• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PETA SOSIAL DESA SARIWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. PETA SOSIAL DESA SARIWANGI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Lokasi

Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat memiliki wilayah seluas 244,247 hektar, terletak sekitar 600 meter di atas permukaan air laut, dengan suhu rata-rata harian 22 hingga 23 derajat Celsius. Topografi di wilayah ini sebagian datar, sebagian lagi berbukit dan berlembah. Orbitasi, jarak dan waktu tempuh dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Jarak dan Waktu Tempuh Desa Sariwangi ke Pusat Pemerintahan

No. Pusat Pemerintahan Jarak (Km) Waktu tempuh (jam)

1. Ibukota kecamatan 13 0,5

2. Ibukota Kabupaten 15 1

3. Ibukota Propinsi 13 0,5

4. Ibukota Negara 110 4

Desa Sariwangi berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cigugur Girang, menuju arah Lembang Kabupaten Bandung Barat

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pasirkaliki, Kotamadya Bandung.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ciwaruga, akses menuju Kotamadya Bandung.

4. Sebelah Barat bebatasan dengan Kelurahan Cibabat, Kota Cimahi.

Letak Desa Sariwangi yang bersebelahan dengan wilayah-wilayah tersebut, menjadikan desa ini strategis dan memiliki aksesibilitas yang tinggi. Orbitasi yang memudahkan terjangkaunya pusat pelayanan umum yang terletak tidak jauh dari Desa Sariwangi, seperti sekolah, rumah sakit, pertokoan serta fasilitas-fasilitas umum lain serta didukung oleh udara yang sejuk serta air yang

(2)

berlimpah, menjadikan desa ini pilihan penduduk pendatang untuk bermukim. Tidak mengherankan jika penduduk Desa Sariwangi menyebut wilayah ini sebagai tanah emas, karena aksesibilitas yang tinggi untuk ketiga wilayah lain: Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kota Bandung. Lahan yang strategis dan bernilai ekonomis tinggi, merupakan daya tarik bagi para pengembang /developer perumahan. Hingga saat ini tercatat lebih dari 14 pengembang kawasan perumahan yang membangun kawasan perumahan diataranya: Setra Duta, Bumi Sariwangi, Rumah Inspirasi, Sariwangi Asri dan Sariwangi Regency. Jumlah tersebut belum termasuk kawasan perumahan lain yang dibangun tanpa developer, misalnya Perumahan Dosen IKIP dan Perumahan Bukit Sariwangi Kavling Politeknik. Tanah-tanah yang dulunya adalah hamparan persawahan padi, sayur dan bunga lama kelamaan berubah fungsinya menjadi kawasan pemukiman bagi kaum pendatang. Dengan situasi seperti ini komunitas petani semakin terpinggirkan.

Hingga tahun 2005 jumlah rumah tangga yang memiliki tanah pertanian sebanyak 130 rumah tangga petani dan rumah tangga yang tidak memiliki tanah pertanian sebanyak 939 rumah tangga petani. Dari jumlah tersebut 1225 rumah tangga petani memiliki lahan pertanian kurang dari 0,50 hektar; 515 rumah tangga petani memiliki lahan antara 0,50 hektar hingga 1,0 hektar, dan hanya 17 rumah tangga petani yang memiliki lebih dari 1,0 hektar. Keseluruhan total rumah tangga petani adalah 2.826.

Lahan pertanian pada umumnya ditanami palawija seperti sayur mayur (sawi hijau, kacang buncis, kacang merah, jagung, daun kemangi, dan lain-lain ) serta bunga-bungaan untuk menjadi bunga potong, seperti Mahrit, Dahlia, Sedap Malam, gladiol, rasyida dan aster.

4.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sariwangi sampai dengan Desember 2006 adalah 12.758 jiwa, dengan komposisi jumlah laki-laki 6.507 dan perempuan 6.251 serta 2.826 kepala keluarga yang terbagi dalam 14 Rukun Warga. Komposisi penduduk Desa Sariwangi berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat

(3)

dalam tabel berikut ini:

Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Sariwangi Menurut Jenis Kelamin

dan Kelompok Umur Tahun 2005

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)

0 – 4 677 651 1328 10.41 5 – 9 662 636 1298 10.17 10 – 14 684 658 1342 10.52 15 – 19 624 600 1224 9.59 20 – 24 654 628 1282 10.05 25 – 29 616 591 1207 9.46 30 – 34 510 490 1000 7.84 35 – 39 392 377 769 6.03 40 – 44 454 436 890 6.98 45 – 49 448 430 878 6.88 50 – 54 397 381 778 6.10 60 – 64 134 124 258 2.02 65 keatas 75 82 157 1.23 JUMLAH 6507 6251 12758 100.00

(Sumber : Data Potensi Desa Sariwangi tahun 2005)

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur dalam bentuk piramida penduduk adalah sebagai berikut :

700 600 500 400 300 200 100 0 100 200 300 400 500 600 700 Jumlah Penduduk 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65+ Laki-laki Perempuan

(4)

Dengan memperhatikan komposisi penduduk dan piramida penduduk Desa Sariwangi dapat disimpulkan bahwa:

1. Desa Sariwangi cenderung memiliki struktur umur “penduduk muda” atau “Young Population”. Hal ini disebabkan jumlah penduduk usia tua (lanjut usia= lansia, usia 60 tahun atau 65 tahun ke atas) kurang dari 5 persen , dan persentase penduduk di bawah 15 tahun lebih dari 30 persen. Oleh sebab itu dapat digolongkan sebagai penyedia tenaga kerja yang produktif.

2. Rasio Beban Tanggungan (dependency ratio/RBT) yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia produktif (bukan usia kerja) terhadap jumlah penduduk usia kerja penduduk yang tidak produktif di Desa Sariwangi adalah 50. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk produktif menanggung 50 orang penduduk yang tidak produktif. Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan indikasi dari beratnya beban tanggungan penduduk yang produktif untuk menanggung penduduk yang tidak produktif.

Perluasan kawasan pemukiman yang menyebabkan terpinggirnya petani marjinal, berkaitan erat dengan menonjolnya komutasi di desa ini. Lokasi yang strategis dalam arti mudah menjangkau fasilitas publik yang berada di luar desa ini serta sumber air yang relatif mudah diperoleh serta udara yang segar, menjadi pilihan para penduduk pendatang untuk tinggal di desa ini sebagai masyarakat komuter.

Kemajemukan masyarakat Desa Sariwangi sangat dirasakan dalam hal keagamaan dan etnis. Berikut ini komposisi penduduk menurut agama yang mereka anut seperti terdapat dalam Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Sariwangi Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2006

Agama Jumlah Persentase (%)

Islam 11806 92.54 Kristen 525 4.12 Katholik 349 2.74 Hindu 54 0.42 Budha 24 0.19 Jumlah 12758 100.00

(5)

Islam Kristen Hindu Budha Katholik Islam Kristen Katholik Hindu Budha

Gambar 3 Komposisi Penduduk Menurut Agama yang dianut

Sebagian besar penduduk Desa Sariwangi adalah etnis Sunda, seperti terlihat dalam Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Sariwangi Berdasar Etnis Tahun 2005

Etnis Jumlah Persentase

Sunda 11468 89,9 Jawa 645 5,1 Keturunan China 322 2,5 Batak 258 2,0 Asing 65 0,5 Jumlah 12.758 100

(Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Sariwangi)

89% 5% 3% 2%1%

Sunda Jawa Keturunan China Batak Asing

(6)

4.3. Sistem Ekonomi

Mata pencaharian penduduk Desa Sariwangi sangat heterogen sebagaimana terlihat dalam tabel beikut ini:

Tabel 8 Jumlah Penduduk Desa Sariwangi Yang Bekerja Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2005

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Buruh tani 968 32.42 2 Petani 586 19.62 3 PNS 458 15.34 4 TNI/Polri 400 13.40 5 Karyawan swasta 219 7.33 6 Pedagang/wiraswasta/pengusaha 175 5.86 7 Tukang kayu 86 2.88 8 Supir 35 1.17 9 Guru swasta 30 1.00 10 Penjahit 12 0.40 11 Konstraktor 10 0.33 12 Montir 7 0.23 Jumlah 2986 100.00

(Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Sariwangi Tahun 2005)

0% Buruh tani 33% Supir 1% Karyawan swasta 7% Konstraktor 0% Pedagang/wira swasta/pengusaha 6% TNI/Polri 13% PNS 15% Tukang kayu 3% Guru swasta 1% Montir 0% Penjahit 0% Petani 21%

(7)

Buruh tani dan petani merupakan mata pencaharian utama dan kedua di desa ini pada tahun 2005. Pada kenyataannya sekarang, sangat sedikit jumlah rumah tangga petani dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2006, jumlah buruh tani menurun menjadi 45 orang (Sumber: Data Potensi Desa Sariwangi Tahun 2006). Perubahan lahan pertanian menjadi lahan pemukiman menyebabkan semakin hilangnya kesempatan menjadi petani dan buruh tani di desa ini.

Data tentang kemiskinan tidak tecantum di dalam daftar isian profil desa, namun diperoleh dari data keluarga miskin tahun 2005/2006 yaitu berjumlah 362 keluarga. Berkaitan dengan keluarga miskin, jumlah rumah kayu sebanyak 25 keluarga, dan rumah bambu sebanyak tiga keluarga. Kondisi rumah menurut lantai yang berkayu 25 keluarga dan berlantai tanah empat keluarga.

Program pemerintah untuk membantu keluarga miskin diperoleh melalui program BLT dan Program Raskin.

Koperasi sebagai suatu kelembagaan ekonomi, kurang mendapat perhatian masyarakat. Namun kelompok simpan pinjam lebih menarik perhatian masyarakat. Setidaknya ada 14 unit kelompok simpan pinjam dengan jumlah anggota 42 orang.

4.4. Struktur Komunitas

Untuk memahami struktur sosial suatu masyarakat, perlu diketahui unsur-unsur struktur sosial masyarakat tersebut, yang terdiri dari lembaga, kelompok dan pelapisan sosial. Selain itu teknik memahami masyarakat dalam konteks struktur sosial adalah dengan menelaah kekerabatan. Melalui penelaahan kekerabatan dapat ditelaah bangunan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Sejarah peradaban menunjukkan, bahwa masyarakat dalam basis kekerabatan akan menjadi masyarakat berbasis kebudayaan kesukuan. Selanjutnya, masyarakat akan mengenal pelapisan sosial, yang pada akhirnya menjadikan masyarakat mengenal basis bangunan sosial yaitu kelas-kelas sosial.

Sehubungan dengan hal tersebut, kekerabatan di Desa Sariwangi tergolong erat. Di RW XI misalnya, penduduk lokal memiliki tali kekerabatan yang dekat, karena masyarakatnya masih memiliki hubungan sedarah.

(8)

Unsur utama pelapisan sosial di Desa Sariwangi terbagi dalam beberapa hal yang berdasarkan :

1. Hubungan kekerabatan 2. Jabatan /pekerjaan 3. Tingkat Pendidikan

4. Tingkat kekayaaan/luasnya kepemilikan tanah

5. Keaktifan dalam kegiatan beragama dan kemasyarakatan.

Pelapisan sosial berdasarkan hal-hal diatas tidak mengganggu hubungan sehari-hari diantara masyarakat desa Sariwangi sehingga bila ada konflik yang terjadi, masyarakat berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang bijak. Sebagai contoh, ketika terjadi protes sebagian warga karena pembangunan tembok penutup yang dijadikan pembatas antara masyarakat desa dengan mayarakat sebuah kompleks perumahan real estate, maka developer perumahan tersebut memberikan kompensasi berupa perbaikan sarana jalan yang melintasi desa tersebut.

Penentuan kepemimpinan formal diperoleh melalui proses pemilihan. Kepala desa Sariwangi dan Kepala RW yang berjumlah 14 didapat melalui proses pemilihan. Masa jabatan kepala RW adalah tiga tahun, namun dapat diperpanjang. Kepala desa Sariwangi yang saat ini dipilih oleh masyarakat sudah menjabat selama 7 ,5 tahun.

Kepemimpinan informal biasanya diperoleh karena pemimpin informal tersebut dinilai memiliki nilai lebih baik dalam hal pemahaman agama, tingkat pendidikan maupun keaktifannya dalam kegiatan masyarakat.

Kepemimpinan formal, dalam hal ini Kepala Desa dan perangkat desa, berusaha menjalankan fungsi kepempinannya secara amanah. Hal ini terbukti dengan terselenggara dan diterimanya program BLT dan Raskin kepada masyarakat yang memang benar-benar memerlukannya. Selain itu kepala desa juga merupakan motivator yang baik bagi warganya dalam bidang keolahragaan, karena turut terjun langsung dalam kegiatan ini (Hasil wawancara PL I). Secara umum dapat dikatakan bahwa tanggapan masyarakat terhadap kepemimpinan formal dan informal berjalan relatif baik. Hubungan antara kepemimpinan formal dengan jejaring sosial dalam komunitas secara horizontal dijalin dan dibangun

(9)

melalui musyawarah desa.

Jejaring sosial yang dilakukan dengan pihak-pihak di luar komunitas (vertikal) dilakukan kepada pihak yang berada satu tingkat diatas desa, yaitu tingkat kecamatan. Hubungan ini dibangun melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat desa yang memerlukan persetujuan dari tingkat kecamatan.

4.5. Organisasi Dan Kelembagaan

Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa Sariwangi terbangun karena dua proses, proses alamiah dari dalam komunitas dan proses yang memang terbentuk karena program pemerintah/program yang datang dari luar komunitas. Proses alamiah berarti muncul karena adanya kebutuhan dan inisiatif dari masyarakat setempat. Lembaga-lembaga yang muncul karena inisiatif dan kebutuhan dari masyarakat setempat, misalnya adalah kelompok pengajian, kelompok arisan, dan kelompok simpan pinjam. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terbentuk karena program dari luar misalnya adalah PKK, Karang Taruna dan Pos Yandu.

Kontrol sosial dalam masyarakat Desa Sariwangi berhubungan dengan norma keagamaan. Bila ada sesuatu kejadian dianggap keluar dari norma agama, warga kemudian berusaha menyelesaikan dengan cara yang baik, saling mengingatkan dan saling membantu satu sama lain.

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) memiliki 17 orang pengurus. Lembaga ini belum menunjukkan fungsi dan peranan yang berarti dalam menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi dan swadaya masyarakat. Kelembagaan Politik di Desa Sariwangi terdiri dari beberapa partai politik, yaitu PDIP, Golkar, PPP dan Partai demokrat.

Lembaga pendidikan di Desa Sariwangi terdiri dari tiga unit TK dengan jumlah guru dan murid masing-masing 24 orang dan 225 orang, lima unit SD dengan jumlah murid 1350 orang dan 50 orang guru, satu SLTP dengan jumlah murid 157 orang dan 20 orang guru. Lembaga pendidikan keagamaan/pesantren berjumlah tiga unit dengan peserta didik 155 santri dan 10 orang guru/Ustadz.

(10)

Lembaga keamanan terdiri atas masing-masing satu pos kamling untuk setiap RW, sedangkan jumlah hansip/tenaga keamanan adalah 85 orang.

Proses sosialisasi dalam komunitas, umumnya dilakukan antara satu keluarga dengan keluarga lain dalam suatu kompleks perumahan, antara satu keluarga dalam suatu kompleks perumahan dengan anggota masyarakat dari penduduk lokal, atau antar anggota masyarakat pendatang dengan masyarakat dari penduduk lokal.

Pola pengasuhan anak pada umumnya merupakan tanggung jawab bersama antara kedua orang tuanya. Dari hasil wawancara,diketahui bahwa pada penduduk lokal, bila terjadi peristiwa dimana terjadi perceraian misalnya, keluarga dari pihak perempuan akan menampung kembali anak perempuan mereka sekaligus bersama cucu-cucu mereka.

Pelapisan sosial karena perbedaan tingkat ekonomi, misalnya tidak menimbulkan konflik antar sesama warga. Penduduk pendatang yang umumnya lebih mapan dan lebih berpendidikan, biasa meminta bantuan penduduk lokal/asli untuk memberikan tenaganya. Kerjasama ini lebih terlihat pada saat hari besar keagamaan, misalnya pada saat pemotongan hewan Qurban untuk aqiqah atau Idhul Adha atau pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus.

Konflik sangat jarang terjadi, pernah terjadi tetapi dapat diselesaikan secara baik. Konflik yang pernah terjadi disebabkan adanya ketidakpuasan penduduk lokal dengan warga pendatang yang menempati lahan perumahan real estate. Namun setelah diberikan pengertian secara bijak dan kompensasi kepada penduduk lokal, konflik dapat diselesasikan dengan baik.

Dari wawancara dengan pelaku ekonomi dalam hal ini pemilik toko sembako, diperoleh informasi bahwa kehadiran swalayan (Alfamart) ke pemukiman memberikan pengaruh kuat bagi penurunan penghasilan. Sebelum terdapat swalayan, penghasilan kotor mencapai Rp. 1.000.000,00, namun setelah swalayan membuka pelayanannya, penghasilan pedagang bahan sembako turun sampai 70%. Untuk mengatasi hal tersebut, pedagang sembako berupaya memberikan harga yang sangat bersaing dengan toko swalayan dan memberikan servis pelayanan yang terbaik dengan cara kekeluargaan. Selain itu pemilik warung pun meluruskan niat bahwa dia tidaklah sekedar berbisnis namun lebih penting

(11)

daripada itu adalah mengisi kekosongan dan melakukan silaturahmi kepada sesama warga masyarakat.

4.6. Sumberdaya Lokal

Hubungan antara masyarakat Desa Sariwangi dengan ekosistem setempat dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di lingkungannya baik menyangkut system ekonomi, sosial maupun kelembagaan. Sumberdaya lokal yang dimilki oleh wilayah Desa Sariwangi meliputi lahan (yang semakin beralih fungsi menjadi lahan permukiman), tenaga kerja dan modal.

4.6.1. Lahan

Potensi sumber daya alam Desa Sariwangi pada awalnya dapat diakses dengan baik oleh penduduk asli yang berprofesi menjadi petani karena kesuburan tanahnya memberikan mereka kehidupan. Bagi mereka bertani bukan saja sebagai sumber kehidupan tapi juga merupakan jalan kehidupan. Namun sekarang ini lambat laun potensi sumber daya alam Desa Sariwangi yang sebelumnya merupakan areal pertanian dataran tinggi/peladang penghasil palawija dan bunga-bunga kini beralih fungsinya menjadi lahan pemukiman yang ideal karena memiliki sumber air yang berlimpah serta udara yang sejuk dan nyaman serta kemudahan untuk mengakses fasilitas publik yang lengkap yang berada tidak jauh dari desa. Kemudahan mengakses fasilitas yang lebih lengkap ini terutama diperoleh oleh golongan lapisan sosial ekonomi menengah ke atas. Adanya perubahan fungsi sumber daya lokal tersebut mempengaruhi sistem ekonomi, sosial dan kelembagaan yang ada di masyarakat.

Tekanan jumlah penduduk pendatang yang menempati areal persawahan/perladangan penduduk, lambat laun akan memarjinalkan bahkan menghilangkan mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Mereka menjadi komunitas yang terpinggirkan.

(12)

Dengan demikian sumberdaya lokal desa Sariwangi yang utama bukanlah sebagai lahan pertanian dataran tinggi melainkan sebagai lahan permukiman. Sampai tahun 2005, perbandingan antara sawah irigasi setengah teknis dan areal pemukiman adalah 100 hektar berbanding 95 hektar. Dari keseluruhan luas desa 244.247 hektar, luas lahan tanaman padi adalah 100 hektar, luas lahan terlantar seluas 11 hektar, luas lahan pekarangan 95 hektar, sedangkan luas lahan pekarangan yang tidak/belum dimanfaatkan seluas 38.247 hektar .

Perbandingan luas lahan digambarkan dalam chart berikut ini :

Lahan terlantar 3% Lahan Pekarangan 43% Lahan pekarangan tidak dimanfaatkan 9% saw ah irigasi 1/2 teknis 23% Pemukiman 22%

Gambar 6 Komposisi Peruntukan Lahan

Perubahan peruntukkan lahan di desa Sariwangi terlihat dari Tabel 9:

Tabel 9 Luas Lahan menurut peruntukkannya di Desa Sariwangi Tahun 1985 dan 2005 (dalam hektar)

Peruntukan Lahan Tahun 1985 Tahun 2005

Permukiman 40 155,5

Pertanian 150 34,5

(Sumber: Data olahan dari Laporan Perkembangan Pembangunan Desa Sariwangi Tahun 1984/1985 dan Daftar Isian Proyek Desa Tahun 2005) Melalui Tabel tersebut, terlihat bahwa di Desa Sariwangi pada saat sekarang telah terjadi konversi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman.

(13)

4.6.2. Tenaga Kerja

Pembangunan memerlukan tenaga-tenaga kerja yang terdidik dan terlatih. Tenaga terdidik dan terlatih berhubungan erat dengan pendidikan yang dapat mengupayakan pengembangan kemampuan dan ketrampilan masyarakat. Berikut ini komposisi penduduk Desa Sariwangi berdasarkan tingkat pendidikan :

Tabel 10 Jumlah Penduduk Desa Sariwangi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Belum sekolah 1710 13.40

Usia 7 – 45 tidak pernah sekolah 374 2.93

Tidak tamat SD 405 3.17 Tamat SD/sederajat 4027 31.56 SLTP/sederajat 2102 16.48 SLTA/sederajat 2022 15.85 D1 572 4.48 D2 511 4.01 D3 502 3.93 S1 491 3.85 S2 25 0.20 S3 17 0.13 Jumlah 12758 100.00

(Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Sariwangi Tahun 2005)

0% SLTA/sederajat 16% D1 4% S3 0% D2 4% Tidak tamat SD 3% Tamat SD/sederajat 33% usia 7 - 45 tidak pernah sekolah 3% SLTP/sederajat 16% Belum sekolah 13% D3 4% S1 4% S2 0% ..

(14)

Berdasarkan data tersebut tingkat pendidikan masyarakat sangat heterogen. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya pendidikan. Penduduk tamatan SD menempati persentase terbanyak, dengan kata lain program wajib belajar sembilan tahun semakin mendapat perhatian, namun di tingkat yang lebih tinggi terjadi penurunan persentase. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti ketiadaan biaya, tidak adanya keinginan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, atau lebih memilih bekerja daripada bersekolah. Walau di desa ini hanya memiliki lembaga pendidikan TK ( tiga buah ), SD (lima buah) dan SMP (satu buah ), sekolah tingkat SLTA atau Perguruan Tinggi tidak sulit untuk dicapai. Dari lokasi Kantor Kepala Desa, SMA terdekat dapat dijangkau sekitar tiga kilo meter dan perguruan tinggi terdekat (Politeknik Negeri Bandung) sekitar satu kilo meter.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Desa Sariwangi merupakan sebuah wilayah yang sedang mengalami perkembangan menjadi wilayah perkotaan secara alamiah. Hal ini ditunjukkan oleh fakta meningkatnya jumlah penduduk yang bermigrasi dari wilayah lain ke desa ini, serta meluasnya wilayah permukiman untuk menampung kaum pendatang. Fasilitas pelayanan publik yang terdapat di perkotaan seperti, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Perguruan Tinggi, tempat perbelanjaan, serta pusat layanan masyarakat lain seperti rumah sakit, bioskop, bank dan fasilitas publik lainnya, diakses sangat mudah dari desa ini. Migrasi kota-desa yang terjadi di desa ini merupakan bagian dari proses perubahan ekonomi dan perubahan sosial. Fenomena yang terjadi di desa ini, memungkinkan adanya proses peminggiran komunitas yang kurang atau tidak memiliki daya untuk menghadapi perubahan ekonomi dan sosial yang sedang terjadi. Luas lahan pertanian yang semakin menyempit dan luas lahan permukiman yang semakin meluas, menyebabkan jumlah petani, terutama petani kecil dan buruh tani menurun drastis. Kenyataan seperti ini tidak terelakkan bagi komunitas petani kecil. Pekerjaan sosial yang merupakan suatu profesi pertolongan yang bertujuan untuk membantu orang memperbaiki, mempertahankan atau meningkatkan keberfungsian sosial (social functioning) diperlukan untuk membantu komunitas marjinal di desa ini memecahkan masalah yang mereka hadapi.

Gambar

Tabel 4  Jarak  dan Waktu Tempuh Desa Sariwangi ke Pusat Pemerintahan
Tabel 5  Jumlah Penduduk Desa Sariwangi  Menurut Jenis Kelamin                 dan Kelompok Umur Tahun 2005
Gambar 3  Komposisi Penduduk Menurut Agama yang dianut
Tabel 8  Jumlah Penduduk Desa Sariwangi Yang Bekerja Berdasarkan Jenis                   Mata  Pencaharian Tahun 2005
+3

Referensi

Dokumen terkait