Kepada Yth.
Bapak/Ibu Pimpinan
di
Tempat
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Salam bahagia untuk Maros lebih baik,
Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk membaca proposal ini.
Kami dari kelompok kerja AMPL Sanitasi 2013 dalam program Memorandum Program
Sanitasi bermaksud memberi informasi dan menawarkan peran pihak swasta dan CSR dalam
pembangunan daerah menunju cita Maros lebih baik. Program terlampir merupakan program
kerja yang telah menjadi solusi hasil olahan dan analisis kebutuhan utama daerah dan
terintegrasi menjadi program jangka menengah daerah dalam penangan sanitasi.
Semoga harapan kerja sama seluruh unsur daerah mampu menjadi stake holder pembangunan
yang tepat.
Mari berbuat untuk daerah Kabupaten Maros yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting
dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan
kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam
kehidupan
sehari-hari.
Dimana
kondisi
sanitasi
di
Indonesia
masih
memprihatinkan, meskipun akses terhadap sanitasi dasar mencapai 90,5 % di
perkotaan dan 67 % di pedesaan, namun akses terhadap sanitasi setempat yang
aman (septic tank) baru mencapai 71, 06 % di perkotaan dan 32,47 % di
pedesaan. Alokasi pendanaan sector sanitasi pun masih sangat rendah, yaitu 2,4
% dari total anggaran Kementrian PU atau 0,86 % dari APBN.
Proses keikutsertaan kegiatan PPSP
Kab. Maros mempunyai komitmen ikut serta dalam program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dan dengan serius membenahi
kondisi sarana sanitasi kota yang tertuang dalam Keputusan Bupati Maros No.
213/KPTS/050.13/III/2013 tertanggal 25 Maret 2013, tentang pembentukan
Penyiapan Kriteria Pemilihan Kab/Kota di Pusat Lokakarya Nasional Penjaringan Minat di Pusat Penetapan Kriteria Tambahan untuk Pemilihan Kab/Kota di Provinsi Lokakarya Penjaringan Minat Kab/Kota di Provinsi Penyiapan Syarat Kesertaan di Kab/Kota danProvinsi Penyerahan Surat
Minat dan Komitmen dari Kab/Kota ke
Provinsi
Penyerahan Usulan dari Provinsike Pusat
Penilaian dan Penetapan Kab/Kota
terpilih
Penerbitan Surat Penetapan Kab/Kota Terpilih oleh TPAMS
kelompok kerja (Pokja) AMPL Kab. Maros 2013. Pokja dibentuk oleh berbagai
elemen masyarakat, dimana terdapat beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) instansi pemerintah dan juga dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang ada di Kab.Maros yang bersinergi dengan lembaga kemasyarakatan, unsur
swasta dan masyarakat secara keseluruhan. Hasilnya Kab. Maros sudah
menyelesaikan Kajian Kelembagaan, Kajian Teknis, Kajian Komunikasi, Kajian
Pemberdayaan Masyarakat dan Jender, Kajian Peranan Sektor Swasta, Studi
Environmental Health Risk Assesment (EHRA), Buku Putih dan Strategi Sanitasi
Kota (SSK) pada tahun 2012 kemarin.
Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini
tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan dan
perumahan, dan lain sebagainya, atau kepuasan batiniah, seperti pendidikan,
rasa aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan
sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian, keseimbangan antara
keduanya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diselenggarakan upaya
pembangunan yang berkesinambungan dalam rangkaian program pembangunan
yang menyeluruh, terarah, dan terpadu. Di dalam kehidupan masyarakat
dibutuhkan jaminan kesehatan yang memadai dalam menopang hidup dan
kehidupan. Karena tanpa kesehatan yang memadai segala upaya dalam
berbagai sektor kehidupan pasti akan mengalami hambatan untuk mencapainya
(Riadi,1984:12).
Dampak aktivitas sosial ekonomi di bidang kesehatan dapat dilihat melalui
berbagai indikator kesehatan seperti tingkat kematian bayi dan angka harapan
hidup, keluhan kesehatan dan perkembangan tingkat kesehatan rumah tangga.
Pembangunan bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan
nasional, seperti yang telah dirumuskan dalam sistem kesehatan nasional
bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yamg optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, salah satu upaya
yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesehatan lingkungan sesuai dengan
Undang-Undang RI nomor 23 tahun 1992 yang berbunyi Kesehatan lingkungan
dilaksanakan di tempat Umum, lingkungan pemukiman, lingkungnan kerja,
angkutan umum, dan lingkungan lainnya.
Menurut Soekidjo (1996:147) Kesehatan linkungan adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
tersebut antara lain mencakup : Perumahan, pembuangan kotoran manusia
(tinja), Penyediaan air bersih, Pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air
limbah). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kebersihan lingkungan sekitar
masyarakat merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dari aspek
kesehatannya.Lingkungan masyarakat yang kurang diperhatikan dari aspek
kesehatan, dapat menjadi sumber perkembangbiakan vektor penyakit.Hal ini
dapat terjadi sebagai akibat menumpuknya sampah dan segala jenis kotoran
yang telah membusuk, tidak adanya selokan/drainase dan kondisi bangunan
yang tidak memadai. Kondisi yang kurang sehat menjadi tempat penularan
penyakit dari satu orang ke orang lain baik melalui kontak langsung maupun
tidak langsung.
Di Kabupaten Maros, terdapat sejumlah temapat-tempat umum yang
sangat perlu penanganan mengenai sanitasi. Pasar sebagai salah satu dari
tempat umum dapat menimbulkan berbagai akibat atau gangguan penyakit
apabila kondisi lingkungannya tidak diperhatikan. Untuk mengantisipasi hal ini
maka upaya pengawasan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar
pembeli, penjual, dan karyawan pasar serta masyarakat yang bermukim di
sekitarnya dapat terhindar dari gangguan penyakit menular.
Lokasi pendidikan bagi generasi muda dan penerus Kabupaten Maros,
harus mampu dijaminkan kondisi kebersihan dan keteraturan mengenai
pengelolaan sistem sanitasinya.
Kabupaten Maros sebagai Daerah yang kaya akan keindahan alam, tempat
rekreasi, bentangan sungai yang indah, dan lokasi daerah strategis di Provinsi
Sulawesi Selatan membutuhkan sistem perencanaan lingkungan dan
pencapaian tata ruang yang memadai demi terciptanya lingkungan sehat
jasmani, dan perlu penanganan sistem sanitasi yang baik pula untuk pencapaian
lingkungan sehat batinia. Musibah pada beberapa tahun belakangan ini,
terjadinya luapan air yang menyebabkan banjir yang menyebabkan problem
besar pada waktu dan efektifitas kerja serta sosial ekonomi masyarakat.Secara
umum, buah prestasi gelar Adipura tahun 2013 harus menjadi dasar pandangan
daerah kita telah meraih gelar kebersihan dan perlu pengelolaan yang tepat
untuk dipertahankan dan menjadi lebih baik. Hal ini merupakan tanggung jawab
bersama semua elemen masyarakat di Kabupaten Maros. Limbah hasil pabrikasi
dan operasional di perusahaan/kantor dan wujud kepedulian mewujudkan
Kabupaten Maros menjadi lebih baik bisa menjadi dasar kerja sama dalam
penanganan sistem sanitasi di daerah kita ini.
Program PPSP menjadi wahana penanganan sanitasi daerah termasuk
Kabupaten Maros yang sementara dalam proses penyusunan MPS
(Memorandum Program Sanitasi). Melalui kegiatan ini, telah dilakukan studi
mengenai tingkat kebutuhan masyarakat Maros mengenai pembangunan dan
pengadaan perlengkapan pendukung sanitasi. Hasil analisis tingkat kebutuhan
telah direncanakan sejumlah kegiatan menyangkut sanitasi di Kabupaten Maros.
(Lampiran)
Melalui dokumen ini, diharapkan mampu menjadi bahan kajian kondisi
kebutuhan daerah kita dan sejumlah kegiatan rencana bisa menjadi persetujuan
buat pihak pimpinan sebagai wujud kepedulian dan peran serta badan usaha
swasta menyangkut pencapaian Kabupaten Maros menjadi lebih baik dalam segi
sanitasi untuk kebersihan dan kesehatan di daerah kita ini.
2. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
“Bagaimana Sanitasi Lingkungan di seluruh daerah administrasi
Kabupaten Maros mampu menjadi lebihg baik demi kebersihan, keindahan,
dan kesehatan daerah?”
3. Maksud dan Tujuan Proposal
Proposal ini dimaksudkan sebagai dokumen pandangan kebutuhan daerah untuk
penanganan sanitasi menuju Kabupaten Maros yang bersih, indah, dan sehat.
Adapun tujuan proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Salah satu langkah upaya pemenuhan rencana pembangunan dan
penanganan sanitasi Kabupaten Maros;
2. Sebagai bahan demonstrasi persoalan sanitasi daerah kita untuk memperoleh
perhatian dari seluruh masyarakat terlebih pihak-pihak swasta di daerah;
3. Sebagai dokumen pendukung perwujudan peran dan tanggung jawab seluruh
masyarakat dan komponen daerah baik instansi maupun swasta dalam
pembangunan Kabupaten Maros menjadi lebih baik.
4. Manfaat Proposal
Manfaat yang diharapkan dari proposal ini, adalah :
1. Semua elemen masyarakat, instansi dan badan usaha swasta di Kabupaten
Maros bisa mengetahui dan memahami mengenai kondisi dan kebutuhan
daerah menyangkut sanitasi daerah.
2. Menjadi dasar program penanganan terintegrasi yang dapat dipilih menjadi
sumbangsi kegiatan dalam penanganan pengelolaan sanitasi yang tepat dan
terarah menuju Kabupaten Maros menjadi lebih baik.
3. Mewujudkan peran masyarakat, instansi dan badan usaha swasta di
Kabupaten Maros dalam pembangunan daerah sesuai prioritas kebutuhan
dan program yang tepat.
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN SANITASI
2.1
Sejarah Pembentukan Pokja Sanitasi KABUPATEN Sinjai
Pola umum yang berkembang dalam kerangka pembangunan daerah lebih
banyak diarahkan untuk memperoleh nilai ekonomis sebesar-besarnya hingga
cenderung untuk mengabaikan perkembangan lingkungan hidupnya. Dampak
kesalahan pola pembangunan daerah yang kurang peduli lingkungan mulai
dirasakan di daerah-daerah seperti masalah sampah, banjir, pencemaran, dan
sebagainya. Biaya perbaikan lingkungan yang sudah rusak sangat mahal dan
membutuhkan jangka waktu panjang. Dengan demikian ketika terjadi masalah
lingkungan yang diakibatkan kesalahan pembangunan, maka tujuan pembangunan
daerah yang berorientasi ekonomi tidak tercapai, bahkan gagal total, sebab biaya
yang dikeluarkan daerah untuk memperbaiki kualitas lingkungan jauh lebih mahal
dari nilai ekonomis yang masuk ke daerah.
Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integrative,
aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan
proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan
berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan
permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek
teknis. Namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti
tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi
tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi.
Hal tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Maros untuk ikut serta dalam
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program init
bertujuan untuk mensinergiskan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep
pembangunan sanitasi skala lokal (Kabupaten). Untuk maksud tersebut maka
dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, yang bertugas merumuskan sebuah
road map pembangunan sanitasi dalam skema yang bertajuk Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Selain itu Pokja Sanitasi diharapkan
dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan
dan penagwasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak
hanya yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja
yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukung.
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Maros dibentuk dan dikoordinir
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Maros dan
menjadi titik pusat dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi.
Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung
dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung
seperti yang berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi, maka
Pokja sanitasi ini diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari bebrbagai SKPD di
Kabupaten Maros.
2.2
Penyusunan Buku Putih
Tahun 2012 Pokja AMPL Kab. Maros telah menyusun Buku Putih Sanitasi
dengan didukung data Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Tahun 2012
yang merupakan database penyusunan SSK yang didalamnya dihasilkan salah
satunya zooning sanitation risk (Peta Kondisi Resiko Sanitasi) kabupaten Maros.
Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan
dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Penentuan area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan
menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan
data yang telah tersedia di SKPD. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data
mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih, sanitasi, data umum meliputi
Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); Air Limbah ; nama
Desa/ Kelurahan, jumlah populasi, luas Wilayah, Jumlah KK miskin; luas genangan,
serta Daerah Aliran Sungai.
-
Penentuan area beresiko berdasarksan Presepsi SKPD
Penentuan area berisiko berdasarkan Persepsi SKPD diberikan berdasarkan
pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu
anggota pokja kabupaten/ kota yang mewakili SKPD terkait sanitasi, dari Bappeda,
Dinas Kesehatan, Dinas Tata Ruang. Dinas Kebersihan, Kantor Lingkungan Hidup,
dan Kantor BPM Kabupaten Maros.
-
Penentuan area beresiko berdasarkan Study EHRA.
Penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian
dan pemetaan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena
air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga; kondisi
drainase; aspek perilaku cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air
minum, dan buang air besar sembarangan.
Penentuan area beresiko
Kecamatan/Kelurahan Skorberdasark an Persepsi SKPD Skor Berdasarkan Data Sekunder Skor Berdasarkan Data EHRA Skor yg disepakati Skor Akhir 20% 30% 50% Kec. Turikale Pettuadae 2 2 2 2.00 2 Boribellayya 3 4 4 3.67 4 Alliritengae 2 2 2 2.00 2 Turikale 2 3 3 2.67 3 Taroada 1 3 3 2.33 2 Raya 1 3 2 2.00 2 Adatongeng 1 2 2 1.67 2
Kec. Maros Baru
Baju bodoa 2 3 3 2.67 3 Pallantikang 2 2 2 2.00 2 Baji pamai 2 3 2 2.33 2 Borikamase 2 3 3 2.67 3 Bori masunggu 2 4 4 3.33 4 Majannang 2 3 3 2.67 3 Mattirotasi 2 2 2 2.00 2 Kec. Lau Allepolea 2 2 2 2.00 2 Soreang 2 3 3 2.67 3 Maccini baji 2 3 3 2.67 3 Mattiro deceng 2 4 4 3.33 4 Bonto marannu 2 2 2 2.00 2 Marannu 2 3 2 2.33 2 Kec. Mandai Bontoa 2 3 2 2.33 2
Hasanuddin 2 3 3 2.67 3 Bt matene 2 3 2 2.33 2 Tenrigangkae 2 2 1 1.67 2 Baji mangai 2 1 1 1.33 1 Pattontongan 2 1 1 1.33 1
BAB III
KONDISI SANITASI KABUPATEN MAROS
Dalam tatanan rumah tangga, telah dilakukan studi EHRA dengan hasil
olahan sebagai berikut :
Grafik 2.1 Pengelolaan Jamban/BABS
Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012
Grafik di atas memberikan gambaran mengenai tempat yang biasa
digunakan warga untuk buang air besar. Dari data tersebut Jumlah warga yang
menggunakan Jamban Pribadi, cukup tinggi dengan persentase rata-rata
mencapai 54,03%. Warga yang masih buang air besar kesungai/pantai/laut
dengan persentase rata-rata 21,02%. Warga yang menggunakan jamban umum
/ MCK sebesar 8,06 %, warga yang buang air besar dengan membuat lubang
galian persentasenya mencapai 1,38%. Warga yang buang air besar
dikebun/pekarangan mencapai 1,70%, dan keselokan 3,44%
54.03 8.06 2.26 21.02 9.82 3.44 1.38 0 10 20 30 40 50 60 1 Jamban pribadi leher angsa MCK
WC Heli Jamban ke sungai / pantai/ laut Ke kebun /pekarangan Ke selokan /parit
Grafik 2.2 Tempat penyaluran buangan akhir tinja (Persentase KK)
Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tempat penyaluran
buangan akhir tinja yang digunakan oleh warga di wilayah kajian studi EHRA di
Kabupaten Maros, menunjukan bahwa persentase warga yang menyalurkan
buangan akhir tinja ke tangki septik sebesar 54,76%, ke pipa/sewer dengan
persentase 0,81%, warga yang menggunakan sistem cubluk 5,5%. Jumlah
warga yang menyalurkan buangan akhir tinja ke saluran drainase tercatat
sebesar 1,21%, ke sungai/danau/laut 19,53%, ke kolam/sawah 5,77%
sedangkan persentase warga yang menyalurkan buangan akhir tinja ke
kebun/tanah lapang sebesar 4,86%. Sedangkan untuk yang menjawab tidak
tahu kemungkinan mereka melakukan tidak pasti.
55% 1% 6% 1% 19% 6% 5% 7% 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Tangki Septik 2. Ke Pipa/Sewer 3. Cubluk/Lubang 4. Saluran Drainase 5. Sungai, Danau, Laut 6. Kolam/Sawah 7. Kebun, Tanah Lapang 8. Tidak Tahu
Grafik 2.3 Pengelolan sampah Rumah Tangga
Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012
Tabel diatas memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah rumah
tangga warga di wilayah Kabupaten Maros, menunjukan bahwa persentase
perilaku warga yang mengumpulkan sampah kemudian diuang ke TPS cukup
tinggi sebesar 54 % . sampah yang dikumpulkan kemudian dibakar sebesar
19,8%. Perilaku warga yang membuang sampah kelahan kosong dengan
persentase 13,4 %, dibuang ke sungai 6,7%, sedangkan yang dikumpulkan
kolektor informal sebesar 5,5%, dibuang kelubang tanpa ditutup dengan tanah
hanya 0,4 %. Hasil studi di atas memperlihatkan adanya inisiatif sebagian
masyarakat yang tidak memanfaatkan TPS yang ada. Atau kapasitas TPS yang
ada tidak mampu secara penuh menerima total sampah hasil rumah tangga.
Sehingga program penambahan TPS yang baru terlihat di wilayah kota, juga
telah terprogramkan untuk wilayah desa kecamatan. Jadi masyarakat dalam
kelompok rumah tangga dengan mudah menjangkau TPS yang ada.
5.5 54 19.8 0.3 0.4 13.4 0 10 20 30 40 50 60 1
Dibuang ke lahan kosong
Dibuang ke lubang tanpa ditutup dengan tanah Dibuang ke lubang terus ditutup dengan tanah Dikumpulkan terus dibakar
Dikumpulkan kemudian dibuang ke TPS/ Dikumpulkan kolekor informal untuk daur ulang
Grafik 2.4Pengambilan sampah Rumah Tangga
Diolah Dari Data EHRA Kab. Maros tahun 2012
Tabel diatas memberikan gambaran tentang Frekuensi Pengambilan
Sampah di wilayah kajian PPSP Kabupaten Maros. Frekuensi pengambilan
sampah rumah tangga sebesar 58,4% adalah beberapa kali dalam seminggu,
dan tidak pernah diambil sebesar 40,2%. Distribusi pengambilan sampah pada
masing masing kecamatan cenderung sama. Hal ini menunjukkan masyarakat
Maros belum menerima pelayanan yang baik dalam pengangkutan sampah
rumah tangga.Sehingga masyarakat belum secara penuh memanfaatkan TPA
yang ada sebagai tempat distribusi akhir sampah.Faktor penyebabnya bisa
disebabkan oleh luas wilayah layanan Kabupaten Maros yang cukup
luas.Semua itu bisa teratasi dengan program penambahan armada truck
pengangkutan sampah menjangkau seluruh wilayah kecamatan.Di samping itu,
perlu terpikirkan penambahan lahan TPA untuk luas kabupaten Maros yang
cukup besar.
Hasil tinjauan dan evaluasi di lingkungan sekolah memberikan gambaran
tentang kondisi fasiltas sanitasi yang ada di setiap jenjang pendidikan,
SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK, serta perilaku hidup bersih dan sehat (higyene)
pembersihan toilet sekolah. Dapat dilihat dari jumlah SD/MI yang disurvei oleh
tim studi semua sekolah yang ada telah menyediakan toilet/WC akan tetapi
belum menyediakan sarana urinoir.dari jumlah sekolah tersebut 8 diantaranya
telah menyediakan tempat cuci tangan dengan 7 sekolah yang selalu
Tiap hari, 1.4 Beberapa kali dalam seminggu, 58.4 Beberapa kali dalam sebulan, 1 Tidak pernah, 40.2 0 10 20 30 40 50 60 70 1