• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN

DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.DRAJAT

PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Gizi

Diajukan Oleh : NADYA RAHMI PURNITA

G2B012014

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan, kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Waktu Tunggu dan Suhu Makanan dengan Daya Terima di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten”.

Terselesainya skripsi ini tidak lepas dari peran banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak antara lain :

1. RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten yang sudah mengijinkan untuk melakukan penelitian dilingkungan rumah sakit.

2. Kepala Instalasi Gizi dan Staff RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten.

3. Ibu Ir. Agustin Syamsianah, M. Kes selaku Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.

4. Bapak Dr. Ali Rosidi, SKM, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Kartika Nugraheni, S.Gz, M.Gz selaku dosen pembimbing II.

5. Seluruh Dosen Gizi yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan dan staff Program Studi Gizi yang telah bantuan selama penulis menimba ilmu dan berada di lingkungan kampus.

6. Orang tua serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik materil maupun spiritual selama pembuatan skripsi.

7. Rekan satu angkatan Program Studi S1 Ilmu Gizi tahun 2012 dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih ada kekurangan. Harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 27 Desember 2016

(6)

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN

DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.DRAJAT

PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN

Nadya Rahmi Purnita1, Ali Rosidi2, Kartika Hugraheni3

1,2,3

Program Studi SI Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

nadya.rahmi.purnita.unimus@gmail.com1,alirhesa@yahoo.co.id2, kn.nugraheni@gmail.com3

Lamanya waktu tunggu makanan yang telah matang dapat menyebabkan penurunan suhu pada makanan saat disajikan kepada pasien. Bila suhu pada makanan menurun memungkinkan bakteri dapat berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan waktu tunggu dan suhu makanan dengan daya terima makanan pasien.

Jenis penelitian observasi dengan menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan desain crosss sectional. Populasi sampel seluruh pasien dewasa di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten yang tidak sedang menjalani diet dan sampel dipilih dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditentukan. Analisis data menggunakan uji statistik kolerasi spearmans.

Dari total sampe sebanyak 43 orang 77% berusia 20-40 tahun, perempuan 60.5%. Rata-rata waktu tunggu makan 73 menit dengan SD 8.03, suhu makanan 34.720C dengan nilai SD 1.714. Tidak ada hubungan antara waktu tunggu makanan dengan daya terima makanan Pvalue > 0.05 (P = 0.914). Tidak ada hubungan antara suhu makanan dengan daya terima makanan Pvalue >0.05 (P = 0.914).

Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara waktu tunggu dengan daya terima makanan dan suhu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten.

(7)

THE CORRELATION BETWEEN HOLDING TIME AND

FOOD TEMPERATURE TO FOOD ACCEPTANCE IN RSUD

dr.DRAJAT PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG

BANTEN

Nadya Rahmi Purnita1, Ali Rosidi2, Kartika Hugraheni3

1,2,3

Study Program of Nutrition Science Faculty of Nursing and Health University of Muhammadiyah Semarang

nadya.rahmi.purnita.unimus@gmail.com1,alirhesa@yahoo.co.id2, kn.nugraheni@gmail.com3

ABSTRACT

The lenght of holding time of cooked foods can cause a drop in temperature when food is served to patients. the aim of this research is between determine the correlation of holding time and food temperature to the food acceptance of patients.

This is an observational analytic research with descriptive analytic research with crosss sectional design. The sampels were adult patients in the hospital dr.Drajat Prawiranegara Serang Banten, who that were not receive diet food, and the sample was selected acording the inclusion and exclusion criteria have been determined. Data analyzed using Spearman test.

Test From the total of 43 people 77% of them were 20-40 years old, 60.5% were women. The average holding time was SD 8.0±73 minutes, the temperature of the food 34.720C with SD value of 1,714. There is no correlation between the holding time with the food acceptability with Pvalue ≥0.05 (Pvalue = 0.914). there is no correlation between food temperature with the food acceptability with Pvalue ≥0.05 (P = 0.914).

The results show no correlation between holding time with the food acceptability and between food temperature to food acceptability in hospitals dr.Drajat Prawiranegara Serang district, Banten.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pengesahan Orisinilitas ... iv

Kata Pengantar ... v

Ringkasan ... vi

Abstrack ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 2 1.3.1 Tujuan Umum ... 2 1.3.2 Tujuan Khusus ... 2 1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat ... 3

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi ... 3

1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu ... 3

1.5 Originalitas Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Terima Makanan ... 5

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Terima Makanan ... 5

2.2 Waktu Tunggu Makanan ... 10

2.3 Suhu Makanan ... 11

2.4 Kerangka Teori ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 13

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2.1 Tempat Penelitian ... 14

3.2.2 Waktu Penelitian ... 14

3.3 Populasi dan Sampel ... 14

3.3.1 Populasi ... 14

3.3.2 Sampel dan Besar Sampel ... 14

3.3.2.1 Sampel ... 14

3.3.2.2 Besar Sampel dan Tenik Pengambilan Sampel ... 15

3.4 Variabel Penelitian ... 16

3.4.1 Variabel Bebas ... 16

3.4.2 Variabel Terikat ... 16

3.5 Definisi Oprasional ... 16

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.6.1 Data Primer ... 17

3.6.2 Data Sekunder ... 17

3.7 Instrumen Penelitian ... 17

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 18

3.8.1 Pengolahan Data ... 18

3.8.2 Analisi Data ... 21

3.8.2.1 Analisis Univariat ... 21

3.8.2.2 Analisis Bivariat ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 22

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 22

4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan ... 23

4.4 Gambar Suhu Makanan ... 26

4.5 Gambaran Daya Terima Makanan ... 30

4.6 Hubungan Waktu Tunggu Makanan Dengan Daya Terima Makanan... 38

4.7 Hubungan Suhu Makanan Dengan Daya Terima Makanan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

Daftar Pustaka ... 42 Lampiran

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian ... 3

Tabel 3.1 Tabel Definisi Oprasional ... 16

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 23

Tabel 4.2 Jam Makanan Matang dan Distribusi ... 23

Tabel 4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Pertama... 24

Tabel 4.4 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Kedua ... 24

Tabel 4.5 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Ketiga ... 25

Tabel 4.6 Gambaran Suhu Makanan Hari Pertama ... 26

Tabel 4.7 Gambaran Suhu Makanan Hari Kedua ... 27

Tabel 4.8 Gambaran Suhu Makanan Hari Ketiga ... 27

Tabel 4.9 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Pokok ... 30

Tabel 4.10 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati ... 31

Tabel 4.11 Daya Terima Berdasarkam Penampilan Makanan Sayur ... 31

Tabel 4.12 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Pokok ... 33

Tabel 4.13 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati... 33

Tabel 4.14 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Sayur ... 34

Tabel 4.15 Analisis Hubungan Antara Waktu Tunggu Makanan Dengan Daya Terima ... 38

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teori ... 12 Gambar 1.2 Kerangka Konsep ... 13

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Persetujuan Ijin Penelitian Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Identitas Responden

Lampiran 5 Kuesioner

Lampiran 6 Jam Distribusi Makan Rumah Sakit Lampiran 7 Daftar Menu Saat Penelitian

Lampiran 8 Siklus Menu Rumah Sakit Lampiran 9 Hasil Olah SPSS

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi (Depkes 2013). Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas dan layak bagi pasien. Makanan harus memenuhi kebutuhan gizi, selera atau cita rasa dan untuk mempertahankan status gizi pasien yang optimal untuk mempercepat proses penyembuhan (Yunita, 2014).

Menurut Palacio dan Theis (2009) tujuan utama dari penyelenggaraan makanan adalah menyajikan makanan agar konsumen merasa puas. Penyelenggaraan makanan institusi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat. Apabila manajemen pengelolaan gizi institusi baik maka pangan yang tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat tercukupi dengan baik pula (Ilmi Nurul, 2014).

Suhu makanan adalah tingkat panas dari hidangan makanan yang disajikan (Kurniah, 2010). Dalam penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada pasien tepat pada waktunya tidak boleh terlalu terlambat atau terlalu awal, sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan dapat mempengaruhi selera makan pasien (Halek Adek, 2012).

Daya terima makanan pasien berpengaruh pada status gizi pasien. Rendahnya daya terima makanan pasien ini akan berdampak buruk bagi status gizi pasien dan kesembuhan pasien (Uyami, 2012). Terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap diduga karena mutu dan jenis makanan yang disajikan dirumah sakit berbeda dengan yang disajikan di rumah, seperti cara makanan

(14)

dihidangkan, tempat makanan dan waktu makan. Supaya makanan yang disajikan oleh rumah sakit dapat dikonsumsi oleh pasien maka perlu adanya kerjasama antara ahli gizi dan perawat rumah sakit untuk memotivasi pasien dan ada peran serta dari keluarga pasien untuk tidak memberikan makanan dari luar rumah sakit (Nuryati, 2008).

RSUD dr.Drajat Prawiranegara merupakan salah satu rumah sakit umum daerah di Kota Serang yang mempunyai sistem penyelenggaraan makanan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD dr. Drajat Prawiranegara, maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan terhadap daya terima makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas apakah terdapat hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan terhadap daya terima makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan terhadap daya terima makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.1.1. Mendeskripsikan waktu tunggu makanan 1.3.1.2. Mendeskripsikan suhu makanan

1.3.1.3. Mendeskripsikan daya terima makanan

1.3.1.4. Menganalisis hubungan antara waktu tunggu terhadap daya terima makanan

1.3.1.5. Menganalisis hubungan antara suhu makanan terhadap daya terima makanan

(15)

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai sarana pendidikan gizi bagi masyarakat tentang daya terima makanan dirumah sakit.

1.4.2. Manfaat Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan untuk pihak rumah sakit dalam sistem penyelenggaraan makanan di instalasi gizi yang berkaitan dengan waktu tunggu, suhu makanan dan daya terima makan pasien di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten

1.4.3.Manfaat Bagi Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kajian-kajian ilmiah terkait sistem pelayanan makanan institusi dengan daya terima makanan pasien dirumah sakit.

1.5.Originalitas Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Penelitian Judul Penelitian

Tahun Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1. Yuliana Adek Halek, Farissa Fatimah, Yeni Prawiningdyah Ketepatan jam distribusi dan asupan makan pada pasien dengan diet nasi di rumah sakit umum daerah Atambua 2012 Variabel bebas: ketepatan jam distribusi dan asupan makan. Variabel terikat: diet nasi di RSUD Atambuan.

Hasil penelitian menunjukan Ada hubungan antara ketepatan jam distribusi dan asupan makan pada pasien dengan diet nasi di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua

(16)

No Nama Penelitian Judul Penelitian Tahun Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 2. Puji Nuryati, Margo Utomo, Mifbakhuddin Hubungan antara waktu penyajian, penampilan dan rasa makanan dengan sisa makanan pada pasien rawat inap dewasa di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang 2008 Varibel bebas: waktu penyajian, penampilan dan rasa makanan Varibel terikat: sisa makanan Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara waktu penyajian dengan sisa makanan, tidak ada hubungan antara penampilan dengan sisa makanan dan ada hubungan antara rasa makanan dan sisa makanan 3. R.B Purba, Grace Kandou,Alfa C. Laode Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien pada penyelenggara an makanan di Blu Irina C RSU Pusat Prof.DR.R.D. Kandao Manado 2013 Variabel bebas: menu makanan, ketepatan waktu penyajian, cara penyajian dan makanan Varibel terikat: dengan tingkat kepuasan Hasil penelitian menunjukkan pasien merasa puas dengan penyekenggaraan makanan di rumah sakit, terdapat 27.0% pasien merasa tidak puas dengan variasi menu, 43% merasa tidak puas dengan ketepatan waktu penyajian makanan dan 36% pasien merasa tidak puas dengan ketepatan waktu penyajian makanan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daya Terima

Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya (Kurnia, 2010). Daya terima makanan secara umum dapat dilihat dari jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima makanan juga dapat dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi (Nur Chalida, 2012).

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Terima Makanan

Faktor yang mempengaruhi daya terima makanan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi : a. Nafsu Makan

Nafsu makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan kondisi seseorang. Pada umumnya bagi seseorang yang sedang dalam keadaan sakit, maka nafsu makannya akan menurun. Demikian pula sebaliknya, bagi seseorang dalam keadaan sehat, maka nafsu makannya akan baik.

b. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam menghabiskan makanan yang disajikan. Bila makanan yang disajikan sesuai dengan kebiasaaan makan konsumen, baik dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien cenderung dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan

(18)

makan individu maka akan dibutuhkan waktu untuk penyesuaian (Mukrie, 1990).

c. Rasa Bosan

Rasa bosan biasanya timbul bila konsumen mengkonsumsi makanan yang sama secara terus menerus atau mengkonsumsi makanan yang sama dalam jangka waktu yang pendek, sehingga sudah hafal dengan jenis makanan yang disajikan.Rasa bosan juga dapat timbul bila suasana lingkungan pada saat makan tidak berubah. Untuk mengurangi rasa bosan tersebut selain meningkatkan variasi menu juga perlu adanya perubahan suasana lingkungan pada saat makan (Moehyi, 1992).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor makanan yang disajikan terutama yang menyangkut dengan kualitas makanan yang terdiri dari cita rasa makana.

Cita rasa terjadi karena adanya rangsangan terhadap berbagai indra didalam tubuh manusia, terutama indra penglihatan, indra penciuman dan indra pengecapan. Makanan yang mempunyai cita rasa tinggi adalah makanan yang disajikan dengan tampilan menarik, mempunyai bau yang sedap dan mempunyai rasa yang lezat (Winarno, 1992).

Cita rasa makanan terdiri dari penampilan makanan saat dihidangkan, rasa makanan saat dimakan, cara penyajian (Moehyi, 1992).

A. Penampilan

Penampilan makanan terdiri dari : a. Warna

Warna makanan memegang peran utama dala penampilan makanan, warna makanan yang menarik

(19)

dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa pada makanan. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk teknik memasak maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi warna makanan (Arifiati, 2000).

b. Bentuk

Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang menarik akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan (Aula Ellizabet, 2011)

Bentuk makanan tertentu yang disajikan dapat membuat makanan menjadi lebih menarik saat disajikan (Moehyi, 1992) beberapa macam bentuk makanan yang disajikan seperti :

1. Bentuk yang sesuai dengan bentuk asli bahan makanan, seperti ikan yang sering disajikan lengkap dengan bentuk aslinya.

2. Bentuk yang menyerupai bentuk asli, tetapi bukan bahan makanan yang utuh seperti ayam kodok yang dibuat menyerupai ayam.

3. Bentuk yang diperoleh dengan cara memotong bahan makanan dengan teknik tertentu atau mengiris bahan makanan dengan cara tertentu

4. Bentuk yang disajikan khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk lainnya yang khas.

(20)

c. Tekstur atau Konsistensi Makanan

Tektur atau konsistensi makanan berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan saat didalam mulut. Tekstur makanan meliputi rasa daging, keempukan dan tingkat kekerasan makanan yang dapat dirasakan oleh indra pengecapan (Puji, 2008).

Tekstur makanan mempengaruhi penampilan makanan yang dihidangkan. Tekstur dan konsistensi suatu bahan makanan dapat mempengaruhi penampilan makanan yang akan dihidangkan (Kurniah, 2010)

d. Porsi Makanan

Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan sesuai kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi makanan yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat mempengaruhi penampilan makanan (Tatik, 2004)

B. Rasa Makanan

Rasa makanan ditimbulkan oleh adanya rangsangan terhadap berbagai indra didalam tubuh manusia, terutama indra penglihatan, indra penciuman dan indra pengecapan (Puji, 2008).

Beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah aroma, bumbu, tekstur, tingkat kematangan dan suhu makanan.

a. Aroma

Aroma makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan yang mempunyai daya tarik yang kuat dan merangsang indra penciuman sehingga dapat membangkitkan selera (Nida, 2011).

(21)

b. Bumbu Masakan

Bumbu masakan adalah bahan yang ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan rasa yang enak dan khas dalam setiap pemasakan (Nida, 2011). Berbagai macam rampah-rampah dapat digunakan sebagai bumbu makanan untuk memberikan rasa pada makanan, seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan sebagainya.

c. Tingkat Kematangan

Tingkat kematangan mempengaruhi cita rasa makanan. Makanan yang empuuk dapat dikunyah dengan sempurna dan akan menghasilan senyawa yang lebih banyak yang berarti intensitas rangsangan menjadi lebih tinggi. Kematangan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan juga ditentuka oleh cara memasak (Moehyi,1992).

d. Suhu Makanan

Suhu makanan adalah tingkat panas dari hidangan yang disajikan (Kurniah, 2010). Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu dibawah 200C atau diatas 300C. Makanan yang terlalu panas dapat membakar lidah dan merusak kepekaan pengecapan, sedangkan makanan yang dingin dapat membius pengecapan sehingga tidak peka lagi (Winarno,1992).

C. Penyajian makanan

Penyajian makanan merupakan faktor penentu dalam penampilan hidangan yang disajikan. Ada tiga pokok penting yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan yaitu pemilihan alat yang digunakan, cara penyusunan makanan dan penghias hidangan (garnish (Lumbantoruan, 2012).

(22)

Hal ini harus diperhatikan karena penampilan makanan yang menarik waktu disajikan akan merangsang indra terutama indra penglihatan yang berhubungan dengan cita rasa makanan (Moehyi,1992).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan yaitu :

a. Pemilihan alat yang digunakan untuk menyajikan makanan, seperti piring manguk atau tempat penyajian makanan khusus lain. Alat yang digunakan harus sesuai dengan volume makanan yang disajikan.

b. Cara menyusun makanan dalam tempat penyajian makanan.

c. Penghiasan hidangan, memilih hiasan untuk hidangan agar lebih menarik memerlukan keahlian dan seni tersendiri.

2.2. Waktu Tunggu Makanan

Waktu tunggu makanan merupakan jarak waktu antara makanan yang telah selesai diolah di Instalasi Gizi hingga saat disajikan ke pada pasien diruang rawat inap (Yunita Atiq, 2014). Dalam penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada pasien tepat pada waktunya tidak boleh terlalu terlambat atau terlalu awal, sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan dapat mempengaruhi selera makan pasien (Halek Adek, 2012).

Pada pemberian makanan yang tidak sesuai dengan jam makan maka makanan yang sudah siap akan mengalami waktu tunggu, sehingga pada saat makanan akan disajikan ke pasien makanan menjadi tidak menarik karena mengalami perubahan suhu makanan (Lumbantoruan, 2012).

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan

(23)

menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan (Kemenkes, 2014).

Menurut (Halek Adek, 2012) Faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pada makanan berkaitan dengan jumlah tenaga distribusi makanan di rumah sakit, adanya penambahan jumlah pasien sehingga dapat mempengaruhi ketepatan waktu distribusi sehingga proses produksi makanan di instalsi gizi akan mengalami penambahan waktu.

Standar waktu penyajian di RSUD dr.Drajar Prawiranegara Kabupaten Serang untuk makan pagi jam 07.00, snack pagi jam 10.00, makan siang jam 12.00 snack sore jam 15.00 makan sore 17.30.

2.3. Suhu Makanan

Suhu adalah tingkat panas dari hidangan yang disajikan. Suhu makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan mengurangi sensitifitas syaraf terhadap rasa makanan (Fatimah, 2008).

Suhu makanan pada waktu disajikan mempunyai peran penting dalam menentukan cita rasa makanan, Makanan sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas/hangat terutama makanan yang dapat memancarkan aroma yang sedap (Atmanegara, 3013).

Perbedaan suhu makanan akan menyebabkan perbedaan rasa, makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan sangat mengurangi sensitivitas syaraf pengecapan terhadap rasa. Suhu makanan juga mempengaruhi daya terima seseorang terhadap makanan yang disajikan sesuai dengan cuaca atau lingkungan (Puji, 2008).

Suhu pada makanan dibedakan menurut jenis perlakuannya, menurut (PGRS, 2013) makanan kering disimpan dalam suhu kamar 25-300C,

(24)

makanan basah (berkuah) harus segera disajikan pada suhu diatas 600C, makanan disajikan dingin disajikan dengan suhu 50C-100C.

Menurut (Kemenkes, 2003) penyimpanan makanan yang terolah seperti makanan dengan kemasan tertutup disimpan dalam suhu ±100C, makanan yang sudah jadi seperti makanan yang cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -50C sampai -10C, makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas yaitu 65.50C atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 40C atau kurang.

Faktor yang mempengaruhi suhu makanan yaitu ketika makanan matang makanan tidak ditempatkan pada tempat atau alat khusus yang dapat mempertahankan suhu makanan yang sudah matang (Yunita Atiq, 2014).

2.4 Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka teori Faktor Internal : - Nafsu Makan - Kebiasaan Makan - Rasa Bosan Daya Terima Faktor Eksternal : - Penampilan Makanan - Rasa Makanan - Suhu - Penyajian - Makanan - Waktu Tunggu

(25)

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 1.2 Kerangka konsep

2.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara waktu tunggu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang 2. Ada hubungan antara suhu makanan dengan daya terima makanan di

RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kebupaten Serang

3. Ada hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara kabupaten Serang

Daya Terima Makanan Suhu

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termaksud penelitian observasi dengan menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan desain crosss sectional dimana data setiap subjek penelitian dalam waktu yang sama.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rumah sakit di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten dengan bentuk makanan biasa tanpa diet.

3.3.2. Sampel dan Besar sampel 3.3.2.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien kelas 2 dan 3 diruang rawat inap RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten yang tidak sedang menjalankan diet dari rumah sakit.

(27)

3.3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sempel

Besar sampel ditentukan dengan rumus estimasi proposi (Lameshow, 1990 dalam Notoatmodjo) yaitu :

Keterangan : n = Besar sampel

= Nilai Z pada derajat kemakanaan 95% = 1,96

P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, 50% (0,50) d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 5%

(0,05).

Ditambah 10% = 39 + 4 = 43 sampel

Berdasarkan perhitungan jumlah responden yang dibutuhkan adalah 39 responden, penambahan 10% dilakukan untuk mencegah adanya kekurangan responden jika ada responden yang tidak bisa mengikuti penelitian, sehingga menjadi 43 responden.

Cara pengambilan sampel menggunakan konsekutif sampling. Teknik pengambilan sampel berdasarkan dengan kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut :

Kriteria Inklusi yaitu :

 Pasien dewasa usia 21-60 tahun

(28)

 Sudah mendapat perawatan dan pelayanan dari rumah sakit kurang lebih selama tiga hari penuh

 Bersedia untuk dijadikan sampel penelitian

Kriteria Ekslusi yaitu :

 Perubahan bentuk makanan atau diet

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Bebas

Vaiabel bebas yaitu waktu tunggu dan suhu makanan 3.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu daya terima makanan

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Oprasional

No. Variabel Definisi Oprasional Instrumen satuan Skala 1. Waktu

tunggu makanan

Waktu tunggu

merupakan jarak waktu antara makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur yang telah selesai diolah di Instalasi Gizi hingga saat disajikan ke pada pasien diruang rawat inap.

jarak waktu yang baik saat makanan matang yaitu tidak lebih dari 4 jam.

Stopwach Jam/Menit Rasio

2. Suhu Makanan

Suhu adalah tingkat panas dari hidangan yang disajikan.

Batas suhu untuk makanan yang akan disajikan yaitu <40C dan >600C Thermometer makanan Derajat Celcius Ordinal

(29)

3. Daya Terima makanan

Daya terima makan adalah kemampuan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhan. Kuesioner. Persentase (%) Rasio

3.6. Teknik Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer

Data primer merupakan data umum yang diperoleh secara langsung. Data primer yang dikumpulkan meliputi :

a. Data waktu tunggu makan.

b. Data suhu makanan didapatkan dengan mengukur pada waktu makanan matang.

c. Data daya terima makanan dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner.

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang atau data pendukung dari data primer yang meliputi :

a. Identitas pasien meliputi nama, usia, alamat, jenis makanan. b. Data penyelenggaraan makanan meliputi standar makanan,

satandar porsi, menu dan gambaran umum lokasi penelitian dan profil rumah sakit.

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Formulir persetujuan penelitian

2. Formulir identitas peserta penelitian 3. Kuesioner daya terima makanan 4. Stopwatch

(30)

3.8. Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

1) Daya terima makan

Data daya terima diperoleh dari : a. Penampilan Makanan

- Aspek penampilan makanan (warna, bentuk, konsistensi, besar porsi dan cara penyajian).

Keterangan :

Skor total setiap waktu makan = hasil penjumlahan skor peraspek untuk setiap waktu makan pagi / siang / malam, untuk snack tiap waktu pagi / malam.

Nilai maksimal skor = maksimal skor untuk kelompok makanan pokok , lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah pada masing-masing waktu makan yaitu 18 poin

Kategori total penampilan makanan :

1. Kurang segar / menarik / sesuai , jika jumlah skor <60%

2. Cukup segar / menarik / sesuai , jika jumlah skor 60%-80%

3. Segar / menarik / sesuai , jika jumlah skor ≥80%

(31)

b. Rasa Makanan

- Aspek rasa makanan (aroma, bumbu, keempukan, tingkat kematangan dan suhu)

Keterangan :

Skor total setiap waktu makan = hasil penjumlahan peraspek untuk setiap waktu makan pagi / siang / malam, untuk snack tiap waktu pagi / malam

Nilai maksimal skor = Maksimal skor untuk kelompok makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dan snack pada makan pagi atau siang yaitu pagi dan siang skor maksimal 18 namun untuk makan malam atau (tidak ada snack) maksimal skor poin 15.

Kategori total penampilan makanan :

1. kurang sedap / enak / hangat / sesuai / matang , jika jumlah skor <60%

2. Cukup sedap / enak / hangat / sesuai / matang, jika jumlah skor 60%-80%

3. Sedap / enak / hangat / sesuai / matang, jika jumlah skor ≥80%

(32)

2) Suhu makanan

Pengukuran suhu makanan dimulai dari makanan matang hingga di distribusikan ke ruang rawat inap pasien, makanan diukur suhunya menggunakan thermometer makanan kemudian dicatat pada masing-masing jenis makanan yaitu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur. Pengukuran suhu makanan menggunakan sampel makanan, sampel makanan yang digunakanan sesuai dengan menu yang diberikan kepada pasien. Suhu aman untuk makanan matang yaitu <40C sampai >600C (Yunita Atiq, 2014).

3) Waktu tunggu makanan

Pengukuran waktu tunggu makanan dengan cara pencatatan makanan pertama kali makanan matang sampai di distribusikan ke ruang rawat inap pasien. Pencatatan makanan dilakukan pada masing-masing jenis makanan yaitu makanan pokok,lauk hewani, lauk nabati dan sayur, pencatatan waktu dilakukan selama 3 hari dengan waktu pengamatan pada makan pagi, siang dan sore.

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data untuk mempermudah analisis data. Data yang diolah kemudian dianalisis dengan pengolahan sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan dengan cara pengecekan dan perbaikan data yang telah diperoleh meliputi kelengkapan pengisian dan dapat dibaca dengan baik serta relevan.

b. Coding

Coding memberikan kode pada setiap jawaban yang menyangkut variabel dari daya terima makanan pada taruna. c. Tabuling

Data yang didapatkan dari hasil diolah secara manual dan komputerisasi (SPSS).

(33)

3.8.2. Analisis Data

3.8.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek penelitian yaitu identitas sampel dan penilaian terhadap daya terima makanan. Disajikan dengan suhu dan waktu tunggu makanan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskritif.

3.8.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variable, yaitu satu variable bebas waktu tunggu dan suhu makanan dan variabel terikat yaitu daya terima makanan menggunakan uji kenormalan, apabila data berdistribusi normal maka menggunakan uji korelasi person dan jika data berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji korelasi sperman.

3.8.2.3 Uji Kenormalan

Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji yang digunakan dalam analisis bivariat. Uji kenormalan data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov-Z. Data dikatakan berdistribusi normal maka nilai p-value lebih besar dari 0,05

(p-value > 0,05), sedangakan nilai p-(p-value ≤ 0,05 maka data

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang sebelumnya bernama RSUD Kabupaten Serang yang merupakan Rumah Sakit kelas B non Pendidikan sebagai pusat rujukan rumah sakit sewilayah 1 Provinsi Banten yang mencangkup Kabupaten Lebak, Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Serang serta Kota Cilegon dituntut untuk dapat melakukan pelayanan profesional.

Bukti berdirinya RSUD Serang yaitu adanya prasasti atau batu pertama yang diletakan pada dinding poli klinik oleh Raden Ajoe Toemenggoeng Djajadiningrat dengan menggunakan Bahasa Belanda pada tanggal 20 Agustus 1938. Pada tahun 2014 RSUD Kabupaten Serang berubah nama menjadi RSUD dr.Drajat Prawiranegara sesuai dengan peraturan Daerah Kabupaten Serang No.12 Tahun 2014.

RSUD dr.Drajat Prawiranegara berlokasi di JL.Rumah Sakit No.1 Kota Serang Banten. Fasilitas pelayanan yang dimiliki RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang terdiri dari 20 pelayanan rawat jalan, 14 pelayanan penunjang medik, 19 ruang rawat inap, 412 tempat tidur, 43 dokter sperialis, 22 dokter umum dan gigi.

4.2 Gambaran Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 43 orang sesuai dengan kriteria inklusi, penelitian dilakukan pada pasien kelas 2 dan 3 diruang anggrek 1, dahlia 1 dan ruang wijayakusuma di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang.

(35)

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel Kategori Jumlah N % Umur 20-40 33 77 40-60 10 23.2

Jenis Kelamin Laki-Laki 17 39.5

Perempuan 26 60.5

Total 43 100

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan untuk umur sampel berkisar antara 20-60 tahun, sebagian besar sampel (77%) berusia 20-40 tahun. Jenis kelamin sampel sebagian besar perempuan (60.5%). Diagnosa medis sampel sebagaian besar adalah post.secar sebanyak 10 sampel (23.3%).

4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan

Waktu tunggu makanan dilakukan pada saat makanan matang sampai pada pendistribusian ke ruang rawat inap pasien. Pengukuran waktu tunggu makanan dilihat dari berapa lama waktu makanan matang sampai disajikan sampai kepada pasien.

Tabel 4.2 Jam Makanan Matang dan Distribusi

Hari Waktu Jam Makanan Matang

Jam Distribusi Makanan Ruang 1 Ruang 2 Ruang 3 Hari 1

Pagi Makanan Pokok = 06.45 Lauk Hewani = 06.39 Lauk Nabati = 06.42 Sayur = 06.39

06.53 07.10 07.22 Siang Makanan Pokok = 10.00

Lauk Hewani = 09.45 Lauk Nabati = 10.20 Sayur = 10.30

11.25 11.35 11.45 Sore Makanan Pokok = 14.30

Lauk Hewani = 14.00 Lauk Nabati = 14.10 Sayur = 10.30

(36)

Hari Waktu Jam Makanan Matang Jam Distribusi Makanan Ruang 1 Ruang 2 Ruang 3 Hari 2

Pagi Makanan Pokok = 05.55 Lauk Hewani = 06.00 Lauk Nabati = 06.20 Sayur = 06.00

06.35 06.55 07.05 Siang Makanan Pokok = 09.20

Lauk Hewani = 09.35 Lauk Nabati = 09.25 Sayur = 10.20

11.55 12.05 12.15 Sore Makanan Pokok = 15.45

Lauk Hewani = 15.20 Lauk Nabati = 15.00 Sayur = 15.10

16.45 16.55 17.05

Hari 3

Pagi Makanan Pokok = 06.00 Lauk Hewani = 05.55 Lauk Nabati = 05.40 Sayur = 05.50

07.15 07.30 07.40 Siang Makanan Pokok = 10.00

Lauk Hewani = 09.45 Lauk Nabati = 09.50 Sayur = 10.00

11.30 11.40 11.55 Sore Makanan Pokok = 15.25

Lauk Hewani = 15.20 Lauk Nabati = 15.15 Sayur = 15.00

16.40 16.50 17.05

Sumber : RSUD dr.Drajat Prawiranegara

Tabel 4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Pertama

Waktu Rata-rata Mean

(SD±) Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi 21 menit 12.266 8.00 37.00 Siang 63 menit 8.332 55.00 75.00 Sore 128 menit 8.332 120.00 140.00

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Tabel 4.4 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Kedua

Waktu Rata-rata SD Nilai

Minimal Nilai Maksimal Pagi 26 menit 10.608 15.00 40.00 Siang 103 menit 8.332 95.00 115.00 Sore 68 menit 8.332 60.00 80.00

(37)

Tabel 4.5 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Ketiga

Waktu Rata-rata SD Nilai

Minimal Nilai Maksimal Pagi 86 menit 10.608 75.00 100.00 Siang 90 menit 10.350 80.00 105.00 Sore 73 menit 9.687 60.00 85.00

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Berdasarkan Tabel 4.3 tabel 4.4 tabel 4.5 menunjukan bahwa rata-rata sebagian besar waktu tunggu makanan responden 73.61 menit.

Pada tabel 4.3 waktu tunggu makanan pada sore hari yaitu 128 menit dengan menu masakan nasi putih, pindang dori, tempe masak kecap dan cah kacang panjang wortel. Waktu tunggu sore lebih lama dibandingkan dengan waktu tunggu makanan pagi dan siang hari, dikarenakan peroses pemasakan yang cepat sehingga jarak waktu makanan matang dengan waktu jam distribusi yang ditentukan dari pihak rumah sakit tidak sesuai atau lebih cepat dari jam distribusi yang sudah ditentukan yaitu jam 17.30.

Pada tabel 4.4 waktu tunggu makanan pada siang hari yaitu 103 menit dengan menu masakan nasi putih, fuyunghai, tahu bumbu kecap dan cah sayur tumis tiram. Waktu tunggu siang lebih lama dibandingkan dengan waktu tunggu makanan pagi dan sore hari, dikarenakan peroses pemasakan yang cepat sehingga jarak waktu makanan matang dengan waktu jam distribusi yang ditentukan dari pihak rumah sakit tidak sesuai atau lebih cepat dari jam distribusi yang sudah ditentukan yaitu jam 12.00.

Pada tabel 4.5 waktu tunggu makanan pada siang hari yaitu 90 menit dengan menu masakan nasi putih, telur bumbu bali, tempe bumbu kecap dan bening bayam jagung. Waktu tunggu siang lebih lama dibandingkan dengan waktu tunggu makanan pagi dan sore hari, dikarenakan peroses pemasakan yang cepat dan mudah sehingga jarak waktu makanan matang dengan waktu jam distribusi yang ditentukan dari pihak rumah sakit tidak sesuai atau lebih cepat dari jam distribusi yang sudah ditentukan yaitu jam 12.00.

(38)

Proses penyajian makanan yang berkaitan dengan ketepatan waktu dan kondisi makanan haruslah selalu dijaga, dalam penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya yaitu tidak boleh disajikan terlalu lambat atau terlalu awal sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan mempengaruhi selera makan konsumen (Halek Adek, 2012).

4.4 Gambaran Suhu Makanan

Suhu makanan dilakukan pada saat makanan matang sampai pendistribusian keruang rawat inap pasien. Pengukuran suhu makanan yang dikonsumsi untuk pasien rawat inap di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang dilakukan dengan dengan cara mengukur suhu makanan menggunakan sampel makanan sampai kepada pasien.

Tabel 4.6 Gambaran Suhu Makanan Hari Pertama Waktu Jenis Makanan Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi makanan pokok 43.750C 7.619 36.6 52.6 lauk hewani 34.870C 1.956 32.4 37.0 lauk nabati 33.460C 3.027 29.2 36.5 sayur 31.660C 0.996 30.2 32.6 Siang makanan pokok 32.940C 0.663 32.0 33.6 lauk hewani 31.930C 0.657 31.0 32.7 lauk nabati 32.970C 1.461 31.0 34.5 sayur 30.570C 0.455 29.9 31.0 Sore makanan pokok 29.570C 0.249 29.2 29.8 lauk hewani 27.730C 0.777 26.8 28.6 lauk nabati 27.940C 0.860 26.9 28.9 sayur 27.940C 0.869 26.6 28.8

(39)

Tabel 4.7 Gambaran Suhu Makanan Hari Kedua Waktu Jenis Makanan Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi makanan pokok 35.890C 2.368 32.6 38.3 lauk hewani 35.400C 1.743 32.8 37.0 lauk nabati 50.670C 2.455 47.3 53.2 sayur 35.340C 1.829 32.6 37.0 Siang makanan pokok 33.240C 1.619 31.5 35.1 lauk hewani 31.920C 1.666 30.0 33.8 lauk nabati 31.920C 1.849 30.2 34.5 sayur 32.580C 2.004 30.6 34.9 Sore makanan pokok 36.270C 1.288 34.4 37.4 lauk hewani 31.850C 1.366 29.9 33.2 lauk nabati 30.270C 1.243 28.5 31.5 sayur 28.470C 1.490 26.3 29.9

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Tabel 4.8 Gambaran Suhu Makanan Hari Ketiga

Waktu Jenis Makanan Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi makanan pokok 32.490C 1.709 29.9 34.0 lauk hewani 41.790C 1.339 40.0 43.2 lauk nabati 29.980C 1495 27.9 31.5 sayur 33.920C 1.821 31.3 35.7 Siang makanan pokok 46.800C 1.392 45.0 48.3 lauk hewani 37.890C 1.699 35.9 39.8 lauk nabati 34.610C 0.850 33.8 35.6 sayur 41.490C 1.149 39.7 42.4 Sore makanan pokok 33.520C 0.993 32.1 34.5 lauk hewani 47.930C 7.718 38.6 56.5 lauk nabati 32.990C 0.907 31.9 34.0 sayur 36.880C 2.571 34.0 39.8

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Berdasarkan Tabel 4.6 tabel 4.7 tabel 4.8 menunjukan bahwa rata-rata sebagian besar rata-rata-rata-rata suhu makanan pasien selama 3 hari yaitu 34.720C.

(40)

Pada tabel 4.6 gambaran suhu makanan hari pertama, suhu makanan pada pagi hari makanan pokok 43.750C, lauk hewani 34.870C, lauk nabati 33.460C dan sayur 31.660C. pada siang hari makanan pokok 32.940

C, lauk hewani 34.870

C, lauk nabati 32.970

C dan sayur 31.660

C. pada sore hari makanan pokok 29.570

C, lauk hewani 27.730

C, lauk nabati 27.940

C dan sayur 27.940

C. rata-rata suhu pada tabel 4.5 dibawah 600C. Pada suhu makanan hari pertama pagi hari dengan menu makanan pokok nasi ayam suhu menunjukan 43.750C, dimana suhu pada makanan pokok di hari pertama lebih besar dari pada suhu makan siang dan sore. Pada suhu makanan pokok di pagi hari proses pematangannya lebih lama di bandingkan dengan proses pematangan lauk lainnya yaitu pada pukul 06.45 dimana waktu pematangan makanan lainnya seperti lauk hewani pukul 06.39, lauk nabati pukul 06.42, sayuran pukul 06.39. jarak waktu makanan pokok matang sampai pada makanan di distribusikan ke ruang rawat inap pasien jaraknya 8 menit dengan waktu distribusi makan pagi pada pukul 06.53.

Pada tabel 4.7 gambaran suhu makanan hari kedua, suhu makanan pagi pada makanan pokok suhu rata-rata 35.890C, lauk hewani 35.400C lauk nabati 50.670C dan sayur 35.340C. pada siang hari makanan pokok 33.240C, lauk hewani 31.920C, lauk nabati 31.920C dan sayur 32.580C. pada sore hari makanan pokok 36.270C, lauk hewani 31.850C, lauk nabati 30.270C dan sayur 28.470C. rata-rata suhu pada tabel 4.6 dibawah 600C.

Pada suhu makanan hari kedua pagi hari dengan menu lauk nabati perkedel kentang suhu rata-rata menunjukan 50.670C, dimana suhu pada lauk nabati di hari kedua lebih besar dari pada suhu makan siang dan sore. Pada suhu lauk nabati di pagi hari proses pematangannya lebih cepat di bandingkan dengan proses pematangan lauk lainnya yaitu pada pukul 05.40 dimana waktu pematangan makanan lainnya seperti lauk hewani pukul 05.55, makanan pokok pukul 06.00, sayuran pukul 05.50. jarak waktu matang masakan lauk nabati sampai pada makanan di distribusikan

(41)

ke ruang rawat inap pasien jaraknya 35 menit dengan waktu distribusi makan pagi pada pukul 07.15.

Pada tabel 4.8 gambaran suhu makanan hari ketiga, suhu makanan pagi pada makanan pokok 32.490C, lauk hewani 41.790C lauk nabati 29.980C dan sayur 33.920C. pada siang hari makanan pokok 46.800C, lauk hewani 37.980C, lauk nabati 34.610C dan sayur 41.490C. pada sore hari makanan pokok 33.520C, lauk hewani 47.930C, lauk nabati 32.990C dan sayur 36.880C. rata-rata suhu pada tabel 4.7 dibawah 600C.

Pada suhu makanan hari ketiga sore hari dengan menu lauk hewani gelantin suhu rata-rata menunjukan 47.930C, dimana suhu pada lauk hewani di hari ketiga lebih besar dari pada suhu makan pagi dan siang. Pada suhu lauk hewani di sore hari proses pematangannya sedikit lama di bandingkan dengan proses pematangan lauk lainnya yaitu pada pukul 15.20 dimana waktu pematangan makanan lainnya seperti lauk nabati pukul 15.15, makanan pokok pukul 15.25, sayuran pukul 15.00. jarak waktu matang masakan lauk hewani sampai pada makanan di distribusikan ke ruang rawat inap pasien jaraknya 80 menit dengan waktu distribusi makan sore pada pukul 16.40.

Suhu pada makanan merupakan titik kritis yang menentukan pertumbuhan berbagai macam bakteri pada makanan, terutama pada makanan matang. Suhu aman untuk makanan yaitu ≤40

C - ≥600C. Apabila suhu berkisar 40C - 600C termaksud pada danger zone dapat memungkinkan bakteri dapat berkembang biak pada makanan tersebut. Sehingga suhu pada makanan harus selalu dijaga agar kualitas makanan tidak menurun (Yunita Atiq, 2014).

(42)

Daya terima makanan pada penelitan ini untuk mengetahui kemampuan responden dalam menghabiskan makanan yang disajikan. Pengambilan data daya terima makanan pada pasien rawat inap di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang tahun 2016 dengan menggunakan kuesioner, pengambilan data dilakukan selama tiga hari.

Tabel 4.9 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Pokok Hari

Kategori Pagi Siang Sore

n % n % n % Hari 1 Tidak Segar (<60%) 6 14.0 6 14.0 5 11.6 Cukup Segar (60-80%) 18 41.9 22 51.2 24 55.8 Segar (>80%) 19 44.2 15 34.9 14 32.6 Hari 2 Tidak Segar (<60%) 6 14.0 3 7.0 2 9.3 Cukup Segar (60-80%) 21 48.8 22 51.2 28 65.1 Segar (>80%) 16 37.2 18 41.9 13 30.2 Hari 3 Tidak Segar (<60%) 4 9.3 4 9.3 2 4.7 Cukup Segar (60-80%) 27 62.8 31 72.1 27 62.8 Segar (>80%) 12 27.9 8 18.6 14 32.6

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Tabel 4.10 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati

(43)

Hari

Kategori Pagi Siang Sore

n % n % n % Hari 1 Tidak Segar (<60%) 3 7.0 5 11.6 5 11.6 Cukup Segar (60-80%) 21 48.8 23 53.5 24 55.8 Segar (>80%) 19 44.2 15 34.9 14 32.6 Hari 2 Tidak Segar (<60%) 4 9.3 8 18.6 4 9.3 Cukup Segar (60-80%) 28 65.1 21 48.8 25 58.1 Segar (>80%) 11 25.6 14 32.6 14 32.6 Hari 3 Tidak Segar (<60%) 7 16.3 4 9.3 3 7.0 Cukup Segar (60-80%) 18 41.9 21 48.8 23 53.5 Segar (>80%) 18 41.9 18 41.9 17 39.5

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Tabel 4.11 Daya Terima Berdasarkam Penampilan Makanan Sayur Hari

Kategori Pagi Siang Sore

n % n % n % Hari 1 Tidak Segar (<60%) 6 14.0 7 16.3 4 9.3 Cukup Segar (60-80%) 22 51.2 22 51.2 22 51.2 Segar (>80%) 15 34.9 14 32.6 17 39.5 Hari 2 Tidak Segar (<60%) 3 7.0 4 9.3 5 11.6 Cukup Segar (60-80%) 22 51.2 23 53.5 24 55.8 Segar (>80%) 18 41.9 16 37.2 14 32.6 Hari 3 Tidak Segar (<60%) 5 11.6 4 9.3 6 14.0 Cukup Segar (60-80%) 25 58.1 23 53.5 25 58.1 Segar (>80%) 13 30.2 16 37.2 12 27.9

(44)

Berdasarkan tabel 4.9 dari penampilan makanan pokok responden selama 3 hari untuk 3x makan responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup segar dari makanan pagi hari pertama (41.9%) siang (51.2%) sore (55.8%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak segar yaitu makan pagi (14.0%), siang (14.0%), sore (11.6%).

Pada tabel 4.10 dari penampilan makanan lauk hewani dan nabati selama 3 hari untuk 3x makan responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup segar dari makanan pagi hari pertama (48.8%) siang (53.5%) sore (55.8%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak segar yaitu makan pagi (7.0%), siang (11.6%), sore (11.6%).

Pada tabel 4.11 dari penampilan makanan sayuran selama 3 hari untuk 3x makan responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup segar dari makanan pagi hari pertama (51.2%) siang (51.2%) sore (51.2%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak segar yaitu makan pagi (14.0%), siang (16.3%), sore (9.3%).

(45)

Tabel 4.12 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Pokok

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Tabel 4.13 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati

Hari

Kategori Pagi Siang Sore

n % n % n % Hari 1 Tidak sedap (<60%) 5 11.6 6 14.0 7 16.3 cukup sedap (60-80%) 24 55.8 27 62.8 12 27.9 sedap (>80%) 14 32.6 10 23.3 24 55.8 Hari 2 Tidak sedap (<60%) 5 11.6 4 9.3 5 16.3 cukup sedap (60-80%) 24 55.8 28 65.1 10 23.3 sedap (>80%) 14 32.6 11 25.6 28 65.1 Hari 3 Tidak sedap (<60%) 4 9.3 4 9.3 6 14.0 cukup sedap (60-80%) 22 51.2 27 62.8 8 18.6 sedap (>80%) 17 39.5 12 27.9 29 67.4 Hari

Kategori Pagi Siang Sore

n % n % n % Hari 1 Tidak sedap (<60%) 9 20.9 8 18.6 7 16.3 cukup sedap (60-80%) 21 48.8 21 48.8 29 76.4 sedap (>80%) 13 30.2 14 32.6 7 16.3 Hari 2 Tidak sedap (<60%) 6 14.0 7 16.3 8 18.6 cukup sedap (60-80%) 28 65.1 25 58.1 15 34.9 sedap (>80%) 9 20.9 11 25.6 20 46.5 Hari 3 Tidak sedap (<60%) 7 16.3 7 16.3 7 16.3 cukup sedap (60-80%) 25 58.1 26 60.5 15 34.9 sedap (>80%) 11 25.6 10 23.3 21 48.8

(46)

Tabel 4.14 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Sayur

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Berdasarkan tabel 4.12 dari rasa makanan pokok responden selama 3 hari responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup sedap dari makanan pagi hari pertama (48.8%) siang (48.8%) sore (67.4%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak sedap yaitu makan pagi (20.9%), siang (18.6%), sore (16.3%).

Pada tabel 4.13 dari rasa makanan lauk hewani dan nabati selama 3 hari responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup sedap dari makanan pagi hari pertama (55.8%) siang (62.8%) sore (27.9%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan

Hari

Kategori Pagi Siang Sore

n % n % n % Hari 1 Tidak sedap (<60%) 4 9.3 5 11.6 1 2.3 cukup sedap (60-80%) 24 55.8 27 62.8 7 16.3 sedap (>80%) 15 34.9 11 25.6 36 81.4 Hari 2 Tidak sedap (<60%) 4 9.3 4 9.3 2 4.7 cukup sedap (60-80%) 23 53.5 25 58.1 10 23.3 sedap (>80%) 16 37.2 14 32.6 31 72.1 Hari 3 Tidak sedap (<60%) 3 7.0 4 9.3 4 9.3 cukup sedap (60-80%) 26 60.5 24 55.8 8 18.6 sedap (>80%) 14 32.6 15 34.9 31 72.1

(47)

pokok yang disajikan tidak sedap yaitu makan pagi (11.6%), siang (14.0%), sore (16.3%).

Pada tabel 4.14 dari rasa makanan sayuran selama 3 hari responden berpendapat rasa makanan disajikan cukup sedap dari makanan pagi hari pertama (55.8%) siang (62.8%) sore (16.3%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak sedap yaitu makan pagi (2.3%), siang (11.6%), sore (9.3%).

Daya terima rasa makanan pada makanan pokok hari pertama rata-rata menunjukan nilai cukup sedap, dengan menu makanan pada hari pertama pagi yaitu nasi putih, menu makanan siang yaitu nasi putih dan menu makan sore yaitu nasi putih. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari pertama di pagi hari 43.750C, suhu rata-rata makanan siang 32.940C dan sore rata-rata suhu 29.570C. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari pertama pagi yaitu 21 menit, siang 63 menit, sore 128 menit.

Hari kedua rata-rata daya terima rasa makanan pasien pagi dan siang menujukan cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makanan pokok hari kedua pagi yaitu nasi putih, siang nasi putih dan sore nasi putih. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari kedua di pagi hari 35.890C, suhu rata-rata makanan siang 33.240C dan sore rata-rata suhu 36.270C. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari kedua yaitu 26 menit, siang 103 menit, sore 68 menit.

Hari ketiga rata-rata daya terima rasa makanan pasien pagi dan siang menujukan cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makanan pokok hari ketiga pagi yaitu nasi putih, siang nasi putih dan sore nasi putih. Dengah rata-rata suhu makanan pada hari kedua di pagi hari 32.490C, suhu rata-rata makanan siang 46.800C dan sore rata-rata suhu 33.520C. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari kedua yaitu 86 menit, siang 90 menit, sore 73 menit.

(48)

Daya terima rasa makanan pada makanan lauk hewani dan lauk nabati hari pertama rata-rata menunjukan nilai cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makanan lauk hewani dan lauk nabati hari pertama pagi yaitu Ayam goreng serundeng dan Kering tempe, siang Telur kukus wortel, Nuget jagung, sore Pindang dori, Tempe masak kecap. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari pertama di pagi hari 34.870C lauk hewani dan 33.460C lauk nabati, suhu rata-rata makanan siang 31.930C lauk hewani dan 32.970C lauk nabati, dan sore 27.730C lauk hewani dan 27.940C lauk nabati. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari pertama pagi yaitu 21 menit, siang 63 menit, sore 128 menit. Hari kedua rata-rata daya terima rasa makanan pasien pagi dan siang menujukan cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makanan lauk hewani dan lauk nabati hari kedua pagi yaitu soto (ayam suir) dan Perkedel kentang, siang Fuyunghai dan Tahu bumbu kecap, sore Kalio ayam dan Rempah tempe. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari kedua di pagi hari 35.400C lauk hewani dan 50.670C lauk nabati, suhu rata-rata makanan siang 31.920C lauk hewani dan 32.450C lauk nabati, sore rata-rata suhu 31.850C lauk hewani dan 30.270C lauk nabati. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari kedua yaitu 26 menit, siang 103 menit, sore 68 menit

Hari ketiga rata-rata daya terima rasa makanan pasien pagi dan siang menujukan cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makanan lauk hewani dan lauk nabati hari ketiga pagi yaitu Telur rebus dan Oseng tempe, siang Telur bumbu bali dan Tempe bumbu kecap, sore Galantin dan Gimbal tahu. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari kedua di pagi hari 41.730C lauk hewani dan 29.980C lauk nabati, suhu rata-rata makanan siang 37.890C lauk hewani dan 34.610C lauk nabati, sore rata-rata suhu 47.930C lauk hewani dan 32.990C lauk nabati. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari kedua yaitu 86 menit, siang 90 menit, sore 73 menit.

(49)

Daya terima rasa makanan pada makanan sayur hari pertama rata-rata menunjukan nilai cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap, dengan menu makanan pada hari pertama pagi yaitu tumis buncis wortel, menu makanan siang yaitu Cah kembang kool dan menu makan sore yaitu Cah kacang panjang wortel. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari pertama di pagi hari 31.660C, suhu rata-rata makanan siang 30.570C dan sore rata-rata suhu 27.940C. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari pertama pagi yaitu 21 menit, siang 63 menit, sore 128 menit.

Hari kedua rata-rata daya terima rasa makanan pasien pagi dan siang menujukan cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makan sayuran hari kedua pagi yaitu soto, siang Cah sayur saus tiram, sore Acar timun wortel. Dengan rata-rata suhu makanan pada hari kedua di pagi hari 35.340C, suhu rata-rata makanan siang 32.580C, sore rata-rata suhu 28.470C. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari kedua yaitu 26 menit, siang 103 menit, sore 68 menit.

Hari ketiga rata-rata daya terima rasa makanan pasien pagi dan siang menujukan cukup sedap sedangkan di sore hari menunjukan sedap dengan menu makanan sayuran hari ketiga pagi yaitu Laksa betawi, siang Bening bayam jagung dan sore Cah kembang kool sosis. Dengah rata-rata suhu makanan pada hari kedua di pagi hari 33.920C, suhu rata-rata makanan siang 41.490C dan sore rata-rata suhu 36.880C. Rata-rata waktu tunggu makanan di pagi hari pada hari kedua yaitu 86 menit, siang 90 menit, sore 73 menit.

Dari rata-rata daya terima rasa makanan dari makanan pokok, lauk hewani nabati dan sayuran dapat disimpulkan bahwa cukup sedapnya makanan pasien tergantung dari rasa pada makanan dan menu atau lauk pauk yang disediakan dari rumah sakit, karena bila rasa pada makanan sesuai dengan menu masakan dapat meningkatkan selera makan pasien.

(50)

Suhu makanan pada masing jenis makanan juga dapat mempengahuri selera makan pasien, suhu makanan dapat menurun bisa disebabkan lamanya jarak waktu saat makanan pertama kali matang hingga di distribusikan ke ruangan pasien, bila jarak waktu makanan matang sampai di distribusikan ke masing-masing ruang rawat inap pasien tidak terlalu lama kemungkinan suhu makanan pada makanan pasien saat di distribusikan masih dalam keadaan hangat tidak terlalu dingin.

4.6 Hubungan Waktu Tunggu Makanan dengan Daya Terima Makanan Analisis hubungan antara waktu tunggu dengan daya terima makanan dengan menu nasi non diet pada pasien dewasa ruang rawat inap di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang tahun 2016. Uji hubungan menggunakan uji spearmans karena data berdistribusi tidak normal.

Tabel 4.15 Analisis Hubungan Antara Waktu Tunggu Makanan dengan Daya Terima

Waktu Tunggu Makanan Daya Terima Makanan

r = 0.017 p = 0.914 n = 43

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Pada tabel diatas merupakan hasil analisis data menunjukan tingkat kemaknaan P 0.914 (Pvalue ≥0.05) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara waktu tunggu makanan dengan daya terima makanan. Tidak adanya hubungan waktu tunggu dengan daya terima makan pasien diduga dari hasil wawancara dengan pasien bahwa pasien pada saat menerima makanan dari rumah sakit tidak pasien tidak langsung menghabiskan makanannya, dan menyisakan makanannya untuk dimakan selanjutnya, dikarenakan jarak pemberian makannya terlalu cepat sehingga pasien tidak langsung memakan makanan karena pasien masih merasa kenyang.

Waktu tunggu makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara masih dalam batas aman, sehingga tidak mempengaruhi daya terima makanan

(51)

pada pasien di rumah sakit tersebut. Batas aman waktu tunggu makanan yaitu 2-4 jam, apabila waktu tunngu melebihi batas 2-4 jam kemungkinan yang dapat terjadi akan tumbuh berbagai macam bakteri (Yunita Atiq, 2014).

Pada saat pemberian makanan di hari pertama penelitian sore hari, dengan waktu tunggu makanan yaitu 128 menit dengan menu masakan nasi putih, pindang dori, tempe masak kecap dan cah kacang panjang wortel. Jarak waktu pemberian makan siang ke makan sore yaitu makan siang jam 11.25 dan sore jam 16.30.

Pada makanan siang hari di hari kedua penelitan yaitu 103 menit dengan menu masakan nasi putih, fuyunghai, tahu bumbu kecap dan cah sayur tumis tiram. Jarak waktu pemberian makan pagi ke makan siang yaitu 07.15 dan siang jam 11.30

Makanan yang disajikan tidak tepat waktu dari jadwal yang sudah di tetap oleh pihak instalasi gizi disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara petugas gizi dan kurangnya pengawasan kepada petugas pramusaji pada saat pemberian makanan ke ruang warat inap pasien (Lumbantoruan,2012).

Beberapa faktor yanag dapat mempengaruhi dari jadwal pemberian makanan yang tidak tepat waktu yaitu diantaranya pertama, pemberian makanan yang terlalu cepat dapat menyebabkan pasien tidak langsung memakan makanannya karena merasa belum lapar, sehingga makanan tersebut mengalami penurunan suhu. Kedua, pemberian makan yang terlalu cepat dapat membuat pasien merasa cepat lapar 3-4 jam makan (Sukadi Rahmawati, 2015).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Laode Alfa, 2013), terdapat hubungan antara ketepatan waktu penyajian makanan dengan tingkat kepuasan pasien. Diperoleh nilai Pvalue ≤0.05 yaitu P=0.000. jika ketepatan waktu penyajian makanan baik maka akan lebih banyak pasisen yang merasa puas.

(52)

4.7 Hubungan Suhu Makanan dengan Daya Terima Makanan

Hubungan suhu makanan dengan daya terima makanan uji

Spearmans karena data berdistribusi tidak normal.

Tabel 4.16 Analisis Hubungan Antara Suhu Makanan dengan Daya Terima

Suhu Makanan

Daya Terima Makanan

r = -0.017 p = 0.914 n = 43

Sumber : data primer yang diolah peneliti

Pada tabel diatas merupakan hasil analisis data menunjukan tingkat kemaknaan P 0.914 (Pvalue ≥0.05) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara suhu makanan dengan daya terima makanan.

Tidak adanya hubungan suhu makanan dengan daya terima makan pasien diduga dari hasil wawancara dengan pasien mengatakatakan bahwa suhu pada makanan yang disajikan oleh rumah sakit suhunya sudah sesuai, sehingga penurunan suhu yang tinggi tidak mempengaruhi daya terima makan pasien selama dirawat dirumah sakit.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Aula Ellizabet, 2011), tidak ada hubungan antara temperatur makanan dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta. Diperoleh nilai Pvalue sebesar 0.510, suhu makanan saat dihidangkan dapat mempengaruhi selera makan seseorang.

Pada penelitian (Lumbantoruan, 2012) berpendapat bahwa sampel pada penelitian berpendapat suhu makanan tidak hangat mempunyai peluang menyisakan makanan 3.8 kali dibanding dengan makanan yang hangat.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian hubungan waktu tunggu makanan, suhu makanan dengan daya terima makanan pasien dewasa di ruang rawat inap di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang tahun 2016 menghasilkan beberapa kesimpulan berikut :

a. Rata-rata Waktu tunggu makanan 73 menit (dalam kategori bagus) dengan SD 8.03, nilai minimal waktu tunggu makanan 64 menit dan maksimal nilai 83 menit.

b. Rata-rata suhu makanan 34.720C (dalam kategori tidak baik) dengan nilai SD 1.714, nilai minimal suhu makanan 32.530C dan maksimal nilai 36.580C termaksud danger zone.

c. Rata-rata daya terima makanan 73.83 dengan nilai SD 0.164, nilai minimal daya terima makanan 1.89, dan maksimal nilai 2.59. d. Tidak ada hubungan antara waktu tunggu makanan dengan daya

terima makanan Pvalue ≥0.05 (Pvalue= 0.914).

e. Tidak ada hubungan antara suhu makanan dengan daya terima makanan Pvalue ≥0.05 (Pvalue= 0.914).

5.2 Saran

Penulis memberikan saran-saran berikut untuk waktu tunggu, suhu dan daya makanan di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten agar terpenuhinya standar pelayanan minimal rumah sakit di bidang pelayanan makanan sebagai berikut:

a. Perlu dilakukannya monitoring dan evaluasi dari pihak instalasi gizi RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang kepada pramusaji dan pramu masak terhadap kinerja peramusaji dan pramu masak.

b. Tidak ada hubungan suhu dengan daya terima makanan walaupun sudah dalam danger zone, suhu makanan yang berada dibawah batas maka harus ada evaluasi di RSUD dr.Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Teori .............................................................................
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Gambar 1.1 Kerangka teori Faktor Internal : -  Nafsu Makan -  Kebiasaan Makan -  Rasa Bosan  Daya Terima Faktor Eksternal : -  Penampilan Makanan -  Rasa Makanan -  Suhu -  Penyajian  -  Makanan -  Waktu Tunggu
Gambar 1.2 Kerangka konsep
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Les déchets peuvent être une ressource si vous les séparez pour recyclage..

Peneliti Saat Mewancarai Kepala Puskesmas Medan Tuntungan Bapak

Kemudian menurut pendapat Thoha (2007) dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara yang dihgunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar

1) Guru adalah orang yang mengajar dan mendidik yang memiliki peranan penting dalam membimbing individu baik dalam hal meyampaikan materi secara nyaman, menumbuhkan

Kerangka dan metodologi penyusunan RPJMD Kabupaten Konawe Utara Tahun 2016 - 2021 yang sekaligus memuat keterkaitan antarbab serta kaitan RPJMD ke Rensta SKPD, secara

る関心が高まり、マーケティングの研究と実践において「環境」が考察の対象 となった。たとえば、レイチェル・カーソンは

Kelebihan lain dari burung hantu ini adalah ukuran tubuh yang relatif lebih besar, memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus cukup baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan