keputusan Bupati Maros No.

213/KPTS/050.13/III/2013 tertanggal 25 Maret 2013, tentang pembentukan

Penyiapan Kriteria Pemilihan Kab/Kota di Pusat Lokakarya Nasional Penjaringan Minat di Pusat Penetapan Kriteria Tambahan untuk Pemilihan Kab/Kota di Provinsi Lokakarya Penjaringan Minat Kab/Kota di Provinsi Penyiapan Syarat Kesertaan di Kab/Kota danProvinsi Penyerahan Surat

Minat dan Komitmen dari Kab/Kota ke

Provinsi

Penyerahan Usulan dari Provinsike Pusat

Penilaian dan Penetapan Kab/Kota

terpilih

Penerbitan Surat Penetapan Kab/Kota Terpilih oleh TPAMS

(4)

kelompok kerja (Pokja) AMPL Kab. Maros 2013. Pokja dibentuk oleh berbagai

elemen masyarakat, dimana terdapat beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) instansi pemerintah dan juga dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang ada di Kab.Maros yang bersinergi dengan lembaga kemasyarakatan, unsur

swasta dan masyarakat secara keseluruhan. Hasilnya Kab. Maros sudah

menyelesaikan Kajian Kelembagaan, Kajian Teknis, Kajian Komunikasi, Kajian

Pemberdayaan Masyarakat dan Jender, Kajian Peranan Sektor Swasta, Studi

Environmental Health Risk Assesment (EHRA), Buku Putih dan Strategi Sanitasi

Kota (SSK) pada tahun 2012 kemarin.

Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini

tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan dan

perumahan, dan lain sebagainya, atau kepuasan batiniah, seperti pendidikan,

rasa aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan

sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian, keseimbangan antara

keduanya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diselenggarakan upaya

pembangunan yang berkesinambungan dalam rangkaian program pembangunan

yang menyeluruh, terarah, dan terpadu. Di dalam kehidupan masyarakat

dibutuhkan jaminan kesehatan yang memadai dalam menopang hidup dan

kehidupan. Karena tanpa kesehatan yang memadai segala upaya dalam

berbagai sektor kehidupan pasti akan mengalami hambatan untuk mencapainya

(Riadi,1984:12).

Dampak aktivitas sosial ekonomi di bidang kesehatan dapat dilihat melalui

berbagai indikator kesehatan seperti tingkat kematian bayi dan angka harapan

hidup, keluhan kesehatan dan perkembangan tingkat kesehatan rumah tangga.

Pembangunan bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan

nasional, seperti yang telah dirumuskan dalam sistem kesehatan nasional

bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yamg optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, salah satu upaya

(5)

yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesehatan lingkungan sesuai dengan

Undang-Undang RI nomor 23 tahun 1992 yang berbunyi Kesehatan lingkungan

dilaksanakan di tempat Umum, lingkungan pemukiman, lingkungnan kerja,

angkutan umum, dan lingkungan lainnya.

Menurut Soekidjo (1996:147) Kesehatan linkungan adalah suatu kondisi

atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan

tersebut antara lain mencakup : Perumahan, pembuangan kotoran manusia

(tinja), Penyediaan air bersih, Pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air

limbah). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kebersihan lingkungan sekitar

masyarakat merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dari aspek

kesehatannya.Lingkungan masyarakat yang kurang diperhatikan dari aspek

kesehatan, dapat menjadi sumber perkembangbiakan vektor penyakit.Hal ini

dapat terjadi sebagai akibat menumpuknya sampah dan segala jenis kotoran

yang telah membusuk, tidak adanya selokan/drainase dan kondisi bangunan

yang tidak memadai. Kondisi yang kurang sehat menjadi tempat penularan

penyakit dari satu orang ke orang lain baik melalui kontak langsung maupun

tidak langsung.

Di Kabupaten Maros, terdapat sejumlah temapat-tempat umum yang

sangat perlu penanganan mengenai sanitasi. Pasar sebagai salah satu dari

tempat umum dapat menimbulkan berbagai akibat atau gangguan penyakit

apabila kondisi lingkungannya tidak diperhatikan. Untuk mengantisipasi hal ini

maka upaya pengawasan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar

pembeli, penjual, dan karyawan pasar serta masyarakat yang bermukim di

sekitarnya dapat terhindar dari gangguan penyakit menular.

Lokasi pendidikan bagi generasi muda dan penerus Kabupaten Maros,

harus mampu dijaminkan kondisi kebersihan dan keteraturan mengenai

pengelolaan sistem sanitasinya.

Kabupaten Maros sebagai Daerah yang kaya akan keindahan alam, tempat

rekreasi, bentangan sungai yang indah, dan lokasi daerah strategis di Provinsi

(6)

Sulawesi Selatan membutuhkan sistem perencanaan lingkungan dan

pencapaian tata ruang yang memadai demi terciptanya lingkungan sehat

jasmani, dan perlu penanganan sistem sanitasi yang baik pula untuk pencapaian

lingkungan sehat batinia. Musibah pada beberapa tahun belakangan ini,

terjadinya luapan air yang menyebabkan banjir yang menyebabkan problem

besar pada waktu dan efektifitas kerja serta sosial ekonomi masyarakat.Secara

umum, buah prestasi gelar Adipura tahun 2013 harus menjadi dasar pandangan

daerah kita telah meraih gelar kebersihan dan perlu pengelolaan yang tepat

untuk dipertahankan dan menjadi lebih baik. Hal ini merupakan tanggung jawab

bersama semua elemen masyarakat di Kabupaten Maros. Limbah hasil pabrikasi

dan operasional di perusahaan/kantor dan wujud kepedulian mewujudkan

Kabupaten Maros menjadi lebih baik bisa menjadi dasar kerja sama dalam

penanganan sistem sanitasi di daerah kita ini.

Program PPSP menjadi wahana penanganan sanitasi daerah termasuk

Kabupaten Maros yang sementara dalam proses penyusunan MPS

(Memorandum Program Sanitasi). Melalui kegiatan ini, telah dilakukan studi

mengenai tingkat kebutuhan masyarakat Maros mengenai pembangunan dan

pengadaan perlengkapan pendukung sanitasi. Hasil analisis tingkat kebutuhan

telah direncanakan sejumlah kegiatan menyangkut sanitasi di Kabupaten Maros.

(Lampiran)

Melalui dokumen ini, diharapkan mampu menjadi bahan kajian kondisi

kebutuhan daerah kita dan sejumlah kegiatan rencana bisa menjadi persetujuan

buat pihak pimpinan sebagai wujud kepedulian dan peran serta badan usaha

swasta menyangkut pencapaian Kabupaten Maros menjadi lebih baik dalam segi

sanitasi untuk kebersihan dan kesehatan di daerah kita ini.

2. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

(7)

“Bagaimana Sanitasi Lingkungan di seluruh daerah administrasi

Kabupaten Maros mampu menjadi lebihg baik demi kebersihan, keindahan,

dan kesehatan daerah?”

3. Maksud dan Tujuan Proposal

Proposal ini dimaksudkan sebagai dokumen pandangan kebutuhan daerah untuk

penanganan sanitasi menuju Kabupaten Maros yang bersih, indah, dan sehat.

Adapun tujuan proposal ini adalah sebagai berikut :

1. Salah satu langkah upaya pemenuhan rencana pembangunan dan

penanganan sanitasi Kabupaten Maros;

2. Sebagai bahan demonstrasi persoalan sanitasi daerah kita untuk memperoleh

perhatian dari seluruh masyarakat terlebih pihak-pihak swasta di daerah;

3. Sebagai dokumen pendukung perwujudan peran dan tanggung jawab seluruh

masyarakat dan komponen daerah baik instansi maupun swasta dalam

pembangunan Kabupaten Maros menjadi lebih baik.

4. Manfaat Proposal

Manfaat yang diharapkan dari proposal ini, adalah :

1. Semua elemen masyarakat, instansi dan badan usaha swasta di Kabupaten

Maros bisa mengetahui dan memahami mengenai kondisi dan kebutuhan

daerah menyangkut sanitasi daerah.

2. Menjadi dasar program penanganan terintegrasi yang dapat dipilih menjadi

sumbangsi kegiatan dalam penanganan pengelolaan sanitasi yang tepat dan

terarah menuju Kabupaten Maros menjadi lebih baik.

3. Mewujudkan peran masyarakat, instansi dan badan usaha swasta di

Kabupaten Maros dalam pembangunan daerah sesuai prioritas kebutuhan

dan program yang tepat.

(8)

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN SANITASI

2.1

Sejarah Pembentukan Pokja Sanitasi KABUPATEN Sinjai

Pola umum yang berkembang dalam kerangka pembangunan daerah lebih

banyak diarahkan untuk memperoleh nilai ekonomis sebesar-besarnya hingga

cenderung untuk mengabaikan perkembangan lingkungan hidupnya. Dampak

kesalahan pola pembangunan daerah yang kurang peduli lingkungan mulai

dirasakan di daerah-daerah seperti masalah sampah, banjir, pencemaran, dan

sebagainya. Biaya perbaikan lingkungan yang sudah rusak sangat mahal dan

membutuhkan jangka waktu panjang. Dengan demikian ketika terjadi masalah

lingkungan yang diakibatkan kesalahan pembangunan, maka tujuan pembangunan

daerah yang berorientasi ekonomi tidak tercapai, bahkan gagal total, sebab biaya

yang dikeluarkan daerah untuk memperbaiki kualitas lingkungan jauh lebih mahal

dari nilai ekonomis yang masuk ke daerah.

Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integrative,

aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan

proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan

berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan

permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek

teknis. Namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti

tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi

tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi.

Hal tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Maros untuk ikut serta dalam

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program init

bertujuan untuk mensinergiskan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep

pembangunan sanitasi skala lokal (Kabupaten). Untuk maksud tersebut maka

dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, yang bertugas merumuskan sebuah

road map pembangunan sanitasi dalam skema yang bertajuk Percepatan

Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Selain itu Pokja Sanitasi diharapkan

dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan

dan penagwasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak

(9)

hanya yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja

yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukung.

Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Maros dibentuk dan dikoordinir

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Maros dan

menjadi titik pusat dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi.

Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung

dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung

seperti yang berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi, maka

Pokja sanitasi ini diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari bebrbagai SKPD di

Kabupaten Maros.

2.2

Penyusunan Buku Putih

Tahun 2012 Pokja AMPL Kab. Maros telah menyusun Buku Putih Sanitasi

dengan didukung data Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Tahun 2012

yang merupakan database penyusunan SSK yang didalamnya dihasilkan salah

satunya zooning sanitation risk (Peta Kondisi Resiko Sanitasi) kabupaten Maros.

Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan

dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan

perilaku hidup bersih dan sehat.

Penentuan area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan

menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan

data yang telah tersedia di SKPD. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data

mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih, sanitasi, data umum meliputi

Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); Air Limbah ; nama

Desa/ Kelurahan, jumlah populasi, luas Wilayah, Jumlah KK miskin; luas genangan,

serta Daerah Aliran Sungai.

-

Penentuan area beresiko berdasarksan Presepsi SKPD

Penentuan area berisiko berdasarkan Persepsi SKPD diberikan berdasarkan

pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu

anggota pokja kabupaten/ kota yang mewakili SKPD terkait sanitasi, dari Bappeda,

Dinas Kesehatan, Dinas Tata Ruang. Dinas Kebersihan, Kantor Lingkungan Hidup,

dan Kantor BPM Kabupaten Maros.

(10)

-

Penentuan area beresiko berdasarkan Study EHRA.

Penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian

dan pemetaan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena

air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga; kondisi

drainase; aspek perilaku cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air

minum, dan buang air besar sembarangan.

Penentuan area beresiko

Kecamatan/Kelurahan Skorberdasark an Persepsi SKPD Skor Berdasarkan Data Sekunder Skor Berdasarkan Data EHRA Skor yg disepakati Skor Akhir 20% 30% 50% Kec. Turikale Pettuadae 2 2 2 2.00 2 Boribellayya 3 4 4 3.67 4 Alliritengae 2 2 2 2.00 2 Turikale 2 3 3 2.67 3 Taroada 1 3 3 2.33 2 Raya 1 3 2 2.00 2 Adatongeng 1 2 2 1.67 2

Kec. Maros Baru

Baju bodoa 2 3 3 2.67 3 Pallantikang 2 2 2 2.00 2 Baji pamai 2 3 2 2.33 2 Borikamase 2 3 3 2.67 3 Bori masunggu 2 4 4 3.33 4 Majannang 2 3 3 2.67 3 Mattirotasi 2 2 2 2.00 2 Kec. Lau Allepolea 2 2 2 2.00 2 Soreang 2 3 3 2.67 3 Maccini baji 2 3 3 2.67 3 Mattiro deceng 2 4 4 3.33 4 Bonto marannu 2 2 2 2.00 2 Marannu 2 3 2 2.33 2 Kec. Mandai Bontoa 2 3 2 2.33 2

(11)

Hasanuddin 2 3 3 2.67 3 Bt matene 2 3 2 2.33 2 Tenrigangkae 2 2 1 1.67 2 Baji mangai 2 1 1 1.33 1 Pattontongan 2 1 1 1.33 1

(12)

BAB III

KONDISI SANITASI KABUPATEN MAROS

Dalam tatanan rumah tangga, telah dilakukan studi EHRA dengan hasil

olahan sebagai berikut :

Grafik 2.1 Pengelolaan Jamban/BABS

Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012

Grafik di atas memberikan gambaran mengenai tempat yang biasa

digunakan warga untuk buang air besar. Dari data tersebut Jumlah warga yang

menggunakan Jamban Pribadi, cukup tinggi dengan persentase rata-rata

mencapai 54,03%. Warga yang masih buang air besar kesungai/pantai/laut

dengan persentase rata-rata 21,02%. Warga yang menggunakan jamban umum

/ MCK sebesar 8,06 %, warga yang buang air besar dengan membuat lubang

galian persentasenya mencapai 1,38%. Warga yang buang air besar

dikebun/pekarangan mencapai 1,70%, dan keselokan 3,44%

54.03 8.06 2.26 21.02 9.82 3.44 1.38 0 10 20 30 40 50 60 1 Jamban pribadi leher angsa MCK

WC Heli Jamban ke sungai / pantai/ laut Ke kebun /pekarangan Ke selokan /parit

(13)

Grafik 2.2 Tempat penyaluran buangan akhir tinja (Persentase KK)

Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tempat penyaluran

buangan akhir tinja yang digunakan oleh warga di wilayah kajian studi EHRA di

Kabupaten Maros, menunjukan bahwa persentase warga yang menyalurkan

buangan akhir tinja ke tangki septik sebesar 54,76%, ke pipa/sewer dengan

persentase 0,81%, warga yang menggunakan sistem cubluk 5,5%. Jumlah

warga yang menyalurkan buangan akhir tinja ke saluran drainase tercatat

sebesar 1,21%, ke sungai/danau/laut 19,53%, ke kolam/sawah 5,77%

sedangkan persentase warga yang menyalurkan buangan akhir tinja ke

kebun/tanah lapang sebesar 4,86%. Sedangkan untuk yang menjawab tidak

tahu kemungkinan mereka melakukan tidak pasti.

55% 1% 6% 1% 19% 6% 5% 7% 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Tangki Septik 2. Ke Pipa/Sewer 3. Cubluk/Lubang 4. Saluran Drainase 5. Sungai, Danau, Laut 6. Kolam/Sawah 7. Kebun, Tanah Lapang 8. Tidak Tahu

(14)

Grafik 2.3 Pengelolan sampah Rumah Tangga

Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012

Tabel diatas memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah rumah

tangga warga di wilayah Kabupaten Maros, menunjukan bahwa persentase

perilaku warga yang mengumpulkan sampah kemudian diuang ke TPS cukup

tinggi sebesar 54 % . sampah yang dikumpulkan kemudian dibakar sebesar

19,8%. Perilaku warga yang membuang sampah kelahan kosong dengan

persentase 13,4 %, dibuang ke sungai 6,7%, sedangkan yang dikumpulkan

kolektor informal sebesar 5,5%, dibuang kelubang tanpa ditutup dengan tanah

hanya 0,4 %. Hasil studi di atas memperlihatkan adanya inisiatif sebagian

masyarakat yang tidak memanfaatkan TPS yang ada. Atau kapasitas TPS yang

ada tidak mampu secara penuh menerima total sampah hasil rumah tangga.

Sehingga program penambahan TPS yang baru terlihat di wilayah kota, juga

telah terprogramkan untuk wilayah desa kecamatan. Jadi masyarakat dalam

kelompok rumah tangga dengan mudah menjangkau TPS yang ada.

5.5 54 19.8 0.3 0.4 13.4 0 10 20 30 40 50 60 1

Dibuang ke lahan kosong

Dibuang ke lubang tanpa ditutup dengan tanah Dibuang ke lubang terus ditutup dengan tanah Dikumpulkan terus dibakar

Dikumpulkan kemudian dibuang ke TPS/ Dikumpulkan kolekor informal untuk daur ulang

(15)

Grafik 2.4Pengambilan sampah Rumah Tangga

Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012

Tabel diatas memberikan gambaran tentang Frekuensi Pengambilan

Sampah di wilayah kajian PPSP Kabupaten Maros. Frekuensi pengambilan

sampah rumah tangga sebesar 58,4% adalah beberapa kali dalam seminggu,

dan tidak pernah diambil sebesar 40,2%. Distribusi pengambilan sampah pada

masing masing kecamatan cenderung sama. Hal ini menunjukkan masyarakat

Maros belum menerima pelayanan yang baik dalam pengangkutan sampah

rumah tangga.Sehingga masyarakat belum secara penuh memanfaatkan TPA

yang ada sebagai tempat distribusi akhir sampah.Faktor penyebabnya bisa

disebabkan oleh luas wilayah layanan Kabupaten Maros yang cukup

luas.Semua itu bisa teratasi dengan program penambahan armada truck

pengangkutan sampah menjangkau seluruh wilayah kecamatan.Di samping itu,

perlu terpikirkan penambahan lahan TPA untuk luas kabupaten Maros yang

cukup besar.

Hasil tinjauan dan evaluasi di lingkungan sekolah memberikan gambaran

tentang kondisi fasiltas sanitasi yang ada di setiap jenjang pendidikan,

SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK, serta perilaku hidup bersih dan sehat (higyene)

pembersihan toilet sekolah. Dapat dilihat dari jumlah SD/MI yang disurvei oleh

tim studi semua sekolah yang ada telah menyediakan toilet/WC akan tetapi

belum menyediakan sarana urinoir.dari jumlah sekolah tersebut 8 diantaranya

telah menyediakan tempat cuci tangan dengan 7 sekolah yang selalu

Tiap hari, 1.4 Beberapa kali dalam seminggu, 58.4 Beberapa kali dalam sebulan, 1 Tidak pernah, 40.2 0 10 20 30 40 50 60 70 1

(16)

menyediakan persediaan sabun sebagai alat pembersih. Tabel diatas juga

menggambarkan peran guru siswa dan pesuruh sekolah dalam hal pembersihan

toilet sekolah. Untuk tingkat SMP/MTs, dari 2 sekolah yang disurvei semua

sekolah telah dilengkapi dengan toilet baik toilet guru, maupun untuk siswa

dengan sarana air bersih dari diperoleh dari PDAM. Dari jumlah sekolah yang

disurvei hanya satu sekolah yang menyediakan tempat cuci tangan dan

persediaan sabun.Sedangkan untuk sekolah tingkat SMA/SMK, dari jumlah 3

sekolah yang disurvei seluruhnya telah menyediakan sarana toilet/WC baik

untuk guru maupun murid dan tempat cuci tangan.Hanya ada dua sekolah yang

menyediakan persediaan sabun sebagai alat pembersih dan yang melakukan

pembersihan toilet dilakukan oleh pesuruh sekolah.Keterangan di atas,

memperlihatkan perlunya promosi hidup sehat menyangkut MCK di lingkup

sekolah Kabupaten Maros.

Lingkungan sekolah cukup tepat sebagai sasaran pengajaran dan

promosi hidup sehat untuk anak-anak didik. Prinsip pembelajaran untuk

generasi muda, tentunya kelak akan berimbas kepedulian masyarakat

Kabupaten Maros untuk hidup bersih dan sehat.

(17)

BAB IV

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

Program PPSP merupakan program PU pusat dalam penanganan

masalah sanitasi daerah untuk mewujudkan terintegrasinya program-program

sanitasi dalam perencanaan, pemrograman, dan pendanaan dalam jangka

waktu 5 tahun ke depan. Saat ini, Kabupaten Maros dalam proses penyusunan

Memorandum Program Sanitasi (MPS).

Dokumen MPSS Kab.Maros merupakan dokumen yang memastikan

bahwa daftar program dan kegiatan yang telah disusun dalam SSK Kab.Maros

dapat terlaksana dan sesuai dengan kaidah SIDLACOM (

Study, Identification,

Land, Construction, Operation & Maintance).Dokumen ini juga menentukan

skala prioritas dan pentahapan, serta struktur pendanaan yang digunakan dalam

masing masing program.Dokumen MPSS Kab. Maros yang nantinya akan

diterjemahkan dalam rencana tindak tahunan (

annual action plan) oleh OPD

terkait, karena itulah menjadi penting untuk menyusun dokumen MPSS yang

berkualitas. Tentunya ini merupakan tantangan tersendiri bagi Pokja AMPL

Kab.Maros yang dengan gigih memperjuangkan program dan kegiatan sektor

sanitasi agar dapat terimplementasi dengan baik, demi mengurai permasalahan

sanitasi di Kab.Maros.

Persoalan sanitasi secara umum dan permasalahan sanitasi yang

dihadapi kabupaten Maros pada khususnya akan diperjuangkan melalui strategi

dan adopsi penganggaran yang tepat (APBD Provinsi, APBD Daerah, APBN,

Swasta, dan masyarakat). Sehingga, besar harapan atas nama pemerintah

Kabupaten Maros, mari bersama mewujudkan Kabupaten Maros bersih, indah,

dan sehat dengan pengelolaan program sanitasi yang dikelolah bersama dan

menjadi wajah kerja sama yang baik antar pemerintah dan badan usaha swasta

di Kabupaten Maros dalam wujud kerukunan dan bergotong royong dalam

menuntaskan program daerah bersama. Semoga kelak, Kabupaten Maros

menjadi lahan investasi yang tepat buat seluruh kelompok swasta dengan tetap

memberikan sikap yang tepat dalam mendukung terciptanya masyarakat Maros

yang lebih baik.

(18)

LAMPIRAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH SEKTOR SANITASI

SUMBER PENDANAAN PARTISIPASI SWASTA / CSR

Kabupaten / Kota

: Maros

Provinsi

: SULAWESI SELATAN

Tahun

: 2013-2017

NOM

OR

PROGRAM / KEGIATAN

(Output/Sub

Output/Komponen)

DETAIL

LOKASI

(Kec./Desa/Kel./

Kws)

Estimasi

Outcome

Kebutuhan Penanganan Menyeluruh

INDIKASI BIAYA

KEMITRAAN/C

SR

PENYELENGG

ARA

SKPD/Ba

dan

Pengelol

a Pasca

Konstruk

si

Jml.

Pendud

uk

terlaya

ni

Luas

Wilay

ah

terlay

ani

SATU

AN

Volume

Total

Volu

me

KEMITRAAN

Juml

ah

CSR

Juml

ah

201

3

201

4

201

5

201

6

201

7

201

3

201

4

201

5

201

6

201

7

201

3

201

4

201

5

201

6

201

7

1

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

A.

SUB-SEKTOR AIR

LIMBAH

1

- Pembangunan MCK

Umum

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

1

1

1

3

50

50

50

150

2

- Kampanye dan

penyuluhan cara hidup

bersih dan sehat / CLTS

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

2

50

50

100

...

...

...

...

Jumlah Pembiayaan /

Pendanaan Sub-Sektor

Air Limbah

0

1

2

1

1

5

0

50

100 50

50

250

B.

SUB-SEKTOR

PERSAMPAHAN

1

- Sosialisasi kebijakan

pengelolaan persampahan

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

1

3

50

50

50

150

2

- Sosialisasi kesadaran

masyarakat tentang

pengolahan persampahan

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

50

50

3

- Pengadaan Perlengkapan

pakaian kerja Satgas

(19)

4

- Maros Green And Clean

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

2

15

15

30

5

- Pembuatan Papan

Informasi Pengolahan

Sampah 3 R

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

50

50

50

50

200

5

5

5

5

20

6

- Pengadaan Bak container

arm Roll

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

5

5

5

5

20

5

5

5

5

20

7

- Pengadaan gerobak

sampah

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

20

20

20

20

80

5

5

5

5

20

8

- Pengadaan Alat Daur

Ulang Sampah

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

1

1

1

1

4

50

50

50

50

200

9

- Pengadaan Tempat

sampah Masyarakat

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

1

1

1

1

4

20

20

20

20

80

10

- Pengadaan Bak Sampah

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

1

1

1

1

4

75

75

75

75

300

11

- Pengadaan peralatan

kerja petugas kebersihan

Kab. Maros

322,212

1,619

Unit

1

1

1

1

4

50

50

50

50

200

12

- Sosialisasi.Penyuluhan

Masarakat untuk TPST

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

5

5

5

5

20

10

10

10

10

40

13

- Kontak Kader Lingkungan

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

1

1

4

30

30

30

30

120

...

0

Jumlah Pembiayaan /

Pendanaan Sub-Sektor

Persampahan

0

254 304 319 369 1086

0

0

0

0

0

0

C.

SUB-SEKTOR DRAINASE

...

...

...

...

...

...

Jumlah Pembiayaan /

Pendanaan Sub-Sektor

Drainase

D.

PHBS

- advokasi dan kampanye

STOP BABS Wilayah kota

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

1

1

4

50

50

50

50

200

- Biaya Operasional

Program Penyehatan

Lingkungan

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

1

1

4

10

10

10

10

40

(20)

- Biaya Operasional

Kegiatan CLTS

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

1

1

1

1

4

10

10

10

10

40

- Pengadaan Baliho

Masing-masing Kecamatan

+ Rangka

Kab. Maros

322,212

1,619

10

10

10

10

40

4

4

4

4

16

- Pencetakan Brosur dan

Stiker

Kab. Maros

322,212

1,619

Eks

100 100 100 100

400

5

5

5

5

20

- Publikasi Keliling

Kab. Maros

322,212

1,619

Kali

5

5

5

5

20

5

5

5

5

20

- Sosialisasi dan Tatap

Muka

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

5

5

5

5

20

25

25

25

25

100

- Pemutaran Iklan radio

Kab. Maros

322,212

1,619

Paket

0

5

5

5

5

20

Jumlah Pembiayaan /

Gambar

Grafik 2.1 Pengelolaan Jamban/BABS
Grafik 2.3  Pengelolan sampah Rumah Tangga
Grafik 2.4Pengambilan sampah Rumah Tangga

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini di titik beratkan pada pencarian hasil maksimum dari klasifikasi yang berasal dari data-data yang di hasilkan oleh tiga

Kedua bahan tersebut kemudian dilakukan proses aktivasi melalui proses roasting , yang dimaksudkan untuk memecah ikatan-ikatan dalam mineral felspar dan leusit sehingga diharapkan

Kegiatan operasional ICBP didukung oleh lebih dari 50 pabrik yang tersebar di berbagai wilayah utama di Indonesia sehingga ICBP dapat senantiasa dekat dengan

Technical Assistance for Institutional Development in Participatory Irrigation Management (IDPIM) Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP) Indonesia Deputi

Dalam konteks itulah jika negara kita mau membangun pemerintahan yang maju setidaknya memperhatikan masalah secara khusus yang berkaitan dengan kesetaraan gender (World Bank,

Baik. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Terima kasih, Pimpinan rapat yang sudah menyapa dan kepada juga terima kasih kepada

Telah dijelaskan tentang tahap dari penelitian yang berjudul “Hubungan Anatara Fungsi Kognitif Dengan Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja

Sesuai dengan fenomena di atas, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif dalam